• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Hasil Belajar IPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Hasil Belajar IPA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

4 2.1.1 Hasil Belajar IPA

Peran guru dalam pembelajaran tidak hanya mengajarkan berbagai materi kepada peserta didik, namun juga harus melakukan penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar berfungsi untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran dan tingkat keberhasilan guru dalam mengajar. Untuk hasil belajar terdapat beberapa pendapat dari para ahli, antara lain hasil belajar menurut Winkel dalam Purwanto (2011:45) adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Menurut Suprijono (2011:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Sudjana (2016:3) berpendapat hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Menurut Bloom (Suprijono, 2011:7) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organizations (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotorik meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotorik juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahwa hasil belajar adalah perubahan sikap dan perbuatan yang diakibatkan pengalaman belajar siswa, yang mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan Penilaian menurut Sudjana (2016:3) dijelaskan bahwa penilaian berhubungan dengan proses menentukan nilai kepada objek yang diniai berdasarkan suatu kriteria yang telah ditentukan. Sehingga dari pengertian hasil belajar dan pengertian penilaian, penilaian hasil belajar adalahproses menentukan

(2)

nilai kepada objek yang diniai berdasarkan perubahan sikap dan perbuatan yang diakibatkan pengalaman belajar siswa, yang mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Jenis penilaian hasil belajar jika dilihat dari fungsinya ada beberapa macam, yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik, penilaian selektif, dan penilaian penempatan, (Sudjana, 2016:5). Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksankan pada akhir program belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Dengan demikian, penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar-mengajar. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yaitu akhir catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh tujuan-tujuan kurikuler dikuasai oleh para siswa. Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahansiswa serta faktor-faktor yang menyebabkannya. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial (remedial teaching), menemukan kasus-kasus, dll. Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian saringan masuk lembaga pendidikan tertentu. Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu.

Penilaian hasil belajar dari segi alatnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tes dan bukan tes (nontes). Penilaian hasil belajar dengan menggunakan tes dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tes uraian dan tes objektif. Dimana dengan menggunakan tes dapat diberikan secara lisan (menuntut jawaban secara lisan), tes tulisan (menuntut jawaban dalam bentuk tulisan), dan tes tindakan (yang menuntut jawaban dalam bentukk perbuatan). Sedangkan non tes sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala, sosiometri, studi kasus, dll.

Berdasarkan fungsi penilaian hasil belajar, maka dalam penelitian ini akan digunakan penilaian formatif, yang dilaksanakan setelah kegiatan siklus berakhir.

(3)

Sedangkan berdasarkan segi alatnya, digunakan tekhnik tes objektif yang berbentuk pilihan ganda. serta teknik nontes, yang berbentuk observasi, kuesioner, dan wawancara.

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

Menurut (Soejadi, 2006:201) teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan di mana siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya apabila perlu.

Burns (2010:220) Strategi belajar kooperatif GI dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan tekhnik kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan laporannya kepada seluruh teman kelasnya, untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka.

Implementasi strategi belajar kooperatif GI dalam pembelajaran, secara umum dibagi menjadi enam langkah yaitu : (1) mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok (para siswa menelaah sumber-sumber informasi, memilih topik, dan mengumpulkan saran-saran; para siswa bergabung ke dalam kelompok belajar dengan pilihan topik yang sama; komposisi kelompok didasarkan atas ketertarikan topik yang sama dan heterogen; guru membantu atau memfasilitasi dalam memperoleh informasi); (2) merencanakan tugas belajar (direncanakan secara bersama-sama oleh para siswa dalam kelompoknya masing-masing, yang meliputi: apa yang kita selidiki; bagaimana kita melakukannya, siapa sebagai apa –pembagian kerja; untuk tujuan apa topik ini diinvestigasi); (3) melaksanakan investigasi (siswa mencari informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan; setiap anggota kelompok harus berkontribusi kepada usaha kelompok; para siswa bertukar pikiran,

(4)

mendiskusikan, mengklarifikasi, dan mensintesis ide-ide); (4) menyiapkan laporan akhir (anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial proyeknya; merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana membuat presentasinya; membentuk panitia acara untuk mengoordinasikan rencana presentasi); (5) mempresentasikan laporan akhir (presentasi dibuat untuk keseluruhan kelas dalam berbagai macam bentuk; bagian-bagian presentasi harus secara aktif dapat melibatkan pendengar (kelompok lainnya); pendengar mengevaluasi kejelasan presentasi menurut kriteria yang telah ditentukan keseluruhan kelas); (6) evaluasi (para siswa berbagi mengenai balikan terhadap topik yang dikerjakan, kerja yang telah dilakukan, dan pengalaman-pengalaman afektifnya; guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran; asesmen diarahkan untuk mengevaluasi pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis).

Di dalam implementasinya pembelajaran kooperatif tipe group investigation, setiap kelompok presentasi atas hasil investigasi mereka di depan kelas. Tugas kelompok lain, ketika satu kelompok presentasi di depan kelas adalah melakukan evaluasi sajian kelompok.

Menurut (Mafune, 2005, 4), model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial.

Asumsi yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation, yaitu (1) untuk meningkatkan kemampuan kreativitas siswa dapat ditempuh melalui pengembangan proses kreatif menuju suatu kesadaran dan pengembangan alat bantu yang secara eksplisit mendukung kreativitas, (2) komponen emosional lebih penting daripada intelektual, yang tak rasional lebih penting daripada yang rasional dan (3) untuk meningkatkan peluang keberhasilan dalam memecahkan suatu masalah harus lebih dahulu memahami komponen emosional dan irrasional.

(5)

Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation selain memiliki kekurangan juga memiliki beberapa kelebihan, yaitu secara pribadi, secara sosial, secara akademik. Secara pribadi siswa dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas, memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif. Rasa percaya diri dapat lebih meningkat, sehingga dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah, serta mengembangkan antusiasme dan rasa pada fisik. Secara sosial, dapat meningkatkan belajar bekerjasama, belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru, belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis, belajar menghargai pendapat orang lain, dan meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan. Secara akademis, siswa terlatih untuk mempertanggung jawabkan jawaban yang diberikan, bekerja secara sistematis, mengembangkan dan melatih keterampilan fisik dalam berbagai bidang, merencakan dan mengorganisasikan pekerjaannya, mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat, dan siswa selalu berfikir tentang cara atau strategi yang digunakan sehingga didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum.

Adapun langkah-langkah model kooperatif tipe Group Investigation menurut Tukiran (2012:79) menyebutkan bahwa siswa bekerja melalui enam tahap, yaitu:

Tahap 1 : Mengidentifikasi topik dan mengatur murid dalam kelompok, meliputi: a. Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik,

dan mengategorikan saran-saran.

b. Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih.

c. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen.

d. Guru membantu dalam mengumpulkan informasi dan memfasilitasi pengaturan.

Tahap 2 : Merencanakan tugas yang akan dipelajari Para siswa merancang bersama mengenai :

a. Apa yang kita pelajari? b. Bagaimana kita mempelajari?

(6)

c. Siapa melakukan apa (pembagian tugas)?

d. Untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi topik ini? Tahap 3 : Melaksanakan investigasi

a. Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

b. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.

c. Para siswa saling bertukar pikiran, berdiskusi, mengklarifikasi, dan menyintesis semua gagasan.

Tahap 4 : Menyiapkan laporan akhir

a. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka.

b. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.

c. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.

Tahap 5 : Mempresentasikan laporan akhir

a. Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.

b. Bagian presentasi tersebut harus dapat melihat pendengarannya secara aktif.

c. Para pendengar mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.

Tahap 6 : Evaluasi

a. Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, meganai keefektifan pengalaman-pengalaman mereka.

b. Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.

(7)

2.2 Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menggunakan metode Kooperatif Tipe Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa yang telah tuntas KKM.

Rutinah 2012, penelitian yang berjudul Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasi Belajar Siswa dengan Metode Pembelajaran Group Investigation Pada Mata Pelajaran IPA Kelas 5 SDN 2 Wonoroto Kabupaten Wonosobo Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013. Menyimpulkan bahwa:Penggunaan metode Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas 5 SD Negeri 2 Wonoroto, Kabupaten Wonosobo, Semester II tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar pada kondisi awal siswa yang tuntas sebanyak 9 siswa atau 45% siswa, sedangkan pada pembelajaran siklus I dan siklus II terjadi peningkatan. Pada siklus I siswa yang sudah tuntas sebanyak 14 siswa atau 70% siswa dapat mencapai KKM 70. Sedangkan pada siklus II semua (20) siswa sudah tuntas atau 100% siswa dapat mencapai KKM 70.

Sutanto.2012. dalam penelitiannya yang berjudul Upaya peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Group Investigation Siswa Kelas V SD N Gejayan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011/2012 .Menyimpulkan bahwa penggunaan metode Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan materi gaya, dan gerak. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada kondisi awal, pembelajaran siklus 1 dan silkus 2 yaitu terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Pada kondisi pra siklus terdapat 7 siswa atau 33% yang tuntas dan 14 siswa atau 66% yang tidan tuntas. Pada siklus 1 terdapat 14 siswa atau 66% yang tuntas dan 7 siswa atau 33% yang tidak tuntas. Pada siklus 2 terdapat 20 siswa atau 95% yang tuntas dan 1 siswa atau 5% yang tidak tuntas.

Dari kajian tentang penelitian tindakan kelas di atas, model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat mengatasi permasalahan pembelajaran khususnya pelajaran IPA. Dimana dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(8)

Dengan acuan yang sudah didapat dari peneliti-peneliti sebelumnya dan melihat permasalahan yang berada di lapangan, maka perlu diadakan penelitian tindakan kelas khususnya mata pelajaran IPA. Peneliti mengambil judul penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA siswa kelas V di SDN Barukan 02 Kecamatan Tengaran Semester II Tahun 2016/2017.

3.1 Kerangka Pikir

Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada 7 Januari 2017, siswa kelas V SDN Barukan 02 belum memperoleh hasil yang maksimal. Dalam hal ini disebabkan oleh anggapan umum yang menyatakan bahwa pembelajaran IPA masih abstrak. Hal ini diikuti oleh kemampuan guru dalam menyampaikan materi pelajaran IPA masih kurang atau belum menggunakan media atau bahan yang bervariasi sehingga siswa kurang tertarik dan tertantang dalam penyelesaian masalah yang berhubungan dengan IPA, maka dari itu disusun bagan perencanaan tindakan.

(9)

2.4. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation pada mata pelajaran IPA materi “perubahan wujud benda” dapat meningkatkan hasil belajar.

 Penggunaan metode kurang kooperatif.  Hanya 45% siswa yang nilainya diatas kkm.  Apakah penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar?  Diduga dengan menggunakan model Group Investigation dan menggunakan bahan percobaan pada materi perubahan wujud benda dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu lebih dari 80% siswa memperoleh nilai diatas kkm.  Penerapan Group Investigation pada pembelajaran.  Penerapan Group Investigation pada inti pembelajaran menggunakan bahan percobaan dengan lengkap. Siklus 1 Siklus 2 Refleksi

Referensi

Dokumen terkait

Isi modul ini : Ketakbebasan Linier Himpunan Fungsi, Determinan Wronski, Prinsip Superposisi, PD Linier Homogen Koefisien Konstanta, Persamaan Diferensial Linier Homogen

Sistem puli adalah gabungan beberapa puli bebas, puli tetap dan puli rantai. Penggunaan sistem ini adalah untuk mentransmisikan daya yang terjadi pada crane. Digunakan jenis

Daratan besar yang akan menjadi daratan Amerika Selatan pada gambar adalah no- mor ..... Bentuk sedimentasi di daerah gurun seperti gambar adalah

Rencana taktis ditujukan untuk mencapai tujuan taktis yang merupakan bagian tertentu dari rencana strategis.. Fokus pada hubungan manusia dan aksi, dan biasanya ditetapkan

Mary Midgley is a moral philosopher and the author of many books including Wickedness, Evolution as a Religion, Beast and Man and Science and Poetry. All are published in

Dari contoh diatas dapat menjadi acuan serta motivasi bagi Bank BTN dalam mengembangkan pelayanan penerimaan Kredit Pemilikan Rumah KPR melalui Aplikasi BTN Property Mobile yang

Liabilitas jangka pendek terkait kegiatan operasi timbul karena konsekuensi kegiatan operasi entitias. Utang ini muncul karena entitas menangguhkan pembayaran kepada pihak

Hasil pemeriksaan dengan metode PCR dari sampel hati, limpa ,darah, dan bakteri isolasi dengan menggunakan primer M1 yang terdiri atas T39, T13, dan M2 yang terdiri atas PreT43 dan