• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum -4- (Kesetimbangan Massa)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Praktikum -4- (Kesetimbangan Massa)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI INDUSTRI

(Kesetimbangan Massa)

Oleh :

Nama : Bunga Pratiwi

NPM : 240110120035

Hari, Tanggal Praktikum : Kamis, 27 Maret 2014 Waktu : 15.00 – 17.30 WIB Co. Ass : AstriAriyanti

Rizqi Putri Fathoni

LABORATURIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

2014

(2)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam industri terdapat beberapa jenis bahan pangan, salah satunya adalah jenis bahan pangan cair. Sebagai zat cair, bahan pangan cair memiliki viskositas sebagai karakteristiknya. Viskositas pada bahan pangan cair akan berbeda-beda terggantung dengan jenis dan kandungan airnya. Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya gesekan antar lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat ketahanan suatu cairan untuk mengalir. Untuk satu jenis bahan pangan cair, belum tentu memiliki nilai viskositas yang sama. Nilai viskositas tersebut dapat diketahui dengan menggunakan beberapa cara, salah satunya adalah dengan menggunakan alat refraktometer.

Hukum konservasi energi mengatakan bahwa massa tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan, namun dapat berubah bentuk dan phase. Dalam satu industri pertanian, seringkali kita diharuskan untuk membuat bahan pangan cair dengan kekentalan tertentu. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pengentalan maupun penenceran. Hal tersebut diperlukan perhitungan-perhitungan yang dapat memperkirakan kadar produk yang diinginkan dengan menggunakan prinsip kekekalan massa. Dengan demikian, praktikum ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa teknik pertanian untuk menganalisis suatu proses pengolahan hasil pertanian dalam menentukan komposisi produk setelah dilakukan serangkaian proses.

1.2. Tujuan Percobaan

1.2.1 Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Mahasiswa dapat mempelajari kesetimbangan massa secara umum

(3)

a. Mempelajari keadaan sistem steady dan unsteady state dengan larutan gula

b. Menentukan model neraca massa steady state pada alir massa dan unsteady state pada komponen gula.

(4)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kesetimbangan Massa

Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov-Lavoisier adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan meskipun terjadi berbagai macam proses di dalam sistem tersebut (dalam sistem tertutup massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama). Pernyataan yang umum digunakan untuk menyatakan hukum kekekalan massa adalah massa dapat berubah bentuk tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Untuk suatu proses kimiawi di dalam suatu sistem tertutup, massa dari reaktan harus sama dengan massa produk. (Arif,2012)

Hukum kekekalan massa diformulasikan oleh Antoine Lavoisier pada tahun 1789. Oleh karena hasilnya ini, ia sering disebut sebagai bapak kimia modern. Sebelumnya, Mikhail Lomonosov (1748) juga telah mengajukan ide yang serupa dan telah membuktikannya dalam eksperimen. Sebelumnya, kekekalan massa sulit dimengerti karena adanya gaya buoyan atmosfer bumi. Setelah gaya ini dapat dimengerti, hukum kekekalan massa menjadi kunci penting dalam mengubah alkemi menjadi kimia modern. Ketika ilmuwan memahami bahwa senyawa tidak pernah hilang ketika diukur, mereka mulai melakukan studi kuantitatif transformasi senyawa. Studi ini membawa kepada ide bahwa semua proses dan transformasi kimia berlangsung dalam jumlah massa tiap elemen tetap. Dalam Satuan Operasi bentuk kesetimbangan massa dan energi dapat direpresentasikan dalam bentuk kotak diagram proses. Massa atau energi yang masuk ke dalam kotak diagram proses harus setimbang dengan massa atau energi yang ke luar darinya. (Arif,2012)

Hukum konservasi massa berisi bahwa massa tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan (kecuali reaksi atom/ nuklir). Sehingga kesetimbangan massa dalam sebuah proses dapat ditulis sebagai berikut :

Input = Output

input = uotput + akumulasi

(5)

SmR = Smp +SmW +SmS SmR = mR1 + mR2 + mR3 Smp = mp1 + mp2 + mp3 SmW = mW1 + mW2 + mW3 SmS = ms1 + ms2 + ms3 2.2. Viskositas

Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar kecilnya gesekan di dalam fluida. Makin besar viskositas suatu fluida, maka makin sulit suatu fluida mengalir dan makin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida tersebut. Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat cair. Sedangkan dalam gas, viskositas timbul sebagai akibat tumbukan antara molekul gas. Viskositas zat cair dapat ditentukan secara kuantitatif dengan besaran yang disebut koefisien viskositas. Satuan SI untuk koefisien viskositas adalah Ns/m2 atau pascal sekon (Pa s). Ketika membahas mengenai viskositas maka akan menyinggung fluida sejati. Fluida ideal tidak mempunyai koefisien viskositas. Apabila suatu benda bergerak dengan kelajuan v dalam suatu fluida kental yang koefisien viskositasnya, maka benda tersebut akan mengalami gaya gesekan fluida , dengan k adalah konstanta yang bergantung pada bentuk geometris benda. (Audina,2011)

Kekentalan disebabkan karena kohesi antara patikel zat cair. Zat cair ideal tidak mempunyai kekentalan. Zat cair mempunyai beberapa sifat sebagai berikut:

a. Apabila ruangan lebih besar dari volume zat cair akan terbentuk permukaan bebas horizontal yang berhubungan dengan atmosfer.

b. Mempunyai rapat masa dan berat jenis. c. Dapat dianggap tidak termampatkan. d. Mempunyai viskositas (kekentalan).

e. Mempunyai kohesi, adesi dan tegangan permukaan. 2.3. Refraktometer

Refractometer adalah suatu instrumen opfis yang digunakan untuk menentukan indeks-refraksi suatu unsur. Ini sering mengacu pada beberapa sifat fisis suatu unsur yang secara langsung berhubungan dengan indeks-refraksinya. Tertentu jenis refractometers dapat digunakan untuk mengukur gas, cairan seperti

(6)

minyak atau water-based, dan bahkan padat tembus cahaya atau transparan seperti batu-permata. (Arifelia,2012)

Suatu refractometer dapat digunakan untuk menentukan identitas dari suatu unsur yang tak dikenal berdasar pada indeks-refraksinya, untuk menilai kemurnian unsur tertentu, atau untuk menentukan konsentrasi zat atau unsur di (dalam) suatu zat atau unsur. Biasanya, refractometers digunakan untuk mengukur konsentrasi cairan seperti isi gula ( Brix tingkatan, sebagai contoh di (dalam) hidangan buah-buahan, sari buah, atau sayur-mayur madu, dll), konsentrasi protein darah, berkadar garam dan bobot jenis air seni. Refractometers dapat juga digunakan untuk mengukur konsentrasi cairan untuk cairan [yang] komersil seperti bahan anti beku, memotong cairan, dan cairan industri. (Arifelia,2012)

Ada empat utama jenis refractometers: handheld tradisional refractometers, handheld digital refractometers, atau laboratorium Abbe refractometers, dan inline memproses refractometers. Ada juga Rayleigh Refractometer menggunakan (secara khas) untuk mengukur indeks gas yang bias. (Arifelia,2012)

Adapun prinsip kerja dari refractometer dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Dari gambar dibawah ini terdapat 3 bagian yaitu : Sample, Prisma dan Papan Skala. Refractive index prisma jauh lebih besar dibandingkan dengan sample.

2. Jika sample merupakan larutan dengan konsentrasi rendah, maka sudut refraksi akan lebar dikarenakan perbedaan refraksi dari prisma dan sample besar. Maka pada papan skala sinar “a” akan jatuh pada skala rendah.

3. Jika sample merupakan larutan pekat / konsentrasi tinggi, maka sudut refraksi akan kecil karena perbedaan refraksi prisma dan sample kecil. Pada gambar terlihar sinar “b” jatuh pada skala besar.

Dari penjelasan di atas jelas bahwa konsentrasi larutan akan berpengaruh secara proporsional terhadap sudut refraksi. Pada prakteknya Refractometer akan ditera pada skala sesuai dengan penggunaannya. Sebagai contoh Refractometer yang dipakai untuk mengukur konsentrasi larutan gula akan ditera pada skala gula. Begitu juga dengan refractometer untuk larutan garam, protein dll.

(7)

Konsentrasi bahan terlarut sering dinyatakan dalam satuan Brix(%) yaitu merupakan pernsentasi dari bahan terlarut dalam sample (larutan air). Kadar bahan terlarut merupakan total dari semua bahan dalam air, termasuk gula, garam, protein, asam dsb. Pada dasarnya Brix(%) dinyatakan sebagai jumlah gram dari cane sugar yang terdapat dalam larutan 100 g cane sugar. Jadi pada saat mengukur larutan gula, Brix(%) harus benar-benar tepat sesuai dengan konsentrasinya. 2.4. Derajat Brix

Menurut Diding Suhandy (2008) derajat Brix merupakan satuan yang umum digunakan untuk mengukur KPT dalam suatu larutan. Sebagian besar kandungan padatan terlarut (KPT) pada buah terdiri atas gula-gula sederhana seperti fruktosa, glukosa dan sukrosa.

Brix adalah jumlah zat padat semu yang larut (dalam gr) setiap 100 gr larutan. Jadi misalnya brix nira = 16, artinya bahwa dari 100 gram nira, 16 gram merupakan zat padat terlarut dan 84 gram adalah air. Untuk mengetahui banyaknya zat padat yang terlarut dalam larutan (brix) diperlukan suatu alat ukur. (Risvan,2008).

2.5. Keadaan Steady dan Unsteady Sate

Keadaan tunak (steady state) adalah kondisi sewaktu sifat-sifat suatu sistem tak berubah dengan berjalannya waktu atau dengan kata lain, konstan. Keadaan steady state dapat ditunjukkan dengan laju alir input (QF : ml/detik) sama dengan output (QR : ml/detik) sehingga tercapai kondisi steady state (QF = QR). Keadaan tunak baru akan dicapai beberapa waktu setelah sistem dimulai atau diinisiasi. Kondisi awal ini sering disebut sebagai keadaan transien. (Narutomo,2012)

Sistem steady menunjukkan akumulasi sama dengan nol, dan tidak bergantung pada waktu. Unsteady state adalah kondisi sewaktu sifat-sifat suatu sistem berubah dengan berjalannya waktu. (Narutomo,2012)

(8)

2.6. Pengentalan dan Pengenceran

Pengentalan merupakan proses meningkatkan konsentrasi suatu larutan akibat adanya pencampuran bahan terlarut. Sedangkan pengenceran merupakan proses penurunan suatu larutan akibat adanya pencampuran bahan pelarut. Semakin tinggi konsentrasi maka ikatan antara partikelnya semakin kuat, sebaliknya semakin rendah konsentrasi maka ikatan antar partikelnya akan semakin lemah. (Ariani, 2004)

(9)

BAB 3

METODOLOGI PENGAMATAN DAN PENGUKURAN

3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: 1. Peralatan proses kontinu berpengaduk

2. Stopwatch 3. Gelas ukur 4. Refraktometer 5. Timbangan 3.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1. Gula pasir

2. Tissu 3. Air 3.2. Prosedur Percobaan

Berikut prosedur percobaan yang dilakukan pada praktikum kesetimbangan massa :

1. Memasang peralatan tangki kontinu.

2. Mempelajari dan uji coba terlebih dahulu peralatan tersebut sebelum digunakan dengan menggunakan air sebagai bahan.

3. Menentukan volume maksimum tangki (V) ketika pengaduk sedang berjalan dan tentukan laju alir input (QF : ml/detik) output (QR : ml/detik) sehingga tercapai kondisi steady state (QF = QR).

4. Menghitung kadar madu dan air dengan refraktometer mula-mula pada gelas ukur 1 dan 2

5. Mencatat hasil pengukuran, dengan kadar madu mula-mula sebagai xt dan xf juga pada kolom pengenceran sedangkan kadar air sebagai xt pada kolom pengentalan.

6. Memulai percobaan dengan membuka keran penutup pada tangki kontinyu, bersamaan itu perhitungan waktu dengan stopwatch dimulai juga dan kedua gelas ukur diaduk-aduk .

(10)

7. Setelah 5 menit, keran ditutup kembali dan dihitung kadar larutan madu gelas ukur. Pengukuran kadar larutan dilakukan dengan alat refraktometer.

8. Untuk menggunakan refraktometer pastikan alat dalam keadaan bersih dan kering; teteskan larutan yang akan diukur; pastikan tidak ada gelembung udara pada alat; arahkan pada cahaya; membaca hasil pada skala refraktometer.

9. Seelanjutnya mencatat hasil pengukuran, dimana kedua data hasil pengukuran sebagai xt.

10. Membuat grafik konsentrasi madu (ln (Xf – Xt)) terhadap waktu (t) berdasarkan hasil percobaan dan menentukan model persamaan dari grafik tersebut (y = ax + b).

11. Membandingkan antara proses pemekatan dan proses pengenceran. Menggunakan referensi yang sesuai untuk keseimbangan massa dalam pembahasan.

(11)

BAB 4 HASIL PERCOBAAN A. Pengentalan Laju pengentalan: Qinput = volume(ml) waktu(s) = 12,5 ml60 s = 0,2083 ml/s Tabel 1. Pengentalan Larutan Madu

N o

Waktu (menit) Pengentalan Ln (Xf – Xt)

1 0 Xf = 8,4 -2 5 1,5 1,93 3 10 1,2 1,97 4 15 1,3 1,96 5 20 1,5 1,33 6 25 1,5 1,93 7 30 1,6 1,92 8 35 1,8 1,89 9 40 1,9 1,87 10 45 2,0 1,86 Perhitungan: 1. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 8,4) 2. = Ln 0 3. = math error 4. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 1,5) 5. = Ln 6,9 6. = 1,93 7. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 1,2) 8. = Ln 7,2 9. = 1,97 10. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 1,3) 11. = Ln 7,1 12. = 1,96 13. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 1,5) 14. = Ln 6,9 15. = 1,93 16. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 1,5) 17. = Ln 6,9 18. = 1,93 19. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 1,6) 20. = Ln 6,8 21. = 1,92 22. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 1,8) 23. = Ln 6,6 24. = 1,89 25. 26. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 1,9) 27. = Ln 6,5 28. = 1,87

(12)

29. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 2,0) 30. = Ln 6,4 31. = 1,86 32. 33. 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 0 0.5 1 1.5 2 2.5 f(x) = 0.02x + 1.22 R² = 0.24 Waktu (menit) lLn (Xf - Xt)

34. Gambar 1. Grafik Pengentalan Madu 35. B. Pengenceran 36. Laju pengenceran: 37. Qinput = volume(ml) waktu(s)

38.

= (310−210) ml 60 s 39. = 1,67 ml/s

40. Tabel 2. Pengenceran Larutan Gula 41. N 42. Waktu (menit) 43. Pengen ceran 44. Ln (Xf – Xt) 45. 1 46. 0 47. 9,7 48. -49. 2 50. 5 51. 10 52. -53. 3 54. 10 55. 8 56. 0,53 57. 4 58. 15 59. 8 60. 0,53

(13)

61. 5 62. 20 63. 8 64. 0,53 65. 6 66. 25 67. 8 68. 0,53 69. 7 70. 30 71. 8 72. 0,53 73. 8 74. 35 75. 8 76. 0,53 77. 9 78. 40 79. 7,7 80. 0,7 81. 1 82. 45 83. 7,7 84. 0,7 85. 1. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 9,7) 2. = Ln 0 3. = math error 4. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 10) 5. = Ln – 0,3 6. = math error 7. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 8) 8. = Ln 1,7 9. = 0,53 10. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 8) 11. = Ln 1,7 12. = 0,53 13. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 8) 14. = Ln 1,7 15. = 0,53 16. 17. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 8) 18. = Ln 1,7 19. = 0,53 20. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 8) 21. = Ln 1,7 22. = 0,53 23. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 8) 24. = Ln 1,7 25. = 0,53 26. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 7,7) 27. = Ln 2,0 28. = 0,7 29. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 7,7) 30. = Ln 2,0 31. = 0,7

(14)

32. 0 10 20 30 40 50 0 0.5 1 1.5 2 f(x) = 0.02x + 0.1 R² = 0.4 Waktu (menit) lLn (Xf - Xt)

33. Gambar 1. Grafik Pengenceran Madu 34. BAB 5

PEMBAHASAN 35.

36. Pada praktikum ini, praktikan melakukan pengentalan dan pengenceran madu dan mengukur nilai viskositasnya. Setelah data diperoleh maka dapat dihitung kesetimbangan massa dalam suatu viskositas suatu larutan.

37. Percobaan ini dimulai dengan mengukur laju aliran. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah cairan dapat mengalir dengan baik atau tidak. Setelah laju aliran diperoleh, dilanjutkan dengan mengukur viskositas larutan (pengentalan/pengenceran) dengan alat refraktometer setiap lima menit dari waktu 0 hingga 45 menit. Dalam pembacaan skala pada refraktometer, alat harus diarahkan ke cahaya agar nilai yang ditunjukkan pada skala dapat terlihat dengan jelas. Setiap lima menit proses diamati dan dicatat datanya. Data tersebut berupa kadar madu (oBrix). Dari data tersebut dapat dihitung ln (X

f – X), dengan Xf

adalah kadar madu (oBrix) dan X adalah waktu.

38. Pada proses pengentalan larutan akan memiliki peningkatan viskositas. Namu hal itu tidak terjadi pada praktikum ini. Pada menit kelima nilai yang diperoleh dari refraktometer adalah 1,5 sedangkan pada menit kesepuluh refraktometer menunjukkan nilai 1,2. Meskipun setelah waktu 10 menit viskositas mengalami peningkatan, namun penurunan nilai yang terjadi antara menit kelima dan kesepuluh menunjukan adanya kesalahan yang mungkin terjadi selama percobaan. Kesalahan tersebut mungkin terjadi saat menggunakan alat

(15)

refraktometer. Kesalahan tersebut mungkin terjadi karena adanya gelembung udara, refraktometer yang tidak bersih, ataupun kesalahan membaca.

39. Nilai yang diperoleh akan dipengaruhi oleh prosesnya sendiri. Saat melakukan percobaan, larutan yang dikentalkan ataupun diencerkan diaduk selama proses percobaan. Hal ini dimaksudkan agar larutan tercampur merata dan memperlancar aliran fluidanya. Untuk alat pengaduk, digunakan pengaduk kaca pejal agar gesekan alat dengan cairannya lebih kecil.

40. Pada proses pengenceran, nilai yang diperoleh dari refraktometer akan mengalami penurunan. Data yang diperoleh dari percobaan ini memang mengalami penurunan, namun data yang diperoleh tidak cukup akurat. Hal tersebut degambarkan dengan nilai regresi sebesar 0,4043. Sama seperti pada proses pengentalan, pada proses pengenceran ini juga memungkinkan adanya kesalahan dalam percobaan. Dikarenakan laju aliran yang cukup lancar, yaitu 1,67 ml/s, maka kemungkinan kesalahan adalah pada penggunaan refraktometer. Pada saat penggunaan alat refraktometer harus dibersihkan dari sisa cairan sebelumnya, pada proses pengukuran juga tidak boleh ada gelembung udara.

41. Proses pengentalan dan pengenceran pada larutan madu ini juga sama dengan proses pengentalan dan pengenceran larutan gula. Pada proses pengentalan gula, nilai viskositas akan mengalami peningkatan. Pada proses pengenceran larutan gula, nilai viskositas akan mengalami penurunan. Namun pada percobaan yang dilakukan, hasil yang diperoleh tidak sesuai. Pada proses pengenceran, terjadi kenaikan nilai viskositas antar amenit ke-10 dan menit ke-15. Sama seperti pada pengentalan larutan gula diatas, hal ini juga dimungkinkan karena kesalahan saat penggunakan alat refraktometer.

42. 43.

(16)

44. BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 45.

6.1. Kesimpulan

46. Dari praktikum ini dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Pada proses pengentalan, nilai viskositas yang diperoleh akan semakin

meningkat.

2. Pada proses pengenceran, nilai viskositas yang diperoleh akan semakin menurun.

3. Proses pengentalan dan pengenceran pada setiap jenis bahan pangan cair memiliki prinsip yang sama.

4. Dalam menggunakan alat refraktometer, praktikan harus memperhatikan kebersihan alat dari sisa larutan lain.

5. Dalam pembacaan skala pada refraktometer, alat harus diarahkan pada cahaya agar angka yang ditunjukkan oleh skala dapat terbaca debgan baik.

6. Larutan yang dikentalkan/diencerkan harus tetap diaduk selama proses percobaan berlangsung untuk menghindari penggumpalan laruta gula/madu dan untuk memperlancar aliran fluida.

47. 6.2. Saran

48. Agar praktikum ini lebih baik, diberikan beberapa saran berikut ini :

1. Dalam melakukan percobaan praktikan harus lebih berhati-hati dan teliti dalam menggunakan alat.

2. Agar nilai yang diperoleh dari refraktometer akurat, pastikan refraktometer bersih dari sisa larutan lain dan tidak ada gelembung udara.

3. Dalam melakukan pengadukan larutan, harus dilakukan dengan hati-hati dan konstan. Hal ini bertujuan agar aliran stabil dan tidak merusak alat.

(17)

50. DAFTAR PUSTAKA 51.

52. Arif, Weka. 2012. Kesetimbangan Massa (Satuan Operasi dan TL). Terdapat pada http://agritechhelp. blogspot.com /2012/03/ kesetimbangan-massa- satuan-operasi.html. Diakses pada tanggal 02 April 2014 pukul 02.42 WIB.

53.

54. Arifelia, Destri Rizkia. 2012. Penjelasan Refraktometer . Terdapat pada http://www.destririzkiarifelia.blogspot.com (Diakses pada hari Jumat, 02 April 2014, pukul 02.49 WIB.

55.

56. Aryani, Nirmala A. 2011. Pengentalan dan Pengenceran. Terdapat pada http://nirmalaaaryanti.blogspot.com/2011/04/pengukuran- infiltrasi- menggu nakan-ring_12.html. Diakses pada tanggal 02 Apeil 2004 pukul 03.15 WIB. 57.

58. Audina, Ervi. 2011. Viskositas. Terdapat pada http://www.erviaudina.wordpress.com. Diakses pada hari Kamis, 02 April 2014, pukul 03.04 WIB.

59.

60. Kuswurj, Rivan. 2011. Pengertian, pol, brix dan HK dalam Analisa Gula. Terdapat pada http://www.risvank.com/tag/brix/. Diakses pada tanggal 02 Apeil 2014 pukul 03.09 WIB.

61.

62. Narutomo, Andriyanto. 2012. Aliran Stady dan Unsteady State. Terdapat pada http:// arandityonarutomo. blogspot. com/ 2012/ 04/ aliran - unsteady -.html. Diakses pada tanggal 02 April 2014 pukul 04.11 WIB.

63. 64.

(18)

65. LAMPIRAN 66.

67.

(19)

69.

Referensi

Dokumen terkait

Bahan awal untuk produksi obat harus memenuhi spesifikasi yang. ditetapkan untuk identitas, kekuatan, kemurnian,

Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode kalorimetri, yaitu metode yang digunakan untuk menentukan nilai kalor berdasarkan pengamatan perubahan suhu

Nitrobenzen juga dikenal sebagai flavoring agent dan juga banyak digunakan sebagai farfum dalam sabun dan pelarut dalam cat untuk sepatu.Prinsip dari reaksi

Buat case summaries dari variabel gaji berdasar status karyawan, dengan pilihan statistik mean dan variance. Simpan dengan

Digunakan aquabidest karena dalam analisis menggunakan HPLC diperlukan pelarut dengan kemurnian yang tinggi, sebab larutan sampel yang akan dianalisis jumlahnya

Spektrometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metalloid yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya

m = faktor eksponensial untuk kapasitas (tergantung jenis alat) Untuk menentukan indeks harga pada tahun 2012 digunakan metode regresi koefisien korelasi (Montgomery, 1992).. Tabel

Veteran 65145, Indonesia ABSTRAK Pada percobaan kesetimbangan fasa cair-cair dan cair-uap, praktikan melakukan pengukuran indeks bias terhadap pelarut murni dan campuran metanol dan