• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PEMANFAATAN HASIL HUTAN OLEH MASYARAKAT SEKITAR TAMAN NASIONAL MANUSELA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PEMANFAATAN HASIL HUTAN OLEH MASYARAKAT SEKITAR TAMAN NASIONAL MANUSELA"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PEMANFAATAN HASIL HUTAN OLEH MASYARAKAT SEKITAR TAMAN NASIONAL MANUSELA

(Studi Kasus : Desa Horale, Desa Masihulan, Desa Air Besar, Desa Solea dan Desa Pasahari)

WISYE SOUHUWAT

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

(2)

RINGKASAN

WISYE SOUHUWAT. E34101011. Studi Pemanfaatan Hasil Hutan oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Manusela (Studi Kasus : Desa Horale, Desa Masihulan, Desa Air Besar, Desa So lea dan Desa Pasahari). Dibawah bimbing an Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M Sc. F dan Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, MSc.

Taman Nasional dan kawasan konservasi lainnya, memberikan manfaat yang tak ternilai dan sangat penting. Manfaat tersebut meliputi kekayaan hasil hutan, laut, perlindungan ekosistem dan sebagainya. Dengan potensi sumberdaya alam yang ada mengakibatkan terjadinya kegiatan pemanfaatan hasil hutan. Adanya aktifitas pemanfaatan ini dinilai sebagai suatu tekanan terhadap taman nasional. Karena itu, pemanfaatan hasil hutan harus dilakukan dengan cara -cara yang benar, sehingga kelestariannya dapat terjamin.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik masyarakat yang memanfaatkan hasil hutan, mengidentifikasi jenis-jenis hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di dalam kawasan Taman Nasional Manusela , mengkalkulasi manfaat nyata yang diperoleh masyarakat dari pemanfaatan hasil hutan serta menghitung tingkat ketergantungan pemanfaat terhadap hasil hutan di dalam kawasan Taman Nasional Manusela , menganalisis harapan para pihak terhadap keberadaan Taman Nasional Manusela dalam rangka meningkatkan sistem pengelolaan Taman Nasional Manusela.

Berdasarkan kelompok umur, persentase pemanfaat hasil hutan terbesar didominasi oleh pe manfaat dengan umur 23-46 tahun dan memiliki jumlah anggota keluarga 3-6 orang. Sebagian besar pemanfaat hasil hutan berlatarbelakang pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 29,03%. Pemanfaat hasil hutan terbesar didominasi oleh responden yang bermatapencaharian sebagai petani sebesar 82,26% dan memiliki pendapatan di luar hasil hutan sebesar Rp.150.000/bulan-Rp.225.000/bulan, rata -rata memiliki lahan pertanian milik pribadi.

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa jenis hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat lima desa penelitian di Taman Nasional Manusela yakni Desa Horale, Desa Masihulan, Desa Air Besar, Desa Solea dan Desa Pasahari antara lain : babi hutan, rusa, sagu, damar, kayu bakar, dan rotan. T ingkat

(3)

ketergantungan masyarakat pe manfaat kelima desa terhadap hasil hutan Taman Nasional Manusela dapat dikatakan cukup besar.

Aktivitas pemanfaatan hasil hutan yang dilakukan oleh masyarakat desa penelitian di Taman Nasional Manusela merupakan bukti ketergantungan terhadap kawasan taman nasional dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini dianggap pengelola Taman Nasional Manusela sebagai tekanan terhadap keberadaan sumberdaya taman nasional. Karena itu, untuk menciptakan suatu pola hubungan yang baik antara pengelola Taman Nasional Manusela dengan masyarakat sebaiknya ada upaya yang dilakukan oleh pihak pengelola untuk memberikan bantuan-bantuan alternatif sehingga masyarakat akan mengurangi kegiatan pemanfaatan di dalam kawasan taman nasional.

(4)

STUDI PEMANFAATAN HASIL HUTAN OLEH MASYARAKAT SEKITAR TAMAN NASIONAL MANUSELA

(Studi Kasus : Desa Horale, Desa Masihulan, Desa Air Besar, Desa Solea dan Desa Pasahari)

Oleh :

WISYE SOUHUWAT E34101011

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Studi Pemanfaatan Hasil Huta n oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Manusela (Studi Kasus : Desa Horale, Desa Masihulan, Desa Air Besar, Desa Solea dan Desa Pasahari).

Nama : Wisye Souhuwat

Nomor Pokok : E34101011

Menyetujui :

Dosen Pembimbing I : Dosen Pembimbing II :

Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, MSc. F. Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, MSc.

131 760 834 131 760 841

Mengetahui :

Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS

131 430 799

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena kuasa dan anugerah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penelitian dengan judul “Studi Pemanfaatan Hasil Hutan oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Manusela (Studi Kasus : Desa Horale, Desa Masihulan, Desa Air Besar, Desa Solea dan Desa Pasahari)”, merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Penulisan ini tidak lepas dari peranan dari beberapa pihak yang sangat membantu, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar -besarnya kepada Dr. Ir. Rinekso Soekmadi MSc. F selaku dosen pembimbing I dan Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo MSc. selaku pembimbing II yang telah membantu mengarahkan penulis dalam penyelesaian penulisan ini.

Demi kelengkapan penulisan ini selanjutnya sumbangan ide dan pemikiran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Akhirnya, penulis berharap semoga tulisan ini dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan.

Bogor, Februari 2006

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR LAMPIRAN...x I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1 B. Permasalahan... ...3 C. Tujuan Penelitian ...4 D. Manfaat Penelitian... ...4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Nasional... ...5

B. Interaksi Masyarakat Sekitar dengan Taman Nasional... ...7

C. Manfaat Hasil Hutan...9

D. Penilaian Terhadap Manfaat Hutan...11

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah, Letak dan Luas Kawasan ...14

B. Aksesibilitas ...15

C. Topografi...16

D. Iklim ...16

E. Geologi dan Tanah... ...17

F. Hidrologi...18

G. Kondisi Flora dan Fauna ...18

H. Keadaan Sos ial dan Ekonomi dan Budaya Masyarakat...20

IV. M ETODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu ... ...22

B. Obyek... ...22

C. Kerangka Pemikiran...22

D. Batasan Studi...23

(8)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Masyarakat yang Melakukan Pemungutan Hasil Hutan ....29

B. Jenis-jenis Hasil Hutan yang Dimanfaatkan ...34

C. Nilai Manfaat Hasil Hutan ... ...45

D. Persepsi Para Pihak Tentang Pemungutan Hasil Hutan...47

VI.KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...51

B. Saran...52

DAFTAR PUSTAKA...53

(9)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Rekapitulasi Pengumpulan Data ... 26

2. Nilai Manfaat Riil tiap Jenis Hasil Hutan... 27

3. Rekapitulasi Manfaat Riil Seluruh Jenis Hasil Hutan ... 27

4. Umur ... 29

5. Jumlah Anggota Keluarga ... 30

6. Tingkat Pendidikan... 30

7. Mata Pencaharian ... 31

8. Kepemilikan Lahan... 32

9. Persentase Hasil Hutan yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Sekitar Desa Penelitian di Taman Nasional Manusela ... 34

10. Tata Waktu Pemanfaatan Hasil Hutan oleh Masyarakat... 35

11. Nilai Manfaat Babi ... 36

12. Nilai Manfaat Damar ... 37

13. Nilai Manfaat Kayu Bakar ... 38

14. Nilai Manfaat Rotan... 39

15. Nilai Manfaat Rusa ... 41

16. Nilai Manfaat Sagu... 42

17. Rata -rata Harga Tiap Jenis Hasil Hutan Taman Nasional Manusela ... 45

18. Nilai Hasil Hutan yang Dipungut oleh Masyarakat per Tahun... 46

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian... 15

2. Kerangka Pemikiran Penelitian... 23

3. Tahapan-taha pan untuk Mendapatkan Informasi... 25

4. Fasilitas Sekolah Dasar (SD) di Desa Solea ... 31

5. Lahan Milik Masyarakat yang Ditanami oleh Tanaman Produksi... 32

6. Lahan Pekarangan Dijadikan Lahan Produksi ... 33

7.Aktivitas Pembakaran untuk Pembukaan Lahan... 34

8. Pengangkutan Kayu Bakar... 39

9. Rusa (Cervus timorensis) ... 40

10. Pemanfaatan Sagu Mentah... 42

11. Pengangkutan Sagu Mentah... 42

12. Lokasi Pemanfaatan Sagu ... 43

13. Jenis Satwa (Burung) di Pusat Rehabilitasi Satwa Desa Masihula n... 47

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Karakteristik Responden... 56

2 Aktivitas Pemungutan Hasil Hutan di Taman Nasional Manusela ... 58

3. Pendapatan di Luar Hasil Huta n... 64

4. Tingkatan Pendapatan Total Responden Berdasarkan Kelompok Pendapatan Rumah Tangga ... 65

5. Pendapatan Total di Luar Hasil Hutan per Kapita (Rp/Tahun) ... 67

6. Kuisioner Penelitian ... 69

(12)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Taman Nasional dan kawasan konservasi lainnya, memberikan manfaat yang tak ternilai dan sangat penting. Manfaat tersebut meliputi kekayaan hasil hutan, laut, perlindungan ekosistem dan sebagainya yang sangat berarti bagi kelangsungan hidup manusia. Karena itu dalam pemanfaatan hasil hutan harus dilakukan dengan cara-cara yang benar, sehingga kelestariannya dapat terjamin.

Pemanfaatan hasil hutan dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu manfaat tangible dan manf aat intangible. Manfaat tangible merupakan manfaat yang diperoleh dari sumberdaya alam berbentuk material yang dipungut dan dimanfaatkan langsung oleh masyarakat seperti kayu, getah, rotan, buah-bua han, kulit dan lain sebagainya sedangkan manfaat intangible merupakan manfaat yang diperoleh dari sumberdaya alam tetapi tidak dirasakan langsung oleh masyarakat seperti rekreasi, hidrologi, pendidikan, penelitian, pengaturan iklim dan sebagainya. Berbagai manfaat tersebut merupakan aset nasional yang perlu dipertahankan sehingga pengelolaan suatu kawasan konservasi khususnya taman nasional sangat dibutuhkan.

Menurut Departemen Kehutanan Balai Konservasi Sumberdaya Alam VIII Sub Balai Konservasi Sumberdaya Alam Maluku (1997) Taman Nasional Manusela dengan luas 189.000 ha merupakan salah satu kawasan konservasi di Indonesia yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 736/Mentan/X/1982 Tanggal 14 Oktober 1982, yang merupakan gabungan Cagar Alam Wai Nua dan Cagar Alam Wai Mual serta tambahan perluasan perairan. Tekanan penduduk terhadap ekosistem Taman Nasional Manusela berpangkal dari kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya keberadaan taman nasional sebagai daerah penyangga kehidupan dan sumber plasma nuftah (Departemen Kehutanan Balai Konservasi Sumberdaya Alam VIII Sub Balai Konservasi Sumberdaya Alam Maluku 1997). Pengetahuan masyarakat akan fungsi dan manfaat taman nasional pada umumnya juga masih sangat kurang. Tekanan dan ancaman terhadap kawasan Taman Nasional Manusela diantaranya adalah

(13)

perambahan kawasan, perburuan satwa tanpa ijin, pencurian kayu, pengambilan kayu bakar, rotan, rempah-rempah dan berbagai sumberdaya alam lainnya.

Pemanfaatan kawasan konservasi di luar fungsinya tidak jarang menimbulkan berbagai tekanan terhadap keutuhan kawasan dan potensinya. Di beberapa kawasan taman nasional, misalnya yang menurut tujuan penetapan peruntukkannya sebagai kawasan yang tertutup untuk kegiatan manusia yang bersifat ekstraktif, saat ini telah berkembang kegiatan pertambangan, pemukiman, perkebunan, industri, baik secara fisik lingkungan maupun ekonomi. Ketergantungan masyarakat pada saat ini dapat dikategorikan menjadi legal dan tidak legal. Ketergantungan yang tidak legal ini jika tidak dilakukan pengaturan yang memadai akan dapat merusak potensi sumberdaya taman nasional sedangkan ketergantungan yang legal dapat ditingkatkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.

Paradigma pemanfaatan sumberdaya alam hayati seharusnya tidak hanya dibatasi pada pemanfaatan jasa hutan dan lingkungannya se mata, melainkan juga harus dimungkinkan pemanfaatan bentuk lain yang secara riil mampu berkontribusi nyata terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat tanpa menganggu fungsi kawasan secara keseluruhan (Soekmadi, 2005). Tolak ukur keberhasilan pengelolaan suatu taman nasional, salah satunya dinilai dari seberapa jauh luas taman nasional bisa dipertahankan dari berbagai bentuk gangguan dan perambahan dari luar, termasuk perlindungan terhadap spesies flora dan fauna yang terancam punah dan dilindungi. Namun demikian secara simultan taman nasional tetap dituntut selalu memberikan manfaat sosial ekonomi yang kongkrit dan lestari. Minimal, manfaat itu dapat dirasakan langsung oleh masyarakat sekitarnya.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, untuk mengetahui seberapa besar manfaat riil yang diperoleh oleh masyarakat dengan keberadaan sumberdaya alam di Taman Nasional Manusela, maka dilakukan studi pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat sekitar Taman Nasional Manusela.

(14)

B. Permasalahan

Pada masyarakat agraris peran sumberdaya hutan untuk konsumsi langsung dan subsisten. Sedangkan pada masyarakat yang lebih modern utamanya dimanfaatkan untuk konsumsi langsung yang bersifat produktif misalnya pemanenan kayu dan non kayu dan konsumsi tidak langsung seperti fungsi estetis, fungsi hidrologis, fungsi konservasi dan sebagainya (McNelly 1992).

Seperti halnya tekanan masyarakat sekitar terhadap keberadaan Taman Nasional Manusela, pertambahan penduduk yang meningkat pesat telah memunculkan berbagai permasalahan, diantaranya adalah kebutuhan hidup penduduk dan kebutuhan lahan. Peningkatan kebutuhan hidup akan pangan, kayu, air, lapangan kerja dan mutu lingkungan hidup, demikian juga dengan kebutuhan lahan untuk perumahan, perindustrian dan pertanian. Upaya pemenuhan kebutuhan yang meningkat baik kualitas maupun kuantitas, secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan tekanan dan ancaman terhadap sumberdaya alam. Masyarakat cenderung memilih masuk kawasan hutan untuk memanfaatkan hasil hutan yang ada di dalamnya.

Pemanfaatan hasil hutan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar tentu saja dilarang oleh pengelola kawasan Taman Nasional Manusela karena sangat mengancam keberadaan sumberdaya alam yang ada di kawasan Taman Nasional Manusela. Walaupun larangan pemanfaatan tersebut telah ditekankan, namun karena masih kurangnya kepedulian masyarakat terhadap peraturan yang berlaku, dan pengambilan hasil hutan tetap saja terjadi dan hal ini dianggap ilegal oleh pengelola Taman Nasional Manusela.

(15)

C. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui karakteristik masyarakat yang memanfaatkan hasil hutan. 2. Mengidentifikasi jenis-jenis hasil hutan yang dimanfaatkan oleh

masyarakat di dalam kawasan Taman Nasional Manusela.

3. Mengkalkulasi manf aat nyata yang diperoleh masyarakat dari pemanfaatan hasil hutan yang berada di Taman Nasional Manusela serta menghitung tingkat ketergantungan pemanfaat terhadap hasil hutan di dalam kawasan Taman Nasional Manusela.

4. Mengetahui persepsi masyarakat dan pengelola taman nasional dengan adanya Taman Nasional Manusela dalam rangka meningkatkan sistem pengelolaan Taman Nasional Manusela.

D. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan Taman Nasional Manusela pada masa yang akan datang untuk menciptakan suatu pola hubungan yang lebih baik antara pengelola kawasan dengan masyarakat sekitar, sehingga kelestarian kawasan lebih terjamin dan kesejahteraan masyarakat dapat lebih ditingkatkan.

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Taman Nasional

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 mengenai Konservasi Sumberdaya Alam Hutan dan ekosistemnya, Taman Nasional didefinisikan sebagai berikut :

Taman Nasional adalah suatu kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dikelola dengan sistem zonasi, yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.

Menurut Davey dan Philips (1998) terdapat defenisi baru untuk kawasan lindung (IUCN 1994a). The World Conservation Union (IUCN) memberikan rencana berdasarkan tipe kawasan lindung yang akan diubah dan disederhanakan oleh World Commisison on Protected Area (WCPA) dalam enam kategori manajemen yakni :

• Perlindungan yang tepat : a) Menyediakan perlindunga n alami, b) Daerah hutan belantara,

• Konservasi ekosistem dan rekreasi (taman nasional), • Konservasi ciri-ciri alami (monumen alami),

• Konservasi melalui manajemen aktif (manajemen habitat/spesies), • Konservasi tanah dan rekreasi (perlindungan tanah),

• Penggunaan kelestarian bagi ekosistem alami (manajemen wilayah perlindungan sumberdaya).

Pembangunan taman nasional ditujukan untuk menciptakan pengelolaan yang berhasil guna dan mewujudkan upaya konservasi sumberdaya alam yang berfungsi sebagai pelindung unsur ekologi dan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keragaman jenis plasma nutfah serta pelestarian pemanfaatan penunjang kehidupan dan kesejahteraan masyarakat (Direktorat Taman Nasional dan Hutan Wisata 1984). Menurut Hartono (1986) dalam Setiawan (1999) tujuan utama pembangunan taman nasional adalah menjaga keutuhan keterwakilan ekosistem. Keterwakilan ekosistem ini berarti melindungi ekosistem itu dari kerusakan dan merehabilitasi kembali apa yang sudah terlanjur rusak, disamping

(17)

itu haruslah ada upaya menghilangkan sebab kerusakan dan menghentikan kegiatan perusakan tersebut.

Adapun sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan Taman Nasional seperti pedoman yang dikeluarkan oleh Direktorat Taman Nasional dan Hutan Wisata (1984) meliputi empat hal pokok, yaitu :

• Memperbaiki fungsi kawasan konservasi semaksimal mungkin sesuai dengan daya dukungnya,

• Menciptakan hubungan antara konservasi dan kepentingan pembangunan melalui pengembangan budidaya pertanian dan perikanan dari aneka ragam jenis yang ada sebagai sumber plasma nutfah,

• Meningkatkan suatu pelayanan bagi pengunjung untuk memanfaatkan taman nasional baik untuk penelitian, wisata, pengambilan gambar dan penulisan untuk publikasi maupun kegiatan lainnya, dan

• Membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar taman nasional antara lain dengan menyediakan lapangan kerja, memacu terciptanya jasa angkutan dan akomodasi serta mendorong pembangunan di berbagai sektor lainnya.

Menurut Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam (1982) untuk menjamin berhasilnya pengelolaan taman nasional dalam usaha mencapai sasaran pokok proteksi dan kegembiraan perlu adanya ruang bagi para pengunjung dan bagi kepentingan perlindungan, alokasi demikian disebut sistem zoning. Sistem pengelolaan kawasan taman nasional dibagi beberapa zone dalam hubungannya dengan kegiatan manusia, zone tersebut adalah :

• Mintakat inti (Sanctuary Zone), di daerah ini tidak ada kegiatan manusia dan yang hanya boleh dilakukan adalah tindakan-tindakan yang diperlukan untuk preservas i dan penelitian,

• Mintakat rimba (Wilderness Zone), daerah ini merupakan jalan berpemandangan indah, jalan-jalan yang melalui hutan lebat, jalan setapak dan lain -lain serta menjadi tempat berlindung yang menarik dan sederhana dan tempat yang tepat untuk melihat satwa yang menarik bagi pengunjung taman nasional,

(18)

• Mintakat pemanfaatan (Intensive Use Zone), pada prinsipnya pengelolaannya bertujuan untuk dapat dicapai pengunjung yang banyak dan intensif, sehingga tersedia fasilitas-fasilitas bagi pengunjung,

• Zona pemanfaatan khusus, mencakup tanah yang diperlukan untuk pelayanan pengelolaan,

• Zona perbaikan, merupakan daerah yang termasuk dalam kawasan yang dilindungi, dimana seperti bekas perladangan dan penggembalaan ternak, dan

• Zona historis, termasuk kawasan prasejarah atau menunjukkan kearkeologian dan kawasan lain yang menunjukkan wajah budaya.

B. Interaksi Masyarakat Sekitar dengan Taman Nasional

Interaksi merupakan suatu hubungan yang terjadi antara dua faktor atau lebih yang saling mempengaruhi dan saling memberikan aksi reaksi (Moen 1973 dalam Firmansyah 2004).

Masyarakat di sekitar taman nasional adalah sekumpulan individu, keluarga dan komunitas tradisional atau modern yang bertempat tinggal tetap atau terus menerus pada suatu areal tertent u. Areal ini berada di dalam atau berbatasan dengan suatu kawasan taman nasional yang telah berdiri atau telah diusulkan sebagai kawasan taman nasional (West dan Brechin 1995 dalam Wibisono 1997). Kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar taman nasional relatif rendah ini merupakan faktor pendorong yang kuat untuk melakukan tekanan-tekanan terhadap sumberdaya alam di taman nasional (Alikodra 1989).

Pengelolaan kawasan dilindungi oleh agen spesifik sangat mempengaruhi berbagai macam kelompok masyarakat. Kelompok tersebut meliputi masyarakat yang tinggal di dalam atau di luar kawasan, terutama sejumlah orang yang menggunakan atau memperoleh sumberdaya alam dari kawasan dilindungi, selain itu juga meliputi sejumlah orang yang memiliki pengetahuan, kapa sitas dan aspirasi yang berhubungan dengan pengelolaannya serta sejumlah orang yang mengenal nilai budaya, agama dan rekreasi di kawasan tersebut (Borini dan Feyerabend 1999).

(19)

Berdasarkan hasil kongres WCPA terakhir pada tahun 2003, diamandatkan bahwa pengelolaan kawasan konservasi harus mampu memberikan manfaat ekonomi bagi para pihak yang berkepentingan, termasuk masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan konservasi. Masyarakat tersebut akan termotivasi berperan serta untuk kepentingan pengelolaan kawasan dalam jangka panjang. Hal ini akan berimplikasi terbukanya akses bagi masyarakat terhadap pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang terdapat dalam kawasan secara berkesinambungan (Soekmadi 2005).

Menurut Phillips (2002) peraturan yang sangat tegas menyatakan bahwa tidak ada kawasan dilindungi dapat sukses dalam jangka waktu yang lama jika berlawanan dengan kondisi lokal. Selain itu juga menurut MacKinnon et al. (1993), bahwa keberhasilan pengelolaan banyak bergantung pada kadar dukungan dan penghargaan yang diberikan kepada kawasan yang dilindungi oleh masyarakat sekitar. Di tempat dimana kawasan dilindungi dipandang sebagai penghalang, penduduk setempat dapat menggagalkan pelestarian. Tetapi bila pelestarian dianggap sebagai sesuatu yang positif manfaatnya, penduduk setempat sendiri yang akan bekerjasama dengan pengelola dalam melindungi kawasan itu dari pengembangan yang membahayakan.

Menurut MacKinnon et al. (1993), interaksi masyarakat dengan kawasan yang dilindungi dapat diarahkan pada suatu tingkat integrasi dimana keperluan masyarakat akan sumberdaya alam dapat dipenuhi tanpa mengganggu atau merusak potensi kawasan. Salah satu alternatifnya adalah membentuk daerah penyangga sosial yaitu daerah penyangga yang berguna untuk mengalihkan perhatian masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga mereka tidak merugikan hutan tersebut. Daerah penyangga juga dapat berfungsi sebagai usaha pertanian intensif, tempat untuk mengembangkan dan membina hubungan tradisional antara manusia dengan alam. Keberhasilan pengelolaan banyak bergantung pada kadar dukungan dan penghargaan yang diberikan kepada kawasan yang dilindungi dipandang sebagai penghalang, penduduk setempat dapat menggagalkan pelestarian. Tetapi bila pelestarian dianggap sebagai sesuatu yang positif manfaatnya, penduduk setempat sendiri yang akan bekerjasama

(20)

dengan pengelola dalam melindungi kawasan itu dari pengembangan yang membahayakan. bb

Menurut Departemen Kehutanan Balai Konservasi Sumberdaya Alam VIII Sub Ba lai Konservasi Sumberdaya Alam Maluku (1997), kegiatan konservasi sumberdaya alam yang dikelola dalam bentuk kawasan konservasi seperti halnya Taman Nasional Manusela, tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan pembangunan daerah di sekitarnya. Oleh karena itu, keadaan sosial budaya masyarakat sekitar kawasan sangat berpengaruh terhadap dan dipengaruhi oleh keberadaan kawasan Taman Nasional Manusela. Masyarakat di sekitar Taman Nasional Manusela mempunyai mata pencaharian pokok dari usaha pertanian, perikanan dan peternakan.secara umum, taraf hidup masyarakat di dalam mengelola lahan masih bersifat subsisten, yaitu memproduksi lahan untuk konsumsi sendiri. Tingkat pendidikan secara umum masih sangat rendah, sehingga penggarapan dalam bidang sektor pertanian dan perikanan juga masih sangat rendah. Keadaan sosial ekonomi masyarakat yang demikian menimbulkan berbagai permasalahan yang merupakan tekanan terhadap kawasan dan sumberdaya alam Taman Nasional Manusela. Interaksi yang terjadi antara masyarakat dengan taman nasional diantaranya interaksi pemanfaa tan terhadap jenis-jenis hasil hutan seperti pengambilan kayu bakar (rencek), madu, buah, sayur -sayuran, umbi-umbian, rempah-rempah, rotan, bambu, sagu, dan berbagai sumberdaya alam lainnya pada kawasan Taman Nasional Manusela. Sebagian besar kegiatan tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang ketentuan-ketentuan yang terkait dengan Taman Nasional Manusela. Di sisi lain, disebabkan oleh terbatasnya alternatif bagi pemenuhan kebutuhan dasar mereka sehari-hari.

C. Manfaat Hasil Hutan

Manfaat adalah pertambahan nilai pasar hasil tanaman, ikan serta barang lain karena perbaikan kualitas lingkungan (Hufschmidt et al. 1987). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan pengertian hasil hutan adalah benda -benda hayati, non hayati dan turunannya, serta jasa yang berasal dari hutan. Benda -benda hayati meliputi hasil nabati dan hewani beserta turunannya, sedangkan benda-benda non hayati berupa sumber air, udara bersih, dan lain-lain

(21)

yang tidak termasuk benda-benda tambang. Jasa yang biasa diperoleh dari hutan adalah berupa jasa wisata, keindahan dan keunikan, perburuan dan lain-lain.

Beberapa manfaat kawasan konservasi dikategorikan oleh Dixon dan Sherman (1990) antara lain : manfaat rekreasi, perlindungan daerah aliran, proses-proses ekologis, keragaman hayati, pendidikan dan penelitian, manfaaat-manfaat konsumtif, manfaat-manfaat non konsumtif serta nilai-nilai masa depan.

Berdasarkan manfaatnya, jenis hasil hutan dapat dibedakan dalam dua golongan yaitu manfaat tangible dan manfaat intangible. Manfaat tangible merupakan manfaat yang diperoleh dari sumberdaya alam berbentuk material yang dipungut dan dimanfaatkan langsung oleh masyarakat seperti kayu, getah, rotan, buah-buahan, madu dan lain sebagainya. Sedangkan manfaat intangible merupakan manfaat yang diperoleh dari sumberdaya alam tetapi tidak dirasakan langsung oleh masyarakat seperti rekreasi, hidrologi, pendidikan, penelitian, pengaturan iklim dan sebagainya.

Pemanfaatan kawasan taman nasional secara umum mencakup kegiatan pemanfaatan atas potensi sumberdaya alam taman nasional yakni berupa:

a) Pemanfaatan kawasan sebagai sumber plasma nutfah, untuk selanjutnya plasma nutfah tersebut dibudidayakan dan dikembangkan di luar kawasan taman nasional antara lain untuk kepentingan budidaya jamur, budidaya tanaman obat, budidaya tanaman hias, penangkaran satwa dan lain-lain. b) Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu yang mencakup pengambilan dan

pemungutan hasil hutan bukan kayu dengan tidak merusak fungsi kawasan taman nasional seperti pengambilan madu, pengambilan getah, pengambilan buah, pengambilan umbi-umbian dan lain-lain.

c) Pemanfaatan jasa wisata dan lingkungan yang mencakup pemanfaatan potensi wisata dan jasa lingkungan tanpa merusak fungsi kawasan taman nasional seperti pemanfaatan obyek wisata untuk kegiatan pariwisata dan rekreasi alam, pemanfaatan air, pemanfaatan keindahan dan kenyamanan, pemanfaatan untuk penelitian dan pendidikan, dan lain-lain.

(22)

Keberadaan kawasan konservasi masih belum dirasakan manfaatnya secara optimal, baik oleh masyarakat sekitar dan masyarakat yang tinggal di dalam kawasan, maupun bagi daerah itu sendiri. Karena itu, paradigma pemanfaatan sumberdaya alam hayati seharusnya tidak hanya diba tasi pada pemanfaatan jasa hutan dan lingkungannya semata, melainkan juga harus dimungkinkan pemanfaatan bentuk lain yang secara riil mampu berkontribusi nyata terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat tanpa menganggu fungsi kawasan secara keseluruhan (Soekmadi 2005).

D. Penilaian Terhadap Manfaat Hasil Hutan

Nilai adalah persepsi manusia yang merupakan harga sesuatu yang dinilai oleh setiap individu dan tergantung pada waktu dan tempat (Davis dan Johnson 1987). Sedangkan penilaian diartikan seba gai pendugaan terhadap nilai dari sesuatu, kemudian dinyatakan harganya. Jenis nilai yang dimaksudkan secara umum adalah nilai pasar. Dalam keadaan dimana tidak ada pasar sama sekali untuk komoditi-komoditi dari jenis-jenis yang akan dinilai digunakan standar lain yaitu dengan substitusi atau nilai barang penggantinya (Duerr 1960). Dalam melakukan penilaian terhadap manfaat hutan, penilaian lebih banyak dilakukan untuk menilai manfaat tidak langsung seperti nilai rekreasi dan fungsi hidrologis sedangkan manfaat langsung sebagian belum dinilai misalnya kayu bakar, tanaman obat, rumput-rumputan, tanaman hias dan hasil lain.

Peran dari adanya pengelolaan taman nasional adalah mencegah hilangnya atau menambahkan nilai sumberdaya yang merupakan asetnya ters ebut. Penilaian sumberdaya dapat menggunakan teknik ekonomi untuk mengatur secara kuantitatif nilai pemanfaatan dan non pemanfaatan sebuah taman nasional (Merril dan Elfian 2001).

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian ekonomi dari hasil hutan diantaranya :

1. Metode Nilai Pasar

Nilai pasar adalah nilai atau angka rupiah yang ditetapkan untuk transaksi atau jual beli di pasar. Nilai yang dianggap standar adalah nilai pasar, yakni harga

(23)

yang ditetapkan untuk penjual dan pembeli tanpa campur tangan pihak lain atau keadaan kompetisi sempurna (Davis dan Johnson 1987).

Harga pasar dari sebuah barang adalah cara yang paling lazim digunakan untuk menentukan nilai barang tersebut (Lowe and Lewis 1980 dalam Wibisono 1997).

2. Metode Nilai Relatif

Metode nilai relatif pada prinsipnya adalah menilai suatu barang yang belum ada pasarnya dengan memperbandingkannya dengan barang lain yang sudah diketahui harga pasarnya dan dalam penilaian tersebut apabila sekali suatu benda yang dinilai masyarakat atau sudah diketahui harga pasarnya, maka nilai benda itupun dapat diketahui (Davis dan Johnson 1987).

3. Metode Biaya Pengadaan

Metode biaya perjalanan (travel cost method) sebagai salah satu teknik penilaian manfaat secara tidak langsung, pada dasarnya adalah pendekatan untuk menilai manfaat dari suatu barang dengan cara menghitung korbanan-korbanan yang dikeluarkan oleh konsumen agar dapat mengkonsumsi barang yang akan dikonsumsinya (Davis dan Johnson 1987). Dalam hal manfaat barang dan ja sa hutan jika digunakan untuk konsumsi sendiri, metode biaya perjalanan dimodifikasi menjadi metode biaya pengadaan. Metode biaya pengadaan ini pada prinsipnya menghitung berapa uang yang dikorbankan konsumen untuk memperoleh barang yang akan dikonsumsinya.

Terdapat lima karakteristik dari kawasan konservasi yang membuat penilaian ekonomi sumberdaya menjadi sulit (Dixon and Sherman 1990) antara lain :

• Tidak ada persaingan : tidak ada kompetisi dalam mengkonsumsi jasa -jasa yang diberikan oleh kawasan konservasi.

• Tidak ada pengecualian : akses yang terbuka terhadap sumberdaya sering menyebabkan tidak adanya harga pasar terhadap sumberdaya tersebut kendati pun nilai aktualnya cukup besar.

(24)

• Manfaat mengalir ke luar kawasan : manfaat kawasan konservasi dapat menyebar ke wilayah pemukiman penduduk non-tempatan, propinsi atau negara lain, yang menyebabkan harga jasa-jasa ini di bawah nilai sesungguhnya.

• Ketidakpastian : kegagalan pasar terjadi karena informasi yang tidak lengkap atau tidak benar mengenai kela ngkaan sumberdaya alam yang terdapat di dalam kawasan konservasi.

• Tidak dapat diperbaharui : seandainya suatu kawasan konservasi rusak, jelas akan memakan waktu berabad-abad untuk dapat mengembalikannya lagi seperti sediakala, sehingga suplai barang dan jasa menjadi tidak elastis yang menyebabkan nilai aktual dari kawasan konservasi tersebut sulit diukur.

(25)

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah, Letak dan Luas Kawasan

Pada Tahun 1972 di Pulau Seram ditetapkan dua kawasan hutan sebagai cagar alam, yaitu kawasan hutan Wae Nua (20.000 Ha) dan kawasan hutan Wae Mual (17.500 Ha) melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 557/Kpts/Um/12/1972.

Pada tahun 1978 kedua kawasan cagar alam tersebut diusulkan oleh FAO dan PPA untuk disatukan pengelolaannya diperluas menjadi taman nasional. Kemudian pada Tahun 1980 melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 840/Kpts/Um/1980 telah ditunjuk areal hutan Gunung Kobipoto, Gunung Siguli dan Gunung Lokosatupe, Wae Mual dan sekitarnya seluas 18.300 Ha sebagai hutan suaka alam dan menggabungkan menjadi satu dengan Cagar Alam Wae Mual.

Selanjutnya pada Kongres Taman Nasional Sedunia II di Denpasar Tahun 1982 melalui Surat Pernyataan Menteri Pertanian No. 736/Mentan/X/1982 Tanggal 14 Oktober 1982, Taman Nasional Manusela ditetapkan sebagai kawasan konservasi dengan luas 189.000 Ha.

Kawasan Taman Nasional Manusela secara geografis terletak antara 129°9'3"-129°46'14" BT dan 2°48'24"-3°18'24" LU. Secara administratif pemerintahan kawasan Taman Nasional Manusela termasuk di wilayah Kecamatan Seram Utara yang berkedudukan di Wahai dan Kecamatan Tehoru di Tehoru, Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tengah, Propinsi Daerah Tingkat I Maluku. Menurut administratif kehutanan, Taman Nasional Manusela te rmasuk wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Seram Selatan, Cabang Dinas Kehutanan Maluku Tengah, Dinas Kehutanan Maluku.

Kawasan Taman Nasional Manusela berbatasan dengan :

l Sebelah Utara, berbatasan dengan garis pantai sebelah barat Desa Pasahari, Tanjung Mual sampai Labuhan menuju ke Selatan Desa Soka menyusuri anak sungai Wai Toluarang menuju Desa Roho, Sawai dan mengikuti garis pantai ke arah Barat menuju Desa Saleman.

(26)

l Sebelah Timur, membentang mulai dari Desa Lairuku di kawasan Seram Selatan ke utara menuju Desa Manusela, Maraina, Kanikeh kembali ke arah Timur menuju Desa Hatuolo menyusuri Sungai Wae Isal sampai ke Desa Pasahari.

l Sebelah Selatan, berbatasan dengan Desa Laimu, Manoratu, Tehoru, Mosso, Yaputih sampai ke Desa Saunulu.

l Sebelah Barat, berbatasan dengan Desa Saunulu dan Tanjung Mual di sebelah Selatan kemudian ke arah Barat Laut menyusuri Wae Kawa sampai Desa Saleman.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

B. Aksesibilitas

Lokasi Taman Nasional Manusela dapat dicapai melalui pantai Utara (Sawai dan Wahai) atau melalui pantai Selatan (Tehoru dan Moso). Rute dari Moso sangat cocok bagi yang menyukai pendakian, karena kelerengannya sekitar 30%. Dari Ambon ke Masohi menggunakan ferry setiap hari sekitar 8 jam, dilanjutkan ke Saka menggunakan mobil sekitar 2 jam, dan ke Wahai menggunakan speedboat sekitar 2 jam.

(27)

C. Topografi

Kawasan Taman Nasional Manusela mencakup 19% dari keseluruhan luas Pulau Seram, keadaan lahannya sebagian besar bergelombang dan berupa pegunungan kapur. Topografi kawasan Taman Nasional Manusela mulai dari dataran (dataran Mual), bergelombang, berbukit, sampai bergunung-gunung dengan ketinggian mulai dari 0-3027m dpl. Kemiringan lahan berkisar antara 30-60% mulai dari Gunung Merkele sampai Gunung Binaya sebagai puncak tertinggi. Sebagian besar kawasan ini memiliki kelerengan yang sangat tajam dengan lembah-lembah yang dalam. Bagian yang relatif landai terletak di bagian utara sekitar Wahai dan Sasarata serta bagian selatan di daerah Hatumete, Hatu dan Woke.

Berdasarkan ketinggian di atas permukaan air laut, kawasan Taman Nasional Manusela dibedakan menjadi empat kategori yaitu :

1. Dataran rendah di bawah ketinggian 500 m dpl. 2. Dataran tinggi antara 500-1500 m dpl.

3. Daerah pegunungan antara 1500-2500 m dpl.

4. Zona sub alpin dengan ketinggian di atas 2500 m dpl.

D. Iklim

Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson (Departemen Kehutanan Balai Konservasi Sumberdaya Alam VIII Sub Balai Konservasi Sumberdaya Alam Maluku 1997) kawasan Taman Nasional Manusela termasuk dalam daerah iklim tipe A dengan nilai Q = 27, 9. Rata-rata curah hujan berkisar antara 1500 mm sampai dengan 2000 mm dengan temperatur udara antara 25º-30° C dengan kelembaban udara rata -rata 82,9%-93,5%.

Musim kemarau dan penghujan di daerah Kabupaten Maluku Tengah tidak datang pada waktu yang bersamaan. Di bagian Selatan Pulau Seram dan Buru serta pulau-pulau kecil di sekitarnya musim timur/tenggara berlangsung antara bulan Mei-September dan mencapai puncak pada bulan Juni-Agustus. Musim barat terjadi pada bulan November dan Desember dengan angin barat dan barat laut yang berubah-ubah. Pada bulan-bulan itu curah hujan relatif kecil. Musim

(28)

pancaroba jatuh pada bulan April dan Oktober sedangkan pada bulan Oktober dan November telah masuk musim kemarau.

Bagian Utara Pulau Seram dan Buru serta pulau-pulau kecil lainnya bermusim tidak teratur. Semakin ke Utara semakin banyak kabut sehingga hujan turun hampir tiap bulan. Musim barat berlangsung antara Desember-Maret dengan angin barat laut yang tidak teratur. Data untuk Kecamatan Wahai mewakili semua daerah Manusela bagian Utara menunjukkan musim penghujan berlangsung mulai dari bulan November-April, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Mei-Oktober.

E. Geologi dan Tanah

Berdasarkan Peta Geologi Indonesia Tahun 1965 skala 1 : 2.000.000 yang diterbitkan oleh Direktorat Geologi Bandung (Departemen Kehutanan Balai Konservasi Sumberdaya Alam VIII Sub Balai Konservasi Sumberdaya Alam Maluku 1997) , formasi geologi Taman Nasional Manusela terdiri dari batuan sedimen meozoikum tak dibedakan, trias meogen, alluvium, terumbu koral dan sekis hablur.

Menurut penelitian Rutten dan Germeraad (1946) dalam Departemen Kehutanan Balai Konservasi Sumberdaya Alam VIII Sub Balai Konservasi Sumberdaya Alam Maluku (1997), kawasan Taman Nasional Manusela terbentuk oleh 2 formasi geologi yang berbeda. Kedua jenis formasi geologi tersebut yaitu : 1. Formasi batu kapur tersier yang membentuk gunung-gunung dari tepi

Gunung Merkele dan Kabipoto.

2. Formasi batuan yang terdiri dari endapan alluvial, konglomerat pasir laut dan batuan kerikil yang membentuk dataran di sebelah utara dan lembah Manusela. Konglomerat yang berasal dari batuan quarter kemudian membentuk bukit -bukit dari tepi yang rendah namun curam di dataran Mual. Berdasarkan data yang ada, kawasan Taman Nasional Manusela terbentuk oleh dua asosiasi tanah yaitu :

1. Orthic aerosols, asosiasi tanah ini menempati daerah dataran rendah Mual. Jenis tanah ini bersifat asam dengan kandungan bahan organik rendah serta berdrainase jelek. Per mukaan tanah dataran tersebut sering tercuci oleh

(29)

banjir, hal ini terbukti dengan ditemukannya bercak-bercak besar berupa pasir putih yang menempel di pepohonan.

2. Dystris cambisol, asosiasi tanah ini menempati kawasan tepi-tepi Gunung Merkele dan Kabipoto. Jenis tanah ini bersifat agak asam sampai asam dengan kandungan bahan organik rendah dengan drainase jelek. Secara umum tanah tersebut kurang subur.

Berdasarkan Peta Tanah Bagan Indonesia Tahun 1968 dengan skala 1 : 2.500.000. yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian Tanah Bogor (Departemen Kehutanan Balai Konservasi Sumberdaya Alam VIII Sub Balai Konservasi Sumberdaya Alam Maluku 1997) , kawasan Taman Nasional Manusela terdiri dari jenis-jenis tanah sebagai berikut :

1. Red Yellow Podzolik, menempati lahan dengan topografi datar sampai berombak terletak di dataran yang terpengaruh oleh pasang surut air laut. 2. Alluvial, menempati daerah pasang surut.

3. Grey Brown Podzolik, menempati lahan dengan topografi berbukit sampai dengan bergunung di daerah vulkan.

F. Hidrologi

Areal Taman Nasional Manusela dialiri sejumlah sungai yang berhulu di Gunung Kabipoto yang mengalir ke arah Utara melewati dataran Mual menuju laut. Sungai-sungai besar yang ada antara lain : Wae (sungai) Mual, Wae Toluarang dan Wae Isal yang memiliki panjang lebih dari 75 km. Sungai-sungai lain yang lebih kecil adalah Wae Kawa, Wae Nua, Wae Sariputih, Wae Samal dan Wae Tolohatela. Sungai-sungai tersebut beserta anak-anak sungainya memiliki aliran deras dan melewati kawasan dengan konfigurasi lapanga n yang terjal.

G. Kondisi Flora dan Fauna

Potensi sumberdaya alam hayati di Taman Nasional Manusela sangat beragam, dapat ditemui berbagai ekosistem, diantaranya ekosistem pantai, ekosistem rawa payau, ekosistem mangrove, ekosistem rawa air tawar, hutan sekitar tebing, hutan tropika basah dataran rendah, hutan tropika basah pegunungan dan hutan sub alpin.

(30)

Kekayaan fauna juga beranekaragam, terutama jenis burung, dan berbagai satwa endemik seperti mamalia dan reptilia. Jenis mamalia tersebut yakni bandicoot/mapea (Rhycomeles prattorum), kusu (Spilocuscus maculatus, dan Phalanger orientalis), dan lima jenis rodensia, yaitu Melomys aerosus, Melomys fulgens, Melomys flaterculus, Rattus ceramicus dan Rattus feliceus. Selain itu dijumpai jenis mamalia yang lebih besar yaitu seperti rusa (Cervus timorensis), babi hutan (Sus scrofa dan Sus celebensis), anjing liar (Canis familiaris), kucing liar (Felis catus), dan musang (Paradoxorus hemaproditus, Vivera tangulunga). Jenis kelelawar yang dijumpai antara lain Rousettus amplixicaudus, Pteropus melaopogon, Pteropus ocularis dan Macroglossus minimus. Jenis burung diantaranya adalah Kasturi Tengkuk Ungu (Lorius domicella) dan Kakatua Maluku (Cacatua moluccensis). Jenis reptilia terdapat satu jenis kadal endemik Pulau Seram yaitu Dibamus seramensis, dua jenis ular yakni Calamaria ceramensis dan Thyphlops kraali dan buaya (Crocodylus pororus). Sedangkan jenis amphibi ditemukan Platymantis papuaensis, Rana modesta, Rana grisea ceramensis, Litoria vagabunda, Litoria sp. Litoria amboinensis, Litoria infrafenata dan Phrynomantis fusca. Jenis kupu-kupu yang terdapat di kawasan Taman Nasional Manusela antara lain Ornithoptera priamus, Ornithoptera goliathorocus, Papilio ulysses, Papilio fuscusfuscus, Grafhium stresemani, Delias manuselensis, Delias sp, Hebomia leucippe leucippe, Valeria jobaea elsa, Enaema candida candida, Idea idea, Danaus chovsippus, Danaus hanata nigra, Eupolea climena melina, Eupoles sp. Dua jenis kupu-kupu endemik Pulau Seram yaitu Epimastidia staudingeri dan Hypochryops dolechallii.

Pada daerah laut atau pantai banyak ditemukan taman-taman laut yang menakjubkan, dengan berbagai jenis karang, ikan hias dan tumbuhan laut. Demikian pula kekayaan flora yang ada di Taman Nasional Manusela banyak didominasi oleh jenis anggrek. Selain jenis anggrek terdapat juga jenis paku-pakuan (Cyanthea binaya M.Kato dan Cyanthea pukuana M.Kato) dan dipterocarpaceae (Shorea selanica dan Vatica sp.) Adapun genus Eucalyptus yaitu Eucalyptus deglupta.

(31)

H. Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat.

1. Gambaran Desa-desa di sekitar Taman Nasional Manusela

Desa-desa di sekitar Taman Nasional Manusela yang memiliki dampak langsung dengan pengelolaan taman nasional berjumlah 22 desa, terbagi ke dalam 2 kecamatan yaitu Kecamatan Seram Utara sebanyak 17 desa dan Kecamatan Tehoru sebanyak 5 desa. Desa -desa ini tersebar dari dataran rendah pantai sampai daerah pegunungan.

2. Kependudukan

Jumlah penduduk untuk seluruh desa sekitar Taman Nasional Manusela sebanyak 38.399 jiwa dengan rincia n sebagai berikut : Kecamatan Seram Utara berjumlah 24.716 jiwa sedangkan Kecamatan Tehoru berjumlah 13.683 jiwa (Biro Pemerintahan Provinsi Maluku 2004).

3. Mata Pencaharian

Mata pencaharian utama masyarakat desa lokasi penelitian adalah petani. Sedangkan yang lainnya adalah karyawan, pedagang, tukang, dan pensiunan.

Komuniti utama dari usaha tani tersebut untuk tanaman pangan adalah jenis buah-buahan, umbi-umbian dan sebagainya , sedangkan tanaman perkebunan yang diusahakan adalah kelapa, coklat, kakao, durian dan cengkih.

4. Pendidikan

Sarana Pendidikan di Kecamatan Seram Utara dan Kecamatan Tehoru berjumlah 47 unit yang meliputi 39 unit SD, 6 unit SLTP dan 2 unit SLTA (Departemen Kehutanan Balai Konservasi Sumberdaya Alam VIII Sub Balai Konservasi Sumbe rdaya Alam Maluku 1997).

5. Sarana dan Prasarana

Pada Kecamatan Seram Utara dan Kecamatan Tehoru terdapat jalan-jalan raya dengan kondisi yang baik, dengan sarana transportasi dari desa ke desa yang menggunakan kendaraan beroda dua, beroda empat, maupun transportasi laut (speedboat, dan perahu). Disamping itu terdapat fasilitas PLN dan Puskesmas.

(32)

6. Pranata Sosial

Susunan sosial masyarakat pada desa-desa lokasi penelitian (Desa Horale, Desa Sawai, Desa Air Besar, Desa Solea dan Desa Pasahari) pada umumnya sama, yaitu dengan adanya Raja (Kepala Desa) sebagai Kepala Pemerintahan Negeri yang dibantu oleh beberapa staf. Organisasi pemerintahan yang ada pada desa-desa tersebut misalnya LMD (Lembaga Masyarakat Desa) yang berfungsi sebagai pembantu Kepala Desa dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing serta tua -tua adat lainnya yang tugasnya menjalankan acara adat. Tua-tua adat ini juga dianggap sebagai orang yang memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat desa.

(33)

IV. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian tentang studi pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat sekitar taman nasional (Studi Kasus : Desa Horale, Desa Masihulan, Desa Air Besar, Desa Solea dan Desa Pasahari) dilakukan di Taman Nasional Manusela, Maluku Tengah. Waktu yang diperlukan untuk penelitian ini selama satu bulan yaitu Bulan Agustus-September 2005.

B. Obyek Penelitian

Obyek yang akan diteliti adalah masyarakat sekitar Taman Nasional Manusela yang memungut hasil hutan yaitu Desa Horale, Desa Masihulan, Desa Air Besar, Desa Solea dan Desa Pasahari .

C. Kerangka Pemikiran

Suatu pola sistem interaksi akan terjadi apabila terjadi hubungan saling timbal balik. Di dalam ekosistem taman nasional terkandung potensi sumberdaya taman nasional yang meliputi iklim, tanah, flora dan fauna sedangkan pada potensi sumberdaya manusia terdapat karakterististik sosial yang dimiliki oleh setiap masyarakat.

Potensi sumberdaya taman nasional terkandung suatu nilai yang menyebabkan terjadinya hubungan interaksi dan pemanfaatan sumberdaya taman nasional oleh masyarakat sekitar hutan. Selain melakukan pemanfaatan terhadap sumberdaya taman nasional, masyarakat juga memiliki berbagai harapan dengan adanya taman nasional, sehingga dalam hubungan pemanfaatan tersebut menimbulkan suatu hipotesis dukungan dalam pengelolaan taman nasional yang dipengaruhi dari adanya dua aspek penting tersebut yakni, manfaat taman nasional dan harapan-harapan masyarakat dengan keberadaan taman nasional. Hipotesis tersebut menyatakan bahwa dukungan terhadap pengelolaan taman nasional akan semakin tinggi jika manfaat lebih besar daripada harapan yang diperoleh. Sebaliknya jika manfaat lebih kecil daripada harapan-harapan maka semakin kecil juga dukungan terhadap pengelolaan taman nasional.

(34)

Hipotesis dukungan akan mempengaruhi suatu pola manajemen taman nasional dan sangat menentukan keberhasilan pengelolaan taman nasional (Sustainable Park Management). Dengan keberhasilan pengelolaan tersebut akan memberikan keuntungan baik terhadap sumberdaya manusia maupun sumberdaya taman nasional yakni untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan dapat mempertahankan kelestarian taman nasional. Kerangka pemikiran penelitian tersaji pada Gambar 2.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian D. Batasan Studi

1. Penelitian difokuskan pada pemungutan hasil hutan oleh masyarakat sekitar Taman Nasional Manusela.

2. Responden adalah masyarakat Desa Horale, Desa Masihulan, Desa Air Besar, Desa Solea da n Desa Pasahari yang me mungut hasil hutan dari dalam kawasan taman nasional dan terpilih untuk diwawancarai.

3. Lokasi penelitian adalah daerah di sekitar kawasan Taman Nasional Manusela (Desa Horale, Desa Masihulan, Desa Air Besar, Desa Solea dan Desa

Potensi Sumberdaya Taman Nasional -Iklim

-Tanah

-Flora dan Fauna

Potensi SDM Karakteristik Sosek

Masyarakat Desa Sekitar Hutan

Hubungan Interaksi dan Pemanfaatan

Hipotetik Dukungan

Dukungan Tinggi Manfaat > Ekspektasi Dukungan Rendah Manfaat < Ekspektasi

Pola Management

(35)

Pasahari), lokasi ini dipilih karena di daerah tersebut terjadi aktivitas pemungutan hasil hutan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar.

4. Hasil hutan adalah benda-benda hayati yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Horale, Desa Masihulan, Desa Air Besar, Desa Solea dan Desa Pasahari seperti kayu bakar (rencek), rotan, sagu, damar dan satwa

5. Manfaat nyata adalah manfaat yang dapat didekati dengan nilai/harga pasar yang ditetapkan dalam transaksi jual beli di pasar.

E. Metode Penelitian 1. Jenis Data

Jenis data yang akan diambil terdiri dari dua jenis data yaitu data utama dan data penunjang. Data utama berupa :

Ø Karakteristik masyarakat pemungut hasil hutan (umur, mata pencaharian, jumlah anggota keluarga, pendapatan, luas lahan dan status kepemilikan lahan)

Ø Jenis hasil hutan yang dipungut

Ø Volume tingkat pemungutan hasil hutan Ø Intensitas/frekuensi pemungutan hasil hutan

Ø Lokasi pemungutan hasil hutan di Taman Nasional Manusela

Ø Cara pemungutan hasil hutan dari kawasan Taman Nasional Manusela Ø Harga pasar hasil hutan

Ø Persepsi masyarakat dan pengelola dengan keberadaan taman nasional Sedangkan data penunjang berupa :

Ø Kondisi umum lokasi penelitian Ø Kondisi sosek lokasi penelitian Ø Peta-peta Taman Nasional Manusela

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara :

a. Studi pustaka untuk mengumpulkan data sekunder dalam lokasi penelitian. b. Observasi langsung dengan mengamati hasil hutan yang diperoleh di lapangan

(36)

ini dilakukan pengambilan dokumentasi mengenai aktivitas pemungutan hasil hutan dan kerusakan yang terjadi akibat aktivitas tersebut.

c. Wawancara dilakukan secara langsung dengan bantuan kuisioner, namun hal yang tidak tercantum dalam kuisioner, tetapi yang dianggap penting da pat ditanyakan. Dalam wawancara, dilakukan dengan pengambilan contoh (responden) pada beberapa lokasi yang memungut hasil hutan yaitu Desa Horele (10 responden), Desa Masihulan (10 responden), Desa Air Besar (15 Responden), Desa Solea (15 Responden), dan Desa Pasahari (12 responden). Responden dipilih dengan cara sensus dengan unit contoh adalah kepala keluarga yang melakukan pemungutan hasil hutan. Pemilihan responden berdasarkan informasi yang ditanyakan sebelumnya terhadap informan baik itu perangkat desa, tokoh masyarakat maupun petugas Taman Nasional Manusela.

Adapun tahapan-tahapan untuk memperoleh informasi mengenai jumlah pemungut hasil hutan, digambarkan sebagai berikut di bawah ini:

Gambar 3. Tahapan-tahapan untuk Mendapatkan Inform asi Informasi dari

perangkat desa

Informasi dari tokoh masyarakat

Informasi dari petugas TN Manusela

(37)

Tabel 1. Rekapitulasi Pengumpula n Data

No Jenis Data Bentuk Data Sumber Data Cara Pengumpulan a.Karakteristik masyarakat pemungut

hasil hutan (umur, mata pencaharian, jumlah anggota keluarga, pendidikan, luas lahan dan status kepemilikan lahan serta kepemilikan ternak)

Responden dan informan

Wawancara terstruktur dan wawancara bebas

b.Jenis hasil hutan yang dimanfaatkan (berupa apa hasil hutan yang dimanfaatkan, bagian mana yang dimanfaatkan, tujuan dari pemanfaatan)

Responden dan informan, Kantor pengelola, kantor pemerintahan sektoral (desa atau kecamatan)

Wawancara terstruktur dan wawancara bebas, studi pustaka

c.Volume tingkat pemungutan hasil hutan (Berapa jumlah pemungut per unit)

Responden dan info rman

Wawancara terstruktur dan wawancara bebas d.Intensitas/frekuensi pemungut hasil

hutan (berapa kali pemungutan hasil hutan per minggu, pada saat kapan/musim apa pemungutan tersebut)

Responden dan informan

Wawancara terstruktur dan wawancara bebas

e.Lokasi pemungutan hasil hutan (dimana lokasi pemungutan hasil hutan yang terdapat di dalam kawasan, jarak lokasi tersebut dengan tempat tinggal pemungut)

Responden dan informan

Wawancara terstruktur dan wawancara bebas, lapangan

f. Cara pemungutan hasil hut an dari dalam kawasan (bagaimana cara memungut, adakah kerusakan yang ditimbulkan dengan adanya pemungutan hasil hutan)

Responden dan informan

Wawancara terstruktur dan wawancara bebas, lapangan

g.Harga pasar hasil hutan (berapa harga pasarnya/harga yang dapat diperbandingkan dengan harga pasar)

Responden dan informan

Wawancara terstruktur dan wawancara bebas 1 Utama

h.Persepsi masyarakat dan pengelola terhadap keberadaan TN Manusela

Responden dan informan, Kantor pengelola, kantor pemerintahan sektoral (desa atau kecamatan)

Wawancara terstruktur dan wawancara bebas

a. Kondisi umum lokasi penelitian (sejarah, letak, luas kawasan; iklim; geologi dan tanah; hidrologi; kondisi flora dan fauna)

Kantor pengelola Penelusuran dokumen/studi pustaka, wawancara

b.Kondisi sosek lokasi penelitian (kependudukan; pendidikan dan kesehatan; mata pencaharian; penggunaan lahan; ketergantungan masyarakat sekitar terhadap kawasan TN Manusela)

Kantor pengelola, kantor

pemerintahan sektoral (desa atau kecamatan)

Penelusuran dokumen/studi pustaka, wawancara, lapangan

2 Penunjang

c.Peta TN Manunsela Kantor pengelola Penelusuran dokumen/studi pustaka

3. Pengolahan Data dan Analisis Data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabulasi dan diolah sehingga mendapatkan manfaat dari hasil hutan dalam terminologi uang secara riil. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan pendekatan harga pasar untuk hasil hutan yang telah diketahui nilai pasarnya sedangkan hasil hutan yang belum diketahui nilai pasarnya tetapi dapat dipertukarkan atau dibandingkan dengan barang atau jasa yang telah ada nilai pasarnya. Penilaian digunakan dengan menggunakan nilai relatif.

(38)

Setiap jenis hasil hutan dihitung nilai riilnya dalam bentuk rupiah dari penjumlahan beberapa lokasi pemungutan hasil hutan. Misalnya untuk jenis A, lokasi pemungutan jenis A dibagi menjadi 2 lokasi yaitu A1, A2, dan seterusnya. Jadi nilai riil untuk jenis A tersebut merupakan penjumlahan dari nilai A1, A2, dan seterusnya ( A). Begitu pun untuk jenis hasil hutan lainnya disa jikan dalam tabel yang berbeda.

Tabel 2. Nilai Manfaat Riil tiap Jenis Hasil Hutan

Jenis Hasil Hutan (A) No. Responden Lokasi 1 Lokasi 2 dst V f / mgg H V f / mgg H V f / mgg H 1 2 3 dst rata-rata Nilai Manfaat (Rp/ Thn) A1 A2 dst (1+2+…..+dst) A Catatan : V = volume f = frekuensi/minggu H = nilai pasar/nilai relatif Nilai manfaat (Rp/tahun) = V x f x H x n

1. Nilai Pemanfaatan Hasil Hutan per Tahun

Untuk memperoleh nilai pemanfatan setiap hasil hutan dalam satu tahun, penghitungan dilakukan dengan menggunakan rumus :

N = H x V x F x n

Dimana : N = Nilai p emungutan suatu hasil hutan per tahun

H = Harga jual rata-rata hasil hutan per satuan pemanfaatan

V = Volume rata-rata pemanfaatan hasil hutan per satu kali pemanfaatan F = Intensitas pemanfaatan hasil hutan dalam satu tahun (minggu) n = Jumlah pemanfaat

Berdasarkan manfaat riil tiap jenis hasil hutan tersebut, kemudian dilakukan rekapitulasi manfaat riil seluruh jenis hasil hutan dalam bentuk rupiah/tahun seperti tersaji pada tabel berikut:

Tabel 3. Rekapitulasi Nilai Manfaat Riil Seluruh Jenis Hasil Hutan

Jenis Hasil Hutan Jenis A Jenis B Jenis C dst

Manfaat riil tiap jenis hasil

hutan (Rp/ Thn) A B C dst Manfaat riil seluruh jenis hasil

(39)

Selanjutnya untuk memperoleh proporsi pemanfaatan hasil hutan terhadap hasil hutan lainnya digunakan rumus sebagai berikut :

P = 100%

N N

total x

Dimana : P = Proporsi (persentase) nilai pemanfaatan suatu hasil hutan terhadap hasil hutan lainnya

N = Nilai pemanfaatan suatu hasil hutan per tahun

Ntotal = Nilai total pemanfaatan seluruh hasil hutan per tahun

2. Tingkat Ketergantungan Masyarakat

Tingkat ketergantungan ini ditentukan berdasarkan nilai kontribusi hasil hutan terhadap pendapatan total (Hufschmidt et al. 1987) :

Kr =

Keterangan :

Kr = Tingkat ketergantungan relatif (%)

Ph = Pendapatan dari hasil hutan (Rp/thn) P = Pendapatan total (Rp/thn)

Ta hap terakhir yang harus dilakukan adalah analisis data, yaitu analisis tabel yang sudah dibuat. Analisis ini dilakukan secara deskriptif yaitu suatu analisis yang memberikan penjelasan, keterangan dan gambaran tentang subyek penelitian. % 100 x P Ph

(40)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Masyarakat yang Melakukan Pemungutan Hasil Hutan

Masyarakat sekitar Taman Nasional adalah sekumpulan individu, keluarga dan komunitas tradisional atau modern yang bertempat tinggal tetap atau terus menerus pada suatu areal tertentu (West dan Brechin 1995 dalam Wibisono 1997) . Untuk menjaga kelangsungan hidupnya, mereka akan berusaha untuk bertahan hidup. Cara dan pola hidup masyarakat yang telah diterapkan turun temurun ini, akan menjadi karakteristik masyarakat tersebut. Karakteristik masyarakat yang melakukan pemungutan hasil hutan pada lima desa lokasi penelitian disajikan dalam bentuk tabulasi meliputi umur, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, mata pencaharian, kepemilikan lahan, dan pendapatan di luar hasil hutan

1. Umur

Umur responden hasil hutan berkisar antara 23-60 tahun. Dengan kisaran umur tersebut, maka dapat dikelompokkan menjadi 7 kelompok umur yaitu berumur 23-28 tahun, umur 29-34 tahun, umur 35-40 tahun, 41-46 tahun, umur 47-52 tahun, 53-58 tahun dan 59-64 tahun. Data disajikan dalam Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Umur

Jumlah Pemungut Tiap Desa

Desa Horale Desa

Masihulan

Desa Air

Besar Desa Solea

Desa Pasahari Umur Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % Total Persen (%) 23-28 1 10 2 20 2 13, 34 2 13, 34 3 25 10 16,12 29-34 2 20 2 20 1 6,67 4 26, 66 2 16,67 11 17,74 35-40 2 20 3 30 4 26, 66 3 20 4 33,33 16 25,81 41-46 2 20 1 10 4 26, 66 4 26, 66 2 16,67 13 20,97 47-52 1 10 - - 3 20 1 6,67 - - 5 8,07 53-58 1 10 1 10 - - 1 6,67 1 8,33 4 6,45 59-64 1 10 1 10 1 6,67 - - - - 3 4,84 Jumlah 10 100.00 10 100.00 15 100.00 15 100.00 12 100.00 62 100.00

Berdasarkan kelompok umur pada Tabel 4, dapat diketahui bahwa persentase umur pemungut hasil hutan terbesar di dominasi oleh pemungut yang berumur 23-46 tahun yaitu sebesar 80,64%. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa pemungutan hasil hutan terbesar dilakukan oleh kelompok umur produktif.

(41)

Tingginya jumlah pemungut yang tergolong dalam kelompok umur produktif merupakan salah satu faktor keterbatasan lapangan pekerjaan yang mampu memberikan tambahan pendapatan bagi pemungut hasil hutan sehingga alternatif lain yang terjadi adalah melakukan pemungutan terhadap hasil hutan.

2. Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga berkisar antara 2-8 orang. Data selengkapnya disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah Pemungut Tiap Desa

Desa Horale Desa

Masihulan

Desa Air

Besar Desa Solea

Desa Pasahari Jumlah Anggota Keluarga *) Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % Total Persen (%) 1-2 - - 1 10 - - 1 6,66 2 16,67 4 6,45 3-4 7 70 9 90 10 66,67 12 80 9 75 47 75,81 5-6 3 30 - - 4 26,66 1 6,67 1 8,33 9 14,52 7-8 - - - - 1 6,67 1 6,67 - - 2 3,22 Jumlah 10 100.00 10 100.00 15 100.00 15 100.00 12 100.00 62 100.00

Keterangan : * ) termasuk kepala keluarga

Sebanyak 90,33% memiliki jumlah anggota keluarga 3-6 orang. Dengan demikian jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap besarnya nilai pemungutan hasil hutan. Semakin banyak atau semakin besar jumlah anggota keluarga, maka tentunya akan semakin besar kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Akibatnya semakin banyak keluarga yang mencari tambahan penghasilan dengan mencari hasil hutan.

3. Tingkat Pendidikan

Sebagia n besar pemungut hasil hutan berlatar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebesar 62,91% dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 29,03%. Data sele ngkapnya dapat disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Tingkat Pendidikan

Jumlah Pemungut Tiap Desa

Desa Horale Desa

Masihulan

Desa Air

Besar Desa Solea

Desa Pasahari Tingkat Pendidikan Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % Total Persen (%) SD 5 50 6 60 9 60 11 73,34 8 66,67 39 62,91 SMP 4 40 3 30 4 26,66 4 26,66 3 25 18 29,03 SMA - - 1 10 1 6,67 - - 1 8,33 3 4,84 Sarjana 1 10 - - 1 6,67 - - - - 2 3,22 Jumlah 10 100.00 10 100.00 15 100.00 15 100.00 12 100.00 62 100.00

(42)

Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan terakhir pemungut hasil hutan umumnya rendah hanya berpendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dengan demikian, maka akan sangat mempengaruhi tingkat kesadaran tentang pentingnya fungsi perlindungan dan pelestarian alam Taman Nasional Manusela.

Sementara itu, pemungut hasil hutan yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi (SMA dan Sarjana) hanya sedikit yakni 4,84 % dan 3,22 % yang memungut hasil hutan. Anggota masyarakat yang berpendidikan tinggi dan memiliki ketrampilan merasa lebih memiliki peluang untuk memperoleh pekerjaan yang lebih layak dibanding dengan mencari hasil hutan.

Gambar 4. Fasilitas Sekolah Dasar (SD) di Desa Solea

4. Mata Pencaharian

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, masyarakat desa memerlukan mata pencaharian sebagai sumber pendapatan.

Mata pencahar ian masyarakat yang melakukan kegiatan pemungutan hasil hutan di Kawasan Taman Nasional Manusela dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu petani, tukang, karyawan dan wiraswasta. Mata pencaharian masyarakat desa merupakan alasan yang kuat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup para anggota keluarganya. Data dapat disajikan dalam Tabel 7.

(43)

Tabel 7. Mata Pencaharian

Jumlah Pemungut Tiap Desa

Desa Horale Desa

Masihulan

Desa Air

Besar Desa Solea

Desa Pasahari Mata Pencaharian Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % Total Persen (%) Petani 9 90 4 40 11 73, 34 15 100 12 100 51 82,26 Karyawan - - 6 60 - - - 6 9,67 Tukang 1 10 - - 3 20 - - - - 4 6,45 Wiraswasta - - - - 1 6,67 - - - - 1 1,62 Jumlah 10 100.00 10 100.00 15 100.00 15 100.00 12 100.00 62 100.00

Tabel 7 menunjukkan bahwa, sebagian besar pemungutan hasil hutan dilakukan oleh masyarakat be rmata pencaharian sebagai petani yakni sebesar 82,26%. Adanya indikasi bahwa pendapatan yang diperoleh sebagai petani masih sangat kurang, sehingga alasan kuat untuk memungut dan mengambil hasil hutan adalah untuk dapat menambah penghasilan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Gambar 5. Lahan Milik Masyarakat yang Ditanami Tanaman Produksi

5. Kepemilikan Lahan

Tingkat kepemilikan lahan masyarakat desa lokasi penelitian (Desa Horale, Desa Masihulan, Desa Air Besar, Desa Solea dan Desa Pasahari) merupakan lahan hak milik pribadi. Tidak terdapat lahan garapan maupun lahan sewa. Pemilikan lahan yang dimaksud adalah luas lahan yang dimiliki oleh masyarakat diantaranya ladang dan pekarangan (selain yang digunakan untuk pemukiman). Data pemungut hasil hutan berdasarkan kepemilikan lahan disajikan dalam Tabel 8.

(44)

Tabel 8. Kepemilikan Lahan

Jumlah Pemungutan Tiap Desa

Desa Horale Desa

Masihulan Desa Air Besar Desa Solea

Desa Pasahari No. Kepemilikan Lahan Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % 1 Memiliki lahan 10 100 10 100 14 93,33 15 100 12 100 2 Tidak memiliki lahan - - - - Jumlah 10 100.00 10 100.00 15 100.00 15 100.00 12 -

Berdasarkan Tabel 8, dapat diindikasikan bahwa pemungutan hasil hutan dilakukan oleh seluruh responden yang memiliki lahan yakni sebesar 100%. Hal ini dapat dikatakan bahwa dengan memiliki lahan pribadi maka tingkat pengambilan hasil hutan hanya merupakan kegiatan sampingan yang dilakukan oleh masyarakat.

Gambar 6. Lahan Pekarangan Dijadikan Lahan Produksi 6. Pendapatan di Luar Hasil Hutan

Pendapatan di luar hasil hutan adalah seluruh pendapatan keluarga yang diperoleh dari usaha bercocok tanam (dari hasil pertanian) dan kegiatan lain di luar pemanfaatan hasil hutan.

Bishop dan Toussaint (1987) dalam Firmansyah (2004) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara pendidikan formal dan pendapatan masyarakat. Bila pendidikan rendah, maka pendapatannya juga akan rendah. Hal tersebut dikarenakan ketidakmampuan masyarakat yang be rpendidikan rendah untuk menganalisa dan memanfaatkan informasi yang berkaitan dengan peluang-peluang untuk memperoleh serta meningkatkan penghasilan.

Sebanyak 77,42 % (Lampiran 3) pemungut hasil hutan memiliki pendapatan di luar hasil hutan sebesar Rp.150.000/bln-Rp. 225.000/bln. Sebagian besar responden bermatapencaharian sebagai petani yang rata-rata memiliki lahan hak milik pribadi. Dengan memiliki lahan pertanian, masyarakat berpendapat

(45)

bahwa aktivitas pemungutan hasil hutan hanya merupakan pekerjaan sambilan untuk menambah penghasilan.

Gambar 7. Aktivitas Pembakaran Lahan Milik Masyarakat untuk Pembukaan Lahan Baru

B. Jenis-jenis Hasil Hutan yang Dimanfaatkan

1. Jenis -jenis Hasil Hutan yang Dimanfaatkan dan Persentasenya

Ada beberapa jenis hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa lokasi penelitian di kawasan Taman Nasional Manusela dengan persentase yang berbeda seperti terlihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Presentase Hasil Hutan yang Di pungut oleh Masyarakat Desa Penelitian di Taman Nasional Manusela

Jumlah Pemungut Tiap Desa

No. Jenis Hasil Hutan Desa

Horale Desa Masihulan Desa Air Besar Desa Solea Desa Pasahari Total Persen (%) 1 Babi Hutan - - - 10 8 18 17,82 2 Damar 4 5 - - - 9 8,91 3 Kayu Bakar 7 8 13 8 7 43 42,57 4 Rotan 3 - 4 - - 7 6,93 5 Rusa - - - 11 7 18 17,82 6 Sagu - - - - 6 6 5,95

Tabel 9 menunjukkan bahwa, masyarakat memungut beberapa jenis hasil hutan dengan persentase yang berbeda . S ebagian besar responden memungut lebih dari satu jenis hasil hutan. Kayu bakar adalah jenis yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Besarnya persentase pemungutan kayu bakar menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan masyarakat sangat tinggi dalam hal kebutuhan akan energi rumah tangga.

Gambar

Gambar  1. Peta Lokasi Penelitian
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 3. Tahapan-tahapan untuk Mendapatkan Inform asi
Tabel 1. Rekapitulasi Pengumpula n Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seven aspects of bias are excessive optimism, representativeness, overconfidence, herding effect, availability, confirmation, and framing in making life insurance purchasing

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Peran Ganda Perempuan Pedagang di Pasar Jalan Trem Pangkalpinang menunjukkan sudah terjadi begitu saja dan tanpa ada

Selain itu, ada beberapa jenis ikan yang mempunyai bentuk non-simetris bilateral, yang mana jika tubuh ikan tersebut dibelah secara melintang (cross  section )

Kebijakan pengembengan wilayah wilayah masyarakat dalam UU ini di sebutkan dalam pasal 3 (f) “ menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang

Peneliti merasa hal tersebut perlu diteliti karena diharapkan dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kecepatan melakukan teknik kayang

a.. Disaudia adalah satu jenis gangguan bicara yang disebabkan gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran tersebut menyebabkan kesulitan dalam menerima

PERTAMA : Menetapkan Daftar Nomor dan Nama Pendaftar yang dinyatakan DITERIMA sebagai Calon Peserta Didik Baru MAN YOGYAKARTA III dan santri asrama Mutasyirul

terciptanya batik Plumpungan adalah pada Tahun 2000, pada saat itu Bapak.. Bambang Pamulardi mulai berangan-angan menginginkan