• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tinggi Wajah Anterior Bawah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala Suku Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Tinggi Wajah Anterior Bawah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala Suku Aceh"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Journal Caninus Denstistry Volume 1, Nomor 4 (November 2016): 70 - 75

Gambaran Tinggi Wajah Anterior Bawah Pada

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala Suku Aceh Lindawati, Kemala Hayati, Komalawati

Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK

Sefalometri adalah suatu teknik radiograf yang digunakan untuk tujuan pengukuran kepala, serta digunakan dalam menunjang diagnosis maupun evaluasi perawatan ortodonti. Permasalahan vertikal wajah memiliki keterkaitan terhadap tinggi wajah anterior bawah seseorang. Tinggi wajah anterior bawah atau LAFH (Lower Anterior Facial Height) adalah jarak vertikal diantara anterior nasal spine

dan menton. Penelitian mengenai tinggi wajah anterior bawah pernah dilakukan baik pada ras

kaukasoid maupun ras mongoloid. Hasil dari penelitian kedua ras tersebut menunjukkan rerata tinggi wajah anterior bawah yang lebih besar pada laki-laki dari pada perempuan, namun di Aceh belum ada penelitian tersendiri terkait tinggi wajah anterior bawah. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran tinggi wajah anterior bawah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala Suku Aceh. Penelitian ini menggunakan data sekunder sebanyak 20 sampel berupa foto sefalogram mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala yang diambil dengan teknik purposive sampling. Pengukuran tinggi wajah anterior bawah dilakukan dengan tracing manual pada sefalogram dengan alat penggaris besi yang diukur dari titik Anterior Nasal Spine sampai Menton. Hasil penelitian menunjukkan rerata tinggi wajah anterior bawah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala sebesar 63,51 mm pada laki-laki dan 58,81 mm pada perempuan. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala Suku Aceh berjenis kelamin laki-laki memiliki nilai rerata tinggi wajah anterior bawah yang lebih besar daripada perempuan.

Kata kunci: Tinggi wajah anterior bawah, sefalometri lateral, suku Aceh ABSTRACT

Cephalometric radiography is a technique used for the purpose of measuring head and is used in the diagnosis and evaluation of orthodontic treatment. Vertical faces problems have been associated with lower anterior facial height’s person. Lower anterior facial height or LAFH is a vertical distance between anterior nasal bones and menton. Research on the lower anterior facial height've done well in Caucasian and Mongoloid races. The results of the second study showed the average height of the race according to the anterior face larger in men than in women, but in Aceh has been no independent studies related to lower anterior facial height. This research is a descriptive study that aims to see the picture of the lower anterior facial height on the students of the Faculty of Dentistry, University of Syiah Kuala Tribe Aceh. This study uses secondary data from 20 samples in photos sefalogram from students of Dentistry, University of Syiah Kuala, taken by purposive sampling technique. lower anterior facial height measurement is done by manual tracing on sefalogram with metal ruler tool which is measured from the point of the anterior nasal Spine until Menton. The results showed an average anterior facial height above the students of the Faculty of Dentistry, University of Syiah Kuala by 63.51 mm in men and 58.81 mm in women. Students of the Faculty of Dentistry, University of Syiah Kuala Tribe Aceh sex male has an average value lower anterior facial height is larger than the female.

Key words: Lower anterior facial height, lateral cephalometric, Acehnese.

PENDAHULUAN

Kedokteran gigi pada saat ini sudah mengalami perkembangan yang baik di segala

bidang, tidak ketinggalan pada teknologi radiografi. Banyak jenis foto roentgen yang dapat membantu dokter gigi dalam menegakkan

(2)

diagnosis sesuai dengan indikasi dan keperluannya baik intra oral maupun ekstra oral.1,2 Salah satu yang termasuk dalam radiografi ekstraoral di antaranya yaitu sefalometri.3 Sefalometri adalah gambaran radiografi tulang tengkorak yang digunakan secara luas dalam pemeriksaan ortodonti untuk menilai hubungan gigi dengan rahang dan rahang dengan skeletal wajah.4,5 Awalnya sefalometri lebih banyak digunakan untuk mempelajari tumbuh kembang kompleks kraniofasial kemudian berkembang sebagai sarana yang sangat berguna untuk mengevaluasi keadaan klinis misalnya membantu menentukan diagnosis, merencanakan perawatan serta menilai hasil perawatan dalam bidang ortodonti.5,6 Perhitungan dan perbandingan dari titik-titik, jarak dan garis pada skeletal wajah merupakan hal yang penting dalam pemeriksaan ortodonti.5 Analisis sefalometri juga digunakan untuk mengevaluasi permasalahan vertikal wajah pasien yang berkaitan dengan pemeriksaan skeletal dan hubungan dental yang akurat.7 Permasalahan vertikal wajah memiliki keterkaitan terhadap tinggi wajah anterior bawah seseorang. Tinggi wajah anterior bawah atau LAFH (Lower Anterior Facial Height) adalah jarak vertikal diantara anterior nasal spine dan

menton.7,8 Pengukuran terhadap tinggi wajah

anterior bawah merupakan salah satu evaluasi vertikal yang memiliki kaitan erat terhadap estetika seseorang maupun terhadap perawatan ortodonti.9,10,11 Tinggi wajah pada orang dewasa muda menjadi suatu hal yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan keharmonisan wajah dan juga menjadi faktor utama dalam menentukan bentuk wajah seseorang.9 Salah satu faktor yang membedakan pertumbuhan dan perkembangan dentokraniofasial dan fisik seorang individu terdapat pada ras. Menurut Zukerman (1990:1297) ras adalah suatu hasil perkawinan, yang secara geografis merupakan populasi yang terpisah yang dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifat fisik dari anggota dan spesies lain. Kebanyakan definisi ras memasukkan komponen biologis, dimana diasumsikan bahwa manusia dapat dibedakan dalam kelompok berdasarkan persamaan ciri-ciri fisik dan tendensi tingkah laku. Kelompok tersebut secara umum diklasifikasikan sebagai Mongoloid, Caucasoid, dan Negroid. Aceh adalah salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan suku, ras dan budaya.12,13

Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak paling ujung bagian barat Pulau Sumatera yang memiliki luas wilayah 57.365,57 km2 atau 2,88 % dari luas Negara Republik Indonesia, dengan jumlah penduduk 4.948.907 jiwa. Berdasarkan beberapa kajian diketahui bahwa penduduk yang mendiami wilayah Aceh berasal dari percampuran darah beberapa bangsa lain, yaitu Arab, China atau Mongol, Eropa (Portugis) dan Hindia.11,12

Saat ini belum diketahui berapa tinggi wajah anterior bawah pada suku Aceh sehingga penelitian ini sangat diperlukan. Pengukuran tinggi wajah anterior bawah sebaiknya dilakukan ketika masa pertumbuhan dan perkembangan telah berhenti. Pertumbuhan secara fisik berhenti pada umur yang berbeda-beda antara laki-laki dan perempuan. Goldstain (1996) di Swedia, diketahui perempuan berhenti mengalami pertumbuhan linear pada umur 17,5 tahun, dan umur 19,2 tahun pada laki-laki, sedangkan menurut Taranger & Hagg cit. Artaria, laki-laki di Amerika Serikat dengan status sosial-ekonomi menengah ke atas mencapai pertumbuhan maksimal pada umur 21 tahun, dan perempuan pada umur 18 tahun.10

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui berapakah tinggi wajah anterior bawah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala yang bersuku Aceh bila ditinjau dari studi radiografi sefalometri lateral.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini berupa deskriptif, yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tinggi wajah anterior bawah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala suku Aceh. Penelitian dilakukan di Ruang Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Syiah Kuala pada bulan Mei 2016. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala angkatan 2006 sampai 2011 suku Aceh berusia 18-25 tahun. Sampel penelitian yang digunakan berupa foto roentgen sefalogram lateral mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala suku Aceh yang memenuhi kriteria inklusi

Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara purposive sampling yaitu, sampel yang diambil hanya yang memenuhi kriteria inklusi. Penentuan besar sampel

(3)

penelitian menggunakan total sampling yaitu seluruh sampel penelitian yang diambil memenuhi kriteria inklusi yaitu, sebanyak 20 sampel. Adapun kriteria inklusi sampel penelitian yaitu, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala angkatan 2006 sampai 2011 suku Aceh sampai dua generasi,usia 18-25 tahun, gigi lengkap (kecuali molar ketiga), hubungan molar pertama klas I Angle, yaitu cusp mesiobukal gigi molar pertama atas berada pada

groove bukal gigi molar pertama bawah dan

tonjol gigi kaninus atas terletak di antara tonjol gigi kaninus dan insisivus lateral bawah, susunan gigi teratur atau derajat ketidakteraturan ringan.

Alat dan bahan yang digunakan adalah foto sefalogram, penggaris, pensil 4H dan penghapus karet, kertas asetat + selotip, dan gunting. Pengukuran tinggi wajah anterior bawah dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Dilakukan pendataan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala Suku Aceh dengan cara menggunakan metode pengumpulan data berupa check list yang diperoleh berdasarkan data pada subjek penelitian terdahulu untuk memperoleh film radiografik sefalometri lateral yang memenuhi kriteria pada penelitian ini, kemudian film radiografik sefalometri lateral tersebut

di-tracing untuk menentukan garis tinggi wajah

anterior bawah (LAFH) sehingga, akan diketahui ukuran tinggi wajah anterior bawah dari pasien tersebut.6,14 Indikator tinggi wajah anterior bawah tersebut adalah berdasarkan nilai normal pada Ras Kaukasoid.15

2. Dilanjutkan dengan proses tracing (penapakan). Kertas asetat direkatkan ke sefalogram dengan perekat isolasi. Sefalogram dijejakkan menggunakan pensil pada kertas asetat untuk : (1) tracing anatomi jaringan keras dan jaringan lunak yang terdapat pada foto sefalometri lateral; (2) menentukan titik-titik yang diperlukan, yaitu meliputi Anterior Nasal Spine (ANS) dan Menton (ME); (3) menentukan panjang garis tinggi wajah anterior bawah (LAFH) dengan penggaris; (4) melakukan pengukuran tinggi wajah anterior bawah (LAFH) dengan penggaris.6,14,16

3. Pengukuran tinggi wajah anterior bawah atau LAFH (Lower Anterior Facial Height) adalah suatu jarak linear yang diukur antara Anterior Nasal Spine (ANS) dan Menton (Me).16 Pengukuran jarak tersebut dilakukan oleh dua

orang pengukur dengan menggunakan penggaris besi sebanyak tiga kali pengukuran pada sampel yang sama. Nilai yang diambil adalah nilai rata-rata dari keseluruhan hasil pengukuran.

Analisis data menggunakan Statistical

Package for the Social Sciences (SPSS). Adapun

langkah-langkah dalam menganalisis data adalah dimulai dengan mengaktifkan data view kemudian dilanjutkan dengan pengisian data berupa jenis kelamin, umur dan nilai tinggi wajah anterior bawah yang diperoleh pada kolom variabel view. Selanjutnya yaitu melakukan analisis deskriptif.

HASIL PENELITIAN

Data dari penelitian ini adalah data sekunder yang didapatkan dari gambaran sefalometri lateral dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala yang bersuku Aceh. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala pada tanggal 16 Mei 2016 – 20 Mei 2016. Subjek penelitian ini terdiri dari 20 sampel yang terdiri dari 10 laki-laki dan 10 perempuan yang diambil menggunakan metode Non Random (Non Probability) sampling dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian didapat dari mengukur tinggi wajah bawah yang diperoleh dari pengukuran anterior

nasal spine (ANS) ke menton (Me) dapat dilihat

dalam Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Distribusi frekuensi tinggi wajah anterior bawah (ANS – Me)

Jenis Kelamin

Tinggi Wajah Anterior Bawah (ANS - Me) Rata – Rata SD N Min Max Laki - Laki 63,51 3,22 10 58,66 69,66 Perempuan 58,81 3,90 10 53,50 63,66

Penelitian ini dianalisis secara deskriptif untuk memperoleh perbandingan nilai rata-rata tinggi wajah anterior bawah antara laki-laki dan perempuan yang ditunjukkan pada Tabel 1.

Sebaran data pada penelitian ini dilihat menggunakan uji normalitas Kolmogrov-Smirnov atau Shapiro Wilk untuk melihat data berdistribusi normal atau tidak. Uji

(4)

Kolmogorov-Smirnov dipergunakan untuk sampel besar sedangkan Shapiro Wilk untuk sampel yang sedikit. Data pada penelitian ini berada pada skala kecil (n=20) maka dari itu uji Shapiro Wilk dapat digunakan untuk melihat sebaran data pada penelitian.17 Berdasarkan nilai Shapiro Wilk diperoleh nilai p = 0,838 (nilai p > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa data pada penelitian ini berdistribusi normal.

PEMBAHASAN

Perbedaan asal-usul dari berbagai suku bangsa akan menyebabkan keanekaragaman genetik. Indonesia sendiri merupakan negara yang terdiri dari beragam suku dan bangsa. Sefalometri menjadi suatu metode pengukuran kepala dan wajah yang dapat mengindikasi adanya variasi bentuk manusia pada berbagai suku.18

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh rata-rata tinggi wajah anterior bawah pada salah satu suku di Indonesia yaitu suku Aceh. Hasil didapatkan setelah dilakukan tracing pada foto sefalogram mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala dengan pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pada setiap sampel penelitian. Penelitian ini menggunakan uji deskriptif untuk mendapatkan nilai rerata tinggi wajah anterior bawah pada suku Aceh.

Dari total 38 sampel hanya 20 sampel penelitian yang dapat memenuhi kriteria. Hal ini dikarenakan banyaknya sampel lainnya yang bukan berstatus sebagai mahasiswa Fakuiltas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala, sedangkan penelitian ini dilakukan hanya pada lingkup Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala yang juga menjadi salah satu syarat kriteria inklusi pada penelitian ini.

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 1. didapatkan nilai rerata tinggi wajah anterior bawah sebesar 63,51 mm pada laki-laki dan 58,81 mm pada perempuan. Penelitian ini dilakukan pada rentang usia 18-25 tahun. Rentang usia ini merupakan rentang usia mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala. Penelitian Akinbami di tahun 2012 dengan rentang usia yang sama, ia memperoleh nilai rerata tinggi wajah anterior bawah 52,21-75,59 mm pada laki-laki dan 44,68-69,26 mm pada perempuan.19 Hasil tersebut selaras dengan penelitian ini, dimana sama-sama menunjukkan adanya nilai rerata tinggi wajah anterior bawah

yang lebih besar pada laki-laki dibandingkan pada perempuan.

Orang Indonesia umum adalah ras mongoloid,18 termasuk orang Aceh. Yan Gu (2010) melakukan studi pada ras mongoloid di China daratan yang memiliki rearata panjang wajah tengah, panjang mandibula, dan tinggi wajah anterior bawah yang lebih besar pada laki-laki dibandingkan pada perempuan. Nilai rerata panjang wajah tengah, panjang mandibula, dan tinggi wajah anterior bawah pada laki-laki adalah 92,0 mm, 125,4 mm dan 74,9 mm, sedangkan pada perempuan adalah 87,5 mm, 119,4 mm dan 69,4 mm.17

Di Indonesia, Ulfa dkk pernah melakukan penelitian tentang tinggi wajah anterior bawah di Surabaya pada tahun 2011. Hasilnya tidak jauh berbeda dengan penelitian tinggi wajah anterior bawah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala, dimana rentang rerata hasil penelitian ini masih dalam rentang penelitian yang dilakukan Ulfa dkk, nilainya yaitu 65-82 mm pada laki-laki dan 43-73 mm pada perempuan.20

Pengaruh hormon seks sangat berperan untuk menentukan perkembangan wajah seseorang.21,22 Hormon steroid seks meningkatkan sekresi hormon pertumbuhan atau

growth hormone (GH). GH dikeluarkan dalam

jumlah besar dan berhubungan dengan pacu tumbuh. Pacu tumbuh memberi kontribusi sebesar 17% dari tinggi dewasa laki-laki dan 12% dari tinggi dewasa perempuan.21 Pada penelitian ini laki-laki memiliki rerata tinggi wajah anterior bawah yang lebih besar dengan hasil 63,51 mm dibandingkan dengan perempuan yaitu 58,81 mm. Hal ini sesuai dengan penelitian Akinbami dimana pengaruh hormon seks pada laki-laki dari hasil penelitiannya juga lebih tinggi daripada perempuan, yaitu sebesar 52,21-75,59 mm pada laki-laki dan 40,55-69,26 mm pada perempuan.19

Suku Aceh berasal dari percampuran beberapa ras. Hal ini menjadikan Aceh ragam akan ras, termasuk di dalamnya ras kaukasoid dan mongoloid, namun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Akinbami pada ras kaukasoid dan Yan Gu pada ras mongoloid, tidak menunjukkan nilai rerata tinggi wajah anterior bawah yang sama dengan suku Aceh pada penelitian ini. Terdapat perbedaan nilai rerata suku Aceh dengan nilai rerata dari kedua ras tersebut. Kondisi ini kemungkinan disebabkan telah tercampurnya kemurnian gen kaukasoid

(5)

maupun mongoloid. Hal ini sesuai dengan penelitian Jacob pada tahun 1967, yang menyatakan bahwa adanya perbedaan ras pada nenek moyang terdahulu berada dan sejarah kedatangannya.18 Suku Aceh diperkirakan sebagian berasal dari campa, hal ini dapat dilihat dari segi bahasa.Menurut H.K.J Cowan terdapat persamaan antara bahasa Aceh dengan bahasa Campa, kemudian Teungku Chik Kutakarang menyebutkan bahwa orang Aceh terdiri atas tiga percampuran darah yaitu Arab, Persi dan Turki. Pendapat yang lebih banyak diterima dikemukakan oleh Julius Jacob yang menyatakan bahwa Aceh adalah suatu anthropologis mixtum, yaitu suatu percampuran dari berbagai etnis/subetnis.12 Aceh merupakan suku percampuran berbagai ras yang terdiri dari Arab, China, Eropa dan Hindia.12,23 Pola kehidupan sosial dan perkawinan yang berbeda dalam suatu kelompok suku akan menghasilkan perbedaan genetis secara turun temurun.18

KESIMPULAN

Rata-rata tinggi wajah anterior bawah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala Suku Aceh adalah 63,51 mm pada laki-laki dan 58,81 mm pada perempuan. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala Suku Aceh berejenis kelamin laki-laki memiliki nilai rerata tinggi wajah anterior bawah yang lebih besar dari pada perempuan.

SARAN

Orang Aceh memiliki latar belakang dari suku yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa dikatakan dalam kaukasoid maupun mongoloid, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada suku Aceh mengenai tinggi wajah anterior bawah dalam jumlah sampel yang lebih besar untuk menunjang penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Boel T. Dental Radiografi Prinsip dan

Teknik. Medan : USU Press. 2011: 1-3, 2-5.

2. Margono G. Radiografi Intraoral. Jakarta: EGC. 1998: 1-2.

3. White SC. Pharoah MJ. Oral Radiology

Principles and Interpretation. 6 th ed., St.

Louis : Saunders Elsevier. 2009: 4, 18, 31-2, 221-2, 109-12, 193-4, 197-8.

4. Pillai KG. Oral and Maxillofacial Radiology

Basic Principles And Interpretation. New

Delhi : The Health Sciences Publisher. 2015: 97

5. Whaites E. Radiography and Radiology For

Dental Profesionals. Ed 2. Churchill

Livingstone: Elseviers. 2009: 2, 127-31,141. 6. Rahardjo P. Ortodonti Dasar. Surabaya :

Airlangga University Press. 2009: 164-7. 7. Enok C, Telles DC, Mirian AN.

Dental-Skeletal Dimensions in Growing Individuals with Variations in the Lower Facial Height.

Braz Dent J 2004; 1: 68-73.

8. Al – Zubaidi HS, Obaidi AAH. The Variation of The Lower Anterior Facial Height and Its Component Parameters Among the Three Over Bite Relationships (Cephalometric study). Al-Rafidain Dent J 2006; 6 : 106-7.

9. Obaidi AH. Variation of Facial Height Among The Class I, II and III Dentoskeletal relationships (Cephalometric study).

Al-Rafidain Dent J 2006; 6 : 98-9.

10. Artaria DM. Perbedaan Antara Laki-laki dan Perempuan : Penelitian Antropometris pada Anak-Anak Umur 6-19 Tahun. MKP J; 4: 343.

11. Kemdikbud. Aceh Memiliki Suku, Adat dan

Bahasa yang Berbeda

<http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbac eh>. (6 Januari 2016)

12. Sufi R. Budaya Masyarakat Aceh. Aceh: Badan Perpustakaan Provinsi Aceh. 2004: 14-9.

13. Cokley, Award, dkk. Isu-Isu Konseptual dan Metodelogis dalam Hubungan dengan

penelitian Multikultural. 2008: 2.

14. Foster TD. Buku Ajar Ortodonti. Ed.3. Alih Bahasa : Yuwono L. Jakarta : EGC. 2012: 73-81.

15. Janson G, Quaglo LC, Pinzan A, Franco JE, Freitas FR. Craniofacial Characteristics of Caucasian and Afro-Caucasian Brailian Subjects with Normal Occlusion. J Appl

Oral Scl 2010;2:118-20.

16. Gill SD. Orthodontics at a Glance. London : Blackwell Munksgaard, 2008: 44-5, 61. 17. Gu Yan, McNamara JA, Sigler LM, Baccetti

T. Comparison of Craniofacial of Typical Chinese and Caucasian Young Adults. Ejo. 2011;33:205-8.

18. Irsa R, Syaifullah, Tjong DH. Cephalometry Variation of Ethnics In West Sumatra. J.

(6)

19. Akinbami BO, Ikpeama M. Analysis of Facial Height between Prepubertal and Postpubertal Subjects in Rivers State, Nigeria. JONA. 2013;5:3.

20. Elfiah U, Putri IL, Hutagalung MR, Perdanakusuma, Kosbandriati T. Variable of Indonesia Facial Antropometry and Cephalometry as Database in Reconstruction of Maxillofacial Trauma. Journal of

Emergency. 2011;1:7-12.

21. Batubara SR. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari Pediatri 2010; 12:22-3.

22. B.S. McEwen. Neural Gonadal Steroid Actions. Science. 1981;211: 1303-11. 23. Abdullah A. Kebudayaan Suku-Suku Bangsa

Di Daerah Aceh. Banda Aceh: Universitas

Gambar

Tabel  1.  Distribusi  frekuensi  tinggi  wajah

Referensi

Dokumen terkait

Model rahang atas dan rahang bawah yang diperoleh dari penelitian sebelumnya dengan judul Ukuran lebar mesiodistal dan dimensi lengkung gigi pada mahasiswa suku Batak

Rerata tipe wajah pasien anak masa gigi geligi bercampur di klinik ortodonti FKG USU antara laki-laki dengan perempuan memiliki perbedaan yang signifikan pada pengukuran facial

Zakiah Novrida : Ukuran Dan Bentuk Lengkung Gigi Rahang Bawah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, 2007... Zakiah Novrida : Ukuran Dan Bentuk

Untuk mendapatkan rerata ukuran lebar mesiodistal gigi geligi di maksila dan mandibula pada mahasiswa suku India Tamil Malaysia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera

Hubungan Tipe Wajah dan Ukuran Lebar Lengkung Gigi mahasiswa suku Tamil India-Malaysia Fakultas Kedokteran Gigi USU ....

Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara stres akademik dengan gingivitis pada mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala,

Menyatakan bersedia untuk turut serta secara sadar dan tanpa paksaan dalam penelitian mengenai GAMBARAN TIPE WAJAH DENGAN BENTUK LENGKUNG GIGI PADA MAHASISWA FAKULTAS

Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat korelasi yang sangat kuat antara panjang lengan bawah dengan tinggi badan pada mahasiswi suku Banjar Fakultas Kedokteran Universitas