• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PAKAN TAMBAHAN TERHADAP KUALITAS NYANYIAN BURUNG KENARI (Serinus canaria Linn.) JANTAN

MUDA DENGAN PENDEDAHAN SECARA LIVE TUTORING

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati

Oleh :

RISDA ARBA ULFA 208700598

BANDUNG

2012 M/ 1433 H

(2)

ABSTRAK

Risda Arba Ulfa : Pengaruh Pakan Tambahan terhadap Kualitas Nyanyian Burung Kenari (Serinus canaria Linn.) Jantan Muda dengan Pendedahan secara Live

Tutoring

Di alam, burung muda belajar bernyanyi secara live tutoring yaitu metode pembelajaran bersuara pada burung jantan muda dari burung tutor aslinya. Beberapa penelitian melaporkan bahwa pembentukkan karakteristik nyanyian juga dipengaruhi oleh faktor ketersediaan suplai makanan. Burung bernyanyi memerlukan energi yang banyak untuk bisa memproduksi nyanyian karena diperlukan koordinasi yang baik antara sistem respirasi, organ vokal, otot craniomandibular, sistem saraf dan sistem hormon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan tambahan terhadap kualitas nyanyian burung kenari jantan muda. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Mei 2011 menggunakan dua ekor burung tutor (umur 3 tahun) dan enam ekor burung yang diberi perlakuan (usia 10 minggu). Pakan tambahan berupa pakan normal (biji-bijian, air matang) dan suplemen pakan yang terdiri dari sayuran hijau (sawi putih, sosin, oyong), buah-buahan (apel, pir, wortel), jangkrik, telur puyuh matang, asinan sotong kering yang disesuaikan dengan menu harian. Penilaian kualitas nyanyian dilakukan dengan metode pencuplikan suara serta analisis suara dalam bentuk sonagram dan oscillogram melalui program Avisoft-Sonagraph Pro (Specht, 1996). Jumlah cuplikan nyanyian yang dianalisis adalah 200 cuplikan per satu individu burung. Seluruh nyanyian dianalisis dengan beberapa parameter, yaitu: (1) song duration, (2) repertoire size, (3) jumlah tipe silabel dalam satu nyanyian, (4) song repertoire, dan (5) syllable repertoire. Pencuplikan suara dilakukan melalui alat perekam suara HP (Hand Phone) LG GW305 / MP4 TELEBIT yang dilengkapi dengan built-in microphone yang diletakkan di atas sangkar. Berdasarkan kelima parameter penilaian diketahui bahwa burung dengan perlakuan pakan tambahan secara umum memiliki rerata durasi nyanyian, song repertoire, jumlah tipe silabel dalam satu nyanyian, song repertoire dan syllable repertoire yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pakan normal. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa antara nilai kalori pakan dengan kenaikan berat badan tidak berkorelasi secara signifikan (R=0,2). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan tambahan mampu mengoptimalkan pembentukkan karakteristik nyanyian ketika dikombinasikan dengan faktor interaksi sosial saat proses pembelajaran vokal berlangsung pada masa periode sensitif.

Kata kunci : Live tutoring, burung kenari jantan (Serinus canaria Linn.), pakan

(3)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat, karunia dan hidayah serta diberiakannya kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada junjunan kita semua, Rasulullah SAW yang telah membawa kita kepada jalan yang lurus yang di ridhai Allah, beserta keluarganya, para sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pakan Tambahan terhadap Kualitas Nyanyian Burung Kenari (Serinus canaria Linn.) Jantan Muda dengan Pendedahan secara Live Tutoring” ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh ujian sidang Sarjana Sains Biologi.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan kegiatan praktek profesi ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga segala bantuannya mendapatkan balasan yang setimpal dan dicatat sebagai amal shaleh. Amien. Juga tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya, khususnya kepada :

1. Dr. H. M. Subandi. Drs, Ir., Mp selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.

(4)

3. Astuti Kusumorini, M.Si, selaku pembimbing I yang telah bersedia memberikan bimbingan keilmuan dan petunjuk kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Sumiyati Sa‟adah, M.Si, selaku pembimbing II yang telah bersedia memberikan bimbingan keilmuan dan petunjuk kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ucu Julita, S.Si, terima kasih karena sudah banyak memberikan ilmu, pengalaman dan bimbingan yang sangat baik bagi penulis.

6. Seluruh staf karyawan bagian tata usaha Fakultas Sains dan Teknologi. 7. Kedua orang tuaku tercinta, yang telah mencurahkan segenap kasih

sayang, perhatian, air mata dan doa‟nya yang begitu tulus disetiap sujud malamnya. Kalian adalah harta terindah yang ku miliki. ”Ya Allah, jaga mereka dalam kemulianan-Mu, hingga mereka wafat dalam keadaan khusnul khatimah. Amin“.

8. Anisa Ilahi, Ari Khumaeni, Sulistiani Ahmad, ketiga adikku tersayang semoga kalian menjadi seseorang yang berguna dan berakhlak baik. 9. Asih, Mega, Dini, Rijal, Apip, Yulianto, Rama dan teman-teman PKL

yang sudah begitu baik, dan terima kasih untuk setiap tawa yang kalian beri untukku.

10. B.CREW (Rahma, Suci, Vivi, Uli, Yayu) untukku kalian bukan hanya sebatas sahabat tapi juga sudah seperti keluarga yang sampai kapanpun kalian adalah tokoh penting dalam cerita dihidupku.

(5)

11. BIO_B Community 2008 terima kasih untuk setiap kebersamaan yang tak terlupakan.

12. Silvi, Ela, Dewi sahabat terbaikku, terima kasih karena selalu ada untukku dalam suka maupun duka.

13. Nurani‟s apartment (Intan, Ida, Indah, Nia, Lilis dkk.) terima kasih untuk kebersamaannya selama ini, mudah-mudah tetap kompak.

14. Semua pihak yang tidak bisa dituliskan satu persatu.

Berangkat dari segala keterbatasan kemampuan dan tenaga, maka apa yang disajikan penulis sangatlah jauh dari sempurna, oleh karenanya penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Namun kiranya skripsi ini bisa memberi manfaat dan memberikan kontribusi positif. Amien.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, 15 Juni 2012

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.2 Kegunaan Penelitian ... 5

1.4 Kerangka Pemikiran ... 5

1.5 Hipotesis ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Burung Kenari ... 8

2.1.1 Morfologi ... 9

2.1.2 Habitat dan Jenis ... 10

2.1.3 Pakan ... 10

2.2 Kategori Suara Burung ... 13

2.3 Perkembangan Suara Burung Bernyanyi ... 14

2.4 Mekanisme Vokalisasi Burung ... 16

(7)

2.6 Pengaruh Pakan dalam Perkembangan Kualitas Produksi Vokal .... 22

2.7 Mekanisme Kontrol Saraf pada Burung Bernyanyi ... 24

2.8 Sistem Hormonal dalam Efktivitas Produksi Vokal ... 27

2.9 Analisis Suara Burung ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 32

3.2 Alat dan Bahan ... 32

3.2.1 Sangkar ... 32

3.2.2 Perlengkapan Perekaman Suara ... 34

3.2.3 Timbangan Digital ... 34 3.2.4 Hewan Penelitian ... 34 3.2.5 Pakan ... 35 3.3 Rancangan Percobaan ... 36 3.4 Prosedur Kerja ... 37 3.4.1 Pemeliharaan ... 37

3.4.2 Pendedahan Suara dengan Dua Perlakuan Suplai Makanan ... 39

3.4.2.1 Pendedahan Suara ... 39

3.4.2.2 Perlakuan Suplai Makanan ... 40

3.4.3 Pencuplikan Suara ... 41

3.4.4 Analisis Suara ... 41

3.5 Analisis Statistik ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

(8)

4.1.1 Hasil Analisis Suara ... 44

4.1.1.1 Durasi Nyanyian ... 44

4.1.1.2 Repertoire Size ... 46

4.1.1.3 Jumlah Tipe Silabel dalam Satu Nyanyian ... 48

4.1.1.4 Song Repertoire ... 49

4.1.1.5 Syllable Repertoire ... 51

4.1.2 Rerata Nilai Kalori Pakan yang Dikonsumsi ... 53

4.1.3 Rerata Kenaikan Berat Badan ... 55

4.2 Pembahasan ... 56

4.2.1 Penilaian Kualitas Burung Kenari Berdasarkan Parameter Kompleksitas Nyanyian ... 56

4.2.2 Pakan sebagai Pembentuk Karakteristik Nyanyian Burung Kenari ... 59 BAB V KESIMPULAN ... 65 5.1 Kesimpulan ... 65 5.2 Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 72

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Menu harian untuk burung kenari jantan muda

dengan perlakuan pakan extra food

36

Tabel 4.1 Rerata Jumlah Durasi 45

Tabel 4.2 Rerata Repertoire Size 46

Tabel 4.3 Jumlah Tipe Silabel dalam Satu Nyanyian 49

Tabel 4.4 Rerata Song Repertoire 50

Tabel 4.5 Rerata Syllable repertoire 51

Tabel 4.6 Rerata nilai kalori pakan yang dikonsumsi burung kenari jantan muda

53

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Burung kenari (Serinus canaria Linn.) 9

Gambar 2.2 Jenis biji-bijian yang biasa dijadikan pakan burung kenari.

12

Gambar 2.3 Tahapan belajar bernyanyi (a) Close-ended

learning, (b) Open-ended learning.

15

Gambar 2.4 Vocal tract, yang berperan dalam produksi nyanyian burung.

17

Gambar 2.5 Struktur bipartite asimetris (a) ventral

(b) ventrolateral (eksternal): syrinx burung Oscines.

19

Gambar 2.6 Jalur sinyal pada otak burung yang terlibat pada saat mekanisme produksi suara.

25

Gambar 2.7 Interaksi antara (A) sex

hormone,perkembangan otak, serta (B)

pembentukan dan aktivasi sistem pembelajaran vokal

28

Gambar 3.1 Sangkar burung kenarijantan muda yang diberi perlakuan tambahan

33

(11)

Gambar 3.3 Proses penjemuran burung kenari 38 Gambar 3.4 Posisi sangkar burung dengan pendedahan

secara Live-tutoring (a) dalam ruangan, (b) desain ukuran.

Gambar 3.5 Contoh tampilan oscillogram salah satu tipe nyanyian burung kenari.

42

Gambar 3.6 Contoh tampilan sonogram tipe nyanyian burung kenari yang terdiri dari lima tipe silabel yang berbeda.

42

Gambar 4.1 Rerata jumlah durasi nyanyian. 45

Gambar 4.2 Rerata repertoire size. 47

Gambar 4.3 Rerata jumlah tipe silabel dalam satu nyanyian.

49

Gambar 4.4 Rerata song repertoire. 51

Gambar 4.5 Rerata Syllable repertoire. 52

Gambar 4.6 Rerata nilai konsumsi kalori pada burung kenari jantan muda.

54

Gambar 4.7 Rerata berat badan pada burung kenari jantan muda.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia, antusiasme masyarakat yang tinggi dapat terlihat dari semakin maraknya kontes burung bernyanyi di berbagai daerah. Dengan adanya kontes tersebut, harga burung-burung unggulan dengan kualitas suara yang baik dan mental juara menjadi terdongkrak (Turut, 2006). Kriteria burung berkicau yang baik biasanya memilki irama, nada, dan frekuensi kicauan berulang-ulang (Dewanto & Sitanggang, 2010). Dari sekian banyak burung bernyanyi, salah satu jenis yang paling banyak digemari adalah kenari. Daya tarik kenari tidak hanya

(13)

dari suara yang penuh variasi, tetapi corak bulu dan bentuk fisikya menjadi daya pikat yang tidak kalah menarik (Turut, 2006).

Burung bernyanyi merupakan hewan model yang paling baik (powerful model system) karena paralel dengan perkembangan vokal manusia (Beecher & Burt, 2004). Penelitian pada burung bernyanyi banyak dilakukan di negara empat musim karena dianggap sebagai model dari perkembangan berbicara pada manusia pada level perilaku dan level neural (Goldstein et al., 2003). Burung bernyanyi mempelajari nyanyian spesifik spesiesnya dari burung tutor dewasa ketika masih muda sama seperti pada manusia belajar bernyanyi (Gobes et al., 2007). Tahap awal dari ontogeni vokal (subsong) mirip dengan celoteh (babbling) pada bayi manusia dan secara bertahap akan menjadi nyanyian yang matang seperti individu dewasa (Brainard & Doupe, 2002; Caphpole & Slater, 2008).

Burung kenari (Serinus canaria Linn.) merupakan salah satu burung bernyanyi yang populer dikalangan masyarakat penggemar burung di tanah air. Burung kenari termasuk ke dalam sub ordo Passeri (Oscines) yang merupakan kelompok burung yang memiliki sistem vokalisasi yang kompleks (Catchpole & Slater, 1995). Tahapan proses pembelajaran pada burung kenari ialah Open-ended learning (Muller et al., 2010), yaitu burung bernyanyi yang memiliki kemampuan belajar bernyanyi yang terus berulang dan berlangsung hingga usia dewasa atau setelah melewati tahapan periode sensitif (Brenowitz & Beecher, 2005; Lehongre et al., 2009). Firman Allah swt dalam Al-Quran (Qs. An-Naml: 16):

(14)

                     Artinya:

“Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan Dia berkata: "Hai manusia, Kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan Kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata". (Qs. An-Naml: 16).

Menurut Shihab (2012), dijelaskan bahwa makna yang terkandung dalam ayat diatas ialah tentang Nabi Sulayman as. yang memperoleh mukjizat yang sangat unik antara lain, memahami bahasa burung. Hal itu lebih dapat dimengerti melalui penelitian belakangan ini bahwa masing-masing jenis burung memiliki bahasa khusus untuk saling berkomunikasi, baik melalui gerakan, suara atau isyarat.

Semakin banyaknya kontes burung bernyanyi, mendorong para peternak maupun pecinta burung bernyanyi untuk melakukan berbagai usaha dalam pembentukkan karakteristik suara burung yang berkualitas tinggi. Hal ini dapat ditunjang dengan penerapan model pembelajaran pada burung bernyanyi. Model pembelajaran burung bernyanyi yang sering digunakan khususnya dikalangan masyarakat Indonesia adalah metode pendedahan suara secara tape tutoring, yaitu burung jantan muda belajar bernyanyi dari rekaman suara nyanyian burung tutor (burung yang telah memiliki kualitas nyanyian yang baik) yang diputar oleh pengeras suara tanpa menghadirkan burung tutor aslinya. Hal ini dilakukan supaya proses belajar jauh lebih praktis. Namun, pada dasarnya di alam burung bernyanyi belajar bernyanyi secara live tutoring.

(15)

Pendedahan suara secara live tutoring adalah metode pembelajaran yang menghadirkan burung tutor aslinya. Live tutoring pada burung dapat memicu peniruan nyanyian tutornya lebih akurat daripada dengan tape tutoring (Beecher & Burt, 2004). Lingkungan sosial merupakan faktor yang sangat penting dalam proses belajar bernyanyi, bahkan beberapa spesies mampu belajar lebih baik ketika dilakukan pendedahan secara live tutoring daripada pendedahan secara tape tutoring (Belzner et al., 2009). Suara nyanyian yang dipelajari dengan melibatkan interaksi secara sosial cenderung akan lebih sering di ulang-ulang (Goldstein et al., 2003). Hal inilah yang diharapkan mampu menjadi faktor yang baik pada saat proses pembelajaran berlangsung sehingga template yang diemisikan oleh burung muda bisa menyerupai tutornya. Penelitian Beecher & Burt (2004), membuktikan bahwa dengan pendedahan secara live tutoring mampu meningkatkan stimulus di nuklei otak yang terlibat pada proses memori (auditori, penglihatan, song-sharing) dan memungkinkan terjadinya interakasi sosial dengan tutor.

Selain metode pembelajaran yang baik, beberapa penelitian lain melaporkan salah satu faktor yang juga mempengaruhi kualitas nyanyian yang dihasilkan oleh burung bernyanyi adalah faktor ketersediaan suplai makanan (Spencer et al., 2003) dan pengaruh suplemen pakan yang dapat membantu meningkatkan kemampuan mengingat ketika proses pembelajaran berlangsung (Fitri, 2001). Produksi suara dapat ditingkatkan dengan penambahan suplemen makanan sebagai sumber energi (Hau et al., 2000) dan jumlah emisi suara berkurang seiiring dengan keterbatasan makanan (Lucas et al., 1999). Selain itu,

(16)

suplemen makanan tidak hanya mempengaruhi peningkatan masa tubuh dan karakteristik nyanyian tetapi juga mampu meningkatkan jumlah hormon testosteron (Fitri, 2001). Hal ini sangat menarik dimana makanan mampu menjadi salah satu cara untuk mencetak individu baru yang lebih berkualitas.

Sampai saat ini, penelitian mengenai metode pembentukan karakteristik suara burung bernyanyi baik dalam metode pembelajaran maupun faktor lainnya belum begitu banyak dilakukan di Indonesia. Penelitian ini sebagian besar dilakukan di negara empat musim. Oleh karena itu penelitian mengenai burung bernyanyi salah satunya burung kenari di negara tropika seperti Indonesia perlu dilakukan guna menjadi sumber informasi yang akurat untuk mencetak individu burung bernyanyi yang berkualitas.

Melalui penelitian ini ingin diketahui pengaruh pemberian pakan tambahan, yaitu pemberian makanan utama berupa biji-bijian (Gold coin) dan air matang yang ditambah dengan makanan penunjang lainnya yang berupa sayuran, buah-buahan, dan suplemen makanan lainnya terhadap kualitas nyanyian burung kenari jantan muda.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah pengaruh pemberian pakan tambahan terhadap perkembangan dan kualitas emisi nyanyian burung kenari jantan muda?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

(17)

Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu:

Mengetahui pengaruh perlakuan pakan tambahan terhadap perkembangan dan kualitas emisi nyanyian burung kenari jantan muda.

1.3.2 Kegunaan penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi perkembangan ilmu bioakustik khususnya dan para peternak maupun penggemar burung kenari di Indonesia, umumnya mengenai pengaruh perlakuan pakan terhadap peningkatan kualitas emisi nyanyian burung kenari jantan muda yang didedahkan secara live tutoring. Dengan demikian dapat diketahui cara mencetak individu burung kenari yang unggul.

1.4 Kerangka Pemikiran

Lingkungan sosial merupakan faktor yang sangat penting dalam proses belajar bernyanyi. Beberapa spesies mampu belajar lebih baik dari live tutoring daripada tape tutoring seperti pada burung kenari (Chaiken et al., 2011; Fitri, 2002). Pendedahan suara secara live tutoring adalah metode pembelajaran yang menghadirkan burung tutor aslinya. Live tutoring pada burung dapat memicu peniruan nyanyian tutornya lebih akurat daripada dengan tape tutoring (Beecher & Burt, 2004). Adanya interaksi sosial antara burung muda dengan burung dewasa memfasilitasi terjadinya song sharing yang memudahkan untuk

(18)

mempertahankan komponen plastic song yang ada serta memberikan penguatan selektif dalam proses pembentukkan crystalized song (Goldstein et al., 2003).

Selain metode belajar yang baik, beberapa penelitian melaporkan bahwa yang mempengaruhi kualitas nyanyian yang dihasilkan oleh burung bernyanyi adalah faktor ketersediaan suplai makanan (Brumm et al., 2009; Spencer et al., 2003) dan pengaruh suplemen pakan yang dapat membantu meningkatkan kemampuan mengingat ketika proses pembelajaran berlangsung (Fitri, 2001). Burung bernyanyi memerlukan energi yang banyak untuk bisa memproduksi nyanyian karena diperlukan koordinasi yang baik antara sistem respirasi, organ vokal dan otot craniomandibular (Suther et al., 1999) serta sistem saraf dan hormon (Fusani & Gahr, 2003).

Pemberian pakan tambahan akan mampu meningkatkan glikogen otot dan glukosa darah yang esensial untuk kepentingan aktivitas gerak tubuh termasuk aktivitas bernyanyi (Halloszy, 1996), oleh karena itu kebanyakan nyanyian dapat meningkat ketika pakan melimpah (Fitri, 2002). Peningkatan pakan juga akan menunjang sintesis protein khususnya di organel sel otot seperti sarkoplasma, mitokondria, dan myofibril (Swain, 1992; Fitri, 2002) dan produksi ATP yang diperlukan untuk kontraksi otot. Dengan demikian, perlakuan pakan tambahan mendukung terjadinya aliran udara oleh otot syringeal yang meregulasi bukaan dan penutupan katup syringeal secara cepat dan terus menerus (Goller & Suther, 1996).

Menurut penelitian Fitri (2001), emisi suara burung kenari dipengaruhi pula oleh kadar hormon testosteron yang berkorelasi positif dengan ketersediaan

(19)

pakan. Tingginya kadar hormon testosteron sangat diperlukan dalam vokalisasi burung terutama saat mengemisikan karakteristik nyanyian dengan laju repetisi silabel yang tinggi dan berdurasi panjang (frase nyanyian sexy syllable) (Vallet & Kreutzer, 1995). Kadar hormon testosteron paling tinggi terdapat pada saat memasuki musim kawin, yaitu aktivitas burung bernyanyi utamanya dilakukan untuk menarik pasangannya (mate attraction) (Beecher & Burt , 2004).

Dengan demikian, penelitian ini perlu dilakukan guna mengetahui bagaimana pengaruh pemberian pakan tambahan hubungannya dengan pembentukkan dan perkembangan karakteristik nyanyian pada burung bernyanyi.

1.5 Hipotesis

Burung kenari jantan muda dengan perlakuan pakan tambahan mampu menghasilkan perkembangan dan kualitas emisi nyanyian yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan normal.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Burung Kenari

Di Indonesia ditemukan berbagai jenis spesies burung bernyanyi salah satunya burung kenari. Burung kenari menjadi salah satu burung yang banyak diminati oleh para pecinta maupun peternak burung bernyanyi bukan hanya karena dianggap memiliki karakteristik suara nyanyian yang khas juga karena keelokan warna bulunya. Burung kenari termasuk ke dalam ordo Passeriformes, yang terdiri dari tiga sub ordo, yaitu sub ordo Tyranni (suboscines), Passeri

(20)

(Oscines), dan Acanthisitti (Marler & Slabbekoorn, 2004). Menurut Catchpole & Slater (1995), burung yang termasuk sub ordo Passeri (Oscines) merupakan burung yang memiliki sistem vokalisasi yang kompleks. Burung Passeriformes mampu menghasilkan suara kompleks dengan berbagai macam tipe silabel (syllable) yang terdiri dari beberapa elemen yang sama ataupun berbeda dan memiliki kisaran frekuensi suara yang berbeda-beda (termodulasi) (Fitri, 2002).

Menurut Linnaeus (1766) klasifikasi burung kenari adalah sebagai berikut. Kingdom : Animalia

Filum : Chordata Kelas : Aves

Ordo : Passeriformes Sub Ordo : Oscines (Passeri) Famili : Fringgillidae Genus : Serinus

Spesies : Serinus canaria Linn.

2.1.1 Morfologi

Burung kenari merupakan burung bernyanyi yang memiliki bentuk tubuh kecil, pendek dengan paruh yang tebal. Pada sebagian burung kenari dapat dengan mudah diidentifikasi berdasarkan warna kuning terang pada dadanya, dan cokelat dengan garis abu-abu pada bagian tubuh lainnya (Gambar 2.1). Untuk membedakan burung kenari jantan dan betina tidak hanya berdasarkan suara kicauannya melainkan juga dari warna bulunya, kenari betina biasanya memiliki warna yang lebih kusam dibanding kenari jantan. Burung kenari dewasa memiliki panjang tubuh kurang lebih 12,5- 14 cm dan berat tubuh 25-40 gram (Julita,

(21)

2006), mata berwarna cokelat, paruh dan kaki berwarna abu-abu gelap (Vriends, 1995).

Gambar 2.1. Burung Kenari jantan (Serinus canaria Linn.) (Syanur, 2011)

2.1.2 Habitat dan Jenis

Burung kenari pertama kali ditemukan di kepulauan Canary oleh penjelajah Prancis, Jean de Bethencourt pada tahun 1402. Terkesan karena keindahan bulu dan kemerduan suaranya, Jean de Bethencourt dan Henry membawa burung kenari liar ke Portugal dan Inggris. Keanekaragaman burung kenari saat ini merupakan perkembangan keturunan kenari liar yang bernama latin Serinus canaria. Banyaknya jenis burung kenari ini dipengaruhi kondisi alam atau karena kawin silang yang terjadi sejak lima abad yang lalu. Dalam

(22)

perkembangannya kenari telah banyak diimpor dan dikembangbiakkan di berbagai negara, termasuk Indonesia (Correia & Romano, 2011).

Di Indonesia, secara umum dikenal jenis kenari seperti Holland, Yorkshire, Lizard, Taiwan, dan RRC. Namun, di kalangan penggemar dan peternak burung bernyanyi yang populer yaitu jenis kenari Holland karena dianggap memiliki kicauan yang indah, variasi warna yang beragam, bentuknya yang elegan dan volume suara tajam atau keras yang bisa diandalkan dalam lomba-lomba (Syanur, 2011).

2.1.3 Pakan

Di alam burung kenari termasuk kelompok pemakan biji (grutivour) yang kemudian setelah didomestikasi menjadi omnivora yakni pemakan segala jenis pakan. Pakan yang diperlukan oleh tubuh kenari adalah protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air. Protein, karbohidrat, dan lemak merupakan sumber energi sehingga burung dapat melakukan aktivitas, selain itu protein juga membantu pertumbuhan terutama pada burung muda (Turut, 2006). Berbagai jenis biji-bijian yang dapat diberikan pada burung kenari diantaranya adalah biji kenari, milet merah, milet putih, godem, biji lobak, biji bunga matahari, kacang hijau dan jagung (Gambar 2.2) (Verhoef & Verhallen, 2004).

Biji kenari dihasilkan dari salah satu jenis tanaman sebangsa rerumputan dan selalu dijadikan pakan utama burung kenari. Milet putih dan merah dapat diberikan pada kenari, tetapi kurang disukai karena rasanya agak pahit dan biji didalamnya tidak begitu besar. Biji godem berwarna hitam berfungsi merangsang

(23)

burung muda untuk cepat berkicau serta mempercepat proses rontoknya bulu pada kenari dewasa. Biji godem yang diberikan dalam jumlah yang banyak dapat meningkatkan suhu tubuh kenari sehingga biji godem baik diberikan pada musim dingin supaya suhu tubuh kenari tetap stabil. Biji lobak sangat disukai burung kenari, tetapi jumlah yang diberikan perlu dibatasi karena mengandung kadar lemak yang cukup tinggi sehingga sebaiknya biji lobak tidak diberikan pada kenari yang sedang mengalami masa ganti bulu karena dapat memperlambat burung untuk berkicau kembali. Biji bunga matahari mengandung minyak yang berfungsi memperlancar proses produksi telur dan baik untuk menyuburkan serta membuat bulu kenari bercahaya. Kacang hijau merupakan pakan yang jarang diberikan pada burung kenari karena ukurannya yang cukup besar, karena itu sebaiknya kacang hijau diberikan dalam bentuk kecambah atau dibuat menjadi tepung (Turut, 2006).

(24)

Gambar 2.2. Jenis biji-bijian yang biasa dijadikan pakan burung kenari (Sumber: http://www.ipaw_org-invaders-reed_canary_grass)

Sumber vitamin dan mineral yang dibutuhkan burung kenari dapat diperoleh dari sayuran dan buah-buahan. Jenis sayuran yang biasa diberikan adalah daun sawi hijau, oyong dan wortel. Secara umum kandungan gizi yang terdapat dalam sayuran ialah karoten, vitamin C dan juga mineral (kapur, besi, fosfor) (Poedjiadi, 2005). Buah-buahan yang berikan adalah apel dan pir yang banyak mengandung vitamin dan mineral (lampiran 2). Sayur-sayuran dan buah-buahan yang diberikan pada kenari harus dalam keadaan segar sehingga kandungan gizinya masih cukup tinggi. Pakan penujang lainnya yang biasa diberikan oleh para peternak burung kenari adalah jangkrik yang diyakini dapat meningkatkan volume suara dan menambah stamina burung. Selain itu kebiasaan peternak lainnya adalah memberikan suplemen makanan berupa telur yang dicampur tepung roti dan biji gandum seminggu sekali, yang dipercaya mampu meningkatkan kualitas nyanyian burung kenari (Dewanto & Sitanggang, 2010).

2.2 Kategori Suara Burung

Suara atau vokal burung dapat digolongkan menjadi dua kategori umum, yaitu suara sederhana (call) dan suara kompleks yang lebih sering disebut

(25)

nyanyian (song) (Krebs & Kroodsma, 1980). Suara sederhana (call) biasanya singkat dan diemisikan oleh individu jantan maupun betina, sementara suara kompleks (song) adalah suara yang panjang dan biasanya diemisikan oleh burung jantan pada masa kawin (Catchpole, 1991). Suara sederhana biasanya di emisiskan untuk memberikan berbagai informasi misalanya mengenai adanya bahaya (alarm call) atau keberadaan pakan pada anggota kelompoknya (feeding call). Berbeda dengan suara kompleks yang berfungsi dalam proses percumbuan (counrtship) dan kawin (mating) (Catchpole & Slater, 2008). Dalam arti luas, nyanyian burung juga dapat berfungsi dalam mempertahankan daerah kekuasaan burung (territorial defence) dan menarik perhatian betina untuk kawin (mate attraction) (Catchpole & Slater, 2008). Kompleksitas nyanyian sangat penting untuk kepentingan memilih pasangan pada banyak spesies burung penyanyi (Andersson 1994; Searcy & Yasukawa 1996), dan song repertoire yang kompleks telah berkembang menjadi acuan burung betina dalam merespon ekspresi nyanyian burung jantan (Catchpole, 1991). Suara burung bernyanyi lebih kompleks dan memiliki repertoire yang lebih tinggi dibandingkan dengan bukan burung bernyanyi (non-songbirds) karena burung bernyanyi memiliki kemampuan pengontrolan produksi suara yang lebih baik (Gaunt, 1983).

Nyanyian kompleks pada spesies burung bernyanyi hanya dapat diemisikan dengan baik oleh burung jantan (Beckers et al., 2003). Hal ini disebabkan karena burung kenari betina (Serinus Canaria) memiliki ukuran HVC (High Vocal centre) lebih kecil sehingga tidak memiliki variasi nyanyian yang kompleks (Leitner & Catchpole 2002). Burung kenari betina memiliki kadar

(26)

hormon testosteron yang rendah, sedangkan pengontrolan nyanyian kompleks sangat dipengaruhi oleh kadar testosteron yang tinggi dalam tubuh (Catchpole & Slater, 1995).

Kelompok burung bernyanyi (Passeriformes) mampu menghasilkan emisi nyanyian kompleks dengan tipe silabel yang terdiri dari elelmen yang sama atau berbeda dan memiliki kisaran frekuensi yang luas (Fitri, 2002). Kelompok burung dengan ordo Passeriformes memiliki sistem vokalisasi yang kompleks dan berbeda jika dibandingkan dengan kelompok burung sub ordo lainnya (Catchpole & Slater, 1995).

2.3 Perkembangan Suara Burung Bernyanyi

Pembentukan karakteristik nyanyian burung terjadi melalui tahapan proses pembelajaran ketika periode sensitif meliputi aktivitas mengingat nyanyian yang terdengar, kemudian diikuti dengan mekanisme menyaring stimulus nyanyian yang sesuai dengan innate template nya (Beecher, 2010). Tahapan pada burung bernyanyi digolongkan menjadi dua jenis yaitu close-ended learning dan open-ended learning (Gambar 2.3). Beberapa spesies burung yang termasuk Close-ended learning mampu mempelajari nyanyiannya terbatas hanya pada awal periode usianya, seperti burung zebra finch dan chaffinch (Belzner et al., 2009). Berbeda dengan Open-ended learning seperti burung kenari (Muller et al., 2010), yaitu burung bernyanyi yang memiliki kemampuan belajar bernyanyi yang terus berulang dan berlangsung hingga usia dewasa atau setelah melewati tahapan periode sensitif (Brenowitz & Beecher, 2005; Lehongre et al., 2009).

(27)

Gambar 2.3. Tahapan belajar bernyanyi (a) Close-ended learning, (b) Open-ended learning (Brainard dan Doupe, 2002).

Vokalisasi pada burung bernyanyi yang masih muda diawali dengan memproduksi sub song, yang ditandai dengan faktor variabel yang tinggi (cenderung berubah-ubah pada struktur dan waktu). Sub song dinyanyikan pada amplitude yang rendah dan meliputi elemen yang tidak akan muncul pada bentuk vokal dewasa. Sub song diikuti oleh fase plastic song yang berisi nada dan karakteristik siulan nyanyian dewasa, tapi elemennya masih belum terartikulasi dan cenderung masih belum stabil. Beberapa elemen diulang-ulang dan dipertahankan sedangkan sebagian lain hilang dari repertoire nya (Goldstein et al., 2003). Karakteristik suara berkembang dari plastic song yang fleksibel hingga akhirnya menjadi crystalized song atau karakteristik nyanyian yang sudah stabil pada saat dewasa (Brainard & Doupe, 2002) dan terdiri dari bentuk nyanyian khas spesies spesifik yang telah matang (Goldstein et al., 2003).

Terdapat dua tahapan proses pembelajaran pada periode kritis, yaitu tahapan sensoris dan sensorimotoris. Pada tahapan sensoris berlangsung proses

(28)

auditori dan memori terhadap berbagai karakteristik nyanyian serta pembentukan template nyanyian di otak. Dilanjutkan pada tahapan sensorimotoris, burung mulai melakukan vokalisasi awal yang perlu dipandu dengan proses auditory feedback sampai emisi nyanyian sesuai dengan template hasil memori saat tahapan sensoris (Brainard & Doupe, 2002; Catchpole & Slater, 1995). Kualitas nyanyian burung kenari yang baik dapat dilihat dari durasi nyanyian yang panjang dengan laju repetisi silabel yang tinggi, penuh variasi, memiliki suara keras dan lembut, dan jarang memutuskan suaranya secara tiba-tiba (Vallet et al., 1998).

2.4 Mekanisme Vokalisasi Burung

Mekanisme vokalisasi pada burung terjadi karena adanya koordinasi aktivitas antara proses respirasi, organ vokal utama (syrinx), dan serangkaian jalur vokalisasi lainnya (Gambar 2.4) (Suther et al., 1999). Vokalisasi pada burung bernyanyi akan meningkatkan konsumsi oksigen lima hingga tiga puluh kali lipat di atas metabolisme standar (Horn et al., 1995). Proses respirasi pada burung berlangsung pada saat O2 (oksigen) dari lingkungan luar masuk ke dalam jaringan

tubuh (inspirasi) dan keluarnya CO2 (karbondioksida) dari dalam tubuh (ekspirasi)

(Suther, 1997). Inspirasi dan ekspirasi yang diikuti dengan produksi suara memerlukan kontraksi aktif dari otot respiratori. Suara yang dihasilkan burung kenari terjadi ketika ekspirasi yaitu ketika udara keluar melewati siring. Ketika ekspirasi, volume kantung hawa menurun dan tekanan meningkat sehingga udara terdorong keluar (King & McLelland, 1989).

(29)

Gambar 2.4 Jalurxxixvokal ; yang berperan dalam produksi nyanyian burung (Suther, 1996).

Keterangan: Fr, merupakan termistor yang mengukur udara yang melalui bagian samping kanan dari siring, sedangkan Fl, merupakan termistor yang mengukur udara yang melalui bagian samping kiri dari siring. P, kanula pada kantung udara untuk mengukur tekanan respirasi (Suther, 1996).

Inspirasi terjadi ketika rongga dada membesar, sehingga tekanan udara di dalam rongga mengecil dan menarik udara di luar masuk. Selanjutnya, ekspirasi terjadi pada saat udara keluar dari kantung udara kemudian keluar melalui paru-paru dan menyebabkan tekanan di dalam rongga dada membesar dan memaksa udara untuk keluar melewati siring sehingga dihasilkan suara, kemudian dimodulasi oleh saluran vokal lain yaitu trakea, laring, mulut dan paruh (Suther, 1996).

Trakea pada burung terletak diantara laring dan siring, berbentuk seperti tabung yang tersusun atas cincin kartilago. Bagian laring pada burung tidak terlalu

(30)

berperan seperti sistem produksi suara pada manusia. Adapun rongga mulut pada burung justru berperan sebagai rongga resonator seperti ronga mulut pada manusia (Fagerlund, 2003). Mulut pada burung bersifat kurang fleksibel dan lidah hanya berfungsi mengontrol area mulut yang bersebrangan (cross sectional; atas-bawah, kiri- kanan), namun pada beberapa spesies burung memilki lidah yang turut menentukkan karakteristik suara yang dihasilkan seperti burung beo (Fletcher & Tarnopolsky, 1999). Karakteristik suara juga ditentukan oleh aktivitas membuka dan menutupnya paruh burung. Suara dengan frekuensi rendah cenderung dihasilkan oleh pembukaan paruh yang lebar, sementara suara dengan frekuensi tinggi dihasilkan oleh penyempitan bukaan paruh (Hoese et al., 2000).

Untuk vokalisasi, burung menggunakan organ siring yang terletak dipercabangan trakea menuju bronki (King & McLelland, 1989). Bentuk vokal juga dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran trakea, bronki serta massa otot syringeal yang terlibat langsung dalam pembukaan dan penutupan siring (Suther et al., 2002). Pada syrinx terdapat pembangkit suara utama (sound generator) yaitu Medium Tympaniform Membran (MTM) yang terletak diantara trakea dan bronkus (Gambar 2.5a), yang dapat bergetar dan menimbulkkan suara melalui mulut saat ekspirasi (King dan McLelland, 1989). Menurut Suther dan Goller (1997), suara dihasilkan oleh dua jaringan lembut pada siring, yaitu Medial Labia (ML) dan Lateral Labia (LL) yang terletak di kedua sisi siring ketika terjadi aliran udara dari paru-paru (Gambar 2.5a). Suara dihasilkan ketika ML dan LL bergerak ke arah tengah syringeal.

(31)

Ketika vokalisasi berlangsung, siring merupakan organ vokal yang utama berperan dalam memproduksi berbagai karakteristik nyanyian (Julita, 2006). Secara bilateral, struktur siring pada burung bernyanyi dikontrol oleh sepasang otot syringeal yang menyelimuti permukaan eksternal dari organ siring (Gambar 2.5b). Mekanisme produksi suara akan sangat dipengaruhi oleh aktivitas dari otot respirasi yang mampu memberikan energi yang dibutuhkan untuk mengaktifkan fungsi otot siring (Suther, 1997).

Gambar 2.5 Struktur bipartit asimetris (a) ventral, (b) ventrolateral (eksternal); siring burung Oscines.

Keterangan: T = Trakea, M = otot syringeal, ML = medial labium, LL = lateral labium, MTM = medial tympaniform membrane, B = bronkus, ICM = membrane of the interclavicular air sac, TL = Musculus Tracheolateralis, ST = Musculus Tracheobronchealis, vS = Musculus Syringealis ventralis, vTB = Musculus Tracheobronchialis ventralis, dTB = Musculus Tracheobronchialis dorsalis, dS = Musculus Syringealis dorsalis.

Dorongan otot respirasi pada thoraks dan abdomen yang diinervasi oleh percabangan saraf spinal lumbar, thoraks dan servikal akan menyebabkan adanya

(32)

aliran udara yang melewati siring. Otot dorsal terdiri dari dTb (musculus tracheobronchialisdorsalis) dan ds (musculus syringealis dorsalis) yang berfungsi mengatur penyempitan, pembukaan, penutupan LL dan LM, sedangkan otot ventral yang terdiri dari vTB (musculus tracheobronchialis ventralis) dan vS (musculus syringealis ventralis) berfungsi dalam mengontrol pembentukkan frekuensi dasar (fundamental frequency) pada kedua sisi siring (Suther, 1997).

2.5 Metode Pembelajaran pada Burung Bernyanyi

Terdapat dua jenis metode pembelajaran pada burung bernyanyi, yaitu metode pendedahan secara tape tutoring dan pendedahan secara live tutoring. Khusus dikalangan masyarakat Indonesia, metode pendedahan yang sering digunakan adalah pendedahan suara secara tape tutoring, yaitu burung jantan muda belajar bernyanyi dari rekaman suara nyanyian burung tutor atau burung yang telah memiliki kualitas nyanyian spesies spesifik yang diputar melalui pengeras suara tanpa menghadirkan individu burung tutor aslinya. Metode ini dianggap lebih praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya yang mahal.

Lingkungan sosial merupakan faktor yang sangat penting dalam proses belajar bernyanyi. Beberapa spesies mampu belajar lebih baik dari live tutoring daripada tape tutoring seperti pada burung kenari (Chaiken et al., 2011 dalam Fitri, 2002). Pendedahan suara secara live tutoring adalah metode pembelajaran yang menghadirkan burung tutor aslinya. Live tutoring pada burung dapat memicu peniruan nyanyian tutornya lebih akurat daripada dengan tape tutoring (Beecher & Burt, 2004). Adanya interaksi sosial antara burung muda dengan

(33)

burung dewasa memfasilitasi terjadinya song sharing yang memudahkan untuk mempertahankan komponen plastic song yang ada serta memberikan penguatan selektif dalam proses pembentukkan crystalized song (Goldstein et al., 2003).

Di alam, burung muda belajar bernyanyi secara live tutoring yaitu belajar dari burung dewasa dengan memperhatikan status dominansi dan teritorialnya (Burt et al., 2007). Burung muda memerlukan interaksi dengan burung dewasa untuk menghasilkan crystalized song nyanyian yang matang (Goldstein et al., 2003). Hal ini berbeda dengan metode pendedahan yang saat ini banyak digunakan para peternak maupun pecinta burung bernyanyi di Indonesia yaitu tape tutoring. Penelitian Beecher & Burt (2004), membuktikan bahwa dengan pendedahan secara live tutoring mampu meningkatkan stimulus di nuklei otak yang terlibat pada proses memori yang melibatkan auditori, visual dan song-sharing. Burung muda dengan live tutoring belajar lebih cepat karena melibatkan faktor sosial (direct interaction) sehingga mampu mengoptimalkan proses auditori dan memori ketika periode senstif. Nyanyian hasil memori kemudian akan dipilih, ditentukan dan dipertahankan untuk dijadikan song repertoire yang tetap (Burt et al., 2007).

Perkembangan vokal nyanyian burung kenari terus berlangsung selama periode sensitif sejalan dengan pentingnya perkembangan struktur otak yang mendasari proses pembelajaran (Nottebohm et al., 1986), dan fenotip nyanyian dewasa yang dimiliki telah terbukti dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (Spencer et al., 2003). Faktor sosial mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran bernyanyi. Burung tutor yang terlibat memilki pengaruh besar

(34)

terhadap kekuatan proses belajar bernyanyi dibandingkan dengan belajar melalui tape atau pengeras suara yang dimainkan pada burung gereja (Baptista & Petrinovitch, 1984). Baru-baru ini, Boseret et al. (2006), menemukan bahwa pada burung kenari yang melibatkan xxxivenergi sosial dalam proses belajar dapat menstimulus neuroplastisis dalam sistem kontrol nyanyian.

2.6 Pengaruh Pakan dalam Perkembangan Kualitas Produksi Vokal

Beberapa penelitian melaporkan bahwa yang mempengaruhi kualitas nyanyian yang dihasilkan oleh burung bernyanyi adalah faktor ketersediaan suplai makanan (Brumm et al., 2009; Spencer et al., 2003), dan pengaruh suplemen pakan dapat membantu meningkatkan kemampuan memori ketika proses pembelajaran berlangsung (Fitri, 2001).

Produksi suara dapat ditingkatkan dengan penambahan makanan sebagai sumber energi (Hau et al., 2000) dan jumlah emisi suara akan berkurang seiring dengan keterbatasan makanan (Lucas et al., 1999). Burung bernyanyi memerlukan energi yang banyak untuk bisa memproduksi nyanyian karena diperlukan koordinasi yang baik antara sistem respirasi, organ vokal dan otot craniomandibular (Suther et al., 1998) serta sistem saraf dan hormon (Fusani & Gahr, 2003). Perlakuan pakan tambahan akan mampu meningkatkan glikogen otot dan glukosa darah yang esensial untuk kepentingan aktivitas gerak tubuh termasuk aktivitas bernyanyi (Halloszy, 1996), oleh karena itu kebanyakan nyanyian dapat meningkat ketika pakan melimpah (Fitri, 2002). Peningkatan pakan juga akan menunjang sintesis protein khususnya di organel sel otot seperti

(35)

sarkoplasma, mitokondria, dan myofibril (Swain, 1992; Fitri, 2002), dan produksi ATP yang diperlukan untuk kontraksi otot. Dengan demikian, perlakuan pakan tambahan mendukung terjadinya aliran udara oleh otot syringeal yang meregulasi bukaan dan penutupan katup syringeal secara cepat dan terus menerus (Goller & Suther, 1996). Selain itu, banyaknya nutrisi makanan akan memfasilitasi terjadinya sintesis neurotransmitter (Wurtman, 1982; Fitri, 2002) seperti karbohidrat dan protein yang dapat berfungsi meningkatkan jumlah choline yang merupakan prekursor untuk acetylcholine (Brown, 1997).

Pembatasan makanan memicu terjadinya xxxvenergi nutrisi yang mampu menimbulkan gangguan pada otak di daerah kontrol nyanyian burung dewasa (Spencer et al. 2004). Stres dapat menimbulkan kerugian pada perkembangan karakteristik nyanyian dan mempengaruhi kontrol saraf di otak, yang ditunjukkan dengan adanya penurunan kompleksitas nyanyian yang disebabkan oleh perkembangan otak yang terganggu (Nowicki et al., 2002; Buchanan et al., 2004; Spencer et al., 2003). Berdasarkan hasil penelitian Nowicki et al. (1998), stres dapat diakibatkan oleh kekurangan nutrisi yang terjadi selama periode awal perkembangan yang akan mempengaruhi perkembangan otak dan keterampilan pembelajaran bernyanyi yang mempengaruhi kematangan template yang akurat.

Stres nutrisi pada masa pertumbuhan juga memberikan kontribusi yang besar terhadap penekanan respon imun, hormonal dan turunnya berat badan pada burung jalak (Sturnus vulgaris) di Eropa (Buchanan et al. 2003). Seperti halnya pada penelitian Spencer et al. (2003), stres nutrisi menyebabkan penurunan pada kualitas nyanyian dewasa, dan betina memilih nyanyian jantan yang lebih menarik

(36)

tanpa adanya tekanan. Hal ini didukung oleh salah satu penelitian yang dilakukan pada spesies burung pipit rawa, stres nutrisi pada awal perkembangan mengakibatkan penurunan kemampuan untuk menyalin struktur nyanyian (innate template), menunjukkan bahwa pembatasan makanan berpengaruh negatif terhadap produksi nyanyian pada saat burung dewasa (Nowicki et al., 2002).

2.7 Mekanisme Kontrol Saraf pada Burung Bernyanyi

Menurut White (2001), sistem saraf sangat penting dalam mekanisme koordinasi pada setiap komponen yang terlibat dalam produksi nyanyian, dengan mengintegrasikan hasil sensoris pada saraf pusat yang kemudian diteruskan pada koordinasi organ vokal terutama organ siring. Area auditori dan nuklei-nuklei yang termasuk AFP (Anterior Foxelorain Pathway) bertanggung jawab saat proses belajar yang meliputi tahap sensori dan sensorimotoris, sedangkan HVc (High Vocal centre) dan RA (Robust Archistriatum) lebih bertanggung jawab pada saat memproduksi nyanyian yang sudah stabil setelah melewati periode kritis (Brainard & Doupe, 2002).

(37)

Gambar 2.6 Jalur sinyal pada otak burung yang terlibat pada saat mekanisme produksi suara (Reiner et al., 2004).

Keterangan:

: jalur produksi suara (HVc -> RA -> DM -> nXllts) jalur motoris

: rangkaian unit silabel dalam sebuah nyanyian Uva -> Nlf -> HVc : mekanisme koordinasi pada sistem respirasi

: jalur anterior otak : perkembangan nyanyian proses belajar : jalur auditori

Jalur motoris (jalur berwarna biru pada Gambar 2.6) merupakan jalur yang berperan dalam mengontrol organ vokal yaitu siring meliputi HVc (High Vocal centre), RA (Robust Archistriatum), DM (Medial Dorsolateral), dan dilanjutkan ke nXIIts (hypoglossal). Akson dari neoron motor pada xxxviienergi nXIIts akan diproyeksikan ke tracheosyringeal dari saraf kranial. Lesi pada jalur ini akan mempengaruhi nyanyian baik pada burung jantan muda ataupun dewasa. Inti subthalamic (Uva) menerima proyeksi dari berbagai area dan kemudian mengirimkan akson ke nuklei otak depan yaitu Nif (interfacialis nucleus) dan HVc. Sirkuit Uva -> Nif -> HVc (jalur warna hijau), berperan penting dalam menentukan rangkaian dari unit silabel dalam sebuah nyanyian. Mekanisme koordinasi pada sistem respirasi (jalur warna ungu) berlangsung ketika Ram dan Pam menerima input dari DM dan RA, kemudian diproyeksikan ke neuron inspirasi dan ekspirasi di otak belakang. Ram juga memproyeksikan sampai ke

(38)

neuron motor syringeal di nXIIts, dan proyeksi ini berulang dari medula ventrolateral dan berhenti di DM dan Uva. Jalur anterior (AFP (Anterior Foxelorain Pathway); ditunjukkan dengan warna merah dan orange) menghubungkan HVc dengan RA melalui area X, DLM (Medial nucleus of the dorsolateral thalamus), dan MAN lateral, untuk memproyeksikan sinyal dari LMAN (Lateral magnocellular nucleus of the anterior neostriatum) ke area X. Paralel dengan jalur sebelumnya (DMP, merupakan perpanjangan medial dari area X dan MAN medial) yang ditunjukkan dengan warna orange, berperan dalam menghubungkan jalur produksi nyanyian melalui HVc. Area X terletak pada basal ganglia burung yang menerima input dopaminergic dari SNc (Substantia Nigra) dan AVT (Ventral Tegmental Area). Area auditori (ditunjukkan dengan warna abu-abu) meliputi xxxviiienergi CN (Cochlear Nucleus), SO (Superior Olive), LL (Lateral Lemnicus) yang memproyeksikan sinyal ke MLd kemudian dilanjutkan ke Ov. Nuklei L, merupakan target utama dari proyeksi sinyal Ov. Sinyal dari area L akan diproyeksikan ke area auditori lainnya seperti CMM dan NCM. NCM sangat penting karena terdiri dari banyak neuron untuk spesifikasi silabel, dan dengan cepat menyesuaikan dengan nyanyian baru (Reiner et al., 2004).

2.8 Sistem Hormonal dalam Efektivitas Produksi Vokal

Pada otak burung bernyanyi, banyak neuron yang mengekspresikan reseptor androgen (AR) dan reseptor estrogen (ER) terutama pada nuklei yang terlibat dalam regulasi jalur respirasi-syringeal (Schlinger et al., 2001). Dengan adanya kombinasi aksi dari androgen dan estrogen melalui aktivitas aromatase di

(39)

otak dan di proyeksikan ke nukleus motoris tracheosyringeal (nXIIts) yang menginervasi otot syringeal, maka burung bernyanyi dapat mengemisikan suara (Lohmann & Gahr, 2000).

Produksi nyanyian dikontrol oleh hormon steroid terutama hormon testosteron dan estradiol yang mempengaruhi struktur nyanyian yang diemisikan (Rybak & Gahr, 2004). Perlakuan testosteron yang tinggi pada burung muda yang berada pada periode sensitif akan menyebabkan tercapainya crystalized song lebih awal (Deregnaucourt et al., 2009). Menurut Beecher & Burt (2004), kadar hormon testosteron paling tinggi terdapat pada saat memasuki musim kawin, terutama terkait dengan fungsi nyanyian untuk menarik pasangannya (mate attraction).

Terdapat interaksi antara hormon seks, perkembangan otak, serta pembentukan dan aktivasi sistem pembelajaran vokal pada burung bernyanyi (Gambar 2.7a). Pada masa awal perkembangan, progam genetik yang melibatkan gen pada kromosom Z memulai pembentukan nuklei-nuklei vokal di serebral korteks. Testosteron yang masuk ke otak kemudian diaromatase menjadi estrogen, kemudian estrogen berikatan dengan reseptornya di HVc yang menginduksi pertumbuhan HVc dan menghubungkan nuklei-nuklei lainnya. Testosteron di otak juga dikonversi oleh 5α-reduktase menjadi androgen 5α-dihydrotestosteron yang kemudian berikatan dengan reseptornya di nuklei vokal pallial. Ikatan tersebut akan memodulasi proses pematangan koneksi nuklei dan menginisiasi proses motoris untuk produksi vokal (singing output). Pada spesies burung bernyanyi betina yang tidak mampu mengemisikan nyanyian kemungkinan disebabkan oleh

(40)

gen pada kromosom W yang menghambat pertumbuhan nuklei vokal di serebral (Marler dan Slabbekoorn, 2004).

Ketika masa transisi menjelang dewasa, keberadaan hormon androgen yang tinggi membantu proses pematangan atau kristalisasi nyanyian sehingga siap digunakan untuk menarik pasangan kawin (courtship). Kristalisasi nyanyian diawali ketika terjadinya pelekatan androgen terhadap reseptornya di nuklei vokal pallial, kemudian akan mengaktivasi gen yang menstabilkan sinapsis antara nuklei vokal dan membantu survival dari neuron-neuron baru yang terhubung ke HVc (White et al., 1999). Androgen dapat menstimulasi terjadinya emisi nyanyian dan melibatkan mekanisme umpan balik positif. Semakin banyak jumlah androgen yang terikat dengan reseptornya di nuklei vokal, maka emisi nyanyian pun dapat semakin ditingkatkan (Gambar 2.7b).

(41)

Gambar 2.7 Interaksi antara (a) sex hormone, perkembangan otak, serta (b) pembentukan dan aktivasi sistem pembelajaran vokal (Marler dan Slabbekoorn, 2004).

Menurut penelitian Fitri (2001), emisi suara burung kenari dipengaruhi pula oleh kadar hormon testosteron yang berkorelasi positif dengan ketersediaan pakan. Adapun menurut Rasika et al. (1994), dalam penelitiannya melakukan rekayasa secara fisiologis dengan menambahkan dosis testosteron untuk mendorong burung betina untuk menghasilkan nyanyian yang kompleks dan lebih stabil. Tingginya kadar hormon testosteron sangat diperlukan dalam vokalisasi burung terutama saat mengemisikan karakteristik nyanyian dengan laju repetisi silabel yang tinggi dan berdurasi panjang (frase nyanyian sexy syllable) (Vallet & Kreutzer, 1995).

(42)

2.9 Analisis Suara Burung

Analisis suara burung dapat dilakukan melalui metode ilmiah seperti tampilan spectrogram. Spectrogram ialah metode untuk mengenali suara komplek menjadi komponen-komponen sederhana berdasarkan frekuensi melalui transformasi algoritme fourier dan dapat ditampilkan dalam bentuk oscilloscope (Fitri, 1993). Hal ini memungkinkan ditampilkannya Gambar sinyal akustik sebagai media pembantu yang memudahkan pemahaman dan perhitungan struktur suara burung yang berkaitan erat dengan jenis, perilaku dan situasi yang diamati (Catchpole & Slater, 1995). Melalui tampilan spectogram, karakteristik suara yang diemisikan dapat dianalisis dan dihitung berdasarkan bentuk dan parameter suara seperti frekuensi suara, elelmen suara atau silabel dan durasi suara (Fitri, 2002). Hal ini akan sangat berguna pada saat pemberian penilaian secara objektif pada kontes burung bernyanyi.

Menurut Fitri (2002), xliistatistikmxlii beberapa macam suara burung dapat dikenal melalui:

1. Elemen yang merupakan unit (satuan) suara terkecil sedangkan elemen dapat terdiri dari:

a. Suara sederhana, dalam spectrogram muncul sebagai alur (trace) suara dengan frekuensi rendah tidak termodulasi (bergelombang).

b. Suara saluran (whistle), muncul sebagai alur suara yang dapat dimulai pada frekuensi tinggi dan berakhir pada frekuensi rendah (suara termodulasi secara sederhana) atau sebaliknya.

(43)

c. Suara vibrato rendah, alur suara pada sonogram muncul dengan modulasi rendah dan suara vibrato cepat jika alur suara muncul dengan modulasi rapat dan cepat.

d. Suara helaan/ hentakkan (click), jika alur suara pada sonogram dengan kisaran frekuensi tinggi tidak termodulasi.

e. Suara kompleks, jika modulasi suara frekuensi suara membentuk susunan kompleks yaitu ketika alur suara pada sonogram termodulasi cepat dengan kisaran frekuensi yang cukup tinggi.

f. Harmonics, merupakan pengulangan alur suara pertama pada frekuensi fundamental sehingga dapat mencapai kisaran frekuensi yang cukup tinggi.

2. Kumpulan elemen (note) yang membentuk silabel, merupakan gabungan dari beberapa elemen yang membentuk satu kesatuan suara. Pada spectrogram, silabel tiap elemen akan muncul sebagai alur yang terpisah satu sama lain. 3. Kumpulan silabel yang membentuk phrase, merupakan pengulangan dari

beberapa silabel yang sama dan memiliki durasi tertentu. Phrase sudah dapat dinyatakan sebagai satu tipe nyanyian.

4. Kumpulan phrase akan membentuk repertoire, oleh karena itu repertoire dari suaru jenis burung dapat terdiri dari sejumlah tipe suara/ nyanyian.

5. Kisaran frekuensi (frequency range), merupakan kisaran frekuensi dari batas awal hingga batas akhir suatu elemen, silabel atau phrase.

(44)

7. Durasi suara/ nyanyian (song duration) yang dapat dibagi menjadi dua : (a) durasi dari suatu repertoire, (b) durasi dari seluruh repertoire.

(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan pada bulan Februari-Mei 2011. Adapun lokasi penelitian dilakukan di Wisma Raudhoh Jl. Kosambi 12 Cibiru Bandung .

3.2 Alat dan Bahan

Pada penelitian ini digunakan alat berupa sangkar soliter, tempat pakan, timbangan digital, dan alat perekam. Adapun bahan yang digunakan adalah hewan perlakuan (Serinus canaria Linn.), pakan dan air.

3.2.1 Sangkar

Burung kenari dipelihara dalam sangkar soliter (satu sangkar hanya berisi satu ekor burung) berbentuk segi empat dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 45 cm yang cukup memberikan ruang gerak bagi tiap individu burung. Pada bagian alas sangkar pemeliharaan dilengkapi dengan jeruji kayu (yang sama dengan jeruji dinding sangkar) yang bertujuan agar burung tidak menginjak fesesnya yang tertampung pada lempeng triplek di bawah jeruji alas.

Sangkar pemeliharaan yang digunakan dilengkapi dengan tempat pakan, tempat minuman dan tempat bertengger yang mudah dijangkau oleh burung. Tenggeran terbuat dari cabang kayu dengan diameter 1,2-1,5 cm atau yang sekiranya memungkinkan kuku jari depan dan kuku jari belakang burung dapat

(46)

mencengkram tenggeran tersebut. Tenggeran ditempatkan pada posisi yang kokoh diantara penyangga jeruji kayu supaya burung merasa nyaman pada saat bertengger diatasnya. Pada bagian atas sangkar di buat gantungan yang terbuat dari besi, hal ini dilakukan agar pada saat sangkar digantungkan dapat menahan beban dengan kuat (Gambar 3.1).

Gambar 3.1 Sangkar burung kenari jantan muda yang diberi perlakuan tambahan.

3.2.2 Perlengkapan Perekaman Suara

Alat yang digunakan untuk pencuplikan suara adalah perlengkapan perekaman suara meliputi: HP (Hand Phone) LG GW305 / MP4 TELEBIT yang dilengkapi dengan built-in microphone.

Tenggeran No. kode perlakuan

(47)

3.2.3 Timbangan Digital

Timbangan digital A.C.I.S seri 24.53.TWH dengan ketelitian 0,01 digunakan untuk mengukur berat badan burung kenari jantan muda yang diberi perlakuan, jumlah pakan yang diberikan dan sisa pakan yang dikonsumsi.

3.2.4 Hewan Penelitian

Pada penelitian ini hewan yang digunakan adalah burung kenari jantan muda yang terdiri dari enam ekor burung kenari jantan muda berumur 10 minggu dan dua ekor kenari jantan dewasa yang dijadikan sebagai tutor. Burung kenari ini diperoleh dari peternak burung kenari yang beralamat di Jl. Raya Lembang I dan Jl. Gerlong Girang no 44.

Burung kenari yang diberi perlakuan merupakan burung jantan muda yang hanya memiliki kategori suara sederhana (call) serta mulai memasuki periode xlviistatistik. Burung tutor adalah burung kenari jantan dewasa berumur tiga tahun, sedang memasuki masa kawin dan sudah melewati masa pergantian bulu serta telah memiliki nyanyian khas spesies-spesifik yang matang (crystalized song). Secara keseluruhan kondisi kesehatan semua burung kenari tersebut berada pada kondisi yang baik.

3.2.5 Pakan

Pakan yang diberikan pada burung kenari dengan perlakuan pakan normal adalah berupa biji-bijian dan air matang dingin untuk minum yang diberikan secara ad libitum. Pakan jenis biji-bijian yang diberikan berupa campuran milet putih, milet merah, biji kenari, niger, dan biji sawi yang tersedia dalam bentuk kemasan salah satunya adalah pakan merk gold coin.

(48)

Pada penelitian ini pakan yang diberikan untuk burung kenari jantan muda yang diberi perlakuan pakan normal adalah berupa biji-bijian dalam bentuk kemasan dengan merk gold coin (kualitas dan kuantitas energi tercantum dalam lampiran 2), sayuran dan air matang dingin. Pakan biji-bijian diberikan sebanyak lima gram per individu setiap hari, sedangkan untuk sayuran yaitu sosin, gambas dan sawi putih diberikan secara bergantian setiap tiga hari sekali.

Pakan yang diberikan pada kenari dengan perlakuan pakan tambahan adalah berupa biji-bijian (gold coin), sayuran hijau (sawi putih, sosin, oyong) dan buah-buahan (apel, pir, wortel) ditambah dengan satu ekor jangkrik atau kroto segar per tiga hari dan telur puyuh matang setiap seminggu sekali selama empat bulan perlakuan yang disesuaikan dengan menu harian (Tabel 3.1). Selain itu ditambahkan asinan tulang rawan sotong kering sebagai pelengkap yang banyak mengandung sumber kalsium. Sotong kering digantungkan pada dinding sangkar dengan menggunakan kawat kecil.

Tabel 3.1. Menu harian untuk burung kenari jantan muda dengan perlakuan pakan tambahan.

Senin Selasa

gold coin (5 g)  asinan sotong

 daun sawi hijau (15 g)  apel merah (13 g)  1 cangkir air minum

gold coin (5 g)  asinan sotong

 oyong/Gambas (15 g)  buah pir (13 g)  1 cangkir air minum

Rabu Kamis gold coin (5 g)  asinan sotong  wortel (15 g)  apel merah (13 g)  jangkrik (1,3 g)  cangkir air minum

gold coin (5 g)  asinan sotong

 daun sawi hijau (15 g)  buah pir (13 g)

(49)

Jumat Sabtu

gold coin (5 g)  asinan sotong

 oyong/Gambas (15 g)  apel merah (13 g)  1 cangkir air minum

gold coin (5 g)  asinan sotong  wortel (15 g)  buah pir (13 g)  jangkrik (1,3 g)  1 cangkir air minum Minggu

gold coin (5 g)  asinan sotong

 daun sawi hijau (15 g)  buah pir (13 g)

 telur puyuh (4 g)  1 cangkir air minum

3.3 Rancangan Percobaan

Penelitian ini membagi dua kelompok burung kenari dalam dua perlakuan pakan berbeda yaitu normal (xlixenergie) dan tambahan. Masing-masing perlakuan diwakili oleh tiga ekor burung kenari jantan muda. Perlakuan pendedahan suara dilakukan secara live tutoring selama 16 minggu, yaitu selama periode sensitif pada proses tahap pembelajaran atau sampai burung kenari jantan muda mencapai usia minimal dewasa 26 minggu. Pembagian kelompok perlakuan secara sederhana dapat digambarkan seperti gambar 3.2 di bawah ini:

Gambar 3.2 Desain penelitian

Live tutoring

Normal

Kenari jantan muda 1, 2, 3

Pakan tambahan

Kenari jantan muda 4, 5, 6

(50)

3.4 Prosedur Kerja 3.4.1 Pemeliharaan

Sangkar pemeliharaan dibersihkan setiap hari pada pukul 07.00 WIB bersamaan dengan pemberian pakan. Hal ini dilakukan agar sangkar tetap bersih dan burung dapat terhindar dari berbagai penyakit. Sangkar burung dibersihkan dengan cara membuang semua kotoran dan sisa-sisa makanan burung yang menempel pada alas, tenggeran dan dinding jeruji yang kemudian dibasuh menggunakan air bersih. Selain itu tempat pakan dan air juga dibersihkan untuk menjaga burung dari adanya kontaminasi jamur atau bakteri pada pakan ataupun air minum dan selanjutnya dilakukan pergantian pakan.

Burung kenari jantan muda dimandikan pada pagi hari bersamaan saat sangkar dibersihkan. Alat yang digunakan untuk memandikan burung kenari ialah semprotan yang berisi air bersih dan sangkar khusus untuk memandikan burung. Memandikan burung diperlukan guna menjaga kesehatan burung sehingga terhindar dari segala jenis penyakit.

Proses penjemuran dilakukan pada pagi hari, tepatnya pukul 08.00 – 11.00 WIB setelah sebelumnya burung kenari dimandikan dan sangkar dibersihkan terlebih dahulu (Gambar 3.3). Pada saat proses penjemuran posisi burung kenari tutor dan burung kenari muda yang diberi perlakuan sebaiknya diberi jarak yang cukup jauh supaya burung kenari muda tidak mengalami stres. Selain penjemuran yang dilakukan pada pagi hari, pada sore harinya burung kenari baik tutor maupun burung kenari muda di angin-anginkan diluar ruangan mulai dari pukul 15.00 –

(51)

17.30 WIB. Hal ini dilakukan supaya burung mendapatkan udara luar yang segar setelah melalui proses pembelajaran diruangan tertutup.

Gambar 3.3 Proses penjemuran burung kenari

3.4.2 Pendedahan Suara dengan Dua Perlakuan Suplai Makanan 3.4.2.1 Pendedahan Suara

Pendedahan suara yang dilakukan pada sekelompok burung kenari jantan muda ini ialah pendedahan secara live tutoring yaitu metode pembelajaran pada burung jantan muda dengan menghadirkan burung tutor aslinya dan melibatkan interaksi sosial. Kelompok burung dengan perlakuan live tutoring ditempatkan secara melingkar dengan burung tutor ditempatkan ditengahnya (masing-masing berjarak 50cm) dengan posisi sangkar sedikit lebih tinggi agar interaksi sosial dapat berlangsung baik dan burung perlakuan tidak mengalami stress (Gambar 3.4). Perlakuan pendedahan suara dilakukan pada pukul 10.00-14.00 secara live tutoring selama 16 minggu, yaitu selama periode sensitif pada proses tahap pembelajaran atau sampai burung kenari jantan muda mencapai usia dewasa 26 minggu.

(52)

(a) (b)

Gambar 3.4 Posisi sangkar burung dengan pendedahan secara Live tutoring (a) dalam ruangan, (b) desain ukuran.

Keterangan:

LT+ : Pakan normal LT++ : Pakan tambahan

3.4.2.2 Perlakuan Suplai Pakan

Burung kenari jantan muda dibagi menjadi dua kelompok perlakuan suplai pakan yaitu pakan yang diberikan secara normal (ad libitum) dan pakannormal yang ditambah pakan penunjang (tambahan). Pemberian pakan dilakukan pada setiap pagi hari pukul 07.00 WIB.

1. Suplai Makanan Normal

Suplai pakan normal ini merupakan pemberian pakan yang hanya terdiri dari biji-bijian sebagai makan pokok dari burung kenari, sayuran (sosin, sawi putih, oyong) dan air matang dingin. Jenis biji-bijian yang biasa diberikan berupa campuran milet putih, milet merah, biji kenari, niger, dan biji sawi yang tersedia dalam bentuk kemasan jadi atau yang dikenal di pasaran salah satunya adalah pakan gold coin.

= 50cm = 50c m LT + LT + LT + LT ++ LT ++ LT ++

Gambar

Gambar 2.1. Burung Kenari jantan (Serinus canaria Linn.) (Syanur, 2011)
Gambar 2.2. Jenis biji-bijian yang biasa dijadikan pakan burung kenari  (Sumber: http://www.ipaw_org-invaders-reed_canary_grass)
Gambar 2.3. Tahapan belajar bernyanyi (a) Close-ended learning, (b) Open-ended   learning (Brainard dan Doupe, 2002)
Gambar  2.4  Jalurxxixvokal  ;  yang  berperan  dalam  produksi  nyanyian  burung  (Suther, 1996)
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Keperawatan adalah bentuk pelayanan kepada individu dan keluarga, serta masyarakat dengan ilmu dan seni yang meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seorang

Secara parsial variabel profitabilitas dan struktur modal berpengaruh signifikan, sedangkan variabel likuiditas dan struktur kepemilikan saham berpengaruh tidak

Berdasarkan pada paparan perspektif teori di atas, selanjutnya dapat dibuat alur pikir sebagai berikut: (1) analisis masalah pendidikan yang difokuskan pada tiga isu strategis,

This article aims to clarify the alternatives to the Schmittian state of exception represented by Bataille and Fanon, to underscore the in fl uence of surreal esthetic experience on

Model Reference untuk sistem MRAC yang dirancang diperoleh dari hasil linierisasi sistem close loop kontrol PI dengan karakteristik respon yang dihasilkan adalah

Puji syukur kehadirat Allah subhanahuwata’ala (SWT), yang senantiasa melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Telah berhasil dibuat elektroda pembanding Ag/AgCl yang ukurannya lebih kecil dari pada elektroda komersial dengan menggunakan membran komposit karbon- rotan. Hasil uji

LAMPI RAN I .2 PERDA PERTANGGUNGJAWABAN - RI NCI AN LAPORAN REALI SASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERI NTAHAN DAERAH, ORGANI SASI , PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBI