• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum OLEH TIARA OKTARINIE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum OLEH TIARA OKTARINIE"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 ARTIKEL

KEWENANGAN MAHKAMAH AGUNG DALAM MELAKUKAN JUDICIAL REVIEW TERHADAP SURAT KEPUTUSAN BERSAMA NOMOR 047/KMA/SKB/IV/2009 -

02/SKB/P.KY/IV/2009 BERKAITAN DENGAN TATA URUTAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum

OLEH

TIARA OKTARINIE 1210012111184

BAGIAN HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG 2016

(2)
(3)

3

KEWENANGAN MAHKAMAH AGUNG DALAM MELAKUKAN JUDICIAL REVIEW TERHADAP SURAT KEPUTUSAN BERSAMA NOMOR 047/KMA/SKB/IV/2009 - 02/SKB/P.KY/IV/2009 BERKAITAN DENGAN TATA

URUTAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Tiara Oktarinie1, Nurbeti1, Sanidjar Pebrihariati1

1

Study Program of Legal Studies University of Bung Hatta Email: tiara.oktarinie@rocketmail.com

ABSTRACT

The Republic of Indonesia, which holds the Judicial Power is the Supreme Court and the Constitutional Court. In 2011 the Supreme Court hear and determine Judicial Application of the Joint Decree issued by the Chief Justice and Chairman of the Judicial Commission. The formulation of the problem in this study include: (1) How to Conduct Authority of Supreme Court in the Judicial Review of the Joint Decree of the Chief Justice and Chairman of the Judicial Commission of the Code of Ethics and Code of Conduct of Judges? (2) How do the parties Legal Standing Judicial Review? (3) How to Position Joint Decree of the Chief Justice and Chairman of the Judicial Commission in the Sort Order Regulation Legislation Under Law No. 12 of 2011?. The method use is the Normative Research Method, and Data Sources are using Secondary Data Sources. Data collection technique used is Study Documents. Data analysis used is qualitative analysis. Conclusion of Results: (1) the Supreme Court has the right to test the material with the Joint Decree accepting the petition filed by the Petitioners. (2) Legal Standing of the parties conducting the judicial review contained in Decision Number 36 P/HUM/2011 the Supreme Court of the Judicial Review Application. (3) The seat of the Joint Decree on Rules of Order Regulation Legislation Under Law No. 12 of 2011 of the decree of its formation on the orders of Law or Regulation Legislation higher.

Keywords: Authority, Supreme Court, Judicial Review.

Pendahuluan

Di Negara Republik Indonesia yang memegang kekuasaan kehakiman ialah Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi yang bebas dari pengaruh cabang-cabang lainnya. Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga Negara yang

dibentuk berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 24 Ayat (2) yang menyatakan :

“Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada di bawahnya dalam Lingkungan Peradilan Umum, 1

(4)

4 Lingkungan Peradilan Agama, Lingkungan Peradilan Militer, Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi” .

Pada Tahun 2011 Mahkamah Agung memeriksa dan memutus permohonan Uji Materi terhadap Surat Keputusan Bersama yang dikeluarkan oleh Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Komisi Yudisial tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim. Dalam mengadili sebuah perkara tentu harus terdapat hakim yang bijaksana, jujur, dan amanah.

Berkaitan dengan Surat Keputusan Bersama yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung pertanyaan dalam aturan hukum apakah surat keputusan bersama termasuk dalam Tata Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku di Indonesia, karena dalam teori nya hal yang bisa di Uji Materi hanya Produk Peraturan Perundang-Undangan. Dalam hal Uji Materi tersebut Mahkamah Agung merupakan pihak yang menguji produknya sendiri.

Didalam produk hukum yang mengikat umum itu, tidak ada lagi yang namanya “Keputusan”. Dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangan-Undangan, Bab

XII Ketentuan Penutup Pasal 56 menyatakan:

“Semua Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan Gubernur, Keputusan Bupati/ Wali kota, atau keputusan pejabat lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 yang sifatnya mengatur, yang sudah ada sebelum undang-undang ini berlaku, harus dibaca peraturan, sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini”.

Di dalam Surat Keputusan Bersama Nomor 047/KMA/SKB/IV/2009 - 02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang Kode Etik Pedoman Perilaku Hakim ini lahir dari materi muatan 8.1, 8.2, 8.3, 8.4, serta 10,1, 10.2, 10.3, dan 10.4 Surat Keputusan Bersama yang jelas-jelas bukan materi Norma Etik dan/atau Norma Perilaku, melainkan berisi Norma Hukum, yakni Norma Hukum Acara termasuk di dalamnya asas-asas peradilan dan asas-asas umum peradilan yang baik yang mengikat hakim dalam proses peradilan. Hal ini tentu bertentangan dengan Pasal 32A Ayat (4) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 dan Pasal 40 Ayat (2), Pasal 41 Ayat (1) huruf b dan Pasal 41 Ayat (3) serta Pasal 43 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

(5)

5 Profesi Hakim memiliki Sistem Etika yang mampu menciptakan disiplin tata kerja dan menyediakan garis batas tata nilai yang dapat dijadikan pedoman bagi hakim untuk menyelesaikan tugasnya dalam menjalankan fungsi dan mengemban profesinya. Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim ini merupakan panduan keutamaan moral bagi hakim, baik dalam menjalankan tugas profesinya maupun dalam hubungan kemasyarakatan di luar kedinasan.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti dengan judul

“KEWENANGAN MAHKAMAH

AGUNG DALAM MELAKUKAN JUDICIAL REVIEW TERHADAP SURAT KEPUTUSAN BERSAMA NOMOR 047/KMA/SKB/IV/2009 - 02/SKB/P.KY/IV/2009 BERKAITAN

DENGAN TATA URUTAN

PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang diajukan dalam penulisan ini adalah : 1. Bagaimana Kewenangan Mahkamah

Agung dalam Melakukan Judicial Review terhadap Surat Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Komisi Yudisial tentang

Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim?

2. Bagaimana Legal Standing pihak yang melakukan Judicial Review? 3. Bagaimana Kedudukan Surat

Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Komisi Yudisial dalam Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011?

Metode Penelitian

Dalam proposal ini peneliti melakukan penelitian dengan Metode Penelitian Hukum Normatif, yaitu penelitian terhadap asas-asas hukum, perbandingan hukum serta sejarah hukum. Dalam Hukum Normatif, pengelolaan data hakikatnya kegiatan untuk mengadakan sistematik hukum terhadap bahan-bahan hukum yang telah ada.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti dari atau secara tidak langsung melalui perantara, seperti:

1) Bahan Hukum Primer, terutama peraturan perundang-undangan seperti:

(6)

6 a. Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2003 Jo Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi. c. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. d. Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Serta konsep-konsep dan teori yang bersifat umum dan relevan dengan topik masalah.

2) Badan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer, berupa buku-buku teks, hasil karya ilmiah dari kalangan hukum yang berhubungan dengan topik masalah yang dikaji.1

3) Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap Bahan Primer dan Sekunder yaitu berupa Kamus Hukum, Kamus Bahasa

1

Bambang Sungguno, 2013, Metodologi

Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, hlm 41

Indonesia, Koran, Tabloid, Majalah dan artikel-artikel internet yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini peneliti menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia, serta beberapa artikel yang dikutip dari Internet.2

Hasil Penelitian dan Pembahasan Adapun hasil penelitian yaitu :

1. Kewenangan Mahkamah Agung

dalam Melakukan Judicial Review

terhadap Surat Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Komisi Yudisial tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.

Berdasarkan Pasal 24 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 jo Pasal 20 Ayat (2)b dan Ayat (3) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman jo Pasal 31 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 jo Pasal 31A Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung, Mahkamah Agung berwenang menguji Peraturan Perundang-Undangan di

2

Ibid, hlm 42

(7)

7 bawah Undang-Undang terhadap Undang-Undang.

Di dalam Putusan Nomor 36 P/HUM/2011 yang di keluarkan oleh Mahkamah Agung, yang menjawab permohonan keberatan Hak Uji Materil dari pemohon yang menyatakan:

Dalam Azas “Nemo Judex in Rex Sua” yang bermakna bahwa tidak seorang pun dapat menjadi hakim atau mengadili hal yang menyangkut dirinya

sendiri, Majelis Hakim

mempertimbangkan sebagai berikut: a. Hakim tidak boleh menolak perkara

dengan alasan hukumnya tidak ada, atau hukumnya kurang lengkap, melainkan harus mengadilinya (Pasal 10 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman)

b. Tidak ada Badan Peradilan lain yang berwenang secara absolute untuk menyidangkan permohonan Hak Uji Materil ini, kecuali Mahkamah Agung.

c. Secara logika Hukum, seharusnya yang khawatir terlanggar asas Nemo Judex In Rex Sua ini adalah Para Pemohon Hak Uji Materil karena diasumsikan bahwa Hakim tidak dapat berlaku netral dan akan memihak Mahkamah Agung

(Termohon I) In Casu, Para Pemohon Hak Uji Materil tidak menaruh keberatan dan tidak khawatir terlanggarnya asas nemo judex in rex sua, tetapi justru Termohon II (Komisi Yudisial) yang berkeberatan, padahal kepentingan paralel (sama) dengan Termohon I (Mahkamah Agung) yaitu agar Permohonan Hak Uji Materil tersebut ditolak.

d. Objek sengketa ini yaitu Surat Keputusan Bersama tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim pada hakekatnya bukanlah produk hukum yang dibuat sendiri oleh Mahkamah Agung melainkan bersama-sama dengan badan lain yaitu Komisi Yudisial, sehingga tidaklah tepat apabila dikatakan asas “nemo judex in rex sua” dalam kasus ini dapat diartikan sebagaimana yang dimaksudkan bahwa Mahkamah Agung dilarang memeriksa dan mengadili produk hukumnya sendiri, karena yang diperiksa ini merupakan produk bersama dengan badan lain. Dimana tidak semata-mata produk Mahkamah Agung sendiri dan harus bertanggung jawab sendiri.

e. Berdasarkan rangkaian alasan/pertimbangan a s/d d tersebut

(8)

8 di atas, maka keberatan Termohon II (Komisi Yudisial) terhadap terlanggarnya asas Nemo Judex In Rex Sua tidak beralasan nalar yang sehat (common sense) sehingga harus ditolak, dan karenanya dari segi formil atau prosedural Permohonan Hak Uji Materil adalah cukup beralasan dan dapat diterima.

2. Legal Standing Pihak yang

Melakukan Judicial Review

Pemohon baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama adalah kelompok masyarakat atau perorangan sebagaimana dimaksud oleh Pasal 1 Ayat (4) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 01 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materil. kedudukan hukum para Pemohon terdapat dalam Putusan Nomor 36 P/HUM/2011 tentang Permohonan Keberatan Hak Uji Materil terhadap Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Komisi Yudisial Nomor 047/KMA/SKB/IV/2009 – 02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.

Setelah permohonan tersebut diterima oleh Termohon I Mahkamah Agung, maka Kepaniteraan Mahkamah Agung membalas gugatan Pemohon dan menyatakan bahwa SKB tersebut berlaku secara sah berdasarkan hukum

dan harus dipatuhi serta dilaksanakan oleh seluruh hakim di jajaran kekuasaan kehakiman.

Dari jawaban Termohon II (Komisi Yudisial) menyebutkan bahwa permohonan keberatan tersebut tidak sah atau ditolak karena SKB tersebut merupakan untuk profesi khusus yaitu hakim saja bukan untuk profesi Advokat seperti Para Pemohon, dan Termohon II juga menyebutkan bahwa SKB itu sudah sah dan dapat dilaksanakan untuk Profesi Hakim. Dalam jawaban Termohon II juga menyebutkan bahwa keputusan bersama ini dibuat oleh Mahkamah Agung dan Keputusan Bersama ini juga menjadi pedoman untuk Mahkamah Agung dalam mengawasi Hakim. Dalam hal ini, berlaku azas nemo judex in causa sua yaitu Mahkamah Agung tidak berwenang mengadili sengketa ini karena Mahkamah Agung sendiri terlibat didalamnya.

3. Kedudukan Surat Keputusan

Bersama Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Komisi Yudisial dalam Tata

Urutan Perundang-Undangan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

Surat Keputusan Bersama terus dipertanyakan kedudukannya di dalam

(9)

9 Tata Urutan Perundang-Undangan. Seperti yang diketahui dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Hirarki Perundang-Undangan jelas tidak ada Surat Keputasan Bersama di dalam Tata Urutan Perundang-Undangan. Akan tetapi, dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan, bahwa tidak mesti dengan penamaan “peraturan” saja tetapi mencakup pula penamaan atau penyebutan lain-lain, termasuk Surat Keputusan Bersama sepanjang keberadaannya diperintahkan oleh Peraturan Perundang-Undangan yang lebih tinggi dan dibuat oleh lembaga yang berwenang. Dalam perkara ini yang membuat Surat Keputusan Bersama ini ialah Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Komisi Yudisial.

Simpulan

1. Kewenangan Mahkamah Agung dalam Melakukan Judicial Review terhadap Surat Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Komisi Yudisial tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim adalah Berdasarkan Pasal 24 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 jo Pasal 31 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 2004 jo Pasal 31A Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung, Mahkamah Agung berwenang menguji Peraturan Perundang-Undangan di bawah Undang-Undang terhadap Undang-Undang-Undang-Undang 2. Legal Standing pihak yang

melakukan Judicial Review adalah Pemohon baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama adalah kelompok masyarakat atau perorangan sebagaimana dimaksud oleh Pasal 1 Ayat (4) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 01 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materil. Kedudukan hukum para Pemohon terdapat dalam Putusan Nomor 36 P/HUM/2011 tentang Permohonan Keberatan Hak Uji Materil terhadap Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Komisi Yudisial Nomor

047/KMA/SKB/IV/2009 –

02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim. 3. Kedudukan Surat Keputusan

Bersama Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Komisi Yudisial dalam Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

adalah SKB tersebut

(10)

10 pembentukannya berdasarkan perintah Undang-Undang atau Peraturan Perundang-Undangan yang lebih tinggi. Sehingga karenanya SKB tersebut bersifat derivatif dari suatu Undang-Undang.

Saran

Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan, penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Agar Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial sependapat dalam mengambil keputusan dalam membahas aturan untuk profesi hakim agar tidak terjadi penyimpangan dari aturan yang lebih tinggi.

2. Agar legal standing atau kedudukan hukum pihak yang melakukan Judicial Review tidak perlu dipertanyakan lagi, karena sudah jelas terdapat dalam Putusan Nomor 36 P/HUM/2011.

Ucapan Terima Kasih

Penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada Ibu Nurbeti SH., MH., selaku Pembimbing I, sekaligus sebagai Wakil Dekan Fakultas Hukum, dan Ibu Dr. Sanidjar Pebrihariati R, SH., MH., selaku Pembimbing II yang telah

banyak membantu dan memberikan nasehat maupun saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Dwi Astuti Palupi, SH., MH., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta.

2. Bapak Suamperi, SH., MH., selaku Ketua Bagian Hukum Tata Negara Universitas Bung Hatta sekaligus Penguji 2, Bapak Drs. Suparman Khan, M.Hum., selaku Penguji 1 dan Ibu Resma Bintani Gustaliza, S.H., M.H., selaku Penguji 3

3. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta, yang telah banyak memberi ilmu selama penulis belajar di Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta serta Bapak dan Ibu Karyawan dan Karyawati Fakultas Hukum yang telah membantu.

4. Untuk kedua Orang Tua saya Papa Chairil Anwar dan Mama Arfia, dan Abang Ilham Chairil, serta Keluarga Besar Kedua Orang Tua saya yang tak lelah membimbing, memberikan do’a dan semangat kepada penulis

(11)

11 DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Bambang Sungguno, 2013, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta. Dani Elpah, 2014, Masalah Legal

Standing Dalam Putusan Hak Uji Materil Mahkamah Agung Tahun 2012 s.d 2014, Puslitbang Hukum dan Peradilan Badan Litbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung RI, Jakarta.

Hendarmin Ranadireksa, 2007, Visi Bernegara Arsitektur Konstitusi Demokrasi, Fokusmedia, Bandung. Jimly Asshiddiqie, 2010, Hukum Acara

Pengujian Undang-Undang Cet-1, Sinar Grafika, Jakarta.

______________, 2011, Kontitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta.

______________, 2012, Hukum Acara Pengujian Undang-Undang Cet-2, Salemba Empat, Jakarta.

Inu Kencana Syafiie, 2002, Sistem Pemerintahan Indonesia

(cet.kedua),Rajawali Pers, Jakarta. Kansil C.S.T dan Christine, 2008, Sistem

Pemerintahan Indonesia (Edisi Revisi), Rajawali Pers, Jakarta. ______________________, 2011, Empat

Pilar Berbangsa dan Bernegara, Rajawali Pers, Jakarta.

Ni’matul Huda, 2006, Hukum Tata Negara Indonesia, PT. RajaGrafindo

Persada, Jakarta.

Miriam Budiardjo, 1998, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Moh Mahfud MD, 2009, Konstitusi Dan Hukum dalam Kontroversi Isu, Rajawali Pers, Jakarta.

_______________, 2011, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi (cet-2), Rajawali Pers, Jakarta.

_______________, 2014, Politik Hukum, Rajawali Pers, Jakarta.

Soerjono Soekanto, 2013, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Pers, Jakarta.

Suherman Toha, 2011, Eksistensi Surat Keputusan Bersama Dalam Penyelesaian Konflik Antar Dan Intern Agama, Badan Pembinaan Hukum Nasional Dan HAM Kementrian RI, Jakarta.

B. Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

(12)

12 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

Surat Keputusan Bersama Nomor 047/KMA/SKB/IV/2009 - 02/SKB/P.KY/IV/2009 Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Komisi Yudisial tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim. Putusan Nomor 36 P/HUM/2011

Mahkamah Agung tentang Permohonan Hak Uji Materil Surat Keputusan Bersama tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.

C. Sumber Lainnya

Diana Kusumasari, Syarat dan Tata Cara Pengajuan Judicial Review ke MA dan MK,

http://www.hukumonline.com/klinik/ detail/cl4944/judicial-review, di akses pada tanggal 22 Januari 2016 Fungsi Mahkamah Agung,

https://www.mahkamahagung.go.id/ pr2news.asp?bid=7, diakses pada tanggal 22 Januari 2016

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kedudukan,Kewenangan,Kewajiban

Mahkamah Konstitusi ,

http://www.mahkamahkonstitusi.go.i d/index.php?page=web.ProfilMK&i d=3, diakses pada tanggal 22 Januari 2016

Rossy Nurcholida, Tingkatan Lembaga Peradilan I Indonesia, http://rossynurcholida.blogspot.co.id /2012/12/tingkatan-lembaga-peradilan-di-indonesia_18.html, di akses tgl 22 Januari 2016. 10

Referensi

Dokumen terkait

dalam memperjuangkan kepentingannya, Pasal 119 HIR/Pasal 143 RBg memberi wewenang kepada Ketua Pengadilan Negeri (PN) untuk memberi nasehat dan bantuan kepada

“Bahwa seorang penanggung yang telah membayar kerugian sesuatu barang yang diasuransikan, menggantikan pihak tertanggung dalam segala hak yang diperolehnya terhadap

1) Desentalisasi yaitu melaksanakan semua urusan yang semula adalah kewenangan pemerintahan menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus urusan

Maka salah satu upaya yang dilakukan peneliti adalah dengan penerapan pembelajaran Problem Posing pada pembelajaran matematika pada kelas IX B MTs Negeri Sumberagung

Dalam menghadapi masalah- masalah yang terjadi di dalam lembaga pemasyarakatan terutama dalam kasus kekerasan terhadap narapidana oleh petugas lembaga pemasyarakatan maka

Judul Penelitian : Pengaruh Pemanasan Membran, Perbedaan Tekanan dan Waktu Permeasi Pada Pemisahan CO 2 /CH 4 Untuk Pemurnian Biogas Menggunakan Membran Polyimide Dan

Tabel 4.2.4.1 Frekuensi Pernyataan Responden Terhadap Tangibles Tabel 4.2.4.2 Frekuensi Pernyataan Responden Terhadap Reliability Tabel 4.2.4.3 Frekuensi Pernyataan Responden

Perkebunan Nusantara IV (Persero) dapat dilihat dari perbandingan pertumbuhan antara pertumbuhan pendapatan dan biaya terhadap laba operasi perusahaan. Untuk dapat