• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Mahasiswa Program Profesi Ners Tahap Akhir di Fakultas Keperawatan USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Mahasiswa Program Profesi Ners Tahap Akhir di Fakultas Keperawatan USU"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Perilaku 2.1.1. Definisi Perilaku

Perilaku dari aspek biologis diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Aktivitas tersebut ada yang dapat diamati secara langsung dan tidak langsung (Kholid, 2012;Notoadmodjo, 1993). Menurut Ensiklopedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi atau reaksi organisme teradap lingkungannya. Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.

Notoadmojo (2005) dalam Ahmad Kholid, 2012, mendefnisikan perilaku sebagai respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses respons, sehingga teori ini disebut dengan teori Organisme Stimulus “SOR”. Teori skinner menjelaskan ada dua jenis respos yaitu:

a. Respondent respons atau refleksi, yakni respons yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu.

b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain.

Berdasarkan dari beberapa definisi diatas, dapat diuraikan bahwa perilaku adalah keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil antara faktor internal dan eksternal (Kholid, 2012).

2.1.2. Pengelompokan Perilaku

Berdasarkan teori SOR perilaku manusia dikelompokkan menjadi:

a. Perilaku tertutup (Covert behavior): Terjadi bila respons terhadap stimulus masih

belum bisa diamati oleh orang lain secara jelas.

b. Perilaku terbuka (Overt behaviour): Terjadi bila respons terhadap stimulus sudah

berupa tindakan, atau praktik dapat diamati oleh orang lain secara jelas.

(2)

a. Bentuk pasif, adalah respons internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia

dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain.

b. Bentuk aktif, yaitu perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap merupakan respons seseorang terhadap rangsangan yang masih bersifat tertutup, sedangkan tindakan nyata seseorang merupakan respons seseorang terhadap rangsangan yang masih bersifat terbuka (Ahmad Kholid, 2012).

2.1.3. Domain Perilaku

Bloom dalam Sunaryo (2013) mengunggkapkan bahwa perilaku manusia dapat dibagi ke dalam tiga domain, yang terdiri dari domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognitif dapat diukur dari pengetahuan sedangkan domain afektif dapat diukur dari sikap, sementara domain psikomotor dapat diukur dari keterampilan.

1. Pengetahuan (Kognitif)

Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi melalui proses sensoris, khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (Overt behavior).

Tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif mencakup enam kategori, yaitu: a. Tahu, merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya dapat

mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Dinyatakan tahu apabila dapat menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, dan menyatakan.

b. Pemahaman, artinya kemampuan individu untuk menjelaskan dan

menginterpretasikan objek yang diketahui dengan benar. Dinyatakan

paham apabila paham tentang sesuatu, harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, dan menyimpulkan.

c. Penerapan, yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum,

(3)

tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain. Ukuran

kemampuannya dapat menjelaskan, membuat bagan, membedakan,

memisahkan, dan mengelompokkan suatu teori.

e. Sintesa, merupakan kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian

dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada. Ukuran

kemampuannya dapat menyusun, dapat meringkaskan, merencanakan,

dan menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian atau justifikasi

terhadap suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah

ada atau disusun sendiri.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. kedalam pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Arikunto, 2009).

Penilaian pengetahuan dapat dilihat dari setiap item pertanyaan yang akan diberikan peneliti kepada responden. Menurut Arikunto dalam Machfoedz (2009), kategori pengetahuan dapat ditentukan dengan kriteria :

a. Pengetahuan baik : jika jawaban benar 76-100%

b. Pengetahuan cukup : jika jawaban benar 56-75%

c. Pengetahuan kurang : jika jawaban benar ≤ 55 %

2. Sikap (Afektif)

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga tidak dapat lansung dilihat, tapi dapat ditafsirkan dari perilaku yang tertutup tersebut. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respons terhadap stimulus tertentu.

Tingkatan sikap dalam domain afektif mencakup lima kategori, yaitu:

a. Penerimaan, yaitu kemampuan untuk menunjukkan atensi dan

(4)

menanyakan, mengikuti, memberi, menahan / mengendalikan diri,

mengidentifikasi, memperhatikan, dan menjawab.

b. Responsif, yaitu kemampuan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan

selalu termotivasi untuk segera bereaksi dan mengambil tindakan atas

suatu kejadian. Ukuran kemampuannya dapat menjawab, membantu,

mentaati, memenuhi, menyetujui, mendiskusikan, melakukan, memilih,

menyajikan, mempresentasikan, melaporkan, menceritakan, menulis,

menginterpretasikan, menyelesaikan, dan mempraktekkan.

c. Nilai diri, yaitu kemampuan menunjukkan nilai yang dianut untuk

membedakan mana yang baik dan kurang baik terhadap suatu

kejadian/objek, dan nilai tersebut diekspresikan dalam perilaku. Ukuran

perilakunya dapat menunjukkan, mendemontrasikan, memilih,

membedakan, mengikuti, meminta, memenuhi, menjelaskan, membentuk,

berinisiatif, melaksanakan, memprakasai, menjustifikasi, mengusulkan,

melaporkan, menginterpretasikan, membenarkan, menolak,

menyatakan/mempertahankan pendapat.

d. Organisasi, Kemampuan membentuk sistem nilai dan budaya organisasi

dengan mengharmonisasikan perbedaan nilai yakni mentaati, mematuhi,

merancang, mengatur, mengidentifikasikan, mengkombinasikan,

mengorganisir, merumuskan, menyamakan, mempertahankan,

menghubungkan, mengintegrasikan, menjelaskan, mengaitkan,

menggabungkan, memperbaiki, menyepakati, menyusun,

menyempurnakan, menyatukan pendapat, menyesuaikan, melengkapi,

(5)

e. Karakterisasi, Kemampuan mengendalikan perilaku berdasarkan nilai

yang dianut dan memperbaiki hubungan intrapersonal, interpersonal dan

sosial. Ukuran kemampuannya yaitu; dapat melakukan, melaksanakan,

memperlihatkan, membedakan, memisahkan, menunjukkan,

mempengaruhi, mendengarkan, memodifikasi, mempraktekkan,

mengusulkan, merevisi, membatasi, mempertanyakan, mempersoalkan,

menyatakan, bertindak, membuktikan, mempertimbangkan.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis,kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoatmodjo, 2010).

Hasil penjumlahan dari skor yang didapat dari jawaban responden tersebut diubah kedalam data berupa sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik dengan kriteria sebagai berikut (Arikunto, 2009):

a. Sangat baik : jika jawaban benar 80-100%

b. Baik : jika jawaban benar 70-79%

c. Cukup baik : jika jawaban benar 56-69%

d. Kurang baik : jika jawaban ≤ 55 %

3. Keterampilan (Psikomotor)

Suatu sikap pada diri individu belum tentu terwujud dalam suatu tindakan. Agar sikap dapat terwujud dalam perilaku nyata, diperlukan faktor pendukung dan fasilitas.

Ranah psikomotor dikenal sebagia ranah keterampilan. Pendidikan kesehatan pada ranah ini meliputi penguasaan terhadap kemampuan motorik halus dan kasar denga tingkat kompleksitas koordinasi neuromuskular semakin meningkat untuk melakukan gerakan fisik, seperti berjalan, menulis, memegang alat-alat, atau melakukan suatu prosedur. Berbeda dengan ranah afektif, keterampilan lebih mudah diidentifikasi dan diukur karena keterampilan itu pada dasarnya mencakup kegiatan yang berorientasi pada gerakan yang relatif mudah diamati.(Nurhidayah, 2010)

(6)

a. Persepsi, Kemampuan menggunakan saraf sensori dalam

menginterpretasikannya dalam memperkirakan sesuatu. Ukuran

kemampuannya, yaitu: dapat mendeteksi, mempersiapkan diri, memilih,

menghubungkan, menggambarkan, mengidentifikasi, mengisolasi,

membedakan, dan menyeleksi.

b. Kesiapan, Kemampuan untuk mempersiapkan diri, baik mental, fisik, dan

emosi, dalam menghadapi sesuatu. Ukuran kemampuannya, yaitu: dapat

memulai, mengawali, memprakarsai, membantu, memperlihatkan,

mempersiapkan diri, menunjukkan, dan mendemntrasikan.

c. Reaksi yang diarahkan, Kemampuan untuk memulai ketrampilan yang

kompleks dengan bantuan / bimbingan dengan meniru dan uji coba.

Ukuran kemampuannya, yaitu dapat meniru, mengikuti, mencoba,

mempraktekkan, mengerjakan, membuat, memperliatkan, memasang,

bereaksi, dan menanggapai.

d. Reaksi natural, Kemampuan untuk melakukan kegiatan pada tingkat

keterampilan yang lebih sulit. Ukuran kemampuanna, yaitu:

mengoperasikan, memasang, memperbaiki, melasanakan sesuai standar,

mengerjakan, menggunakan, dan menangani.

e. Reaksi yang kompleks, Kemampuan untuk melakukan kemahirannya

dalam melakukan sesuatu, dimana hal ini terlihat dari kecepatan,

ketepatan, efsiensi dan efektifitasnya. Semua tindakan dilakukan secara

spontan, lancar, cepat, tanpa ragu.

f. Adaptasi, kemampuan mengembangkan keahlian, dan memodifikasi pola

(7)

g. Kreatifitas, kemampuan untuk menciptakan pola baru yang sesuai dengan

kondisi/situasi tertentu dan kemampuan mengatasi masalah dengan

mengekplorasi kreativitas diri (Sunaryo, 2013).

Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara langsung, dilihat bagaimana tindakan responden terhadap suatu objek.

Penilaian tindakan dapat dilihat dari setiap item pertanyan yang akan diberikan peneliti kepada responden. Menurut Arikunto dalam Machfoedz(2009), kategori tindakan dapat ditentukan dengan kriteria :

a. Tindakan baik : jika jawaban benar 76-100%

b. Tindakan cukup : jika jawaban benar 56-75%

c. Tindakan kurang : jika jawaban benar ≤ 55%

2.2.Pendidikan Profesi Keperawatan 2.2.1. Definisi Keperawatan

Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral pelayan kesehatan yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan melputi aspek biologis, psikologis, sosial, dan spritual yang bersifat kompherensip, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat yang sehat maupun yang sakit mencakup hidup manusia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Keperawatan merupakan ilmu dan kiat. Ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang mengintegrasikan keterampilan intelektual, keterampilan teknikal dan keterampilan interpersonal. Ketiga keterampilan ini diaplikasikan dalam proses keperawatan yang bertujuan untuk membantu klien mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

Keperawatan adalah suatu proses menempatkan pasien dalam kondisi paling baik untuk beraktivitas. Penekanan pelayanannya pada sanitasi dan kebersihan lingkungan (Nurhidayah, 2010; Sanitary and Hygiene, 1895).

(8)

Keperawatan adalah pengetahuan yang ditujukan untuk mengurangi kecemasan sebab kecemasan dapat menjadi stressor terhadap berbagai kondisi kesehatan. Misalnya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan dan rehabilitasi bagi klien yang sakit ataupun penyandang cacat (Nurhidayah, 2010; Unitary Human Beings, 1970).

Keperawatan adalah seperangkat tindakan-tindakan yang memiliki kekuatan untuk melindungi kesatuan atau integritas perilaku klien berada pada level yang optimal untuk kesehatannya. Fokus pelayanan keperawatan yang diberikan berdasarkan perilaku klien (Nurhidayah, 2010; Behavioral System Theory, 1980).

2.2.2. Definisi profesi Keperawatan

Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan badan ilmu sebagai dasar untuk pengembangan teori yang sistematis guna menghadapi banyak tantangan baru, memerlukan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik dengan fokus utama pada pelayanan (Winsley, 1964).

Menurut Chinn Yacobs dalam Hidayat (2007). Profesi adalah suatu pekerjaan yang memerlukan pengetahuan khusus dalam beberapa bidang ilmu, melaksanakan peran yang bermutu di masyarakat. Melaksanakan cara-cara dan peraturan yang telah disepakati olleh anggota profesi (Budiono, 2015).

Menurut Oemar Hamalik. Profesi adalah suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa orang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan/pekerjaan karena orang tersebut terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu (Budiono, 2015).

(9)

2.3. Karakteristik Profesi Keperawatan dan Karakteristik Pengajar

Klinik

2.3.1. Karakteristik Profesi Keperawatan

Menurut Hunter dan Kruszewski (1993), Leddy dan Pepper (1993) serta

Berger dan Williams (1992), keperawatan sebagai suatu profesi memiliki

karakteristik sebagai berikut :

a.

Kelompok pengetahuan yang melandasi keterampilan untuk

menyelesaikan masalah dalam tatanan praktik keperawatan. Pada awalnya

praktik keperawatan dilandasi oleh keterampilan yang bersifat intuitif.

Sebagai suatu disiplin, sekarang keperawatan disebut sebagai suatu ilmu

dimana keperawatan banyak sekali menerapkan ilmu-ilmu dasar seperti

ilmu perilaku, sosial, fisika, biomedik dan lain-lain. Selain itu keperawatan

juga mempelajari pengetahuan inti yang menunjang praktik keperawatan

yaitu fungsi tubuh manusia yang berkaitan dengan sehat dan sakit serta

pokok bahasan pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada

klien.

b.

Kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada masyarakat. Fungsi

unik perawat adalah memberikan bantuan kepada seseorang dalam

melakukan kegiatan untuk menunjang kesehatan dan penyembuhan serta

membantu kemandirian klien.

c.

Pendidikan yang memenuhi standart dan diselenggarakan di perguruan

tinggi atau universitas. Beralihnya pendidikan keperawatan kepada

(10)

mendapatkan pengetahuan dan keterampilan intelektual, interpersonal dan

tehnikal yang memungkinkan mereka menjalankan peran dengan lebih

terpadu dalam pelayan kesehatan yang menyeluruh dan

berkesinambungan. Disamping itu perawat dituntut untuk

mengembangkan IPTEK keperawatan.

d.

Pengendalian terhadap standart praktik. Standart adalah pernyataan atau

kriteria tentang kualitas praktik. Standart praktik keperawatan menekankan

kepada tanggung jawab dan tanggung gugat perawat untuk memenuhi

standart yang telah ditetapkan yang bertujuan melindungi masyarakat

maupun perawat. Perawat bekerja tidak dibawah pengawasan dan

pengendalian profesi lain.

e.

Bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang

dilakukan. Tanggung gugat

accountable

berarti perawat bertanggung

jawab pelayanan yang diberikan kepada klien. Tanggung gugat

mengandung aspek legal terhadap kelompok sejawat, atasan dan

konsumen. Konsep tanggung gugat mempunyai dua implikasi yaitu

bertanggung jawab terhadap konsekuensi dari tindakan yang dilakukan

dan juga menerima tanggung jawab dengan tidak melakukan tindakan

pada situasi tertentu.

f.

Karir seumur hidup. Dibedakan dengan tugas/job yang merupakan bagian

dari pekerjaan rutin. Perawat bekerja sebagai tenaga penuh yang dibekali

(11)

g.

Fungsi mandiri. Perawat memiliki kewenangan penuh melakukan asuhan

keperawatan walaupun kegiatan kolaborasi denga profesi lain kadang kala

dilakukan dimana itu semua didasarkan kepada kebutuhan klien bukan

sebagai intervensi profesi lain

Menurut Abraham Flexner karakteristik profesi, yaitu:

a.

Aktfitas yang bersifat intelektual,

b.

Berdasarkan ilmu dan pengetahuan,

c.

Digunakan untuk tujuan praktik pelayanan,

d.

Dapat dipelajari,

e.

Terorganisir secara internal, dan

f.

Altruistic

(mementingkan orang lain) (Budiono, 2015).

Karakteristik profesi menurut Schein & Kommers, yaitu:

a.

Pekerjaan dilakukan secara menetap seumur hidup.

b.

Pekaerjaan yang dilakukan dengan motivasi kuat untuk melakukan

pekerjaan itu dan tidak mendapat kepuasan bila tdak melakukan

pekerjaan itu. Pekerjaan itu merupakan panggilan jiwa.

c.

Memiliki keterampilan khusus yang menyangkut ilmu dan seni.

d.

Keputusan berdasarkan prinsip/teori dalam kegiatan profesional

selalu membuat keputusan untuk menanggapi dan merencanakan

sesuatu.

e.

Berorientasi pada pelayanan dan perilaku kegiatan profesional itu

harus selalu diarahkan untuk membantu memenuhi kebutuhan

(12)

f.

Pelayanan berdasarkan kebutuhan objektif (fakta).

g.

Mempunyai otonomi dalam menentukan tindakan dan mempunyai

wewenang/kebebasan dalam menentukan kegiatannya tidak perlu

dikontrol oleh profesi lain.

h.

Memiliki standar etika dan standar praktik profesional dalam

perilaku kegiatan praktik profesional harus menerapkan nilai-nilai

baik dan benar serta menggunakan ketentuan perilaku yang di

sepakati oleh profesi.

i.

Mempunyai wadah yang berbentuk organisasi kegiatan

profesional (Budiono, 2015).

2.3.2. Karakteristik Pengajar Kinik

Menurut Watt (1990) pengajar klinik yang lebih dikenal sebagai perseptor biasanya berasal dari lahan praktik, tetapi bisa juga berasal dari institusi apabila pembimbing dari lahan praktik tidak dapat memenuhi kriteria yang disyaratkan. Perawat harus membuat pembatasan kewenangan yang jelas dan spesifik tentang asuhan keperawatan yang menjadi tanggung jawab mahasiswa dan tanggung jawabnya.

Agar pengajaran di klinik tetap efektif, seorang pengajar klinik sebaiknya memiliki karakteristik :

1. Mengikutiperkembangan pengetahuan dan keterampilan klinik terbaru.

Menganalisa teori-teori mengumpulkan dari berbagai sumber dan

menekankan pemahaman konseptual diantara mahasiswa. Membantu

mahasiswa dalam menghubungkan teori yang melandasi praktik

keperawatan. Mampu menyampaikan atau mentransfer pengetahuan

kepada mahasiswa. Memperlihatkan kompetensi klinik, keahlian, dalam

(13)

2. Menguasai keterampilan dasar mengajar sebagaimana layaknya seorang

pengajar atau dosen. Menyampaikna informasi dalam susunan yang

teratur, memberi penekanan pada hal-hal yang penting, memberikan

penjelasan dan pengarahan dengan jelas dan singkat sehingga mudah

dipahami.

3. Mempertahankan hubungan harmonis dengan cara membentuk hubungan

interpersonal dengan mahasiswa,. Hubungan yang kurang harmonis

antara keduanya dapat menyebabkan situasi dan kondisi pengajaran yang

tidak kondusif.

4. Dinamis dan antusias.

Pembelajaran klinik bagi mahasiswa di Rumah Sakit (RS) dilakukan secara kolaborasi antara perseptor yang berasal dari institusi pendiidikan dan perseptor yang berasal dari lahan praktik yang diperbantukan untuk mengajar mahasiswa selama pembelajaran klinik. Beberapa tanggung jawab perseptor klinik antara lain:

1. Mengintrogasikan mahasiswa yang praktik terkait dengan

prosedur-prosedur dan kebijakan di lahan praktik.

2. Berperan menjadi seorang praktisi klinik, guru sekaligus pementor.

3. Melaksanakan supervisi terhadap mahasiswa selama berada di lahan

praktik.

4. Memperbaiki kemampuan mahasiswa untuk mendukung perencanaan dan

tindakan keperawatan.

5. Memberi masukan dan membantu serta mendorong kemampuan

mahasiswa untuk tujuan klinik.

6. Berkordinasi dengan institusi pendidikan untuk membahas

masalah-masalah yang muncul selama pengajaran klinik

7. Memberikan pendelegasian untuk menjaga hal-hal tidak diharapkan saat

(14)

8. Mendokumentasikan perkembangan mahasiswa selama pengajaran

sebagai bahan evaluasi.

9. Memberikan laporan tertulis pada institusi sebagai bahan evaluasi pada

akhir pembellajaran klinik.

2.4. Perkembangan Profesionalisme Keperawatan

Melihatcatatansejarahtentangawalmulakeberadaanperawat di Indonesia,

yang diperkirakanbarubermulapadaawalabadke 19,

dimanadisebutkanadanyaperawatsaatituadalah

di

karenakanadanyaupayatenagamedisuntukmemberikanpelayanankesehatan yang

lebihbaiksehinggadiperlukantenaga yang dapatmembantuatautenagapembantu.

Tenagatersebutdididikmenjadiseorangperawatmelaluipendidikanmagang yang

berorientasipadapenyakitdancarapengobatannya.

Sampaidenganperkembangankeperawatan di Indonesia padatahun 1983 PPNI

melakukan LokakaryaNasionalKeperawatan di Jakarta,

melaluilokakaryatersebutperawatbertekaddanbersepakat

menyatakandiribahwakeperawatanadalahsuatubidangkeprofesian.Perkembanganpr

ofesionalismekeperawatan di Indonesia

berjalanseiringdenganperkembanganpendidikankeperawatan yang ada di

Indonesia.Pengakuanperawatprofesional dan pemulaadalahbagimereka yang

berlatarbelakangpendidikan Diploma III keperawatan.

Perkembanganpendidikankeperawatandalamrangkamenujutingkatkeprofesi

(15)

(1999).Peningkatankualitasorganisasiprofesikeperawatandapatdilakukanmelaluibe

rbagaicaradanpendekatanantaralain :

1. Mengembangkan system seleksikepengurusanmelaluipenetapan

criteria dariberbagaiaspekkemampuan, pendidikan, wawasan,

pandangantentangvisidanmisiorganisasi,

dedikasisertakeseterdiaanwaktu yang dimilikiuntukorganisasi.

2. Memilikiserangkaian program yang

kongkritdanditerjemahkanmelaluikegiatanorganisasidaritingkatpusatsa

mpaiketingkatdaerah.Prioritasutamaadalah

programpendidikanberkelanjutanbagiparaanggotanya.

3.Mengaktifkanfungsi collective bargaining, agar

setiapanggotamemperolehpenghargaan yang

sesuaidenganpendidikandankompensasimasing-masing.

4.Mengembangkan program latihankepemimpinan,

sehinggatenagakeperawatandapatberbicarabanyakdanmemilikipotensi

untukmendudukiberbagaiposisidipemerintahanatau sector swasta.

5. Meningkatkankegiatanbersamadenganorganisasiprofesikeperawatan di

luarnegeri,

bukanhanyauntukpenguruspusatsajatetapijugamengikutsertakanpengur

usdaerah yang berpotensiuntukdikembangkan.

2.5. Tujuan Pendidkan Profesi Keperawatan

Tujuan pendidikan tinggi keperawatan pada institusi pendidikan tinggi

(16)

1.

Menumbuhkan/membina sikap dan tingkah laku professional yang

sesuai dengan tuntunan profesi keperawatan.

2.

Membangun landasan ilmu pengetahuan yang kokoh.

3.

Menumbuhkan/membina keterampilan professional.

4.

Menumbuhkan/membina landasan etik keperawatan yang kokoh dan

mantap sebagai tuntutan utama dalam melaksanakan pelayanan/asuhan

keperawatan dan dalam kehidupan keprofesian.

2.6. Jenis Pendidikan Keperawatan di Indonesia

Pendidikan keperawatan di indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan di

Indonesia mencakup:

Jenis Pendidikan Keperawatan Indonesia:

1.

Pendidikan Vokasi; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada

kesiapan penerapan dan penguasaan keahlian keperawatan tertentu

sebagai perawat.

2.

Pendidikan Akademik; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada

penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu keperawatan yang

mengcakup program sarjana, magister, doktor.

3.

Pendidikan Profesi; yaitu pendidikan yang diarahkan untuk mencapai

Referensi

Dokumen terkait

Hal mendalam dan spesifik yang dapat diteliti ialah mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi gambaran nilai profesional keperawatan yang dimiliki mahasiswa Program

Pengaruh Kondisi Kerja Terhadap Asuhan Keperawatan Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ibu Dan Anak Pemerintah Aceh.. Medan: Universitas

40 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase Konsep Diri mahasiswa program profesi ners TA 2015/2016 di Fakultas Keperawatan USU berdasarkan Konsep Diri Positif dan Konsep

Judul Penelitian : Konsep Diri Mahasiswa Program Profesi Ners di Fakultas.. Keperawatan Universitas

Hasil penelitian ini tentunya dapat digunakan oleh pengelola program akademik dan profesi pendidikan keperawatan Fakultas Keperawatan USU sebagai umpan balik dalam

Fokus mata kuliah ini membahas tentang konsep dasar kesehatan dan keperawatan komunitas, program-program kesehatan/kebijakan pemerintah dalam menanggulangi

Peran para petugas kesehatan khususnya perawat bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan dan peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritul pasien, sebagai makhluk

Kode Etik Keperawatan Beberapa kode etik yang ada di Indonesia yang harus dimiliki oleh seorang perawat professional yaitu: a Tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga dan