• Tidak ada hasil yang ditemukan

program studi sarjana keperawatan dan profesi ners

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "program studi sarjana keperawatan dan profesi ners"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

GAMBARAN PERAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PADA PASIEN DI MASA PANDEMI COVID-19

RSUD Dr. MOEWARDI

Tri Astuti Chandra Dewi 1), Wahyu Rima Agustin 2), Lalu Panji M Azali 3)

1) Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners Universitas Kusuma Husada Surakarta

[email protected]

2,3) Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners Universitas Kusuma Husada Surakarta

[email protected] , [email protected]

ABSTRAK

Perawat memiliki kesempatan untuk memberikan asuhan secara holistik yaitu bio-psiko-sosio-spiritual pada pasien dan memberikan dukungan dengan menunjukkan rasa kehadiran, memberikan dukungan dalam proses penyembuhan, mendukung pemenuhan kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual pasien. Dukungan tersebut penting diberikan pada kondisi pasien yang kritis seperti pasien Covid-19 sehingga memerlukan komunikasi dan dukungan, baik dukungan spiritual perawat, dukungan keluarga maupun dukungan sosial. Akibat dampak dari kondisi tersebut menimbulkan ketidakberdayaan dan keputusasaan pada pasien Covid-19 dalam proses penyembuhan sehingga pasien mengalami distress seperti pasien tidak melakukan ibadah dan menyalahkan tuhan sehubungan dengan penyakit yang diderita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada gambaran peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien di masa pandemi Covid-19 RSUD Dr. Moewardi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif dan menggunakan teknik Non-Probvabillity Sampling dengan teknik Purposive Samppling dengan jumlah sampel 51 responden. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa kuesioner.

Hasil penelitian didapatkan bahwa Gambaran Peran Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada Pasien Di Masa Pandemi Covid-19 RSUD Dr. Moewardi dengan tingkat sedang sebanyak 29 responden (65,9%), dengan hasil tinggi 17 responden (33,3%), dan dengan hasil rendah 5 responden (9, 8%). Hasil penelitian ini bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat di jadikan sumber informasi bagi peneliti selanjutnya.

Kata Kunci : Perawat, Spiritual, Covid-19 Daftar Pustaka : 42 (2011-2021)

(2)

2

NURSING STUDY PROGRAM OF UNDERGRADUATE PROGRAMS FACULTY OF HEALTH SCIENCES UNIVERSITY OF KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2021

THE DESCRIPTION OF THE NURSE'S ROLE IN PROVIDING PATIENTS' SPIRITUAL NECESSITIES DURING THE COVID-19 PANDEMIC AT

RSUD DR. MOEWARDI

Tri Astuti Chandra Dewi

1)

, Wahyu Rima Agustin

2)

, Lalu Panji M Azali

3)

1)

Student of Nursing Undergraduate Study Program and Ners Profession, University of Kusuma Husada Surakarta

[email protected]

2)

Lecturers of Nursing Undergraduate Study Program and Ners Profession, University of Kusuma Husada Surakarta

[email protected] , [email protected]

ABSTRACT

Nurses have the opportunity to provide holistic or bio-psycho-socio- spiritual care and support by manifesting a sense of presence, the healing process, and providing the patient's bio-psycho-socio-spiritual needs. It is essential to critical Covid-19 patients' conditions who need communication and assistance, both spiritual, nurse, family, and social. The condition creates incompetence and hopelessness in the healing process of Covid-19 patients. It leads to distress such as withdrawing to worship and blaming God for their illness. The study intended to illustrate the nurses' role in providing the patients' spiritual needs during the Covid-19 pandemic at Dr. RSUD Dr. Moewardi.

The type of research was quantitative with a descriptive method. The sampling technique applied the non-probability sampling of purposive sampling technique with 51 respondents. The instrument utilized a questionnaire.

The study of the nurse's role in providing the patients spiritual necessities during the Covid-19 pandemic at Dr. Moewardi revealed a moderate level with 29 respondents (65.9%), a high level with 17 respondents (33.3%), and a low level with 5 respondents (9.8%). The results are expected to enhance knowledge, insight, and reference for the further researcher

Keywords: Nurse, Spiritual, Covid-19.

Bibliography: 42 (2011-2021).

(3)

3 PENDAHULUAN

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling sering berinteraksi langsung dengan pasien dan lebih dahulu mengetahui keadaan yang dirasakan pasien, sehingga memiliki kesempatan untuk memberikan asuhan secara holistik yaitu bio-psiko-sosio-spiritual pasien (Dossey, 2013). Peran perawat salah satunya adalah dengan memberikan dukunganyang dapat menunjukkan rasa kehadiran, memberikan dukungan dalam proses penyembuhan, mendukung pemenuhan kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual pasien. Dukungan tersebut penting diberikan pada kondisi pasien yang kritis seperti Covid-19 sehingga memerlukan komunikasi dan dukungan, baik dukungan spiritual perawat, dukungan keluarga maupun dukungan sosial (Akgün et al., 2015). Efek dukungan sosial dapat mempengaruhi kesejahteraan individu dengan mengurangi tingkat keparahan stress maupun dapat meningkatkan kesehatan psikologis (Raudatussalamah & Fitri, 2012).

Dalam situasi pandemi Covid-19 perawat harus bekerja dan tetap melakukan pengabdian sehingga perawat lebih mengetahui dahulu berbagai keluhan fisik 2 dan psikologis seperti kecemasan akan sakit yang dirasakan, mudah tersinggung dan marah, kurang konsentrasi sangat membutuhkan perhatian, kepekaan dan sikap peduli dari perawat untuk menanggapi keluhan pasien. Sehingga dalam situasi pandemi Covid-19 dukungan spiritual maupun caring dibutuhkan dalam pelayanan keperawatan (Qomariah, 2012).

Berdasarkan data di Indonesia angka kejadian Coronavirus Disease (COVID-19) pada tanggal 22 Januari 2021 banyaknya Positif yang terpapar COVID-19 sebanyak 952.000 orang, sembuh sebanyak 773.000 orang dan meninggal sebanyak 27.203 orang

(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Sedangkan angka kejadian Coronavirus Disease (COVID- 19) di Provinsi Jawa Tengah memiliki angka kejadian 117.639 kasus (Dinkes Jawa Tengah, 2021). Penelitian Pratiwi dalam Ristianingsih et al., (2014), menunjukan bahwa 70% perawat jarang menanyakan dan mengurusi masalah psikis dan spiritual pasien alasannya bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual pasien bukanmenjadi tugasnya, tetapi tanggung jawab pemuka agama. Dalam penelitian tindakan keperawatan spiritual terhadap pasien dalam kategori cukup yaitu 58,3% dan kategori kurang 41,7%. Menurut penelitian Arini et al., (2015), menyatakan bahwa hasil penelitian kompetensi perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan spiritual kategori sangat baik 27,1%,kategori baik 25,4%, kategori cukup 22,05%, dan kategori kurang 25,4%.

Perawat yang masih belum optimal dalam menerapkan dan memenuhi kebutuhan spiritual pasien disebabkan karena beberapa faktor meliputi selama pendidikan kurang mendapatkan panduan mengenai asuhan keperawatan spiritual, kurangnya pengetahuan dan pelatihan mengenai asuhan keperawatan spiritual, merasa kurang mampu dalam memberikan perawatan spiritual, merasa bukan menjadi tugas perawat malainkan tanggung jawab pemuka agama, peningkatan beban kerja, kurangnya waktu dan kecerdasan spiritual (Wu et al., 2016). Perawatan spiritual membantu pasien untuk mengeksplorasi strategi mengatasi penyakit mereka serta memungkinkan pasien menemukan makna dan tujuan hidup. Perawatan spiritual harus diintegrasikan dalam pendidikan keperawatan dan praktik keperawatan, sehingga memungkinkan pemberian perawatan yang holistik (Baldacchino, 2011). Menurut Undang- Undang Republik Indonesia No 38 Tahun 2014 tentang Keparawatan pada

(4)

4

Pasal 30 Butir 1 menjelaskan bahwa perawat bertugas dan berwenang dalam pemberian pelayanan secara holistic

Berdasarkan hasil peneltian sebelumnya yang dilakukan oleh (Sary, 2018), didapatkan hasil bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual oleh perawat pada pasien diruang rawat inap RSUK Jember dalam kategori Sedang.

Dengan dibuktikan hasil presentase 76, 6%. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ristianingsih et al., (2014), didapatkan hasil pelaksanan tindakan keperawatan spiritual oleh perawat di ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Gombong dalam kategori cukup. Dengan dibuktikan sebanyak 58,3% masuk dengan kategori cukup, dan 41,7% termasuk kedalam kategori kurang.

Berdasarkan hasil Studi Pendahuluan didapatkan data bahwa RSUD Dr. Moewardi dijadikan sebagai rumah sakit rujukan kelas A (Offical Web RS Moewardi, 2021). Dari bulan November terjadi peningkatan kasus terkonfirmasi COVID-19 yang meningkat secara signifikan, maka selama pandemi COVID-19 RSUD Dr.

Moewardi membuka bangsal untuk merawat pasien COVID-19 sekitar 5 bangsal. Untuk ruang Isolasi di RSUD Dr. Moewardi terdapat 4 ruang yaitu Anggrek 2, Melati 2, Melati 3 dan Flamboyan 8 dengan perawat sekitar 105 yang setiap bulannya dilakukan roling tugas untuk merawat pasien COVID-19. Dari hasil wawancara pada saat peneliti di RSUD Dr. Moewardi menurut partisipan A didapatkan informasi bahwa selama pandemi COVID-19 di RSUD Dr.Moewardi belum dapat mendatangkan rohaniawan ke ruang isolasi untuk memberikan pelayanan spiritual kepada pasien COVID-19, maka perawat yang berada di 8 samping pasien selama 24 jam memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien setiap waktu saat dibutuhkan. Dalam keseharian

perawat hanya sebagai rutinitas pekerja saja, misalnya melaksanakan tugas sesuai perintah dokter. Untuk pemenuhan kebutuhan spiritual yang dilakukan perawat diruang isolasi ada beberapa perawat yang kurang maksimal dalam memberikan pelayanan spiritual.

Hal ini dapat dimungkinkan karena banyaknya pasien COVID-19 dan banyaknya kegiatan yang dilakukan perawat dalam situasi pandemi COVID- 19. Menurut partisipan pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien yang ada di RSUD Dr. Moewardi sudah dilakukan dengan baik.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengatahui gambaran Peran Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada Pasien Di Masa Pandemi Covid-19 RSUD Dr. Moewardi

METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan diruang isolasi Covid-19 RSUD Dr. Moewardi pada bulan Agustus – September 2021

Jenis penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskirptif kuantitatif. Sampel pada penelitian ini adalah 51 perawat yang bertugas di ruang isolaso covid-19 RSUD Dr Moewardi

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner pemenuhan kebutuhan spiritual yang di buat oleh Mamier & Taylor, (2015) dengan 16 item yang telah di uji valid oleh Sary, (2018) dengan hasil 0,355 dan hasil uji reliable yaitu 0,768

Analisa pada penelitian ini menggunakan analisa univariat yang mengidentifikasi karakteristik responden dan gambaran perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah :

(5)

5 Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pada Usia Responden

(n=51)

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa umur responden antara 23-52 tahun dengan usia paling muda 23 tahun dan yang paling tua 52 tahun.

Pada peneltian ini dalam pembagian kategori umur menurut Depkes RI responden remaja akhir sebanyak 2 (3,9%) responden, dewasa awal sebanyak 29 (56,9%) responden, dewasa akhir sebanyak 14 (27,5%) responden dan lansia awal sebanyak 6 (11,8%) responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien dalam kategori sedang yaitu 65,9%. Menurut Wahyudi, (2016) semakin bertambah usia seseorang akan semakin sabar, berpengalaman, lebih dewasa dan meningkatkan ilmu spiritualnya, maka semakin baik pula dalam memberi asuhan keperawatan spiritual.

Sedangkan menurut Negussie, (2012) menunjukkan umur perawat pelaksana pada usia 25 sampai 35 tahun adalah usia dimana seseorang memiliki kematangan mengatur tingkat emosional untuk berpikir baik maupun buruk.

Menurut peneliti semakin bertambahnya usia seseorang akan memiliki komunikasi serta perkembangan mental bertambah baik, maka akan mempengaruhi seseorang dalam pemenuhan kebutuhan spiritual.

Usia menjadi gambaran tentang pemenuhan kebutuhan spiritual perawat yang berkecenderungan lebih dimiliki perawat yang usianya lebih tua. Hasil tersebut menjelaskan bahwa semakin bertambah usia seorang perawat maka

persepsi dalam pemenuhan kebutuhan spiritual tersebut menjadi semakin baik.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Arini et al., (2015) yang menyatakan bahwa pada rentang usia responden antara 26-35 tahun yang termasuk dalam rentang dewasa awal atau muda, maka pada usia ini telah benar-benar mengetahui konsep benar dan salah, menggunakan keyakinan moral, agama dan etik sebagai dasar dari sistem nilai, sudah merencanakan kehidupan, mengevaluasi apa yang sudah dikerjakan terhadap kepercayaan dan nilai spiritualitasnya.

Berdasar hasil analisa dapat disimpulkan, bahwa adanya kecenderungan semakin bertambah usia perawat semakin tinggi orang perhatian terhadap aspek spiritual dan semakin bertambahnya usia, perhatian terhadap aspek spiritual semakin meningkat disebabkan sebagai upaya memperbaiki diri.

Berdasarkan uraian diatas peneliti berpendapat bahwa usia perawat secara garis besar menjadi indikator kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu pada pengalamannya. Karakteristik seorang perawat berdasarkan umur sangat berpengaruh terhadap kinerja, dimana semakin tua usia perawat maka akan semakin bertambah penerimaan, tanggung jawab dan pengalaman terhadap pekerjaannya (Fathoni, (2014) dan Susanti, (2013). Asumsi peneliti 51 mengenai hubungan ini ada kaitannya dengan aspek religiusitas perawat.

Perawat yang berusia lebih tua memiliki tingkatan religius yang lebih tinggi dibandingkan dengan usia muda, sehingga dalam pemenuhan kebutuhan klien lebih peka serta mempunyai kepedulian untuk membantu mengatasinya.

Karakteristik (Tahun) Frekue nsi (f)

Present ase (%) Remaja akhir (17-25)

Dewasa awal (26-35) Dewasa akhir (36-45) Lansia awal (46-55)

2 29 14 6

3,9 56,9 27,5 11,8

Total 51 100

(6)

6

Table 2. Karakter responden berdasarkan jenis kelamin

Hasil penelitian ini didapatkan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 34 (66,7%) responden, sedangkan laki-laki didapatkan 17 (33,3%) responden dari 51 reponden. Menurut Nurherawati, (2019) karena kelamin laki-laki maupun perempuan sama sekali tidak memberikan pengaruh tinggi atau rendahnya suatu tingkat pemenuhan kebutuhan spiritual perawat pada pasien.

Meskipun demikian, pada pekerjaan yang umumnya lebih baik dikerjakan oleh laki-laki, keberhasilan kerja dapat ditunjukkan oleh perempuan dengan pemberian keterampilan yang cukup memadai (Fathoni, (2014) dan Susanti, (2013)).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Angkasa &

Hartono, (2015) di RSUD Kabupaten Batang, serta Zees, (2012) di RSAS Kota Gorontalo bahwa tidak ada hubungan antara variabel karakteristik jenis kelamnin dengan kinerja perawat.

Asumsi penelitian mengenai hubungan ini tidak ada hubungan antara variabel jenis kelamin dengan pemenuhan kebutuhan spiritual karena tidak terdapatnya perbedaan pekerjaan yang dilakukan perawat di ruang isolasi.

Penelitian ini juga sejalan dengan Purwiyanti et al., (2019) yang menyampaikan bahwa penelitian yang dilakukan juga lebih banyak berjenis kelamin perempuan sebesar 73%

respoden. Walaupun perempuan dianggap memiliki watak lebih sensitif dalam menggunakan perasaannya dibandingkan dengan laki-laki yang dianggap memiliki mental yang kuat dalam menghadapi respon yang berbahaya namun perempuan memiliki

watak hati yang lebih halus dan sabar dibandingkan dengan laki-laki.

Berdasarkan uraian diatas peneliti berpendapat bahwa pada jenis kelamin perempuan memang memiliki watak kesabaran yang lebih dibandingkan dengan laki-laki, namun hal ini juga tidak menutup kemungkinan bahwa jenis kelamin laki-laki juga dijumpai dalam pemenuhan kebutuhan piritual spiritual pada penelitian ini. Maka dari itu jenis kelamin tidak menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dalam penelitian ini.

Tabel 3. Tingkat Pendidikan Pendidikan Frekuensi

(f)

Persentase (%)

D3 24 47,1

S1 3 5,9

Ners 23 45,1

Magister 1 2

Total 51 100,0

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa tingkat pendidikan responden adalah D3 keperawatan sebanyak 24 orang, S1 keperawatan sebanyak 3 orang, Ners sebanyak 23 orang dan Magister sebanyak 1 orang.

Pemenuhan kebutuhan spiritual perawat baik dikarenakan semua responden sudah berpendidikan tinggi. Menurut penelitian Septia, (2017) perawat dengan pendidikan yang cukup baik akan melakukan praktik keperawatan yang efektif dan efisien yang selanjutnya akan menghasilkan pelayanan kesehatan yang bermutu tingggi. Tingkat pendidikan yang cukup akan memberikan kontribusi terhadap praktik keperawatan.

Menurut peneliti pendidikan yang tinggi dapat mempengaruhi seseorang dalam meningkatkan motivasi diri untuk lebih baik dalam memberikan pelayanan. Hal ini sesuai dengan konsep pendidikan yang merupakan bimbingan yang diberikan kepada seseorang akan memberikan perkembangan terhadap orang lain menuju jalan cita-cita tertentu yang menuntun seseorang untuk berbuat Jenis

Kelamin

Frekuensi (n)

Persentase (%) Laki – laki 17 33,3

Perempuan 34 66,7

Total 51 100

(7)

7 dan mengisi kehidupan dalam tercapainya suatu keselamatan dan kebahagiaan (Wardah et al., 2017)

Hasil penelitian ini yang dilakukan Marlisa & Pratiwi, (2019) menyatakan bahwa pendidikan terbanyak yaitu pada tingkatan D3 Keperawatan, dengan jumlah responden 18 (16%). Hal ini disebabkan dalam lahan penelitian kebanyakan responden merupakan perawat pelaksana. Berdasarkan uraian diatas peneliti berpendapat bahwa responden yang berpendidikan D3 Keperawatan melakukan pelayanan keperawatan spiritual dengan baik, dikarenakan banyak memberikan keperawatan spiritual untuk mempercepatkesembuhan pasien.

Tabel 4. Distribusi Agama

Hasil penelitian ini didapatkan sebagian besar responden beragama islam sebanyak 48 (94,1%) responden, kristen 2 (3,9%) reponden dan katolik 1 (2,0%) responden dari 51 reponden.

Dalam penelitian ini spiritual sebagai perawatan yang diberikan oleh perawat kepada pasien yang berhubungan dengan agama. Hasil penelitian ini sejalan dengan persepsi kepala ruangan yang menyatakan bahwa pemenuhan spiritual merupakan pemberian perawatan pada pasien dengan mengarahkan pasien 54 ke nilai- nilai spiritual agama yang mereka anut.

Menurut teori Virginia Handerson mengungkapkan bahwa beribadah sesuai dengan Agama dan kepercayaan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat penting, seperti yang dikemukakan oleh Abraham Maslow menjelang akhir hayatnya bahwa kebutuhan dasar manusia tidak cukup hanya ada lima melainkan enam

yaitu kebutuhan transendental diri yang merupakan puncak kesadaran eksistensi manusia dimana secara fitrah manusia menyadari akan adanya Tuhan dan memerlukan pertolongan-Nya.

Berdasarkan uraian diatas peneliti berpendapat bahwa responden memiliki keyakinan dan kepercayaan masing- masing yang dianut terutama dalam pemenuhan kebutuhan spiritualnya.

Tabel 5. Pemenuhan Kebutuhan Spiritual

Pemenuhan kebutuhan spiritual

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Rendah 5 9,8

Sedang 29 65,9

Tinggi 17 33,3

Total 51 100,0

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan piritual pada pasien dengan tingkatan rendah sebanyak 5 (9,8%) responden, sedang sebanyak 29 (56,9%) responden, dan tinggi sebanyak 17 (33,3%) responden. Peran para petugas kesehatan khususnya perawat bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan dan peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritul pasien, sebagai makhluk bio- psiko-sosio-kultural dan spiritual yang berespon secara holistik kesehatan (Rogers & Wattis, 2015)

Berdasarkan penelitian diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden dengan pemenuhan kebutuhan spiritual cukup baik atau sedang yaitu sebanyak 56,9%.

Pemenuhan kebutuhan spiritual ini dilakukan oleh perawat di Rumah Sakit.

Hal ini dapat dipengaruhi oleh para perawat yang mampu melaksanakan perannya dengan baik. Peran tersebut seperti memberikan pemenuhan spiritual dengan menunjukkan rasa kehadiran (memberikan kedekatan dengan klien), berdoa, mendukung hubungan yang menyembuhkan (hubungan dari Agama Frekuensi

(f)

Persentase (%)

Islam 48 94,1

Kristen 2 3,9

Katolik 1 2

Total 51 100,0

(8)

8

keluarga, teman atau sahabat), dan mendukung ritual keagamaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sary, (2018) didapatkan hasil bahwa sebagian besar perawat memiliki pemenuhan kebutuhan spiritual sedang dengan responden sebanyak 36 (76,6%) responden dengan hasil (p vaule = 0,017) yang menunjukkan bahwa ada hubungan keceerdasan spiritual perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual.

Berdasarkan uraian diatas peneliti berpendapat bahwa Perawat dengan kecerdasan spiritual yang tinggi akan mampu memberikan asuhan spiritual yang lebih baik kepada pasien.

Hasil penelitian ini didapatkan hasil minimal 24 dan maksimal 70. Dapat dijelaskan bahwa kategori rendah memiliki score X58,66. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien dengan tingkatan sedang sebanyak 29 responden (56,9%). Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien di ruang isolasi dengan tingkatan sedang. Dalam pemenuhan kebutuhan spiritual ini dilakukan oleh perawat di 56 Rumah Sakit, hal ini dapat dipengaruhi oleh para perawat yang mampu melaksanakan perannya dengan baik. Peran tersebut yaitu memberikan pemenuhan spiritual dengan menunjukkan rasa kehadiran (memberikan kedekatan dengan klien), berdoa, mendukung hubungan yang menyembuhkan (hubungan dari keluarga, teman atau sahabat), dan mendukung ritual keagamaan.

Pelayanan keperawatan spiritual diperlukan tindakan-tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan spiritual antara lain meliputi kehadiran atau pendampingan, dukungan politik keagamaan, membantu pasien berdoa atau mendoakan, dan menganjurkan pasien untuk konseling

spiritual (Winarti et al., 2016). Perawat harus berupaya membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien sebagai bagian dari kebutuhan pasien secara kmprehensif. Perawat diharapkan dan berusaha memenuhi kebutuhan spiritual pasien agar mutu pelayanan asuhan keperawatan meningkat (Ristianingsih et al., 2014). Dalam penelitian ini mayoritas responden berumur 34 tahun dengan umur termuda 23 tahun dan umur tertua 52 tahun, dengan jenis kelamin terbanyak perempuan 34 responden (66,7%), dengan tingkat pendidikan D3 sebanyak 24 responden (47,1%) dan pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien sedang sebanyak 29 responden (56,9%).

Berdasarkan data tersebut berdasarkan jumlah responden terbanyak adalah perawat yang memiliki minimal pendidikan D3 keperawatan. Kemudian seperti yang dijelaskan Arini et al., (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat pendidikan D3 merupakan tingkat pendidikan tinggi.

Perawat dengan pendidikan yang cukup baik akan melakukan praktik keperawatan yang efektif dan efisien dengan tingkat pendidikan yang cukup akan memberikan konstribusi yang baik dalam praktik keperawatan sehinga dalam pemenhuan kebutuan spiritual care pasien dapat terpenuhi secara maksimal. Menurut pendapat peneliti bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi kualitas dalam pemenuhan kebutuhan spiritual sedangkan hal yang dapat mempengaruhi dalam penelitian ini adalah usia, tingkat pendidikan responden.

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil dari penelitian didapatkan bahwa gambaran peran Perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien di masa pandemi Covid-19 RSUD Dr. Moewardi dengan tingkat

(9)

9 sedang sebanyak 29 responden (65,9%), dengan hasil tinggi 17 responden (33,3%), dan dengan hasil rendah 5 responden (9, 8%). Hasil penelitian ini bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat di jadikan sumber informasi bagi peneliti selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Akgün, K. M., Kapo, J. M., & Siegel, M. D. (2015). Critical care at the end of life. Seminars in Respiratory and Critical Care Medicine, 36(06), 921–933.

Angkasa, P., & Hartono, M. (2015).

Pengaruh Karakteristik Demografi, Persepsi Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Keperawatan dan Motivasi dengan Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Batang. Pena Medika Jurnal Kesehatan, 3(1).

Arini, H. N., Susilowati, I., & Mulyono, W. A. (2015). Hubungan spiritualitas perawat dan kompetensi asuhan spiritual.

Jurnal Keperawatan Soedirman, 10(2), 130–140.

Baldacchino, D. R. (2011). Teaching on spiritual care: The perceived impact on qualified nurses. Nurse Education in Practice, 11(1), 47–

53.

Dinkes Jawa Tengah. (2021). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Dossey, B. M. (2013). Holistic nursing:

A handbook for practice. Jones &

Bartlett Publishers.

Fathoni, A. N. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Basic Life Support (BLS) Dengan Perilaku Perawat Dalam pelaksanaan Primary survey Di

RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri.

Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri. Skripsi.

Program Studi S-1 Keperawatan.

Surakarta: STIKES Kusuma Husada.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Covid-19.

https://www.kemkes.go.id/.

Mamier, I., & Taylor, E. J. (2015).

Psychometric evaluation of the nurse spiritual care therapeutics scale. Western Journal of Nursing Research, 37(5), 679–694.

Marlisa, M., & Pratiwi, D. N. (2019).

Gambaran Pengetahuan Perawat tentang Interpretasi EKG pada Pasien Aritmia di Ruang ICCU Rsud Dr Pirngadi Medan. Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist), 13(3), 196–200.

Negussie, N. (2012). Relationship between rewards and nurses’ work motivation in Addis Ababa hospitals. Ethiopian Journal of Health Sciences, 22(2).

Nurherawati. (2019). Hubungan Karakteristik dan Kecerdasan Spiritual Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Layanan Spiritual Pasien Rawat Inap.

ARKESMAS (Arsip Kesehatan Masyarakat), 4(2), 179–184.

Offical Web RS Moewardi. (2021).

PROFIL RSDM.

https://rsmoewardi.com/

Purwiyanti, D., Suryoputro, A., &

Fatmasari, E. Y. (2019).

ANALISIS FAKTOR YANG

BERHUBUNGAN DENGAN

WAKTU TUNGGU PASIEN

RAWAT JALAN DI

(10)

10

PUSKESMAS TLOGOSARI

WETAN KOTA SEMARANG MENURUT PERSEPSI PASIEN.

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 7(1), 41–47.

Qomariah, N. (2012). Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Perilaku Caring Perawat pada Praktek Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan. Skripsi). Universitas Sumatera Utara, Medan.

Raudatussalamah & Fitri, A. R. (2012).

Psikologi kesehatan. Pekanbaru:

Al-Mujtahadah Press.

Ristianingsih, D., Septiwi, C., & Yuniar, I. (2014). Gambaran motivasi dan tindakan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di ruang ICU PKU Muhammadiyah Gombong. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 10(2).

Rogers, M., & Wattis, J. (2015).

Spirituality in nursing practice.

Nursing Standard, 29(39), 51–57.

Sary, S. P. (2018). Hubungan Kecerdasan Spiritual Perawat Dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien Di Rumah Sakit Umum Kaliwates Jember. Skripsi.

Universitas Jember.

Septia, R. D. (2017). Gambaran Kesehatan Spiritual Islam Perawat Di RSUD Kabupaten Tangerang.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, 2017.

Susanti, S. (2013). Peran pekerjaan, peran keluarga dan konflik pekerjaan pada perawat wanita.

Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, 2(2).

Wahyudi, W. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Perilaku Caring Perawat di Ruang Perawatan Interna Rsud Sinjai.

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Wardah, W., Febtrina, R., & Dewi, E.

(2017). Pengaruh Pengetahuan Perawat Terhadap Pemenuhan Perawatan Spiritual Pasien Di Ruang Intensif. Jurnal Endurance:

Kajian Ilmiah Problema Kesehatan, 2(3), 436–443.

Winarti, R., Dharmana, E., & Ardani, H.

(2016). Pengaruh penerapan asuhan keperawatan spiritual terhadap kepuasan pasien di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Diponegoro University.

Wu, L.-F., Tseng, H.-C., & Liao, Y.-C.

(2016). Nurse education and willingness to provide spiritual care. Nurse Education Today, 38, 36–41.

Zees, R. F. (2012). Analisis Faktor Budaya Organisasi Yang Berhubungan Dengan Perilaku Caring Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSUD. Prof.

Dr. H. Aloei saboe Kota Gorontalo. Jurnal Health and Sport, 5(01).

Referensi

Dokumen terkait

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar rumah

Dapat sebagai bahan masukan kepada perawat untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar rasa nyaman; nyeri.. Bagi

Askep populasi rentan penyakit mental, kecacatan dan populasi terlantar C5 CPMK7 Mampu merancang asuhan keperawatan kesehatan wanita dan anak seta kesehatan pria dan wanita C6 CPMK8

Mahasiswa memiliki perumusan diagnosa keperawatan ● Ketepatan dalam merencanakan tindakan keperawatan terhadap keperawatan anak ● Ketepatan dalam konsep pre dan post operative care

Hasil studi menunjukan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien anak pneumonia dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis keseimbangan suhu tubuh dengan masalah keperawatan

i Program Studi D3 Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta 2021 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN

Hasil studi kasus menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien thypoid dalam pemenuhan kebutuhan termoregulasi yang dilakukan tindakan keperawatan terapi nonfarmokologi

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) merupakan metode pelayanan keperawatan yang memfasilitasi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional dan bertanggung