© 2020, Kelasa, 15 (2), 272 – 294 | 272
Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra
http://kelasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/kelasa p-ISSN : 1907-7165
e-ISSN: 2721-4672
VARIASI DAN INOVASI LEKSIKAL BAHASA LAMPUNG
Lexical Innovation and Variation of Lampung Language
Kiki Zakiah Nur
Kantor Bahasa Provinsi Lampung kikizakiahnur34@gmail.com
Abstrak
Makalah ini mengkaji variasi dan inovasi leksikal bahasa Lampung yang terdapat di wilayah yang secara geografis berbatasan dengan kampung yang masyarakatnya berbahasa Jawa dan kampung yang masyarakatnya berbahasa Lampung. Penjaringan data berpatokan pada kosakata Swadesh dan budaya dasar berdasarkan medan makna. Pendeskripsian data berdasarkan perbedaan dialektal atau subdialektal pada tataran fonologis, morfologis, dan leksikal. Objek penelitian berupa perbedaan realisasi bunyi yang terjadi pada antarpenutur bahasa Lampung di Desa Sukaraja Nuban. Penelitian ini bertujuan mengetahui variasi dan inovasi bahasa Lampung yang terbentuk secara fonologis, morfologis, dan leksikal. Hasil analisis menunjukkan bahwa sejumlah kosakata bahasa Lampung memiliki variasi fonologis, morfologis, dan leksikal. Dari penjaringan 200 kosakata, penulis menemukan 62 kosakata yang bervariasi leksikal serta sejumlah inovasi internal bahasa Lampung yang terjadi pada tataran leksikal. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa ada 76 gloss yang menampilkan inovasi internal yang sebagian besar berupa inovasi bentuk dengan perwujudan inovasi leksikal penuh dan inovasi fonetis.
Kata-kata kunci: variasi, inovasi, fonologis, morfologis, leksikal
Abstract
This paper discusses the lexical variations and innovations of the Lampung language in geographically bordering villages with Javanese-speaking communities and villages in Lampung-speaking communities. The speakers of Lampung language are encoded with linguistic data based on Swadesh vocabularies and basic cultural vocabularies based on the meaning field. The data obtained will be described on the basis of dialectal or subdialectal differences at the phonological, morphological, and lexical levels. The object of the research in the form of differences in the realization of sounds that occur among the speakers of Lampung language in the village of Sukaraja Nuban. In addition it will also be seen innovations made by the speakers of the language of Lampung on lexical level. The purpose of this research is to know the variation of Lampung language which is formed phonologically, morphologically and lexically. Based on the
Naskah Diterima Tanggal 23 September 2020—Direvisi Akhir Tanggal 12 Desember 2020—Disetujui Tanggal 14 Desember 2020 doi: DOI: https://doi.org/10.26499/kelasa.v15i2.111
273 | © 2020, Kelasa, 15 (2), 272 – 294 results of the analysis, it is found that a number of vocabularies of language Lampung
has variations, both phonologically, morphologically, and lexically. From the 200 captured vocabularies, 62 vocabularies have lexical variations. In addition, it is found that a number of internal innovations in Lampung language occur on the lexical level. Based on the analysis conducted, it is found 76 glosses which display internal innovation which is mostly in the innovation form with the embodiment of full lexical innovation and phonetic innovation.
Keywords: variation, innovation, phonology, morphology, lexical
PENDAHULUAN
Masyarakat di Provinsi Lampung sangat heterogen. Keheterogenan ini terdapat dalam hal agama, kelas sosial, dan bahasa. Dalam hal bahasa, provinsi ini selain dihuni oleh masyarakat yang berbahasa Lampung sebagai bahasa sehari-hari juga dihuni oleh masyarakat yang menggunakan bahasa lain, misalnya bahasa Jawa, Sunda, Bali, dan bahasa daerah lainnya dalam berkomunikasi.
Para penutur bahasa tersebut masih menggunakan bahasa daerah asal mereka masing-masing. Penduduk yang bersuku Lampung menggunakan bahasa Lampung dan penduduk yang bersuku Jawa menggunakan bahasa Jawa. Penduduk yang bersuku lain pun demikian, yakni menggunakan bahasa mereka sendiri.
Para penutur setiap bahasa daerah tersebut hidup secara berkelompok. Penutur bahasa Jawa tinggal di perkampungan Jawa, penutur bahasa Sunda tinggal di perkampungan
Sunda, dan penutur bahasa Bali tinggal di perkampungan Bali. Meskipun demikian, wilayah yang dihuni kelompok-kelompok tersebut saling berdekatan. Keadaan yang demikian sering mengakibatkan terjadinya kontak atau komunikasi di antara penutur yang berbeda suku tersebut. Hal itu terutama dilakukan di antara penutur yang tinggal di wilayah yang berdekatan. Contohnya adalah Desa Rama Dewa yang penuturnya menggunakan bahasa Bali dan merupakan desa transisi yang lokasinya sangat dekat dengan pasar dan ibu kota kecamatan serta desa-desa berbahasa Jawa (Dhanawaty, 2020).
Dalam wilayah dengan masyarakat yang multilingual seperti itu, kemungkinan terjadinya akomodasi bahasa, yakni kecenderungan orang-orang untuk menyesuaikan penggunaan bahasa mereka sehingga menjadi lebih mirip dengan kawan tutur mereka sangat besar. Adanya akomodasi bahasa tersebut dapat mengakibatkan
© 2020, Kelasa, 15 (2), 272 – 294 | 274 munculnya dialek-dialek atau
bahasa-bahasa baru.
Kemunculan dialek atau bahasa baru tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor bahasa maupun faktor luar bahasa. Faktor-faktor tersebut sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan suatu dialek atau bahasa. Beberapa hal itulah, di antaranya, yang berperan dalam kemunculan pembaruan suatu bahasa atau dialek yang disebut inovasi.
Pada 2010, Wahya (2013a) pernah melakukan penelitian mengenai inovasi, yakni ”Inovasi Bentuk dalam Variasi Geografis Bahasa Sunda: Kedinamisan dan Keharmonisan dalam Perubahan Bahasa Ibu”. Dalam penelitian tersebut, Wahya hanya mendeskripsikan varian inovatif kata baru yang muncul sebagai akibat adanya inovasi leksikal secara penuh dan varian yang menunjukkan perubahan fonotaktik kata sebagai akibat adanya inovasi fonetis atau inovasi leksikal parsial. Data yang diperoleh berasal dari para pengguna bahasa Sunda yang tinggal di wilayah perbatasan Bogor—Bekasi. Dari hasil penelitiannya diperoleh simpulan bahwa terjadinya variasi bahasa hanya terdapat pada kata, suku kata, dan bunyi tertentu. Variasi terjadi pada lingkungan
bunyi tertentu dalam sebuah kata. Varian hasil inovasi atau varian inovatif terjadi secara sistemis sehingga memungkinkan untuk dikaidahkan.
Sebelumnya, Wahya (2005) melakukan penelitian sejenis yang berbentuk disertasi, yakni Inovasi dan
Difusi Geografis Leksikal Bahasa Melayu dan Bahasa Sunda di Perbatasan Bogor Bekasi: Kajian Geolinguistik. Di dalamnya, Wahya
menggambarkan inovasi internal dan eksternal pada kata beserta perwujudannya dalam bahasa Melayu di perbatasan Bogor—Bekasi, kata yang mengalami inovasi internal dan eksternal dalam bahasa Melayu setempat yang kemudian mengalami difusi leksikal, kata yang mengalami inovasi internal dan eksternal dalam bahasa Sunda setempat beserta perwujudannya, kata yang mengalami inovasi internal dan eksternal dalam bahasa Sunda setempat yang kemudian mengalami difusi leksikal, kata yang mengalami inovasi internal dan eksternal dalam bahasa Melayu setempat yang kemudian mengalami difusi geografis beserta arahnya, kata yang mengalami inovasi internal dan eksternal dalam bahasa Sunda setempat yang kemudian mengalami difusi geografis beserta
275 | © 2020, Kelasa, 15 (2), 272 – 294
arahnya, serta (7) menyajikan peta distribusi leksikon bahasa Melayu dan bahasa Sunda setempat.
Berkaitan dengan penjelasan tersebut, penelitian mengenai pengaruh kontak bahasa terhadap pembentukan dialek atau bahasa baru di Lampung perlu dilakukan. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian mengenai variasi dan inovasi leksikal bahasa Lampung di wilayah-wilayah perbatasan yang ada di Provinsi Lampung. Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian mengenai variasi dan inovasi leksikal di wilayah perbatasan Kampung Jawa Dan Kampung Lampung. Permasalahan penelitian ini adalah inovasi yang dilakukan penutur bahasa Lampung di wilayah yang masyarakatnya multilingual.
Permasalahan yang akan dikaji di dalam penelitian ini mencakup beberapa hal berikut.
1) Variasi fonologis, morfologis, dan leksikal variasi apa saja yang muncul pada bahasa Lampung yang digunakan oleh penduduk yang mengaku berbahasa Lampung yang desanya bersebelahan dengan desa yang penduduknya berbahasa Jawa atau desanya dihuni tidak hanya oleh
penduduk asal Lampung, tetapi juga penduduk asal Jawa?
2) Bagaimana bentuk inovasi fonetis dan leksikal bahasa Lampung yang digunakan penduduk berbahasa Lampung yang desanya bersebelahan dengan desa yang penduduknya berbahasa Jawa atau desanya dihuni tidak hanya oleh penduduk asal Lampung, tetapi juga penduduk asal Jawa?
Penelitian ini berfokus pada berbagai varian bahasa Lampung yang digunakan oleh penduduk asli Lampung yang bermukim di desa Sukaraja Nuban, yakni desa yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan bahasa Lampung dalam kehidupan sehari-hari. Penulis menjaring data kebahasaan penutur bahasa Lampung dengan berpatokan pada kosakata Swadesh dan kosakata budaya dasar berdasarkan medan makna.
Pendeskripsian data yang diperoleh berdasarkan perbedaan dialektal atau subdialektal pada tataran fonologis, morfologis, dan leksikal. Objek penelitian berupa perbedaan realisasi bunyi yang terjadi pada antarpenutur bahasa Lampung di Desa Sukaraja Nuban. Selain itu, penulis juga akan melihat inovasi yang dilakukan
© 2020, Kelasa, 15 (2), 272 – 294 | 276 oleh penutur bahasa Lampung pada
tataran leksikal.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui variasi bahasa Lampung yang terbentuk secara fonologis, morfologis, dan leksikal. Selain itu, penelitian ini bertujuan mengetahui status kosakata bahasa Lampung yang digunakan, apakah berupa inovasi atau kosakata yang sudah digunakan dari dulu oleh umumnya penutur bahasa Lampung. Penelitian ini juga dapat bermanfaat dalam menginventarisasi variasi penggunaan bahasa Lampung, baik dari segi fonetik, morfologi, maupun leksikal.
LANDASAN TEORI
Dialek
Pembahasan mengenai inovasi terdapat pada bidang dialektologi. Chambers dan Trudgill dalam Sudika (2010) menjelaskan bahwa dialektologi merupakan suatu kajian tentang dialek dan dialek-dialek (hlm. 45). Keduanya menjelaskan bahwa dialek merupakan subbagian dari bahasa yang perbedaan di antaranya masih memungkinkan terjadinya pemahaman timbal balik.
Wahya (2013) menjelaskan bahwa kajian dialek dapat menghasilkan gejala variasi bahasa. Variasi bahasa
tersebut digunakan oleh kelompok sosial tertentu di wilayah tertentu.
Peneliti yang pernah melakukan penelitian tentang dialek bahasa di Indonesia, selain Wahya, ialah Lauder yang pernah melakukan penelitian tentang pemetaan dan distribusi bahasa-bahasa di Tangerang pada 1993. Dia menuangkan hasilnya dalam bentuk disertasi. Metode yang digunakannya adalah pupuan langsung. Dengan metode tersebut, Lauder memperoleh data tentang perbedaan dialek di Tangerang.
Dalam penelitiannya, Lauder memakai rumus perhitungan dialektometri Seguy, yaitu s x 100/n = d% (s= jumlah beda dengan titik pengamatan lain, n= jumlah peta yang diperbandingkan, dan d= jarak kosakata dalam %). Guiter dalam Lauder (1993) menjelaskan perhitungan dialektometri. Menurutnya, perhitungan yang kurang dari 20% dianggap tidak memiliki perbedaan, antara 21—30% memiliki perbedaaan wicara, 31—50% memiliki perbedaan subdialek, 51—80% memiliki perbedaan dialek, dan lebih dari 80% memiliki perbedaan bahasa.
Lauder mengemukakan saran untuk memodifikasi persentase pemilihan bahasa Guiter, yaitu kurang dari 30% tidak memiliki perbedaan,
277 | © 2020, Kelasa, 15 (2), 272 – 294
31—40% memiliki perbedaan wicara, 41—50% memiliki perbedaan subdialek, 51—69% memiliki perbedaan dialek, dan lebih dari 70% memiliki perbedaan bahasa. Usulan Lauder ini layak diterapkan di Indonesia. Hal ini beralasan karena Indonesia merupakan negara multilingual dengan mobilitas masyarakat yang cukup tinggi. Akibatnya, variasi-variasi baru akibat adanya kontak bahasa, terutama dengan bahasa daerah, sering terbentuk.
Inovasi
Telah dijelaskan bahwa akomodasi bahasa dapat mengakibatkan terjadinya kemunculan dialek atau bahasa baru yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Kemunculan dialek atau bahasa baru ini disebut dengan pembaruan atau inovasi.
Anderson dalam Suparman (2019) menjelaskan bahwa inovasi adalah unsur warisan bahasa asal yang telah mengalami perubahan pada masa sekarang (hlm. 223).
Kridalaksana (2008) menjelaskan bahwa pembaruan atau inovasi adalah perubahan bunyi, bentuk, atau makna yang mengakibatkan terciptanya kata baru (hlm. 84).
Wahya (2005) menjelaskan bahwa inovasi mencakup dua sisi, yakni proses dan hasil. Sebagai proses, inovasi menghasilkan bentuk dan/atau makna baru akibat perubahan bentuk atau makna asalnya. Sebagai hasil, inovasi menghasilkan bentuk dan/atau makna baru yang muncul di wilayah pakai isolek yang bersangkutan (hlm. 52).
Terjadinya inovasi bahasa dapat berasal dari dalam yang disebut inovasi internal dan dari luar yang disebut inovasi eksternal. Inovasi internal berkaitan dengan pembaruan sistem bahasa yang terjadi akibat adanya potensi dalam bahasa itu sendiri. Inovasi eksternal berkaitan dengan pembaruan sistem bahasa yang terjadi akibat pengaruh dari bahasa lain. Dalam perwujudannya, inovasi berupa inovasi bentuk, di antaranya inovasi leksikal, inovasi fonetis, inovasi morfologis, dan inovasi semantis. Perwujudan lainnya adalah inovasi makna, di antaranya inovasi makna leksikal, seperti penyempitan atau perluasan makna serta perubahan kualitas makna.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan dasar berupa rumusan-rumusan yang menuntut
© 2020, Kelasa, 15 (2), 272 – 294 | 278 penulis untuk melakukan berbagai
aktivitas eksplorasi untuk memahami dan menjelaskan masalah-masalah dalam penelitian ini. Penulis melakukan pengumpulan berbagai data dan informasi dengan teknik observasi, wawancara, studi dokumentasi terhadap sumber-sumber data yang diperlukan.
Menurut Bogdan dan Biklen dalam Sugiyono (2017) metode penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi yang alamiah dengan instrumen kunci peneliti itu sendiri dan sifatnya deskriptif dengan data berbentuk kata-kata atau gambar (hlm. 13).
Untuk mendukung validitas dan keakuratan data, penulis memandang perlu melakukan kajian kepustakaan untuk penganalisisan yang lebih mendalam. Penelitian pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif ini bertujuan memperoleh gambaran secara empiris tentang variasi dan inovasi bahasa yang dilakukan oleh penutur bahasa Lampung di desa Sukaraja Nuban.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara. Dengan menggunakan daftar tanyaan, peneliti mengajukan pertanyaan secara langsung kepada informan; memancing jawaban, menunjuk benda yang dimaksud; atau
menerangkan wujud, sifat, atau manfaat benda yang ditanyakan. Pertanyaan yang kurang jelas diulang dengan mengajukan pertanyaan tambahan. Selain itu, peneliti juga menggunakan alat perekam untuk mengantisipasi terjadinya kekeliruan dalam mencatat data yang diperoleh. Pertanyaan yang diajukan disesuaikan dengan urutan dalam daftar tanyaan. Pertanyaan disampaikan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan data yang diperoleh langsung dicatat dengan aksara fonetis.
Data yang dikumpulkan berupa kosakata bahasa Lampung. Acuannya adalah daftar tanyaan yang digunakan dalam Penelitian Kekerabatan dan
Pemetaan Bahasa di Indonesia: Kuesioner Kosakata Dasar dan Kosakata Budaya Dasar dari Pusat
Bahasa (2008). Ada 200 kosakata dasar dan 88 kosakata budaya dasar yang terdiri atas 52 kosakata medan makna bagian tubuh, 11 kosakata medan makna kata ganti, sapaan, dan acuan, serta 25 kosakata medan makna kekerabatan.
Pengelompokkan kosakata budaya dasar tersebut menurut Lauder (1993) berdasarkan medan makna yang memiliki peluang untuk digunakan sebagai pemilah bahasa atau dialek (hlm. 242).
279 | © 2020, Kelasa, 15 (2), 272 – 294
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis terhadap variasi vokal, variasi konsonan, dan inovasi internal.
Variasi Vokal
Variasi vokal yang diidentifikasi melalui analisis data didapat sebagai berikut.
Berdasarkan data yang dianalisis ditemukan variasi vokal [ͻ]~[u]~[ə]/-# pada [apͻy], [apuy], [apəy]. Maknanya adalah ‘api’. Informan pengguna variasi ini adalah [ͻ] pada informan 1; [u] pada informan 2, 3, dan 4; serta [ə] pada informan 5.
Variasi-variasi lain juga banyak ditemukan, yaitu
vokal [ə]~[a]/-# pada [asə?], [asa?] bermakna ‘asap’;
vokal [a]~[ə]/-# pada [basah], [basəh] bermakna ‘basah’;
vokal [a]~[ə]/-# pada [bayah], [bayəh] bermakna ‘bengkak’;
vokal [i]~[I]/-# pada [biya?], [bIya?] bermakna ‘berat;
vokal [u]~[ͻ]/-# pada [naŋuy], [naŋͻy] bermakna ‘berenang’;
vokal [ə]~[i]/-# pada [bənataŋ], [binataŋ] bermakna ‘binatang;
vokal [ə]~[a]/-# pada [di ləm], [di lam] bermakna ’di dalam’;
vokal [ə]~[u]/-# pada [isəp], [isap] bermakna ‘hisap’;
vokal [a]~[ə]/-# pada [aghaŋ], [aghəŋ] bermakna ‘hitam’;
vokal [ə]~[a]/-# pada [pətun], [pa(t,tt, ttw)](u,a)n] bermakna ‘nyanyi’;
vokal [ə]~[i]/-# pada [təjaŋ], [ti(jj,cj)aŋ] bermakna ‘panjang’;
vokal [ə]~[a]/-,k,?# pada [tə(t,tt)a(k,?)], [təttə?] bermakna ‘potong’; vokal [ə]~[a]/?# pada [buwə?], [buw(ww)a?] bermakna ‘rambut’;
vokal [ə]~[a]/k# pada [kəppəy], [kəppay] bermakna ‘sayap’;
vokal [ə]~[a]/k# pada [səma?], [sə(m,mm)a?]bermakna ‘sempit’;
vokal [ə]~[a]/-# pada [lawət], [lawat] bermakna ‘laut’;
vokal [ə]~[a]/-# pada [jawəh], [jawah] bermakna ‘jauh’;
vokal [u]~[ͻ]/-# pada [gusu?], [gusͻ?] bermakna ‘gosok’;
vokal [ə]~[a]/-# pada [təbəŋ], [təbaŋ] bermakna ‘lurus’ serta pada [tuwət (d)], [tuwat] yang bermakna ‘lutut’;
vokal[ə]~[a]/-# pada [taləy], [talay] bermakna ‘tali’;
© 2020, Kelasa, 15 (2), 272 – 294 | 280
vokal [a]~[ə]/kv# pada [ta(l,ll)(u,o)y], [təluy] bermakna ‘telur’;
vokal [u]~[o]/k# pada [t(a,ə) (l,ll)uy], [talloy] bermakna ‘telur’;
vokal [u]~[ͻ]/k# pada [ta(ha)mbur], [tammbͻr] bermakna ‘ terbang’;
vokal [e]~[i]/-# pada [mayen], [mayin] bermakna ‘main’;
vokal [a]~[ə]/kv# pada [ma(h,hh)ͻ], [məhhͻw] bermakna ‘tertawa’;
vokal [ͻ]~[a]~[ə]/k# pada [pədͻm], [pə(d,dd)əm], [pəddam] bermakna ‘tidur’;
vokal [ə]~[i]/k# pada [pəlisan], [pələsan] bermakna ‘lengan’;
vokal [ͻ]~[u]/k# pada [ghaŋͻh], [ghaŋuh] bermakna ‘ompong’;
vokal [ə]~[u]/k# pada [(p,t)əŋah], [puŋah] bermakna ‘pinggang’;
vokal [ͻ]~[u]~[o]/k# pada [lukͻŋ], [lukkuŋ],[lukoŋ] bermakna ‘kerongkongan’;
vokal [a]~[ə]/k# pada [uta?], [utə?] bermakna ‘otak’;
vokal [ə]~[u]~[ͻ]/k# pada [pəŋawͻ], [puŋawͻ], [pͻŋawͻ]
bermakna ‘panggilan untuk lelaki tua’;
vokal [a]~[ə]/k# pada [sabay], [səbay] bermakna ‘besan’;
vokal [ə]~[a]/k# pada [ana? m(a,ə)(t,tt)əw], [ana? mattaw] bermakna ‘ menantu’;
vokal [a]~[ə]/k# pada [mətuh(ͻ,ͻw)], [matuhͻw] bermakna ‘mertua’;
vokal [u]~[ͻ]/k# pada [jəghabu?], [jəghabͻ? bermakna ‘bulu kemaluan’; dan
vokal [u]~[U]/k# pada [uyaŋ], [Uyaŋ] bermakna ‘istri dari abang/kakak’.
Pada data-data lainnya, variasi vokal lain juga ditemukan, yaitu
[əw]~[aw]/-# pada [buləw], [bulaw] bermakna ‘bulu’ serta pada [nikəw], [nikaw] bermakna ‘engkau’;
vokal [əw]~[ͻw]/-# pada [puñəw], [puñͻw] bermakna ‘ikan’;
vokal [ͻw]~[əw]/-# pada [majͻw], [majəw] bermakna ‘istri’;
vokal [aw]~[əw]~ [ͻw]~[au]/-# pada [nikaw], [nikəw], [nikͻw], [nikau] bermakna ‘kamu’; vokal
281 | © 2020, Kelasa, 15 (2), 272 – 294
[uw]~[əw]~ [ͻw]~[aw]/-# pada [uluw], [uləw], [ulͻw], [ulaw] bermakna ‘kepala’ serta inͻw] bermakna ‘itu’;
vokal [ew]~[əw]/-# pada [kukkew], [kukkəw] bermakna ‘kuku’;
vokal [uw]~[əw]~[u]~[aw], pada [kutuw], [kutəw], [kutu], [kutaw] bermakna ‘kutu’;
vokal [əw]~[aw]~[ͻw]/-# pada [dagəw], [dagaw], [dagͻw] bermakna ‘dagu’;
vokal [əw]~[ͻw]/-# pada [klippəw], [klippͻw] bermakna ‘ibu jari’;
vokal [əw]~[uw]/-# pada [ku (k,kk)əw], [kukuw] bermakna ‘bagian kuku yang putih’;
vokal [ͻw]~[aw]/-# pada [pahhͻw], [pahhaw] bermakna ‘paha’;
vokal [əw]~[aw]/-# pada [ana? m(ə,a)(t,tt)əw], [ana? mattaw] bermakna ‘menantu’;
vokal [əw]~[aw]/-# pada [apəw], [appaw] bermakna ‘cucu’;
vokal [uw]~[əw]~[aw]/-# pada [susuw], [susəw], [susaw] bermakna ‘tetek’.
Variasi-variasi vokal lain berikutnya yang juga ditemukan adalah
[ey]~[əy]~[ay]/-# pada [patey], [patəy], [patay] bermakna ‘bunuh’;
[əy]~[ay]/-# pada [atəy], [atay] bermakna ‘hati’;
[əy]~[ay]/-# pada [təməgəy], [təməgay] bermakna ‘diri (ber)’;
[ͻy]~[uy]/-# pada [ikͻy], [ikuy] bermakna ‘ekor’;
[ey]~[əy]~[ay]/-#, pada [kirey], [kirəy], [kiray] bermakna ‘kiri’;
[əy]~[ay]/-# pada [matəy], [matay] bermakna ‘mati’;
[əy]~[ey]~[ay]/-# pada [jarəy], [jarey], [jaray] bermakna ‘jari’;
[əy]~[ay]/-# pada [di nay], [di nəy] bermakna ‘di situ’.
Sementara itu, ditemukan juga variasi-variasi vokal, seperti
[ͻ]~[ͻw]/-# pada [di kədͻ], [di kədͻw] bermakna ‘di mana;
[ͻw]~[ͻ]~[aw]/-# pada [di jͻw], [di jͻ], [di jaw] bermakna ‘di sini’;
[ͻ]~[ͻw]/-# pada [limͻ], [limͻw] bermakna ‘lima’;
[o]~ [ͻ]~[ͻw]/-# pada [ghaŋo], [ghaŋͻ], [ghaŋͻw] bermakna ‘mulut’;
© 2020, Kelasa, 15 (2), 272 – 294 | 282
[ͻ]~[ͻw]/-# pada [apͻ], [apͻw] bermakna ‘apa’;
[ͻ]~[ͻw]/-# pada [ma(h,hh)ͻ], [məhͻw] bermakna ‘tertawa’;
[ͻ]~[ͻw]/-# pada [tigͻ], [tigͻw] bermakna ‘tiga’;
[a]~[ͻw]~[ͻ]/-# yang ditemukan pada [tuha], [tuhͻ], [tuhhͻw] bermakna ‘tua’;
[i]~[ya]/k# pada [puppiŋ], [puppyaŋ] bermakna ‘bahu’;
[i]~[ya]/k# pada [pupik], [puppi?], [puppya?] bermakna ‘bibir’;
[ͻ]~[ͻw]~[aw]/-# pada [bulu matͻ], [bulu matͻw], [bulu mataw] bermakna ‘bulu mata’;
[u]~[wa]/k# pada [jaŋgu?], [jaŋgwa?] bermakna ‘janggut’;
[əy]~[ey]~[i]/-# pada [jarəy manis], [jarey manis], [jari manis] bermakna ‘jari manis’;
[i]~[ya]~[e]~[yə]/k# pada [ittiŋ], [ityaŋ], [itteŋ], [ityəŋ] bermakna ‘keringat’;
[əw]~[u]/-# pada [parəw-parəw], [paru-paru] bermakna ‘paru-paru’;
[i]~[ya]/k# pada [puppiŋ], [puppyaŋ] bermakna ‘pundak’;
[ə]~[i]~[ya]/k# pada [kəkkəp], [kəkkip], [kəkkyap] bermakna ‘rusuk’;
[u]~[wa]/k# pada [culu(k,?)], [culwa] bermakna ‘tengkuk/kuduk’;
[ay]~[i]/k# pada [saykəd(ͻ,ͻw)], [sikədͻw] bermakna ‘(yang) mana’; dan
[ͻ]~[ͻw]/-# pada [say(si)kədͻw], [saykədͻ] bermakna ‘(yang) mana’.
Variasi Leksikal
Variasi leksikal yang berhasil diidentifikasi melalui analisis data didapat sebagai berikut.
Makna ‘awan’ memunculkan empat varian, yaitu awan yang digunakan oleh informan 1, 4, 5; jamo,
sərundo yang digunakan oleh informan
2; sabə? yang digunakan oleh informan 3.
Makna ‘ayah’ memunculkan empat varian, yaitu ayah yang digunakan oleh informan 1, 4 dan 5; bapa? yang digunakan oleh informan 2, 3; buya dan
walid yang digunakan oleh informan 2
Makna ‘balik’ memunculkan tiga varian, yaitu bule(t,d) yang digunakan oleh informan 1,2; mulaŋ yang digunakan oleh informan 1, 3, 4, 5;
283 | © 2020, Kelasa, 15 (2), 272 – 294 səbəlahan yang digunakan oleh
informan 3.
Makna ‘beberapa’ memunculkan empat varian, yaitu (pə)pighͻ yang digunakan oleh informan 1; nayah yang digunakan oleh informan 2; kirͻ-kirͻ yang digunakan oleh informan 3;
pighͻ-pighͻ yang digunakan oleh informan 5.
Makna ‘benih’ memunculkan tiga varian, yaitu bənih yang digunakan oleh informan 1, 3, 4, 5; mulan yang digunakan oleh informan 2, 3; bibit yang digunakan oleh informan 2.
Makna ‘bilamana’ memunculkan tiga varian, yaitu kapan yang digunakan oleh informan 1, 5 ; ibarat yang digunakan oleh informan 2; andai yang digunakan oleh informan 3.
Makna ‘bulan’ memunculkan dua varian, yaitu bulan yang digunakan oleh informan 1, 3, 4, 5; kənawat yang digunakan oleh informan 1, 2.
Makna ‘buru’ memunculkan dua varian, yaitu alaw yang digunakan oleh informan 1, 3, 4, 5; burəw yang digunkan oleh informan 2.
Makna ‘buruk’ memunculkan dua varian, yaitu jahal yang digunakan oleh informan 1, 3, 4, 5; bugha yang digunakan oleh informan 2.
Makna ‘cium’ memunculkan tiga varian, yaitu ambaw yang digunakan
oleh informan 1; səkay yang digunakan oleh informan 2; ciyum, siyum yang digunakan oleh informan 2, 3, 4, 5.
Makna ‘danau’ memunculkan dua varian, yaitu danaw yang digunakan oleh informan 1, 2, 4, 5; ham yang digunakan oleh informan 3.
Makna ‘pada’ memunculkan tiga varian, yaitu jamͻw yang digunakan oleh informan 1, 5; pada yang digunakan oleh informan 2; ghaŋ yang digunakan oleh informan 3.
Makna ‘dorong’ memuncul-kan tiga varian, yaitu suburəŋ yang digunakan oleh informan 1; juruŋ yang digunakan oleh informan 2, 4; duriŋ yang digunakan oleh informan 5.
Makna ‘jahit’ memunculkan dua varian, yaitu səgh(wa)u(k,?) yang digunakan oleh informan 1, 3, 4, 5; jayit yang digunakan oleh informan 2.
Makna ‘jatuh’ memunculkan dua varian, yaitu gəga(g, ?, p) yang digunakan oleh informan 1, 2, 3, 4, 5;
nabuh yang digunakan oleh informan 2.
Makna ‘kalau’ memunculkan tiga varian, yaitu lamun yang digunakan oleh informan 1, 5; kattaw yang digunakan oleh informan 2, (sə)umpamͻ yang digunakan oleh informan 3, 4.
Makna ‘lain’ memunculkan dua varian, yaitu sumaŋ yang digunakan oleh
© 2020, Kelasa, 15 (2), 272 – 294 | 284 informan 1, 3, 5; bagh(i,ya)h yang
digunakan oleh informan 2, 4.
Makna ‘lempar’ memunculkan dua varian, yaitu situ(wa)h, yang digunakan oleh informan 1, 3, 4, 5; səbat yang digunakan oleh informan 2.
Makna ‘lihat’ memunculkan dua varian, yaitu (t,n)inu (k.?) yang digunakan oleh informan 1, 2, 3, 5;
ŋənah yang digunakan oleh informan 2,
4.
Makna ‘ludah’ memunculkan dua varian, yaitu ut(ə,a)p yang digunakan oleh informan 1, 2, 3, 4, 5; iluy yang digunakan oleh informan 2.
Makna ‘main’ memunculkan dua varian, yaitu may(e,i)n yang digunakan oleh informan 1, 2, 5; (m, ŋ)idər yang digunakan oleh informan 2, 3, 4.
Makna ‘mereka’ memunculkan tiga varian, yaitu tiyan yang digunakan oleh informan 1, 2, 5; ulun yang digunakan oleh informan 3; məttəy yang digunakan oleh informan 4.
Makna ‘nama’ memunculkan dua varian, yaitu gəlagh yang digunakan oleh informan 1, 5; namͻ yang digunakan oleh informan 2, 3, 4.
Makna ‘napas’ memunculkan dua varian, yaitu napas yang digunakan oleh informan 1, 5; ha(ŋ,ŋŋ)as yang digunakan oleh informan 2, 3, 4.
Makna ‘orang’ memunculkan dua varian, yaitu jimͻ yang digunakan oleh informan 1, 2, 3, 4, 5; ulun yang digunakan oleh informan 2.
Makna ‘pegang’ memunculkan dua varian, yaitu pək(a,ə)m yang digunakan oleh informan 2, 3;
pəg(a,o,ə,u)ŋ yang digunakan oleh informan 1, 2, 3, 4, 5.
Makna ‘pusar’ memunculkan dua varian, yaitu pusəgh yang digunakan oleh informan 1, 2, 5; bud(u, wa)? yang digunakan oleh informan 1, 2, 3.
Makna ‘suami’ memunculkan dua varian, yaitu mə(gh, ŋ)iyan yang digunakan oleh informan 1, 2, 3, 4, 5;
lakəy yang digunakan oleh informan 2.
Makna ‘tebal’ memunculkan dua varian, yaitu aməl yang digunakan oleh informan 1, 2, 4, 5; təbəl yang digunakan oleh informan 3.
Makna ‘tidak’ memunculkan dua varian, yaitu ma?wat yang digunakan oleh informan 1, 2, 5; (ə)ŋgat yang digunakan oleh informan 2, 3.
Makna ‘tikam (me) me-munculkan dua varian, yaitu pagas yang digunakan oleh informan 1, 2, 5; (t,n)ikal yang digunakan oleh informan 3, 4.
Makna ‘tongkat’ memunculkan dua varian, yaitu pəkat yang digunakan
285 | © 2020, Kelasa, 15 (2), 272 – 294
oleh informan 1,5; tukka (?) yang digunakan oleh informan 2, 3, 4.
Makna ‘usus’ memunculkan dua varian, yaitu t(ə,a)(n,nn)ahh(a,ə)y yang digunakan oleh informan 1, 2, 5; usus yang digunakan oleh informan 3, 4.
Makna ‘alis’ memunculkan dua varian, yaitu alis yang digunakan oleh informan 1, 4, 5; bulu kəniŋ yang digunakan oleh informan 2, 3.
Makna ‘bagian kuku yang putih’ memunculkan dua varian, yaitu
ku(k,kk)(u,ə)w yang digunakan oleh
informan 1, 2, 5; ana? kukəw yang digunakan oleh informan 3.
Makna ‘cambang’ memunculkan dua varian, yaitu gud(ə,i)(k,t) yang digunakan oleh informan 1, 2, 5;
b(i,e)wͻk yang digunakan oleh informan
3, 4.
Makna ‘geraham’ memunculkan dua varian, yaitu billan yang digunakan oleh informan 1, 2, 5; tərgah yang digunakan oleh informan 4.
Makna ‘gigi seri’ memunculkan dua varian, yaitu pəŋagah yang digunakan oleh informan 1, 3, 5; tariŋ yang digunakan oleh informan 2.
Makna ‘gigi yang menonjol keluar’ memunculkan tiga varian, yaitu
waləy yang digunakan oleh informan 1,
3, 5; səŋ(u,o)l yang digunakan oleh
informan 2, 4; tariŋ yang digunakan oleh informan 1, 5.
Makna ‘jari tengah’ memunculkan tiga varian, yaitu
cəghaŋgaw yang digunakan oleh informan 1, 2, 3, 5; jarəy təŋah yang digunakan oleh informan 2; jari manis yang digunakan oleh informan 4.
Makna ‘kemaluan laki-laki’ memunculkan tiga varian, yaitu but(ͻ,ə)h yang digunakan oleh informan 1, 5 ;
jəghabu yang digunakan oleh informan
2; təl(i,ya) ŋ yang digunakan oleh informan 3, 4.
Makna ‘kemaluan wanita’ memunculkan dua varian, yaitu si(ya)? yang digunakan oleh informan 1, 3, 4, 5;
jəghabu yang digunakan oleh informan
2.
Makna ‘ketiak’ memunculkan dua varian, yaitu baha(n,m) pah yang diguanakn oleh informan 1, 3, 4, 5;
assəh yang digunakan oleh informan 2.
Makna ‘lengan’ memuculkan dua varian, yaitu pəl(i,ə)san yang digunakan oleh informan 1, 3, 5; puŋəw yang digunakan oleh informan 2.
Makna ‘mata kaki’ me-munculkan dua varian, yaitu kikil yang digunakan oleh informan 1, 3, 5; taghͻ yang digunakan oleh informan 2.
© 2020, Kelasa, 15 (2), 272 – 294 | 286 Makna ‘pantat’ memuncul-kan
tiga varian, yaitu tambəgh yang digunakan oleh informan 1, 5; tumbuŋ yang digunakan oleh informan 2, 3, 4;
cuŋgəŋ yang digunakan oleh informan 2.
Makna ‘pelipis’ memuncul-kan dua varian, yaitu pələppis yang digunakan oleh informan 1, 2, 5; biŋaw yang digunakan oleh informan 3.
Makna ‘pergelangan tangan’ memunculkan dua varian, yaitu
gəlaŋ-gəlaŋ yang digunakan oleh informan 1,
3, 5; plissan yang digunakan oleh informan 2.
Makna ‘tumit’ memunculkan dua varian, yaitu taghͻw yang digunakan oleh informan 1, 3, 4, 5; kikkil yang digunakan oleh informan 2.
Makna ‘tungkai’ memuncul-kan tiga varian, yaitu c(a,ə)l(a,ə)(k,?) yang digunakan oleh informan 1, 2; tapak yang digunakan oleh informan 2; taghͻw yang digunakan oleh informan 3.
Makna’panggilan untuk anak kecil’ memunculkan dua varian, yaitu (s)ana(k,?) yang digunakan oleh informan 1, 2, 5; sana? lunik yang digunakan oleh informan 2.
Makna ‘panggilan untuk gadis kecil’ memunculkan dua varian, yaitu
(a) de? yang digunakan oleh informan 2;
muləy lunik yang digunakan oleh
informan 1, 3, 5.
Makna ‘panggilan untuk gadis remaja’ memunculkan dua varian, yaitu
muləy yang digunakan oleh informan 1,
3, 5; de? yang digunakan oleh informan 2.
Makna ‘panggilan untuk lelaki remaja’ memunculkan dua varian, yaitu
məghanay yang digunakan oleh informan 1, 3, 5; de? yang digunakan oleh informan 2.
Makna ‘panggilan untuk lelaki tua’ memunculkan lima, varian, yaitu
p(ə, ,ͻ)ŋawͻ, puwaŋ yang digunakan
oleh informan 1, 3, 4, 5; uwa? yang digunakan oleh informan 2, mbah yang digunakan oleh informan 2, siday yang digunakan oleh informan 2, yayi yang digunakan oleh informan 2.
Makna ‘ panggilan untuk wanita tua’ memunculkan empat varian, yaitu
bəbay yang digunakan oleh informan 1,
3, 5; um(ə,a)y yang digunakan oleh informan 2, 4; mbah yang digunakan oleh informan 2, ñañay yang digunakan oleh informan 2.
Makna ‘abang kakak (laki-laki)’ memunculkan tiga varian, yaitu kiyay yang digunakan oleh informan 1, 4, 5;
287 | © 2020, Kelasa, 15 (2), 272 – 294
informan 2, 3; kanjəŋ yang digunakan oleh informan 5.
Makna ‘abang/kakak dari istri’ memunculkan dua varian, yaitu (l,
r)akaw (tuhͻ) yang digunakan oleh
informan 1, 2, 3, 5; maghəw yang digunakan oleh informan 2.
Makna ‘abangnya ayah/ibu’ memunculkan empat varian, yaitu
kəmaman yang digunakan oleh informan
1, 2, 3,5; kəminan yang digunakan oleh informan 3; puwaŋ yang digunakan oleh informan 4.
Makna ‘adik’ memunculkan tiga varian, yaitu adik yang digunakan oleh informan 1, 3, 5; kəmaman yang digunakan oleh informan 2; kəminan yang digunakan oleh informan 2.
Makna ‘adik dari suami’ memunculkan dua varian, yaitu rakaw yang digunakan oleh informan 1, 3, 5;
sighͻw yang digunakan oleh informan 2.
Makna ‘anak dari abang kakaknya ayah/ibu’ memunculkan tiga varian, yaitu anakən yang digunakan oleh informan 1, 5; nubəy yang digunakan oleh informan 2; waghəy
(amͻ) yang digunakan oleh informan 2,
3.
Variasi Konsonan
Variasi konsonan yang berhasil diidentifikasi melalui analisis data didapat sebagai berikut.
Variasi konsonan [p]~[pp]/-# yang ditemukan terjadi pada [tahapaŋ], [tahappaŋ] yang bermakna ‘apung(me)’. Informan penggunanya adalah [p] pada informan 1 dan 3; [pp] pada informan 2, 4, dan 5. Variasi ini juga ditemukan pada [lapah], [lappah] yang bermakna ‘jalan(ber)’. Informan penggunanya adalah [p] pada informan 1, 2, 3, dan 5; [pp] pada informan 4. Selain itu, variasi ini juga terdapat pada [cupiŋ], [cuppyaŋ] yang bermakna ‘telinga’ dan informan penggunanya adalah [p] pada informan 1, 2, 3, dan 5; [pp] pada informan 4.
Variasi konsonan lain yang juga ditemukan adalah [t]~[tt]/-# pada [batəw], [battəw] ‘batu’ dengan informan penggunanya adalah [t] pada informan 1, 3, 4, dan 5; [d] pada informan 2; [patey], [pattəy] ‘bunuh’ dengan informan penggunanya adalah [t] pada informan 1, 3, 4, dan 5; [tt] pada informan 2; [atəy], [attay] yang bermakna ‘hati’ dan informan penggunanya adalah [t] pada informan 1, 3, 4, dan 5; [tt] pada informan 2; [pətun], [pattun] yang bermakna ‘nyanyi’ dan informan penggunanya
© 2020, Kelasa, 15 (2), 272 – 294 | 288 adalah [t] pada informan 1 dan 5; [tt]
pada informan 2, 3, dan 4; [muttah], [mutah] yang bermakna ‘muntah’ dan informan pengguna variasi ini adalah [tt] pada informan 1, 2, 3, dan 5; [t] pada informan 4; [bəttəŋ], [bətəŋ] bermakna ‘perut’ dan informan penggunanya adalah [tt] pada informan 1, 2, 3, dan 5; [t] pada informan 4.
Variasi konsonan [k]~[ɸ]/-# pun ditemukan, yaitu pada [putək], [puti?] bermakna ‘burung’ dan informan penggunanya adalah [k] pada informan 1; [ɸ] pada informan 2, 3, 4, dan 5; [gəmuk], [gəmͻ?], [gəmuwa?] bermakna ‘gemuk’ dan informan penggunanya adalah [k] pada informan 1, 2, dan 5 [ɸ] pada informan 3 dan 4; serta [babak], [baba] bermakna ‘kulit’ dan informan pengguna variasi ini adalah [k] pada informan 1, 2, 3, dan 5; [ɸ] pada informan 4.
Terdapat juga variasi konsonan [l]~[ll]/-# yang ditemukan pada [gəlaŋ], [gəlaŋ] bermakna ‘cacing’ dan informan penggunanya adalah [l] pada informan 1, 2,3, dan 5; [ll] pada informan 4; [di ləm], [dillam] bermakna ‘di dalam’ dan informan penggunanya adalah [l] pada informan 1, 2,3, dan 5; [ll] pada informan 4; [taluy], [talluy], [təluy], [talloy] bermakna ‘telur dan informan
penggunanya adalah [l] pada informan 1, 3, dan 5; [ll] pada informan 2 dan 4.
Beberapa variasi lain yang ditemukan adalah sebagai berikut.
Variasi [k]~[ɸ] dan [t]~[n] /-# pada [tinuk], [ninu?] bermakna ‘kulit’ dan informan penggunanya adalah [k] pada informan 1, 3, dan 5; [ɸ] pada informan 2 dan 4; [t] pada informan 1, 3, dan 5; [n] pada informan 2 dan 4.
Variasi [t]~[d]/-# pada [bulət], [buled] bermakna ‘balik’ dan informan penggunanya adalah [t] pada informan 1; [d] pada informan 2.
Variasi [R]~[k]/-# pada [balaR], [balak] bermakna ‘besar’ dan informan penggunanya adalah [R] pada informan 4; [r] pada informan 1, 2,3, dan 5.
Variasi [tt]~[nt]~[t]/-# pada [bittaŋ], [bintaŋ], [bitaŋ] bermakna ‘bintang’ dan informan penggunanya adalah [tt] pada informan 1, 2, dan 3;[nt] pada informan; 4 [t] pada informan 5.
Variasi [m]~[t]/-# pada [məgəgh], [tighah] bermakna ‘datang’ dan informan penggunanya adalah [m] pada informan 1, 2, dan 3; [t] pada informan 4 dan 5.
289 | © 2020, Kelasa, 15 (2), 272 – 294
Variasi [ɸ]~[h]/-# pada [pagha?], [paghəh] bermakna ‘dekat’ dan informan penggunanya adalah [ɸ] pada informan 3 dan 4; [h] pada informan 5.
Variasi [ɸ]~[h]/-# pada [uya], [uyah] bermakna ‘garam’ dan informan penggunanya adalah [ɸ] pada informan 1; [h] pada informan 2, 3, 4, dan 5.
Variasi [ɸ]~[h]/-# pada [kama], [kamah] bermakna ‘kotor’ dan informan penggunanya adalah [ɸ] pada informan 1 dan 5; [h] pada informan 2, 3, dan 4.
Variasi [k]~[g]/-# pada [kaləy], [galay] bermakna ‘gali’ dan informan penggunanya adalah [k] pada informan 1, 2, 4, dan 5; [g] pada informan 3.
Variasi [r]~[k]/-# pada [rəkuy], [kəkuy] bermakna ‘garuk’ dan informan penggunanya adalah [r] pada informan 1; [k] pada informan 2, 3, 4, dan 5.
Variasi [m]~[h]/-# pada [əttəm], [təttuh], [hattam] bermakna ‘hantam’ dan informan penggunanya adalah [m] pada informan 1, 4, dan 5; [h] pada informan 2; [h] pada informan 3.
Variasi [h]~[ɸ]~[k]/-# pada [hapus], [pusə?], [busak] bermakna ‘hapus’ dan informan penggunanya adala [h] pada informan 2 dan 5; [ɸ] pada informan 3; [k] pada informan 4.
Variasi [tt]~[tw]/-# pada [jattuŋ], [jattwaŋ] bermakna ‘jantung’ dan informan penggunanya adalah [tt] pada informan 1, 2, 3, dan 5; [tw] pada informan 4.
Variasi [g]~[ɸ]~[p]/-# pada [gəgag], [gəga?], [gəgap] bermakna ‘jatuh’ dan informan penggunanya adalah [g] pada informan 1; [ɸ] pada informan 4.
Variasi [ɸ]~[t]/-# pada [laŋi?], [laŋit] bermakna ‘langit’ dan informan penggunanya adalah [ɸ] pada informan 1, 2, 4, dan 5; [t] pada informan 3.
Variasi [ɸ]~[y]/-# pada [ligher], [liygher] bermakna ‘licin’ dan informan penggunanya adalah [ɸ] pada informan 1, 3, dan 5; [y] pada informan 2 dan 4.
Variasi [t]~[d]/-# pada [tuwət], [tuwəd] bermakna ‘lutut’ dan informan penggunanya adalah [t] pada informan 1, 3, 4, dan 5; [d] pada informan 2.
Variasi [m]~[ŋ]/-# pada [minum], [ŋinum] bermakna ‘minum’ dan
© 2020, Kelasa, 15 (2), 272 – 294 | 290 informan penggunanya adalah [m]
pada informan 1 dan 5; [ŋ] pada informan 2, 3, dan 4.
Variasi [n]~[h]/-# pada [napas], [haŋas] bermakna ‘nafas’ dan informan penggunanya adalah [n] pada informan 1 dan 5; [h] pada informan 2, 3, dan 4.
Variasi [j]~[jj]~[cj]/-# pada [təjaŋ], [tijjaŋ], [ticjaŋ] bermakna ‘panjang’ dan informan penggunanya adalah [j] pada informan 1 dan 5; [jj] pada informan 2 dan 3; [cj] pada informan 4.
Variasi [g]~[k]/-# pada [pəgaŋ], [pəkəm] bermakna ‘pegang’ dan informan penggunanya adalah [g] pada informan 1, 2, 4, dan 5; [k] pada informan 2 dan 3.
Variasi [t]~[tt]~[k]~[ɸ]/-# pada [tətak], [tətta?], [tətta] bermakna ‘potong’ dan informan penggunanya adalah [t] pada informan 1; [tt] pada informan 2, 3, 4,dan 5; [k] pada informan 1; [ɸ] pada informan 2, 3, 4,dan 5.
Variasi [w]~[ww]/-# pada [buwə?], [buwa?], [buwwa?] bermakna ‘rambut’ dan informan penggunanya adalah [w] pada informan 1, 2, 3, dan 5; [ww] pada informan 4.
Variasi [h]~[ɸ]~[w]/-# pada [jukuh], [juku?], [jukwa?] bermakna ‘rumput’ dan informan penggunanya adalah [h] pada informan 1; [ɸ] pada informan 2, 3, 4, dan 5; [w] pada informan 4.
Variasi [t]~[tt]~[ɸ]/-# pada [cuti?], [cuttiya?] bermakna ‘sedikit’ dan informan penggunanya adalah [t] pada informan 1, 2, 3, dan 5; [tt] pada informan 4.
Variasi [m]~[mm]/-# pada [səma?], [səmma?] bermakna ‘sempit’ dan informan penggunanya adalah [m] pada informan 1, 2, 3, dan 5; [mm] pada informan 4.
Variasi [gh]~[ŋ]/-# pada [məghyan], [məŋyan] bermakna ‘suami’ dan informan penggunanya adalah [gh] pada informan 1 dan 5; [ŋ] pada informan 2, 3, dan 4.
Variasi [h]~[ɸ]/-# pada [tahun], [taun] bermakna ‘tahun’ dan informan penggunanya adalah [h] pada informan 1, 2, 3, dan 5; [ɸ] pada informan 4.
Variasi [k]~[gh]~[ɸ]/-# pada [tarik], [tarigh], [taghya?] bermakna ‘tarik’ dan informan penggunanya adalah [k] pada informan 1 dan 2; [gh] pada informan 4 dan 5; [ɸ] pada informan 4 dan 5.
291 | © 2020, Kelasa, 15 (2), 272 – 294
Variasi [h]~[m]~[mm]/-# pada [tahambur], [tambur], [tambͻr] ‘sempit’. Informan penggunanya adalah [h] pada informan 1, 2, dan 5; [m] pada informan 3; [mm] pada informan 4.
Variasi [h]~[hh]~[w]/-# pada [mahͻ], [mahhͻ], [mahhͻw] bermakna ‘tertawa’ dan informan penggunanya adalah [h] pada informan 1 dan 5; [hh] pada informan 2, 3, dan 4; [w] pada informan 4.
Variasi [d]~[dd]/-# pada [pədͻm], [pəddəm] bermakna ‘tidur’ dan informan penggunanya adalah [d] pada informan 1, 4, dan 5; [hh] pada informan 2 dan 3.
Variasi [p]~[t]~[n]/-# pada [pagas], [tikal], [nikal] bermakna ‘tikam (me)’ dan informan penggunanya adalah [p] pada informan 1, 2, dan 5; [t] pada informan 3; [n] pada informan 4.
Variasi [ɸ]~[t]/-# pada [ipis], [tipis] bermakna ‘tipis’ dan informan penggunanya adalah [ɸ] pada informan 1, 2, 4, dan 5; [t] pada informan 3.
Variasi [R]~[r]/-# pada [tuRuy], [turuy] bermakna ‘baring’ dan informan penggunanya adalah [R]
pada informan 1, 2, 3, dan 4; [r] pada informan
Inovasi Internal
Berdasarkan temuan data dan analisis terhadap data, penulis menemukan inovasi internal bahasa Lampung yang terjadi pada tataran leksikal. Inovasi tersebut mencakup inovasi pada tataran fonologis hingga tataran leksem. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebanyak 76 gloss menampilkan inovasi internal yang sebagian besar berupa inovasi bentuk yang perwujudannya terdiri atas inovasi leksikal penuh dan inovasi fonetis.
Jika data-data dalam tabel berikut diamati, dari 76 gloss yang ada ditemukan inovasi fonetis, di antaranya fonem /u/ menjadi /ͻ/ dan /ə/ pada leksem api, /gh/ menjadi /r/ pada leksem baring ‘tughuy menjadi turuy’.
Inovasi leksikal penuh juga ditemukan pada leksem-leksem tertentu yang dipengaruhi, di antaranya, oleh bahasa Indonesia dan bahasa Jawa, misalnya nenek dalam bahasa Lampungnya tuyu?. Karena pengaruh bahasa Jawa, terjadilah inovasi leksikal penuh dan kata itu menjadi mbah. Kata
tungkai yang dalam bahasa Lampungnya calək mengalami inovasi leksikal penuh
© 2020, Kelasa, 15 (2), 272 – 294 | 292 karena pengaruh bahasa Indonesia dan
menjadi tapak.
Tabel berikut menyajikan varian yang menunjukkan inovasi internal
bahasa Lampung di perbatasan wilayah berbahasa Jawa.
Tabel 1
Entitas Kata Asal dan Varian Inovatif Berjenis Inovasi Internal dalam Bahasa Lampung
I No. Glos/Peta Kata Asal Varian Inovatif
1 001 abu Ab abəw Pu pǝppəs
2 005 anak sana? ana?
3 007 anjing kuyU? asəw
4 009 api apuy apͻy, apəy
5 011 asap asa? asə?
6 012 awan awan jamo, sərundo sabə?
7 013 ayah ayah, buya, walid
bapa?, buya, walid
8 014 bagaimana ñͻcaghͻ ñͻw carͻ, ñͻ carͻ 9 017 balik mulaŋ buled, bulət, səbəlahan
10 019 baring tughuy Turuy
11 020 guling Gu gu iŋ Gu guliŋ, guliyəŋ
12 021 basah basəh Basah
13 022 batu batəw battəw
14 023 beberapa pəpighͻ nayah, kirͻ-kirͻ, pighͻ-pighͻ, pighͻ
15 027 benih bənih bibit, mulan
16 029 berenang naŋuy naŋͻy
17 032 besar balak Balagh
18 034 binatang binataŋ bənataŋ
19 037 bulan bulan kənawat
20 038 bulu buləw Bulaw
21 040 bunuh Pateykən Pattay
22 041 buru alaw burəw
23 042 buruk jahal Bugha
24 043 burung puti? putək, putye?
25 044 busuk buyu? buyah, bUyUa
26 045 cacing gəlaŋ gələŋ, gǝllaŋ, baliŋ
27 046 cium siyum cium, səkay, ambaw
28 048 daging dagiŋ dagyaŋ,
29 050 danau danaw ham
30 051 darah ghah əghah
31 052 datang məgəgh məgəgh, bəgah, məgͻgh, tighah
32 053 daun buluŋ buluaŋ
33 054 debu abəw abaw
34 055 dekat pagha? paghə
35 057 dengar dəŋəy nəŋəyi, nǝŋay
36 065 dorong juruŋ suburəŋ, duruŋ
37 067 duduk məjəŋ məjeəŋ
38 068 ekor ikͻy ikuy
39 070 engkau nikəw nikaw
40 071 gali kaləy galay, kalay
41 072 garam uyah uya
42 073 garuk kəkuy rəkuy, kəkͻy, kǝkoy
43 074 gemuk gəmuk gəmͻ?, gǝmuwa?
44 075 gigi kədis kͻdis
45 076 gigit gigi? gigiyə?, gigiya?
46 077 gosok gusu? gusuk, gusɔ?
47 079 hantam hattam təttuh, əttəm, attam
48 080 hapus apus hapus, pusə?, busak
49 081 Hati atəy attay, atay
50 082 hidung ighuŋ ighuŋ,eghuŋ, ighuwaŋ
51 083 hidup ughi? ughiya?
52 090 Ia yew iyaw, iyͻw
53 097 Jahit səghuk jayit, sǝghwa?
54 104 kalau lamun kattaw, umpamͻ sǝumpamɔ
55 120 Lain sumaŋ baghih, baghyah
56 129 Lihat tinuk ŋənah, ninu?, ŋǝnah
57 134 main midər mayin, ŋidər
58 145 nama namͻ gəlagh
59 146 napas napas Haŋas
60 147 nyanyi pətun Pattun, pattwan
61 161 pusar pusəgh budu?, budwa?
62 166 Saya sikam ña, ikam
63 173 suami məghiyan lakəy, məŋiyan
64 183 tebal aməl təbəl
65 186 terbang tahambur tambur, tammbɔr
66 192 tikam (me) pagas tikal, nikal
67 195 tongkat tukka? pəkat
68 200 Usus tənahhay tannahhəy, usus
69 208 cambang gudək gudit, bewͻk, biwɔk
70 249 tumit taghͻw kikkil
71 250 tungkai calək tapak, tuŋkai, taghͻw
72 269 Adik dari suami rakaw sighͻw
73 274 Anak dari abang kakaknya ayah/ibu
anakən nubəy, waghəy amͻ
74 275 anak dari adiknya ayah/ibu
kəminan nubəy, waghəy amͻ
75 286 nenek apəw ñañəy, ñyai, appɔw sebay
76 287 orang tua kakek/nenek
tuyu? mbah, sidday
PENUTUP
Hasil analisis data menunjukkan
Variasi bahasa terjadi secara sistematis dan terkontrol. Hal ini terbukti dengan data empiris yang menunjukkan adanya variasi yang hanya terjadi pada kata, suku kata, atau bunyi tertentu. Variasi terjadi pada lingkungan bunyi tertentu pada sebuah kata. Varian hasil inovasi atau varian inovatif terjadi secara sistematis sehingga memungkinkan untuk dipolakan.
DAFTAR PUSTAKA
Bahasa., P. P. dan P. (2008). Penelitian
Kekerabatan dan Pemetaan Bahasa di Indonesia; Kuesioner Kosakata Dasar dan Kata Budaya Dasar.
Dhanawaty, N. M. (2020). Dialect Accomodation. Thursday, 19 November. http://nusapenida.nl/index.php/nusa -penidian/dialect-accommodation-dhanawaty-2004 Kridalaksana, H. (2008). Kamus Linguistik (4th ed.). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Lauder, M. R. M. T. (1993). Pemetaan
Distribusi Bahasa-bahasa di Tangerang. Jakarta.
Sudika, I. N. (2010). "Inovasi Leksikal Bahasa Bali di Lombok: Kajian Dialektologi”. Mabassan, Vol. 4,
No.1.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
(Dua Enam). Bandung: Alfabeta. Suparman, N. (2019). "Inovasi Leksikal
Bahasa Wotu". Ranah: Jurnal
Kajian Bahasa, 8(2), 219. https://doi.org/10.26499/rnh.v8i2.1 282
Wahya. (2005). Inovasi dan
Difusi-Geografis Leksikal Bahasa Melayu dan Bahasa Sunda di Perbatasan
Bogor--Bekasi: Kajian
Geolinguistik”. Universitas Padjadjaran.
Wahya. (2013a). Inovasi Bentuk dalam
Variasi Geografis Bahasa Sunda: Kedinamisan dan Keharmonisan dalam Perubahan Bahasa Ibu“.
Pustaka Unpad.
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/12/Pustaka_U npad_Inovasi_-Bentuk_-Dalam_-Variasi_-Geografis.pdf.pdf
Wahya. (2013b). Mengenal sekilas
dialektologi. Pustaka Unpad. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/12/Pustaka_U npad_Mengenal_-Sekilas_-Dialekteknologi.pdf.pdf © 2020, Kelasa, 15 (2), 272 – 294 | 294
bahwa terdapat kosakata yang memiliki variasi konsonan dan kosakata yang memiliki variasi vokal. Variasi vokal yang terjadi umumnya pada posisi vokal ultima. Dari 200 kosakata yang terjaring, terdapat 62 kosakata yang memiliki variasi leksikal. Selain itu, terdapat juga inovasi internal bahasa Lampung yang terjadi pada tataran leksikal. Hasil temuan dan analisis data menunjukkan bahwa ada 76 gloss yang menampilkan inovasi internal yang sebagian besar berupa inovasi bentuk.