• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh: YUVENSIUS USBOKO NPM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH. Oleh: YUVENSIUS USBOKO NPM :"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Nusantara PGRI Kediri

YUVENSIUS USBOKO| NPM. 12.047 FIK – Prodi D-III Keperawatan

simki.unpkediri.ac.id || 1||

STUDI KASUS PADA KELUARGA Tn. “S” DENGAN ANGGOTA

KELUARGA YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN

KURANG PENGETAHUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS KUSTA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKORAME

KOTA KEDIRI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Program Studi

D-III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nusantara PGRI Kediri

Oleh:

YUVENSIUS USBOKO NPM : 12.047

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

2015

(2)

Universitas Nusantara PGRI Kediri

YUVENSIUS USBOKO| NPM. 12.047 FIK – Prodi D-III Keperawatan

simki.unpkediri.ac.id || 2||

(3)

Universitas Nusantara PGRI Kediri

YUVENSIUS USBOKO| NPM. 12.047 FIK – Prodi D-III Keperawatan

simki.unpkediri.ac.id || 3||

(4)

Universitas Nusantara PGRI Kediri

YUVENSIUS USBOKO| NPM. 12.047 FIK – Prodi D-III Keperawatan

simki.unpkediri.ac.id || 4||

STUDI KASUS PADA KELUARGA Tn. “S” DENGAN ANGGOTA

KELUARGA YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN

KURANG PENGETAHUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS KUSTA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKORAME

KOTA KEDIRI

YUVENSIUS USBOKO NPM. 12.047

Fakultas Ilmu Kesehatan – Prodi D-III Keperawatan Dosen Pembimbing 1 : Ns. Endah Tri Wijayanti, M.Kep

Dosen Pembimbing 2 : Dhian Ika Prihananto, S.KM UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

ABSTRAK

Penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh mycobakterium lepra yang interseluler obligat yang pertama menyerang saraf tepi, dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran napas bagian atas, mata,otot, tulang dan testis.

Tujuan penulisan adalah untuk menerapkan dan mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis kusta melalui pendekatan proses keperawatan secara komprehensif. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus pada anggota keluarga yang menderita kusta diwilayah kerja puskesmas sukorame kota kediri.

Berdasarkan studi kasus Pada Tn. “S” diprioritaskan diagnosa kusta dengan diagnosa medis kurang pengetahuan, adapun tindakan yang dilakukan adalah memberikan motifasi tentang cara minum obat yang benar dan edukasi, penyuluhan.

Kurang pengetahuan keluarga disebabkan ketidakmampuan keluarga tentang memahami penyebab karakteristik kuman kusta, karena gejala kusta berupa bercak putih kurang rasa, tidak mengeluarkan keringat, tidak sakit, sehingga pasien tidak merasa terganggu, sering acuh tidak acuh. Jika penanganan terlambat, penderita mendapat berbagai komplikasi atau bahkan menyebabkan kecacatan.

Saran untuk Tn. “S” dan keluarga adalah memotivasi untuk minum obat yang teratur dan jika ada keluhan gatal-gatal yang terus menerus, segera dibawa ke pelayanan kesehatan.

(5)

Universitas Nusantara PGRI Kediri

YUVENSIUS USBOKO| NPM. 12.047 FIK – Prodi D-III Keperawatan

simki.unpkediri.ac.id || 5|| I. LATAR BELAKANG

Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang di sebabkan oleh mycobacterium lepra yang interseluler obligat, yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem endotelial, mata, otot, tulang, dan testis. (Djuanda, 2007).

Kurangnya kesadaran penderita kusta untuk berobat merupakan alasan meningkatnya kusta di Indonesia selain itu kurangnya sosialisasi dari tenaga kesehatan untuk memberikan pengetahuan kepada penderita kusta dan masyarakat yang sehat (Wibowo, 2010).

Menurut data WHO pada 2010 diperkirakan ada sekitar 19 juta orang penderita kusta, pada tahun 2011 di perkirakan ada 21 juta orang penderita kusta, tahun 2012 penderita kusta ada 28 juta orang dan pada 2030 diperkirakan akan meningkat 2,5 kali lipat hingga 50 juta penderita kusta di dunia (Effendy, 2008). Di Indonesia berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes) pada tahun 2008 jumlah penderita kusta mencapai 1,1% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 3 juta jiwa. Data pasien kusta di Jawa Timur pada tahun 2011 terdapat 190 orang yang menderita penyakit kusta, pada tahun 2011 terdapat 13 orang yang menderita penyakit kusta dan pada tahun 2012 terdapat 218 orang. Data Penderita Kusta Kota Kediri pada tahun

2011 ada 13 orang, pada tahun 2012 yang menderita kusta ada 11 orang dan pada tahun 2013 yang menderita penyakit kusta sebanyak 16 orang. (Dinkes Kota Kediri, 2013). Jumlah penderita kusta di Puskesmas Balowerti didapatkan pada tahun 2011 sejumlah 4 orang, tahun 2012 sejumlah 9 orang, dan tahun 2013 sejumlah 1 orang (Puskesmas Balowerti). Tahun 2014 hanya terdapat 1 Penderita Kusta di wilayah Puskesmas Sukorame) tahun 2014.

Penyebab Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang interseluler obligat, yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem endotelial, mata, otot, tulang, dan testis dapat menyebabkan kecacatan (Djuanda, 2007).

Penderita kusta segan berobat karena malu pada masyarakat sekitarnya. Selain menimbulkan masalah bagi penderita penyakit kusta juga menimbulkan masalah bagi keluarga dan masyarakat di sekitar penderita kusta yaitu adanya perilaku keluarga dan masyarakat yang cenderung mengucilkan atau menyingkirkan pederita kusta sehingga menyebabkan stres (stressor) pada penderita kusta tersebut (Aziz, 2006).

Penyakit kusta juga menimbulkan dampak atau masalah baik pada penderita itu sendiri, keluarga, masyarakat serta pada negara. Masalah terhadap diri pada

(6)

Universitas Nusantara PGRI Kediri

YUVENSIUS USBOKO| NPM. 12.047 FIK – Prodi D-III Keperawatan

simki.unpkediri.ac.id || 6||

penderita penyakit kusta pada umumnya merasa rendah diri, merasa tertekan batin, takut terhadap keluarga dan masyarakat sekitanya, sehigga penderita cenderung untuk hidup sendiri, apatis (masa bodoh), bersikap ketergantungan pada orang lain, kehilangan peran di masyarakat (dikucilkan),

Solusi pada penderita kusta adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh kita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti: cara hidup sehat, makan makanan bergizi dan teratur, menjaga kebersihan, beristirahat yang cukup, rajin berolahraga. Peran perawat bagi penderita kusta merawat pasien dan keluarga lebih difokuskan untuk menjalankan Lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan terkait dengan adanya anggota keluarga yang menderita kusta, lima tugas keluarga tersebut antara lain adalah, dapat mengenal masalah kusta, membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, serta dapat menggunakan pelayanan kesehatan yang tepat. Selain itu rehabilitasi merupakan proses pemulihan untuk memperoleh fungsi penyesuaian diri secara maksimal atas usaha untuk mempersiapkan penderita cacat secara fisik, mental, sosial dan kekaryaan untuk suatu kehidupan yang penuh sesuai dengan kemampuan yang ada padanya (Hidayat, 2006).

Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk melakukan Studi Kasus pada Keluarga yang Mengalami Masalah Keperawatan Tentang Kusta dengan Diagnosa Medis Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukorame Di Kota Kediri.

II. METODE

Cara yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

1. Wawancara (interview) adalah pengumpulan data dilakukan dengan tanya jawab (dialog) langsung antara pewawancara dengan pasien dan keluarga.

2. Observasi (pengamatan) adalah hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. 3. Pemeriksaan, yang dapat

dilakukan adalah pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium (Saryono, 2009:79).

III. HASIL DAN KESIMPULAN

Pembahasan adalah bagian dari karya tulis yang akan membahas kendala atau hambatan selama penulis melaksanakan studi kasus pada Tn.“S” pada keluarga Tn.“S” dengan diagnosa kusta di wilayah kerja puskesmas sokorame Kota Kediri. Kendala tersebut menyangkut kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus.

(7)

Universitas Nusantara PGRI Kediri

YUVENSIUS USBOKO| NPM. 12.047 FIK – Prodi D-III Keperawatan

simki.unpkediri.ac.id || 7||

Dengan adanya kesenjangan tersebut dapat dilakukan pencegahan guna perbaikan atau masukan demi peningkatan mutu asuhan keperawatan.

Hal ini merupakan salah satu tujuan penulis agar penulis mampu menerapkan proses asuhan keperawatan dengan memperhatikan kesenjangan dan kesamaan yang terjadi di lapangan serta pembahasan dan keseluruhan seperti yang tercantum dalam bab pendahuluan, tinjuan pustaka, tinjuan kasus. Setelah penulis melakukan studi kasus pada Tn.“S” pada keluarga Tn.“S” dengan diagnosa kusta di wilayah kerja puskesmas sokorame Kota Kediri maka telah ditemukan beberapa perbedaan dan persamaan antara tinjauan pustaka kasus baik pada tahap pengkajian, identifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan, antisipasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, rencana (intervensi), implementasi dan evaluasi.

4.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian ini harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual klien. Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi tentang pasien dan membuat perumusan masalah yang alami pada pasien.

Nama Tn. “S” umur 61 tahun, jenis kelamin laki-laki, dengan diagnosa

medis kusta, keluarga Tn. S mengatakan dalam keluarganya tidak mengalami masalah kesehatan apapun, kecuali Tn. S yang mempunyai penyakit kusta kurang lebih beberapa tahun yang lalu dan sampai sekarang masih dengan ditandai gatal-gatal ditubuh.Tn. S mengatakan kedua kakinya dan tangannya sering gatal-gatal, dan Tn S mengetahui penyebab dari penyakit tersebut. Tn. S juga sering bertanya kepada anaknya tentang penyebab dari penyakitnya. Pada saat pengkajian Tn. S masih tampak bingung, dan selalu bertanya tentang penyakitnya. Tanda – tanda vital : TD: 140/90 mmHg, N: 80x/ menit, RR: 18x/ menit, S: 36 ºC.

Dalam pengkajian pada Tn.S dengan kasus kusta terdapat kurang pengetahuan keluarga mengenai masalah penyakit kusta berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kusta. Keluarga Tn.S mengatakan kulit tampak kering di tangan kiri kanan, kaki sebelah kiri dan kanan terdapat becak putih Tn. S mengatakan kedua kakinya tangannya sering mati rasa atau kaku kalau tidak di gerakan karna jarang minum obat Pada saat pengkajian Tn. S masih tampak bingung, dan selalu bertanya tentang penyakitnya.tanda – tanda vital : TD: 140/90 mmHg, N: 80x/ menit, RR: 18x/ menit,S: 36 ºC

(8)

Universitas Nusantara PGRI Kediri

YUVENSIUS USBOKO| NPM. 12.047 FIK – Prodi D-III Keperawatan

simki.unpkediri.ac.id || 8||

Menyebutkan bahwa Mikobakterium leprae merupakan basil tahan asam (BTA) bersifat obligatintra seluler, menyerang saraf perifer, kulit dan organ lain seperti mukosa saluran nafasbagian atas, hati, sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat. Masa membelah diri mikobakterium leprae 12-21 hari dan masa tunasnya antara 40 hari-40 tahun. Kumankusta berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-8 micro, lebar 0,2-0,5 microbiasanya berkelompok dan ada yang disebar satu-satu, hidup dalam sel dan BTA. Setelah mikobakterium leprae masuk kedalam tubuh, perkembangan penyakit kusta bergantung pada kerentanan seseorang. Respon setelah masa tunas dilampaui tergantung pada derajat sistem imunitas seluler (celuler midialet immune) pasien. Kalau sistem imunitas seluler tinggi, penyakit berkembang kearah tuberkoloid dan bila rendah berkembang kearah lepromatosa. Mikobakterium leprae berpredileksi didaerah-daerah yang relatif dingin, yaitu daerah akral dengan vaskularisasi yangsedikit. Derajat penyakit tidak selalu sebanding dengan derajat infeksi karena imun pada tiap pasien berbeda. Gejala klinis lebih sebanding dengan tingkat reaksi selulerdari pada intensitas infeksi oleh karena itu penyakit kusta disebut penyakit imonologik (Djuanda, 2007).

4.2 Diagnosa Keperawatan

Secara praktek didapatkan masalah diagnosa keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut : Kurang pengetahuan keluarga mengenai masalah penyakit kusta berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kusta. Keluarga Tn. S mengatakan tidak mengerti mengenai masalah penyakit kusta dan Keluarga Tn S mengatakan hanya mengalami gatal-gatal yang hebat baru berobat ke puskesmas. Tanda – tanda vital : TD: 140/90 mmHg, N: 80x/ menit, RR: 18x/ menit, S: 36 ºC. 2. Gangguan Pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit kusta. Keluarga Tn. S kurang memperhatikan kebersihan dan sering menggap gatal-gatal dikulit sebagai hal biasa. Keluarga Tn.S mengatakan kulit Tn. S mengalami kemerahan di dahi, tangan kiri kanan, kaki sebelah kiri dan di tangan kiri kanan selain itu Tn. S mengatakan kedua kakinya tangannya sering gatal-gatal karena penyakit kusta tetapi baru berobat di puskesmas setelah gatal di kulit sudah tak tertahankan. Pada saat pengkajian Tn. S masih tampak bingung, dan selalu bertanya tentang penyakitnya. Tanda – tanda vital : TD: 140/90 mmHg, N: 80x/ menit, RR: 18x/ menit, S: 36 ºC

(9)

Universitas Nusantara PGRI Kediri

YUVENSIUS USBOKO| NPM. 12.047 FIK – Prodi D-III Keperawatan

simki.unpkediri.ac.id || 9||

Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual, resiko tinggi ataupun potensial. Secara Tinjauan Pustaka didapatkan masalah diagnosa keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut : 1. Gangguan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit. 2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenanal masalah. Berdasarkan diagnosa di atas, penulis menemukan kesenjangan bahwa tidak selamanya diagnosa yang ada dalam teori terdapat pula dalam praktek adapun kesesenjangan tersebut Terjadi: gangguan pemeliharan kesehatan berhubung ketidak mampuan merawat anggota keluarga yang mengalami penyakit kusta. Diagnosa ini diangkat karena setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang mengalami penyakit kusta dan Tn. S bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Sehingga ditemukan data yang memungkinkan untuk mengangkat diagnosa tersebut (Aziz, 2006).

Berdasarkan diagnosa di atas kesenjangan yang terjadi adalah bahwa tidak semua diagnosa yang ada pada teori juga terdapat pada studi kasus begitu pula sebaliknya. Karena diagnosa keperawatan merupakan respon klien terhadap perubahan patologis dan fisiologis, dimana perubahan itu timbul akibat dari proses penyakit yang setiap orang akan mengalami suatu perubahan yang berbeda sehingga kesenjangan antara teori dan studi kasus sangatlah mungkin terjadi.

4.3 Intervensi Keperawatan

Dalam tahap ini penulis mendapatkan fakta bahwa tidak semua intervensi yang ada dalam teori dapat diaplikasikan ke dalam praktek, begitupun sebalinya intervensi yang tidak ada dalam teori namun dapat di aplikasikan kedalam praktek. Seperti yang penulis temukan dalam penelitian ini, bahwa antara teori dengan praktek terdapat kesenjangan. Adapun kesenjangan dalam perencanaan tersebut adalah 1. Pada masalah kurang pengetahuan keluarga mengenai masalah penyakit kusta berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kusta. Keluarga Tn. S mengatakan tidak mengerti mengenai masalah penyakit kusta dan Keluarga Tn S mengatakan hanya mengalami kemerahan di dahi, tangan kiri kanan,

(10)

Universitas Nusantara PGRI Kediri

YUVENSIUS USBOKO| NPM. 12.047 FIK – Prodi D-III Keperawatan

simki.unpkediri.ac.id || 10||

kaki sebelah kiri, di tangan kiri kanan dan gatal-gatal yang hebat baru berobat ke puskesmas. Pada waktu melakukan penyuluhan keluarga Tn. S banyak bertanya mengenai masalah penyakit kusta dan Tanda – tanda vital : TD: 140/90 mmHg, N: 80x/ menit, RR: 18x/ menit, S: 36 ºC. 2. Gangguan Pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit kusta. Keluarga Tn. S kurang memperhatikan kebersihan dan sering menggap gatal-gatal dikulit sebagai hal biasa. Keluarga Tn.S mengatakan kulit Tn. S mengalami kemerahan di dahi, tangan kiri kanan, kaki sebelah kiri dan di tangan kiri kanan selain itu Tn. S mengatakan kedua kakinya tangannya sering gatal-gatal karena penyakit kusta tetapi baru berobat di puskesmas setelah gatal di kulit sudah tak tertahankan. Pada saat pengkajian Tn. S masih tampak bingung, dan selalu bertanya tentang penyakitnya. Tanda – tanda vital : TD : 140/90 mmHg, N: 80x/ menit, RR: 18x/ menit, S: 36 ºC.

Kurang pengetahuan berhubungan dengan Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan 1. Beritahukan pada keluarga bahwa kurang pengetahuan adalah salah satu dampak dari gangguan pemeliharaan kesehatanR/ agar keluarga

dapat memahami tentang dampak penyakit Kusta. 2. Jelaskan pada keluarga cara memberi motivasi anggota keluarga yang sakit kusta R/ Mengetahui cara memberi motivasi yang benar. 3. Anjurkan pada keluarga untuk berinteraksi dengan anggota keluarga yang sakit kusta R/ keluarga dapat memberi dukungan kepada pasien. (Suprajitno,2004).

Pada diagnosa 1 ada kesenjangan antara intervensi yang ada pada teori dan intervensi yang terdapat dalam praktek. Kesenjangan antara intervensi yang ada dalam teori dan dalam studi kasus terjadi karena tidak selamnya intervensi yang ada dalam teori sesuai dengan kebutuhan pasien, begitupun sebaliknya intervensi yang ada dalam teori dapat digunakan jika intervensi tersebut dapat mengatasi masalah yang dialami pasien. Sedangkan untuk diagnosas 2 dan 3 tidak ada kesenjangan antara intervensi pada teori dan praktek, karena intervensi yang ada pada teori sesuai dengan kebutuhan pasien.

4.4 Implementasi Keperawatan

Dalam tahap ini penulis mendapatkan fakta bahwa Kurang pengetahuan keluarga mengenai masalah penyakit kusta berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenanal masalah kesehatan. 1. Memberi penyuluhan mengenai tanda

(11)

Universitas Nusantara PGRI Kediri

YUVENSIUS USBOKO| NPM. 12.047 FIK – Prodi D-III Keperawatan

simki.unpkediri.ac.id || 11||

gejala dan penanganan penyakit kusta. 2.Mengevaluasi kembali mengenai masalah penyakit kusta. Dan Gangguan Pemeliharaan kesehatan keluarga mengenai masalah penyakit kusta berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit. (1) Mengkaji kembali tingkat pengetahuan keluarga tentang pemeliharaan kesehatan Tn. S. (2) Mendiskusikan kembali dengan keluarga untuk minum obat yang teratur agar Tn. S dapat sembuh

Semua intervensi yang ada dalam tinjauan pustaka tidak semuanya dilakukan dalam tinjauan kasus karena menyesuaikan kondisi pasien dengan situasi yang ada. Masalah yang menghambat untuk dilakukannya semua intervensi diantaranya harus menyesuaikan prosedur kerja yang diberlakukan dan juga atas persetujuan keluarga mau tidaknya diintervensi secara mendalam.

4.5 Evaluasi Keperawatan

Dalam tahap ini penulis mendapatkan fakta bahwa Kurang pengetahuan keluarga mengenai masalah penyakit kusta berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenanal masalah kesehatan S : Keluarga Tn S mengatakan mengerti mengenai masalah penyakit kusta. O :- Keluarga mampu menjelaskan kembali

pengertian dan penyebeb tanda gejala dan penanganan penyakit kusta. - Kulit Tn. S tampak kering dan - Kaki Tn. S terdapat becak putih - A: Masalah teratasi. P: Intervensi dihentikan. Gangguan Pemeliharaan kesehatan keluarga mengenai masalah penyakit kusta berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit S : Keluarga Tn S mengatakan mengerti mengenai kusta yang tepat dan akan melakukan pemeliharaan kesehatan dengan tepat. O : - Kulit Tn. S tampak kering- Kaki Tn. S terdapat luka - Dahi dan kedua tangannya Tn. S terdapat kemerahan. A: masalah teratasi. P: Intervensi dihentikan.

Merupakan penilaian keberhasilan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien.Hasil yang diharapkan pasien dapat mengerti sebagai hasil intervensi keperawatan dan respon-respon pasien yang dapat dicapai,diinginkan oleh pasien atau pemberi asuhan. Hasil yang diinginkan ini merupakan langkah-langkah yang dapat diukur mengarah pada tujuan-tujuan saat pulang yang telah ditentukan sebelumnya. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir (Hidayat, A Aziz;2006 )

(12)

Universitas Nusantara PGRI Kediri

YUVENSIUS USBOKO| NPM. 12.047 FIK – Prodi D-III Keperawatan

simki.unpkediri.ac.id || 12||

Evaluasi adalah umpan balik untuk menilai keberhasilan tindakan keperawatan yang telah diberikan mengacu pada tujuan dan kreteria hasil yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari hasil evalusi, didapatkan bahwa semua masalah teratasi. Adapun masalah keperawatan yang telah teratasi adalah sebagai berikut : 2. Gangguan Pemeliharaan kesehatan keluarga mengenai masalah penyakit kusta berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit. (13–08–2015). 3. Kurang pengetahuan keluarga mengenai masalah penyakit kusta berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenanal masalah kesehatan (14–08-2015)

IV. DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mukty, Hood Alsagaff. 2009. Perkembangan dan Gejala Penyakit Kusta. Jakarta: Pustaka Pelopor.

Bruner dan Suddart. 2005. Perkembangan Kusta, Praktik Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.

Djuanda. 2007. Hasil Survei Kesehatan tentang Kusta. Jakarta: Ladang Pustaka Intimedia.

Effendy, Nasrul. 2008. Dasar dan Konsep Keluarga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hidayat, Alimul Aziz. 2006. Gejala dan Penyebab Penyakit Kusta. Jakarta: Rineka Cipta.

Hipokrates. 2004. Pengertian Penyakit Paru Kusta Kronik. Jakarta: Ladang Pustaka Intimedia Mansjoer, Arif. 2004. Kapita Selekta

Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Ngastiyah. 2003. Pengertian Kusta dan Komplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sarwono. 2004. Perjalanan dan Perkembangan Masa Inkubasi Kusta. Bandung: Sagung Seto. Suprajitno. 2004. Perkembangan dan

Asuhan Keperawatan Penyakit Kusta. Jakarta: Media Aesculapius.

Setiadi. 2008. Tahap-tahap Keluarga Secara Umum. Yogyakarta: Nuansa.

Referensi

Dokumen terkait

Seharusnya biaya tak terduga atas klaim dari pengguna jasa tidak terjadi secara continue, karena jika secara terus menerus perusahaan akan mengeluarkan biaya

Nama Jalan Status Jalan Fungsi Jalan Rumija (Terhitung dari Pagar Kiri Jalan ke Kanan Jalan) GSB Minimal (Terhitung Dari Dinding Terluar Bangunan ke As Jalan) GSS

SDS = parameter respons spektral percepatan disain pada perioda pendek SD1 = parameter respons spektral percepatan disain pada perioda 1 detik SMS = parameter spektrum

Dalam hal terjadi kondisi dimana seluruh Transaksi Pembelian tidak dapat dilakukan secara langsung kepada Pemerintah, maka Pemerintah dapat membuka kesempatan bagi calon

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang pernah dilakukan oleh penulis tentang keadaan remaja di Desa Midang setelah mengikuti program karang taruna, dengan

Analisis Vegetasi Pohon pada Setiap Lokasi di Hutan Gunung Sinabnung Jalur Sigarang-garang... Analisis Vegetasi Pole pada Setiap Lokasi di Hutan Gunung Sinabung Jalur Sigarang-garang

Arahan kebijakan pengembangan daerah yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai akan menjadi acuan dalam penyusunan program dan investasi bidang cipta karya dalam kurun waktu

Menurut Anitah (2007:29) Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Hasil belajar menunjukkan suatu perubahan tingkah laku