• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Rencana dan Pelaksanaan Kegiatan Restorasi Koridor Halimun Salak 5.1.1 Sejarah Lokasi Koridor Halimun Salak

Sebelum diperluas, kawasan koridor Taman Nasional berada dalam dua wilayah kelola yakni (1) wilayah bagian barat kawasan koridor atau bagian wi-layah Gunung Halimun dikelola oleh taman nasional dan (2) wiwi-layah bagian barat kawasan koridor atau bagian wilayah Gunung Salak dan sekitarnya dikelola oleh Perum Perhutani. Kawasan yang dikelola oleh taman nasional ditetapkan sebagai zona inti dan kawasan lainnya di luar kawasan ini ditetapkan sebagai zona pe-nyangga taman nasional. Sebagian besar zona pepe-nyangga dikelola oleh Perum Perhutani dan bagian utara dikelola oleh perkebunan teh Cianten. Keputusan untuk menggabung kawasan Gunung Halimun dan Gunung Salak (113.357 ha) menjadi satu pengelolaan yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri RI No. 175/Kpts-II/2003 pada tanggal 10 Juni 2003, maka seluruh areal koridor dan kawasan yang sebelumnya dikelola oleh Perum Perhutani menjadi bagian pe-ngelolaan UPT Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS 2008a).

5.1.2 Rencana Kegiatan Restorasi Koridor Halimun Salak

Menurut Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (RPTN) 2007-2026 bahwa wilayah Koridor Halimun Salak merupakan ekosistem penting dan menjadi habitat spesies penting yang telah terdegradasi yang kemudian akan dijadikan sebagai zona rehabilitasi. Para pihak yang akan dilibatkan dalam program penetapan zona rehabilitasi adalah: PHKA/BKSDA, Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS), Dinas Kehutanan, Badan Lingkungan Hidup Daerah, Kelompok Masyarakat Adat, Kelompok Masyarakat lainnya, Lembaga Penelitian dan Pendidikan serta LSM. Setelah ekosistem tersebut dinilai pulih, maka zona rehabilitasi dapat ditetapkan sebagai zona inti/rimba/pemanfaatan. Untuk mencapai pemulihan kawasan tersebut, maka diperlukan pengelolaan Koridor Halimun Salak, sehingga pihak taman nasional merumuskan Rencana Aksi Restorasi Koridor Halimun Salak (2009-2013). Dalam penyusunan rumusan rencana aksi ini, masyarakat belum dilibatkan. Adapun stakeholder yang menjadi tim perumus, antara lain : taman nasional, institusi

(2)

pendidikan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan JICA GHSNP MP. Dalam rangka pemulihan kawasan Koridor Halimun Salak tersebut maka disusun rencana kegiatan yang disajikan pada Lampiran 7.

Sumber : BTNGHS 2008b

Gambar 4 Peta Rencana Restorasi Koridor Halimun Salak.

Zona yang akan difokuskan untuk direstorasi/direhabilitasi adalah zona 2 dan zona 3. Upaya rehabilitasi kawasan Koridor Halimun Salak yang disarankan, meliputi (BTNGHS 2008a):

1. Hutan dibiarkan mengalami proses regenerasi sendiri, meskipun dalam jangka waktu yang cukup lama dan diharapkan hutan tidak mengalami gangguan lagi, 2. Anakan pohon-pohon jenis primer bisa digunakan sebagai bibit dalam

reha-bilitasi hutan,

3. Jenis-jenis yang disarankan untuk merehabiltasi hutan kembali terutama jenis primer yang memiliki perawakan yang tinggi dengan kanopi yang mencuat se-perti saninten, pasang, dan beberapa jenis dari suku Lauraceae. Untuk pe-nanaman jenis-jenis primer diperlukan perlakuan khusus, misalnya dalam per-semaiannya diperlukan naungan yang cukup,

Keterangan :

Luasan total zona ekologi = 1284,89 ha, mencakup zona Halimun (245,71 ha), zona 2a (117,38 ha), zona 2b (147,35 ha), zona 3a (130,59 ha), zona 3b (147,35 ha), zona 3c (928,45 ha), dan zona Salak (468,06 ha).

(3)

4. Jenis-jenis sekunder terutama yang menjadi pakan hewan bisa ditanam sebagai tumbuhan naungan bagi jenis-jenis primer, misalnya Ficus spp., kipare (Glochidion sp), kiseueur (Antidesma sp), dan harendong (Melastomataceae), 5. Untuk daerah batas antara pemukiman dan hutan sebaiknya ditanam jenis hutan

yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, misalnya jenis saninten, kilimo, kimanis, dan juga aren. Hampir seluruh bagian tanaman aren bisa di-manfaatkan.

Adapun model penanaman yang direncanakan, adalah restorasi areal ko-song melalui program adopsi pohon dan kerjasama. Stakeholder yang akan di-libatkan dalam kegiatan ini, adalah masyarakat, dan GEDEPAHALA. Kerjasama yang sedang dilakukan yaitu antara masyarakat Kampung Sukagalih dan pihak taman nasional melalui surat perjanjian kerjasama Nomor IV-T.13/III.1/2007 bahwa terdapat hak dan kewajiban dari kedua belah pihak tersebut.

Adapun kewajiban-kewajiban masyarakat antara lain :

(1). Menjaga zona inti dan zona lainnya atau kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak di wilayah yang dikerjasamakan.

(2). Bersama pihak pertama melakukan rehabilitasi di kawasan TNGHS yang ber-dekatan dengan lahan garapan.

(3). Tidak memperluas garapan dan tidak menebang pohon di dalam kawasan TNGHS.

(4). Melakukan pengamanan secara partisipatif.

(5). Bersama pihak pertama melakukan pengendalian kebakaran lahan dan hutan, membuat laporan secara periodik semesteran (6 bulan) dan tahunan kepada TNGHS.

Hak-hak masyarakat meliputi :

(1). Memanfaatkan lahan garapan eks Perum Perhutani di TNGHS.

- Menanam tanaman asli aren, puspa, rasamala, pasang, huru, dan lain-lain secara bertahap.

- Menanam tanaman sela (padi, huma, kapol, palawija, dan lain-lain) dengan mengurangi pupuk kimia secara berangsur-angsur hingga menggunakan pupuk organik.

(4)

(3). Mendapat bimbingan dari pihak pertama.

(4). Mendapat hasil jual dari hasil aren dan tanaman sela.

Proses penyusunan rencana aksi restorasi Koridor Halimun Salak ini belum dibangun secara komprehensif dengan melibatkan perwakilan masyarakat. Namun, pada umumnya pihak taman nasional menyusun rencana restorasi Koridor Halimun Salak ini berdasarkan potensi, kebutuhan, dan harapan masyarakat sekitar Koridor Halimun Salak. Pada jenis-jenis tumbuhan yang di-gunakan untuk restorasi merupakan jenis tumbuhan kehutanan asli (native

species) yang sebagian besar dimanfaatkan untuk kepentingan ekologi, tetapi

se-cara langsung tidak dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Namun, sese-cara umum rencana aksi restorasi ini dapat dikatakan sudah sesuai dengan harapan ma-syarakat. Sebenarnya, penilaian kesesuaian antara rencana dan harapan masya-rakat baik secara subjektif maupun objektif ini belum mengambarkan masyamasya-rakat secara keseluruhan. Masyarakat masih berpikir mengenai keuntungan secara ekonomi. Harapan dari masyarakat antara lain lahan yang sudah mereka garap dan sudah ditempati sejak lama tidak diambil alih oleh pihak taman nasional, dan ma-syarakat diperbolehkan menggarap lahan yang kosong milik taman nasional. Masyarakat memiliki harapan dengan adanya rencana restorasi Koridor Halimun Salak ini dapat menguntungkan kedua belah pihak baik bagi masyarakat maupun pihak taman nasional.

Adapun mengenai surat perjanjian kerjasama atau MoU ini berlaku selama lima tahun (2007-2011), mengenai perpanjangan waktu akan dipertimbangkan se-telah dilakukan evaluasi pada akhir masa berlaku. Adanya perjanjian ini harus di-laksanakan atas dasar kesadaran dari masyarakat, bukan karena terikat oleh hak dan kewajiban yang telah disepakati.

5.1.3 Pelaksanaan Kegiatan Restorasi Koridor Halimun Salak

Kegiatan restorasi ini telah dilaksanakan di beberapa lokasi di sekitar Koridor Halimun Salak, salah satunya di lokasi penelitian yaitu Kampung Sukagalih Desa Cipeuteuy yang merupakan kampung konservasi. Namun kegiatan aksi restorasi ini belum dilaksanakan secara serentak di areal-areal terdegradasi di kawasan Koridor Halimun Salak. Hal ini karena diperlukan proses dalam pencapaian luaran-luaran lain untuk mendukung kegiatan restorasi dan

(5)

kegiatan ini merupakan kegiatan jangka panjang. Rencana dan pelaksanaan aksi restorasi Koridor Halimun Salak dapat dilihat pada Lampiran 8. Masyarakat secara umum memiliki harapan bahwa pelaksanaan rencana restorasi Koridor Halimun Salak ini dapat berjalan dengan baik. Sampai saat ini, perjanjian kerjasama antara masyarakat kampung Sukagalih (Desa Cipeuteuy) dan pihak taman nasional masih berjalan dengan baik, tidak terdapat konflik antara masyarakat dengan pihak taman nasional serta kerjasama yang sudah terjalin dengan baik ini dapat terus ditingkatkan. Adapun dalam perjanjian kerjasama ini, outputnya belum dapat dirasakan sepenuhnya oleh masyarakat, salah satu contohnya manfaat dari aren. Hal ini karena aren memiliki pertumbuhan dan daur yang lebih lama dibandingkan dengan tanaman sela (seperti padi dan palawija). Penanaman aren juga belum dilaksanakan secara total tetapi bertahap. Adapun dalam penggunaan pupuk, masyarakat masih menggunakan pupuk kimia (urea, toska, TSP, dan KCl) itupun harganya cukup mahal. Penggunaan pupuk organik belum dapat diterapkan sepenuhnya oleh masyarakat. Padahal harga pupuk organik lebih murah dibandingkan pupuk kimia.

Kegiatan aksi restorasi Koridor Halimun Salak yang telah dilaksanakan di Desa Purwabakti (Kampung Garehong), meliputi : (1) Kegiatan inventarisasi dan penelitian. Masyarakat lokal pernah dilibatkan oleh pihak taman nasional dalam kegiatan inventarisasi dan penelitian, dan (2) Sosialisasi perluasan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

5.2 Karakteristik Responden Sekitar Koridor Halimun Salak

Karakteristik responden meliputi kelompok umur dalam bekerja, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan formal, mata pencaharian pokok, tingkat pendapatan, dan luas pemilikan lahan. Data karakteristik responden disajikan pada Lampiran 8. Surata (1993) dalam Gunawan (2004) menyatakan bahwa persepsi ditentukan oleh faktor internal, seperti kecerdasan, minat, emosi, pendidikan, pen-dapatan, kapasitas alat indera dan jenis kelamin. Kondisi karakteristik masyarakat sekitar pada umumnya tergolong rendah. Hal ini akan berpotensi ketergantungan yang tinggi terhadap pemanfaatan sumberdaya alam yang menyebabkan adanya tekanan dan ancaman terhadap Koridor Halimun Salak yang pada saat ini se-bagian besar kondisinya rusak.

(6)

5.2.1 Komposisi Kelompok Umur

Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 12) menunjukkan bahwa kelompok umur dalam bekerja yang menjadi responden di Desa Cipeuteuy dan Purwabakti sebagian besar tergolong ke dalam kelompok umur 18-35 tahun. Besarnya persentase di kedua desa tersebut sebesar 60%. Menurut Tjiptoherijanto (1995) bahwa kelompok umur 15-64 merupakan umur produktif. Kelompok umur ini memberikan gambaran bahwa masyarakat Desa Cipeuteuy dan Purwabakti memiliki potensi yang tinggi dalam melakukan usaha atau kegiatan ekonomi untuk memperoleh pendapatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Apabila potensi tersebut tidak diarahkan dengan baik, maka dikhawatirkan dapat menjadi salah satu faktor yang dapat mengancam keberadaan Koridor Halimun Salak.

Tabel 12 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Cipeuteuy dan Purwabakti

No. Kelompok Umur (tahun)

Desa Cipeuteuy Desa Purwabakti Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % 1. 18-35 18 60,00 18 60,00 2. 36-53 10 33,33 8 26,67 3. 54-71 2 6,67 4 13,33 Jumlah 30 100,00 30 100,00

5.2.2 Jumlah Anggota Keluarga

Sebagian besar masyarakat yang menjadi responden di Desa Cipeuteuy dan Purwabakti memiliki jumlah anggota keluarga yang tergolong sedang dengan masing-masing besarnya persentase yaitu 50% dan 53,33% seperti pada Tabel 13. Tabel 13 Distribusi Jumlah Anggota Keluarga Responden di Desa Cipeuteuy dan

Purwabakti No. Jumlah Anggota

Keluarga (Orang)

Desa Cipeuteuy Desa Purwabakti Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % 1. 2-3 (Sedikit) 11 36,67 10 33,33 2. 4-5 (Sedang) 15 50,00 16 53,33 3. 6-7 (Banyak) 4 13,33 4 13,33 Jumlah 30 100,00 30 99,99

5.2.3 Tingkat Pendidikan Formal

(7)

dan Purwabakti memiliki tingkat pendidikan formal yaitu tidak sekolah-tamat SD (Tabel 14). Besarnya persentase di Desa Cipeuteuy sebesar 90%, sedangkan di Desa Purwabakti sebesar 93,33%. Rendahnya tingkat pendidikan formal tersebut dikarenakan jauhnya jarak tempuh antara sekolah dan tempat tinggal, adanya ke-terbatasan sarana, prasana pendidikan serta biaya pendidikan. Jarak tempuh antara tempat tinggal dan sekolah dasar mencapai satu kilometer, sedangkan jarak tempuh untuk mencapai SMP dan SMA sekitar tujuh kilometer. Jauhnya jarak tempuh antara tempat tinggal dan sekolah tersebut mengakibatkan biaya yang harus dikeluarkan pun cukup tinggi. Masyarakat yang dapat menyekolahkan anak-nya di tingkat lanjutan pada umumanak-nya berasal dari keluarga yang memiliki ke-mampuan ekonomi yang tinggi.

Tabel 14 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal di Desa Cipeuteuy dan Purwabakti

No. Tingkat Pendidikan Formal

Desa Cipeuteuy Desa Purwabakti Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % 1. Tidak sekolah-Tamat SD 27 90,00 28 93,33 2. SMP-Tamat SMP 3 10,00 1 3,33 3. SMA-Tamat SMA 0 0,00 1 3.33 Jumlah 30 100,00 30 99,99

Tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat dalam melakukan tindakannya. Tingkat pendidikan yang rendah tersebut dapat menyebabkan pola pikir masyarakat yang lebih berorientasi jangka pendek.

5.2.4 Mata Pencaharian

Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 15) menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat yang menjadi responden di Desa Cipeuteuy bermata pencahari-an sebagai petpencahari-ani (100%), sedpencahari-angkpencahari-an masyarakat Desa Purwabakti sebagipencahari-an besar bermatapencaharian sebagai buruh (73,33%). Buruh yang dimaksud adalah buruh tani dan buruh perkebunan teh. Lokasi Desa Purwabakti berdekatan dengan PT Perkebunan Nusantara VIII (Kebun Cianten).

(8)

Tabel 15 Distribusi Responden Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Cipeuteuy dan Purwabakti

No. Mata Pencaharian Desa Cipeuteuy Desa Purwabakti Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % 1. Buruh-Ojek 0 0,00 22 73,33 2. Petani-Pedagang Kecil 30 100,00 7 23,33 3. Karyawan 0 0,00 1 3,33 Jumlah 30 100,00 30 99,99

Masyarakat Desa Cipeuteuy pada umumnya bertani pada lahan pertanian milik sendiri yang diwariskan secara turun temurun yang sudah sejak dari dahulu sudah mereka kelola. Sebagian besar jenis-jenis tanaman pertanian yang terdapat di lahan masyarakat Desa Cipeuteuy beranekaragam, antara lain padi, cabe, tomat, kol, kacang panjang, dan kacang tanah. Jenis padi yang mereka tanam pun bermacam-macam seperti Goli, Ciherang, dan Pandan Wangi. Adapun tanaman kehutanan yang mereka tanam, yaitu sengon (Paraserianthes falcataria), kayu afrika (Maesopsis eminii), puspa (Schima wallichii), manglid, dan rasamala (Altingia excelsa).

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat petani di Desa Cipeuteuy yang menjadi responden dapat diketahui bahwa harga jual komoditas pertanian ke tengkulak cukup rendah bila dibandingkan dengan harga jual komoditas pertanian di pasar tradisional. Harga jual beberapa komoditas pertanian di Desa Cipeuteuy yang dijual ke tengkulak disajikan dalam Tabel 16.

Tabel 16 Harga Jual Beberapa Komoditas Pertanian di Desa Cipeuteuy kepada Tengkulak

No. Jenis Komoditas Pertanian Harga jual per Kg (Rp)

1. Cabe keriting 15.000-17.000 2. Cabe TW 15.000-17.000 3. Tomat 1.500-2.000 4. Kol 1.000-1.500 5. Kacang panjang 2.000-2.500 6. Kacang tanah 1.000-2.000 5.2.5 Tingkat Pendapatan

Berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa UMR pada tahun 2009 untuk daerah Kabupaten Sukabumi sebesar Rp. 630.000 (non sektor), sedangkan untuk daerah Kabupaten Bogor sebesar Rp. 991.714 (non sektor). Hasil penelitian

(9)

(Tabel 17) menunjukkan bahwa masyarakat Desa Cipeuteuy dan Purwabakti yang menjadi responden memiliki tingkat pendapatan yang berada di bawah UMR (Upah Minimum Regional).

Tabel 17 Tingkat Pendapatan Responden di Desa Cipeuteuy dan Purwabakti No. Tingkat

Pendapatan (Rp)

Desa Cipeuteuy Desa Purwabakti Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % 1. 200.000-383.000 12 40,00 24 80,00 2. 384.000-566.000 14 46,67 5 16,67 3. 567.000-750.000 4 13,33 1 3,33 Jumlah 30 100,00 30 100,00

Sebagian besar masyarakat Desa Cipeuteuy yang menjadi responden me-miliki pendapatan berkisar antara Rp.384.00-Rp.566.000 (46,67%), sedangkan masyarakat Desa Purwabakti memiliki pendapatan sekitar Rp.200.000-Rp.383.000 (80%).

5.2.6 Luas Pemilikan Lahan

Hasil penelitian (Tabel 18) menunjukkan bahwa sebagian besar masya-rakat Desa Cipeuteuy dan Purwabakti yang menjadi responden memiliki luas pe-nguasaan lahan yang tergolong sempit. Persentase terbesar luas pepe-nguasaan lahan yang tergolong sempit di Desa Cipeuteuy, yaitu 56,67%, sedangkan Desa Purwabakti sebesar 86,67%.

Status lahan yang dikuasai dan diolah oleh masyarakat di Desa Cipeuteuy pada umumnya merupakan lahan milik pribadi dan lahan eks HGU (Hak Guna Usaha) PT. Intan Hepta dan Perum Perhutani yang kemudian menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Lahan milik Perum Perhutani tersebut ditanami pohon damar (Agathis damara) dapat dilihat pada Gambar 5. Damar ini ditanam sekitar 15 tahun yang lalu. Adapun total luas lahannya sekitar 30 hektar (15 hektar merupakan lahan damar, sedangkan 15 hektar lagi merupakan lahan tumpangsari yang dikelola oleh masyarakat). Dalam pengolahan lahan tersebut, masyarakat tidak dikenakan biaya atau pajak. Akan tetapi, masyarakat tidak di-perkenankan memperluas lahan garapan mereka. Antara lahan masyarakat yang diperbolehkan digarap dan lahan yang tidak diperbolehkan digarap sudah ditandai dengan adanya pal batas (Gambar 6), sehingga masyarakat dapat mengetahui

(10)

batas-batas wilayahnya. Masyarakat juga diberi kewajiban untuk menjaga hutan Koridor Halimun Salak.

Gambar 5 Lahan damar di perbatasan Kampung Sukagalih.

Gambar 6 Pal batas antara lahan masyarakat dan lahan taman nasional. Adapun status lahan yang dikuasai dan diolah masyarakat di Desa Purwabakti pada umumnya merupakan lahan garapan milik PT. Perkebunan Nusantara VIII (Kebun Cianten). Masyarakat diperkenankan menggarap lahan sampai pada waktu yang tidak dipastikan oleh PT. Perkebunan Nusantara VIII se-hingga sewaktu-waktu lahan tersebut dapat diambil alih kembali. Hal ini di-karenakan belum dibuatnya nota kesepahaman (MoU) antara masyarakat dengan pihak PT. Perkebunan Nusantara VIII dan taman nasional.

Tabel 18 Distribusi Responden Berdasarkan Luas Pemilikan Lahan di Desa Cipeuteuy dan Purwabakti

No. Luas Penguasaan Lahan (ha)

Desa Cipeuteuy Desa Purwabakti Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % 1. Sempit (< 0,25) 17 56,67 26 86,67 2. Sedang (0,25-0,5) 9 30 3 10 3. Luas (> 0,5) 4 13,33 1 3,33 Jumlah 30 100,00 30 100,00

5.3 Pemanfaatan Tumbuhan di Areal Koridor Halimun Salak oleh Masyarakat

(11)

masyarakat di Desa Cipeuteuy memiliki tingkat pemanfaatan sumberdaya tumbuhan yang tergolong sedang (86,67%), sedangkan tingkat pemanfaatan sumberdaya tumbuhan oleh masyarakat Desa Purwabakti tergolong rendah (60%). Klasifikasi tingkat pemanfaatan tersebut didasarkan pada beberapa variabel yang dapat dilihat pada Lampiran 3.

Gambar 7 Histogram distribusi tingkat pemanfaatan tumbuhan di Koridor Halimun Salak.

Adapun jenis-jenis sumberdaya tumbuhan di kawasan Koridor Halimun Salak yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Cipeuteuy dan Purwabakti ter-dapat perbedaan jumlah jenis. Jenis sumberdaya tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Cipeuteuy lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat Desa Purwabakti, seperti disajikan pada Tabel 19.

Tabel 19 Jenis-Jenis Sumberdaya Tumbuhan di Koridor Halimun Salak yang Dimanfaatkan/Diambil Responden

No. Jenis Sumberdaya Tumbuhan

Desa Cipeuteuy Desa Purwabakti Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % 1. Kayu bakar 23 34,33 15 41,67 2. Kayu bangunan 2 2,99 0 0 3. Tanaman pangan 8 11,94 6 16,67 4. Tanaman obat 7 10,45 3 8,33 5. Tanaman hias 1 1,49 0 0 6. Pakan ternak 17 25,37 11 30,56 7. Tanaman untuk kegunaan lainnya 9 13,43 1 2,78

Jenis-jenis sumberdaya tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Cipeuteuy dan Purwabakti, antara lain :

1) Kayu Bakar

Walaupun masyarakat Desa Cipeuteuy dan Purwabakti sudah mendapat-3.33 86.67 10 60 40 0 0 20 40 60 80 100

Rendah Sedang Tinggi

P er sent a se (%)

Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Alam

Desa Cipeuteuy Desa Purwabakti

(12)

kan subsidi kompor gas gratis dari pemerintah, tetapi masyarakat masih tetap menggunakan kayu bakar untuk memasak. Intensitas penggunaan kayu bakar lebih sering daripada kompor gas. Kompor gas ini biasanya digunakan hanya sesekali saja. Kayu bakar merupakan sumberdaya tumbuhan yang paling sering dimanfaatkan/diambil oleh masyarakat Desa Cipeuteuy dan Purwabakti. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah terbiasa menggunakan kayu bakar. Adapun harga gas dan minyak tanah di daerah ini relatif tinggi. Harga gas mencapai Rp 20.000/3 kg, sedangkan harga minyak tanah mencapai Rp 10.000/liter.

Pemanfaatan kayu bakar di Koridor Halimun Salak dilakukan dengan cara mengambilnya dari ranting-ranting yang jatuh untuk jenis-jenis pohon dan dengan cara menebangnya. Pemanfaatan dengan cara menebang pohon merupakan pe-manfaatan sumberdaya alam hayati yang dapat merusak dan dapat berakibat me-nurunnya fungsi ekologis kawasan. Jumlah kayu bakar yang dimanfaatkan oleh masyarakat di kedua desa tersebut rata-rata sebanyak 1 pikul per rumahtangga per minggu.

Adapun jenis-jenis tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat sebagai kayu bakar antara lain kaliandra (Calliandra calothyrsus), kirinyuh, ranting-ranting yang jatuh, dan bambu. Kaliandra terdapat di dalam Koridor Halimun Salak dan ada pula yang terletak di pinggiran serta lahan masyarakat, sedangkan kirinyuh dan bambu yang dimanfaatkan oleh masyarakat terletak pinggiran kawasan dan lahan masyarakat.

2) Kayu bangunan

Sumberdaya tumbuhan yang berasal dari dalam Koridor Halimun Salak yang digunakan sebagai bahan bagunan yaitu hamerang (Ficus grossularioides Bum.f.). Masyarakat Desa Cipeuteuy yang menjadi responden yang manfaatkan hamerang sebanyak dua orang. Sebagian besar masyarakat me-manfaatkan sumberdaya tumbuhan sebagai bahan bangunan berasal dari lahan masyarakat, seperti sengon (Paraserianthes falcataria), kayu Afrika (Maesopsis

eminii), hamirung (Vernonia arborea), manglid, dan bambu. Sebagian besar

sumberdaya tumbuhan tersebut merupakan jenis eksotik. Frekuensi pemanfaatan kayu bahan bangunan tersebut tidak sering dilakukan. Dalam setahun, masyarakat memanfaatkannya sekitar satu kali.

(13)

3) Tanaman pangan

Sebagian besar masyarakat juga memanfaatkan sumberdaya hayati yang berada di dalam Koridor Halimun Salak sebagai tanaman pangan dalam bentuk lalapan. Jenis-jenis tanaman pangan yang sering dimanfaatkan, yaitu reundeu (Staurogyne elongata) dan poh-pohan (Buchanania arborescens). Adapun di desa Cipeuteuy, responden yang memanfaatkan reundeu dan poh-pohan masing-masing sebanyak 4 orang, sedangkan responden di Desa Purwabakti yang me-manfaakan reundeu dan poh-pohan masing-masing sebanyak 3 orang.

Lokasi pemanfaatan tanaman tersebut tidak hanya berada di dalam kawas-an, tetapi juga di lahan atau pekarangan rumah masyarakat. Adapun frekuensi pemanfaatan tanaman pangan tersebut tidak sering dilakukan, dalam satu bulan sekitar empat kali.

4) Tanaman Obat

Tanaman obat merupakan salah satu sumberdaya yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebagian besar tanaman obat yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Distribusi Pemanfaatan Jenis Tumbuhan Obat di Desa Cipeuteuy dan Purwabakti

No. Jenis Tumbuhan Obat

Desa Cipeuteuy Desa Purwabakti Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % 1. Pulus 1 14,29 0 0,00 2. Cipatuher 2 28,57 0 0,00 3. Rane 1 14,29 3 100,00 4. Pacing 1 14,29 0 0,00 5. Cangkuang (Pandanus furcatus) 2 28,57 0 0,00 Jumlah Pengguna 7 100,00 3 100,00

Tabel 20 menunjukkan bahwa masyarakat Desa Cipeuteuy yang memanfaatkan jenis tumbuhan obat lebih banyak dibandingkan masyarakat Desa Purwabakti. Kegunaan dari masing-masing tanaman obat tersebut, antara lain : pulus untuk obat batuk, cipatuher untuk obat gatal, rane untuk obat luka, pacing untuk obat mencret dan perut kembung, dan cangkuang sebagai obat batuk.

(14)

5) Tanaman hias

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden bahwa masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya hayati sebagai tanaman hias yang berasal dari dalam kawasan Koridor Halimun Salak hanya di Desa Cipeuteuy saja yang berjumlah satu orang. Tanaman hias tersebut dikembangkan oleh responden di pekarangan rumahnya.

6) Pakan ternak

Masyarakat di kedua desa tersebut memanfaatkan sumberdaya tumbuhan sebagai pakan ternak. Pakan ternak yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Cipeuteuy berjumlah dua jenis, yaitu rumput dan nampong, sedangkan masya-rakat Desa Purwabakti berjumlah satu jenis, yaitu rumput.

Rumput merupakan salah satu sumberdaya tumbuhan yang sangat dibutuh-kan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan bahan padibutuh-kan bagi hewan ternak (Gambar 8). Hal ini karena sebagian besar masyarakat Desa Cipeuteuy memiliki hewan ternak berupa domba. Pengambilan rumput ini biasanya dilakukan tiap hari sebanyak 1 ikat (20 kg). Hewan ternak ini merupakan pemberian dari pihak taman nasional sebanyak 15 ekor dan dari dinas peternakan sebanyak 8 ekor. Adapun pe-ngelolaan hewan ternak ini dilakukan dengan sistem bergulir. Maksudnya, apabila salah seorang warga mendapatkan bibit ternak, maka harus dikembangbiakkan, sehingga menghasilkan anakan. Anakan tersebut diberikan kepada warga lain dan anakan tersebut harus dikembangbiakkan lagi sampai memperoleh anakan, dan begitu seterusnya. Hewan ternak ini dapat digunakan sebagai tabungan bagi masyarakat yang dapat dijual sewaktu-waktu dan diharapkan mampu me-ningkatkan pendapatan masyarakat.

(15)

7) Tanaman untuk kegunaan lainnya

Hasil penelitian (Tabel 21) menunjukkan bahwa masyarakat Desa Cipeuteuy lebih banyak menggunakan tanaman kegunaan lainnya dibandingkan masyarakat Desa Purwabakti.

Tabel 21 Distribusi Pemanfaatan Tanaman Kegunaan Lainnya di Desa Cipeuteuy dan Purwabakti

No. Tanaman

Kegunaan Lainnya

Desa Cipeuteuy Desa Purwabakti Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % 1. Bambu 4 44,44 1 100,00 2. Hariang 2 22,22 0 0,00 3. Tepus 2 22,22 0 0,00 4. Patat 1 11,11 0 0,00 Jumlah Pengguna 9 100,00 1 100,00

Bambu sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai saluran air dan ke-perluan lain seperti pagar dan dinding rumah. Keberadaan bambu ini letaknya ber-batasan dengan Koridor Halimun Salak. Adapun hariang, tepus dan patat me-rupakan jenis sumberdaya hayati yang digunakan oleh masyarakat sebagai pem-bungkus makanan. Selain itu, batang tepus digunakan oleh masyarakat sebagai bahan untuk membangun kandang.

Manfaat keberadaan Koridor Halimun Salak yang sangat dirasakan oleh masyarakat adalah tersedianya air bersih, udara yang bersih dan segar, dan mengurangi banjir dan tanah longsor. Ketersediaan air bersih ini sangat diperlukan oleh masyarakat untuk menunjang kehidupan sehari-harinya, seperti untuk keperluan memasak, minum, mandi, mencuci, mengairi lahan pertanian dan sebagainya. Ketersediaan air bersih yang dihasilkan oleh alam dan lingkungan tersebut memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

5.4 Persepsi Masyarakat terhadap Rencana dan Pelaksanaan Kegiatan Restorasi Koridor Halimun Salak

5.4.1 Persepsi Masyarakat sekitar terhadap Keberadaan Koridor Halimun Salak

Hasil Penelitian (Gambar 9) menunjukkan bahwa masyarakat Desa Cipeuteuy terhadap keberadaan Koridor Halimun Salak pada umumnya memiliki tingkat persepsi yang tergolong sedang (40%), sedangkan masyarakat Desa

(16)

23.33 40 36.67 53.33 36.67 10 0 20 40 60

Rendah Sedang Tinggi

P er sent a se (%) Tingkat Persepsi Desa Cipeuteuy Desa Purwabakti Purwabakti memiliki tingkat persepsi yang tergolong rendah (53,33%).

Gambar 9 Histogram distribusi tingkat persepsi responden terhadap keberadaan Koridor Halimun Salak.

Masyarakat di Desa Cipeuteuy pada umumnya mengetahui terdapat Koridor Halimun Salak yang merupakan penghubung antara Gunung Halimun dan Gunung Salak. Selain itu, masyarakat juga mengetahui bahwa Koridor Halimun Salak dapat berfungsi sebagai jalur pergerakan satwa. Berbeda dengan masyarakat Desa Cipeuteuy, sebagian besar masyarakat Desa Purwabakti yang menjadi responden tidak mengetahui bahwasanya hutan yang berbatasan dengan wilayah mereka merupakan kawasan Koridor Halimun Salak yang meng-hubungkan Gunung Halimun dan Gunung Salak. Hal ini disebabkan belum ada-nya sosialisasi secara komprehensif dari pihak taman nasional.

Masyarakat merasakan banyaknya manfaat dengan adanya Koridor Halimun Salak, antara lain : tersedianya bahan konstruksi, tersedianya kayu bakar, tersedianya obat-obatan, tersedianya air bersih, mengurangi banjir dan tanah longsor, tersedianya udara yang bersih dan segar, serta tersedianya panorama alam yang indah. Masyarakat pun sudah mengetahui status dan peraturan-peraturan yang berlaku di kawasan tersebut. Hal ini karena Kampung Sukagalih merupakan kampung konservasi. Pihak taman nasional sudah melaksanakan sosialisasi di kampung ini dan sudah diinisiasi terbentuknya KOPEL (Kelompok Pelestari Lingkungan).

Selain itu, sebagian besar masyarakat kedua desa tersebut juga mengetahui bahwa keberadaan Koridor Halimun Salak bermanfaat bagi kehidupan satwaliar, seperti pada Tabel 22.

(17)

Tabel 22 Manfaat Koridor Halimun Salak bagi Kehidupan Satwaliar Manfaat

Koridor Halimun Salak

Desa Cipeuteuy Desa Purwabakti Jumlah

(orang)

% Jumlah

(orang)

% Tempat pergerakan satwaliar 19 33,33 8 19,05 Tempat tinggal satwaliar 19 33,33 15 35,71 Tempat mencari makan

satwaliar

19 33,33 15 35,71

Tidak ada manfaatnya 0 0,00 4 9,52

Jumlah 99,99 99,99

Kedua desa yang menjadi lokasi penelitian tersebut memiliki jarak yang dekat dengan kawasan koridor Halimun Salak yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 5-10 menit, sehingga masyarakat tersebut sering berinteraksi dengan kawasan hutan dan sekitarnya. Dari proses tersebut, masyarakat di kedua desa dapat mengetahui manfaat adanya Koridor Halimun Salak bagi kehidupan satwaliar.

Hal ini didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman masyarakat yang pernah melihat secara langsung satwaliar yang berada di kawasan. Adapun satwa-liar yang pernah masyarakat temukan/jumpai, antara lain : babi hutan, lutung, elang, owa jawa, musang dan ular.

5.4.2 Persepsi Masyarakat terhadap Rencana Restorasi Koridor Halimun Salak

Gambar 10 Histogram persepsi masyarakat terhadap rencana restorasi Koridor Halimun Salak.

Hasil penelitian (Gambar 10) menunjukkan bahwa persepsi masyarakat Desa Cipeuteuy dan Purwabakti terhadap rencana restorasi Koridor Halimun Salak memiliki tingkat persepsi yang tergolong sedang. Nilai persentase untuk Desa Cipeuteuy sebesar 80%, sedangkan Desa Purwabakti sebesar 60%. Perbeda-an nilai persentase tersebut dikarenakPerbeda-an yPerbeda-ang menjadi responden di Desa Cipeuteuy yaitu masyarakat yang tinggal di Kampung Sukagalih yang merupakan

10 80 10 40 60 0 0 20 40 60 80 100

Rendah Sedang Tinggi

P er sent a se (%) Tingkat Persepsi Desa Cipeuteuy Desa Purwabakti

(18)

kampung konservasi. Masyarakat Kampung Sukagalih sudah memiliki tingkat pemahaman dan kesadaran yang cukup tinggi terhadap kelestarian Koridor Halimun Salak dibandingkan dengan masyarakat Desa Purwabakti. Selain itu, masyarakat Desa Cipeuteuy sudah memiliki kebiasaan dalam menjaga kawasan hutan dari sejak dulu ketika kawasan dikelola oleh Perum Perhutani. Pada umum-nya masyarakat meumum-nyambut baik dengan adaumum-nya rencana restorasi Koridor Halimun Salak yang dicanangkan oleh pihak taman nasional, namun dalam proses perumusan rencana aksi restorasi Koridor Halimun Salak, masyarakat belum dilibatkan.

Persepsi masyarakat yang tergolong sedang yang berarti tidak cenderung ekstrem rendah dan tidak ekstrem tinggi tersebut dapat menjadikan peluang bagi pihak taman nasional. Masyarakat memandang cukup baik terhadap adanya rencana restorasi Koridor Halimun Salak. Pihak taman nasional dapat me-manfaatkan kondisi tersebut dengan menyusun strategi untuk dapat mengarahkan masyarakat pada persepsi yang positif. Hal ini akan berimplikasi positif terhadap pengelolaan Koridor Halimun Salak. Karena dalam pengelolaan Koridor Halimun Salak tersebut memerlukan kerjasama dari masyarakat dan para stakeholder, sehingga akan terwujud fungsi Koridor Halimun Salak yang optimal.

Responden berpendapat bahwa lahan yang kosong/rusak perlu dilakukan rehabilitasi dan upaya ini penting dilakukan. Masyarakat pun menyetujui jika

lahan yang direhabiltasi tersebut ditanami dengan jenis-jenis asli (native species), seperti puspa (Schima wallichii), rasamala (Altingia excelsa), huru, dan aren

(Arenga pinnata). Masyarakat setuju dengan konsekuensi bahwa tanaman asli tersebut dapat memberikan manfaat baik secara ekologis maupun ekonomis bagi mereka, contohnya aren. Masyarakat berpandangan bahwa aren ini merupakan tanaman yang serbaguna yang dapat dimanfaatkan bagian-bagiannya dibanding-kan dengan tanaman kehutanan yang tidak diperbolehdibanding-kan untuk dimanfaatdibanding-kan.

Pada umumnya, masyarakat pun mengetahui beberapa jenis tanaman eksotik di kawasan Koridor Halimun Salak, seperti kaliandra, kayu afrika dan tanaman buah-buahan. Masyarakat mengartikan jenis tanaman eksotik adalah tanaman yang ditanam oleh manusia baik sengaja maupun tidak sengaja. Masyarakat menginginkan jika kaliandra tidak seluruhnya diganti dengan tanaman

(19)

asli kawasan. Hal ini karena tanaman asli kawasan tidak dapat mereka manfaatkan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masyarakat pun me-nginginkan agar tanaman eksotik tersebut diganti dengan tanaman asli yang manfaatnya hampir sama, seperti kaliandra yang memiliki manfaat sebagai kayu bakar dan pakan ternak diganti dengan rumput jampang pait yang digunakan sebagai pakan ternak juga. Hal ini karena masyarakat masih memiliki ke-tergantungan yang cukup tinggi terhadap kaliandra sebagai kayu bakar dan pakan ternak. Kayu bakar dan pakan ternak dari kaliandra memiliki kualitas yang cukup baik. Akan tetapi, masyarakat belum memahami sifat dari kaliandra yang dapat menginvasi suatu kawasan. Apalagi jika kaliandra ditebang, maka bijinya akan menyebar sehingga akan tumbuh tunas-tunas yang baru.

Masyarakat menyetujui jika lahan Koridor Halimun Salak yang sudah di-garap dikelola dengan sistem tumpang sari/agroforestri. Perpaduan tanaman yang menjadi pilihan masyarakat, antara lain : cabe, kol, kacang panjang, tomat, alpukat, dan kopi arabika. Beberapa usaha yang dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat Koridor Halimun Salak agar tidak tergantung pada sumber daya yang terdapat di hutan, antara lain : peternakan domba dan perikanan. Masyarakat Kampung Sukagalih menyatakan bahwa mata pencaharian utama mereka adalah pertanian, tetapi pendapatan yang mereka peroleh lebih besar dari peternakan domba dibandingkan dengan hasil pertanian.

5.4.3 Persepsi Masyarakat terhadap Pelaksanaan Kegiatan Restorasi Koridor Halimun Salak

Sebagian besar masyarakat Desa Cipeuteuy yang mengetahui tentang restorasi sebesar 83,33%, sedangkan masyarakat Desa Purwabakti sebesar 40 %, seperti disajikan pada Gambar 11.

Gambar 11 Histogram pengetahuan responden terhadap restorasi Koridor Halimun Salak

(20)

16.67 63.33 20 0 20 40 60 80

Rendah Sedang Tinggi

P er sen tase ( %) Tingkat Persepsi

Masyarakat yang menjadi responden pada umumnya mengetahui istilah restorasi dalam pengertian sempit seperti rehabilitasi/penghijauan saja. Sebagian besar masyarakat mengetahui istilah tersebut dari petugas kehutanan. Masyarakat Kampung Sukagalih yang menjadi responden menyatakan sudah dilibatkan secara langsung dalam kegiatan restorasi. Masyarakat dilibatkan dalam kegiatan pe-nanaman dan pemeliharaan tanaman kehutanan, sedangkan masyarakat Desa Purwabakti belum dilibatkan dalam kegiatan ini. Adapun tingkat persepsi masyarakat Desa Cipeuteuy terhadap pelaksanaan kegiatan restorasi tergolong sedang (63,33%), seperti disajikan pada Gambar 12. Penanaman ini dilakukan secara swadaya oleh masyarakat.

Gambar 12 Histogram tingkat persepsi masyarakat Desa Cipeuteuy terhadap pelaksanaan kegiatan restorasi Koridor Halimun Salak

Berdasarkan pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan restorasi di Desa Cipeuteuy khususnya di Kampung Sukagalih telah mulai di-lakukan dengan penanaman jenis asli, seperti aren, puspa, rasamala, huru, dan pasang di lahan taman nasional yang kosong yang dikelola secara tumpangsari oleh masyarakat. Adapun tanaman pertanian yang ditanam di lahan tumpangsari tersebut adalah cabe. Jarak tanam penanaman jenis asli tersebut yaitu 4mx6m. Penanaman jenis asli tersebut dilakukan secara bertahap dan mulai dilakukan secara adopsi dengan harga sekitar Rp 50.000/pohon. Namun, program adopsi pohon ini belum dilakukan secara menyeluruh. Uang yang diperoleh dari adopsi pohon dan tanaman tumpangsari/sela tersebut dimasukkan ke dalam kas KOPEL, sedangkan hasil dari aren belum dapat dirasakan oleh masyarakat karena me-merlukan waktu yang lama untuk dapat panen. Di lahan damar ditanam pula kapol (Gambar 13).

(21)

Kegiatan restorasi yang telah dilakukan ini merupakan inisiasi awal pe-mulihan ekosistem Koridor Halimun Salak. Kegiatan ini dilaksanakan secara swadaya oleh masyarakat sekitar dan bekerjasama dengan para pihak. Kegiatan ini telah dilaksanakan diantaranya oleh pihak taman nasional bekerjasama dengan masyarakat Kampung Sukagalih dan pemerintah Kabupaten Sukabumi yang ber-lokasi di ber-lokasi khusus dekat Kampung Sukagalih dan di sela-sela lahan pertanian masyarakat.

Namun kegiatan restorasi ini belum dilakukan secara serentak dan me-nyeluruh. Hal ini karena masih dalam kegiatan penelitian dan pengamatan ter-hadap plot percobaan yang berlokasi di blok Cisarua dan blok Gunung Halimun di Koridor Halimun Salak. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh teknik dan cara yang efektif dalam merestorasi kawasan yang rusak dan sudah diinvasi oleh kaliandra merah (Calliandra calothyrsus) khususnya. Dengan demikian, di-harapkan kegiatan ini dapat mendukung keberhasilan proses pemulihan ekosistem Koridor Halimun Salak dalam jangka panjang. Kegiatan penelitian ini telah di-laksanakan sejak November 2008.

Responden mengetahui aturan-aturan yang berlaku di Koridor Halimun Salak. Pengetahuan masyarakat terhadap aturan-aturan yang berlaku relatif ter-batas. Mereka hanya mengetahui terbatas pada tidak diperbolehkannya me-lakukan penebangan pohon, membakar hutan, serta mengambil vegetasi dan satwaliar saja. Hal ini diketahui oleh masyarakat melalui sosialisasi oleh pihak taman nasional dan terdapatnya papan larangan seperti disajikan pada Gambar 14.

(22)

Gambar 14 Papan Larangan.

Masyarakat pun sering dilibatkan dalam kegiatan survey, pengontrolan dan patroli bersama pihak taman nasional. Masyarakat Desa Cipeuteuy memiliki kekompakan yang cukup tinggi dalam menjaga dan mengamankan kawasan Koridor Halimun Salak yang berada di dekat wilayah mereka. Selain itu, masyarakat pernah dilibatkan membantu dalam kegiatan penelitian. Partisipasi aktif masyarakat merupakan kunci keberhasilan yang menjamin keberhasilan kegiatan pemulihan ekosistem Koridor Halimun Salak.

Dalam pelaksanaan kegiatan restorasi, misalnya penanaman, ternyata masyarakat mengalami kendala. Kendala-kendala yang dihadapi masyarakat, antara lain : kurangnya pengetahuan dalam melakukan pembibitan yang efektif dan dengan adanya musim kemarau, maka tanaman menjadi layu bahkan mati. Kegiatan penanaman tersebut sudah dilaksanakan pada tahun 2005.

5.4.3 Persepsi Masyarakat terhadap Dampak Kegiatan Restorasi Koridor

Halimun Salak

Sebagian besar responden yang telah terlibat dalam kegiatan restorasi menyatakan bahwa kegiatan ini akan berdampak positif baik terhadap masyarakat maupun satwaliar. Adapun dampak positif bagi masyarakat, antara lain air akan terus mengalir untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mengairi persawahan. Responden mengemukakan bahwa pertanian yang dialiri air dari Koridor Halimun Salak menghasilkan panen yang kualitasnya baik jika dibandingkan dengan per-tanian yang tidak dialiri air dari gunung secara langsung.

Adapun dampak positif bagi kehidupan satwaliar, antara lain terdapatnya pohon-pohon yang dapat dijadikan lintasan pergerakan terutama bagi owa jawa. Selain itu, dengan adanya kegiatan restorasi maka habitat yang terfragmentasi dapat menjadi pulih dan terhubung kembali.

(23)

Untuk mengukur keeratan hubungan (korelasi) antara karakteristik identitas serta tingkat pemanfaatan tumbuhan dan tingkat persepsi responden terhadap rencana restorasi Koridor Halimun Salak oleh masyarakat yang menjadi responden di Desa Cipeuteuy dan Purwabakti digunakan uji korelasi Spearmen. Hasil uji korelasi Spearmen tersebut disajikan dalam Tabel 23.

Tabel 23 Hasil Uji Korelasi Spearmen antara Karakteristik Responden dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan dengan Tingkat Persepsi Responden terhadap Rencana Restorasi Koridor Halimun Salak

Variabel Desa Cipeuteuy Desa Purwabakti

Nilai Koefisien Korelasi Signifikansi (Probabilitas) Nilai Koefisien Korelasi Signifikansi (Probabilitas) Komposisi Kelompok Umur -0,91 0,633 0,243 0,196 Jumlah Anggota Keluarga 0,117 0,538 0,052 0,783 Tingkat Pendidikan Formal -0,181 0,337 -0,064 0,783 Mata Pencaharian -0,152 0,424 0,139 0,464 Tingkat Pendapatan 0,275 0,141 -0,085 0,656 Luas Pemilikan Lahan 0,021 0,931 -0,018 0,924 Tingkat Pemanfaatan Tumbuhan -0,047 0,807 0,111 0,559

Hubungan antara komposisi kelompok umur dengan persepsi responden terhadap rencana restorasi Koridor Halimun Salak

Berdasarkan hasil uji Spearmen menunjukkan bahwa antara komposisi kelompok umur dengan persepsi responden terhadap rencana restorasi Koridor Halimun Salak memiliki hubungan yang berlawanan (-) di Desa Cipeuteuy, sedangkan memiliki hubungan yang searah (+) di Desa Purwabakti. Namun, secara statistik sebenarnya tidak berhubungan secara nyata/signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini karena tingkat signifikansi dari hubungan diantara kedua variabel tersebut lebih besar dari 0,05 (terima Ho).

Hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan persepsi responden terhadap rencana restorasi Koridor Halimun Salak

Hasil uji Spearmen menunjukkan bahwa antara jumlah anggota keluarga dengan persepsi responden terhadap rencana restorasi Koridor Halimun Salak di

(24)

Desa Cipeuteuy dan Purwabakti memiliki hubungan yang searah (+). Namun, secara statistik tidak berhubungan secara nyata/signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini karena tingkat signifikansi dari hubungan diantara kedua variabel tersebut lebih besar dari 0,05 (terima Ho).

Hubungan antara tingkat pendidikan formal dengan persepsi masyarakat terhadap rencana restorasi Koridor Halimun Salak

Hasil uji Spearmen menunjukkan bahwa antara tingkat pendidikan formal dengan persepsi responden terhadap rencana restorasi Koridor Halimun Salak di Desa Cipeuteuy dan Purwabakti memiliki hubungan yang berlawanan (-). Namun, secara statistik tidak berhubungan secara nyata/signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini karena tingkat signifikansi dari hubungan diantara kedua variabel tersebut lebih besar dari 0,05 (terima Ho).

Hubungan antara mata pencaharian dengan persepsi masyarakat terhadap rencana restorasi Koridor Halimun Salak

Hasil uji Spearmen menunjukkan bahwa antara mata pencharaian dengan persepsi responden terhadap rencana restorasi Koridor Halimun Salak di Desa Cipeuteuy memiliki hubungan yang berlawanan (-), sedangkan di Desa Purwabakti memiliki hubungan yang searah (+). Namun, secara statistik tidak ber-hubungan secara nyata/signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini karena tingkat signifikansi dari hubungan diantara kedua variabel tersebut lebih besar dari 0,05 (terima Ho).

Hubungan antara tingkat pendapatan dengan persepsi masyarakat terhadap rencana restorasi Koridor Halimun Salak

Hasil uji Spearmen menunjukkan bahwa antara tingkat pendapatan dengan persepsi responden terhadap rencana restorasi Koridor Halimun Salak di Desa Cipeuteuy memiliki hubungan yang searah (+), sedangkan di Desa Purwabakti memiliki hubungan yang berlawanan (-). Namun, secara statistik tidak berhubung-an secara nyata/signifikberhubung-an pada taraf kepercayaberhubung-an 95%. Hal ini karena tingkat signifikansi dari hubungan diantara kedua variabel tersebut lebih besar dari 0,05(terima Ho).

(25)

Hubungan antara luas pemilikan lahan dengan persepsi masyarakat terhadap rencana restorasi Koridor Halimun Salak

Hasil uji Spearmen menunjukkan bahwa antara luas pemilikan lahan dengan persepsi responden terhadap rencana restorasi Koridor Halimun Salak di Desa Cipeuteuy memiliki hubungan yang searah (+), sedangkan di Desa Purwabakti memiliki hubungan yang berlawanan (-). Namun, secara statistik tidak berhubungan secara nyata/signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini karena tingkat signifikansi dari hubungan diantara kedua variabel tersebut lebih besar dari 0,05 (terima Ho).

Hubungan antara tingkat pemanfaatan sumberdaya tumbuhan dengan persepsi masyarakat terhadap rencana restorasi Koridor Halimun Salak

Hasil uji Spearmen menunjukkan bahwa antara tingkat pemanfaatan tumbuhan dengan persepsi responden terhadap rencana restorasi Koridor Halimun Salak di Desa Cipeuteuy memiliki hubungan yang berlawaanan (-), sedangkan di Desa Purwabakti memiliki hubungan yang searah (+). Namun, secara statistik tidak berhubungan secara nyata/signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini karena tingkat signifikansi dari hubungan diantara kedua variabel tersebut lebih besar dari 0,05 (terima Ho).

Berdasarkan hasil uji korelasi Spearmen menunjukkan bahwa antara karakteristik responden pada kedua desa tersebut dan tingkat pemanfaatan sumberdaya alam oleh responden terhadap rencana restorasi Koridor Halimun Salak memiliki hubungan yang tidak signifikan yang berarti bahwa karakteristik responden dan tingkat pemanfaatan sumberdaya oleh responden tidak mem-pengaruhi secara signifikan terhadap tingkat persepsi responden terhadap rencana restorasi Koridor Halimun Salak. Hal ini dibuktikan oleh Sarwono (1999) bahwa persepsi pada umumnya berbeda dengan persepsi sosial. Persepsi sosial bergantung kepada komunikasi atau informasi yang diterima. Dalam hal ini responden secara umum mengetahui tentang restorasi tetapi tidak memahami secara komprehensif.

(26)

5.5 Rekomendasi Rencana Kelola Sosial Masyarakat Sekitar Koridor Halimun Salak

Berdasarkan Rencana Aksi Restorasi Koridor Halimun Salak (2009-2013) yang telah disusun oleh pihak Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan kondisi sosial masyarakat sekitar Koridor Halimun Salak maka antara kedua hal tersebut harus diintegrasikan, sehingga luaran-luaran yang diharapkan dapat tercapai. Dari kondisi sosial masyarakat yang telah diketahui, maka dapat disusun rencana kelola sosial yang disajikan dalam Tabel 25.

Tabel 25 Rekomendasi Rencana Kelola Sosial Masyarakat Sekitar Koridor Halimun Salak

Lokasi Rencana Kelola

Kondisi Rencana Program Stakeholder

Desa Cipeuteuy Persepsi masyarakat terhadap Rencana dan Pelaksanaan Restorasi Koridor Halimun Salak tergolong sedang

Peningkatan penyuluhan dan pemahaman terhadap Rencana Aksi Restorasi Koridor Halimun Salak (2009-2013) serta

peningkatan kesadaran moral

- Masyarakat - Taman nasional - Pemerintah daerah Kebupaten Sukabumi Masyarakat masih betumpu pada pertanian, namun belum memiliki pemahaman yang memadai terhadap penanggulangan hama dan penyakit

Peningkatan penyuluhan dari berbagai disiplin ilmu, antara lain :

Bidang pertanian : penyuluhan tentang hama dan penyakit tanaman, pemupukan, serta, pemuliaan tanaman pertanian. Bidang peternakan : pemuliaan

ternak

Bidang kehutanan : silvikultur

- Masyarakat - Dinas Pertanian - Dinas Kehutanan - Dinas Peternakan Tingkat pendidikan formal yang masih kurang memadai

Pengurusan advokasi kepada para donatur atau pemerintah daerah dalam hal pembiayaan pendidikan melalui beasiswa utusan daerah (BUD) Mendirikan perpustakaan - Masyarakat - Pemerintah Kabupaten Sukabumi - LSM Tingkat pendapatan belum mencapai UMR daerah

Pelibatan masyarakat dalam kegiatan entrepreneurship (kewirausahaan) - Masyarakat - Wirausahawan/ pengusaha - Pemerintah Kabupaten Sukabumi - LSM

(27)

Lanjutan Tabel 25

Lokasi Rencana Kelola

Kondisi Rencana Program Stakeholder

Desa Purwabakti Persepsi terhadap keberadaan Koridor Halimun Salak tergolong rendah

Pendekatan kepada masyarakat secara masiv

Sosialisasi dan penyuluhan Pengkaderan Pembentukan kelompok pelestari lingkungan - Masyarakat - Taman nasional - LSM Persepsi terhadap rencana restorasi koridor Halimun Salak tergolong sedang

Peningkatan penyuluhan dan pemahaman terhadap Rencana Aksi Restorasi Koridor Halimun Salak serta peningkatan

kesadaran moral - Masyarakat - Taman Nasional - Pemerintah Kabupaten Sukabumi Tingkat pendapatan cukup rendah

Pengembangan budidaya ternak - Dinas Peternakan - Wirausahawan/

Gambar

Gambar 4  Peta Rencana Restorasi Koridor Halimun Salak.
Tabel 14  Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal di Desa  Cipeuteuy dan Purwabakti
Tabel 15  Distribusi Responden Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Cipeuteuy  dan Purwabakti
Tabel 17 Tingkat Pendapatan Responden di Desa Cipeuteuy dan Purwabakti  No.  Tingkat
+7

Referensi

Dokumen terkait

(Contoh materi ajar terlampir). Metode pembelajaran tidak sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru, metode yang

Dari hasil pengujian terlihat bahwa sikap terbang quadrotor relatif stabil dengan simpangan terbesar untuk sudut roll sebesar 0,25°, sudut pitch sebesar 0,2°, dan sudut yaw

Oleh karena itu penulis ingin membuat penelitian yang lebih mendalam tentang keistimewaan zaitun menurut Alquran serta manfaatnya di dalam ilmu kesehatan.

BKKBN KPU MPR MENEG PPN DEPKEU BKKBN KPU MPR MENEG PPN DEPKEU BKN BAPETEN DPR MENKO EKUIN DEPDIKNAS PPATK BATAN DPD MENEG PAN DEPKES BNP2TKI BPLS MK MENEG POLKAM DEPKUMHAM KPK BMG

Dari ke empat sanggar seni yang diketahui informasinya, kemudian ditetapkan salah satu sanggar yang memungkinkan untuk dijadikan objek penelitian dengan ujicoba

Setelah diterapkan model ini pada materi kalor X di kelas eksperimen dan kelas kontrol, menunjukkan hasil bahwa: (1) kemampuan berpikir analitis siswa kelas eksperimen

Penelitian Elangovan dkk melaporkan bahwa walaupun menggunakan dializer yang luas, kec epatan aliran darah dan aliran dialisat yang tinggi penderita berat badan ³80 kg

Setelah implementasi dan pengujian maka sistem real-time untuk manajemen penjemputan penumpang mobil antarkota menggunakan Google Maps ini dapat memberikan solusi