• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOP pemeriksaan Mata ++ Katarak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SOP pemeriksaan Mata ++ Katarak"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

SOP

PEMERIKSAAN KESEHATAN MATA PUSKESMAS No. Dokumen ………. No. Revisi : ……….. Halaman Tanggal ditetapkan : ……….2013 Disusun oleh :

Tim Dinas Kesehatan dan Pengelola Prog. Kesehatan Indera

se-Kab.Magetan

Ditetapkan

KEPALA DINAS KESEHATAN KAB. MAGETAN

dr. HARRY SUSANTO,MM NIP.

Pengertian Suatu pemeriksaan yang di lakukan untuk mengetahui adanya gangguan kesehatan mata.

Tujuan 1. Mengidentifikasi jenis gangguan kesehatan mata untuk mencegah serta menentukan terapi/pengobatan, penanganan lebih lanjut dan sebagai dasar untuk melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan rujukan / Rumah Sakit sesuai Standar. 2. Sebagai pedoman bagi petugas untuk melaksanakan pemeriksaan Mata sesuai

standar Standar Tenaga Dokter : 1 orang Perawat : 1 orang Saranadan Prasarana

1.Sarana Non Medis : a. Ruang Pemeriksaan

 Ukuran minimal 4 m x 4 m²

 Ventilasi dan pencahayaan yang cukup  Ruangan bersih dan rapi

 Wastafel dengan air yang mengalir, dilengkapi dengan sabun cair serta handuk tangan yang bersih / disposible tissue

b. Mebelair

 Meja kursi satu set untuk pemeriksa dan pasien serta pengantar  Tempat tidur

c. Lain lain

 Tempat sampah medis dan non medis masing masing 1 buah  Buku register pasien

 Status / lembar rekam medis  Informed consent

 Kertas resep

 Blanko permintaan laboratorium  Alat tulis menulis

 Formulir rujukan

 Surat kabar atau majalah  Penggaris kecil

 Komputer  Surat kabar  Penggaris kecil 2.Sarana Medis :

 Stetoskop dan tensimeter  Pinhole (cakram berlubang)  Snellen chart

 Penutup 1 mata (okluder)  Trial Frame

(2)

 Trial lensa  Isihara test  Loupe  Senter  Optalmoskop  Kartu kipas  Tonometer  Kapas steril  APD Prosedur Tetap 1. Anamnesa 2. Pemeriksaan 3. Diagnosa 4. Penatalaksanaan 5. Konseling

6. Pencatatan dan pelaporan Cara

Melaksanaka n Tiap

Kegiatan

1. ANAMNESA

 Menyapa pasien dengan ramah, sambil menatap mata pasien dengan lembut dan mengucapkan salam

 Bila kunjungan yang pertama perlu menanyakan identitas pasien :Nama , umur, alamat rumah, pekerjaan.

 Bila kunjungan ulang, maka jawaban pasien dicocokkan dengan kartu status pasien  Bertanya dengan ramah dan hati-hati tentang

Riwayat Penyakit :

 Tentukan masalah yang mendorong klien untuk mencari bantuan kesehatan.  Tanyakan pada klien adakah kelopak mata yang turun menutup terus

menerus, Nyeri mata, foto phobia (kerentaan terhadap cahaya) rasa seperti terbakar pada mata, gatal, air mata, kotoran mata yang berlebihan, diplopia (pandangan ganda), pandangan kabur , perasaan adanya ‘’ film ‘’ diatas lapang penglihatan, mengambang (titik hitam kecil yang tampak menghilang pada lapang penglihatan), cahaya kilatan, lingkaran hitam (halo) di seputar cahaya.

 Tentukan apakah klien mempunyai riwayat penyakit mata, trauma pada mata, diabetes, hipertensi, atau masalah visual

 Tentukan apakah ada riwayat keluarga dengan gangguan mata, meliputi gloukoma atau retinitis pigmentosa

 Kaji riwayat pekerjaan klien mengenai aktivitas kerja yang memerlukan kerja tertutup, kerja yang melibatkan computer, atau aktivitas seperti pengelas, terpajan langsung dengan bahan kimia yang membuat resiko cedera mata.  Tanyakan pada klien apakah memakai kaca mata, atau lensa kontak atau

tidak

 Tentukan tanggal terakhir klien memeriksakan mata.

 Kaji obat obatan yang sudah di pakai termasuk tetes mata. 2. PEMERIKSAAN

Pemeriksaan dengan cara : KETAJAMAN PENGLIHATAN Tahap I

i. Lakukan pemeriksaan sekilas dengan meminta klien membaca surat kabar/majalah.Pastikan pencahayaan cukup. Klien berkacamata seharusnya memakai kecamatanya selama tahap pemreksaan ini. Perhatikan cara klien memegang lembaran yang dibaca dari matanya.

ii. Pastikan klien tidak buta huruf. Mintalah klien agar membaca dengan keras untuk memastikan bahwa klien tidak buta huruf. Bila klien menghadapi kesulitan lanjutkan pengujian ke tahap II

Tahap II

i. Untuk pemeriksaan yang akurat gunakan lembar pemeriksaan Snellen. Pastikan bahwa lembaran pemeriksa benar benar diterangi. Buat klien berdiri 20 kaki (6,1 m) jauhnya dari lembar Snellen atau duduk di kursi pengujian yang telah

(3)

terpasang khusus bersebrangan dengan layar periksa

ii. Minta klien untuk membaca huruf huruf pada layar dimulai dari garis yang mana saja, pertama dengan kedua mata terbuka dan kemudian dengan satu mata terpisah (mata lainnya ditutupi)

iii. Selalu menguji pertanma kali tanpa kacamata. Kemudian bila memakai kacamata jarak jauh, ulangi pengujian. Tentukan baris terkecil dimana klien dapat membaca seluruh huruf dengan benar baca ketajaman untuk garis tersebut.

iv. Bila klien tidak bisa membaca, gunakan kartu ‘’E’’ dan tentukan arah tangan huruf ‘’E ‘’ . Pada anak kecil, gunakan lembaran dengan gambaran obyek yang dikenal. Catat nilai ketajaman penglihatan untuk masing masing mata dan kedua mata dalam dua nilai :

 Pembilang adalah jarak dari lembar pemeriksaan ke klien dalam ukuran kaki.

 Penyebut adalah nomor standar untuk garis tersebut pada lembar pemeriksa ( contoh : 20/80 ). Nomor standar ini adalah jarak dimana mata normal dapat membaca baris tersebut.

Tahap III

i. Uji masing-masing mata dengan klien membaca kartu indek dengan menutupi satu mata bergiliran

ii. Jangan menggunakan tangan untuk menutupi mata

iii. Minta klien dengan gangguan penglihatan parah untuk menghitung jari jari yang diacungkan kurang lebih satu kaki ( 30 cm ) dari wajah klien.

iv. Bila klien gagal dalam kedua tes tersebut, sinari mata klien dengan senter kecil dan kemudian padamkan cahayanya . Tanyakan apakah klien melihat cahaya. Hasil Normal :

 Nilai normal ketajaman penglihatan adalah 20/20

 Catat, apabila ketajaman penglihatan diukur dengan kacamata perbaikan atau lensa kontak ( cc ) atau tanpa perbaikan ( sc ).

Penyimpangan dari Normal :

Nilai ketajaman penglihatan 20/200 dianggap buta total PEMERIKSAAN LAPANG PENGLIHATAN

Pemeriksaan lapang penglihatan dengan cara :

i. Buat klien duduk atau berdiri 2 kaki 60 cm jauhnya, berhadapan dengan petugas sejajar ketinggian mata.

ii. Minta klien untuk menutupi atau melapisi dengan perlahan satu mata menggunakan kartu indeks dan menatap mata petugas berlawanan arah – contoh mata kiri klien, mata kanan

petugas-iii. Tutup atau lapisi mata petugas yang berlawanan dengan mata klien sehingga lapang penglihatan petugas tidak bertumpang tindih dengan lapangan

penglihatan klien.

iv. Gerakkan jari dengan jarak sebanding panjang lengan diluar lapang penglihatan. v. Minta klien untuk mengatakannya bila melihat jari petugas.

vi. Perlahan tarik jari petugas mendekat. Jari selalu dijaga tetap di tengah anatara petugas dan klien.

vii. Ulangi prosedur pada sisi yang lain, atas dan bawah. Selalu harus

membandingkan titik dimana petugas melihat jari tersebut memasuki lapang penglihatan petugas dan titik di mana klien melihatnya.

viii. Ulangi prosedur dengan ke empat arah pada mata lainnya.

ix. Bila klien melihat jari sedikit lebih lama dari petugas, klien mengalami penyempitan lapang penglihatan.

PEMERIKSAAN VISUS

Pemeriksaan visus dengan cara :

I. Kartu diletakkan pada jarak 5 atau 6 meter dari pasien dengan posisi lebih tinggi atau sejajar dengan mata pasien.

(4)

dapat melihat pada jarak 5 meter, pasien juga dapat melihat pada jarak 5 meter. Bila berjarak 6 m, berarti visus normalnya 6/6. Satuan selain meter ada kaki = 20/20, ada juga log (logaritma).

II. Pastikan cahaya harus cukup

III. Bila ingin memeriksa visus mata kanan, maka mata kiri harus ditutup dan pasien diminta membaca kartu.

IV. Cara menilai visus dari hasil membaca kartu :

a) Bila pasien dapat membaca kartu pada baris dengan visus 5/5 atau 6/6, maka tidak usah membaca pada baris berikutnya => visus normal

b) Bila pasien tidak dapat membaca kartu pada baris tertentu di atas visus normal, cek pada 1 baris tersebut

i. Bila cuma tidak bisa membaca 1 huruf, berarti visusnya terletak pada baris tersebut dengan false 1.

ii. Bila tidak dapat membaca 2, berarti visusnya terletak pada baris tersebut dengan false 2.

iii. Bila tidak dapat membaca lebih dari setengah jumlah huruf yang ada, berarti visusnya berada di baris tepat di atas baris yang tidak dapat dibaca.

iv. Bila tidak dapat membaca satu baris, berarti visusnya terdapat pada baris di atasnya.

c) Bila terdapat penurunan visus, maka cek dengan menggunakan pinhole (alat untuk memfokuskan titik pada penglihatan pasien)

d) Bila visus tetap berkurang => berarti bukan kelainan refraksi.

e) Bila visus menjadi lebih baik dari sebelumnya => berarti merupakan kelainan refraksi

PEMERIKSAAN TONOMETER

Pemeriksaan tonometer dengan cara :

Menggunakan Tonometer dari Schiotz.

i.

Klien diminta tidur terlentang di tempat tidur.

ii.

Mata penderita terlebih dulu ditetesi dengan larutan anestesi lokal- pantokain 0,5%, masing-masing 1 tetes. Ditunggu sampai klien tidak merasa perih.

iii.

Kelopak mata klien dibuka dengan telunjuk dan ibu jari –jangan tertekan bola mata

pasien-iv.

Pasien diminta meletakkan ibu jari tangannya di depan matanya atau pasien melihat ke langit-langit ruang pemeriksaan.

v.

Tonometer diletakkan dengan perlahan-lahan dan hati-hati diatas cornea penderita.

vi.

Setelah telapak tonometri menunjukkan angka yang tetap,dibaca nilai tekanan pada skala busur schiotz yang berantara 0-15

vii.

Misalnya menunjukkan angka 5 dengan beban 5.5, maka tekanan bola matanya ialah 5/5.5. lalu carilah tabel konversi yang selalu ada pada setiap tonometer. Misssalnya untuk 5/5.5 akan terdapat angka konversi 15.0 mmHg.

viii.

Apabila dengan beban 5.5 jarum skala tidak bergerak atau bergerak Cuma sedikit, misalnya hanya pada angka 1-2, maka gantilah beban tonometer dengan beban 7.5. apabila dengan beban ini angka skala menunjukkan angka 4, maka tekanan bola mata ialah 4/7.5. lalu bacalah tabel konversi untuk mendapatkan angka untuk itu.

ix.

Tekanan bola mata yang disebut normal ialah yang berkisar antara 15-22mmHg. Jika tekanan bola mata di bawah 10 mmHg, maka berarti rendah dan bila diatas 25 mmHg berati tinggi.

3. DIAGNOSA

Dari hasil pemeriksaan didapatkan diagnosa :  Katarak sesuai SOP

(5)

 Kelainan Refraksi sesuai SOP  Glaukoma sesuai SOP

 Konjungtivitis sesuai SOP  Xerofthalmia sesuai SOP  Buta Warna sesuai SOP 4. PENATALAKSANAAN

 Penatalaksanaan Katarak sesuai SOP

 Penatalaksanaan Kelainan Refraksi sesuai SOP  Penatalaksanaan Glaukoma sesuai SOP

 Penatalaksanaan Konjungtivitis sesuai SOP  Penatalaksanaan Xerofthalmia sesuai SOP  Penatalaksanaan Buta Warna sesuai SOP 5. KONSELING

 Konseling Katarak sesuai SOP

 Konseling Kelainan Refraksi sesuai SOP  Konseling Glaukoma sesuai SOP

 Konseling Konjungtivitis sesuai SOP  Konseling Xerofthalmia sesuai SOP  Konseling Buta Warna sesuai SOP 6. PENCATATAN DAN PELAPORAN

 Pencatatan dan pelaporan Katarak sesuai SOP

 Pencatatan dan pelaporan Kelainan Refraksi sesuai SOP  Pencatatan dan pelaporan Glaukoma sesuai SOP

 Pencatatan dan pelaporan Konjungtivitis sesuai SOP  Pencatatan dan pelaporan Xerofthalmia sesuai SOP  Pencatatan dan pelaporan Buta Warna sesuai SOP

(6)

SOP PEMERIKSAAN KATARAK No. Dokumen ………. No. Revisi : ……….. Halaman Tanggal ditetapkan : ……….2013 Disusun oleh :

Tim Dinas Kesehatan dan Pengelola Prog. Kesehatan Indera

se-Kab.Magetan

Ditetapkan

KEPALA DINAS KESEHATAN KAB. MAGETAN

dr. HARRY SUSANTO,MM NIP.

Pengertian Pemeriksaan gangguan penglihatan yang disebabkan perubahan lensa mata yang seharusnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh, akibatnya obyek yang dilihat menjadi kabur dan menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas ( Katarak).

Tujuan Sebagai pedoman bagi petugas untuk melaksanakan pemeriksaan katarak sesuai standar

Metode

-Standar

Tenaga Dokter :1 orangPerawat : 1 orang Standar

Sarana dan Prasarana

1.Sarana Non Medis : d. Ruang Pemeriksaan

 Ukuran minimal 4 m x 4 m²

 Ventilasi dan pencahayaan yang cukup  Ruangan bersih dan rapi

 Wastafel dengan air yang mengalir, dilengkapi dengan sabun cair serta handuk tangan yang bersih / disposible tissue

e. Mebelair

 Meja kursi satu set untuk pemeriksa dan pasien serta pengantar f. Lain lain

 Tempat sampah medis dan non medis masing masing 1 buah  Buku register pasien

 Status / lembar rekam medis  Informed Consent

 Kertas resep

 Blanko permintaan laboratorium  Alat tulis menulis

 Formulir rujukan 2.Sarana Medis :

 Stetoskop dan tensimeter  Pinhole (cakram berlubang)  Snellen chart

 Penutup 1 mata (okluder)  Senter  APD Prosedur Tetap 1) Anamnesa 2) Pemeriksaan 3) Diagnosa 4) Penatalaksanaan 5) Konseling

(7)

Cara

Melaksanakan Tiap Kegiatan

1) ANAMNESA

1. Menyapa pasien dengan ramah, sambil menatap mata pasien dengan lembut dan mengucapkan salam

2. Bila kunjungan yang pertama perlu menanyakan identitas pasien :Nama , umur, alamat rumah, pekerjaan.

3. Bila kunjungan ulang, maka jawaban pasien dicocokkan dengan kartu status pasien

4. Bertanya dengan ramah dan hati-hati tentang Riwayat penyakit :

 Apa gejala yang paling dirasakan sehingga bapak/ibu,Sdr/Sdri datang kesini? ” (menanyakan riwayat penyakit utama).

 Kapan pertama kali timbul keluhan ?

 Apakah keluhan ini timbul pertama kali atau sudah berulang ?

 Apakah ada riwayat trauma pada mata, atau terkena debu, binatang, cairan, dll ?

 Apakah ada keluhan/penyakit lain yang diderita (ex:DM,HT,dll) dan riwayat penyakit sebelumnya ?

 Adakah riwayat alergi (debu,asap kendaraan,udara,makanan/minuman, alergi obat,dll)

 Apakah sudah pernah berobat atau sudah minum obat- obatan tertentu ?( riwayat pengobatan sebelumnya )

 Apakah timbul gangguan penurunan penglihatan ?  Spesifik Katarak :

 Apakah ada penurunan penglihatan/ pandangan buram, kabur, seperti tertutup kabut / berasap bahkan pada siang hari ?

 Apakah peka terhadap sinar atau cahaya ?

 Apakah terjadi diplobia/melihat dobel pada satu mata ?

 Apakah ada nyeri pada mata ?(biasanya pada katarak tidak disertai nyeri kecuali terdapat komplikasi lain)

 Kapan mulai terjadi kekeruhan lensa, sejak usia ?(untuk mengetahui jenis Katarak)

 Apakah ada riwayat trauma atau riwayat penyakit lain ? (Untuk mengetahui jenis Katarak)

2) PEMERIKSAAN

a) Pemeriksaan Fisik

 Pada saat pertama kali bertemu dengan pasien , kita melihat dan menilai keadaan umum pasien, apakah pasien kelihatan sakit, lemah, pucat, atau tampak sehat, dan bagaimana pasien datang apakah bisa berjalan sendiri atau dibantu keluarga untuk menilai fungsi penglihatan.

 Melihat keadaan mata pasien, apakah mata tampak merah, adanya secret/kotoran, sembab, ada benjolan apa tidak, lensa mata keruh apa tidak, apakah pada sklera tampak bersih,warna konjungtiva,dan apakah tampak tanda-tanda abnormal di bandingkan mata sehat.

Perhatikan :

 Lensa Perhatikan kejenihannya. Normal jernih, kalau keruh suspek katarak.  Cairan mata ( Normal, bertambah, berkurang) Untuk menentukan stadium katarak  Iris (Normal atau terdorong, tremulans ) Untuk menentukan stadium katarak  Bilik mata depan ( Normal, dangkal ) Untuk menentukan stadium katarak

 Sudut bilik mata ( Normal, sempit, terbuka ) Untuk menentukan stadium katarak b) Pemeriksaan fungsi Penglihatan

Lakukan pemeriksaan visus sesuai SOP pemeriksaan mata c) Pemeriksaan Stadium Katarak

 Lakukan Pemeriksaan selanjutnya apabila ada indikasi katarak, yaitu :

 Dari anamnesa diketahui adanya penurunan fungsi penglihatan ( mata buram ,redup, berkabut termasuk saat siang hari, diplobia, peka terhadap sinar, dll)

(8)

 Dari pemeriksaan Inspeksi ditemukan kekeruhan lensa

 Dari pemeriksaan Visus diperoleh adanya penurunan ketajaman penglihatan bukan karena kelainan refraksi

 Lakukan Shadow Test untuk mengetahui Stadium Katarak, dengan cara sebagai berikut :

Untuk melihat lensa lebih jelas bisa memakai obat tetes yang berisi midriatill yang fungsinya untuk midriasis pupil, jadi lensanya bisa lebih mudah dilihat

 Pasien diminta melihat lurus ke depan

 Lalu pemeriksa menyenteri mata pasien pada sudut 450 dari samping,

dari bayangan iris.

 Nanti ada bayangan yang dibiaskan dari humor aquosus.

 Katarak matur : lensa lebih cembung karena menyerap cairan lebih banyak,bayangan iris pada lensa terlihat kecil dan letaknya dekat terhadap pupil, shadow test (-) ; katarak imatur: lensa masih kecil,terdapat bayangan iris pada lensa terlihat besar dan letaknya jauh terhadap pupil, shadow test (+)

3) PENEGAKAN DIAGNOSA

Dari Anamnesa dan Pemeriksaan dapat ditegakan Diagnosa Katarak sesuai dengan jenis dan stadium Katarak

A. Menurut Jenisnya :

Katarak Kongenital apabila kekeruhan lensa mata timbul pada saat pembentukan lensa, Sudah terdapat pada saat bayi baru lahir

Katarak Senile apabila keluhan lensa yang terdapat pada usia diatas 50 tahun  Katarak Juvenile apabila mulai terbentuknya saat usia kurang dari 9 tahun dan

lebih dari 3 bulan biasanya merupakan lanjutan katarak kongenital

Katarak komplikata apabila Katarak terjadi akibat komplikasi dari penyakit lain seperti penyakit sistemik, dan trauma

B. Menurut Stadiumnya :

Stadium insipien Dimana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa

Stadium imatur Lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga lensa menjadi cembung

Stadium matur merupakan proses degenerasi lanjut lensa , terjadi kekeruhan seluruh lensa

Stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam dalam korteks lensa ( katarak Morgagni)

PERBEDAAN KARAKTERISTIK KATARAK UNTUK MENEGAKAN DIAGNOSA SESUAI HASIL PEMERIKSAAN

INSIPIEN IMATUR MATUR HIPERMATUR

KEKERUHAN RINGAN SEBAGIAN SELURUH MASIF

CAIRAN LENSA MATA

NORMAL BERTAMBAH NORMAL BERKURANG

IRIS NORMAL TERDORONG NORMAL TREMULANS

BILIK MATA DEPAN

NORMAL DANGKAL NORMAL DALAM

SUDUT BILIK MATA

NORMAL SEMPIT NORMAL TERBUKA

SHADOW TEST

(9)

+/-VISUS ( + ) < << <<<

PENYULIT ( - ) GLAUKOMA ( - ) UVEITIS+

GLAUKOMA 4) PENATALAKSANAAN

Setelah ditegakan diagnosa Katarak maka lakukan rujukan ke pelayanan kesehatan rujukan / Rumah Sakit sesuai SOP untuk penanganan lebih lanjut.

5) KONSELING

 Sarankan pada penderita rutin kontrol ke Rumah Sakit atau dokter spesialis mata untuk melakukan pengecekan retina serta ketajaman visual secara berkala.

 Sarankan kepada penderita untuk selalu menggunakan sunglass saat beraktivitas diluar ruangan, hindari paparan sinar matahari langsung, dan cahaya yang terlalu terang.

 Sarankan kepada penderita untuk tidak merokok serta jangan mengkonsumsi minuman beralkohol.

 Anjurkan penderita makan makanan bergizi yang mengandung vitamin A, C, E, dan protein seperti buah dan sayur berwarna terang, beras merah, kacang-kacangan, sereal, minyak canola serta ikan.

 Hindari makanan yang terlalu banyak mengandung lemak dan garam. 6) PENCATATAN DAN PELAPORAN

 Setiap orang yang datang berobat ke Puskesmas dimasukan ke register harian dan simphustronik

 Setiap orang yang datang ke Puskesmas dengan keluhan gangguan kesehatan indra dimasukan dalam register harian program kesehatan indra

 Laporan dari Pengelola program kesehatan Indra Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan dilakukan setiap Tribulan ( Tiga bulan ) dan diambil dari register harian program kesehatan Indra.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk anak yang sudah Qesar Ferdasarkan pntnsip diatas, digunakan kartu shellen yang bcrgambar atau berlsi huruf E yang dibaltk balikrpada Jerak perlkEa 5-6

30, pada jarak 6 meter berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/30. c) Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka 50, pada jarak 6 meter berarti

Jika kita mendefinisikan sebuah kasus dimana pasien memiliki gejala yang tidak normal pada proses patten preparing, makalangkah berikutnya adalah menghitung

Pada tanggal 6 juli 2021 pemeriksaan sebelum operasi membranektomi mata kiri didapatkan tanda vital dalam batas normal, pemeriksaan oftalmologi visus kedua mata dengan

Jika kita mendefinisikan sebuah kasus dimana pasien memiliki gejala yang tidak normal pada proses patten preparing, makalangkah berikutnya adalah menghitung

Jika dalam satu baris terdapat 5 huruf, pasien dapat membaca semua huruf pada baris 5/18 dan 2 huruf pada baris 5/12, maka tajam penglihatan pasien adalah :. Jika dalam satu

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU KATA DAN PASIR. PADA ANAK KELOMPOK B (USIA 5-6 TAHUN) KB DAN TK HAPPY HOLY

+mati apakah psisi bla mata terdapat strabismus atau tidak  dengan melakukan uji 7irschberg, dengan menyrtkan cahaya  pen light ke kedua mata dengan pasien