(\l OI $ o\ €\ € t o\ \o o\ z G () v
E.E
o,'a
g t-C o 9(6 t, ur.= = 3 E5T Nr tr=(!{-5J
x2<{
fi=
Eg?tt
atrES
!EZ o;B3:;
^-(l)trCt==
E x=6€ € 6o oJS *EEfi
-.! oO o oa
q
s6fi.=
E;=5
H
:s$=
*r
\ :!=o?o.s=3:
$Bir
E=EE
.-)+t- --l2v@o :E 3Ei
f, S E,-BE=!.8
,EerS
G;E
EIE
Fg
Eg
aa .F{ L\J bo d a-\ +.()a
H
e]
BI SI€l
Il
B
s
\rI 3l rtlul
\l
6 6l Ai Eft -RX IV ztr pdE#
t>6 &E z \=1 & G z z .I r-' o\ o\ \o N rra 'lP,i
-, r-'! -,=
=$
=
=3
- z\=
=5
=
=He
==EE
--h\,===x
=z=r
eE.iE-+=REE
i==t
t-i -l EiIl .;'4=
=
E -E-- = E=
HE * E.: E5I -.}d - Er. C0 =3 lal e r(E c{ w-@E
SINTESIS NANOPARTIKEL MAGNET PERMANEN OKSIDA SISTEM Ba1-xLaxFe12O19 (x = 0; 0,1; 0,2; 0.25 and 0.3) MENGGUNAKAN TEKNIK
MECHANICAL MILLING BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL
I Gusti Agung Putra Adnyana1* Komang Ngurah Suarbawa1* Ni
Nyoman Susi Kesuma Wardani1* Laura Laudensia Senly Jalut1*
1Departemen Fisika, FMIPA, Universitas Udayana, Bali
PENDAHULUAN
• Dari hasil Analisa kimia dari pasir besi Indonesia cukup baik, dengan kualitas kandungan total Fe mencapai sekitar 54,96 %, P dan S kurang dari 0.08%, TiO2 kurang dari 10%. Oleh karena itu dengan potensi mineral alam pasir besi di Indonesia yang baik dan cukup melimpah ini sudah semestinya dapat dimanfaatkan juga sebagai bahan baku untuk pembuatan magnet.
• Material magnet permanen merupakan material yang aplikasinya cukup luas sekali sejalan dengan perkembangan teknologi, yaitu: digunakan sebagai holder, komponen filter untuk penyaringan logam sampai pada tingkatan pemakaian pada material maju seperti untuk komponen elektrik /elektronik, dan untuk komponen komputer (data memori).
• Pada penelitian ini difokuskan pembuatan magnet permanen berbasis ferrite yang termodifikasi dengan logam tanah jarang serta menggunakan bahan baku Fe dari pasir besi local dan La dari logam tanah jarang lokal, agar dapat tercapai kekuatan magnet atau remanensi magnet sebesar 5 kGauss
PENDAHULUAN
• Pada penelitian ini dilakukan modifikasi magnet
permanen sistem ferrite dengan mensubstitusi
atom barium (Ba) dengan atom lanthanum (La).
• Sistem yang dibangun adalah mensintesis bahan
magnet permanen berbasis Ba
1-xLa
xFe
12O
19dengan menggunakan metode solid state
reaction, dengan harapan material lanthanum
dapat menempati sebagian posisi dari atom
barium.
PERMASALAHAN
Permasalahan disini muncul yaitu
bagaimana untuk membuat magnet
permanen berbasis Ba
1-xLa
xFe
12O
19dengan
remanensi magnet yang tinggi.
TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah
• untuk mengetahui efek dari substitusi
lanthanum ini terhadap medan coersivitas
pada magnet permanen yang berbasis
Ba
1-xLa
xFe
12O
19dengan variasi komposisi
(x = 0; 0,02; 0,04; dan 0,08),
• untuk mengetahui komposisi yang optimal
dari sisi struktural dan magnetik.
METODE PENELITIAN
• Sintesis Ba
1-xLa
xFe
12O
19dilakukan dengan metode solid state
reaction.
• Bahan baku yang digunakan dalam sintesis ini adalah Fe
2O
3,
BaCO
3, dan La
2O
3, dengan perhitungan stokiometri seperti
berikut :
KARAKTERISASI
Untuk mengetahui struktur dan fasa yang terbentuk pada sampel, dilakukan karakterisasi menggunakan XRD (Difraktometer Sinar-X) merek Phillips Pan Analytical Empyrean dengan sudut 2θ sebesar 20°‒80° menggunakan anoda Cu dengan panjang gelombang sebesar 1.5418740 Ǻ. Pola difraksi sinar-X yang dihasilkan akan dianalisis dengan menggunakan program GSAS.
Pengamatan morfologi permukaan dan analisis unsure-unsur sampel
dilakukan menggunakan alat SEM (Scanning Electron Microscope) dan EDS (Energy Dispersive Spectroscopy) merk JEOL JSM-6510 LA.
Pengukuran sifat magnetic dilakukan menggunakan peralatan VSM (Vibrating Sample Magnetometer) merk Oxford dengan magnetisasi sebesar 1 Tesla.
HASIL DAN PEMBAHASAN
• Pola difraksi sinar-X sampel magnet permanen Ba1-xLaxFe12O19 dengan variasi komposisi (x = 0; 0,02; 0,04; dan 0,08) yang disintesis
menggunakan metode solid state reaction.
• Hasil identifikasi sampel
menunjukkan bahwa untuk semua komposisi x = 0; 0,02; 0,04; dan 0,08 memiliki fasa tunggal barium heksaferit (BaFe12O19).
• Hal ini ditunjukkan bahwa puncak-puncak utama yang terbentuk memiliki posisi sudut difraksi dan intensitas yang sesuai dengan fasa BaFe12O19.
(a) x = 0 (b) x = 0,02
(c) x = 0,04 (d) x = 0,08
Gambar 2. Refinement pola difraksi sinar-X sampel Ba1-xLaxFe12O19 dengan variasi
Table 1. Tabel fasa, lattice parameter, volume, massa jenis, fraksi massa dari sampel Ba1-xLaxFe12O19 dengan variasi komposisi (x = 0; 0,02; 0,04; dan 0,08).
Sampel (x)
Fasa Parameter Kisi (Å) V
(Å3) (g/cm3) Fraksi (%) Rwp Chi a b c 0 BaFe12O19 5.8865 5.8865 23.1868 695.81 11,570 100 3,98 1,194 0,02 BaFe12O19 5.8789 5.8789 23.1512 692.95 11,015 100 4,01 1,146 0,04 BaFe12O19 5.8745 5.8745 23.1306 691.29 10,870 100 4,18 1,253 0,08 BaFe12O19 5.8720 5.8720 23.1208 690.40 10,547 100 4,34 1,244
Berdasarkan dari Gambar 2 dan Tabel 1 dapat dilihat bahwa hasil refinement data XRD menunjukkan kesesuaian antara data sampel dengan database yang telah ada. Hal ini digambarkan dengan nilai Rwp dan chi2. Rwp merupakan
perbedaan rasio massa antara data perhitungan dan data percobaan (Rwp < 10%), sedangkan chi2 merupakan perbandingan antara pola XRD percobaan
• Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa fasa yang terbentuk dalam sampel Ba
1-xLaxFe12O19 dengan variasi komposisi (x = 0; 0,02; 0,04; dan 0,08)
memiliki fasa tunggal pada semua komposisi.
• Hasil refinement tersebut didukung pula oleh observasi mengenai
morfologi dari partikel-partikel pada sampel dengan menggunakan SEM yang ditunjukkan pada Gambar 3.
• Gambar 3 menunjukkan struktur morfologi dari sampel Ba1-xLaxFe12O19
dengan variasi komposisi (x = 0; 0,02; 0,04; dan 0,08). Terlihat bahwa pada semua komposisi, bentuk dan ukuran partikel terlihat homogen antara satu partikel dan partikel lainnya. Di sisi lain, ukuran partikel yang
terbentuk pada sampel Ba1-xLaxFe12O19 dengan variasi komposisi (x = 0;
0,02; 0,04; dan 0,08) mengalami penyusutan sebanding dengan meningkatnya komposisi lanthanum yang diberikan.
SEM-EDS
• Pada gambar 3 terlihat bahwa pada penambahan lanthanum pada barium hexaferrite,
terjadi penyusutan volume. Penyusutan ini terjadi
dikarenakan oleh perbedaan dari ukuran jari-jari atom. Jari-jari atom barium (Ba = 2.15 Å) lebih besar dibandingkan jari-jari atom lanthanum (La = 1.95 Å). Hal ini tampak dengan pengamatan morfologi partikel juga
menunjukkan hal yang sama bahwa hadirnya substitusi lanthanum ke dalam atom barium ini berdampak secara mikro.
(a) x = 0 (b) x = 0,02
(a) x = 0,04 (b) x = 0,08
Tabel 2. Hasil analisis unsur menggunakan energy dispersive spectroscopy (EDS) sampel Ba1-xLaxFe12O19 dengan variasi komposisi (x = 0; 0,02; 0,04; dan 0,08).
No. Unsur Energi (keV) Fraksi Massa Sampel (%)
x = 0 x = 0,02 x = 0,04 x = 0,08
1 Ba 4,46 12,41 11,92 11,44 11,03
2 La 4,64 - 0,46 1,21 1,89
3 Fe 6,39 59,07 59,46 58,98 59,15
4 O 0,52 28,52 28,16 28,37 27,93
Pada Tabel 2 ditunjukkan bahwa dengan meningkatnya nilai x, unsur lanthanum juga semakin membesar. Hal ini membuktikan bahwa komposisi lanthanum pada sampel meningkat sementara komposisi unsure barium menurun. Kondisi ini memberikan arti bahwa diduga sebagian posisi atom Ba telah tergantikan oleh atom La, artinya bahwa proses substitusi atom La ke dalam atom Ba telah berhasil, karena berdasarkan hasil analisis difraksi sinar-X bahwa semua sampel merupakan fasa tunggal. Namun keberhasilan substitusi ini belum memberikan pemahaman yang diingin pada penelitian ini. Dampak yang perlu diperlihatkan adalah efek substitusi ini terhadap perubahan sifat magnetic bahan.
Pada Gambar 4. tampak bahwa kurva membentuk pola histerisis loop tertutup, dengan kata lain bahwa hubungan antara M dan H tidak linier. Ketika intensitas medan magnet H dinaikkan hingga mencapai H = 1 Tesla, nilai M mengalami titik saturasi yang disebut dengan magnetisasi saturasi, kemudian ketika medan magnet H diturunkan, lintasan kurva tidak kembali melewati lintasan kurva semula. Pada harga H = 0 ini, magnetisasi M mempunyai nilai tertentu. Kondisi ini disebut dengan magnetisasi remanen Mr atau remanensi bahan. Selanjutnya harga intensitas medan magnet H diturunkan terus (berharga negatif), kurva M akan memotong sumbu pada medan magnet H yang dinotasikan sebagai Hc. Intensitas Hc inilah yang diperlukan untuk membuat rapat fluks B = 0 atau menghilangkan fluks dalam bahan. Intensitas magnet Hc ini disebut koersivitas bahan atau medan koersivitas.
Gambar 4. Kurva histerisis sampel Ba1-xLaxFe12O19 dengan variasi komposisi (x = 0; 0,02;