• Tidak ada hasil yang ditemukan

KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH TEPI SUNGAI Studi Kasus Rumah Tepi Sungai Kahayan Di Kota Palangka Raya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH TEPI SUNGAI Studi Kasus Rumah Tepi Sungai Kahayan Di Kota Palangka Raya"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KENYAMANAN TER MAL PADA RUMAH TEPI SUNGAI

“Studi Kasus Rumah Te pi Sungai Kahayan Di Kota Palangka Raya”

Oleh :

Juprianto Bua’ Toding

( Alumni Universitas Palangka Raya / Mahasiswa Prodi Magister Arsitektur Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi )

Jefrey I. Kindangen

( Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas teknik / Prodi Magister Arsitektur Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi )

Sangkertadi

( Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas teknik / Prodi Magister Arsitektur Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi )

Abstrak

Budaya bermukim di Palangka Raya awal mulanya, berawal dari pemukiman tradisional dayak dimana komplek pemukiman masyarakat tradisional ini berada di tepi sungai. Pada umumnya rumah di tepian sungai ini mempunyai 2 jenis rumah, yaitu rumah terapung / lanting dan rumah panggung. Di mana Kalimantan Tengah sendiri memiliki tinggkat kelembaban yang tinggi, ( T>28°C, RH>80% ). Maka diperlukan sebuah penelitian untuk mencari pengkondisiaan termal pada rumah ditepian sungai,untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kenyamanan termal pada rumah tepian sungai ini. Data-data pengukuran yang diperlukan untuk mengetahui pengkondisian termal adalah 2 variabel personal dan 4 variabel iklim berdasarkan teori PMV dari Fanger. Maka analisis yang digunakan menggunakan indeks PMV dan PPD. Dimana untuk mengetahui persepsi termal dan memprediksi berapa banyak orang merasa tidak nyaman terhadap lingkungannya, pada rumah tepi sungai di kota Palangka Raya.

Kata Kunci : Kondisi Termal, Indeks PMV dan PPD, Rumah Tepi Sungai, Kota Palangka Raya

PENDAHULUAN

Di pulau Kalimantan ini termasuk

daerah tropis lembab dimana meng alami

hujan dan kelembab an y ang s angat tinggi

dengan suhu relative tinggi. Angin sedikit,

radiasi matahari sedang b ahkan sang at kuat

untuk di siang hari, dan pertukaran pan as

kecil karen a tingginya kelembaban. (Frick,

2007). Di pulau Kalimantan memiliki

banyak sek ali sungai berukuran besar. Salah

satunya adalah Sungai Kahay an. Sungai

merupakan u rat nadi k ehidupan masy arak at

yang telah turun temurun b erk embang di

Kalimantan, dan sebagai tempat masyarak at

bermukim (Wijanarka,2001). Permukiman

di tepi sungai inilah yang m emiliki tingkat

kelembaban y ang sang at tinggi. Pada siang

hari

kuatnya

radiasi

dari

matahari

mengakibatkan pengu apan dari sungai.

Kebany akan

rumah

ditepi

sungai

mengunakan b ahan materi al kayu, diman a

bahan

ters ebut

menjadi

penghatar

kelembaban deng an cepat, karen a k ayu

memiliki pori-pori yang bisa meny erap

kadar air sehingga kondisi dalam rumah

menjadi lembab, ditambah radiasi panas dari

matahari y ang meng enai langsung k e

selubung atap y ang memb erikan ras a pan as

yang tinggi ke dalam ruang.

Kota Palangka Raya y ang merup akan

ibu kota Provinsi Kalimantan T engah ini

secara g eografis terl etak p ada 113° 30’ –

114° 07’ Bujur T imur dan 1° 35 ‘ – 2° 24’

Lintang Selatan. Karakteristik iklim wilayah

kota Palangka Raya masih dibawah 34°C,

dan suhu minimum masih diatas 23°C d an

(2)

kelembaban udara di wilayah Palangka Ray a

sekitar 86% - 87% , di mana kelembab an

tertinggi pada bulan maret, april sampai

dengan di bulan mei sed angkan k elembab an

terendah

terdap at

di

bulan

agustus,

september d an oktober dimana k elembab an

sekitar 83% - 80%. Dan kecep atan angin

bekisar ant ara 1,00 – 1,83 m/detik Dimana

kecep atan angin tertinggi b erad a p ada bul an

agustus dan oktober sekitar 1,81 dan 1,83

m/detik dan titik terendah kecep atan angin

berad a pad a bulan mei dan juni, sekitar 1,17

dan 1,00 m/detik.

Dalam penelitian ini membahas

tentang persepsi keny amanan termal pad a

rumah tepi sungai k ahayan di kota Palangk a

Raya. Pada lokasi penelitian terdapat dua

jenis bentukan rumah yang berbed a yaitu

rumah terapung/rumah lanting dan rum ah

panggung (Gambar 1).

Gambar 1

Subjek P enelitian Rumah Tepi Sungai

Gambar 2 Gambar Denah, P otongan, dan P erspektif Rumah Lanting

(3)

Gambar 3 Gambar Denah, P otongan, dan P erspektif Rumah P anggung

TINJAUAN TEORI

DAN KAJIAN PUSTAKA

Dari beb erapa p enelitian yang t elah di

publikasikan hasil pen elitian tentang kin erja

dan kenyaman an termal. Diantarany a Juhana

(2000), Diem (2004), Sugini (2004), Sukawi

(2009), Sangkertadi, dkk (2008), Santoso

(2012), dari p embahas an y ang didapat

terdapat kemirip an, dimana pada kondisi

rentang waktu siang hari b erad a pad a kondisi

tidak nyaman, khususnya di musim panas

(kemarau). Pada bangun an di d aerah iklim

tropis lembab mengalami k esulitan untuk

memenuhi standar yang disyaratkan sesuai

zona k enyaman an ASHRAE 55 (Santoso

2012). Persepsi tentang tingkat keny amanan

termal yang diras akan oleh s eseorang,

diperlukan suatu satuan penguku r, yang

dalam hal ini diken al sebag ai angk a Skala

Kenyaman an termal Untuk meny eragamkan

persepsi tentang tingkat kenyamanan termal

yang dirasak an oleh s eseorang, diperlukan

suatu satuan penguku r, yang dalam h al ini

dikenal seb agai angka Skala Keny amanan

termal (Sangkertadi, 2006).

Orientasi sang at berpeng aruh d alam

menentukan k enyaman term al pad a rumah,

menurut

Diem

(2004 )

rum ah

yang

berorient asikan Selatan dan utara, sangat

menguntungkan karena sisi yang banyak

terkena

m atahari

adalah

sisi

pendek

bangunan. Hal ini sama dengan pend apat dari

Attau fiq (2014) orientasi matah ari ikut

menentukan intensitas p anas y ang masuk

kedalam ruang an suatu bangunan yang

terletak didaerah tropis, maka diharapkan

membangun rumah deng an pasad e seminimal

mungkin menghadap barat dan timur. Selain

(4)

fasad e T inggi lantai dari permukaan menjadi

bahan pertimbangan dalam men ciptakan

kenyaman an term al dalam ruang, dimana

tingkat kelembaban y ang dihasilkan dari

bidang dibawahny a. Menurut Riyanto (2000)

semakin tinggi permukaan lantai bangunan

dari tanah mak a kelemb aban rata-rata

semakin berku rang, semakin d ekat lok asi

rumah dengan bidang ai r/ sungai, maka

kelembabany a semakin tinggi.

T etapi menurut Lippsmeier (1997)

bidang darat menjadi pan as dua kali lipat

dibandingkan dengan bidang air deng an luas

yang sama. Bidang air kehilangan energi

panasnya

k arena

p enguap an.

Karena

temperature udara seb agian bes ar ditentukan

oleh sentuhan udara deng an permukaan

tanah, maka terjadilah temperature yang

tinggi dengan kelembab an yang rendah, dan

temperatur yang rend ah deng an kel embaban

yang tinggi, pada lokasi/ rumah yang berada

di atas bidang air.

Penggunaan

material

kayu

pad a

dinding, pada umumnya b anyak digunakan

pada rumah di daerah tropis. Dimana

pemasangan kayu disusun secara ho rizontal,

dimana memiliki celah atau rongga. Menurut

Frick (2008) dinding y ang memiliki rongga /

celah

p engudaraan

lebih

kering

(kelembab abn reati f menurun) dibandingkan

dengan dinding masif biasa.

Dalam bangunan p ada d aerah iklim

tropis untuk menurunkan perpindahan p anas

dalam bangunan hany a mengand alkan system

ventilasi alami. Menurut Frick dkk (2008 ),

cross –ventilasion mengh asilkan p enyegaran

udara v entilasi terbaik karena s elain terjadi

pertukaran udara dalam ru ang terjadi pula

proses penguap an yang menurunk an suhu

pada kulit manusia.

Dari sejumlah pen elitian tentang

kenyaman an termal , bah wa s epakat d engan

definisi

oleh

Fanger

(1970),

bahwa

kenyaman an term al ad alah kondisi seseo rang

merasa nyaman terh adap lingkunganny a.

Kuntifikasi b erdas arkan ras a keny amanan

termal dilakukan b erd asark an hasil pen elitian

empiric terhadap sejumlah v ariab el klimatik

dan parameter tubuh manusia. Variabel

klimatik meliputi suhu udara, suhu radiatif,

kelembaban ud ara, dan kecepat an angin.

Sedangkan p aram eter tubuh manusia seperti

jenis tubuhnya, aktifitas yang dilakuk an dan

jenis pakaian yang digunakan.

METODE PENELITIAN

Alat dan Data Yang digunakan

a.

Alat pengukuran suhu d an kelemb aban

yaitu T hermo-hygrometer.

b.

Alat pengukur pergerak an udara ad alah

Anemometer.

Setelah mend apatkan data dari survey, untuk

mengidentifik asi T emperatur E fekti f ( T E ),

dengan menggun akan nomogram. Setelah

mendapatkan hasil dari suhu efekti f dari

nomogram, maka dilihat interval kenyamanan

menurut Mom dan Wiesbrom (1940) s ebagai

mana ditulis dalam Sugijanto (1989), yaitu

Sejuk Nyaman suhu antara 20,5 ° C – 22,8 °

C (T E), Nyaman Optimal suhu antara 22,8 °

C - 25,8 ° C (T E), Hangat Ny aman suhu

antara 25,8 ° C - 25,1 ° C (T E). Selain itu

untuk

mengetahui

kondisi

kenyamanan

ruang, maka menggun akan p erhitungan

kenyaman an termal antara lain indeks PMV

(

Predicct ed Mean Vote

) dimana merup akan

(5)

teori kenyamanan termal yang memprediksi

kenyaman an

termal

s eseorang.

Indeks

PPD

(Predicted

Percentag e

of

Dissatisfied)

digunakan untuk memprediksi

berap a banyak orang yang meras a tidak

nyaman dari suatu kondisi termal di dalam

suatu ruang an. Indeks PMV (

Predi ccted

Mean

Vote

)

adalah

mod el

yang

menghubungkan antara sensasi termal dengan

kombinasi dua variable d an empat variabel

iklim ( Fanger,1982 sebag aimana ditulis

dalam Sugini 2014). Adapun formulasinya

sebagai berikut :

PMV =

Dimana Qcp = M - R - C - E

resl

- E

ress

- E

dif

Keterangan :

Act

: Jenis Aktifitas (met)

e

: Bilangan eksponensial

Adu : Luas kulit tubuh (m

2

)

M : Metabolisme T ermal (W)

R : Perpindahan Panas Radiasi (W)

C : Perpindahan Panas Konveksi (W)

Eresl : Produksi Panas Laten Melalui

Proses Respiransi (W)

Eress : Perpindahan Panas Respirati f

Sensibel (W)

Edif : Perpindahan Panas Di fusi Kulit (W)

Setelah

mendapatk an

hasil

dari

perhitungan PMV,maka dap at dilihat seperti

di tabel yaitu 7 (tujuh) pol a skala

kenyaman an yang diketahui d ari b eberapa

referensi sep erti Sangkert adi (2006), dapat

dilihat pada T abel 1.

Perhitungan nilai PMV dilakukan

pada ruang keluarga, dimana aktivitas

responden

duduk

sant ai

dengan

menggunakan p akaian baju tropis ringan.

Masing-masing dilakukan pad a ru ang dalam

rumah lanting dan rumah panggung. T itik

pengukuran dilakukan di ruang keluarg a,

dimana tinggi alat ukur suhu, kelembaban

dan angin diletakkan setinggi ±50 cm.

Dimana penggukuran dilakukan s elama

periode s atu hari Pukul 07.00-19.00 pada

bulan April.

Tabel 1 Definisi skala P MV

Kemudian

kuisioner

k enyaman an

termal diberikan k epad a respond en dari

masing masing rumah (studi kasus). Dimana

pada nantinya seb agai bah an pembanding

dengan hasil perhintungan indeks PMV dan

PPD.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rumah Lanting

T emperatur Udara p ada rumah lanting

pada jam 7.00 – 11.00 berada pada kondisi

Hangat Ny aman di m ana suhu T E seb esar

26,1ºC - 26,8°C, suhu berada pada pun cak

pada jam 13.00 pada kondisi Panas di mana

suhu T E sebesar 28,5°C dan selanjutnya pada

pukul 14.00-19.00 temperatur menurun p ada

kondisi Hangat Ny aman d engan suhu T E

sebesar 27,4°C – 25,2°C. Dimana tingkat

kelembaban p ada p agi- malam hari masih

berad a berada k ategori Ny aman, karena

kelembaban relati f pada ru ang luar dan dalam

berad a pad a 50%-70%. Perg erak an angin

pada ru ang luar dan ruang dalam masih p ada

(6)

kategori nyaman dimana nilai pergerakan

udara pad a pagi hari 0.85m/s – 1.13 m/s pada

siang hari 1.14 m/s – 1.94 m/s. Pada sore –

malam berada pad a nilai 0.99 m/s – 0.65 m/s.

Gambar 4

Gambar Grafik Temperatur Efektif P ada Rumah Lanting

Untuk

mengetahui

kondisi

kenyaman an term al digunakan p erhitungan

kenyaman an termal deng an indeks PMV

(

Predicct ed Mean Vote

) dimana merup akan

teori kenyamanan termal yang memprediksi

kenyaman an

term al

seseo rang.

Setelah

mendapatkan nilai indeks dari PMV maka

diketahui

berap a

persentas e

orang

memprediksi meras a tidak nyaman dari suatu

kondisi termal di dalam suatu ruangan

dengan menggun akan indeks PPD

(Predicted

Percentag e of Dissatisfied).

Menurut hasil an alisis PMV indeks

kenyaman pad a p agi hari (07.00-10.00) rasa

Nyaman dirasak an hanya 1 jam saja pada

pukul 07.00 dengan nilai PMV 0,3, dan

mengarah pad a kondisi Agak Panas pada

pukul 10.00 den nilai PMV 1,3. Dan sampai

pada kondisi puncak di siang hari pukul

13.00, dengan indeks kenyaman Sangat Panas

dimana nilai PMV 3,0. Pada sore pukul 15.00

dalam kondisi Panas dan mengarah pada

kondisi Agak Panas dengan nilai PMV 0,6.

Dimana hasil PPD ditunjukan pad a

Pagi hari dengan indeks kenyaman an PMV

sekitar 0,1-0,5 dinyatakan nilai PPD berada

pada 5 %, maka pad a pagi pukul 07.00 hari

masih dapat dikatakan dal am kondisi

Nyaman. Pada siang hari berada dalam

kondisi Sangat Panas dimana nilai indeks

PPD mencapai 26% - 55%, , dimana

persentasi o rang y ang setuju tidak nyaman

melebihi dari setengah. Dan pada sore-malam

hari dalam kondisi meng arah ag ak pan as,

dimana nilai presentase kecil yaitu 5%-26%.

Gambar 5

Gambar P erhitungan Indeks P MV dan PP D P ada Rumah Lanting

Dari hasil analisi perhitungan PMV

dan PPD, kondisi pada ruang dalam di

Rumah Lanting cend erung merasak an T idak

Nyaman. Dimana pers entase ketidak pu asan

melebihi dari set engah y aitu 55% pad a titik

puncak siang hari dan pres entase ketidak

puasan mendek ati setengah sebes ar 26-43%

pada sore d an malam hari. Hal ini dibenarkan

oleh pendap at dari responden dimana lebih

rentan meras a T idak Nyaman s elama p eriode

satu hari pada bulan april.

Perbedaan persepsi keny amanan d ari

indeks PMV dan PPD dibandingkan dengan

hasil Kuesioner dimana PMV mend apatkan 1

jam rasa nyaman y aitu pada pagi hari pukul

(7)

07.00 dan hasil dari kuesioner mencapai 6

jam rasa nyam an yaitu p ada pagi h ari pukul

07.00-10.00 dan 18.00-19.00. Dari h asil

perhitungan an alisis indeks PMV dan PPD

dibandingkan deng an h asil kuisioner terasa

lebih hangat atau lebih 1 skala.

Tabel 2

P erbandingan Skala P MV dan Hasil Kuisioner

Rumah Panggung

T emperatur

Ud ara

pad a

rumah

panggung pada jam 7.00 – 11.00 berada p ada

kondisi Hangat Nyam an di man a suhu T E

sebesar 25,0ºC - 26,5°C, suhu berada pada

puncak pad a jam 13.00 pada kondisi Panas di

mana

suhu

T E

sebesar

28,5°C

dan

selanjutnya

pad a

pukul

14.00-19.00

temperatur menurun pad a kondisi Hangat

Nyaman dengan suhu T E sebesar 27,5°C –

27,0°C. Dimana tingkat kelembaban pada

pagi- malam h ari masih b erada berada

kategori Nyam an, karen a kel embaban relati f

pada

d alam

berada

pad a

53%-67 %.

Pergerakan angin pad a ruang dalam m asih

pada

k ategori

nyaman

dimana

nilai

pergerakan ud ara p ada pagi h ari 0.45m/s –

0.79 m/s pada siang hari 1.19 m/s – 0.95 m/s.

Pada sore – mal am kecepatan angin seb esar

0.63 m/s – 0.17 m/s.

Untuk

mengetahui

kondisi

kenyaman an term al digunakan p erhitungan

kenyaman an termal deng an indeks PMV

(

Predicct ed Mean Vote

) dimana merup akan

teori kenyamanan termal yang memprediksi

kenyaman an

term al

seseo rang.

Setelah

mendapatkan nilai indeks dari PMV maka

diketahui

berap a

persentas e

orang

memprediksi meras a tidak nyaman dari suatu

kondisi termal di dalam suatu ruangan

dengan menggun akan indeks PPD

(Predicted

Percentag e of Dissatisfied).

Gambar 6

Gambar Grafik Temperatur Efektif P ada Rumah P anggung

Menurut hasil an alisis PMV indeks

kenyaman pad a p agi hari (07.00-10.00) rasa

Nyaman diras akan selam a 2 jam pada pukul

07.00-08.00 dengan nilai PMV 0,2-0,5, dan

mengarah pad a kondisi Agak Panas pada

pukul 10.00 den nilai PMV 0,6. Dan sampai

pada kondisi puncak di siang hari pukul

13.00, dengan indeks kenyaman Sangat Panas

dimana nilai PMV 2,9. Pada sore pukul

15.00-19.00 dalam kondisi Panas dan

menurun pad a kondisi Agak Panas d engan

nilai PMV sebesar 1,1.

Dimana hasil PPD ditunjukan pad a

Pagi hari dengan indeks kenyaman an PMV

sekitar 0,3-0,5 dinyatakan nilai PPD berada

(8)

pada 5%, maka p ada pagi h ari pukul

07.00-08.00, masih dapat dikatakan d alam kondisi

Nyaman. Pada siang hari berada dalam

kondisi Sangat Panas dimana nilai indeks

PPD mencapai 26% - 43%, , dimana

persentasi o rang y ang setuju tidak nyaman

hampir mencap ai setengah. Dan pada

sore-malam hari dalam kondisi mengarah agak

panas, dimana nilai presentas e kecil yaitu

26%.

Gam bar 7

Gam bar Perhitungan Indeks PMV dan PPD Pada Rum ah Panggung

Dari hasil analisi perhitungan PMV

dan PPD, kondisi pada ruang dalam di

Rumah Panggung cendrung merasak an T idak

Nyaman. Dimana persent ase pada pagi hari

sebesar 5%-26%, ketidak puasan mendek ati

setengah y aitu 43% p ada titik puncak siang

hari, dan presentas e ketidak puasan seb esar

26% pada sore dan malam hari. Hal ini

dibenarkan oleh pendap at d ari responden

dimana lebih rentan merasa T idak Nyaman

selama periode 1 hari pada bulan April.

Hal ini dibenarkan oleh pendapat dari

responden dimana l ebih rentan meras a T idak

Nyaman selama 1 hari. Dari hasil perhitungan

analisis indeks PMV dan PPD dibandingkan

dengan hasil kuisioner dirasak an lebih hangat

atau lebih 1 skala.

Tabel 3

P erbandingan Skala P MV dan Hasil Kuisioner

Adanya p engaruh dari p ermukaan

bidang air pada rumah tepi sung ai ini

terhadap k enyam anan termal ruang d alam,

dimana lantai dari bangunan lanting dekat

dengan p ermukaan air (±20 cm), maka aliran

udara l embab dari permukaan air sungai

dibawah lantai, beresiko membawa aliran

udara lembab masuk k edalam ru ang. Berbeda

dengan kasus rumah panggung Diman a jarak

yang cukup jauh yaitu

±230cm dari

permukaan air, s ehingga d apat m engurangi

aliran udara lembab dari permukaan air

sungai dibawah lantai, yang akan masuk

kedalam

ruang.

Sama

halny a

dengan

pendapat Sukawi (2009), dimana rumah

panggung atau lant ai yang diangk at dapat

mengurangi k elembab an yang tinggi dari

permukaanny a.

Penggunaan material penutup lantai

mengunakan

karp et

plastik

untuk

meminimalisir pengaruh aliran udara lembab

dari bawah lantai. Jadi hanya permukaan

lantai yang tertutup oleh material plastik yang

tidak lembab dan teras a nyaman. Penggunaan

material kayu, pada dinding dimana material

kayu dap at menyimpan pan as deng an l ama,

dan penghantar yang jelek, maka temperatur

(9)

udara di dalam ruang tetap teras a panas

sampai sore dan malam hari. Dimana

pendapat dari Sukawi (2009 ) oleh karena

panas diserap oleh permuk aan lu ar, maka

akan mengh angatk an permukaan bagian

dalam sesudah b eberapa waktu menu rut daya

serap p anas dan t ebal bah an. Papan kayu

dengan ketebal an 2,5 cm mempunyai

time lag

0,5 jam dan papan kayu k etebal an 5 cm

mempunyai

time lag

1,3 jam.

Radiasi yang masuk pada bangunan

melalui atap, dimana atap d apat merefl eksi

panas 90%-70% dan seb agian lagi diserap

dan masuk ke ruang dalam. Hal ini sama

dengan pend apat d ari Sugijanto (1989),

bahwa

p ermukaan

yang

p aling

besar

menerima panas ad alah atap.

Pada

rumah

tepi

sungai

ini

menggunakan system ventilasi silang,

dimana pergerakan angin didalam ruang tidak

selamanya cukup baik dimana pergerakan

udara men cap ai 0,38 m/s -1,35m/s. Menurut

Darmawan (2008 ) perg erakan ud ara p ada

kisaran 0,25m/s – 1m/s dianggap nyaman,

jika melebihi 1,5 m/s dianggap tidak nyaman.

Hasil tersebut menunjukan k emiripan

terhadap studi oleh Diem (2004) dimana

orientasi turut mempengaruhi atau b erperan

terhadap pengkondisian term al pada ruang

dalam pad a rumah rakit di Palembang, (tipe

bangunan rumah rakit di Palembang

mempunyai kesamaan dengan tipe rumah

lanting di Palangka Ray a yaitu terapung

diatas sungai dan b erada p ada iklim tropis

lembab).

T erdapat kemiripan h asil persepsi rasa

kenyaman an di dalam ru ang ad apun studi

oleh Juhana (2000) tentang Peng aruh

Bentukan Arsitektur dan Iklim T erhadap

kenyaman an termal rumah tinggal suku Bajo,

( rumah p anggung kayu , beriklim tropis

lembab), menunjukan cendrung pada kondisi

Hangat Nyaman, pada pukul 08.00-18.00.

Kemiripan

hasil

juga

dip eroleh

jika

dibandingkan dengan studi lainnya tentang

kenyaman an termal oleh Suwarta dan

Damayanti (2012), mengen ai kinerja termal

pada rum ah tradisonal , Sao Ria di d esa

Nggagelang p rovinsi Nusa T enggara T imur

(iklim T ropis Lembab) . dikemukakan bahwa

respon termal T idak Nyaman pada musim

kemarau. Studi Lainnya yang sejenis oleh

Santoso (2012), tentang keny amanan termal

dalam ruang pad a bangunan didaerah iklim

tropis

lembab.

Dikemukakan

bahwa

bangunan didaerah dengan iklim tropis

lembab banyak mengalami kesulitan untuk

memenuhi standar yang disyaratkan sesuai

dengan zona k enyaman an ASHRAE 55, hal

yang sama dibandingkan deng an kondisi

kenyaman an term al pad a Rumah L anting

yang tidak memenuhi standar keny amanan

termal yang disyaratkan oleh ASHRAE 55.

KESIMPULAN

Kead aan temperatur efekti f pad a

rumah lanting dan panggung tidak ada

perbed aan, dimana p ada rentan waktu pagi

dalam kondisi Hang at Nyam an, Siang hari

dalam kondisi Panas, dan sore – malam hari

dalam kondisi Hangat Nyaman.

Dari h asil analisis PMV d an PPD,

Rasa Ny aman p ada Rumah T epi Sungai

hanya dirasak an pad a rentan waktu pagi

pukul 07.00-08.00, dimana rumah panggung

merasa Nyaman p ada pukul 07.00-08.00

(10)

dimana lebih nyaman 1 jam d ari rumah

lanting dimana rasa nyaman diras akan p ada

pukul 07.00. Dimana pada kondisi puncak

pada pukul 13.00 d alam kondisi yang sama

yaitu dalam kondisi Panas diman a indeks

PMV sebesar 2,9-3 dimana indeks PPD

sebesar 43%-55% yang setuju meras a tidak

nyaman . dan menurun dalam kondisi Agak

T idak Nyaman pada pukul 19.00.

Dari hasil perhitungan indeks PMV

dilakukan

perb andingan

d engan

h asil

kuisioner, dimana hasil perhitungan indeks

PMV ini lebih hangat atau lebih 1 skala dari

hasil kuesioner.

DAFTAR PUSTAKA

Diem A.F, 2004, Pengaruh Orientasi

Bangunan

T erhadap

Pengkondisian

T hermal Dalam Ruangan Pada Rumah

Rakit Palembang, T esis Fakultas Pasca

Sarjana Unversitas Diponego ro, Semarang.

Fanger

P.O,1970,

Thermal

Comfort.

McGraw-Hill Book Company, United

States

Frick Heinz , Suskiyantno FX. Bambang,

2007.

Dasar- Dasar Arsitektur Ekologis,

Konsep Pembangunan b erkelanjutan dan

Ramah

Lingkungan,

Kanisius;IT B,

Yogyakart a ; Bandung

Frick

Heinz,

Darmawan

Antonius

Arditanto,AMS,2008.Ilmu Fisika Bangunan

(Pengantar

pemah aman

cahay a,kalor,kelembap an,iklim,gempa

bumi,

dan

kebakaran )

cetak an

ke

I.Kanisius.Yogyakarta.

Juhana, 2001. Arsitektur Dalam Kehidupan

Masyarak at

Pengaruh

Bentukan

Arsitektur dan Iklim T erhadap Kenyam ana

T hermal Rumah T inggal Suku Bajo di

Wilayah Pesisir Bajoe Kabup aten Bone

Sulawesi Selatan”, Bendera. Semarang.

Lippsmeier

Georg.,

1997,

Bangunan

T ropis, Erlangga, Jakarta

Riyanto

Bambang,

2000,

Pengaruh

Komponen

Bangunan

Terhadap

Pengkondisian

Termal

Pada

Rumah

Tradisonal Nelayan Di Demak, Studi Kasus

Perumahan

Nelayan

Dipantai

Morodemak”,

T esis Fakultas Pasca Sarj ana

Universitas Diponegoro,

Semarang

Sugijanto, 1989, Jati Diri Arsitektur

Indonesia. ALUMNI.Bandung

Sugini, 2004, Pemaknaan Istilah – Istilah

Kualitas Kenyaman an T hermal Ruang

Dalam Kaitan Dengan Variab el Iklim

Ruang, Jurnal LOGIKA, Vol1,No.2 Juli

2004. Universitas Islam Indonesia

Sukawi., 2009,

Aplikasi Eko Arsitektur

Pada

Rumah

Panggung

Dalam

Menantisipasi Kondisi Termal Lingkungan

(Tinjauan

Konstruksi

dan

Bahan

Bangunan)

, Jurnal Lingkungan T ropis,

Edisi Khusus. Universitas Diponegoro

.Semarang.

Sangkertadi., 2006,

Fisika Bangunan Untuk

Mahasiswa Teknik, Arsitektur Dan Praktisi.

Pustaka wira usaha muda, Bogor

Sangkertadi, Syafriny R, T ungka A, 2008,

Thermal

Confort

Comparision

of

Traditional Architecture and Modern Style

Housing in North Sulawesi – Indonesia,

Procceeding o f SENVAR 9th & ISESEE08,

Shah Alam, Nopember 2008

Santoso Edi Imam, 2012. Indonesian Green

T echnology Jurnal Vol. 1 E

-ISSN.2338-1787.

Fakultas

T eknik

Universitas

Merdek a. Surabaya.

Suarta Ketut dan Damay anti Desak Putu,

2013, Kinerja T ermal Pada Rumah Sao Ria

Di Desa Ngalupolo Dan Nggel a Provinsi

Nusa T enggara T imur, Jurnal Permukiman

Vol.8 No. 2 Agustus 2013, Bali

Wijanarka , 2001,

Dasar Dasar Konsep

Pelestarian dan Pengembangan Kawasan

Tepi Sungai Di Palangka Raya,

T esis

Fakultas

Pasca

Sarjan a

Universitas

Diponegoro, Semarang

Gambar

Gambar 2  Gambar Denah, P otongan,  dan P erspektif Rumah Lanting
Gambar 3  Gambar Denah, P otongan,  dan P erspektif  Rumah P anggung
Gambar Grafik Temperatur Efektif  P ada  Rumah Lanting

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu dari ketiga unsur tersebut tidak ada maka kebakaran tidak mungkin terjadi, oleh karena itu ada tiga cara memadamkan api atau kebakaran yaitu :. Kita mengenal empat

Dihitung dengan menggunakan rumus berdasarkan konversi perhitungan dosis antara jenis hewan (LAURENCE & BACHARACH,

Untuk perluasan ke arah individu berpendapatan tinggi disebabkan oleh, perilaku pelanggan potensial yang berupa individu berpenghasilan tinggi, biasanya telah sering bepergian

Hasil dari pembuatan aplikasi ini adalah terancangnya sebuah aplikasi yang menggunakan teknologi virtual reality modeling language dengan studi kasus Kampus Sistem

Dari empat diagnosa yang penulis angkat, tiga diagnosa dari masalah keperawatan dapat teratasi sesuai dengan waktu dan kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu

Wildan SD Mutiara Anak Soleh 2 SIDOARJO JAWA TIMUR 230 02-02-0470 Shafira Putri Delia SD Mutiara Anak Soleh 2 SIDOARJO JAWA TIMUR 231 23-02--427 NIMAS AYU MUTHIA IRMAIZA SD

KRITERIA DAN BOBOT KLASIFIKASI MESIN.. PERAWATAN TERENCANA Metoda Perawatan Terrencana Perawatan Preventif Perawatan Korektif Perawatan Setelah Rusak Perawatan Prediktif

pikiran di atas, pembahasan dalam makalah ini akan difokuskan pada proses penggulungan daun sebagai respon tanaman pada saat mengalami kekeringan akibat kekurangan