• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stasiun Klimatologi Jembrana Buletin Prakiraan Musim Kemarau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Stasiun Klimatologi Jembrana Buletin Prakiraan Musim Kemarau"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Stasiun Klimatologi Jembrana | Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2021 2

KATA PENGANTAR

Stasiun Klimatologi klas II Jembrana Bali menyampaikan Prakiraan Musim Kemarau 2021 Provinsi Bali, dibuat berdasarkan Prakiraan Umum Musim Kemarau tahun 2021 untuk wilayah Indonesia yang diterbitkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Publikasi ini disusun untuk informasi musim kemarau tahun 2021 di seluruh wilayah di Provinsi Bali.

Informasi ini merupakan hasil pengolahan dan analisis data hujan di wilayah Provinsi Bali yang meliputi 15 Zona Musim (ZOM) yang disinergikan dengan fenomena dinamika atmosfer baik global maupun regional. Hasil secara umum Prakiraan Musim Kemarau di Bali untuk tahun 2021, diprakirakan berkisar pada bulan April dan Mei 2021, dengan sifat hujan

Normal.

Ucapan terima kasih dan apresiasi kami sampaikan kepada semua instansi yang terkait dalam tugas pokok dan fungsi Stasiun Klimatologi Jembrana-Bali sehingga informasi ini dapat sampai kepada masyarakat luas.

Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk meningkatkan kualitas publikasi ini. Demikian semoga penyajian informasi cuaca dan iklim ini bermanfaat bagi pengguna.

Jembrana, April 2021 KEPALA, AMINUDIN AL RONIRI

DEWAN REDAKSI

Penanggung Jawab

Aminudin Al Roniri, SP.

Redaktur

Agit Setiyoko, S.T, M.Si Nur Sa’idah Sudarti

Editor

Muhammad Nur Kholista Septiani Suprobo, S.P Arie Priyombodo, S.P I Wayan Eka Suparwata, S.P Wahyu Widodo Putranto, S. Tr I Wayan Andi Yuda, S. Tr Heppy Febriana Abdi Bintari, S. Tr Sorfian, S. Tr Fia Gulitarianti, S.Tr Muhammad Ardi Saputro, S.Tr Desy Puspitasari, S.Tr Rahmat Nugroho, S.Si

Desain Grafis

Firman Adhi Kurniawan, S.Kom I Made Dwi Wiratmaja, S.Si

Kesekretariatan

Kartika Utami Dewi , S.E Lia Endah Kurnia Venti Kurniawati I Ketut Nurada Website & Email iklim.bali.bmkg.go.id Klimat_Negara@Yahoo.Com

Gambar Sampul :

(3)

Stasiun Klimatologi Jembrana | Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2021 3

I.

RINGKASAN

9

A. Kondisi Dinamika Atmosfer dan Laut

9

1. Monitoring dan Prakiraan Fenomena Global

9

2. Monitoring dan Prakiraan Fenomena Regional

10

B. Ikhtisar Prakiraan Musim Kemarau 2021 di 15 Zona Musim di Bali

12

1. Prakiraan Awal Musim Kemarau 2021 di Bali

12

2. Perbandingan Prakiraan Permulaan Musim Kemarau 2021

12

3. Prakiraan Sifat Musim Kemarau 2021

13

II.

PENDAHULUAN

A. Fenomena Global yang Mempengaruhi Iklim/Musim di Indonesia

5

1. El Nino dan La Nina

5

2. Dipole Mode

6

B. Fenomena Regional yang mempengaruhi

Iklim/Musim di Indonesia

6

1. Sirkulasi Monsun Asia – Australia

7

2. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (ITCZ)

7

3. Suhu Muka Laut di wilayah perairan Indonesia

8

DAFTAR ISI

III.

ISTILAH DAN PENGERTIAN

A. Curah Hujan

14

B. Curah Hujan Komulatif (mm)

14

C. Zona Musim (ZOM)

14

D. Awal Musim Kemarau

15

E. Dasarian

15

F. Sifat Hujan

15

G. Perbandingan antara Awal Musim dengan

Rata-ratanya

15

Kata Pengantar

1

Daftar Isi

2

Daftar Tabel

3

Daftar Gambar

4

(4)

Stasiun Klimatologi Jembrana | Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2021 4

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

Tabel 1

Prakiraan Musim

Kemarau 2021

Hal 16

Gambar 1 : Peta Prakiraan Awal Kemarau 2021

17

Gambar 2 : Peta Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2021

18

Gambar 3 : Peta Perbandingan Awal Musim Kemarau 2021 Terhadap Rata – ratanya

19

(5)

Stasiun Klimatologi Jembrana | Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2021 5

Bab I

Pendahuluan

Posisi geografis Indonesia yang strategis, terletak di daerah tropis, diantara Benua Asia dan Australia, diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, serta dilalui garis khatulistiwa, terdiri dari pulau dan kepulauan yang membujur dari barat ke timur, dikelilingi oleh luasnya lautan, menyebabkan wilayah Indonesia memiliki keragaman cuaca dan iklim. Keragaman iklim Indonesia dipengaruhi fenomena global seperti El Nino Southern Oscillation (ENSO) yang bersumber dari wilayah Ekuator Pasifik Tengah dan Indian Ocean Dipole (IOD) yang bersumber dari wilayah Samudera Hindia barat Sumatera hingga timur Afrika, keragaman iklim juga dipengaruhi oleh fenomena regional, seperti sirkulasi angin monsun Asia-Australia, Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis atau Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ) yang merupakan daerah

sirkulasi angin monsun Asia-Australia, Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis atau Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ) yang merupakan daerah pertumbuhan awan, serta kondisi suhu permukaan laut sekitar wilayah Indonesia.

Sementara kondisi topografi wilayah Indonesia yang memiliki daerah pegunungan, berlembah, banyak pantai, merupakan topografi lokal yang menambah beragamnya kondisi iklim di wilayah Indonesia, baik menurut ruang (wilayah) maupun waktu. Berdasarkan hasil analisis data rata-rata 30 tahun terakhir (1981-2010), secara klimatologis wilayah Indonesia memiliki 407 pola iklim, dimana 342 pola merupakan Zona Musim (ZOM) terdapat perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan musim kemarau, sedangkan 65 pola lainnya adalah Non Zona Musim (Non ZOM). Daerah Non ZOM pada umumnya memiliki 2 kali maksimum

(6)

Stasiun Klimatologi Jembrana | Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2021 6 dengan menghangatnya suhu permukaan laut di perairan Indonesia. Mengingat luasnya wilayah Indonesia, tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh El Nino / La Nina.

2. Indian Ocean Dipole (IOD)

Indian Ocean Dipole (IOD) merupakan fenomena interaksi laut– atmosfer di Samudera Hindia yang dihitung berdasarkan perbedaan nilai antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan di sebelah barat Sumatera. Perbedaan nilai anomali suhu muka laut dimaksud disebut sebagai Dipole Mode Index (DMI).

Untuk DMI positif, umumnya berdampak kurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat. Sedangkan nilai DMI negatif, berdampak terhadap meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat.

3. Sirkulasi Monsun Asia - Australia Sirkulasi angin di Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini periode musim hujan dan musim kemarau,

sedangkan 65 pola lainnya adalah Non Zona Musim (Non ZOM). Daerah Non ZOM pada umumnya memiliki 2 kali maksimum curah hujan dalam setahun (pola Ekuatorial) atau daerah dimana sepanjang tahun curah hujannya selalu tinggi atau rendah.

A. FENOMENA YANG

MEMPENGARUHI IKLIM / MUSIM DI INDONESIA

1. El Nino Southern Oscillation (ENSO)

El Nino Southern Oscillation (ENSO) merupakan fenomena global dari sistem interaksi lautan atmosfer yang ditandai dengan adanya anomali suhu permukaan laut di wilayah Ekuator Pasifik Tengah dimana jika anomali suhu permukaan laut di daerah tersebut positif (lebih panas dari rata-ratanya) maka disebut El Nino, namun jika anomali suhu permukaan laut Negatif disebut La Nina. Dampak El Nino sangat tergantung dengan kondisi perairan wilayah Indonesia. El Nino berpengaruh terhadap pengurangan curah hujan secara drastis, bila bersamaan dengan kondisi suhu perairan Indonesia cukup dingin. Namun bila kondisi suhu perairan hangat, El Nino tidak signikan mempengaruhi kurangnya curah hujan di Indonesia. Sedangkan La Nina secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat apabila disertai dengan menghangatnya suhu permukaan laut di perairan Indonesia. Mengingat luasnya wilayah Indonesia, tidak seluruh

(7)

Stasiun Klimatologi Jembrana | Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2021 7

3. Sirkulasi Monsun Asia - Australia

Sirkulasi angin di Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari dalam setahun yang mengakibatkan sirkulasi angin di Indonesia berubah secara musiman, yaitu sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah setiap setengah tahun sekali. Pola angin baratan terjadi karena adanya tekanan tinggi di Asia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim hujan di Indonesia. Pola angin timuran/ tenggara terjadi karena adanya tekanan tinggi di Australia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim kemarau di Indonesia.

4. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical Convergence Zone / ITCZ)

ITCZ merupakan daerah tekanan rendah yang memanjang dari barat ke timur dengan posisi selalu berubah mengikuti pergerakan posisi matahari ke arah utara dan selatan khatulistiwa. Wilayah Indonesia yang berada di sekitar khatulistiwa, maka pada daerah-daerah yang dilewati ITCZ pada umumnya berpotensi terjadinya pertumbuhan awan-awan hujan.

Posisi ITCZ di Indonesia (Desember dan Januari)

(8)

Stasiun Klimatologi Jembrana | Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2021 8

5. Suhu Muka Laut di Wilayah Perairan Indonesia

Kondisi suhu permukaan laut di wilayah perairan Indonesia dapat digunakan sebagai salah satu indikator banyak-sedikitnya kandungan uap air di atmosfer, dan erat kaitannya dengan proses pembentukan awan di atas wilayah Indonesia.

Jika suhu permukaan laut dingin potensi kandungan uap air di atmosfer sedikit, sebaliknya panasnya suhu permukaan laut berpotensi menimbulkan banyaknya uap air di atmosfer.

(9)

Stasiun Klimatologi Jembrana | Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2021 9

Bab II

Ringkasan

1. Monitoring dan Prakiraan Fenomena Global

a. El Nino – La Nina

Pada bulan Februari 2021, kondisi suhu permukaan laut di Pasifik Tengah Ekuator (Nino3.4 region) berada pada kondisi La Nina dengan indeksnya bernilai -0.88. Secara umum berdasarkan modelmodel prediksi ENSO dari BMKG dan juga institusi lain (https://iri.columbia.edu) baik model dinamis maupun statistik menunjukkan bahwa ENSO diprediksi tetap pada kondisi La Nina pada periode FMA (Februari-Maret-April 2021) hingga A. KONDISI DINAMIKA ATMOSFER

DAN LAUT

Dinamika atmosfer dan laut dipantau dan diprakirakan berdasarkan aktivitas fenomena alam, meliputi : El Nino Southern Oscillation (ENSO), Indian Ocean Dipole (IOD), Sirkulasi Monsun Asia - Australia, Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ), dan Suhu Permukaan laut Indonesia.

Monitoring dan prakiraan kondisi dinamika atmosfer dan laut dimaksud yang akan terjadi pada Musim Kenmarau 2021, adalah :

(10)

Stasiun Klimatologi Jembrana | Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2021 10 periode MAM (Maret-April-Mei 2021). Analisis

data historis menunjukkan bahwa pada saat ENSO La Nina maka musim kemarau akan mendekati kondisi basah di beberapa wilayah di Indonesia.

Indeks Osilasi Selatan (SOI) sejak Desember 2020 sampai dengan Februari 2021 umumnya bernilai positif dengan indeks lebih dari +7 yang mendukung La Nina. Kondisi demikian memberikan indikasi bahwa menguatnya anomali sirkulasi angin pasat yang mempengaruhi iklim di wilayah Indonesia.

b. Indian Ocean Dipole (IOD)

Pemantauan kondisi IOD pada bulan Februari 2021 menunjukan fenomena Dipole Mode dalam kondisi Netral dengan nilai Dipole Mode Index (DMI) sebesar +0.06. Secara umum menurut BMKG dan juga beberapa institusi meteorologi internasional seperti BOM (Australia) dan JAMSTEC (Jepang), kondisi IOD diprediksi akan tetap netral pada periode Maret hingga Agustus 2021, sedangkan model NASA dan NMME (North American Multi Model Ensemble) diprediksi berpotensi menuju kondisi IOD negatif pada pertengahan tahun 2021. Hal ini mengindikasikan bahwa pada Musim Kemarau 2021, kemungkinan besar tidak terjadi anomali perpindahan uap air antara wilayah Indonesia dengan Samudera Hindia.

2. Monitoring dan Prakiraan Fenomena Regional

a. Sirkulasi Monsun Asia-Australia

Hingga akhir Februari 2021 sirkulasi monsun di Indonesia umumnya memiliki pola yang mirip dengan normalnya. Sirkulasi angin pada lapisan 850mb menunjukkan bahwa aliran angin monsun Asia masih mendominasi seluruh wilayah Indonesia.

Prediksi nilai indeks monsun Asia menunjukkan bahwa aliran monsun asia akan tetap aktif hingga akhir April 2021 dengan intensitas relatif sedikit lebih lemah dibanding klimatologisnya. Sedangkan monsun Australia diprakirakan akan mulai aktif pada Mei 2021 dengan intensitas relatif sama dengan klimatologisnya.

b. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical Convergence Zone/ ITCZ)

Posisi ITCZ pada akhir Februari 2021 masih berada di selatan ekuator dan akan bergerak ke arah utara menuju garis ekuator mengikuti pergerakan tahunannya. Sepanjang Maret-Agustus 2021, ITCZ diprediksi berada pada posisi sesuai dengan normalnya.

(11)

Stasiun Klimatologi Jembrana | Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2021 11

c. Suhu Muka Laut di wilayah Perairan Indonesia

Pada Bulan Februari 2021, kondisi suhu permukaan laut di perairan Indonesia, pada umumnya berada pada kondisi hangat dengan anomali suhu berkisar –2°C s/d +2°C. Daerah dengan suhu permukaan laut relatif lebih hangat berada di perairan sebelah barat sumatera barat hingga aceh, perairan utara Sulawesi hingga Papua, perairan sekitar maluku, Laut Arafura hingga perairan NTT.

Anomali suhu permukaan laut perairan Indonesia pada Maret hingga Agustus 2021 diprediksi didominasi anomali positif dan menguat di seluruh wilayah Indonesia, kecuali di wilayah perairan utara Papua yang didominasi kondisi netral hingga Agustus 2021.

B. IKHTISAR PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2021 DI 15 ZONA MUSIM ( ZOM ) DI BALI

Berdasar hasil analisis serta pertimbangan kondisi fisis dan dinamika atmosfer sebagaimana di atas, Prakiraan Musim Kemarau tahun 2021 pada 15 Zona Musim (ZOM no 205 s/d 219) di Bali adalah sebagai berikut :

1. “Awal” Musim Kemarau 2021 pada 15 Zona Musim (ZOM) di Bali, di prakirakan umumnya berkisar pada bulan April – Mei 2021.

- Maret 2021 : 2 ZOM (13.3% dari 15 ZOM) - April 2021 : 6 ZOM (40.0% dari 15 ZOM) - Mei 2021 : 7 ZOM (46.7% dari 15 ZOM)

Sebanyak 2 ZOM, awal musim kemarau antara dasarian II – III Maret 2021, meliputi Gianyar bagian selatan, Klungkung bagian selatan, Karangasem bagian selatan dan Nusa Penida.

Sebanyak 6 ZOM, awal musim kemarau antara dasarian I – III April 2021, meliputi Buleleng bagian barat, Buleleng bagian utara, Jembrana bagian utara, Bangli bagian utara, Buleleng bagian timur, Karangasem bagian utara, Karangasem bagian timur, Tabanan bagian selatan, Kota Denpasar dan Badung bagian Selatan. Maret 2021 13% April 2021 40% Mei 2021 47%

Diagram Awal Musim Kemarau 2021 per Jumlah ZOM

Maret 2021 April 2021 Mei 2021

(12)

Stasiun Klimatologi Jembrana | Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2021 12 Sebanyak 7 ZOM, awal musim kemarau antara

dasarian I – III Mei 2021, meliputi Jembrana bagian barat, Jembrana bagian selatan, Tabanan bagian selatan, Badung bagian utara, Tabanan bagian utara, Gianyar bagian utara, Tabanan bagian tengah, Gianyar bagian tengah, Badung bagian tengah, Bangli bagian tengah, Tabanan bagian barat laut, Bangli bagian barat laut, Karangasem bagian tengah dan Buleleng bagian utara.

Puncak Musim Kemarau 2021 di 15 ZOM Bali secara keseluruhan terjadi pada bulan Agustus 2021.

2. Perbandingan Prakiraan Awal Musim Kemarau 2021 terhadap rata-rata periode 1981-2010

- Sama : 6 ZOM (40.0% dari 15 ZOM) - Maju (Lebih Awal) : 5 ZOM (33.3% dari

15 ZOM)

- Mundur (lebih lambat) : 4 ZOM (26.7% dari 15 ZOM)

Apabila dibandingkan dengan rata-rata awal musim kemarau periode 1981-2010, maka sebanyak 6 ZOM sama dengan rata-ratanya, sebanyak 4 ZOM di Pulau Bali mundur (lebih lambat) dari rata-ratanya, dan sebanyak 5 ZOM di Pulau Bali maju (lebih cepat) dari rata-ratanya.

3. “Sifat Hujan” Musim Kemarau 2021 pada 15 Zona Musim (ZOM) di Bali, di prakirakan umumnya Normal (N). - Atas Normal (AN) : 3 ZOM (20.0% dari 15

ZOM)

- Normal (N) : 7 ZOM (46.7% dari 15 ZOM) - Bawah Normal (BN) : 5 ZOM (33.3% dari

15 ZOM)

Sebanyak 7 ZOM, sifat hujan musim kemarau 2021 Normal, meliputi Jembrana bagian barat, Buleleng bagian barat, Tabanan bagian tengah, Gianyar bagian tengah, Badung bagian tengah, Bangli bagian tengah, Tabanan bagian barat laut , Bangli bagian barat laut, Karangasem bagian tengah, Karangasem bagian timur dan Nusa Penida. SAMA 40% MAJU 33% MUNDUR 27%

Diagram Perbandingan PMK 2021 terhadap rata-rata periode 1981-2010 SAMA MAJU MUNDUR NORMAL 47% BAWAH NORMAL 33% ATAS NORMAL 20%

Sifat Hujan Musim Kemarau 2021 di 15 Zona Musim (ZOM) di Bali

NORMAL

BAWAH NORMAL ATAS NORMAL

(13)

Stasiun Klimatologi Jembrana | Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2021 13 Sebanyak 3 ZOM, sifat hujan musim kemarau

2021 di Atas Normal, meliputi Buleleng bagian utara, Jembrana bagian utara, Gianyar bagian selatan, Klungkung bagian selatan, Karangasem bagian selatan, Tabanan bagian selatan, Badung bagian Selatan dan Kota Denpasar.

Sebanyak 5 ZOM, sifat hujan musim kemarau 2021 di Bawah Normal, meliputi Jembrana bagian selatan, Tabanan bagian selatan, Badung bagian utara, Tabanan bagian utara, Gianyar bagian utara, Buleleng bagian utara, Bangli bagian utara, Buleleng bagian timur dan Karangasem bagian utara.

Rincian selengkapnya yang kaitannya Prakiraan Musim Kemarau 2021 di Zona Prakiraan Musim (ZOM) di Propinsi Bali tertera pada lampiran - lampiran sebagai berikut :

Peta Prakiraan Awal Musim Kemarau 2021 disajikan pada Gambar 1 dan Peta Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2021 di Bali disajikan pada Gambar 2, sedangkan Peta Perbandingan Prakiraan Awal Musim Kemarau 2021 terhadap rata-ratanya disajikan pada gambar 3, sementara Peta Prakiraan Puncak Musim Kemarau 2021 terdapat di gambar 4 ( peta terlampir di akhir halaman bulletin ini )

(14)

Stasiun Klimatologi Jembrana | Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2021 14

Bab III

Istilah dan Pengertian Dalam

Prakiraan Musim

3. Zona Musim ( ZOM )

Adalah daerah yang pos hujan rata-ratanya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan. Daerah daerah pola hujannya tidak memiliki perbedaan yang jelas antara musim Kemarau dan musim Hujan disebut Non ZOM.

Luas suatu wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas suatu wilayah adminitrasi pemerintah. Dengan demikian, satu wilayah ZOM bisa terdiri dari beberapa kabupaten dan sebaliknya satu wilayah Kabupaten bisa terdiri dari beberapa ZOM.

1. Curah Hujan (mm)

Merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar terapung air setinggi satu milimeter atau terapung air sebanyak satu liter.

2. Curah Hujan Komulatif (mm)

Merupakan jumlah hujan yang terkumpul dalam rentang waktu komulatif tersebut. Dalam periode musim, rentang waktunya adalah rata-rata panjang musim pada masing – masing Zona Musim (ZOM).

(15)

Stasiun Klimatologi Jembrana | Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2021 15

4. Awal Musim Hujan

Ditetapkan berdasarkan jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) sama atau lebih dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya. Permulaan musim hujan bisa terjadi lebih awal (maju), sama, atau lebih lambat (mundur) dari normalnya.

5. DASARIAN

Adalah rentang waktu selama 10 hari. Dalam satu bulan dibagi menjadi 3 (tiga) dasarian, yaitu :

a. Dasarian I : Tanggal 1 sampai dengan tanggal 10

b. Dasarian II : Tanggal 11 sampai dengan tanggal 20

c. Dasarian III : Tanggal 21 sampai dengan akhir bulan

6. Sifat Hujan

Merupakan perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang ditetapkan (satu periode musim hujan) dengan jumlah curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1981 – 2010).

Sifat Hujan dibagi menjadi 3 katagori, yaitu :

a. Atas normal ( AN ) :

Jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-ratanya

b. Normal ( N ) :

Jika nilai curah hujan antara 85% - 115% terhadap rata-ratanya

c. Bawah Normal ( BN ) :

Jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rata-ratanya

7. Perbandingan antara awal Musim dengan rata – ratanya .

Awal musim suatu daerah prakiraan musim dapat terjadi maju, sama ataupun mundur dengan rata - ratanya.

(16)

Stasiun Klimatologi Jembrana | Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2021 16

Lampiran

Tabel 1. PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2021 ZONA MUSIM (ZOM) DI BALI

No.

ZOM Daerah / Kabupaten Kemarau Antara Awal Musim

Perbandingan Thd Rata-rata (Dasarian) Sifat Hujan Puncak Musim 1 2 3 4 5 6

205 Jembrana bagian barat April III - Mei II +1 N AGT

206 Buleleng bagian barat Maret III - April II 0 N AGT

207 Buleleng/Jembrana bagian utara April II - Mei I 0 AN AGT 208 Jembrana/Tabanan bagian selatan April III - Mei II +1 BN AGT 209 Tabanan/Badung/Gianyar bagian utara Mei II - Juni I -1 BN AGT 210 Tabanan/Gianyar/Badung/Bangli bagian tengah Mei II - Juni I +3 N AGT 211 Tabanan/Bangli bagian barat laut April III - Mei II 0 N AGT

212 Buleleng bagian utara Mei II - Juni I -1 BN AGT

213 Bangli bagian utara April II - Mei I 0 BN AGT

214 Buleleng bagian timur, Karangasem bagian utara April I - April III 0 BN AGT

215 Karangasem bagian tengah Mei I - Mei III -2 N AGT

216 Karangasem bagian timur April II - Mei I -1 N AGT

217 Gianyar bagian selatan, Klungkung bagian selatan, Karengasem bagian

selatan Maret II - April I +1 AN AGT

218 Tabanan bagian selatan, Badung bagian selatan, Kota Denpasar Maret III - April II -1 AN AGT

219 Nusa Penida Maret I - Maret III 0 N AGT

Keterangan :

0 : Awal Musim Kemarau sama dengan rata-ratanya

-1 : Awal Musim Kemarau maju 1 dasarian (10) hari dari rata-ratanya -2 : Awal Musim Kemarau maju 2 dasarian (10) hari dari rata-ratanya +1 : Awal Musim Kemarau mundur 1 dasarian (10) hari dari rata-ratanya +3 : Awal Musim Kemarau mundur 3 dasarian (10) hari dari rata-ratanya

(17)

Stasiun Klimatologi Jembrana | Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2021 17 Gambar 1

(18)

Stasiun Klimatologi Jembrana | Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2021 18 Gambar 2

(19)

Stasiun Klimatologi Jembrana | Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2021 19 Gambar 3

(20)

Stasiun Klimatologi Jembrana | Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2021 20 Gambar 4

(21)
(22)

Gambar

Diagram Awal Musim Kemarau 2021  per Jumlah ZOM
Diagram Perbandingan PMK 2021 terhadap  rata-rata  periode 1981-2010 SAMA MAJU MUNDUR NORMAL47%BAWAH NORMAL33%ATAS NORMAL20%

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilaksanakan penelitian yang diawali dari pengambilan data hingga pada pengolah data yang akhirnya dijadikan patokan sebagai pembahasan hasil penelitian sebagai

Demikian laporan Rakor Pengendalian Pelaksanaan APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2017 untuk Bulan Pebruari 2017 dari Dinas Kearsipan Dan

Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota, serta ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tabalong Nomor 10 Tahun 2007 tentang

Komoditi tanaman yang dominan dan potensial untuk dikembangkan adalah kelapa sawit, kelapa dalam, kulit manis gambir, tebu dan kakao. Pengembangan kawasan perkebunan

Sebagai pelaku usaha salah satu cara untuk memahami akan kebutuhan konsumen di era modern dan digital ini yaitu dengan cara memberikan citra merek yang baik untuk konsumen

Saat kita merasa untuk diri kita saja masih belum cukup, bagaimana bisa berpikir untuk membaginya dengan orang lain.. Kadang tanpa kita sadari, mungkin kita

Teori evolusi adalah pendapat yang mengatakan bahwa terjadi perubahan secara perlahan dan memakan waktu lama dalam kehidupan makhluk hidup.. Teori evolusi

DENGAN BUKU PANDUAN JUMLAH REVIEWER KESESUAIAN REVIEWER DENGAN BIDANG ILMU YANG DITELITI LAPORAN HASIL PENELITIAN TEPAT WAKTU LAPORAN HASIL PENELITIAN TIDAK TEPAT