• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PRODUK SAYURAN ORGANIK PADA PT. AMANI MASTRA, JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PRODUK SAYURAN ORGANIK PADA PT. AMANI MASTRA, JAKARTA"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUK SAYURAN ORGANIK

PADA PT. AMANI MASTRA, JAKARTA

Oleh : NURSYAMSIYAH

A14102046

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS DEPARTEMEN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

Pembangunan dalam bidang pertanian berkaitan erat dengan pembangunan agribisnis di Indonesia yang memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia ke depan. Oleh karena itu, sektor pertanian memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan, begitu pula dengan perkembangan usaha-usaha yang berbasis agribisnis salah satunya adalah komoditi hortikultura, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman obat, dan tanaman hias. Potensi dan banyaknya manfaat yang dimiliki sayuran menyebabkan permintaan terhadap sayuran semakin meningkat, namun peningkatan permintaan ini tidak diimbangi dengan peningkatan produksi sehingga kelebihan permintaan ini dipenuhi dengan mengimpor sayuran. Hal ini menyebabkan nilai dan volume impor Indonesia lebih tinggi dari pada nilai dan volume ekspornya. Keadaan tersebut menjadi sinyal bagi para petani dan pengusaha agribisnis di Indonesia untuk meningkatkan produksinya. Hal ini menyebabkan pertanian konvensional di Indonesia semakin berkembang. Namun seiring dengan semakin berkembangnya kesejahteraan dan tingkat pendidikan masyarakat, menimbulkan trend baru dalam masyarakat yang bertemakan back to nature. Keadaan ini menyebabkan semakin berkembangnya pertanian organik di Indonesia.

Peningkatan permintaan produk sayuran organik, menjadi sinyal bagi pengusaha agribisnis untuk meningkatkan produksinya. Oleh karena itu, perusahaan yang bergerak dalam produk organik khususnya sayuran organik harus memiliki perencanaan strategi yang handal agar perusahaan mampu memanfaatkan kekuatan dan peluang sebaik-baiknya, serta mampu mengurangi kelemahan dan menghindari ancaman yang dihadapi perusahaan. Begitu pula dengan perusahaan PT Amani Mastra yang bergerak dalam bidang produksi dan pemasaran produk organik khususnya sayuran organik.

Semakin meningkatnya persaingan dalam industri sayuran organik, PT Amani Mastra harus dapat mengembangkan strategi-strategi dalam menghadapi persaingan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan alternatif-alternatif strategi yang dapat dilaksanakan PT Amani Mastra dengan memperhatikan faktor-faktor strategis dan posisi perusahaan dalam industri. Untuk mendapatkan faktor-faktor strategis tersebut, penelitian ini menggunakan analisis matriks IFE dan EFE, kemudian untuk mengetahui posisi perusahaan analisis digunakan dengan matriks I-E. Kemudian dengan matriks SWOT akan diperoleh alternatif-alternatif strategi bagi perusahaan dan akhirnya prioritas strategi dianalisis dengan matriks QSPM.

Dari hasil analisis matriks IFE, diperoleh kesimpulan bahwa PT Amani Mastra memiliki kemampuan diatas rata-rata dalam memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan internal perusahaan. Faktor yang menjadi kekuatan utama perusahaan adalah memiliki sertifikasi produk. Sedangkan Kekuatan perusahaan lainnya adalah produk yang berkualitas, perencanaan tanam yang baik, sistem pendistribusian produk yang efektif, tingkat penjualan yang cukup tinggi, alat transportasi yang memadai, lingkungan kerja dan fasilitas karyawan yang mendukung, sistem informasi manajemen yang handal, pelayanan konsumen yang sudah baik, lokasi kebun yang strategis, segmentasi pasar yang efektif, prosedur penganggaran modal yang efektif, prosedur pengawasan mutu

(3)

yang efektif, sistem akunting yang modern dan handal, pasokan bahan baku yang kontinyu, upaya promosi yang sudah cukup baik. Kelemahan utama perusahaan adalah keuntungan yang masih sedikit. Sedangkan kelemahan perusahaan lainnya yaitu teknologi produksi masih sederhana dan terbatas, fasilitas litbang yang belum memadai, volume produksi yang kurang optimal, keterbatasan modal, belum adanya riset pasar, pengemasan dan label yang kurang menarik.

Berdasarkan hasil analisis matriks EFE, diperoleh kesimpulan bahwa PT Amani Mastra memiliki kemampuan diatas rata-rata dalam memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman eksternal. Faktor yang menjadi peluang utama perusahaan adalah keadaan perekonomian negara yang berangsur-angsur stabil. Sedangkan faktor lain yang merupakan peluang bagi perusahaan adalah peluang pangsa pasar yang masih luas, perubahan gaya hidup masyarakat yang lebih sehat, adanya asosiasi pertanian organik, kebijakan pemerintah mengenai program “Go Organik 2010”, dukungan masyarakat sekitar perkebunan, loyalitas konsumen yang tinggi, perkembangan teknologi, hubungan antara pemasok dan perusahaan berjalan lancar, dan tersedianya tenaga potensial di pasar tenaga kerja. Ancaman utama yang dihadapi perusahaan adalah perubahan cuaca dan isu bencana alam yang terjadi di Indonesia. Sedangkan faktor lain yang merupakan ancaman bagi perusahaan terdiri dari semakin meningkatnya persaingan dalam industri, kenaikan harga BBM, kemudahan konsumen mendapatkan produk substitusi, perkembangan jenis hama dan penyakit pada tanaman, serta kemudahan dalam memasuki industri sayuran organik.

Kemudian dengan menggunakan matriks I-E diperoleh posisis perusahaan pada sel V yaitu sel pertahankan dan pelihara (hold and maintain) dengan strategi penetrasi pasar (market penetration) dan strategi pengembangan produk (product development).

Perumusan strategi dengan matriks TOWS menghasilkan sembilan alternatif strategi pengembangan usaha. Penentuan urutan prioritas strategi terpilih dilakukan dengan menggunakan matriks QSPM. Strategi yang paling baik untuk diterapkan perusahaan adalah mengembangkan jenis produk organik yang belum dipasarkan oleh perusahaan. Sedangkan strategi-strategi lain yang dapat diterapkan perusahaan antara lain, melakukan diversifikasi konsentris (yaitu menambah produk atau jasa baru yang masih terkait) terhadap produk yang tidak terjual atau tidak layak jual, memperluas area tanam dan meningkatkan kerjasama dengan petani mitra, melakukan diversifikasi horizontal (yaitu menambah produk atau jasa baru yang tidak terkait untuk pelanggan yang sudah ada) dan diversifikasi konglomerat (yaitu menambah produk atau jasa baru yang tidak terkait untuk pelanggan baru) dengan memanfaatkan fasilitas perkebunan yang ada, mempelajari perkembangan teknologi pertanian untuk meningkatkan produksi, melakukan riset pasar melalui asosiasi pertanian organik yang ada, mencari dan mempelajari berbagai informasi tentang jenis hama dan penyakit tanaman serta menemukan tindakan pencegahan dan penyembuhannya, memanfaatkan fasilitas litbang yang dimiliki pemerintah, memanfaatkan modal pinjaman yang ditawarkan pemerintah dan lembaga keuangan yang ada.

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik Pada PT Amani

Mastra, Jakarta

Nama : Nursyamsiyah

NRP : A14102046

Menyetujui

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Suharno, M. Adev

NIP. 131649403

Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M Agr

NIP. 131124019

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Strategi

Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik Pada PT Amani Mastra, Jakarta”

benar-benar hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan pada perguruan tinggi

lain atau lembaga lain manapun.

Bogor, Maret 2008

Nursyamsiyah

(6)

RIWAYAT HIDUP

Skripsi ini ditulis oleh saya yang bernama Nursyamsiyah yang lahir pada

tanggal 29 Agustus 2008 di Indramayu dari pasangan H. Mukmin dan Hj.

Auliyah. Pengalaman pendidikan yang telah saya jalani dimulai dari bangku SD di

SDN Lemah Abang 1 Indramayu. Kemudian saya melanjutkan studi saya di

SMPN 2 Indramayu yang merupakan SMP terfavorit di Indramayu. Setelah itu,

pendidikan saya dilanjutkan di SMU terfavorit di Indramayu, yaitu SMUN 1

Sindang Indramayu dengan hasil nilai yang memuaskan. Karena itu,

Alhamdulillah saya dapat memperoleh PMDK dari IPB. Semua pengalaman

pendidikan itu menjadi anugrah dan prestasi bagi saya. Karena itu, skripsi ini saya

buat sebagai perwujudan pembelajaran dan ilmu yang saya dapatkan selama ini.

Skripsi ini dibuat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor. Tidak hanya itu, untuk mendapatkan pengalaman dan

mengasah kemampuan saya berorganisasi saya pernah aktif mengikuti dan

menjadi pembimbing organisasi kepramukaan dari tingkat SD sampai tingkat

SMP, kemudian pada tingkat SMU saya memutuskan untuk tidak mengikuti

organisasi apapun agar dapat lebih konsentrasi belajar untuk mengejar cita-cita

saya dan orang tua yaitu mendapatkan PMDK di IPB. Kemudian setelah masuk

dalam perguruan tinggi, saya kembali aktif dalam organisasi baik di dalam

maupun di luar kampus. Diantaranya adalah organisasi daerah yang bernama

IKADA Indramayu sebagai sekretaris, organisasi di dalam kampus yaitu

organisasi di tingkat jurusan yang bernama MISETA, serta keluar masuk dalam

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kekhadirat Allah SWT, yang

senantiasa melimpahkan segala rahmatnya. Sehingga penulis akhirnya dapat

merampungkan skripsi yang berjudul “STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

PRODUK SAYURAN ORGANIK PADA PT AMANI MASTRA, JAKARTA “.

Dengan segala daya dan upaya penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini,

dimana penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar

sarjana pertanian di Institut Pertanian Bogor.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari

berbagai pihak untuk menyelesaikan skipsi ini. Karena itu, penulis menghaturkan

terimakasih pada seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis sajikan skripsi ini

dengan harapan semoga tercapai maksud dan tujuan penulis serta skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Wassalammu’alaikum

Bogor, Maret 2008

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

1. Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah selama proses

penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Suharno, M. Adev selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak meluangkan banyak waktu dan pikiran dalam mengarahkan proses

penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ir. Heny. K.S. Daryanto, M. Ec selaku Dosen Penguji Utama.

4. Ibu Anita Primaswari. W, SP. MSi selaku Dosen Penguji Komdik.

5. Bapak/ Ibu dosen dan seluruh staf sekretariat yang selalu membantu proses

belajar mengajar.

6. Kedua orangtuaku, kakak-kakakku (mas Heri dan yu Neni) serta suamiku

tercinta yang telah membantu dan selalu memotivasi untuk segera

menyelesaikan skripsi ini.

7. Moh.Raihan Taufiqul Hakim anakku tercinta yang telah menjadi inspirasi

terbesar dalam hidup dan menjadi kekuatan terbesar untuk menyelesaikan

skripsi ini.

8. Rekan-rekan Agribisnis ’39, Erna, Adji, Edi, Vida, Suroso, Maya,

Feriyanto, Islam yang slama ini slalu mendorong dalam proses

penyusunan skripsi ini.

9. Adik-adik AGB’40 seperti Surya Yuliawati, Ali, dan Zul

10. Seluruh karyawan, direktur, dan pemilik PT Amani Mastra Jakarta,

terutama pada Mas Ridwan dan Bapak Ali Fatoni atas semua informasi

(9)

DAFTAR ISI Halaman Ringkasan ii Lembar Pengesahan iv Pernyataan v Riwayat Hidup vi

Kata Pengantar vii

Ucapan Terima Kasih vii

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii BAB I. PENDAHULUAN ………. 1

1.1. Latar Belakang ……… 1

1.2. Perumusan Masalah ……… 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Kegunaan Penelitian ... 8

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Pengertian Pertanian ………... 10

2.2. Pertanian Organik ... 10

2.3. Komoditas Sayuran ... 14

2.4. Penelitian Terdahulu ... 19

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 22

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 22

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 34

BAB IV. METODE PENELITIAN ... 38

4.1. Lokasi Penelitian ... 38

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 38

4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 39

BAB V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 49

5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 49

5.2 Lokasi Perusahaan ... 51

5.3 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan ... 52

5.4 Struktur Organisasi Perusahaan ... 53

5.5 Sumberdaya Perusahaan ... 54

5.6 Aspek Produksi Perusahaan ... 56

5.7 Kegiatan Pemasaran dan Manajemen Pemasaran ... 60

BAB VI. ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL PERUSAHAAN ...64

6.1 Analisis Lingkungan Internal Perusahaan ... 64

6.2 Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan ... 81

BAB VII. FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ... 96

7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik ... 96

(10)

BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 111

8.1 Kesimpulan ... 111

8.2 Saran ... 114

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Jumlah Produksi dan Konsumsi Sayuran pada tahun

1999, 2002, dan 2005 ... 3

Tabel 2 Volume dan Nilai Ekspor–Impor Sayuran Segar dan Kering di Indonesia Tahun 2003 – 2005 ... 3

Tabel 3 Kandungan Nutrisi Beberapa Sayuran Organik dan Konvensional (setiap 100 gram, berat kering) ... 5

Tabel 4 Penilaian Bobot Faktor-faktor Strategis Perusahaan ... 40

Tabel 5 Matriks External Factor Evaluation (EFE) ……… 40

Tabel 6 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ………... 41

Tabel 7 Matriks SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities, Threats) ... 44

Tabel 8 Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) ... 47

Tabel 9 Total Pemasukan Distribusi per Bulan Januari – Juli Tahun 2006 .. 74

Tabel 10 Perkembangan PDB, Pertumbuhan PDB, dan PDB per Kapita Indonesia Tahun 2004, 2005, 2006 ... 80

Tabel 11 Perkembangan Inflasi Bulanan Tahun 2005, 2006, dan 2007 ... 81

Tabel 12 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation Matrix) PT Amani Mastra ……….. 94

Tabel 13 Matriks EFE (External Factor Evaluation Matrix) PT Amani Mastra ... 97

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kerangka Formulasi Strategi ... 23

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 36

Gambar 3 Matriks I-E ... 43

Gambar 4 Alur Aplikasi Komputer ………... 77

Gambar 5 Tahapan Pengembangan Pertanian Organik pada Go Organik 2010 ... 86

Gambar 6 Model Lima Kekuatan Poter ...……… 89

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Keterangan Sertifikasi Produk ... 118

Lampiran 2 Bagan Struktur Organisasi PT Amani Mastra ... 119

Lampiran 3 Daftar Harga Produk PT Amani Mastra ... 120

Lampiran 4 Matriks SWOT ... 122

Lampiran 5 Matriks QSPM ... 123

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik

Indonesia No: 02/M/Kp/ II/2000 tercantum bahwa pembangunan nasional akan

berhasil jika didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi pada produksi

nasional melalui kegiatan penelitian, pengembangan dan rekayasa beserta

dukungan faktor-faktor pengelolanya yaitu sumber daya manusia, dana dan

infrastruktur, untuk meningkatkan terciptanya inovasi dan memperlancar difusi

teknologi. Sesuai dengan tujuan dan fokus perhatian kebijakan strategis

pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi nasional tersebut, maka salah satu

bidang yang mendukung pembangunan nasional dan mendapatkan prioritas utama

adalah pertanian (Indriani, 2002).

Di Indonesia, pembangunan dalam bidang pertanian seharusnya menjadi

prioritas utama karena Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar

penduduknya adalah petani yang menggantungkan hidup dari hasil pertanian, baik

pertanian secara sempit maupun pertanian secara luas. Oleh karena itu, peranan

pemerintah sebagai pembuat kebijakan sangat diperlukan untuk membangun

pertanian yang maju, efisien dan tangguh, sehingga dapat meningkatkan

pendapatan dan taraf hidup petani, memperluas lapangan kerja, serta mengisi dan

memperluas pasar, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri.

Pembangunan dalam bidang pertanian berkaitan erat dengan pembangunan

agribisnis di Indonesia yang memiliki peran strategis dalam pembangunan

(15)

Indonesia mengalami kemunduran akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia

pada tahun 1997. Pada masa krisis tersebut, banyak sektor-sektor penting yang

dahulu menjadi penggerak pembangunan tidak mampu bangkit bahkan semakin

terpuruk. Namun hal ini tidak terjadi pada sektor pertanian yang mampu bertahan

bahkan memberikan pendapatan yang signifikan yaitu US$ 2888,3 pada tahun

1996 mengalami kenaikan menjadi US$ 3653,4 pada tahun 1998 (BPS, 2000).

Keadaan ini menggambarkan bahwa sektor pertanian memiliki prospek yang baik

untuk dikembangkan, begitu pula dengan perkembangan usaha-usaha yang

berbasis agribisnis. Dengan kata lain, bahwa pembangunan pertanian akan

mendorong pembangunan ekonomi Indonesia melalui pembangunan agribisnis

yang pada akhirnya akan mempengaruhi dan mendorong pula pembangunan

nasional.

Komoditi hortikultura dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat

diandalkan dalam pengembangan agribisnis di Indonesia. Salah satu komoditi

hortikultura yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah

sayur-sayuran. Potensi tersebut meliputi nilai ekonomi, kandungan nutrisi yang relatif

tinggi dan kemampuan menyerap tenaga kerja yang relatif banyak. Sayuran

merupakan sumber pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat setiap hari

karena kandungan protein, vitamin, mineral dan serat yang dimiliki sayuran

berguna bagi tubuh manusia. Selain sebagai sumber pangan dan gizi, produk

hortikultura pun memiliki manfaat lain bagi manusia diantaranya adalah sebagai

pendapatan keluarga dan pendapatan nasional sedangkan manfaat bagi lingkungan

(16)

Potensi dan banyaknya manfaat yang dimiliki sayuran menyebabkan

permintaan terhadap sayuran semakin meningkat, hal ini terjadi karena

peningkatan konsumsi terhadap sayuran. Berdasarkan hasil analisis data Survey

Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), konsumsi sayuran dari tahun 1999 sampai

dengan tahun 2005 mengalami peningkatan. Namun peningkatan permintaan ini

tidak diimbangi dengan peningkatan terhadap produksi sayur-sayuran di

Indonesia. Berdasarkan hasil analisis data SUSENAS, produksi sayuran pada

tahun 2002 bila dibandingkan dengan tahun 1999 mengalami penurunan.

Kemudian pada tahun 2005 produksi sayuran kembali meningkat. Hal tersebut

dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Jumlah Produksi dan Konsumsi Sayuran pada tahun 1999, 2002, dan 2005

Tahun Produksi Sayuran (ton) Konsumsi Sayuran (Kg/kapita/tahun)

1999 8 077 771 40,7

2002 7 144 745 47,5

2005 9 101 987 50,8

Sumber: BPS tahun 2006

Perbedaan ini menyebabkan Indonesia lebih banyak mengimpor sayuran dibandingkan mengekspornya. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Volume dan Nilai Ekspor–Impor Sayuran Segar dan Kering di Indonesia Tahun 2003 – 2005

Ekspor Impor Tahun

Volume (kg) Nilai (US $) Volume (kg) Nilai (US $)

2003 132 318 671 65 536 019 374 909 273 132 894 138 2004 107 493 047 61 001 193 441 944 855 156 872 636 2005 120 152 291 84 160 950 485 308 764 174 594 919

(17)

Perbedaan antara jumlah permintaan dan penawaran terhadap sayuran

menjadi sinyal bagi para petani dan pengusaha dibidang agribisnis untuk

meningkatkan produksi mereka melalui pertanian konvensional. Padahal

pertanian konvensional dinilai tidak sehat dan tidak aman untuk diproduksi

maupun dikonsumsi manusia karena zat-zat kimia yang digunakan dalam proses

produksi, seperti pestisida (zat pembasmi hama), pupuk, dan obat-obatan kimia

yang diciptakan untuk menyuburkan tanah, membunuh hama, dan meningkatkan

produktivitas tetapi berdampak buruk terhadap kesehatan manusia dan

lingkungan.

Industri pertanian konvensional disinyalir, telah menggunakan berbagai

bahan kimia, yang dikhawatirkan akan menghasilkan residu berbahaya pada

produknya. Kenyataan ini bisa menimbulkan dampak yang buruk terhadap

lingkungan dan kesehatan manusia. Dampak buruk tersebut terdiri dari

munculnya hama baru yang lebih resisten terhadap pestisida, sehingga terjadi

ledakan hama akibat predator alami ikut mati terkena semprotan pestisida. Selain

itu, perubahan kondisi fisik dan kimia tanah akibat dosis pupuk yang tinggi dan

terus-menerus menyebabkan penurunan kesuburan lahan yang pada gilirannya

mengakibatkan turunnya produktivitas lahan dan tercemarnya kandungan air

tanah. Sedangkan dampak negatif yang dirasakan konsumen adalah

berkembangnya penyakit-penyakit yang berbahaya seperti kanker, disfungsi

ereksi, gangguan syaraf dan penurunan ketahanan tubuh sebagai akibat kumulatif

mengkonsumsi bahan pangan yang berasal dari pertanian yang menggunakan

bahan-bahan kimia yang sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh (Pracaya, 2004).

(18)

pengusaha agribisnis untuk melakukan perbaikan dalam sistem produksi pertanian

agar produktivitas dapat meningkat tanpa menimbulkan kerugian bagi manusia

dan lingkungan alam.

Semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan tingkat pendidikan

masyarakat, menimbulkan semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat untuk

hidup sehat. Hal ini memunculkan trend baru dalam masyarakat yang bertemakan

back to nature dan masyarakat mulai beralih dari mengkonsumsi komoditas hasil pertanian non organik ke komoditas hasil pertanian organik karena komoditas

hasil pertanian organik dinilai alami dan sehat dikonsumsi, serta dalam

produksinya sangat menjaga kelestarian ekosistem pertanian. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sayuran organik memiliki kandungan nutrisi yang lebih

tinggi dibandingkan sayuran konvensional. Penelitian yang diawasi oleh Chris

Aleson, Presiden The Organics Retailers and Growers Association of Australia,

menunjukkan tingkat kalsium, potassium, magnesium, sodium, zat besi dan seng

pada sayuran organik 10% lebih tinggi dibandingkan pada sayuran non organik

seperti yang terlihat pada Tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Kandungan Nutrisi Beberapa Sayuran Organik dan Konvensional (setiap 100 gram, berat kering)

Jenis Kalsium Magnesium Potassium Sodium Thiamin Zat besi Tembaga

Buncis Organik Buncis 40.5 15.5 60 14.8 99.7 29.1 8.6 < 1 60 2 227 10 69 3 Selada Organik Selada 71 16 49.3 13.1 175.5 53.7 12.2 < 1 169 1 516 1 60 < 1 Tomat Organik Tomat 23 4.5 59.2 4.5 148 28.6 6.5 < 1 68 1 1938 1 53 < 1 Kol Organik Kol 60 17.5 43.6 15.6 148.3 53.7 20.4 < 1 13 2 94 20 48 < 1 Bayam Organik Bayam 96 47.5 203.9 46.9 257 84 69.5 < 1 117 1 1584 19 32 < 1

(19)

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan

keamanan makanan menimbulkan semakin berkembangnya pertanian organik di

Indonesia. Ini seiring dengan semakin banyaknya petani dan pengusaha agribisnis

yang peduli dan memperhatikan keamanan produk yang akan dihasilkannya,

sehingga semakin banyak pengusaha yang bergelut dalam bidang pertanian

organik terutama dalam produk sayuran organik. Hal ini menyebabkan persaingan

dalam industri sayuran organik semakin meningkat, sehingga perusahaan yang

bergerak dalam industri ini harus memiliki strategi yang tepat agar perusahaan

dapat terus memperoleh keuntungan dan tetap mempertahankan eksistensinya

dalam industri tersebut.

Peningkatan persaingan dalam industri sayuran organik dirasakan pula

oleh salah satu perusahaan agribisnis yang bergerak dalam bidang sayuran

organik, yaitu PT. Amani Mastra yang beroperasi sejak tahun 1999 dan telah

menghasilkan sayuran organik dalam kemasan dengan menggunakan merek

“AMANI Organic Island” dan memasarkannya secara langsung kepada konsumen

maupun memasarkannya melalui pasar swalayan. Peningkatan kompetisi ini

mengharuskan perusahaan merencanakan strategi yang tepat, guna

mempertahankan eksistensinya dalam industri produk organik dengan

memanfaatkan potensi internal dan eksternal yang dimiliki untuk mengisi pasar

yang ada.

Peningkatan persaingan dalam industri sayuran organik dirasakan pula

oleh salah satu perusahaan agribisnis yang telah bergerak dalam bidang sayuran

organik cukup lama, yaitu PT. Amani Mastra yang beroperasi sejak tahun 1999

(20)

merek “AMANI Organic Island” dan memasarkannya secara langsung kepada

konsumen maupun memasarkannya melalui pasar swalayan. Oleh karena itu,

untuk mempertahankan eksistensinya, perusahaan harus melakukan

pengembangan usaha dengan menggunakan strategi yang handal dalam

mempertahankan pasar yang ada selama ini maupun meraih pasar baru yang

menjadi peluang bagi perusahaan.

1.2. Perumusan Masalah

Semakin meningkatnya persaingan dalam industri sayuran organik,

mengharuskan perusahaan mengembangkan usahanya dengan merencanakan

strategi yang tepat, guna mempertahankan eksistensinya dalam industri produk

organik dengan memanfaatkan potensi internal dan eksternal serta kendala

internal dan eksternal yang dimiliki untuk mempertahankan pasar yang ada

selama ini maupun pasar baru bagi perusahaan. Hal serupa dihadapi oleh PT

Amani Mastra, yang berspesialisasi pada produk pertanian organik. Sementara

tingginya permintaan menjadi sinyal akan baiknya pasar di masa depan, potensi

masuknya pemain baru dalam industri ini diperkirakan mendatangkan tekanan

persaingan yang tajam. Untuk itu, perusahaan ini perlu membuat antisipasi dalam

bentuk perumusan strategi baru yang bisa menyertai usahanya di masa depan.

Dengan begitu, perumusan strategi baru menjadi kebutuhan perusahaan ini di

dalam memasuki persaingan usaha di masa depan.

Mengingat kebutuhan strategi baru di atas serta berdasarkan latar belakang

yang telah dikemukakan sebelumnya, maka persoalan yang akan diketahui dalam

(21)

1. Apa saja faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan,

peluang, dan ancaman yang dihadapi oleh PT. Amani Mastra ?

2. Berdasarkan situasi lingkungan internal dan eksternal perusahaan, bagaimana

alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh PT. Amani Mastra dalam

menjamin kontinuitas pasar dan pengembangan usaha?

3. Apa yang menjadi prioritas utama dalam strategi pengembangan usaha PT.

Amani Mastra ?

Tiga pertanyaan di atas akan menjadi informasi yang akan dijawab melalui

penelitian ini.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka

penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang terdapat pada lingkungan internal dan

eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman PT.

Amani Mastra.

2. Merumuskan berbagai alternatif strategi yang dapat dijalankan perusahaan

dalam mengembangkan usahanya.

3. Menentukan prioritas strategi pengembangan usaha dan merumuskan saran

perbaikannya.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat

(22)

pengambilan keputusan strategi perusahaan dalam pengembangan usaha dan

penerapan strategi yang paling tepat. Selain itu, penulis mengharapkan bahwa

hasil dari penelitian yang telah dilakukan dapat dijadikan acuan penelitian

selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada pemberian rekomendasi

alternatif dan prioritas strategi perusahaan berdasarkan kondisi perusahaan secara

umum dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh PT

Amani Mastra, dan berdasarkan hasil analisis terhadap lingkungan perusahaan

secara khusus dengan memperhatikan peluang dan ancaman yang dihadapi

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pertanian

Pengertian pertanian menurut A.T. Mosher (1965) adalah suatu proses

produksi yang khas yang didasarkan atas proses-proses pertumbuhan tanaman dan

hewan.

2.2. Pertanian Organik

2.2.1. Pengertian Pertanian Organik

Pertanian organik menurut Departemen Pertanian adalah sistem produksi

pertanian yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan

produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan

pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan. Sedangkan menurut

Pracaya (2004), pertanian organik merupakan sistem pertanian (dalam hal

bercocok tanam) yang tidak mempergunakan bahan kimia (dapat berupa pupuk,

pestisida, hormon pertumbuhan) tetapi menggunakan bahan organik. Jadi

pertanian organik adalah sistem pertanian yang berwawasan lingkungan dengan

tujuan untuk melindungi keseimbangan ekosistem alam dengan meminimalkan

penggunaan bahan-bahan kimia dan merupakan praktek bertani alternatif secara

alami yang dapat memberikan hasil yang optimal.

Pada prinsipnya para petani organik berusaha untuk menghindari atau

membatasi penggunaan pupuk dan pestisida sintetik. Oleh karena itu, lahan yang

dijadikan media dalam penanaman tanaman organik harus mampu menyediakan

(24)

hama dengan cara lain di luar cara konvensional yang biasa mereka lakukan.

Sumber daya lahan dan kesuburannya dipertahankan serta ditingkatkan melalui

manajemen aktivitas biologi dari lahan itu sendiri, yaitu dengan memanfaatkan

residu hasil panen, kotoran ternak, dan pupuk hijau.

2.2.2. Sejarah Pertanian Organik di Indonesia

Pertanian organik sebenarnya merupakan teknik bertani yang telah

digunakan masyarakat petani sejak pertama kali mereka mengenal tentang

bercocok tanam. Pertama kali, bercocok tanam dilakukan secara

berpindah-pindah. Sistem ladang berpindah tersebut kemudian berkembang menjadi sistem

pertanian tradisional dengan pengelolaannya yang masih sederhana dan akrab

lingkungan karena tidak memakai pestisida. Namun, produksinya tidak mampu

mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus bertambah.

Untuk mengimbangi kebutuhan pangan tersebut, perlu diupayakan peningkatan

produksi yang kemudian berkembang sistem pertanian konvensional yang

memberi permasalahan baru terhadap kerusakan lingkungan, kesehatan manusia

dan produktivitas petani. Permasalahan yang dihadapi dalam pertanian

konvensional tersebut dapat diselesaikan dengan mengembangkan pertanian

organik, yang konsepnya berawal dari pemikiran bahwa hutan alam yang terdiri

dari ribuan jenis tanaman bisa hidup subur tanpa campur tangan manusia.

Di Indonesia, pertanian organik mulai muncul pada tahun 1984.

Pemrakarsanya adalah Yayasan Bina Sarana Bakti, yang mulai mengembangkan

(25)

ini, banyak orang yang belajar mengenai pertanian organik dan kemudian

mengembangkannya di daerahnya.

2.2.2. Tujuan Pertanian Organik

Tujuan utama yang hendak dicapai oleh pertanian organik adalah untuk

menjaga kesehatan manusia dan menjaga kelestarian dan keseimbangan

lingkungan.alam sekitar. Manfaat yang dapat dipetik dari pengembangan

pertanian organik antara lain :

• Menghasilkan pangan yang aman dan berkualitas sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat.

• Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani. • Meminimalkan polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian.

• Meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang, serta memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan.

• Meningkatkan pendapatan petani karena adanya efisiensi pemanfaatan sumberdaya dan adanya daya saing produk agribisnis.

2.2.3. Perbedaan Sistem Pertanian Organik dan Pertanian Konvensional Perbedaan pertanian organik dan pertanian konvensional menurut Pracaya

(2004) adalah :

a. Persiapan benih

Benih pada pertanian organik berasal dari pertumbuhan tanaman yang

alami sedangkan benih pada pertanian konvensional berasal dari rekayasa

(26)

b. Pengolahan tanah

Pertanian organik memperkecil kerusakan tanah oleh traktor serta dengan

pengolahan tanah yang minimum maka perkembangbiakan organisme tanah

dan aerasi tanah tetap terjaga. Pengolahan tanah yang maksimum pada

pertanian konvensional menyebabkan pemadatan tanah dan matinya beberapa

organisme tanah.

c. Persemaian

Pertumbuhan bibit pada pertanian organik terjadi secara alami. Pada

pertanian konvensional, bibit dikembangkan dengan menggunakan bahan

sintetik seperti pestisida dan pupuk kimia.

d. Penanaman

Pertanian organik menerapkan rotasi tanaman secara bertahap dan

melakukan kombinasi tanaman dalam satu luasan. Rotasi tanaman secara

bertahap tidak dilakukan pada sistem pertanian konvensional dan pada sistem

pertanian ini tidak dilakukan kombinasi tanaman dalam satu luasan lahan.

e. Pengairan atau penyiraman tanaman

Pada pertanian organik, air yang dibutuhkan untuk keperluan pengairan

merupakan air yang bebas dari bahan kimia sintesis sedangkan pada pertanian

konvensional dapat menggunakan sumber air dari mana saja.

f. Pemupukan

Pertanian organik hanya menggunakan pupuk organik sedangkan pada

pertanian konvensional penggunaan pupuk kimia sangat dominan.

(27)

Pada pertanian organik, kunci pengendalian hama dan penyakit adalah

berdasarkan pada keseimbangan alami sedangkan pada pertanian

konvensional penggunaan pestisida kimia sangat dominan.

h. Panen dan pasca panen

Hasil panen pertanian organik adalah bahan yang sehat bagi konsumen dan

tidak diperlakukan dengan bahan kimia sedangkan hasil panen pertanian

konvensional mengandung residu bahan kimia sintesis serta pada penanganan

pasca panen diberi perlakuan dengan bahan kimia.

2.3. Komoditas Sayuran

2.3.1. Jenis dan Karakteristik Sayuran

Sayuran memiliki berbagai macam jenis sehingga sangat penting bagi kita

untuk memenggolongkannya. Caranya adalah penggolongan berdasarkan tempat

tumbuhnya, kebiasaan tumbuh dan bentuk yang dikonsumsi. Berdasarkan tempat

tumbuh, sayuran dapat dibedakan menjadi sayuran dataran rendah dan sayuran

dataran tinggi atau sayuran yang dapat tumbuh pada kedua tempat tersebut.

Berdasarkan kebiasaan tumbuh, sayuran dapat dapat dibedakan menjadi sayuran

semusim dan tahunan sedangkan berdasarkan bentuk yang dikonsunsi, sayuran

dapat dibedakan menjadi sayuran daun, buah, bunga, umbi dan rebung.

Ciri-ciri komoditas sayuran memiliki kesamaan pokok dengan produk

hortikultura lainnya. Menurut Harjadi dalam Barus (2005), ciri-ciri komoditas

(28)

1. Dipanen dan dimanfaatkan dalam keadaan hidup atau segar sehingga bersifat

mudah rusak (perishable) karena masih ada proses-proses kehidupan yang

berjalan.

2. Komponen utama mutu ditentukan oleh kandungan air, bukan oleh kandungan

bahan kering (dry matter).

3. Produk hortikultura bersifat meruah (voluminous atau bulky) sehingga susah

dan mahal diangkutnya.

4. Harga pasar komoditas ditentukan oleh mutu atau kualitasnya bukan oleh

kuantitasnya saja.

5. Produk hortikultura bukan merupakan kebutuhan pokok yang diperlukan

dalam jumlah besar namun diperlukan sedikit-sedikit setiap harinya dan bila

tidak mengkonsumsinya maka tidak segera dirasakan akibatnya.

6. Produk digunakan tidak hanya untuk pemenuhan kebutuhan jasmani tetapi

juga untuk pemenuhan kebutuhan rohani.

7. Dari segi gizi, produk hortikultura penting sebagai sumber vitamin dan

mineral, bukan diutamakan untuk sumber kalori dan protein.

Sayuran juga mempunyai sifat lain yang berbeda dengan komoditas

pertanian lainnya. Sifat ini menyebabkan adanya ketergantungan yang tinggi

antara konsumen dan produsen. Sifat-sifat sayuran tersebut adalah :

1. Tidak tergantung musim. Sifat ini menyebabkan sayuran dapat dibudidayakan

kapan saja asal syarat tumbuh terpenuhi.

2. Mempunyai resiko tinggi. Umumnya produk sayuran sifatnya mudah busuk

(29)

kekuranghatian dalam penanganan pasca panen, sayuran yang dijual semakin

lama semakin turun nilainya sampai tidak bernilai sama sekali.

3. Perputaran modalnya cepat. Hal ini disebabkan umur tanaman produksi yang

singkat dan permintaan pasar yang tidak pernah berhenti karena setiap hari

orang membutuhkan sayuran.

4. Karena sifatnya yang mudah rusak dan berumur pendek, maka lokasi produksi

sebaiknya dekat dengan konsumen. Keadaan ini sangat menguntungkan

karena dapat menghemat biaya distribusi.

2.3.2. Usahatani Tanaman Sayuran

Menurut Pracaya (2004), bahwa berdasarkan tujuannya usahatani tanaman

sayuran terbagi dalam lima macam yaitu :

1. Budidaya pekarangan : Hasil panen digunakan untuk keperluan sendiri.

Aktivitas usaha dilakukan di sekitar rumah tinggal atau pekarangan. Jenis dan

jumlah tanaman tidak banyak dan pemeliharaan kurang intensif. Sayuran yang

ditanam misalnya cabai, tomat, kemangi dan lain-lain.

2. Budidaya sayuran komersial : Hasil panen akan dijual ke pasar. Aktivitas

usaha dilakukan pada sebidang tanah yang cukup luas. Jenis dan jumlah

tanaman lebih banyak dibandingkan dengan budidaya pekarangan.

3. Budidaya agribisnis : Usahatani ini sama dengan budidaya sayuran komersial.

Perbedaannya hanya dalam luas skala usaha dan transportasi. Aktivitas usaha

dilakukan di tempat yang jauh dari pasar sehingga memerlukan unit

(30)

4. Budidaya sayuran olahan atau agroindustri : Hasil panen akan diolah lebih

lanjut, misalnya diawetkan dalam kaleng. Areal uasahatani ini sangat luas

dengan menggunakan peralatan pertanian yang canggih.

5. Budidaya rumah kaca : Usahatani yang dilakukan di ruang terkontrol, misalnya

di dalam rumah kaca. Tujuannya untuk memproduksi sayuran di luar

musimnya. Usahatani semacam ini mahal biayanya namun prospeknya sangat

baik karena dapat menyuplai pasar setiap saat dengan kualitas produk lebih

tinggi.

2.3.3. Penanganan pasca Panen Komoditas Sayuran

Penanganan pasca panen sangat penting dilakukan untuk menjaga mutu

komoditas hasil pertanian tetap tinggi serta untuk mengurangi dan meniadakan

kehilangan yang terjadi pasca panen. Sistem penanganan pasca panen yang biasa

diterapkan pada sayuran meliputi :

a. Pencucian

Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran serta residu

pestisida.

b. Curing

Curing dilakukan agar permukaan kulit yang terluka atau tergores

dapat tertutup kembali serta untuk mencegah pertumbuhan kapang. Curing

dilakukan dengan cara membiarkan bahan untuk beberapa hari pada suhu

ruang. Hal ini biasanya digunakan untuk perlakuan pasca panen pada ubi

jalar, kentang, bawang merah dan bawang putih

(31)

Sortasi dilakukan untuk memisahkan sayuran yang mutunya rendah

(ukuran terlalu kecil, kematangan tidak sesuai, rusak, lecet, memar, busuk

dan sebagainya).

d. Grading

Grading adalah suatu operasi memisah-misahkan sayuran berdasarkan kelas mutunya, ukurannya baik volume maupun ukuran panjang, tingkat

kematangan, warna, dan sebagainya.

e. Pengemasan dan pengepakan

Pengemasan dilakukan dengan terlebih dahulu membungkus sayuran

satu per satu atau per ikat (kemasan primer, biasanya berupa plastik atau

kertas) dan kemudian diikuti dengan kemasan sekunder yang berupa

karton atau kotak kayu. Selanjutnya karton atau kotak kayu tersebut

disimpan di atas suatu palet untuk kemudian dikirim ke ruang pendingin.

f. Pendinginan (cooling)

Proses pendinginan seringkali disebut precooling. Pendingina

dimaksudkan untuk menghilangkan panas dari sayuran, memperlambat

respirasi, menurunkan kepekaan terhadap serangan mikroba, mengurangi

jumlah air yang hilang dan memudahkan pemindahan ke dalam ruang

penyimpanan dingin atau transportasi yang berpendingin. Tiga metode

yang dapat digunakan, yaitu : (a) pendinginan dengan udara (air cooling),

(b) pendinginan dengan air (hydrocooling), dan (c) pendinginan dengan

vacuum cooling.

(32)

Cara ini dapat mengurangi : (a) kegiatan respirasi dan metabolisme

lainnya, (b) proses penuaan karena adanya proses pematangan, pelunakan,

serta perubahan-perubahan tekstur dan warna, (c) kehilangan air dan

pelayuan, (d) kerusakan akibat aktivitas mikroba (bakteri, kapang, dan

khamir), dan (e) proses pertumbuhan yang tidak dikehendaki misalnya

munculnya tunas dan akar.

2.4. Penelitian Terdahulu

Beruntung (2005) telah melakukan penelitian tentang “Formulasi Strategi

Pengembangan Bisnis Produk Nata De Coco” pada PT. Keong Nusantara Abadi,

Natar, Lampung. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa faktor-faktor

lingkungan eksternal yang merupakan peluang bagi perusahaan adalah

meningkatnya permintaan nata de coco, terbukanya pasar ekspor, pasokan bahan

baku yang pasti dan bermutu, konsumen fanatik yang mengenal produk PT.

Keong Nusantara Abadi (Wong Coco dan King Coco) dan ketersediaan tenaga

kerja. Sedangkan faktor-faktor ancaman bagi perusahaan adalah semakin

bertambahnya jumlah pesaing, adanya produk pengganti (substitusi), kenaikan

harga BBM, tarif telepon dan listrik, kondisi politik dan keamanan dan harga nata

de coco yang dijual pesaing lebih murah.

Hasil analisa matriks EFE dan IFE yang dipetakan ke dalam matriks I-E

menunjukkan bahwa posisi perusahaan berada pada sel V sehingga jenis strategi

yang tepat adalah strategi hold and maintain berupa penetrasi pasar dan

pengembangan produk. Alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh PT. Keong

(33)

keunggulan produk untuk menghadapi ancaman pesaing dan produk substitusi,

melakukan pengembangan dan penganekaragaman produk, peningkatan kualitas

SDM perusahaan dengan pelatihan dan pengembangan karyawan, melakukan

perencanaan produksi dan efisiensi biaya, menciptakan produk yang mempunyai

ciri tersendiri, memperluas dan mempertahankan pasar yang sudah ada,

mempertahankan dan terus membina hubungan baik dengan supplier demi

kelancaran produksi dan menjaga citra perusahaan di mata konsumen.

Berdasarkan hasil analisis matriks QSPM, strategi yang paling efektif dilakukan

yaitu meningkatkan keunggulan produk untuk menghadapi ancaman pesaing dan

produk substitusi, melakukan pengembangan dan penganekaragaman produk.

Barus (2005) melakukan penelitian tentang “Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Permintaan Beberapa Sayuran Organik” yang dilakukan di PT.

Amani Mastra, dengan mengambil tempat survei konsumen yaitu di Carrefour

MT Haryono dan responden yang diambil dalam penelitian tersebut berjumlah 60

orang. Data yang diperoleh dari wawancara tersebut dianalisis secara deskriptif.

Sedangkan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

dilakukan analisis regresi berganda, kemudian dilakukan juga perhitungan elastis

untuk mengetahui besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap permintaan.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa konsumen sayuran organik merupakan

kalangan menengah ke atas yang dapat dilihat dari tingkat pendapatan rumah

tangga konsumen per bulan berkisar antara Rp 4 000 000 00 – Rp 8 000 000 00

dengan mayoritas tingkat pendidikan terakhir adalah sarjana (S1). Usia responden mayoritas berkisar antara 21-30 tahun dan jumlah anggota keluarga umumnya

(34)

dan umumnya responden menilai bahwa harga bukanlah sesuatu yang penting

yang dapat mempengaruhi permintaan mereka. Kesimpulan dari penelitian

tersebut bahwa perusahaan sebaiknya melakukan promosi dengan memperhatikan

sasaran pasar yang tepat yaitu kepada kalangan menengah keatas dan berusia 21

tahun keatas.

Berdasarkan uraian tentang hasil penelitian terdahulu, bisa disampaikan

bahwa penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya terutama dalam hal

lokasi dan objek penelitiannya. Dalam penelitian Barus ( 2005), objek yang

diteliti adalah faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan sayuran organik.

Sedangkan dalam penelitian Beruntung (2005), lokasi penelitianny dilakukan di

PT. Keong Nusantara Abadi, Natar, Lampung. Kelebihan penelitian ini terletak

pada faktor faktor berikut:

1. Belum adanya penelitian serupa yang dilakukan pada PT Amani Mastra.

2. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapi

perusahaan, sehingga dapat memberi masukan yang berharga bagi

perusahaan dalam mengatasi permasalahannya.

3. Strategi yang dihasilkan dari penelitian ini merupakan srategi yang efektif

yang dapat dilakukan perusahaan karena analisisnya dilakukan dengan

(35)

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Strategi

Penelitian ini menggunakan perencanaan strategi sebagai kerangka

teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan

pelaksanaan, dan evaluasi keputusan-keputusan lintas fungsi yang memungkinkan

suatu organisasi mencapai tujuannya. Manajemen strategi terfokus pada upaya

memadukan manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau

operasi, informasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer

untuk mencapai keberhasilan organisasi (David, 2004).

Pengambilan keputusan secara sederhana dalam perusahaan terdiri dari

tiga tingkatan. Pada posisi puncak adalah tingkatan korporat (corporat level),

dengan tugas utama memikirkan masa depan perusahaan secara komprehensif.

Posisi menengah adalah tingkatan usaha (bussines level), biasanya terdiri dari

manajer-manajer tingkat divisi yang harus dapat menterjemahkan

pernyataan-pernyataan dan maksud yang diinginkan dalam tingkatan korporat kedalam

tujuan-tujuan yang nyata di devisinya masing-masing. Sedangkan posisi paling

bawah adalah tingkat fungsional. Mereka mengembangkan tujuan tahunan dan

strategi-strategi jangka pendek pada berbagai fungsi perusahaan, seperti

pemasaran, keuangan, operasi, sumberdaya manusia, penjualan, penelitian atau

(36)

3.1.2. Tahap-Tahap Manajemen Strategi

Menurut David (2004), proses manajemen stategi terdiri dari tiga tahapan,

yaitu :

1. Perumusan Strategi

Yang termasuk dalam perumusan strategi adalah mengembangkan

misi bisnis, mengenali peluang dan ancaman eksternal perusahaan,

menetapkan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan obyektif

jangka panjang, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi

tertentu untuk dilaksanakan.

2. Implementasi Strategi

Strategi implementasi berarti memobilisasi karyawan dan manajer

untuk mengubah strategi yang dirumuskan menjadi tindakan.

Implementasi strategi menuntut perusahaan untuk menetapkan obyektif

tahunan, melengkapi dengan kebijakan, memotifasi karyawan, dan

mengalokasikan sumberdaya, sehingga strategi yang dirumuskan dapat

dilaksanakan. Selain itu, yang termasuk implementasi strategi adalah

mengembangkan budaya untuk mendukung strategi, menciptakan struktur

organisasi yang efektif, mengubah arah usaha pemasaran, menyiapkan

anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem implementasi, serta

menghubungkan kompensasi karyawan dengan prestasi organisasi.

3. Evaluasi Strategi

Evaluasi strategi merupakan tahap akhir dalam manajemen strategi.

Tiga macam aktifitas dasar untuk mengevaluasi strategi adalah : (1)

(37)

sekarang, (2) mengukur prestasi, dan (3) mengambil tindakan korektif.

Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan hari ini tidak menjamin

keberhasilan di masa depan.

3.1.3. Formulasi Strategi

Menurut David (2004), teknik formulasi strategi dapat diintegrasikan ke

dalam tiga tahap kerangka pengambilan keputusan, yaitu tahap pengumpulan

input (the input stage), tahap pemaduan (the matching stage), dan tahap penetapan

strategi (the decision stage) seperti disajikan pada Gambar 1.

Matriks Profil Persaingan Matriks EFE Matriks IFE

Stage 1: The Input Stage

Matriks SWOT Matriks IE Matriks Tahap 2 Lainnya

Stage 3: The Decision Stage (Matriks QSPM) Stage 2: The Matching Stage

Gambar 1. Kerangka Formulasi Strategi Sumber : David (2004)

(38)

Alat yang disajikan dalam kerangka formulasi strategi tersebut dapat

digunakan untuk semua ukuran dan tipe organisasi, serta dapat membantu ahli

strategi mengenali, mengevaluasi, dan memilih strategi. Tahap pertama dalam

kerangka formulasi strategi disebut tahap input karena meringkas informasi input

dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi. Tahap ini terdiri dari matriks

EFE, matriks IFE, dan matriks Profil Persaingan. Tahap kedua disebut tahap

pemaduan yang difokuskan untuk menghasilkan strategi alternatif yang layak

dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal. Teknik yang digunakan

dalam tahap kedua ini terdiri dari matriks IE, matriks SWOT, matriks BCG,

matriks SPACE, dan matriks Grand Strategy. Sedangkan tahap ketiga merupakan

tahap keputusan, yaitu proses pengambilan keputusan strategi apa yang menjadi

prioritas dengan menggunakan matriks QSPM. Matriks QSPM menggunakan

informasi input dari tahap pertama untuk dijadikan sasaran guna mengevaluasi

strategi alternatif yang akan diidentifikasi pada tahap kedua. QSPM

mengungkapkan daya tarik relatif dari strategi alternatif sehingga menjadi dasar

sasaran untuk memilih strategi spesifik.

3.1.4. Analisis Lingkungan

Perusahaan yang berhasil akan memandang bisnis mereka dari luar ke

dalam. Mereka menyadari bahwa lingkungan perusahaan selalu menimbulkan

peluang dan ancaman baru. Mereka memahami pentingnya memantau dan

beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah.

Analisis lingkungan perusahaan sangat penting dilakukan karena

(39)

tanggapan pilihan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan.

Analisis ini juga bertujuan agar manajemen perusahaan memiliki kemampuan

untuk dapat meramalkan perubahan yang mungkin terjadi, sehingga dapat

mengantisipasi perubahan tersebut. Menurut Umar (2003) lingkungan perusahaan

atau bisnis dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan internal yang terdiri dari variabel

kekuatan dan kelemahan dalam kontrol manajemen perusahaan, serta lingkungan

eksternal yang dibagi ke dalam dua kategori yaitu lingkungan jauh dan

lingkungan industri yang meliputi variabel peluang dan ancaman diluar kontrol

manajemen perusahaan.

3.1.4.1. Lingkungan Internal

Lingkungan internal merupakan suatu kondisi yang ada di dalam suatu

perusahaan. Faktor internal perusahaan merupakan faktor-faktor yang

mempengaruhi arah dan tindakan perusahaan yang berasal dari kondisi intern

perusahaan. Analisis lingkungan internal mengidentifikasikan kekuatan dan

kelemahan yang menjadi landasan bagi strategi perusahaan. Kekuatan adalah

sumberdaya, keterampilan atau keunggulan-keunggulan lain yang relatif terhadap

pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau yang ingin dilayani oleh

perusahaan. Sedangkan kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam

sumberdaya, keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja

efektif perusahaan (Jauch dan Glueck, 1994). Menurut David (2004), fungsional

perusahaan yang dapat diamati terdiri dari :

a) Aspek sumberdaya karyawan perusahaan berkaitan dengan pengelolaan

(40)

b) Aspek pemasaran adalah aspek yang selalu mendapat perhatian dalam

rangka mengukur kekuatan dan kelemahan perusahaan. Aspek ini dapat

dikelompokkan ke dalam aspek produk, harga, saluran distribusi, dan

promosi. Pemasaran yang efektif dapat membuat perusahaan tetap

bertahan dan memperoleh keuntungan.

c) Aspek produksi dan operasi melihat apakah perusahaan menghasilkan

produk atau jasa, apakah perusahaan tersebut padat karya atau padat

modal, dan bagaimana perusahaan dapat mengembangkan sistem operasi

yang dapat menghasilkan produk dengan jumlah, waktu, dan biaya yang

tepat. Produksi dan operasi diupayakan berjalan seefisien mungkin untuk

menciptakan produk yang berkualitas dengan harga yang terjangkau.

d) Aspek keuangan berhubungan dengan cara mencari sumber dana yang

paling cepat guna membiayai kegiatan perusahaan, bagaimana dana

tersebut dialokasikan, dan bagaimana perusahaan mengontrol dana

tersebut.

e) Aspek penelitian dan pengembangan menekankan pada teknologi yang

digunakan oleh perusahaan dengan tetap memperhatikan kemampuan

sumberdaya khususnya sumberdaya manusia. Aspek ini dapat dijadikan

sebagai cara memiliki keunggulan bersaing dengan menciptakan produk

baru ataupun dengan mengembangkan produk lama.

f) Aspek sistem informasi manajemen menekankan pada informasi yang

digunakan perusahaan untuk mengikat semua fungsi bisnis menjadi satu

(41)

informasi manajemen adalah meningkatkan kinerja perusahaan dengan

cara meningkatkan kualitas keputusan manajerial.

Menurut Kotler (2002), pengidentifikasian faktor internal dapat

memberikan gambaran kondisi suatu perusahaan. Setidaknya ada dua bagian pada

faktor internal perusahaan yang dapat menentukan posisi persaingan perusahaan,

yaitu kekuatan dan kelemahan. Pada pendekatan ini analisis internal sering

diarahkan pada kegiatan produksi-operasi, pasar dan pemasaran, kondisi keuangan

dan akunting, sumber daya manusia, dan juga sistem informasi manajemen.

a) Kegiatan produksi-operasi perusahaan paling tidak dapat dilihat dari

keteguhan dalam prinsip efisiensi, efektivitas, dan produktivitas. Karena

itu, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah : hubungan baik dengan

pemasok, sistem logistik yang andal, lokasi fasilitas yang tepat,

pemanfaatan teknologi yang tepat, organisasi yang memiliki kesatuan

sistem yang bulat, pembiayaan, pendekatan inovatif dan proaktif,

kemungkinan terjadinya terobosan dalam proses produksi, dan

pengendalian mutu.

b) Pasar dan pemasaran

Agar posisi produk di pasar sesuai dengan harapan, faktor-faktor yang

perlu diperhatikan antara lain adalah : pangsa pasar, pelayanan purna jual,

kepemilikan informasi tentang pasar, pengendalian distributor, kondisi

saluran kerja pemasaran, kegiatan promosi, harga jual produk, komitmen

manajemen puncak, loyalitas pelanggan, dan kebijakan produk baru.

(42)

Dana dibutuhkan dalam operasional perusahaan. Karena itu, faktor-faktor

yang perlu dipertimbangkan adalah : kemampuan perusahaan memupuk

modal jangka pendek dan jangka panjang, beban yang harus dipikul

sebagai upaya memperoleh modal tambahan, hubungan timbal balik

dengan penanam modal atau pemegang saham, pengelolaan keuangan,

struktur modal kerja, harga jual, pemantauan penyebab inefisiensi, dan

sistem akunting yang handal.

d) Sumberdaya manusia

Manusia merupakan sumber daya terpenting bagi perusahaan. Karena itu,

manajer perlu berupaya supaya terwujud perilaku positif dikalangan

karyawan perusahaan. Berbagai faktor yang perlu diperhatikan antara lain

adalah : langkah-langkah yang jelas mengenai manajemen SDM,

keterampilan, motivasi kerja, produktivitas, dan sistem imbalan.

e) Sistem informasi manajemen

Berbagai segi dari sistem informasi manajemen antara lain yaitu :

aspek-aspek software, hardware, dan brainware. Selain input, process, dan

output berupa informasi yang sesuai dengan kebutuhan pada tiap jenjang manajemen.

3.1.4.2. Analisis Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal menurut Umar (2003) terdiri dari lingkungan jauh

(43)

A Lingkungan Umum

Lingkungan Umum perusahaan terdiri dari factor-faktor yang pada

dasarnya di luar dan terlepas dari perusahaan. Faktor-faktor tersebut terdiri dari :

1. Faktor Politik

Arah, kebijakan, dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor penting

bagi para pengusaha untuk berusaha. Situasi politik yang tidak kondusif

akan berdampak negatif bagi dunia usaha, begitu pula sebaliknya.

Beberapa hal utama yang harus diperhatikan adalah : Undang-undang

tentang lingkungan dan perburuhan, peraturan tentang perdagangan luar

negeri, stabilitas pemetintahan, peraturan tentang keamanan dan kesehatan

kerja, dan sistem perpajakan.

2. Faktor Ekonomi

Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim

bisnis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk

pula iklim berbisnis. Beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan

adalah: siklus bisnis, ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, investasi,

harga-harga produk dan jasa, produktivitas, dan tenaga kerja.

3. Faktor Sosial

Kondisi sosial masyarakat memang berubah-ubah. Hendaknya

perubahan-perubahan sosial yang terjadi yang mempengaruhi perusahaan dapat

diantisipasi oleh perusahaan.

4. Faktor Teknologi

Setiap kegiatan usaha yang diinginkan untuk berjalan terus-menerus harus

(44)

diterapkan pada produk atau jasa yang dihasilkan atau pada cara

operasinya.

B Lingkungan Industri

Aspek lingkungan industri akan lebih mengarah pada aspek persaingan di

mana bisnis perusahaan berada.

1. Aspek Hambatan Masuk

Masuknya pendatang baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi

perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah,

terjadinya perebutan pangsa pasar, serta perebutan sumber daya produksi

yang terbatas. Hal ini merupakan ancaman bagi perusahaan yang sudah

ada.

2. Aspek Daya Tawar Pemasok

Pemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemampuan mereka

menaikkan harga atau pengurangan kualitas produk atau servis.

3. Aspek Daya Tawar Pembeli

Para pembeli, dengan kekuatan yang mereka miliki, mampu

mempengaruhi perusahaan untuk menurunkan harga produk,

meningkatkan mutu dan servis, serta mengadu perusahaan dengan

kompetitornya.

4. Aspek Ketersediaan Barang Substitusi

Ancaman produk substitusi kuat bilamana konsumen dihadapkan pada

switching cost yang sedikit dan jika produk substitusi itu mempunyai harga yang lebih murah atau kualitasnya sama, bahkan lebih tinggi dari

(45)

5. Aspek Persaingan dalam Industri

Persaingan dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan kinerja

perusahaan. Dalam situasi persaingan oligopoli, perusahaan mempunyai

kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi pasar. Sedangkan, pada

pasar persaingan sempurna, biasanya akan memaksa perusahaan menjadi

follower termasuk dalam hal harga produk. 6. Pengaruh Kekuatan Stakeholder Lainnya

Pengaruh ini adalah berupa kekuatan di luar perusahaan yang mempunyai

pengaruh dan kepentingan secara langsung bagi perusahaan. Stakeholder

yang dimaksud antara lain adalah pemerintah, serikat pekerja, lingkungan

masyarakat, kreditor, pemasok, asosiasi dagang, kelompok yang

mempunyai kepentingan lain, dan pemegang saham.

3.1.5. Matriks IFE, matriks EFE, matriks SWOT dan QSPM

Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) digunakan untuk mengetahui faktor-faktor strategis internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan

kelemahan yang dianggap penting. Data dan informasi aspek internal dapat digali

dari beberapa fungsional perusahaan, misalnya dari aspek manajemen, keuangan,

SDM, pemasaran, sistem informasi, dan produksi (David, 2004)

Matriks External Factor Evaluation (EFE) digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor strategis eksternal perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk

menganalisis hal-hal yang menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya,

demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, dan persaingan

(46)

Hal ini penting karena faktor eksternal berpengaruh secara langsung maupun tidak

langsung terhadap perusahaan (David, 2004).

Tahap pemaduan selanjutnya dari faktor-faktor strategis internal dan eksternal,

dengan menggunakan matriks Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats

(SWOT) untuk mendapatkan strategi alternatif yang layak. Matriks SWOT ini

merupakan alat pencocokan yang penting dan membantu manajer

mengembangkan empat tipe strategi, yaitu strategi S-O, strategi S-T, strategi

W-O, strategi W-T. Dimana matriks ini dapat menggambarkan secara jelas

bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat

disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya (David, 2004).

Masing-masing strategi dari analisis SWOT dapat dijabarkan sebagai

berikut :

a. Strategi S-O

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang

sebesar-besarnya.

b. Strategi S-T

Strategi ini merupakan strategi dalam menggunakan kekuatan yang

dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi W-O

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan

cara meminimalkan kelemahan yang ada.

(47)

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Matriks perencanaan strategis Kuantitatif atau Quantitative Strategic

Planning Matrix (QSPM) dirancang untuk menetapkan daya tarik relatif dari tindakan alternatif yang layak. Teknik ini secara sasaran menunjukkan alternatif

strategi yang terbaik dan memungkinkan ahli strategi untuk mengevaluasi strategi

alternatif secara obyektif, berdasarkan pada faktor-faktor kritis untuk sukses

eksternal dan internal yang dikenali sebelumnya (David, 2004).

Keuntungan dari matriks QSPM ini adalah bahwa strategi-strategi dapat

diperiksa secara berurutan atau bersamaan, tidak ada batas untuk jumlah strategi

yang dapat dievaluasi atau diperiksa sekaligus. Kelebihan lainnya, alat analisis ini

mengharuskan ahli strategi untuk memadukan faktor-faktor eksternal dan internal

yang terkait kedalam proses keputusan. Melalui pengembangan matriks QSPM,

faktor-faktor kunci lebih kecil kemungkinannya terabaikan atau diberi bobot

secara tidak sesuai. Keterbatasan teknik ini adalah proses ini selalu memerlukan

penelitian intuitif dan asumsi yang diperhitungkan. Pemberian peringkat dan nilai

daya tarik mengharuskan keputusan subyektif, walaupun demikian prosesnya

harus menggunakan informasi obyektif.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Dalam usaha mempertahankan posisinya di pasar, perusahaan

mengharapkan adanya alternatif strategi untuk pengembangan usahanya sehingga

mampu tercapainya visi dan misi perusahaan. Untuk membuat suatu alternatif

(48)

alternatif strategi pengembangan usaha pada PT. Amani Mastra, digunakan teknik

formulasi strategi menurut David (seperti pada gambar 1) dengan menggunakan

alat analisis faktor eksternal dan internal perusahaan. Dari hasil analisis tersebut

diperoleh alternatif strategi pengembangan usaha bagi PT. Amani Mastra yang

nantinya diharapkan dapat diterapkan oleh perusahaan.

Rangkaian pengidentifikasian alternatif strategi dilaksanakan melalui

beberapa tahapan. Tahap pertama adalah dengan mengidentifikasi visi dan misi

perusahaan PT. Amani Mastra. Hal ini diperlukan untuk mengetahui dengan jelas

visi dan cita-cita yang ingin dituju oleh perusahaan agar strategi yang akan

dihasilkan dapat memenuhi keinginan perusahaan tersebut. Tahap berikutnya

adalah dengan melakukan analisis lingkungan perusahaan yang dapat

mempengaruhi keputusan strategi perusahaan tersebut. Analisis lingkungan ini

terbagi dalam analisis lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Analisis

lingkungan eksternal dibagi dalam dua kelompok, yaitu lingkungan makro yang

meliputi faktor demografi, ekonomi, alam, teknologi, politik dan hukum, serta

sosial dan budaya. Kelompok lingkungan eksternal yang terakhir adalah kekuatan

lingkungan industri yang meliputi persaingan di antara anggota industri, potensi

masuknya pesaing baru, potensi pengembangan produk pengganti, kekuatan tawar

pemasok, dan kekuatan tawar konsumen. Sedangkan analisis lingkungan internal

dilakukan berdasarkan fungsional perusahaan, yaitu manajemen, pemasaran,

keuangan, produksi, sumberdaya manusia, penelitian dan pengembangan, serta

sistem informasi manajemen.

Analisis lingkungan eksternal perusahaan memiliki tujuan untuk

(49)

perusahaan. Analisis ini disajikan dalam bentuk matriks EFE (External factor

Evolution). Analisis lingkungan internal perusahaan memiliki tujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari

perusahaan. Analisis lingkungan ini disajikan dalam matriks IFE (Internal Factor

Evolution). Setelah itu,kedua matriks tersebut akan saling berintegrasi membentuk matriks I-E ( Internal-External).

Tujuan dari matriks I-E ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis yang

lebih rinci dan terarah, sehingga pada tahap ini perusahaan diharapkan dapat

menentukan apakah bisnis perlu dikembanmgkan, atau perlu dipertahankan, atau

sebaiknya dilepaskan oleh perusahaan. Selain itu, matriks I-E ini akan membantu

analisis menuju tahapan berikutnya, yaitu analisis SWOT. Melalui analisis SWOT

ini, akan kita ketahui faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang,

maupun ancaman yang dihadapi oleh perusahaan. Hasil akhir dari analisis SWOT

ini adalah alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh

perusahaan untuk memaksimalkan kegiatan uasahanya. Dan kemudian dari

strategi-strategi yang dirumuskan pada analisis SWOT, kemudian dilakukan

pemilihan strategi yang paling tepat untuk dilaksanakan sesuai daya tarik strategi

tersebut dengan menggunakan matriks QSPM. Kerangka pemikiran operasional

(50)

Persaingan dalam Industri Sayuran Organik

* Belum Adanya Kontinuitas Pasar * Pangsa Pasar yang Masih Terbuka Luas

* Mengidentifikasi Faktor Internal dan Eksternal PT. Amani Mastra * Merumuskan Alternatif Strategi dalam Mengembangkan Usaha

* Menentukan Prioritas Strategi Pengembangan Usaha

Analisis lingkungan Perusahaan

Analisis Lingkungan Internal Perusahaan Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan * Lingkungan Umum (PEST) * Lingkungan Industri (model lima kekuatan Porter) Analisis Fungsional * Manajemen * Keuangan * SDM * Produksi * Pemasaran * SIM * Litbang

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

Matriks EFE

Matriks IE

Matriks SWOT

Alternatif Strategi Pengembangan Usaha

Matriks QSPM Matriks IFE

(51)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

Kompleks Perumahan Cikunir, Jatibening, Jakarta dan memiliki perkebunan

sayuran organik di wilayah Cisarua, Puncak. Pemilihan lokasi dilakukan dengan

sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT. Amani Mastra merupakan

salah satu perusahaan yang bergerak dibidang agribisnis sebagai produsen dan

pemasar sayuran organik yang memiliki skala usaha cukup besar. Penelitian ini

merupakan studi kasus, dimana hasil analisis yang diperoleh belum tentu berlaku

bagi perusahaan agribisnis yang lainnya.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh melalui pengamatan atau observasi dan wawancara dengan berbagai

pihak yang berkepentingan. Untuk data dan analisis data pada matriks IFE,

matriks EFE, dan matriks SWOT didapatkan dari tiga orang responden, yaitu

Direktur Operasional, General Supervisor dan Divisi Marketing yang memiliki

kemampuan dan kapasitas dalam menyusun strategi perusahaan. Sedangkan untuk

matriks QSPM, proses pemilihan prioritas strategi dilakukan oleh Shareholder

dan Direktur Operasional yang memiliki otoritas dan kemampuan dalam memilih

strategi. Pemilihan responden berdasarkan relevansi dan kapasitasnya dalam

Gambar

Gambar 1. Kerangka Formulasi Strategi  Sumber : David (2004)
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
Tabel 4. Penilaian Bobot Faktor-faktor Strategis Perusahaan
Tabel 7. Matriks SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities, Threats)  Kekuatan (S)  Tentukan faktor-faktor  kekuatan internal  Kelemahan (W)  Tentukan faktor-faktor kelemahan internal  Peluang (O)  Tentukan faktor-faktor  peluang eksternal  Strategi S-O  G
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk untuk menentukan yield, bilangan iodin dan karakteristik luas permukaan pori karbon aktif dari kulit salak.. Disaring dan dikeringkan selama 24

Pemurnian dilakukan dengan kolom kromatografi yang berisi fase diam florisil dan fase geraknya heksana, skualena yang bersifat nonpolar akan terikut fase geraknya sedang

Kadar asam urat kelompok yang sering melakukan senam aerobik yaitu 39 orang (54,2%), menunjukan bahwa 29 orang kadar asam uratnya dalam keadaan normal dan 10 orang kadar

Pemikul Momen Biasa (SRPMB), namun dalam tugas akhir ini, gedung rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) Sidotopo Surabaya akan direncanakan ulang di daerah zona gempa

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan bagaimana pemahaman unsur intrinsik siswa kelas V SDN Inpres Pendulan Baru terhadap lima cerita rakyat

Hasil yang di peroleh dari penilitian ini yaitu permainan pola ritme tumbao pada conga dapat dimainkan di drum set sebagai sarana latihan penerapan di instrumen lain

4 Tampilan program kedua dengan input video ketiga Frame tersebut kemudian akan diperiksa untuk mengukur akurasi estimasi posisi berdasarkan posisi objek yang terdeteksi

[r]