Pengaruh
Penambahan
Inhibitor Korosi
dari Daun
Meniran & Daun
Lidah Buaya
pada Mild Steel
dalam media
0.1 M H
2
SO
4
Sidang Tugas Akhir
Zakarizal Zaenal Havada
NRP: 2709100092
Dosen Pembimbing:
Bab 1
1.1 Latar Belakang
Jumlah penggunaan baja sangatlah
banyak dalam berbagai bidang.
Korosi menurunkan performa dari baja.
Seringkali terjadi kerusakan serius pada
baja yang diakibatkan oleh korosi.
Salah satu cara dalam menghambat
terjadinya korosi adalah melalui
penggunaan inhibitor
Inhibitor dibedakan menjadi dua: organik
Contoh Inhibitor anorganik yakni: kromat,
nitrat.
Perbedaan antara inhibitor organik dan
inorganik terletak pada sifat ramah
lingkungan-nya.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa
beberapa ekstrak tanaman dapat
berperan sebagai inhibitor organik.
Diantaranya yakni:
Nauclea Latifolia
dan
Pepaya
Pada penelitian sebelumnya, lidah buaya
dan meniran telah terbukti sebagai
inhibitor korosi yang baik.
Media asam seringkali digunakan dalam
industri pada baja untuk membersihkan
pengotor seperti noda, karat atau scale.
Dalam proses ini terjadi korosi pada
logam.
Penggunaan inhibitor diharapkan dapat
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimana metode ekstraksi dari daun
meniran (
Phyllanthus amarus
) dan daun
lidah buaya (
Aloe Vera
).
Bagaimana efektivitas dari ektrak daun
meniran (
Phyllanthus amarus
) dan daun
lidah buaya (
Aloe Vera
) sebagai inhibitor
korosi pada
mild steel
.
1.3 Batasan Masalah
Material yang digunakan dianggap
homogen
Dimensi dan kehalusan pada tiap spesimen
dianggap homogen
Tidak mengalami perubahan volum,
temperatur, dan pH larutan sepanjang waktu
Tidak terdapat impurities dalam larutan
Tingkat kesalahan pengukuran dimensi
spesimen 1%
1.4 Tujuan Penelitian
Untuk mempelajari metode ekstraksi dari
daun meniran (
Phyllanthus amarus
) dan
daun lidah buaya (
Aloe Vera
).
Untuk menentukan efektivitas dari ekstrak
daun meniran (
Phyllanthus amarus
) dan
daun lidah buaya (
Aloe Vera
) sebagai
inhibitor korosi pada
mild steel
.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
Memanfaatkan daun meniran (
Phyllanthus
amarus
) dan daun lidah buaya (
Aloe Vera
)
sebagai alternatif inhibitor.
Memberikan motivasi bagi peneliti lainnya
agar terus menggali potensi
senyawa-senyawa organik alami
Bab 2
Secara umum, mekanisme pembentukan karat
besi adalah
Anoda
(-) : Fe(s)
Fe
2+(aq) + 2e
-
Katoda (+) : 2 H
2O (l) + O
2(g) + 4e-
4(OH
-)
Pengendapan (reaksi total):
2 Fe (s) + 2H
2O (l) + O
2(g)
2Fe(OH)
2 (S)
Fe(OH)
2merupakan senyawa yang kurang stabil,
sehingga
akan teroksidasi lebih lanjut membentuk
oksida besi dengan reaksi:
Inhibitor
Inhibitor adalah zat yang apabila ditambahkan ke
dalam suatu lingkungan dalam jumlah tertentu,
dapat menurunkan laju korosi logam.
Keefektifan inhibitor korosi dihitung menurut rumus
(Roberge, 1999)
%𝐼𝐼
=
𝐶𝐶𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑖𝑡𝑖𝑖𝑖𝑖𝑡𝑖𝑖−𝐶𝐶𝐶𝐶𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑖𝑡𝑖𝑖𝑖𝑖𝑡𝑖𝑖𝑑𝑑𝑡𝑑𝑡𝑡𝑖𝑡𝑖𝑖𝑖𝑖𝑡𝑖𝑖× 100%
Inhibitor korosi dapat dibedakan berdasarkan
bahan dasar atau mekanismenya.
Menurut bahan dasarnya, inhibitor dibedakan
Inhibitor organik adalah inhibitor yang
mengandung karbon dalam senyawanya,
contoh: asam lemak monoamina, diamina, dan
asam glutamat.
Sedangkan inhibitor anorganik adalah inhibitor
yang tidak mengandung karbon, contohnya
kromat, nitrit, silikat.
Berdasar mekanismenya, inhibitor dibagi menjadi
dua: anodik, dan katodik.
Inhibitor anodik: berkerja dengan cara
meningkatkan polarisasi anoda melalui reaksi
dengan ion-ion logam yang terkorosi untuk
menghasilkan selaput-selaput pasif tipis pelindung
logam.
Awalnya inhibitor anodik terlebih dahulu
mengkorosi logamnya dan menghasilkan suatu
zat kimia. Zat hasil korosi tersebut kemudian
teradsorpsi membentuk suatu lapisan pasif pada
permukaan logam sehingga reaksi anodik akan
terhambat atau bahkan berhenti.
Inhibitor katodik: berkerja dengan cara
menghambat laju reaksi katoda, sehingga
dengannya laju reaksi pembentukan karat
(reaksi total) akan terhambat.
Polarisasi
Ecorr = potensial korosi bebas
Epp = potensial awal pada saat lapisan pasif akan dan
mulai terbentuk (awal pasifasi)
Ef = potensial pada saat lapisan pasif terbentuk
sempurna (pasivasi sempurna)
Er = potensial awal pada saat lapisan pasif pecah
(breakdown of passivity)
Icrit = rapat arus yang terjadi pada saat lapisan pasif
akan dan mulai terbentuk
Laju korosi
𝐶𝐶
=
𝐾
1 𝐼𝑐𝑐𝑐𝑐𝜌
𝐼𝐸
Keterangan :
CR
= laju korosi (mpy)
Icorr
= rapat arus korosi (
𝑐𝑐𝜇𝜇2)
K
= konstanta
𝜌
= densitas (g/cm
3)
EW
= berat ekivalen
Laju Korosi
(CR) Icorr unit 𝜌 𝐾1 𝐾1unit Mpy mm/year mm/year µA/cm2 A/m µA/cm2 g/cm3 kg/m3 g/cm3 0.129 327.2 3.27 x 10-3 mpy g/µA cm mm kg/A m y mpy g/µA cm y
Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi
dari campurannya dengan menggunakan pelarut
yang sesuai.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi
adalah :
1. Tipe persiapan sampel
2. Waktu ekstraksi
3. Kuantitas pelarut
4.Temperatur pelarut
5.Tipe pelarut
Proses ekstraksi yang digunakan dalam penelitian
ini tergolong ke dalam metode ekstraksi dingin,
yakni maserasi.
Maserasi adalah proses ekstraksi menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).
Evaporasi dan FT-IR
Penguapan atau evaporasi adalah proses
perubahan molekul dari cair menjadi gas.
Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi.
FTIR merupakan metode analisis material
dengan menggunakan spektroskopi sinar
infra merah.
Frekuensi sinar infra merah memiliki rentang
dari 400cm
-1sampai 4000 cm
-1
Dalam spektroskopi sinar infra merah, radiasi
sinar infra merah ditembakkan kearah sebuah
molekul. Hasil spectrum yang diteruskan oleh
molekul mewakili nilai adsorpsi dan transmisi
molekul.
FT-IR
FTIR menghasilkan data berupa grafik
intensitas dan frekuensi.
Ukuran puncak (peak) data FTIR
menggambarkan jumlah atau intensitas
senyawa yang terdapat didalam sampel.
Pada hasil uji FT-IR, frekuensi menunjukkan
jenis senyawa yang terdapat dalam sebuah
sampel.
Electro Impedance Spectroscopy (EIS)
EIS adalah suatu metode untuk menganalisis
respon suatu elektroda terkorosi terhadap
suatu sinyal potensial AC pada amplitude
rendah (±10 mV) dari rentang frekuensi yang
sangat lebar.
Tahanan listrik dalam EIS dinyatakan dengan
impedansi (Z). Impedansi adalah ukuran
kemampuan suatu rangkaian dalam
menahan arus listrik.
Hasil uji EIS berupa Nyquist plot
menggambarkan hubungan antara
Meniran
Meniran merupakan tumbuhan liar yang berasal dari
daerah tropis.
Memiliki nama latin Phyllanthus amarus.
Pada penelitian sebelumnya , Okafor menggunakan
meniran sebagai inhibitor pada mild steel dalam media
asam dan mendapatkan nilai efisiensi inhibisi 94%
Sedangkan Abiola menggunakan meniran sebagai
inhibitor pada media basa dan mendapat nilai efisiensi
inhibisi 76%.
Dalam penelitiannya Abiola menyimpulkan bahwa sifat
inhibisi meniran disebabkan oleh dua senyawa lignan
didalamnya, yakni
phyllanthin
(kiri) dan
hypophyllanthin
(kanan).
kedua senyawa lignan ini teradsorpsi pada permukaan
logam dan menutupi permukaan logam dari serangan
agen penyebab korosi (corrodent).
Lignan merupakan salah satu golongan besar dari
fitoestrogen, yakni senyawa seperti estrogen dan
berperan sebagai antioksidan.
Pada ekstrak ethanol meniran juga terdapat senyawa
antioksidan lainnya yakni flavonoid dan tannin.
Lidah Buaya
Lidah buaya (Aloe vera) adalah spesies tanaman berkadar
air tinggi yang diperkirakan berasal dari Afrika utara.
Pada penelitian sebelumnya , Eddy menggunakan lidah
buaya sebagai inhibitor pada mild steel dalam media asam dan mendapatkan nilai efisiensi inhibisi 75%
Sedangkan Abiola menggunakan lidah buaya sebagai
inhibitor korosi untuk logam Zinc dalam media asam. Efisiensi inhibisi korosi yang didapat yakni 67 %
Abiola menyimpulkan bahwa sifat inhibisi ekstrak lidah
buaya disebabkan oleh senyawa-senyawa biologis aktif yang terdapat didalamnya, yakni aloin A (kiri), aloin B
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, senyawa
organic yang memiliki gugus fungsi –C=C–, –OR, –NR
atau –SR telah dilaporkan menghambat korosi dari
logam pada larutan asam maupun basa (Abiola, 2009).
Dari gambar terlihat bahwa ekstrak lidah buaya memilki
Bab 3
Diagram
alir
penelitian
Start Preparasi ekstrak meniran Preparasi larutan H2SO4 0.1 M Preparasi Spesimen Tanpa penambahan inhibitor (H2SO4 0.1 M)Dengan Ekstrak Daun Meniran 25, 50, 100,
150, 200, 300, 400 ppm. Pengujian Korosi
Dengan Ekstrak daun Lidah Buaya 25, 50, 100, 150, 200, 300, 400 ppm. Preparasi ekstrak lidah buaya Uji FT-IR Uji FT-IR Uji Tafel Uji EIS Uji Tafel Uji EIS
Analisa Data dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Prosedur penelitian
3.2.1 Alat dan Bahan
3.2.1.1 Peralatan Penelitian
Peralatan yang akan digunakan pada penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Jangka Sorong dan Penggaris
2. Kertas gosok grade 60, 80, 100, 220 3. Gerinda Tangan
4. Gergaji Besi
5. Alat Potong Plat 6. Kabel 7. Gelas Ukur 8. Timbangan Digital 9. Pipet 10. Labu Ukur 11. Oven 12. Cawan 13. Kamera digital 14. Pestle 15. Mortar 16. Panci 17. Heater
3.2.1.2 Bahan Penelitian 1. Material
Spesimen yang digunakan adalah Baja AISI 1010. Spesimen tersebut didesain dengan dimensi 2 x 2cm.
Spesifikasi AISI 1010 dapat dilihat seperti pada tabel 3.1 berikut ini:
2. Elektrolit
Larutan elektrolit menggunakan 0,1 M H2SO4
3. Inhibitor
Inhibitor yang diuji pada penelitian ini adalah ekstrak daun meniran dan daun lidah buaya, dengan ekstrak tiap tanaman masing-masing pada kadar 25, 50, 100, 150, 200, 300, 400 ppm pada pengujian yang terpisah.
4. Epoksi resin
3.2.1.3 Preparasi Spesimen
Material yang digunakan pada penelitian ini adalah AISI 1010. Material yang diuji dibentuk menjadi elektroda untuk pengujian menggunakan potensiostat
3.2.2 Pengujian
3.2.3.1 Pengujian Korosi Elektrokimia Potensiostat
Pengujian elektrokimia sel tiga – elektroda (potensiostat)
menggunakan jenis versastat 4 dengan software versaStudio. Pengukuran laju korosi dilakukan dengan melakukan Tafel fit pada grafik hasil uji.
Carbon Manganese Phosporus Sulfur Silicon
3.2.3.2 Komponen penting Potentiostat
A. Elektroda Kerja (Work Electrode)
Elektroda kerja pada penelitian ini adalah baja AISI 1010.
B. Elektroda Acuan (Reference Electrode)
Pada percobaan kali ini digunakan reference electrode
berupa kalomel (SCE).
C. Elektroda Bantu ( Counter Electrode )
Elektroda bantu yang dipakai pada adalah karbon berbentuk silinder dengan diameter sekitar 5mm dan panjang 20 cm.
3.2.3 Preparasi Ekstrak Tanaman sebagai Inhibitor 2.3.
Ekstrak Larutan Ampas
Ethanol Residu Padat Bahan
Daun Meniran (130 gram) dan daun Lidah Buaya (1,8 kg)
3.2.4.1 Ekstraksi daun meniran dan daun lidah buaya
Proses pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara
maserasi. Pelarut yang digunakan pada maserasi kali ini adalah Ethanol kadar 96%. Setelah dilakukan perendaman selama 48 jam, larutan ekstrak kemudian disaring sehingga menghasilkan ekstrak larutan dan ampas. Ekstrak larutan tersebut kemudian di evaporasi menggunakan heater.
3.2.5 Pengujian
Pengujian menggunakan FTIR
Pengujian Korosi Elektrokimia Potensiostat
Prosedur Pengujian
1. Prosedur preparasi pengujian dengan potensiostat :
2. Mempersiapkan alat dan bahan, yaitu spesimen yang telah dipolishing dengan grade 60, 80, 100, 220 dan larutan yang akan diuji
3. Memasang elektroda pada rangkaian potensiostat 4. Menyalakan alat uji potentiostat versaSTAT 4
5. Mengaktifkan program VersaStudio dan memasukkan parameter pengujian kemudian menjalankan program
Pengujian korosi dengan metode EIS
Pengujian ini dilakukan untuk melihat impedansi dari
elektroda kerja.
Spektra impedansi yang dihasilkan dari pengukuran EIS
disajikan dalam aluran Nyquist.
Rancangan Pengambilan Data Penelitian
Untuk pengujian polarisasi tafel:
Medium Inhibitor concentra tion Ecorr (mV/SCE ) Icorr (mA/cm2 ) CR (mpy) %IE Blank 0 Meniran 25 50 100 150 200 300 400 Lidah Buaya 25 50 100 150 200 300 400
Untuk pengujian metode Electrochemical Impedance
Spectroscopy
Pertama adalah pemindahan data dari versaStudio ke software origin seperti berikut:
Setelah itu dilakukan plot Nyquist untuk mengetahui efek
penambahan ekstrak terhadap impedansi mild steel.
0ppm 25ppm 50ppm 100ppm 150ppm 200ppm 300ppm 400ppm Zreal Zim Zreal Zim Zreal Zim Zreal Zim Zreal Zim Zreal Zim Zreal Zim Zreal Zim
Bab 4
Hasil Penelitian dan
Pembahasan
Hasil Uji FT-IR Meniran
Gambar menunjukkan hasil analisa FTIR ekstrak meniran
dengan IR Spestroscopy Table. Hasil FTIR menunjukkan
bahwa ekstrak meniran diduga mengandung gugus-gugus sebagaimana pada tabel dibawah berikut :
Dalam identifikasi dengan FTIR, diperlukan kesesuaian
antara ikatan spesifik yang terdeteksi pada wavenumber 4000-1500 dengan fingerprint area (wavenumber 1500 kebawah). Tabel diatas merupakan hasil pencocokan
puncak-puncak yang muncul dengan data yang diketahui dari tabel Infrared Spectroscopy Absorbtion Table.
Frekuensi (cm-1)
Probabilitas Gugus Fungsi
3315.83 O-H (alkohol) atau N-H (amina alifatik primer, amina sekunder)
2961.02 O-H (asam karboksilat, alkohol) atau N-H (garam amina) atau C-H (alkana)
2360.86 Tidak diketahui
1603.25 C=C (alkana terkonjungsi, alkana siklik) N-H (amina)
1404.87 S=O (sulfat, supfhonyl chloride) atau O-H (alcohol, asam karboksilat)
1050.64 C-O (alkohol primer, alkyl aryl ether, vynil ether) atau C-F (senyawa flor) atau C-N (amina) atau S=O (sulfoxide)
Berdasar pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa dalam
senyawa meniran terdapat gugus-gugus alcohol dan amina, sebab gugus-gugus alkana tidak terdeteksi pada fingerprint area.
Kemudian kita dapat melihat bahwa pada wavelength
1404.64 terlihat adanya gugus O-H terdeteksi, yang bisa merupakan alkohol atau asam karboksilat.
Pada wavelength 1050.64 terdapat tiga kemungkinan yaitu
alcohol primer, alkyl aryl ether atau vynil ether.
Kita ingat kembali bahwa pada meniran terdapat phyllanthin
(kiri) dan hypophyllanthin (kanan)
dari gambar terlihat bahwa phyllanthin dan hypophyllanthin
sama2 memiliki gugus alkyl aryl ether (O yang terhubung
dengan CH3 dan cincin aromatic), maka senyawa-senyawa ini benar terdapat pada hasil ekstrak.
Hasil Uji FT-IR Lidah Buaya
Gambar menunjukkan hasil analisa FTIR ekstrak meniran
dengan IR Spestroscopy Table. Hasil FTIR menunjukkan
bahwa ekstrak meniran diduga mengandung
gugus-gugus sebagaimana pada tabel dibawah berikut :
Berdasar pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa
dalam senyawa lidah buaya terdapat gugus-gugus
alcohol dan amina (wavelength diatas 1500) sebab
gugus-gugus alkana tidak terdeteksi pada fingerprint
area.
Frekuensi (cm-1)
Probabilitas Gugus Fungsi
3264.62 O-H (asam karboksilat, alcohol) atau N-H (amina alifatik primer)
2929.43 O-H (asam karboksilat, alkohol) atau N-H (garam amina) atau C-H (alkana)
1635.99 C-H (senyawa aromatic) atau C=C (alkena, alkena terkonjungsi, alkena siklik) atau N-H (amina)
1416.75 O-H (alcohol)
1250.88 C-O (alkyl aryl ether, aromatic ester) atau C-F (senyawa flor)
1026.17 C-O (alkyl aryl ether, vynil ether) atau C-N (amina) atau C-F (senyawa flor)
Untuk wavelength 1416.75 terlihat bahwa lidah buaya memiliki
gugus alkohol.
Kemudian untuk wavelength 1250.88 terdapat dua
kemungkinan gugus yaitu alkyl aryl ether dan aromatic ester.
Pada wavelength 1026.17 terdapat empat kemungkinan yaitu
alkyl aryl ether, vynil ether, atau amina.
Telah kita ketahui bahwa lidah buaya mengandung senyawa2
yakni:
Dari gambar terlihat jelas bahwa masing-masing aloin A (kiri),
aloin B (tengah), dan Aloe emodin (kanan) memiliki gugus
alkohol (O-H). Amina pun dapat kita temukan pada struktur Aloe emodin. Dengan ini maka ketiga senyawa ini benar terdapat pada ekstrak lidah buaya.
Hasil Uji Tafel Meniran
Konsentrasi (ppm)
Icorr (µA) CR (mpy) Ecorr
(mV) % IE 0 -433,995 53,365 -1.130 -25 -556,405 68,417 -1.051 -28,2 50 -617,88 75,976 -962,876 -42,37 100 -794,306 97,669 -905,512 -83 150 -730,592 89,835 -946,486 -68,34 200 -678,354 83,412 -861,431 -56,3 300 -557,254 68,521 -848,476 -28,4 400 -303,617 37,333 864,125 30 -28.2 -42.37 -83 -68.34 -56.3 -28.4 30 -100 -80 -60 -40 -20 0 20 40 0 100 200 300 400 500 Ef is ie ns i ( % ) Konsentrasi inhibitor (ppm)
Hasil Uji Tafel Lidah Buaya
Konsentrasi (ppm) Icorr (µA) CR (mpy) Ecorr (mV) % IE 0 -433,995 53,365 -1,130 -25 -684,384 84,153 -891,372 -57,69 50 -790,221 97,167 -830,187 -82,08 100 -690,258 84,875 -918,027 -59,04 150 -665,017 81,772 -839,59 -53,23 200 -637,015 78,329 -879,611 -46,78 300 -639,035 78,577 -817,533 -47,24 400 -589,558 72,493 845,527 -35,84 -57.69 -82.08 -59.04 -53.23 -46.78 -47.24 -35.84 -90 -80 -70 -60 -50 -40 -30 -20 -10 0 0 100 200 300 400 500 Ef is ie ns i ( % ) Konsentrasi inhibitor (ppm)Paramater Pengujian Polarisasi
Tafel
Elektrode Kerja
Baja AISI 1010
Equivalent Weight (g)
30
Densitas (g/ml)
7.85
Luasan Terekspos (cm2)
4
Counter Electrode
Grafit
Reference Electrode
SCE
Scan Rate (mV/s)
10
Bab 5
Kesimpulan
Untuk dapat menghasilkan ekstrak dari daun meniran dan
daun lidah buaya dilakukan cara maserasi yaitu
perendaman dengan menggunakan pelarut ethanol. Hasil dari pengujian FT-IR menunjukkan bahwa pada ekstrak
meniran mengandung phyllanthin dan hypophyllanthin, senyawa-senyawa yang teradsorpsi pada permukaan logam. Sedangkan pada ekstrak lidah buaya
mengandung aloin-A, aloin-B, dan aloe emodin.
Penambahan ekstrak meniran pada baja AISI 1010 dalam
media H2SO4 0.1 M akan menurunkan laju korosi baja apabila konsentrasi ≥ 400 ppm. Dari hasil uji polarisasi
potensiodinamik didapatkan nilai laju korosi yang terkecil pada penambahan inhibitor sebesar 400 ppm dengan laju korosi 37,33 mpy yang memiliki nilai efisiensi inhibitor 30 %. Penambahan ekstrak lidah buaya pada larutan
menghasilkan laju korosi yang meningkat. Nilai laju korosi yang terkecil didapatkan pada kondisi tanpa
penambahan ekstrak. Berdasarkan penelitian ini, dapat dikatakan lidah buaya bukan merupakan inhibitor korosi.
Saran
Mekanisme inhibisi dengan penambahan ekstrak daun
meniran terjadi akibat adanya adsorpsi. Adsorpsi
senyawa kompleks dari inhibitro pada permukaan
logam akan menghasilkan lapisan tipis, melindungi
logam dari serangan agen penyebab korosi.
Percobaan dilakukan pada kadar inhibitor dari ekstrak
daun meniran yang lebih tinggi sehingga efisiensi yang
lebih tinggi dapat dicapai.