• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan pendahuluan eritroderma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "laporan pendahuluan eritroderma"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II BAB II

TINJAUAN TEORI TINJAUAN TEORI

2.1

2.1 KONSEP DASAR TEORIKONSEP DASAR TEORI 2.1.1

2.1.1 DEFINISIDEFINISI

Eritroderma berasal dari bahasa Yunani, yaitu

Eritroderma berasal dari bahasa Yunani, yaitu erythroerythro- (- (red red = merah)= merah) dan

dan derma,derma,  dermatos (skin=kulit), merupakan keradangan kulit yang  dermatos (skin=kulit), merupakan keradangan kulit yang mengenai

mengenai 90% at90% atau lebih au lebih pada permukaan pada permukaan kulit ykulit yang biasanya ang biasanya disertaidisertai skuama.

skuama.

Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya kemerahan atau eritema yang bersifat generalisata yang mencakup 90% kemerahan atau eritema yang bersifat generalisata yang mencakup 90%  permukaan

 permukaan tubuh tubuh yang yang berlangsung berlangsung dalam dalam beberapa beberapa hari hari sampai sampai beberapabeberapa minggu. Pada eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jelas karena minggu. Pada eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jelas karena  bercampur dengan hiperpigmentasi. Sedangkan skuama adalah lapisan stratum  bercampur dengan hiperpigmentasi. Sedangkan skuama adalah lapisan stratum

korneum yang terlepas dari kulit. Mansjoer ,

korneum yang terlepas dari kulit. Mansjoer , Arief .(2000).Arief .(2000).  Nama

 Nama lain lain penyakit penyakit ini ini adalah adalah dermatitis dermatitis eksfoliatativa eksfoliatativa generalisata,generalisata, meskipun sebenarnya mempunyai pengertian yang agak berbeda. Kata meskipun sebenarnya mempunyai pengertian yang agak berbeda. Kata ‘eksfoliasi’ berdasarkan pengelupasan skuama yang terjadi, walaupun kadang ‘eksfoliasi’ berdasarkan pengelupasan skuama yang terjadi, walaupun kadang--kadang tidak begitu terlihat, dan kata ‘dermatitis’ digunakan berdasarkan kadang tidak begitu terlihat, dan kata ‘dermatitis’ digunakan berdasarkan terdapatnya reaksi eksematus.

terdapatnya reaksi eksematus.

Adapun definisi lainnya terkait endoderma atau dermatitis Adapun definisi lainnya terkait endoderma atau dermatitis eksfoliatifa generalisata anatara lain:

eksfoliatifa generalisata anatara lain:

1.

1. Dermatitis eksfoliata generalisata adalah suatu kelainan peradangan yangDermatitis eksfoliata generalisata adalah suatu kelainan peradangan yang ditandai dengan eritema dan skuama yang hampir mengenai seluruh tubuh. ditandai dengan eritema dan skuama yang hampir mengenai seluruh tubuh. Prosesnya dapat primer ataupun idiopatik, tanpa didahului penyakit kulit Prosesnya dapat primer ataupun idiopatik, tanpa didahului penyakit kulit atau sistemik sebelumnya. (Mahadi, Irma D Roesyanto; 2000)

(2)

2. Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema yang universalis (90%-100%), biasanya disertai skuama. Bila eritamanya antara 50%-90% disebut sebagai pre-eritroderma. Pada definisi ini yang mutlak harus ada adalah eritema, sedangkan skuama tidak selalu terdapat.(Djuanda, Adhi; 2007)

3. Eritroderma juga dikenal sebagai exfoliative dermatitis atau pitriasis rubra. Eritroderma adalah suatu penyakit kulit dengan gambaran dermatologis  berupa eritema difusa dan skuama yang meliputi lebih dari 90% area kulit.

2.1.2 Etiologi

Etiologi menurut Mahbob, Nordadia bt Mohammad. (2013) yaitu :

1. Penyakit kulit sebelumnya

Eritroderma dapat timbul sebagai perluasan dari penyakit kulit yang telah ada sebelumnya, diantaranya yang paling sering menimbulkan eritroderma anatar lain;

a. Psoriasis

Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, yang ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan.

 b. Dermatitis atopic

Dermatitis atopic adalah dermatitis yang terjadi pada orang yang mempunyai riwayat atropi, ditandai dengan adanya reaksi yang  berlebihan terhadap rangsangan dari lingkungan sekitarnya, seperti  bahan iritan, allergen, dan kecenderungan untuk memproduksi IgE. Karakteristiknya adalah adanya rasa gatal, eritema dan adanya  perubahan histologik dengan sel radang yang bulat, dan ada epidermal

spongiotik.

(3)

Dermatitis seboroik adalah peradangan yang sering terdapat pada daerah tubuh berambut, terutama pada kulit kepala, alis mata dan muka, kronik dan superficial.

2. Reaksi hipersensitivitas Obat

Beberapa obat seperti golongan calcium channel blocker, antiepilepsi, antibiotic (seperti penicili, sulfonamis, dan vancomicin), allopurinol, gold, lithium quinidine, simetidin dan dapsone yang paling sering mencetuskan terjadinya eritrodermaderma.

3. Penyakit Keganasan

Penyakit keganasan yang dapat menimbulkan eritroderma adalah limfoma dan leukemia.

4. CTCL (

Cutaneus T cell L ymphoma

) atau

 sindrom Sezary 

,

Penyakit ini termasuk limfoma, ada yang berpendapat merupakan stadium dini mikosis fungoides yang penyebabanya belum diketahui, dan diduga akibat infeksi virus.

5. Penyebab lainnya:

Penyebabnya bersifat idiopatik. Sementara penyebab eritroderm yang kurang umum anatara lain penyakit imunobulosa, penyakit jaringan ikat, infeksi yang meliputi scabies dan dermatofit, pitriasis rubra piliasri (PRP) dan penyakit keganasan.

2.1.3 Manifestasi Klinis

Menurut Brunner & Sudarth (2000), tanda dan gejala dari dermatitis eksfoliatif adalah sebagai berikut :

1. Menggigil, demam, prostrasi, toksisitas berat, dan kulit gatal bersisik 

2. Kehilangan lapisan stratum korneum yang sangat banyak (lapisan kulit yang paling luar), misalnya kebocoran kapiler, hipoproteinemia, keseimbangan nitrogen negative

3. Dilatasi pembuluh kutan yang meluas mengakibatkan kehilangan panas tubuh dalam jumlah yang besar 

(4)

4. Warna kulit berubah dari merah muda menjadi merah gelap, setelah seminggu, mulai terbentuk eksfoliatif (bersisik) dalam bentuk serpihan tipis yang membuat lapisan kulit menjadi halus dan merah, dengan  pembentukan sisik baru karena sisik sebelumnya terkelupas

5. Kemungkinan terjadi kerontokan rambut

6. Pengaruh sistemik : gagal jantung kongestif curah tinggi, ginekomastia, hiperuresemia, dan gangguan suhu tubuh

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Klinis

 Keadaan umum penderita (terutama bila penderita tua atau balita) perlu

diperhatikan apakah ada tanda-tanda dehidrasi, mengigil dan sebgainya.

 Pemeriksaan tanda-tanda vital pasien

 Luasanya eritema (%permukaan tubuh), bentuk skuama tebal dan

transparan, adakah daerah yang basah atau erosi.

 Pemeriksaan keadaan kulit kepala rabut dan kuku.

2. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan darah didapatkan albumin serum yang rendah dan  peningkatan gama globulin, ketidakseimbangan elektrolit, protein fase akut meningkat, leukositosis, maupun anemia ringan. Selain itu pemeriksaan laboratorium yang juga dapat dilakukan anatara lain pemeriksaan BJ  plasma (bila ada kecurigaan deficit cairan tubuh), pemeriksaan elektrolit

(bila ada kelainan dalam pernapasan), pemeriksaan hapusan darah untuk meningkirkan kemungkinan adanya leukemia, pemeriksaan KOH (Kalium Hidroksida) jika ada scabies.

3. Histopatologi

Pada kebanyakan pasien dengan eritroderma histopatologi dapat membantu mengidentifikasi penyebab eritroderma pada samapai dengan 50% kasus,  biopsy kulit dapat menunjukkan gambaran yang bervariasi, tergantung  berat dan durasi proses inflamasi. Pada tahap akut , spongiosis dan

(5)

 parakeratosis menonjol, terjadi edema. Pada stadium kronis, akantosis dan  perpanjangan rete ridge lebih dominan.

Eritroderma akibat limfoma, yang infiltrsi bisa menjadi semakin plemorfik, dan mungkin akhirnya memperoleh fitur diagnostic specific, seperti  bandlike limfod infiltrate di dermis-dermis, dengan sel cerebriform

mononuclear atipikal dan pautrier’s microabscesses.

Pada pasien dengan sindrom Sezary ditemukan limfosit atipik yang disebut dengan sel sezary. Biopsi pada kulit juga member kelainan yang agak khas, yakni terdapat infiltrate pada dermis bagian atas dan terdapatnya sel Sezary. Disebut sezary syndrome bila jumlah sel yang beredar 1000/mm3 atau melebihi 10 % sel yang beredar.

2.1.6 Penatalaksanaan Umum

1. Perbaiki cairan tubuh

2. Eliminasi factor-faktor pencetus anatara lain;

o Diet pantang ikan laut o Hindari sinar matahari

o Mandi tanpa sabun/ dengan sabun PH netral.

3. Terapi medis

Pada eritroderma golongan I (akibat alergi obat), obat tersangka sebagai kausanya segera dihentikan. Umumnya pengobatan eritroderma dengan kortikosteroid. Pada golongan I, yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, dosis prednisolon 4 x10 mg. Penyebuhan terjadi cepat umumnya dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.

Pada golongan II akibat penyakit kulit juga diberikan kortikosteroid. Dosis mula prednisone 4x 10 mg sampai 15 mg per hari. Jika setelah beberapa hari tidak tampak perbaikan, dosis dapat dinaikkan. Setelah tampak perbaikan , dosis diurunkan perlahan-lahan. Jika eritroderma terjadi akibat pengobatan dengan terkena psoriasis, maka obat tersebuy harus dihentikan. Eritroderma karena psoriasis dapat pula diobati

(6)

denga asetretin. Lama penyebuhan golongan II ini bervariasi beberapa minggu hingga beberapa bulan, jadi tidak seperti golong I.

Pada pengobatan dengen kortikosteroid jangka lama (long term), yakni jika melebihi 1 bulan lebih baik digunakan metilprednisoslon daripada perdnison dengan dosis ekuivalen karena efeknya lebih sedikit. Pengobatan penyakit Leiner dengan kortikosteroid member hasil yang baik. Dosis prednisone 3x 1,2 mg sehari. Pada syndrome Sezary pengobatan terdiri ata kortikosteroid (prednisosn 30 mg) atau metilprednisolon ekuivalen dengan sitotatik, biasanya digunakan klorambusil dengan dosis 2-6 mg sehari.

Pada eritroderma kronis diberikan pula diet tinggi protein, karena terlepasnya skuama mengakibatka kehinlangan proten. Kelainan kulit juga  perl diolesi emolien untuk mengurangi radiasi akibat vasidilatasi oleh

eritema misalnya salep lanolin 10% atau krim urea 10%.

Antibiotik sistemik diperlukan bagi pasien yang terbukti mendapat infeksi sekunder baik yang bersifat local maupun sistemik. Pemberian antibiotic sistemik pada pasien yang tidak terbukti mengalami infeksi sekunder juga memberikan keuntungan karena kolonisasi bakteri dapat menyebabakan eksaserbasi eritroderma.

4. Perawatan Topical

o Bila masih menggigil penderita tidak boleh mandi dulu o Setiap pagi seluruh tubuh diolesi oleum cocos

o Untuk kulit yang terlalu kering dapat digunakan krim

hidrokortison 1 % .

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi sistemik eritroderma meliputi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan termoregulator, infeksi, syok kardiogenik, sindrom gawat napas, dekompensasi pada penyakit hati kronis, dan ginekomastia.

(7)

Cairan dan elektrolit hilang melalui kapiler-kapiler yang bocor akibat terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Hilangnya protein pada  pasien eritroderma terjadi melalui pembentukan skuama yang lebih dari normal dimana pada pembentukan skuama meningkat hingga 20-30%. Hilangnya protein yang significan menyebabkan negative nitrogen balance (keseimbangan nitrogen negative) yang dapat menimbulkan edema dan hipoalbuminemia.

Pada lesi akan mudah terbentuk kolonialisasi bakteri yang akan menimbulkan reaksi inflamasi, pecah-pecah, dan ekskoriasi pada kulit. Pasien eritroderma akibat CTCL atau HIV-AIDS sebagai penyakit yang mendasari akan lebih rentan terjadi sepsis oleh bakteri stafilokokus.

2.1.8 Prognosis

Prognosis eritroderma tergantung pada proses penyakit yang mendasarinya. Kasus karena penyebab obat dapat membaik setelah  penggunaan obat dihentikan dan diberi terapi yang sesuai. Penyembuhan

golongan ini tercepat dari golongan lain.

Pada eritroderma yang belum diketahui sebabnya, pengobatan dengan kortikosteroid hanya mengurangi gejalanya, pasien akan mengalami ketergantungan kortikosteroid

Eritroderma disebabkan oleh dermatosa dapat diatasi dengan  pengobatan, tetapi mungkin akan timbul kekambuhan. Kasus idiopatik adalah kasus yang tidak terduga. Dapat bertahan dalam waktu yang lama, seringkali disertai dengan kondisi yang lemah.

Sindrom sezary prognosisnya buruk, pasien pria umumnya akan meninggal setelah 5 tahun, sedangkan pasien wanita setelah 10 tahun. kemTIn disebabkan oleh infeksi atau penyakit yang berkembang menjadi mikosis fungoides.

(8)

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 2.2.1 Pengkajian

Pengkajian keperawatan yang berkelanjutan dilaksanakan untuk mendeteksi infeksi. Kulit yang mengalami disrupsi , eritamatosus serta basah amat rentan terhadap infeksi dan dapat menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme pathogen yang akan memperberat inflamasi antibiotik , yang diresepkan dokter jika terdapat infeksi , dipilih berdasarkan hasil kultur dan sensitivitas.

1. Biodata

Jenis Kelamin: Biasanya laki –  laki 2 -3 kali lebih banyak dari perempuan.

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat penyakit dahulu ( RPM )

Meluasnya dermatosis keseluruh tubuh dapat terjadi pada klien planus ,  psoriasis , pitiasis rubra pilaris , pemfigus foliaseus , dermatitis.

Seboroik dan dermatosiss atopik , limfoblastoma.  b. Riwayat Penyakit Sekarang

Mengigil panas , lemah , toksisitas berat dan pembentukan skuama kulit.

3. Pola Fungsi Gordon

a. Pola Nutrisi dan metabolisme

Terjadinya kebocoran kapiler , hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang negative mempengaruhi keseimbangan cairan tubuh  pasien ( dehidrasi ).

 b. Pola persepsi dan konsep diri Konsep diri

Adanya eritema ,pengelupasan kulit , sisik halus berupa kepingan / lembaran zat tanduk yang besr  –   besar seperti keras selafon ,  pembentukan skuama sehingga mengganggu harga diri.

(9)

4. Pemeriksaan fisik

a. KU : lemah

 b. TTV : suhu naik atau turun. c. Kepala

Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia. d. Mulut

Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan oleh obat.

e. Abdomen

Adanya limfadenopati dan hepatomegali. f. Ekstremitas

Perubahan kuku dan kuku dapat lepas. g. Kulit

Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema sehingga terjadi ekstropion pada keadaan kronis dapat terjadi gangguan pigmentasi. Adanya eritema , pengelupasan kulit , sisik halus dan skuama.

(Brunner & Suddarth , 2002 ).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan b.d peningkatan metabolism tubuh 2. Gangguan integritas kulit b.d Gangguan sensasi: pruritus

3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient.

4. Hipotermia b.d kehilangan panas berlebih.

5. Resiko infeksi dengan factor resiko Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat: lesi pada kulit.

6.  Nyeri akut b.d agen cedera biologis: munculnya lesi.

(10)

2.2.3 Rencana Asuhan Keperawatan.

No Dx. Kep. Tujuan dan Kriteria hasil (NOC) Intervensi (NIC) Rasional 1 Kekuranga n volume cairan b.d  peningkata n metaolism e tubuh. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien dapat menunukkan status hidarasi yang adekuat dengan indikator: indikator score Turgor kulit (<2 detik) 4 Kelembapan membrane mucus 3 Intake cairan adekuat 4 Output cairan seimbang 4 Batasan karakteristik: -suhu normal=36,5-Hypovolemia management: 1. Observasi tanda-tanda vital, membrane mukosa, turgor kulit

2. Observasi input dan output dan IWL 3. Berikan cairan per

oral dan IV sesuai indikasi 4. Monitor hasil laboratorium. 5. Memonitor adanya tanda-tanda dehidrasi: 1. Indikator keadequatan status hidrasi. 2. Klien tidak mengkonsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan

elektrolit atau balance cairan

3. Menggantikan

kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit 4. Memberikan informasi status hidrasi klien 5. Adanya kehilangan

(11)

37,50C cairan berlebih dapat menimbulkan dehidrasi yang  berbahaya dan mengakibatkan syok 2 Kerusakan integritas kulit b.d gangguan sensasi:  pruritus Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam kerusakan integritas kulit dapat  berkurang. Klien menunjukkan infeksi berat (infection  severity)berkurang dengan indikator: indikator score Suhu tubuh normal (36,5-37,5 0C) 4  Nyeri  berkurang (ringan) 3 Pus atau cairan pada luka (-) 3 Luka (-) 3 Ruam/erosi(- 3

Skin care: topical treatment

1. Observasi keadaan kulit setiap hari

2. Lakukan mobilisasi  pada pasien minimal

2 jam sekali.

3. Lakukan perawatan luka dan Oleskan obat topical sesuai dengan indikasi :antibiotic, oil, dan anti inflamasi.

4. Jagalah kebersihan tempat tidur, dan linen.

Infection protection: 5. Cuci tangan sebelum

dan sesudah tindakan. 6. Batasi pengunjung 1. Mengetahui  perkembangan integritas kulit  pasien. 2. Menghindari tekanan yang terlalu lama yang dapat menimbulkan luka lecet/dekubitus terutama pada tonjolan tulang. 3. Memberikan  perawatan yang kulit dengan memberikan antibiotic untuk membunuh kuman, antiinflamasi untuk meringankan nyeri, dan obat oil untuk menjaga

kelembaban kulit yang kering dan  berskuama.

(12)

) Bau (-) 4 Batasan karakteristik: -skuama/sisik  berkurang -luka dekubitus (-) 4. Menghindari adanya infeksi nosokomial yang dapat memperparah keadaan.

5. Menjaga diri dan  pasien dari infeksi

lebih lanjut.

6. Untuk mengurangi  paparan kepada  pasien yang dapat

memperberat infeksi. 3 Ketidaksei mbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh  b.d Ketidakma mpuan mengabsor   psi nutrisi -Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24  jam ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan dapat teratasi. -Klien menunjukkan; Status nutris dg indikator: indikator score Intake nutrient (vitamin,  protein, 4 Nutrition Management

1. Kaji adanya alergi

makanan

2. Kolaborasi dengan

ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan  pasien.

3. Anjurkan pasien

untuk meningkatkan intake Fe, protein, vitamin C, asam folat,zink,dan lainnya sesuai indikasi. 4. Berikan makanan 1. Untuk memastikan  pemeberian makanan yang sesuai untuk  pasien.

2. Perhitungan

kebutuhan kalori sesuai keadaan dan kondisi pasien sangat  penting untuk menentukan intake yang harus diberikan. 3. Untuk memenuhi

kebutuhan unsure-unsur penting dalam tubuh sehingga metabolisme/ reaksi dalam tubuh baik.

(13)

Mineral,ka rbohidrat) adekuat Intake makanan 4 Intake minuman 4 BB sesuai TB normal (36-40 Kg) Hb dan hematokrit normal (Hb=14,3-17,7)& (Hct=40-47%) Batasan karakteristik: -Keadaan umum  baik -laboratorium:  Albumin=(3,5-5,5)  MCV= (80-93)fl  MCH=(27-31)pg   penyebaran rambut merata.

yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)

5. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi 6. Kaji kemampuan  pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan Nutrition Monitoring

7. Ukur BB pasien jika

memungkinkan

8. Monitor kulit kering

dan perubahan  pigmentasi

9. Monitor kekeringan,

rambut kusam, dan mudah patah

10. Monitor kadar

albumin, total  protein, Hb, dan

kadar Hct

4. Makanan yang sesuai dengan perhitungan yang tepat membantu  penyembuhan pasien. 5. Pengetahuan tentang

nutrisis sangat penting untuk memandirikan  pasien.

6. Agar nutrisi dapat masuk ke tubuh  pasien.

7. Mengetahui

 perkembangan gizi  pasien.

8. Adanya kulit kering dan pigmentasi yang abnormal

menunjukkan adanya gangguan dalam nutrisi tubuh.

9. Adanya kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah yang abnormal menunjukkan adanya gangguan dalam nutrisi tubuh. 10. Memastikan nutrisi dalam kondisi seimbang.

(14)

 kulit kering dan kasar  berkurang  mukosa bibir tidak kering  Status gizi membaik

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda,Adhi. (2007).Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin: Dermatosis Eritroskuamosa. Edisi Kelima.Jakarata: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Harahap, Marwali.(2000). Ilmu Penyakit Kulit .Jakarta: Hipokrates Mansjoer , Arief .(2000). Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : EGC

Mahbob, Nordadia bt Mohammad. (2013). Eritroderma. Dpartemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang.

Mccloskey, Joanne et all. (2008). Nursing Intervention Classification (NIC).  USA: Mosby

Moorhead, Sue. (2008). Nursing Outcome Classification (NOC).USA.Mosby

Referensi

Dokumen terkait

Penyebab eritroderma dibagi menjadi 3 golongan yaitu akibat alergi obat secara sistemik, akibat perluasan penyakit kulit, dan akibat penyakit sistemik

Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak

Dermatitis atopik yang sering disebut dengan ekzema merupakan penyakit inflamasi pada kulit yang bersifat kronik yang ditandai dengan adanya pruritus yang hebat, eritema,

alergen yang telah terbukti Bercak eritema (Kulit kemerahan) berbatas jelas (Akut) Menghilangkan pengeringan kulit Edema : penumpukan/ akumulasi cairan yang menyebabkan

Konsentrasi tersebut belum bisa melindungi atau mencegah kulit dari eritema/kemerahan pada kulit, namun jika dilihat dari nilai SPF yang didapatkan yaitu termasuk

Dermatitis atopik yang sering disebut dengan ekzema merupakan penyakit inflamasi pada kulit yang bersifat kronik yang ditandai dengan adanya pruritus yang hebat, eritema,

multiformis tipe rmis tipe Hebra Hebra, , eritema multiforme mayor, eritema bulosa maligna) adalah eritema multiforme mayor, eritema bulosa maligna) adalah sindrom kelainan kulit

DISKUSI Cutaneous larva migrans CLM atau creeping eruption adalah kelainan kulit yang ditandai dengan lepuh, kemerahan, menjalar berkelok- kelok disertai rasa gatal, panas, dan nyeri,