• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Eksperimen Distribusi Temperatur Nyala Api Kompor Bioetanol Tipe Side Burner dengan Variasi Diameter Firewall

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Eksperimen Distribusi Temperatur Nyala Api Kompor Bioetanol Tipe Side Burner dengan Variasi Diameter Firewall"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Untuk mendapatkan kompor bioetanol efisiensi thermal maksimal diperlukan penelitian komprehensif. Salah satunya adalah penelitian terhadap posisi peletakkan beban pada kompor bioetanol kompak. Pengujian dilakukan pada kompor uji bioetanol dengan kadar 99%, yaitu kompor bioetanol tipe side

burner dengan firewall 2.5 inci dan firewall 3 inci. Pengukuran

temperatur api dengan 13 thermocouple K dengan pengukuran searah api keatas setiap 5 mm-an. Kemudian, water boiling test dilakukan untuk mendapatkan daya dan beban dan dilanjutkan mengukur waktu pendidihan air. Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran total distribusi temperatur nyala api difusi. Hasil menunjukkan untuk kompor 2.5 inci dengan daya 1.6 kW mempunyai temperatur 542 ºC dengan jarak ketinggian 5 mm dari rim kompor sedangkan kompor 3 inci menghasilkan daya 2.38 kW dengan temperatur 516 ºC.

Kata Kunci—Kompor, bioetanol, side burner, field temperature

I. PENDAHULUAN

eiring bertambahnya waktu, populasi manusia semakin bertambah. Kenaikan populasi ini menghasilkan resiko naiknya kebutuhan energi. Sejak wacana krisis energi non-renewable muncul, berkembang penelitian – penelitian terhadap energi terbarukan atau renewable energi. Energi terbarukan tersebut kini sedikit demi sedikit menjadi alternatif bagi masyarakat dalam menunjang aktifitas sehari-hari. Salah satunya adalah penelitian kompor bioetanol. Untuk bisa mendapatkan kompor bioetanol yang optimal dari segi penggunaannya sehingga menghasilkan pemanfaatan energi maksimal diperlukan penelitian komprehensif. Salah satunya adalah penelitian terhadap posisi peletakkan beban pada kompor bioetanol.

Berangkat dari pemikiran tersebut, maka muncul ide penelitian bagaimana karakteristik api dan pola distribusi temperatur dinding isothermal api yang dihasilkan. Dimana distribusi temperatur dinding isothermal api berhubungan erat dengan posisi peletakan beban pada kompor. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen dan bertempat di Laboratorium Teknik Pembakaran dan Bahan Bakar – Teknik Mesin ITS Surabaya. Penelitian ini menggunakan kompor penelitian terdahulu tanpa sumbu tipe side burner dengan variasi firewall 3 inci dan 2.5 inci.

II. METODEPENELITIAN

1. Diagram Alir Penelitian

Penelitian dilaksanakan berdasarkan pada diagram alir sebagai berikut:

Start

Studi eksperimen distribusi temperatur nyala api kompor bioethanol tipe side burner dengan variasi

diameter firewall 3 inci dan 2.5 inci

Studi literatur Referensi : - Tugas Akhir - Text Book - Artikel / Paper - Internet

Kompor uji dengan kriteria Kriteria :

- Tidak terjadi kebocoran - Kubung, kaki kompor, saluran in

dan saluran out sudah terpasang Persiapan pengujian :

1. Peralatan Ukur 2. Bahan Bakar Bioethanol 3. Pengujian properties bahan bakar dengan konsentrasi ethanol 99% pada Lab. Teknologi Air Teknik Kimia ITS

Pengujian temperatur kompor bioetanol pada nyala api dengan ketinggian dan jarak horisontal

tertentu

Dokumentasi dan pengambilan data pengujian

Data hasil pengujian: - Temperatur api - Warna api - Ketinggian api - Luasan penampang api Kriteria : - Api sudah mencapai api

dewasa yaitu nyala api pembakarannya stabil

Pengolahan data temperatur dengan matlab dan analisa data

A

Studi Eksperimen Distribusi Temperatur Nyala Api

Kompor Bioetanol Tipe Side Burner dengan Variasi

Diameter Firewall

R.R. Vienna Sona Saputri Soetadi dan Djoko Sungkono Kawano,

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: hdkawano@me.its.ac.id

(2)

A Kesimpulan End Pengujian ketinggian temperatur api Kriteria :

- Area ketinggian api yang maksimal memberikan energi panas - Referensi pemilihan panci dan volume air

berdasarkan Tugas Akhir saudara Rizka Andika P.

2. Pengujian Temperatur Api

Pengujian temperatur api bertujuan untuk menentukan temperatur optimum dari api biru tanpa adanya warna merah dari profil api tersebut. Temperatur api diukur menggunakan thermocouple sebanyak 13 buah dengan jarak antar center thermocouple 5 mm disusun radial.

Gambar 1. Pengambilan data temperatur api

3. Pengujian Waktu Pendidihan Air

Pengujian ini dilakukan setelah pengambilan data dan analisa temperatur api. Dari profil api dan garis isothermal api akan didapatkan lokasi tinggi temperatur yang mampu memberikan energi panas tertinggi. Pengambilan data waktu pendidihan air kembali dengan posisi peletakan beban – 0,5mm dan + 5mm dari ketinggian beban sebelumnya. Sesuai dengan daftar VEG Gas Institute Belanda mengenai penentuan diameter panci berdasarkan daya yang dihasilkan kompor. Untuk kompor uji diameter 2.5 inci digunakan panci dengan diameter 22 cm dan volume air 2.7 L dan kompor uji diameter 3 inci menggunakan panci berdiameter 26 cm dengan volume air 5,7 L.

III. HASILDANDISKUSI 1. Pengukuran Temperatur Api

Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui temperatur tertinggi yang dihasilkan oleh api stabil. Terjadinya api stabil dapat diindikasikan melalui temperatur api biru tertinggi yang mampu dihasilkan oleh kompor.

Dari gambar di atas tampak kedua kompor uji mampu menampilkan api yang stabil dan berwarna biru. Meskipun untuk kompor uji dengan firewall 3 inci didapatkan model api yang tidak hanya berwarna biru tetapi juga berwarna kuning pada ujung apinya. Warna kuning ini diakibatkan karena radiasi jelaga. Pada daerah berwarna kuning disebut juga daerah non-stoikiometri dimana pada daerah non-stoikiometri ini rasio campuran antara bahan bakar dan udara kurang dari 1 (ɸ < 1) [1]. Akibat adanya radiasi karbon yakni jelaga mengakibatkan kecilnya kesempatan bahan bakar dan udara yang berperan sebagai oksidator untuk bertemu.

2. Distribusi Temperatur

Untuk dapat mengetahui bagaimana besar daerah api yang optimal dalam melepaskan panas. Maka dalam sub bab ini akan ditampilkan bagaimana kontur temperatur dan garis-garis isothermal pada kedua kompor uji dengan menggunakan tools MATLAB® R2010b.

Gambar 3. Kontur isothermal distribusi temperatur rata-rata kompor firewall 2.5 inci

Gambar 4 Struktur api kompor firewall 2.5 inci [1]

10 0 10 0 10 0 100 10 0 100 10 0 100 10 0 15 0 15 0 15 0 15 0 15 0 15 0 15 0 150 15 0 15 0 150 15 0 20 0 20 0 200 20 0 200 200 20 0 20 0 200 20 0 20 0 200 200 20 0 25 0 25 0 25 0 25 0 250 25 0 25 0 25 0 250 250 250 25 0 30 0 300 300 300 30 0 30 0 300 300 300 300 350 350 350 35 0 35 0 350 350 350 400 40 0 40 0 40 0 400 40 0 400 400 40 0 450 450 45 0 45 0 45 0 450 450 45 0 500 500 500 500 50 0 500 500 50 0 550 550 55 0 550 550 10 0 10 0 10 0 10 0 450 55 0 150 150 30 0 150 15 0 45 0 10 0 100 30 0 20 0 200 50 0 150 15 0 100 100 Posisi Thermocouple K et inggi an, h ( m m ) -12-11-10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 (a) (b)

Gambar 2. Profil api biru kompor uji a) firewall 2.5 inci; b) firewall 3 inci

Flame zone

Soot particle growth zone Soot particle inception zone Soot oxidation zone

(3)

Gambar 5 Kontur isothermal distribusi temperatur rata-rata kompor firewall 3 inci

Gambar 6. Struktur api kompor firewall 3 inci [1] Pada nyala api kedua kompor ini tergolong dalam nyala api difusi. Hal tersebut dikarenakan nyala api yang terbentuk merupakan nyala api yang timbul sewaktu udara berdifusi atau masuk ke dalam aliran uap bahan bakar tanpa dicampur terlebih dahulu sehingga oksidator berasal dari udara luar. Dari gambar struktur api nyala api kompor uji dapat dijelaskan daerah – daerah api sebagai berikut [2]:

Reaction zone, adalah daerah dimana semua reaksi kimia dan pelepasan panas terjadi. Reaction zone dimulai pada titik dimana reaksi stoikiometri mulai terjadi sampai ketika pembakaran telah sempurna. Daerah api difusi ini dibagi menjadi daerah :

1. Luminous Region (yellow region) 2. Non luminous region (blue zone)

Sebagian besar proses reaksi terjadi pada daerah berwarna biru sehingga mempunyai temperatur yang relatif lebih tinggi, sedangkan daerah berwarna kuning menunjukkan persentase partikel karbon.

Burnt gas zone

Daerah dimana terdapat gas-gas yang terbentuk dari api pada proses-proses sebelumnya dengan kecepatan, temperatur dan konsentrasi species (fuel, product, oxidizer) yang sama. Daerah dimana reaksi kimia terjadi biasanya cukup sempit. Seperti pada gambar struktur api pada gambar 4.11 dan gambar 4.13, daerah reaksi temperatur tinggi terjadi pada daerah yang berbentuk gelang.

3. Analisa Distribusi Temperatur

Untuk membandingkan kualitas distribusi temperatur dari kedua kompor uji dianalisa berdasarkan luasan temperatur rata-rata dengan perhitungan menggunakan rumus di bawah ini:

𝐴𝐴𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = ∑ [𝜋𝜋(𝑟𝑟𝑡𝑡𝑛𝑛𝑖𝑖=1 𝑖𝑖2− 𝑟𝑟𝑖𝑖𝑖𝑖2)]...(1)

𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡𝑟𝑟 −𝑟𝑟𝑟𝑟𝑡𝑡𝑟𝑟 =(𝐴𝐴×𝑇𝑇)𝐴𝐴𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡...(2)

Gambar 7. Grafik luasan total distribusi temperatur pada ketinggian tertentu

Gambar 8. Grafik temperatur rata-rata distribusi temperatur api pada ketinggian tertentu

Dari gambar 7 dan 8 terlihat bahwa kompor firewall 2.5 inci memiliki besar luasan total dan temperatur rata-rata yang terdistribusi lebih besar dibandingkan dengan kompor firewall 3 inci. Hal tersebut dikarenakan kompor 2.5 inci memiliki nyala api yang dominan berwarna biru yakni nyala api stoikiometri. Sementara kompor firewall 3 inci nyala apinya masih kekuningan atau nyala api yang non-stoikiometri.

Dari data temperatur rata-rata yang diperoleh didapatkan untuk kompor firewall 2.5 inci ketinggian yang memiliki temperatur rata-rata terbesar adalah ketinggian 5 mm dari rim kompor. Untuk kompor firewall 3 inci didapatkan ketinggiannya 0 mm dari rim kompor. Selanjutnya data ini akan digunakan dalam pengujian waktu pendidihan air.

Gambar 9. Grafik waktu pendidihan air terhadap ketinggian beban tertentu

Dari gambar 9. dapat terlihat waktu pendidihan air dari kompor firewall 2.5 inci lebih singkat yakni 19.62 menit dibandingkan dengan kompor firewall 3 inci yaitu 28.47 menit. Hal ini dapat dilihat dari luasan total distribusi temperatur dan temperatur rata-rata dari kedua kompor, kompor firewall 2.5 inci lebih besar dibandingkan dengan kompor firewall 3 inci. Sehingga analisa melalui luasan total

10 0 100 10 0 10 0 10 0 10 0 10 0 10 0 100 10 0 15 0 150 15 0 15 0 15 0 15 0 150 150 15 0 15 0 20 0 20 0 20 0 200 20 0 200 200 20 0 25 0 25 0 25 0 25 0 25 0 250 250 25 0 300 30 0 300 30 0 300 300 30 0 35 0 350 350 350 35 0 350 350 35 0 400 400 400 400 400 40 0 400 400 450 450 450 45 0 450 450 45 050 500 0 500 500 55 0 55 0 500 350 350 Posisi thermocouple K et inggi an, h ( m m ) -12-11-10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 900000 1000000 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 Lu asa n to ta l (m m ²) Ketinggian, h (mm) Kompor 2.5inci Kompor 3inci 0 100 200 300 400 500 600 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 Te m pe ra tu r r ata -r at a C) Ketinggian,h (mm) Kompor 2.5inci Kompor 3inci 0 5 10 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 Ke tin gg ia n, h (m m )

Waktu pendidihan (menit)

2.5inci 3inci

Flame zone

(4)

dan temperatur rata-rata distribusi temperatur nyala api sesuai dapat memberikan gambaran untuk peletakan beban.

4. Analisa Waktu Pendidihan Air

Dengan melihat gambar 9 pada analisa distribusi temperatur, untuk kompor uji firewall 2.5 inci ketinggian peletakan beban direkomendasikan pada ketinggian 5 mm dari rim kompor. Pada hasil pengujian didapatkan bahwa waktu pendidihan yang paling singkat dicapai pada ketingggian yang sesuai dengan analisa distribusi temperatur.

Untuk kompor uji firewall 3 inci, rekomendasi dari analisa distribusi temperatur adalah pada ketinggian 0 mm dari rim kompor. Pada hasil pengujian didapatkan bahwa waktu paling cepat didapatkan pada ketinggian 5 mm. Hal ini tidak sesuai dengan hasil analisa distribusi temperatur, dikarenakan pada ketinggian 0 mm nyala api merambat ke bagian dinding panci seperti gambar 10.(a). Sehingga mengakibatkan panas yang diterima beban tidak maksimal dan tidak merata pada bagian bawah panci. Dan juga apabila beban diletakkan terlalu dekat dengan kompor, maka api sulit untuk berkembang, kesempatan api untuk bertemu udara menjadi kecil.

Gambar 10. Model api pada saat pengujian waktu pendidihan air

(a) Kompor firewall 2.5 inci pada ketinggian 0 mm (b) Kompor firewall 3 inci pada ketinggian 5 mm

5. Analisa Transfer Energi

Untuk menganalisa besarnya energi yang ditransfer bahan bakar untuk menaikkan temperatur air dalam bejana aluminium, dari 30oC menjadi 100oC, berikut data yang dibutuhkan :

Tabel 1. Indikator kinerja kompor

Indikator

Jenis kompor

Firewall 2.5 inci

Firewall 3 inci

Temperatur api rata-rata 542o

C 516oC

Diameter panci *

22 cm 26 cm

Volume air * 2.7 liter 5.7 liter

Daya 1.6 kW 2.38 kW

Ketinggian peletakan

beban 5 mm 5 mm

Efisiensi* 54.91% 56.57%

Waktu pendidihan 19’62” 28’47”

Bahan Bakar yang

Dikonsumsi 0.055869kg 0.065728kg Energi yang ditransfer

0.582319kW 0.486369kW

*Diambil dari Ref.: [3]

Besarnya energi yang ditransfer oleh bahan bakar ke beban dapat dihitung dengan rumus:

Energi bioetanol yang ditransfer = m t LHV × × η ...(3) keterangan : ɳ = efisiensi kompor (%)

LHV = nilai kalor bawah bioetanol (kJ/kg) T = waktu pendidihan air (sekon)

m = massa bahan bakar yang dikonsumsi (kg)

Perbedaan energi yang ditransfer saat pengujian dapat terjadi karena beberapa hal, yakni karena adanya perbedaan waktu pendidihan, ukuran panci, volume air yang dipanaskan, profil dan temperatur api dari masing-masing kompor juga berbeda.

Pada tabel terlihat kompor uji dengan diameter firewall 3 inci memiliki nilai efisiensi, waktu pendidihan air, dan konsumsi bahan bakar yang lebih besar dibandingkan dengan kompor uji firewall 2.5 inci sedangkan untuk energi yang ditransfer nilainya lebih kecil. Hal tersebut dikarenakan pada kompor firewall 3 inci temperatur rata-rata dan luasan total temperaturnya lebih rendah daripada kompor firewall 2.5 inci selain itu, pada kedua kompor ukuran panci dan jumlah air yang dipanaskan pun berbeda yakni lebih besar volume air dan diameter panci yang digunakan pada kompor uji 3 inci.

IV. HASILDANDISKUSI

Pada hasil analisa luasan total terbesar didapatkan untuk kompor firewall 2.5 inci sebesar 916928.57 mm2 pada ketinggian 5 mm dan kompor firewall 3 inci sebesar 439899.43 mm2 pada ketinggian 0 mm. Untuk temperatur rata-rata tertinggi yang didapatkan oleh kompor 2.5 inci adalah 542 oC pada ketinggian 5 mm dan kompor firewall 3 inci 516 oC pada ketinggian 0 mm. Waktu pendidihan tercepat pada kompor firewall 2.5 inci adalah 19,62 menit pada ketinggian peletakan beban 5 mm dan untuk kompor firewall 3 inci mendidihkan pada waktu 28,47 menit pada ketinggian 5 mm. Energi yang ditransfer untuk mendidihkan air 30oC ke 100oC pada kompor firewall 2.5 inci adalah 0.582319kW dan untuk kompor firewall 3 inci sebesar 0.486369kW.

Hasil dari analisis distribusi temperatur dan pengujian waktu pendidihan air menunjukkan untuk posisi peletakan beban yang paling baik untuk kompor uji firewall 2.5 inci adalah 5 mm dari rim kompor. Posisi peletakan beban untuk kompor uji firewall 3 inci yaitu pada ketinggian 5 mm dari rim kompor. Pada ketinggian tersebut nyala api yang diterima beban telah mencapai fase api yang stabil sehingga bisa mendapatkan waktu pendidihan yang tersingkat.

Pada eksperimen ini kompor firewall 3 inci membutuhkan waktu lebih panjang untuk mendidihkan air daripada kompor firewall 2.5 inci. Hal tersebut dikarenakan ukuran panci dan volume air yang digunakan untuk kompor firewall 3 inci lebih besar. Selain itu, pada kompor firewall 3 inci luasan total dan temperatur rata-ratanya pun lebih kecil.

(5)

UCAPANTERIMAKASIH

Penulis R.R.V.S.S.S. mengucapkan terima kasih kepada Jurusan Teknik Mesin ITS dan Bapak Djoko Sungkono Kawano selaku dosen pembimbing Tugas Akhir. Ibu Suryani Soelaksana dan Bapak R. Sonny Soetadi selaku orang tua penulis atas dukungan moril dan materiil. Dosen-dosen dan karyawan Jurusan Teknik Mesin ITS Surabaya, terutama Bapak Suwarmin, PE selaku dosen wali dan Bapak Karmono karyawan Lab.TPBB Teknik Mesin ITS. Teman-teman angkatan M51 dan Yusufa rekan tugas akhir kompor.

DAFTARPUSTAKA

[1] Turns,S.R., 1996. An Introduction To Combustion Concepts and

Application. Mc Graw Hill.

[2] Darana, Cahya, 2001. “Studi Distribusi Temperatur Api Transisi pada

Bunsen Burner Bertekanan”. Teknik Mesin ITS.

[3] Pratama, Rizka Andika. “Perbandingan Unjuk Kerja Kompor Bioetanol

Tipe Side Burner dengan Variasi Diameter Firewall 3 Inci dan 2.5 Inci”. Tugas Akhir. Teknik Mesin ITS, Surabaya. 2012.

Gambar

Gambar 1. Pengambilan data temperatur api
Gambar 5 Kontur isothermal distribusi temperatur rata-rata  kompor firewall 3 inci
Gambar 10. Model api pada saat pengujian waktu pendidihan  air

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian pembelajaran keterampilan fungsional bagi warga belajar program Kejar Paket B Harapan dalam meningkatkan keterampilannya

Seuramoe Informasi Kabupaten Aceh Timur yang selanjutnya disingkat SIKAT, adalah suatu kegiatan sistem penerima pengaduan masyarakat untuk meneruskan pengaduan

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar

LENDRA COKLAT BIJI 94 JL.RAYA CISOMPET-

Kalau begawi di instansi pemerintah anang ini pasti banyak masalah ‘kalau kerja kantoran Anang ini pasti banyak masalah’ Karena penampilan kawa ditangguh sudah ‘sebab penampilan

Setelah 15 menit saringan yang ada di mesin penggoncang diambil, kemudian benda uji yang berada di setiap saringan dipindahkan ke tempat yang lain (loyang), dan saringan

Terima kasih untuk Ibu Anggraeni sebagai pembimbng serta Bapak Herizon dan Bapak Supri yang telah memberikan pengarahan kepada saya hingga.. skripsi ini telah selesai

Segala puji dan syukur Peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul