• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KINETIKA PENDUGAAN UMUR SIMPAN BENIH CABAI MERAH ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KINETIKA PENDUGAAN UMUR SIMPAN BENIH CABAI MERAH ABSTRACT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KINETIKA PENDUGAAN UMUR SIMPAN BENIH CABAI MERAH

Elisa Julianti 1), Soewarno T.Soekarto 2), Purwiyatno Hariyadi 2), Atjeng M.Syarief 3)

1Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatra Utara 2Departemen Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB

3Departemen Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB

ABSTRACT

Modification of the Asni’s mathematical model was adopted to predict the shelf life of red chilli seeds, based on the first order of kinetics in the deterioration process of seed viability. Application of the modified model to storage experiments of red chilli seeds at different moisture contents of 14.3 % and above, the shelf life of the seeds was only one month or less, at moisture contents of 6.5 to 10.6 % was 4 to 26 months, while at very low moisture contents was more than 26 months. From this research it was found that the safe moisture content in room temperature storage of red chilli seeds required moisture content in the region of secondary bound water (between 4.0 – 12 % wet basis). For very long shelf life the seeds could be stored in the region of primary bound water ( bellow 4.0 % moisture), but along with the risk of hard seed phenomenon.

Key words : Seeds, Red Chilli, Shelf Life, Storage, Mathematical Model

PENDAHULUAN

Benih adalah biji tumbuhan yang digunakan manusia untuk tujuan tanaman. Selama penyimpan-an, benih mengalami kemunduran viabilitas dan vigor, terutama berhubungan dengan kadar air benih. Tingkat kadar air aman untuk penyimpanan benih tergantung pada jenis benih, metode penyimpanan dan lama penyimpanan (Harrington, 1972). Penyim-panan yang lama memerlukan kadar air yang rendah untuk mempertahankan viabilitasnya.

Daya kecambah benih merupakan salah satu parameter yang bersifat langsung menggambarkan viabilitas benih. Oleh karena itu, daya kecambah benih ini dapat digunakan sebagai parameter untuk menetapkan umur simpan suatu benih dan untuk uji tingkat kadar air yang terbaik untuk penyimpanan. Penentuan umur simpan benih umumnya dilakukan secara empiris dengan percobaan menyimpan benih pada berbagai kondisi dan lama penyimpanan. Kemudian umur simpannya ditentukan berdasarkan mutu benih pada perlakuan umur simpan tertentu saat benih memenuhi persyaratan mutu standar atau yang masih dapat diterima. Dalam uji umur simpan parameter penting ialah kadar air awal benih dan jenis kemasan (Maryanto, 1994), RH dan suhu ruang penyimpanan (Hartini, 1997, Qodir, 1985, Purwaningsih, 1995) serta perlakuan invigorasi pada benih (Hartini, 1997).

Pendugaan umur simpan benih secara ana-litik telah dilakukan oleh Pian (1981) dan Roberts (1972), tetapi dilakukan dengan pendekatan hubung-an linier hubung-antara periode simphubung-an dhubung-an viabilitas benih, sampai pada batas mutu viabilitas yang ditentukan (pada tingkat kemunduran benih 50%), yang masih menunjukkan hubungan yang linier. Hubungan

antara umur simpan dan nilai viabilitas tidak dapat didekati dengan persamaan linier. Penurunan viabili-tas benih sebenarnya adalah penurunan mutu produk yang jika disimpan lama akan memperlihatkan hubungan sigmoidal dengan lama simpan. Asni (1994) telah melakukan pendekatan hubungan sigmoidal dengan menggunakan model matematik mengikuti reaksi ordo satu dalam prediksi umur simpan benih jagung, kedele dan kacang tanah. Model matematik berdasarkan reaksi kinetik yang digunakan oleh Asni (1994) ialah :

b b o

k

t

V

V

log

log

…………..1)

Jika umur simpan (ts) didasarkan pada

kriteria viabilitas benih pada daya kecambah standar (minimal 80%, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih), maka rumus umur simpan menjadi :

b c o b

k

V

V

t

log

log

……….2) dimana :

V = viabilitas benih pada masa simpan t, % Vo = viabilitas awal benih, %

Vc = viabilitas kritikal benih, sesuai viabilitas standar

mutu benih, %

kb = konstanta kecepatan penurunan viabilitas benih

tb = umur simpan benih, bulan.

Berdasarkan hal di atas, maka dilakukan penelitian umur simpan benih cabai merah dengan menggunakan metode reaksi kinetika, yang bertuju-an untuk prediksi umur simpbertuju-an benih dengbertuju-an daya kecambah (viabilitas) benih sebagai parameter pen-duga umur simpan benih cabai merah. Penelitian ini

(2)

juga bertujuan untuk menentukan tingkat kadar air yang aman untuk penyimpanan benih cabai merah.

BAHAN DAN METODE

Bahan benih model yang digunakan adalah benih cabai merah, yang diperoleh dari hasil penge-ringan kemoreaksi menggunakan kapur api (CaO). Pengeringan dilakukan di dalam lemari pengering kemoreaksi dengan perbandingan CaO dan benih 3:1, sampai mencapai kadar air benih 6.7 % basis basah (bb).

Perlakuan berbagai tingkat kadar air benih dilakukan dengan menyeimbangkan kadar air benih dengan larutan garam jenuh dalam desikator. Cara-nya yaitu sampel benih cabe merah dikemas dalam kain kasa dan dimasukkan dalam desikator, yang berisi larutan garam jenuh untuk mempertahankan kadar air benih konstan selama penyimpanan. Larut-an garam jenuh yLarut-ang digunakLarut-an sebLarut-anyak 9 jenis dengan nilai RH yang berturut-turut, yaitu LiCl (RH 11%), MgCl2 (RH 32%), K2CO3 (RH 43%), NaBr

(RH 58%), KI (RH 69%), NaCl (RH 75%), Na2SO4

(RH 86%), BaCl2 (RH 90%) dam KNO3 (RH 93%)

dengan kadar air keseimbangan masing-masing :3.0, 5.2, 6.5, 7.6, 9.0, 10.6, 14.3, 16.0, dan 17.4 % basis basah (bb), yang diukur dengan metode oven (AOAC, 1995).

Desikator berisi benih kemudian disimpan dalam lemari pada suhu kamar 27 – 28o C. Penga-matan terhadap viabilitas benih dilakukan setiap bulan selama 6 bulan penyimpanan. Uji viabilitas benih ditentukan dengan cara mengukur daya kecambahnya menggunakan alat pengecambah benih tipe IPB73-2B pada media kertas merang dengan metode uji standar (Purwaningsih 1995) yang dikembangkan oleh Sadjad (1972). Pengukuran jumlah pertumbuhan kecambah dilakukan pada hari ke-7 hingga hari ke-14. Pada percobaan ini penguji-an daya kecambah benih berkadar air rendah, 3.0 % sampai 10.6 %, dilakukan setelah benih direndam di dalam air selama 24 jam, untuk rehidrasi benih keras.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air Kritikal dan Fraksi Air Benih

Kadar air benih selama penyimpanan tetap dan equilibrium dengan RH ruangan udara dalam desikator. Kadar air benih yang disimpan berkisar dari yang terendah 3.0 % sampai yang tertunggi 17.4 % bb seperti disajikan pada Tabel 1. Hubungan kadar air bahan dengan RH equilibrium dapat dinyatakan dalam grafik isotermisorsi sorpsi air (ISA), yang pada produk pangan pada umumnya

berbentuk sigmoidal. Dari hubungan kadar air dan RH tersebut telah dilakukan analisis fraksi air menurut metoda Soekarto (1978). Fraksi-fraksi air sangat kritikal terhadap sifat-sifat produk serta peri-laku reaksi kimia dan pertumbuhan mikroba dalam produk pangan.

Terhadap benih fraksi-fraksi air kritikal itu berbengaruh terhadap kerusakan benih selama penyimpanan yang ditandai dengan penurunan viabilitas benih. Menurut Soekarto (1978) terdapat 3 daerah atau fraksi air kritikal yang disebut air terikat primer (ATP), air terikat sekunder (ATS) dan air terikat tertier (ATT). Dari analisis data hubungan kadar air dan RH (Tabel 1) diperoleh kadar air batas ketiga fraksi air terikat tersebut yaitu batas ATP 4.2 % bk (4.0 % bb), batas ATS 13.6 % bk (12.0 % bb) dan batas ATT 33.0 % bk (24.8 % ).

Viabilitas Benih selama Penyimpanan pada Ber-bagai Tingkat Kadar Air

Kadar air benih selama penyimpanan sangat mempengaruhi viabilitas benih. Semakin tinggi kadar air kerusakan benih makin tinggi yang ditandai dengan viabilitas benih yang semakin cepat menurun seperti terlihat pada Gambar 1. Pengaruh kadar air benih cabe merah selama penyimpanan berkorelasi denganRH penyimpanan. Makin tinggi RH dan dengan sendirinya juga kadar air, maka viabilitas benih makin menurun (Gambar1). Dari Gambar 1 terlihat bahwa pada kadar air sangat rendah (3.0 dan 5.2 %) yang equilibrium pada RH 11 % dan 32%, viabilitas benih tidak berubah yaitu tetap 100 % sampai penyimpanan 6 bulan. Pada kadar air 6.5 %, yang equilibrium dengan RH 43 %, terjadi perioda viabilitas konstan 100 % sampai 4 bulan, dan pada kadar air 7.6 %, yang equilibrium dengan RH 58 % perioda viabilitas konstan 3 bulan. Sedangkan pada kadar air 14.3 % , yang equilibriun pada RH 85 %, atau lebih tinggi tidak mempunyai perioda viabilitas konstan.

Jadi makin rendah kadar air benih makin panjang perioda viabilitas konstan. Hal ini berhu-bungan dengan aktivitas enzim-enzim yang berperan dalam proses pertumbuhan kecambah, sesuai dengan pendapat Labuza (1978) yang mula-mula menyata-kan bahwa enzim tidak aktif didaerah fraksi air per-tama (ATP) dan aktivitas enzim mulai terjadi di awal fraksi air ke dua (ATS) yang makin meningkat akti-vitasnya makin tinggi tingkat kadar airnya. Pendapat tentang perbedaan pengaruh fraksi air ini diakui oleh banyak peneliti (Gur Arieh et al (1967, Hazlewood et al 1969, den Berg and Bruin 1978, Bourne 1987).

Disampaing adanya perioda viabilitas kons-tan pada Gambar 1 juga terlihat bahwa laju penurun-an viabilitas selama penyimppenurun-annpenurun-an dipengaruhi kadar air benih. Makin tinggi kadar air benih laju penurunan viabilitas makin tajam. Data perioda

(3)

viabilitas konstan dan laju penurunan viabilitas merupakan parameter penting untuk analisis umur simpan benih.

Gambar 1. Perubahan viabilitas benih cabai merah selama penyimpanan pada berbagai nilai RH, pada suhu simpan 28oC.

Tabel 1. Pengaruh kadar air benih terhadap daya kecambah benih cabai merah selama pe-nyimpanan.

RH (%)

Ka (%)

Periode Simpan (bulan)

0 1 2 3 4 5 6

………% daya kecambah ………… 11 3.1 100 100a 100a 100a 100a 100a 100a 32 5.5 100 100a 100a 100a 100a 100a 100a 43 6.9 100 100a 100a 100a 100a 99a 98a 58 8.2 100 100a 100a 100a 100a 97b 96b

69 9.9 100 100a 99a 98a 98a 96b 92b

75 11.8 100 100a 96a 95a 94a 80c 77c

85 16.7 100 89b 84b 59b 51b 0d 0d

90 19.1 100 88b 77c 57b 41c 0d 0d

93 21.1 100 75c 54d 40c 12d 0 0d

*)Angka-angka yang diserta huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji wilayah berganda Duncan pada taraf 5%.

Gambar 2. Pengaruh kadar air benih babe merah terhadap jumlah biji dorman (hard seeds) selama penyimpanan pada suhu ruang

Percobaan penyimpanan benih pada kadar air rendah memperlihatkan terjadinya fenomena benih dorman yang menurut Justice dan Bass (1994) juga disebut biji keras (hard seeds). Selanjutnya mereka menyatakan bahwa biji keras akibat dari penyimpan-an benih dalam keadapenyimpan-an spenyimpan-angat kering (kadar air terlalu rendah) dapat dipulihkan dengan menaikkan kadar airnya secara perlahan-lahan sebelum benih dikecambahkan, di antaranya dengan perendaman.

Dalam percobaan ini jumlah benih dorman dihitung dari biji utuh normal yang keras dan tidak tumbuh kecambah. Hasil perhitungannya (Gambar 2) menunjukkan bahwa benih dorman mulai terjadi setelah penyimpanan 2 bulan, dan meningkat jumlahnya semakin lama penyimpanan. Benih dengan kadar air sangat rendah (3.0 %) memper-lihatkan jumlah biji dorman cukup tinggi (lebih dari 12 % dorman) pada penyimpanan 5 bulan atau lebih. Sedangkan benih dengan kadar air 5.2 % sampai 7.6 % sampai penyimpanan 6 bulan jumlah biji dorman rendah (kurang dari 3 %), serta peningkatannya lambat dan perbedaan jumlah biji dorman tidak nyata.

Pendugaan Umur Simpan Benih Cabai Merah Dari Gambar 1 dan Tabel 2 dapat dilihat bahwa semakin tinggi kadar air benih, maka daya kecambah benih akan semakin cepat menurun selama penyimpanan. Berdasarkan hubungan antara kadar air dan daya kecambah benih ini, maka dapat dilakukan pendugaan umur simpan benih cabai

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 1 2 3 4 5 6

Periode simpan (bulan)

V ia b il it a s b e n ih ( % ) RH 93.6% RH 90.2 % RH 85.9% RH 75.3 % RH 69.0 % RH 57.6 % RH 11.2, 32.8% RH 43.0% 0 2 4 6 8 10 12 14 0 1 2 3 4 5 6

Lama Penyimpanan (bulan)

J u m lah B e n ih K e ra s ( % ) RH 11.2, Me = 3.0%b.k. RH 32.4, Me = 5.2%b.k. RH 43.0, Me = 6.5%b.k. RH 57.5, Me = 7.6%b.k.

(4)

merah dengan menggunakan parameter daya kecam-bahnya. Pendugaan umur simpan benih dilakukan dengan menggunakan rumus berdasarkan reaksi kinetika dengan asumsi bahwa penurunan nilai viabilitas benih sejalan dengan kemunduran mutu produk mengikuti reaksi ordo 1 (Asni, 1994).

Namun dengan adanya fenomena periode viabilitas konstan, maka dilakukan modifikasi ter-hadap model matematik penurunan viabilitas benih persamaan (1) dan (2). Modifikasi dilakukan dengan menambah unsur perioda viabilitas konstan ( ti ).

Besaran ti dapat mempunyai nilai nol apabila pada

percobaan data viabilitasnya tidfak menunjukkan adanya perioda viabilitas konstan. Hal ini terjadi pada percobaan dengan kadar air benih yang tinggi. Modifikasi rumus persamaan (1) dan (2) berdasarkan grafik model penurunan viabilitas benih Gambar 3, menjadi rumus (3) dan (4) :

ts = ti + tg ……….3) b c o k V V tg  log log( ) ………..4) dimana

Vo = viabilitas awal benih, 100 %

Vc = viabilitas benih batas mutu, 80%, (viabilitas

benih minimal sesuai standar mutu benih cabai oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih, Deptan)

ti = periode viabilitas konstan, pada viabilitas

tetap Vo, di sini 100 %, bulan.

tg = waktu simpan setelah ti, sampai viabilitas

turun mencapai Vc, bulan.

ts = prediksi umur simpan benih cabai merah,

bulan.

Gambar 3. Grafik pola penurunan viabilitas benih yang mempunyai periode viabilitas konstan selama percobaan penyimpanan

Perhitungan umur simpan benih dilakukan berdasarkan data pengamatan viabilitas benih selama 6 bulan penyimpanan dari 9 tingkat kadar air benih cabai merah. Dengan analisa regresi diperoleh prediksi umur simpan untuk masing-masing tingkat kadar air benih seperti terlihat pada Tabel 2. Contoh perhitungan umur simpan benih dilakukan pada kadar air benih 7.6 % yang equilibrium dengan RH 58 %.

Penyimpanan benih cabe merah pada kadar air 7.6 % periode viabilitas konstan adalah 4 bulan, yaitu dengan viabilitas awal 100%, (ti = 4 bulan dan

Vo = 100 %). Dari hasil analisis regresi antara nilai

waktu simpan ( t ) dan log V, diperoleh nilai kb =

0.0045, maka tg : b c o g

k

V

V

t

log

log(

)

=

0045

.

0

80

log

100

log

= 21.5

t

s

= t

i

+ t

g

= 4 + 21.5 = 25.5

Jadi prediksi umur simpan benih cabai merah yang disimpan pada kadar air 7.6 % (RH 58%) adalah 25.5 bulan, lebih dari 2 tahun.

Tabel 2. Umur simpan prakiraan benih cabai merah pada viabilitas 80% Ka (%) Nilai kb Vo (%) Ti (bulan) tg (bulan) Umur Simpan (bulan) 3.0* - 100 > 6 - > 26 5.2* - 100 > 6 - > 26 6.5 0.0044 100 4 220 26.0 7.6 0.0045 100 4 21.5 25.5 9.0 0.0082 100 1 11.8 12.8 10.6 0.0266 100 1 3.6 4.6 14.3 0.0879 100 0 1.1 1.1 16.0 0.1126 100 0 0.9 0.9 17.4 0.2518 100 0 0.4 0.4

*) Pada pada kadar air 3.0 dan 5.2 % sampai bulan ke-6 viabilitas masih tetap yaitu 100%, sehingga prakiraan umur simpan diasumsikan lebih tinggi daripada 6.5 %, yaitu > 26 bulan.

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa semakin tinggi RH ruang penyimpanan, maka umur simpan benih akan semakin rendah. Dari percobaab penyimpanan benih pada kadar air 3.0 dan 5.2 % (RH 11 dan 32%) sampai 6 bulan analisis umur simpan tidak dapat dilakukan karena selama itu viabilitas benih masih tetap 100%, untuk mendapat-kan data yang dapat dianalisis perlu percobaan penyimpanan lebih lama lagi. Namun dapat

Vo 80 ti Batas mutu viablitas Viabilitas (%)

Waktu penyimpanan (bulan) tg

ts

(5)

diasumsikan umur simpannya lebi panjang dari percobaan pada kadar air lebih tinggi , 6.5 %.

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa semakin tinggi RH ruang penyimpanan, maka umur simpan benih akan semakin rendah. Dari percobaab penyim-panan benih pada kadar air 3.0 dan 5.2 % (RH 11 dan 32%) sampai 6 bulan analisis umur simpan tidak dapat dilakukan karena selama itu viabilitas benih masih tetap 100%, untuk mendapatkan data yang dapat dianalisis perlu percobaan penyimpanan lebih lama lagi. Namun dapat diasumsikan umur simpan-nya lebi panjang dari percobaan pada kadar air lebih tinggi , 6.5 %.

Berdasarkan hal diatas, maka untuk penyim-panan benih biji cabe merah pada suhu kamar, kadar air benih harus berada pada daerah air terkat primer sampai daerah air terikat sekunder (di bawah kadar air 12.0 % bb) dan disimpan pada kondisi RH di bawah RH kritikal 79 %.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Modifikasi model matematik reaksi kinetik ordo 1 dari Asni (1994), dengan menambah para-meter periode viabilitas konstan ( ti ), telah berhasil

baik digunakan untuk analisis prediksi umur simpan benih cabe merah sebagai model. Hasilnya menun-jukkan bahwa umur simpan benih sangat di-pengaruhi kadar air benih selama disimpan.

Benih cabe merah yang disimpan pada suhu kamar (27 – 28 oC) dan kadar air 3.0 dan 5.2 % di-perkirakan umur simpannya lebih dari 26 bulan, antara 6.5 – 10.6 % umur simpannya 5 – 26 bulan, sedangkan pada kadar air 14.3 % ke atas hanya berumur 1 bulan atau kurang.

Hasil analisis 3 fraksi air benih cabe merah dihasilkan fraksi air pertama (air terikat primer, ATP) antara 0 – 4.0 %, fraksi air kedua (air terikat sekunder, ATS) ialah 4.0 – 12.0 % dan fraksi air ketiga (air terikat tersier, ATT) 12.0 - 24.8 % basis basah.

Kadar air terbaik untuk penyimpanan benih cabe merah pada suhu kamar ialah kadar air di daerah air terikat sekunder (ATS) yaitu antara 4 – 12 %, karena umur simpannya cukup tinggi dan ke-jadian biji keras/dorman sangat rendah.

Penyimpanan benih cabe merah pada kadar air di daerah air terikat primer (ATP) umur simpan-nya panjang, namun persentasi terjadisimpan-nya biji keras (dorman) juga tinggi, yang memerlukan perlakuan khusus sebelum benih dikecambahakan atau di-tanam.

Saran

Untuk penyimpanan benih yang masa sim-pannya lebih lama, maka kadar air benih harus tetap dijaga pada daerah air ikatan sekunder sehingga viabilitasnya tetap tinggi. Penyimpanan benih pada daerah air ikatan primer dapat lebih memperpanjang umur simpan, namun sebelum ditanam perlu diberi perlakuan revitalisasi biji dorman.

DAFTAR PUSTAKA

AOAC. 1995. Official of analysis of the association of official analytical chemistry. AOAC Inc, Arlington.

Asni, N. 1994. Pengaruh tingkat air ikatan selama penyimpanan terhadap viabilitas dan keru-sakan benih jagung, kedele dan kacang tanah. Tesis Program Pascasarjana IPB.

Bourne, M.C. (1987). Effects of Water Activity on Textural Properties of Food. In.: Water Activity : Theory and Applications t6o Food, by L.B. Rockland and L.R. Beuchat. Marcel Dekker, Inc. N.Y.

Gur Arieh, C, A.I. Nelson, M.P. Steinberg and L.S.Wei (1967). A method for rapid determi-nation of moisture absorption isotherm of solid particles. J. Food Science, 30 : 105 Harrington,J.F. 1972. Problem of seed storage.

Didalam : W.Heydecker (ed). Seed Techno-logy. Butter Worths. London.

Hartini, R. 1997. Pengaruh kondisi simpan dan perlakuan invigorasi pasca penyimpanan ter-hadap viabilitas dan vigor benih kedele (Glycine max (L) Merill) pada beberapa periode simpan. Skripsi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian IPB.

Hazlewood, C.F., B.L.Nicols,. and N.F.Chamberlain (1969). Evidence of existence of minimum of two phases of ordered water in skletal muscle. Nature 222: 747.

Justice,O.L. dan L.N.Bass. 1994. Prinsip praktek penyimpanan benih. Terjemahan : Rennie Roesli. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Maryanto, A. 1994. Pengaruh kadar air awal,

kondisi simpan dan wadah simpan terhadap lama simpan benih kedele (Glycine max L.). Skripsi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian IPB.

Pian, Z.A. 1981. Pengaruh uap etil alkohol terhadap viabilitas benih jagung (Zea mays L.) dan

pemanfaatannya untuk menduga daya

(6)

Purwaningsih, 1995. Pengaruh kondisi simpan, lama penyimpanan dan invigorasi terhadap viabi-litas benih tengkawang tungkul (Shorea stenoptera Burck). Tesis Program Pasca-sarjana IPB.

Qodir, A. 1985. Pengaruh kelembaban nisbi terhadap viabilitas benih kedele (Glycine max (L) Merr.) dari umur panen 86 dan 91 hari selama periode simpan 30 minggu. Skripsi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian IPB.

Roberts, E.H. 1972. Storage and environment and the control viability. Di dalam : E.H.Robersa (ed). Viability of seeds. Chapman and Hall, Ltd., London.

Sadjad, S. 1972. Kertas merang untuk uji viabilitas benih di Indonesia. Disertasi. Fakultas Pertanian , IPB. Bogor.

Soekarto, S.T. 1978. Pengukuran air ikatan dan peranannya pada pengawetan pangan. Bull. Perhimpunan Ahli Tekn. Pangan Indonesia. 3 (3/4) : 4 – 18.

Van den Berg,C. and S.Bruin. 1981. Water activity and estimation in food system. In : L.B.Rockland and G.F.Stewart (Ed). Water activity : Influences on food quality. Academic Press, New York.

(7)

Gambar

Gambar 1.  Perubahan  viabilitas  benih  cabai  merah  selama penyimpanan pada berbagai nilai  RH, pada suhu simpan 28 o C
Tabel 2. Umur simpan prakiraan benih cabai merah  pada viabilitas 80%   Ka  (%)  Nilai k b V o (%)  T i (bulan)  t g (bulan)  Umur  Simpan  (bulan)  3.0*  -  100  > 6  -  > 26  5.2*  -  100  > 6  -  >  26  6.5  0.0044  100  4  220  26.0  7.6  0

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan golongan ulama Zaidiah menerima hadis mudallas karena hadis ini eksistensinya sama dengan hadis Mursal (Hadis mursal diterima oleh jumhur). Sedangkan ulama

Waktu intervensi: 21 hari.. mempertaha memungkin usia harapan 6]. IMT ad tatus gizi se dengan kek badan. Sese kan berdam ehingga m penyakit inf Hasil i pemberian j izi BNN u

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh oleh Ryanda Bella Rengku (2012), yang menyatakan bahwa faktor internal berupa mental

Situs alam yang terdapat dalam cerita lisan merupakan fakta bahwa alam menjadi sumber dan inspirasi. Maka mimesis merupakan sesuatu yang mustahil tidak terdapat

Berdasarkan percobaan yang dilakukan dalam Tugas Akhir dengan mengacu pada peraturan “RoboCup Rescue Robot League Rules for 2013”, robot telah memiliki kontruksi

Pasca nubuat Musa, Bangsa Israel secara bergantian menyeru Tuhan mereka dengan se- butan El, Elohim, dan Yahweh. Ini tampak da- lam beberapa dokumen yang dianggap

nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu