• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan activity based costing system pada pembebanan BOP dalam penghitungan unit cost - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penerapan activity based costing system pada pembebanan BOP dalam penghitungan unit cost - USD Repository"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

PENGHITUNGAN UNIT

COST

Studi Kasus pada PT. Mondrian Group Klaten

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh :

ARIS HANDRIYANTO NIM : 002114028

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

(2)
(3)
(4)

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 November 2006 Penulis

Aris Handriyanto

(5)

Skripsi ini kupersembahkan bagi:

Tuhan Yang Maha Kuasa

Kedua Orang Tuaku yang dengan penuh kasih sayang, cinta dan asa

memberikan kepadaku dorongan, dukungan dan doa untuk mencapai

segala harapan dan cita-citaku;

Kakakku dan adik-adikku yang dengan penuh ketulusan mendukungku

dan menemani persahabatan keluarga;

Seseorang yang menjadi tumpuan dan harapan dihatiku yang dengan

penuh kasih dan kesabaran telah membantuku dan senantiasa

mendorongku;

Almamater tercinta, Universitas Sanata Dharma

(6)

“Kasihilah sesamamu manusia

seperti engkau mengasihi dirimu sendiri” (Love Jesus Christ)

“Ketegaran hidup adalah cara pandang kita untuk tidak metengadahkan kepala keatas namun dengan melihat kebawah, karena

apapun yang kita punyai belum tentu dimiliki orang lain”

(Yulianus Hanggono)

“Dilema kehidupan merupakan dampak kegagalan untuk meraih kebijaksanaan berfikir dan cara pandang untuk menapak satu langkah kedepan dalam pergulatan hidup

dimasa yang akan datang” (Fransiscus Arist)

(7)

Studi Kasus pada PT.MONDRIAN GROUP KLATEN ARIS HANDRIYANTO

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2006

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya perbedaan antara BOP yang dibebankan oleh perusahaan dengan BOP yang dibebankan berdasarkan Activity Based Costing System.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dokumentasi, observasi dan interview. Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada PT.Mondrian Group, Klaten. Teknik analisa data yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah: dengan membandingkan pembebanan BOP yang dibebankan menurut perusahaan dengan berdasarkan ABC System.

Dari hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan biaya overhead pabrik yang dibebankan pada produk : a) BOP yang dibebankan pada kaos Dadung Dewasa (All size) sebesar Rp. 173.448.526,32, b) BOP yang dibebankan pada kaos Dadung Remaja (All size) menjadi Rp. 21.243.987,94, c) BOP yang dibebankan pada kaos Dadung Wanita (All size) menjadi Rp. 27.851.024,62, d) BOP yang dibebankan pada kaos Dadung Anak (All size) menjadi Rp. 112.490.167,04, e) BOP yang dibebankan pada kaos B-Gaya (All size) menjadi Rp. 204.646.210,96, f) BOP yang dibebankan pada kaos d,Mo Olah Raga (All size) menjadi Rp. 227.120.863,85. Perbedaan tersebut menyebabkan harga pokok produk per unit yang dibebankan pada setiap produk menjadi: a) Harga pokok produk Kaos Dadung Dewasa Rp. 21.743,14 per unit, b) Harga pokok produk Kaos Dadung Remaja menjadi Rp.22.900,46 per unit, c) Harga pokok produk Kaos Dadung Wanita menjadi Rp. 22.809,47 per unit, d) Harga pokok produk Kaos Dadung Anak menjadi Rp. 24.316,72 per unit, e) Harga pokok produk Kaos B-gaya menjadi Rp. 32.151,26 per unit, f) Harga pokok produk Kaos d,Mo Olah Raga menjadi Rp. 17.770,97 per unit. Dari hasil analisis tersebut, perusahaan dapat menerapkan Activity Based Costing System.

(8)

A Case Study at PT.MONDRIAN GROUP, KLATEN

ARIS HANDRIYANTO SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA 2006

This research goal was to know the level of difference between the BOP charged by company and the one based on Activity Based Costing System.

The techniques of data collecting were documentation, observation and interview. This research type was case study of at PT.MONDRIAN Group, Klaten. The data analtsis technique conducted to answer the problem was by comparing the BOP charged by the by according to company and the one based on ABC System.

From the analysis result, it could be concluded that the differences of factory overhead cost charging which was charged to the product were: a) BOP which was charged to Kaos Dadung Dewasa ( All Size) equal to Rp. 173.448.526,32, b) BOP which was charged to Kaos Dadung Remaja ( All Size) became Rp. 21.243.987,94, c) BOP which was charged to Kaos Dadung Wanita ( All Size) became Rp. 27.851.024,62, d) BOP which was charged to Kaos Dadung Anak ( All Size) became Rp. 112.490.167,04, e) BOP which was charged to Kaos B-Gaya ( All Size) became Rp. 204.646.210,96, f) BOP which was charged to Kaos d,Mo Olah Raga ( All Size) became Rp. 227.120.863,85. The differences caused the unit cost of good sold charged to each product became: a) Cost of good sold of Kaos Dadung Dewasa became the Rp. 21.743,14 per unit, b) Cost of good sold of Kaos Dadung Remaja became the Rp.22.900,46 per unit, c) Cost of good sold of Kaos Dadung Wanita became the Rp. 22.809,47 per unit, d) Cost of good sold of Kaos Dadung Anak became the Rp. 24.316,72 per unit, e) Cost of good sold of Kaos B-Gaya became the Rp. 32.151,26 per unit, f) Cost of good sold of Kaos d,Mo Olah Raga became the Rp. 17.770,97 per unit. From the analysis result, the company can apply the Activity Based Costing System.

(9)

Esa, sejahtera dibumi dan seisinya atas limpahan berkat, karunia dan petunjuk-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun guna melengkapi persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma di Yogyakarta.

Penelitian dalam skripsi ini ditujukan untuk mengetahui perhitungan biaya per unit yang dapat diterapkan menggunakan perhitungan biaya berbasis aktivitas.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Romo Dr. Ir. P. Wiryono P., S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma. 2. Bapak Drs. Alex Kahu Lantum, M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu FR. Reni Retno Anggraeni, S.E., M.Si, Akt selaku dosen wali kelas.

4. Bapak Drs. Gabriel Anto Listianto, MSA., Akt. Selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan penuh kesabaran memberikan bimbingan, masukan, dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Firma Sulistiyowati, S.E., M.Si. Selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dalam penyusunan skripsi ini serta memberikan masukan yang berarti bagi skripsi ini.

(10)

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma atas ilmu yang telah diberikan.

8. Segenap Staf Pojok Bursa Efek Jakarta, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (ma’kasih ya Mba’ heni atas bantuannya).

9. Staf perpustakaan Universitas Sanata Dharma

10.Kedua Orang Tuaku yang memberikan dukungan materi dan moril hingga terselesaikannya skripsi ini.

11.Kakakku dan adik-adikku yang dengan penuh kasih memberikan bantuan, doa, dan dorongan dalam penulisan skripsi ini.

12.Yudhianti Primastuti, yang telah memberikan motivasi dan semangat untukku, makasih banyak atas semua yang kamu lakukan untukku hingga hidupku seperti ini.

13.Mas Agung, Personalia PT.Mondrian Group yang telah memberikan segala dukungan dan informasi data yang saya inginkan.

14.Keluarga besar AKT”00 khususnya kelas A : Aris Solo(Mbah Gluduk), Tian, Dendi, Watik, Siti, Susan, Deni(Gedank), Borom, Novsi, Anto, Boni, dan masih banyak lagi terima kasih atas kebersamaan selama ini.

15.Sahabat-sahabatku : Cemani, Gepenk, Susi, Koko, Om B’D, Januar, Robertus, Njemblux, Firlo, Cemenk, Mithun Oi, (Anak-anak Alladien, Paingan Sepha

(11)

Hendra, Kupang “Kamus Kost”, Verdi, Guntur “thanks print warnanye”, Henry, Robe, dan semua yang tak mungkin aku sebutkan satu persatu. Terima kasih semua.

Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat sebagai bahan masukan dalam melakukan penelitian lebih lanjut bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 30 November 2006 Penulis

Aris Handriyanto

(12)

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... ... vi

ABSTRAK ... ... vii

ABSTRACT. ... ... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI ... ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 3

C.Batasan Masalah... 3

D.Tujuan Penelitian... 4

E. Manfaat Penelitian... 4

F. Sistematika Penulisan... 5

BAB II LANDASAN TEORI... 7

A. Konsep dan Terminologi Biaya ... 7

1. Konsep Biaya... 7

(13)

2. Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional...20

C. Konsep Dasar Activity Based Costing System ...22

1. Latar Belakang Timbulnya ABCS ...22

2. Pengertian Activity Based Costing System...23

3. Asumsi Activity Based Costing System...24

4. Manfaat Activity Based Costing System ...26

5. Tahap-tahap Pembebanan BOP Berdasarkan ABCS ...27

6. Kondisi yang Diperlukan dalam Penerapan ABCS...31

D. Cost Pool ...33

E. Cost Driver ...34

F. Cost Pool Rate...36

G. Pembebanan BOP dalam Lingkungan Manufaktur Tradisional...36

H. Pembebanan BOP dalam Lingkungan Manufaktur Maju ...40

BAB III METODE PENELITIAN ...43

A.Jenis Penelitian ...43

B.Tempat dan Waktu Penelitian...43

C.Subyek dan Obyek Penelitian ...44

D.Data yang Diperlukan dan Dicari ...44

E. Teknik Pengumpulan Data...44

(14)

B. Lokasi Perusahaan ... 51

C. Misi dan Visi Perusahaan ... 52

D. Struktur Organisasi ... 53

E. Personalia ... 61

1. Jumlah Karyawan ... 61

2. Jam Kerja... 61

3. Penggolongan/ Status Karyawan ... 62

4. Sistem Penggajian ... 63

5. Fasilitas Kerja ... 63

F. Produksi ... 65

1. Hasil Produksi ... 65

2. Proses Produksi ... 66

3. Bahan Baku Produksi ... 69

4. Alat-alat Produksi ... 70

G. Pemasaran... 71

1. Penentuan Harga... 71

2. Daerah Pemasaran ... 71

3. Pemasaran Produk ... 72

H. Promosi... 73

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 76

(15)

C. Saran...118 DAFTAR PUSTAKA ...120 LAMPIRAN

(16)

Tabel 5.2 Prosentase Biaya Produksi Tahun 2003... 77

Tabel 5.3 Daftar Penggunaan Bahan Baku Tahun 2003. ... 78

Tabel 5.4 Daftar Biaya Tenaga Kerja Langsung Tahun 2003. ... 79

Tabel 5.5 Daftar Biaya Tenaga Kerja Langsung per Produk Tahun 2003. ... 79

Tabel 5.6 Daftar Prime Cost Tahun 2003 ... 80

Tabel 5.7 Anggaran BOP Tahun 2003... 81

Tabel 5.8 Daftar Perhitungan BOP Tahun 2003 ... 82

Tabel 5.9 Daftar Perhitungan Unit Cost Tahun 2003 ... 83

Tabel 5.9 Daftar Aktivitas Tahun 2003... 87

Tabel 5.10 Daftar Aktivitas Tahun 2003 ... 89

Tabel 5.11 Pengelompokan Aktivitas Berdasarkan Tingkat Proses Tahun 2003 ... 90

Tabel 5.12 Pengelompokan Aktivitas Berdasarkan Tingkat Aktivitas Tahun 2003 . ... 92

Tabel 5.13 Pembebanan Biaya-biaya pada Berbagai Aktivitas Tahun 2003. ... 95

Tabel 5.14 Jenis Aktivitas, Cost Driver, dan Activity Driver Tahun 2003 ... 96

Tabel 5.15 Pengelompokan Cost Pool yang Homogen Tahun 2003 ... 100

(17)

(All Size) Dengan Sistem ABC ...104 Tabel 5.18 Perhitungan BOP per Unit Produk Kaos Dadung Remaja

(All Size) Dengan Sistem ABC. ...105 Tabel 5.19 Perhitungan BOP per Unit Produk Kaos Dadung Wanita

(All Size) Dengan Sistem ABC ...106 Tabel 5.20 Perhitungan BOP per Unit Produk Kaos Dadung Anak

(All Size) Dengan Sistem ABC. ...107 Tabel 5.21 Perhitungan BOP per Unit Produk Kaos Be-Gaya

(All Size) Dengan Sistem ABC ...108 Tabel 5.22 Perhitungan BOP per Unit Produk Kaos d,Mo Olah Raga

(All Size) Dengan Sistem ABC ...109 Tabel 5.23 Daftar Perhitungan Unit Cost Dengan Activity Based

Costing System Tahun 2003. ...110 Tabel 5.24 Perbandingan Selisih BOP Terhadap Produk Antara BOP

Berdasarkan Sistem PT.Mondrian Group Dengan BOP

Berdasarkan ABC System. ...111 Tabel 5.25 Perbandingan Selisih Perhitungan Unit Cost Antara

Perhitungan Unit Cost Berdasarkan sistem PT.Mondrian

Dengan Perhitungan Unit Cost Berdasarkan ABC System. ...112

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi informasi saat ini membawa perusahaan pada era globalisasi, dimana persaingan semakin ketat yang membuat pangsa pasar semakin kecil dan laba perusahaan semakin menurun. Fenomena ini mengakibatkan perusahaan mencari alternatif dalam membangun strategi baru untuk memperbaiki serta meningkatkan posisi pasar.

Informasi yang semakin transparan menyebabkan konsumen mendapat informasi secara lengkap mengenai produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Konsumen mempunyai hak untuk memilih dan menentukan produk mana yang akan dipilih sesuai selera dan dana yang dialokasikan. Produk yang menjadi pilihan konsumen adalah produk yang bermutu, service

yang baik, tepat waktu dan harga yang murah. Hal ini menuntut perusahaan agar terus-menerus melakukan perbaikan terhadap kegiatan-kegiatan dalam menghasilkan produk atau jasa yang value added bagi konsumen. Seperti diketahui bahwa dalam proses produksi ada dua kegiatan yang mempengaruhi, yaitu kegiatan yang bernilai tambah (value added) dan kegiatan yang tidak bernilai tambah (non-value added) bagi konsumen.

Teknologi yang berkembang telah mempengaruhi komposisi biaya produk atau jasa. Penggunaan Komputer dan mesin-mesin akan menurunkan

(19)

biaya tenaga kerja langsung dan sebaliknya akan meningkatkan biaya

overhead pabrik. Pada sistem akuntasi biaya tradisional, biaya overhead

pabrik dialokasikan dengan dasar alokasi yang berkaitan dengan volume produksi. Keadaan inilah yang kadang-kadang menimbulkan distorsi pada proses produksi yang semakin kompleks, karena tidak semua biaya overhead

pabrik berhubungan langsung dengan volume produksi. Distorsi dalam pengalokasian biaya produk akan semakin besar pada perusahaan yang menghasilkan beraneka produk dan jasa. Produk yang beraneka ragam diproduksi dengan beberapa fasilitas manufaktur yang sama. Dengan demikian timbul masalah dalam pengalokasian sumber daya yang dikonsumsi masing-masing produk. Distorsi dalam pembebanan biaya overhead pabrik ini akan mengakibatkan harga pokok produk yang ditetapkan tidak akurat.

Meskipun keakuratan dalam menentukan biaya overhead pabrik sulit ditentukan, manajer harus memperkirakan biaya overhead pabrik yang paling tepat agar dapat memenangkan persaingan. Estimasi biaya terbaik terwujud jika semua biaya dapat ditelusuri langsung ke produk. Hal ini dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang valid. Biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung merupakan biaya yang paling mudah ditelusuri ke produk, karena biaya ini merupakan biaya variabel. Biaya overhead pabrik merupakan unsur biaya produksi yang sulit ditelusuri ke produk.

(20)

mengakui bahwa beberapa biaya lebih tepat dibebankan atas dasar non volume produksi. Biaya aktivitas dibebankan kepada suatu produk berdasarkan pada konsumsi produk atas aktivitas tersebut. Sehingga dapat juga dikatakan bahwa

ABC System dapat memperbaiki penghitungan harga pokok produk.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan antara biaya overhead pabrik (BOP) yang dibebankan didalam penghitungan unit cost yang ditetapkan perusahaan saat ini dengan biaya overhead pabrik (BOP) yang dibebankan didalam penghitungan unit

cost berdasarkan Activity Based Costing System ?

C. Batasan Masalah

Permasalahan dibatasi pada :

1. Proses pembuatan produksi didalam industri manufaktur terdiri dari empat tahap utama : tahap desain dan pengembangan, tahap produksi, tahap distribusi dan tahap pelayanan konsumen. Activity Based Costing System

dapat diterapkan pada semua tahap tersebut. Dalam penelitian ini, penulis hanya membahas penghitungan unit cost pada tahap proses produksinya saja.

(21)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui perbedaan unit cost setiap produk antara biaya overhead

pabrik (BOP) yang dibebankan didalam penghitungan unit cost yang diterapkan PT.Mondrian dengan biaya overhead pabrik (BOP) yang dibebankan didalam penghitungan unit cost berdasarkan Activity Based Costing System.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi perusahaan

Sripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada perusahaan dalam mengambil keputusan untuk masa yang akan datang dan sebagai dasar pertimbangan dalam penentuan penentuan harga pokok produk per unit.

2. Bagi universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi perpustakaan USD, khususnya mengenai Penerapan Activity Based Costing Dalam Penghitungan Unit Cost.

3. Bagi penulis

(22)

F. Sistematika Penulisan Bab I. Pendahuluan

Bab ini berisikan latar belakang masalah, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II. Landasan Teori

Bab ini akan menguraikan secara jelas dan mendasar mengenai teori-teori yang digunakan sebagai dasar dalam mengolah data-data perusahaan yang dijadikan objek penelitian. Dalam bab ini akan menjelaskan teori-teori tentang pemahaman dan manfaat akuntasi biaya dan akuntansi keuangan, biaya produksi, biaya overhead pabrik, sistem perhitungan tradisional, Activity Based Costing System (ABC).

Bab III. Metode Penelitian

Bab ini berisikan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subyek dan obyek penelitian, data yang dicari, teknik analisis data, dan teknik pengumpulan data.

Bab IV. Gambaran Umum Perusahaan

(23)

Bab V. Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini memuat data, penganalisisan data, dan pembahasan.

Bab VI. Penutup

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep dan Terminologi Biaya

Hansen dan Mowen, (2000: 38) berpendapat bahwa biaya (cost)

adalah “kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau masa yang akan datang. Sedangkan beban (expense) adalah biaya yang telah digunakan untuk memperoleh pendapatan. Beban adalah biaya yang sudah kadaluarsa”.

1. Konsep Biaya

Menurut Sugiri (1994: 21-25), terdapat tujuh klasifikasi dari pengelompokan biaya yaitu :

1) Klasifikasi berdasarkan fungsi pokok perusahaan a. Biaya produksi

Adalah biaya–biaya yang diperlukan untuk memperoleh bahan baku (mentah) dari pemasok dan mengubahnya menjadi produk selasai yang siap dijual. Elemen biaya produksi terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

(25)

b. Biaya penjualan

Biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan produk selesai, termasuk biaya iklan, biaya gaji para pramuniaga, biaya angkut barang-barang yang dijual, dan gaji menejer pemasaran.

c. Biaya administrasi

Adalah biaya yang diperlukan untuk administrasi secara umum, seperti gaji eksekutif, biaya penyelengarakan akuntansi, gaji pegawai bagian administrasi, dan biaya bahan habis pakai.

2) Klasifikasi berdasarkan periode mempertemukan dengan pendapatan:

a. Biaya produk

Adalah biaya–biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh atau memperoduksi barang/produk.

b. Biaya periode

Adalah biaya yang diindentifikasi dengan interval waktu tertentu karena tidak diperlakukan untuk memperoleh barang/produk akan dijual.

3) Klasifikasi biaya berdasarkan dapat ditelusurinya ke obyek biaya: a. Biaya langsung (direct cost)

(26)

b. Biaya tidak langsung ( indirect cost)

Adalah biaya yang dikerluarkan untuk lebih dari satu obyek biaya dan tidak dapat ditelusuri kesalahsatu obyek biaya tertentu. Karena biaya ini bersifat umum dan disebut common cost.

4) Klasifikasi biaya berdasarkan hubungannya dengan perubahan volume kegiatan:

a. Biaya tetap

Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap, tidak berubah untuk suatu periode tertentu.

b. Biaya variabel

Adalah biaya yang jumlah totalnya bervariasi secara proposional dengan variasi volume kegiatan, tetapi jumlah per unitnya tetap sama.

5) Klasifikasi biaya berdasarkan kemampuan manajer untuk mengendalikan:

a. Biaya terkendali

Adalah biaya yang secara signifikan dapat dipengaruhi dan dikendalikan oleh manajer tertentu pada periode tertentu. b. Biaya tak terkendali

Adalah biaya yang secara signifikan tidak dapat dipengaruhi dan dikendalikan oleh manager tertentu.

(27)

6) Klasifikasi biaya berdasarkan pengendalian keputusan: a. Biaya relevan

Adalah biaya yang akan terjadi di masa mendatang dan berbeda diantara pelbagai alternatif keputusan.

b. Biaya tak relevan

Adalah biaya yang tidak memenuhi salah satu atau kedua-duanya dari kriteria biaya relevan.

c. Biaya terhindarkan

Adalah biaya yang dapat dihindarkan jika suatu alternatif keputusan diambil.

7) Klasifikasi biaya berdasarkan dampak keputusan terhadap kas keluar:

a. Sunk cost

Adalah biaya yang telah dikeluarkan dan yang tidak dapat diubah oleh keputusan sekarang atau masa yang akan datang. b. Biaya tunai (out-of pocket cost)

Adalah biaya yang membutuhkan pengeluaran kas dimasa mendatang akibat keputusan sekarang atau keputusan yang akan datang.

2. Penelusuran Biaya

(28)

ekonomis dan secara akurat dapat ditelusuri berarti bahwa biaya dibebankan dengan menggunakan hubungan penyebab. Dapat ditelusuri adalah kemampuan untuk membebankan biaya secara langsung pada obyek biaya dengan cara ekonomis sebagai sarana hubungan penyebab.

Menurut Hansen dan Mowen (2000: 38-43), terdapat tiga metode dalam penelusuran biaya yaitu :

1) Penelusuran langsung

Adalah suatu proses mengidentifikasi dan pembebanan biaya yang berkaitan secara khusus dan secara fisik dengan obyek biaya. 2) Penelusuran penggerak/ pendorong

Adalah penggunan pendorong untuk membebankan biaya ke obyek biaya.

3) Pembebanan biaya tidak langsung/alokasi

Karena tidak terdapat hubungan kausal, pengalokasian biaya pada metode ini didasarkan pada kemudahan atau beberapa asumsi yang berhubungan.

B. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional.

(29)

pelaporan kepada pihak luar. Definisi yang sempit sebagaimana dikemukakan diatas kini tidak sesuai lagi dan jelas bukan merupakan deskripsi yang tepat mengenai kegunaan informasi akuntansi biaya. Akuntansi biaya menyediakan alat yang dibutuhkan oleh manajemen dalam perencanaan dan pengawasan aktivitas, peningkatan kualitas dan efisiensi, serta penyusunan keputusan-keputusan rutin dan srategis (Carter dkk, 2002: 8-9).

1. Penentuan Harga Pokok Produk dengan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional.

Dalam sistem akuntansi biaya tradisional, biaya-biaya dicatat, dikumpulkan dan dikendalikan menurut elemen-elemennya yang ada dalam pusat pertanggungjawaban. Biaya-biaya produksi ditentukan menurut banyaknya sumberdaya yang dikonsumsi disetiap pusat biaya.

Dengan cara ini biaya-biaya produksi ditentukan menurut jumlah sumber daya yang dikonsumsi oleh setiap pusat biaya. Selanjutnya dengan perbedaan karakteristik prosers-proses produksi, dikembangkan cara pencatatan, pengklasifikasian, dan penyajian biaya yang berbeda. Pengembangan tersebut sesuai dengan proses yang dilakukan.

(30)

a. Bahan baku

Bahan baku adalah bahan yang digunakan untuk membuat produk selesai. Bahan baku dapat diidentifikasi ke produk dan merupakan bagian integral dari produk tersebut, sebagai contoh adalah kayu yang digunakan untuk membuat daun pintu dan jendela, kertas yang digunakan untuk membuat buku. Bahan baku disebut juga bahan langsung, untuk membedakannya dari bahan lain yang nilainya lebih rendah.

b. Tenaga kerja langsung

Tenaga kerja langsung adalah tenaga yang langsung menangani proses produksi. Pembuat daun pintu dan jendela, operator mesin foto copy, penjahit dan tukang las, serta tukang batu adalah contoh tenaga kerja langsung. Mereka menangani langsung proses produksi dan karenanya dapat diidentifikasi ke produk. Gaji atau upah tenaga kerja langsung merupakan elemen biaya produksi. c. Overhead pabrik

Overhead pabrik adalah biaya–biaya selain bahan baku dan tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk memproduksi barang disebut biaya overhead pabrik (factory overhead atau manufacturing

overheadatau factory burdent). Hubungan biaya overhead terhadap produk adalah hubungan tak langsung.

(31)

pabrik. Penggolongan tersebut diantaranya: penggolongan biaya menurut sifatnya merupakan biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Yang termasuk dalam BOP adalah:

1) Biaya bahan penolong

Bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksinya. 2) Biaya reparasi dan pemeliharaan

Biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan habis pakai

(factrory supplies) dan harga perolehan jasa dari luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplesemen, mesin, kendaraan, dan aktiva tetap lainnya.

3) Biaya tenaga kerja tidak langsung

Tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dihitung secara lansung kepada produk atau pesanan tertentu. Berupa upah, tunjungan, biaya kesejahteraan.

4) Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap. Biaya-biaya depresiasi mesin dan equipment, alat kerja dan aktiva tetap lainnya.

5) Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu

(32)

6) Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai. Yang termasuk didalamnya adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN.

Menurut Hansen dan Mowen (2000: 314-315) terdapat dua metode dalam mengalokasi biaya overhead pabrik yaitu:

a. Tarif pabrik

(33)

kedua, biaya overhead dibebankan pada produk dengan mengalihkan tarif dengan jam tenaga kerja langsung sesungguhnya yang digunakan oleh tiap produk.

Bagan II.I

Pembebanan BOP Berdasarkan Tarif Pabrik

Penelusuran langsung Biaya overhead

Pendorong berdasarkan unit Kelompok

di seluruh pabrik

Sumber: Hansen dan Mowen (2000: 315) Produk

b. Tarif departemen

(34)

kerja) dan jam mesin (untuk departemen padat mesin) digunakan untuk menghitung tarif departemen. Produk yang melalui departemen tersebut diasumsikan mengkonsumsi biaya overhead sebanding dengan pendorong departemen berdasarkan unit. Pada tahap kedua, overhead dibebankan pada produk dengan mengalikan tarif departemen dengan jumlah pendorong yang digunakan pada masing-masing departemen. Seluruh overhead yang dibebankan pada produk hanya merupakan penjumlahan dari jumlah yang diterima dari masing-masing departemen.

Bagan II.2

Pembebanan BOP Berdasarkan Tarif Departemen

Penelusuran langsung penelusuran pendorong alokasi Biaya overhead

Kelompok departemen B Kelompok

departemen A

Pendorong berdasarkan unit Pendorong berdasarkan unit

Sumber: Hansen dan Mowen (2000: 315)

(35)

Menurut Mulyadi (1993: 213), Ada beberapa macam dasar yang dapat dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk diantaranya adalah :

a. Satuan produk b. Biaya bahan baku

c. Biaya tenaga kerja langsung d. Jam kerja langsung

e. Jam mesin

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik adalah:

a. Harus mempertahankan jenis biaya overhead pabrik yang dominan jumlahnya dalam departemen produksi.

b. Harus diperhatikan sifat-sifat biaya overhead pabrik yang dominan tersebut dan eratnya sifat-sifat tersebut dengan dasar pembebanan yang akan dipakai.

2. Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

Melihat keadaan pabrik pada masa kini, menurut Cooper dkk (1991: 82-83), akuntansi biaya tradisional memiliki kelemahan sebagai berikut :

(36)

produk berdasarkan jam tenaga kerja langsung, jam mesin, biaya bahan baku, yang dikonsumsi untuk menghasilkan suatu produk. Pembebanan biaya overhead pabrik atas dasar jam tenaga kerja langsung akan menghasilkan informasi biaya produk yang mengandung distrosi yang berakibat pada ketidakakuratan pembebanan biaya ke produk per unit. Jika harga satuan atau kuantitas yang digunakan oleh sumber daya tidak distribusikan secara akurat ke pusat-pusat biaya dari produk, maka ada kemungkinan terjadinya distrosi harga dan kuantitas.

(37)

1) Beberapa biaya yang dialokasikan ke produk yang tidak ada hubungannya dengan terjadinya biaya tersebut seperti biaya

research dan development.

2) Penghapuskan biaya yang berhubungan dengan produk yang sedang diproduksi, seperti biaya penjualan, biaya administrasi dan umum.

3) Alokasi yang tidak akurat dapat disebabkan karena distorsi kuantitas.

4) Distorsi yang terjadi karena pengalokasian biaya umum dan biaya bersama ke produk. Biaya umum adalah biaya dari sumber yang bias dipisahkan, yang dikeluarkan untuk menghasilkan lebih dari satu macam produk. Biaya bersama adalah biaya yang muncul kalau suatu proses produksi diperlukan untuk menghasilkan lebih dari satu produk.

(38)

C. Konsep Dasar Activity Based Costing System.

1. Latar Belakang Timbulnya Activity Based Costing System.

Activity Based Costing (ABC) System timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi biaya yang mampu merefleksikan konsumsi sumberdaya dalam berbagai kegiatan untuk menghasilkan produk.

Menurut Mulyadi (1993: 15), kebutuhan informasi biaya tersebut didorong oleh lima penyebab, yaitu:

1) Persaingan global yang memaksa manajemen perusahaan mencari berbagai alternatif pembuatan produk yang cost effective

manajemen harus dapat mengidentifikasi non-value added activities dalam pembuatan produk dan menggunakan berbagai

management system untuk menghilangkan non-value added activities.

(39)

3) Untuk memenangkan persaingan, perusahaan harus menerapkan driven strategi yang senantiasa harus secara terus menerus melakukan perbaikan dalam pembuatan produk.

4) Market driven strategi menuntut manajemen perusahaan manufaktur untuk inovatif, seperti produk life cycle menjadi semakin pendek.

5) Pemanfaatan teknologi komputer dalam pengolahan data akuntansi memungkinkan dilakukannya pengolahan berbagai informasi biaya yang sebelumnya tidak terbayangkan pada waktu menggunakan manual sistem, maupun bookeping-machine system.

2. Pengertian Activity Based Costing System.

Menurut Brimson (1991: 47), pengertian akuntansi aktivitas adalah sebagai berikut :

“…is a process of accumulating and tracing cost and performance data a firm’s activities and providing feed back of actual result against the planned cost initiate action where required”.

Menurut Cooper dkk (1992: 266), Activity Based Costing

System memiliki pengerian-pengertian sebagai berikut :

“…is an exiting approach to product costing. It provides cost system desingners with new ways to cost product, focus managerial attention and modify behavior”.

Menurut Horgren dkk (1999: 166), Based Accounting (ABA) atau Activity Based Costing adalah:

(40)

Menurut Supriyono (1994: 230), Activity Based Costing adalah : “sistem yang terdiri dari dua tahap yaitu pertama melacak biaya pada berbagai aktivitas dan kemudian ke berbagai produk. Tahap kedua meliputi pelacakan biaya ke berbagai produk”.

3. Asumsi Activity Based Costing System

Menurut Mulyadi (1993: 11), Ada dua pengertian dasar dalam sistem ABC yaitu :

a. Aktivitas menimbulkan biaya

Activity based costing system berangkat dari anggapan bahwa sumber daya pembantu atau sumber daya secara tidak langsung menyediakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas bukan sekedar menyebabkan timbulnya biaya yang harus dialokasikan. Permintaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan menyebabkan perusahaan melaksanakan aktivitas produk yang menghasilkan produk tersebut. Aktivitas yang dilaksanakan oleh perusahaan ini menyerap sumber-sumber perusahaan. Oleh karena itu produk harus dibebankan biaya dari sumber-sumber perusahaan sesuai dengan aktivitas yang diserap oleh produk tersebut.

b. Produk dan pelanggan menyebabkan timbulnya permintaan atas aktivitas.

(41)

Bagan II.3

Dua Anggapan yang Melandasi ABC System Tersebut Membentuk Konsep Dasar ABC System

Value added and Non value added activities

Produk Aktivitas

Sumber Daya

Sumber : Mulyadi (2000: 383)

(42)

4. Manfaat Activity Based Costing System.

Manfaat dari Activity Based Costing System menurut Cooper dkk (1991: 276-279), yaitu:

1) Memperbaiki mutu pengambilan keputusan.

2) Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus menerus terhadap kegiatan untuk mengurangi biaya overhead.

3) Memberikan kemudahan dalam penentuan biaya relevan.

Menurut Supriyono (1994: 713-715), penerapan sistem akuntansi biaya mempunyai empat keterbatasan atau hambatan yaitu: 1) Sistem penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas mensyaratkan

bahwa perusahaan memproduksi berbagai macam produk dan berada didalam suatu.

2) Sistem penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas lebih menekankan pada permasalahan alokasi atau pembebanan biaya-biaya, ternyata tidak menjelaskan bagaimanakah portofolio atau komposisi produk paling optimal.

3) Secara konseptual, penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas mempunyai kelemahan sebagai berikut :

a. Beberapa biaya masih dialokasikan secara arbriter.

b. Dalam penentuan harga pokok produk masih terdapat penggunaan periode waktu secara arbriter.

(43)

diidentifikasikan terhadap produk tertentu dan analisa harga pokok produk.

4) Sistem penentuan harga pokok produk berdasarkan aktivitas tidak dapat menunjukkan biaya-biaya yang dapat dihindarkan jika suatu produk, jasa atau segmen organisasi tertentu dieliminasi.

5. Tahap-tahap Pembebanan BOP Berdasarkan Activity Based Costing System.

a. Prosedur tahap pertama (Hansen dan Mowen, 2000: 328-337) : 1) Identifikasi berbagai aktivitas

Aktivitas adalah kombinasi manusia, teknologi, bahan mentah, metode dan lingkungan yang memproduksi barang atau jasa tertentu.

Fokus dari perhitungan biaya berdasarkan kegiatan adalah kegiatan. Jadi, mengidentifikasi kegiatan haruslah merupakan langkah pertama dalam mendesain suatu sistem perhitungan biaya berdasarkan kegiatan. Identifikasi kegiatan memerlukan mengamati dan membuat daftar pekerjaan yang dilakukan di dalam organisasi.

2) Pengelompokan berbagai aktivitas

(44)

a) Klasifikasi proses

Suatu proses didefinisikan sebagai suatu seri kegiatan yang saling terkait untuk melakukan suatu tujuan. Perhitungan biaya proses pada proses manufaktur dengan cara-cara membebani biaya ke produk-produk yang melewati proses produksi tertentu. Namun, konsep proses jauh lebih luas dari produksi.

b) Klasifikasi tingkat kegiatan

Aktivitas-aktivitas dikelompokkan ke dalam empat kategori aktivitas (Supriyono, 1994: 237-239) yaitu:

(1) Aktivitas tingkat unit ( unit-level activities)

Aktivitas tingkat unit adalah aktivitas yang dikerjakan setiap satu unit produk diproduksi. Besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi. Sebagai contoh tenaga kerja langsung, jam mesin, dan jam listrik digunakan setiap satu unit produk dihasilkan.

(2) Aktivitas tingkat batch( batch level activities)

(45)

penjadwalan produksi, aktivitas pengelolaan bahan (gerak bahan dan order pembelian), aktivitas inspeksi. (3) Aktivitas tingkat produk (product level activities)

Aktivitas tingkat produk atau penopang produk adalah aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini mengkonsumsi masukan untuk mengembangkan produk atau memungkinkan produk diproduksi dan dijual. Aktivitas ini dapat dilacak pada produk secara individual, namun sumber-sumber yang dikonsumsi oleh aktivitas tersebut tidak dipengaruhi oleh jumlah produk atau batch produk yang diproduksi. Contoh nya aktivitas penelitian dan pengembangan produk, perekayasaan proses, spesifikasi produk, perubahan perekayasaan, dan peningkatan produk.

(4) Aktivitas tingkat fasilitas (facillity level activities)

(46)

produk yang yang berbeda. Contoh aktivitas ini mencakupkan misalnya pemeliharaan bangunan, keamanan, pertamanan, penerangan pabrik, kebersihan serta depresiasi pabrik.

3) Penentuan kelompok-kelompok biaya (cost pool) yang homogen.

Kelompok biaya yang homogen adalah sekumpulan biaya overhead yang dihubungkan secara logis dengan tugas-tugas yang dilaksanakan dan berbagai macam biaya tersebut dapat diterangkan oleh cost driver yang homogen. Agar dapat dimasukkan dalam suatu kelompok biaya yang homogen. Aktivitas-aktivitas overhead harus dihubungkan secara logis dan rasio konsumsi yang sama untuk semua produk

4) Penentuan tarif kelompok (cost pool rate)

Tarif kelompok adalah tarif biaya per unit dari penggerak aktivitas

(cost driver) yang dihitung dengan cara membagi biaya kelompok dengan kapasitas praktis penggerak aktivitas.

Taksiran total biaya pada cost pool

Cost pool rate =

Taksiran cost drive

b. Prosedur tahap kedua

(47)

dan ukuran besarnya sumber daya yang yang dikonsumsi oleh setiap produk dengan perhitungan sebagai berikut:

Overhead pabrik yang dibebankan =

Tarif kelompok x unit penggerak yang dikonsumsi oleh produk

6. Kondisi yang Diperlukan dalam Penerapan Activity Based Costing System.

Dua hal yang mendasar menurut Supriyono (1994: 247-250), yang harus dipenuhi sebelum kemungkinan penerapan Activity Based Costing System, yaitu :

1) Biaya-biaya berdasar non-unit harus merupakan presentase signifikan dari biaya Overhead. Jika biaya-biaya ini jumlahnya kecil, maka sama sekali tidak ada masalah dalam pengalokasian pada tiap produk.

(48)

Syarat Activity Based Costing System menurut Cooper dkk (1991: 372), yaitu :

1) Diversifikasi produk tinggi.

Dengan adanya tingkat diversitas produk yang tinggi maka akan menimbulkan masalah untuk mengalokasikan atau membebankan biaya pada beberapa produk yang menggunakan fasilitas yang sama.

2) Perusahaan menghadapi persaingan yang ketat.

Perusahaan yang berada pada wilayah persaingan yang ketat akan berusaha untuk mendapatkan informasi mengenai harga pokok yang akurat agar dapat mendukung pangambilan keputusan.

3) Biaya-biaya pengukuran untuk menghasilkan informasi biaya produk rendah.

Activity Based Costing System menawarkan suatu metode pembebanan biaya yang lebih akurat yang pada akhirnya dapat mempengaruhi peningkatan laba, hal ini berarti biaya yang akan dikeluarkan untuk perencanaan dan pengoperasian sistem ini lebih rendah dari pada manfaat yang akan diperoleh dari penerapan sistem ini.

4) Biaya-biaya berdasarkan non unit merupakan prosentase yang signifikan dari biaya Overhead.

(49)

secara signifikan tidak tepat jika perusahaan tersebut melakukan pembebanan berdasarkan unit

D. Cost Pool

Cost pool adalah kelompok biaya yang disebabkan oleh aktivitas yang sama dengan satu dasar pembebanan (cost driver). Cost pool berisi aktivitas yang biayanya memiliki hubungan yang kuat (korelasi positif) antara cost driver dengan biaya aktivitas. Tiap-tiap cost pool menampung biaya-biaya dari transaksi-transaksi yang homogen. Kelompok biaya yang

homogen (homogeneous cost pool) adalah sekumpulan biaya overhead yang dihubungkan secara logis dengan tugas-tugas yang dialokasikan dan berbagai macam biaya tersebut dapat diterangkan oleh cost driver tunggal. Jadi agar dapat dimasukkan kedalam suatu kelompok biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas overhead harus dihubungkan secara logis dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk (Hansen dan Mowen, 1997: 310). Semakin banyak aktivitas dalam suatu aktivitas, menyebabkan semakin bertambahnya biaya dalam cost pool. Semakin tinggi tingkat kesamaan aktivitas yang dilaksanakan dalam perusahaan semakin sedikit cost pool yang dibutuhkan untuk membebankan biaya-biaya tersebut. Langkah–langkah dalam menentukan atau perhitungan pool rate adalah :

(50)

3. Penetuan kelompok biaya yang homogen. 4. Penentuan tarif kelompok

5. Penetuan tarif biaya overhead pabrik per unit

E. Cost Driver

Cost driver adalah suatu faktor yang kejadiannya menimbulkan biaya. Faktor tersebut merupakan penyebab utama dari tingkat aktivitas (Wijaya, 1992: 91). ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan

cost driver yaitu (Supriyono, 1994: 245-246): 1. Biaya pengukuran

Dalam activity based costing, cost driver dapat dipilih bdan digunakan jika memungkinkan, pemilihan cost driver dapat memanfaatkan informasi yang tersedia. Apabila informasi pada sistem akuntansi biaya yang sebelumnya belum tersedia, maka informasi tersebut harus dihasilkan agar dapat dimanfaatkan untuk pemilihan cost driver.

2. Pengukuran tidak langsung dengan tingkat korelasi

(51)

Table 11.1

Cost Driver Potensial Pengatur peralatan jumlah pengaturan Memindahkan bahan baku jumlah perpindahan

Memesan bahan baku jumlah pesanan pembelian dilakukan Mengebor jumlah jam mesin jumlah jam mesin

Mendesain ulang produk jumlah pesanan perekayasaan

Membayar tagihan jumlah faktur

Memeriksa barang jadi jumlah bacth yang diproduksi Memelihara peralatan jumlah jam pemeliharaan Menyediakan daya jumlah jam kilowatt

Mengemas produk jumlah kotak

Merencanakan produksi jumlah produk yang berbeda Sumber : Hansen dan Mowen (2000: 43)

Pengidentifikasian cost driver merupakan komponen dalam pengendalian biaya yang tidak bernilai tambah. Kinerja individual dipengaruhi kemampuannya untuk mengendalikan biaya yang tidak bernilai tambah maka pemilihan cost driver dan bagaiman cost driver

(52)

F. Cost Pool Rate

Untuk mebebankan biaya pada setiap cost pool digunakan tarif tertentu yang disebut cost pool rate. Untuk menghitung cost pool rate

digunakan rumus sebagai berikut:

Taksiran total biaya pada cost pool Cost pool rate =

Taksiran cost driver

Cost Pool Taksiran Cost Driver Taksiran Tarif BOP

Aktivitas biaya

(1) (2) (3) (4) (5)=(2):(4) set-up mesin Rp.4000.000 jlh set-up 100 Rp 40.000

Apabila suatu produk menyerapkan 5 kali set-up, maka biaya overhead pabrik yang dibebankan:

Tarif BOP yang dibebankan = Tarif BOP x jumlah aktivitas yang diserap : = Rp 40.000 x 5

= Rp 200.000

(53)

biasa. Terdapat dua departemen produksi yaitu departemen pemotongan dan departemen percetakan. Departemen pemotongan bertanggung jawab untuk membentuk kartu-kartu tersebut, sedangkan departemen percetakan bertanggungjawab untuk desain dan pemilihan kata-kata.

Tabel II.2

Data Pembebanan Produk

BOP Kartu wangi Kartu biasa Jumlah Unit Produksi Setahun 100,000 100,000 110,000

Biaya Utama $ 78,000 $ 738,000 $ 816,000

JTKL 10,000 90,000 100,000

Jam Mesin 5,000 45,000 50,000

Produksi Berjalan 20 10 30

Jumlah Perpindahan 60 30 90

Sumber: Hansen dan Mowen (2000: 319)

Tabel II.3 Data Departemen

Keterangan Dep. Pemotongan Dep. Percetakan Total Jam Kerja Langsung

Kartu Wangi $ 3,000 $ 7,000 $10,000

Kartu Biasa 77,000 13,000 90,000

Total $ 80,000 $ 20,000 $100,000

Jam Mesin

Kartu Wangi 1,000 4,000 5,000

Kartu Biasa 9,000 36,000 45,000

Total $10,000 $ 40,000 50,000

BOP

Penyetelan $ 60,000 $60,000 $120,000 Penanganan Bahan 30,000 30,000 60,000

Daya 10,000 90,000 100,000

Inspeksi 8,000 72,000 80,000

Total $108,000 $ 252,000 $ 360,000

Sumber: Hansen dan Mowen (2000: 319)

(54)

digunakan: penyetelan peralatan untuk tiap batch, perpindahan batch, pemasokan listrik dan pemeriksaan. Biaya penyetelan dibebankan berdasarkan jumlah produksi berjalan yang ditangani oleh tiap departemen karena jumlahnya identik, tiap departemen menerima 50% dari keseluruhan biaya penyetelan. Biaya penanganan bahan baku dibebankan berdasarkan jumlah produksi berjalan yang digunakan oleh tiap departemen (yang diasumsikan). Biaya listrik dibebankan secara proposional berdasarkan jam mesin yang digunakan oleh tiap departemen. terakhir, biaya pemeriksaan dibebankan secara proposional berdasarkan jam tenaga kerja langsung yang digunakan (pengalaman menunjukan terdapat hubungan yang nyaris sempurna antara jam pemeriksaan dengan jam tenaga kerja langsung)

1. Tarif overhead tunggal untuk satu pabrik

Dalam sistem akuntansi tradisional BOP dapat dijelaskan oleh satu

cost driver. Dalam hal ini diasumsikan cost driver yang dipilih oleh perusahaan adalah jam tenaga kerja langsung, maka tarif overhead untuk setiap jam tenaga kerja langsung adalah sebesar total BOP dibagi dengan total jam mesin.

Total BOP $ 360,000

Tarif pabrik = = = $ 3,6/ JTKL Total JTKL 100,000 JTKL

(55)

Tabel II.4

Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Per unit dan Biaya Unit berdasarkan Tarif Tunggal

Keterangan Kartu Wangi Kartu Biasa

Biaya Utama $ 78,000 $ 738,000

Biaya Overhead:

$3,60 X 10,000 36,000

$3,60 X 90,000 324,000

Jumlah Biaya Produksi $ 114,000 $ 1,062,000

Unit Produksi 10,000 100,000

Jumlah Biaya/ Unit $11,40 $ 10,62

Sumber: Hansen dan Mowen (2000: 318)

2. Tarif overhead setiap departemen

Departemen pemotong merupakan departemen padat karya dan departemen percetakan adalah departemen padat mesin. Lebih lanjut, biaya overhead dari departemen pemotongan sebesar 40% dari biaya overhead pada departemen percetakan. Berdasarkan pengamatan ini, dapat dikatakan bahwa tarif overheaddepartemen akan mencerminkan konsumsi overhead dengan lebih baik dibandingkan tarif pabrik. Jika benar, maka biaya produk akan lebih akurat. Pendekatan ini akan menghasilkan tarif departemen sebagai berikut:

Tarif overhead dep.Pemotongan = $ 108,000/80,000 = $1,35/JTKL Tarif overhead dep. Percetakan = $ 252,000/40,000 = $ 6,30/JM

(56)

Tabel II.5

Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Per unit dan Biaya Unit berdasarkan Tarif Departemen

Keterangan Kartu Wangi Kartu Biasa

Biaya Utama $ 78,000 $ 738,000

Biaya Overhead

[($1,35 X 3,000) + ($ 6,30 X 4,000)] 29,250

[($1,35 X 77,000) + ($ 6,30 X 36,000)] 330,750

Jumlah Biaya Produksi $ 107,250 $ 1,068,750

Unit Produksi 10,000 100,000

Jumlah Biaya/Unit $ 10,73 $ 10,69

Sumber: Hansen dan Mowen (2000: 319-320)

H. Pembebanan BOP dalam Lingkungan Manufaktur Maju

Untuk memahami pembebanan BOP lingkungan manufaktur maju berdasarkan Sistem ABC dengan mengunakan kasus pada sistem tradisional yaitu Goodmark Company.

1. Prosedur tahap I

(57)

secara logika terkait oleh kegiatan produksi tingkat batch yang lebih umum. Dengan demikian, kegiatan inspeksi dan daya dilakukan setiap kali suatu unit produk dihasilkan. Jadi, kedua kegiatan ini secara logika terkait oleh kegiatan yang lebih umum untuk memproduksi suatu unit produksi.lebih lanjut dari Tabel II.7 kita mengetahui bahwa pengelompokan penyetelan dan penanganan bahan dan pengelompokan daya dan inspeksi mempunyai perbandingan konsumsi yang sama untuk kedua produk. Jadi, kita dapat mengurangi empat kegiatan ke dalam dua set kegiataan. Ini dapat dilihat pada Tabel II.6 :

Tabel II.6 Biaya Kelompok

Kelompok Tingkat Batch Kelompok Tingkat Unit Penyetelan $120,000 Daya $100,000

Penanganan Bahan 60,000 Inspeksi 80,000 Total $ 180,000 Total $180,000 Sumber: Hansen dan Mowen (2000: 323)

Tabel II.7

Diversitas Produk : Rasio Konsumsi Aktivitas Kartu

Wangi (A) Kartu Biasa (B) Pendorong Kegiatan Penyetelan 0,67 0,33 Proses produksi Penanganan Bahan Baku 0,67 0,33 Jumlah perpindahan

Daya 0,10 0,10 Jam mesin

Pemeriksaan 0,10 0,90 Jam tenaga kerja langsung a. A 20/ 30 = 0,67 B 10/30 = 0,33

b. A 60/90 = 0,67 B 30/90 = 0,33

(58)

Tabel II.8

Prosedur Tahap Pertama dalam Menentukan Biaya Overhead Pabrik

Keterangan Jumlah

Kelompok Tingkat Bacth:

Biaya Penyetelan $ 120,000

Biaya Penanganan Bahan 60,000

Jumlah Biaya $ 180,000

Produksi Berjalan 30

Tarif Kelompok ( Biaya Per Produksi Berjalan ) $ 6,000 Kelompok Tingkat Unit :

Biaya Listrik $ 100,000

Tunjangan Tambahan Tenaga Kerja Langsung 80,000

Jumlah Biaya $ 180,000

Jam Mesin 50,000

Tarif Kelompok (Biaya Per jam Mesin) $3,60 Sumber: Hansen dan Mowen (2000: 324)

2. Prosedur tahap II

Untuk mengetahui total BOP setiap produk, tarif sekelompok yang dihitung melalui tahap pertama dikalikan dengan jumlah aktivitas yang diserap.

Tabel II.9

Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Per unit dan Biaya Unit berdasarkan ABC System

Keterangan Kartu Wangi Kartu Biasa

Biaya Utama $ 78,000 $ 738,000

Biaya Overhead:

Kelompok Tingkat Batch:

($6,000 X 20) 120,000

($6,000 X 10) 60,000

Kelompok Tingkat Unit :

($3,60 X 5,000) 18,000

($3,60 X 45,000) 162,000

Jumlah Biaya Produksi $ 216,000 $ 960,000

Unit Produksi 10.000 100.000

(59)

Tabel II.7

Perbandingan BOP Per unit dan Biaya Unit

Sistem Produk A Produk B Biaya Overhead Pabrik Per unit :

Tarif Tunggal $ 3,60 $ 3,24

Tarif Departemen 2,93 3,31

Berdasarkan ABC 13,8 2,22

Unit Cost :

Tarif Tunggal $ 11,40 $10,62

Tarif Departemen 10,73 10,69

(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penulisan ini, penulis melakukan studi kasus dengan metode penelitian deskriptif analisis yaitu suatu metode yang berusaha mengumpulkan, menyajikan, serta menganalisis data-data perusahaan sehingga dapat memberikan gambaran yang cukup jelas dalam obyek yang diteliti dan kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan dan analisis yang diperoleh berupa elemen-elemen / variabel yang berhubungan dengan perhitungan unit cost dengan menggunakan Activity Based Costing System

pada perusahaan PT. Mondrian Group.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Perusahaan PT. Mondrian Group yang berlokasi di KH. Hasyim Ashari No 171, Mojayan, (By Pass), Klaten.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2005

(61)

C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian

a. Pimpinan Perusahaan b. Kepala Bagian Produksi c. Kepala Bagian Pemasaran d. Kepala Bagian Akuntansi 2. Obyek Penelitian

a. Elemen-elemen Biaya Overhead Pabrik

b. Aktivitas-aktivitas produksi yang menimbulkan Biaya Overhead

Pabrik

D. Data yang Diperlukan dan Dicari

1) Gambaran umum perusahaan

2) Data produk yang diproduksi selama tahun 2003

3) Data yang berkaitan dengan elemen BOP pada tahun 2003 dari setiap jenis produk yang diproduksi

4) Aktivitas-aktivitas yang menimbulkan BOP

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Dokumentasi

(62)

laporan rugi-laba, dan data lain yang berhubungan dengan penentuan perhitungan unit cost.

2. Observasi

Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan cara mengumpulkan dan menelaah data melalui pengamatan dan peninjauan secara langsung terhadap aktivitas yang dilakukan oleh suatu fungsi dalam perhitungan biaya produk per unit. Tujuan secara khusus dari teknik ini adalah untuk memperkuat dan menegaskan kebenaran dari data yang ada didalam PT. Mondrian.

3. Wawancara

Dengan teknik ini, peneliti akan memperoleh data dengan cara mengajukan pertanyaan yang berhubungan denga topik yang diajukan. Teknik ini juga sebagai sarana untuk melengkapi data yang belum ditemukan dalam teknik dokumentasi maupun teknik observasi.

F. Teknik Analisis Data

Untuk menjawab permasalahan yaitu apakah terdapat perbedaan antara biaya

(63)

1. Langkah-langkah pembebanan biaya overhead pabrik (BOP) didalam penghitungan unit cost dengan sistem perusahaan sebagai berikut :

a. Mengumpulkan seluruh biaya produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

b. Menghitung biaya utama (prime cost).

c. Menyajikan data anggaran biaya overhead pabrik tahun 2003 secara keseluruhan.

d. Mendeskripsikan secara keseluruhan tentang dasar penentuan penentuan tarif per unit didalam pembebanan BOP kepada produk. e. Menyajikan data BOP keseluruhan untuk setiap sampel produk. f. Menghitung tarif BOP.

g. Menyajikan jumlah total dari dasar penetuan tarif untuk setiap produk (jam mesin, jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan lain-lain) untuk setiap produk.

h. Menyajikan perhitungan BOP total untuk setiap produk dan BOP per unit untuk setiap produk.

i. Menghitung unit cost untuk setiap jenis produk.

2. Langkah-langkah pembebanan biaya overhead pabrik (BOP) didalam penghitungan unit cost dengan sistem ABC sebagai berikut :

Langkah I:

a. Mengidentifikasi kondisi yang ada dalam PT Mondrian Group berkaitan dengan perancangan perhitungan unit cost dengan sistem

(64)

mengidentifikasi kondisi yang ada dalam perusahaan, yaitu penulis mengumpulkan data yang dibutuhkan dari pihak-pihak terkait didalam perusahaan seperti bagian akuntansi, bagian personalia dan bagian produksi. Data tersebut meliputi jenis produk yang dihasilkan, diversitas produk, kompleksitas produk dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan produk tersebut.

b. Dari berbagai informasi yang diperoleh dengan cara pengumpulan data dan wawancara kemudian diidentifikasi apakah kondisi perusahaan secara teoritis sudah memenuhi syarat bagi diterapkannya sistem perhitungan unit cost berdasarkan aktivitas atau sistem Activity Based Costing. Langkah tersebut diikuti dengan membandingkan kondisi yang ada dengan syarat-syarat yang diidealkan untuk merancang sistem penentuan biaya bedasarkan sistem Activity Based Costing. Adapun syarat-syarat secara teoritis agar perusahaan dapat menerapkan sistem Activity Based Costing adalah :

1) Diversitas produk yang diproduksi cukup tinggi.

2) Perusahaan menghadapi persaingan yang cukup ketat dengan perusahaan sejenis.

(65)

Langkah II:

Menentukan biaya produksi produk per unit PT Mondrian Group dengan

Activity Based Costing System. Ada beberapa tahap dalam pembebanan biaya overhead untuk menentukan biaya produksi produk per unit yaitu: 1) Identifikasi aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya

2) Mengklasifikasikan aktivitas-aktivitas ke dalam beberapa kelompok menurut proses dan tingkat aktivitas.

3) Menentukan Activity Driver untuk setiap aktivitas.

4) Mengelompokkan biaya pada aktivitas menjadi beberap kelompok biaya yang homogen.

5) Menghitung tarif per aktivitas masing-masing kelompok dengan cara membagi jumlah semua biaya didalam kelompok biaya yang homogen dengan suatu ukuran aktivitas yang dilakukan.

3. Langkah-langkah perbandingan antara pembebanan biaya overhead pabrik (BOP) didalam penghitungan unit cost dengan sistem perusahaan dengan pembebanan biaya overhead pabrik (BOP) didalam penghitungan unit cost

dengan sistem ABC sebagai berikut :

a. Menyajikan perbandingan total biaya overhead pabrik untuk setiap jenis produk menurut perusahaan dengan total biaya overhead pabrik untuk setiap jenis produk menurut sistem ABC.

(66)

overhead pabrik untuk setiap jenis produk yang dihitung berdasarkan sistem ABC.

c. Menyajikan perbandingan penghitungan unit cost menurut perusahaan dengan penghitungan unit cost menurut sistem ABC.

(67)

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Berdirinya Perusahaan

PT. Mondrian Group merupakan perusahaan konveksi yang bergerak di dalam pembuatan kaos (T-Shirt) dan pakaian muslim. Perusahaan konveksi ini didirikan pada tanggal 19 Desember 1992 oleh beberapa orang, antara lain Bapak Hartono, Bapak Harri Pramono, Bapak Bambang Dwi Purnomo, Bapak Endro Sutopo, Ibu Fr. Kiswari

Awal mulanya perusahaan masih dalam bentuk perseorangan, dan dipimpin oleh Bapak Harri Pramono. Seiring dengan perkembangan perusahaan, beberapa tahun kemudian mampu berubah bentuk menjadi perusahaan yang berbadan hukum tetap terhitung mulai tanggal 1 April 1998 dengan nama PT. Mondrian Group. Perusahaan ini telah mendapat pengesahan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan dengan No. 107/KDPP 11-11/3 UTDI/IV/98. Saat ini PT. Mondrian Group dimiliki oleh beberapa pemegang saham, antara lain Bapak Harri Pramono, Bapak Edi Widyanto, Bapak Andi Pranama, Bapak Endro Sutopo, Bapak Bambang Dwi Purnomo, Bapak Ardi Wijaya dan Ibu Fr. Kiswari

(68)

Latar belakang perusahaan ini memilih nama Mondrian sebagai nama perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Nama “Mondrian” diambil dari nama seorang pelukis besar seangkatan dengan Leonardo Da Vinci. Nama Lengkap pelukis tersebut adalah Piet Mondrian, dimana memiliki pengagum yang tersebar di seluruh dunia karena hasil lukisannya yang indah. Maka, diharapkan PT. Mondrian Group mampu memproduksi barang yang sangat indah sehingga digemari oleh banyak konsumennya.

2. Nama “Mondrian” oleh sebagian besar masyarakat atau konsumen yang memiliki hubungan langsung maupun tidak langsung dengan aktivitas perusahaan, merupakan nama yang mudah dibaca, mudah dikenal, dan mudah diingat.

PT. Mondrian Group sampai saat ini sudah memiliki beberapa unit yang mampu menghasilkan kaos (T-Shirt) dan pakaian khusus muslim dengan merk, antara lain: d,MO, Dadung, Be-Gaya, dan Sekido.

B. Lokasi Perusahaan

(69)

meningkatnya perkembangan perusahaan, tepatnya pada tanggal 1 Juli 1999 dengan izin tempat usaha No. 503/1071/1999 yang dikeluarkan oleh Pemda Klaten dan Departemen Perindustrian & Perdagangan, didirikanlah satu lokasi pabrik baru yang berada di Jl. KH Hasyim Ashari No 171 (By Pass) Mojayan, Kabupaten Klaten. Sekarang lokasi pabrik baru ini menjadi pabrik utama bagi PT. Mondrian Group dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya, termasuk aktivitas produksi.

Beberapa alasan yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi, antara lain:

1. Banyak tersedianya tenaga ahli di bidang konveksi (ahli desain, sablon, potong, jahit, dll) di daerah Kabupaten Klaten dan sekitarnya.

2. Letak dari perusahaan yang berada di tepi jalan raya Yogyakarta – Solo, sehingga dapat memudahkan konsumen untuk menjangkau perusahaan. 3. Pasar yang cukup besar, terutama kebutuhan untuk kaos santai dan kaos

olahraga di Klaten dan daerah-daerah sekitarnya.

4. Jarak yang dekat untuk penyediaan bahan baku dan bahan penolong sehingga kelangsungan dari proses produksi bisa lancar.

5. Harga tenaga kerja yang relatif murah disekitar lokasi.

C. Visi Dan Misi Perusahaan

(70)

untuk pakaian santai dan olahraga serta pakaian muslim. Perusahaan ini selalu mengutamakan kualitas produk yang baik, desain produk yang inofatif, dan pengembangan produk baru, sehingga produk yang dihasilkan perusahaan ini diharapkan bisa mengikuti trend atau mode pakaian yang selalu berubah. Visi yang ingin dicapai perusahaan ini selain mengoptimalkan laba, perusahaan juga berkeinginan meningkatkan peran serta dalam menunjang kebijakan dan program pemerintah dibidang ekonomi dan Pembangunan Nasional, khususnya dalam bidang penyediakan kebutuhan pakaian. Sedangkan misi yang diapakai oleh perusahaan adalah mendayagunakan sumber daya manusia dan dana yang tersedia bagi upaya pembangunan perusahaan yang berkesinambungan demi terciptanya cita-cita bangsa dan negara dengan pemberdayaan sumber daya yang optimal diharapkan dapat menghasilkan produk yang berkualitas baik.

D. Struktur Organisasi

(71)

SEKR PERUSAHAAN Septedy Djoko Rendra

UNIT UMUM UNIT d,MO

Nanang B.A.T BE-GAYA

Anita Nilam Sari UNIT DADUNG SEKR DIREKTUR MANAGER PERSONALIA Jaka Mulyata MANAGER RT Y. Jony Akon

MANAGER KEAMANAN

Y. Jony Akon

MANAGER KENDARAAN

Y. Jony Akon

POLIKLINIK KEUANGAN MANAGER PEMASARAN MANAGER

DAN PENJUALAN

MANAGER PRODUKSI

MANAGER R & D SEKR DIREKTUR UNIT UNIT SEKINDO MIS Harri Pramono

DIREKTUR UTAMA

(72)

Sesuai dengan bagan struktur organisasi di atas, berikut ini merupakan tugas dan wewenang dari masing-masing bagian, yaitu:

1. Direktur Utama:

Direktur utama saat ini dijabat oleh Bapak Harri Pramono, dimana jabatan ini dipilih oleh para anggota komisaris pada saat diadakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Tugas dan wewenang Direktur Utama antara lain:

a. Menentukan kebijakan-kebijakan pokok bagi perencanaan, pengorganisasian, pengontrolan dan pengawasan aktivitas-aktivitas perusahaan.

b. Membuat rencana-rencana umum dan mengkoordinasikan segala kegiatan perusahaan.

c. Mendelegasikan sebagian wewenang kepada direktur-direktur pada tiap-tiap unit.

d. Mengawasi segala proses dan hasil kerja, apakah telah sesuai dengan rencana.

e. Melaporkan perkembangan perusahaan kepada pemilik dan bertanggung jawab atas kelancaran jalannya perusahaan.

2. Sekretaris Perusahaan

Sekretaris perusahaan atau sekretaris direktur utama saat ini dipegang oleh Bapak Septedy Djoko. Tugas dan wewenangnya, yaitu:

(73)

b. Menjalin hubungan dengan instansi-instansi yang terkait.

c. Melaksanakan segala pekerjaan yang berhubungan dengan ketatausahaan.

d. Menyediakan sarana guna membantu pekerjaan direktur utama.

3. Multimedia Information System

Pada bagian ini berisi ahli-ahli komputer yang dikepalai oleh bapak Rendra. Tugas dan wewenang yang dimiliki, yaitu:

a. Membuat suatu sistem komputer bagi perusahaan, sehingga mempermudah segala aktivitas yang dilakukan perusahaan.

b. Melindungi dan melakukan perawatan jaringan atau sistem komputer perusahaan.

c. Menampung segala data dan informasi baik dari dalam maupun dari luar perusahaan melalui jaringan komputer.

4. Direktur Unit

PT. Mondrian Group memiliki beberapa unit dengan merk yang berbeda pula. Pertama, unit Sekindo yang memproduksi pakaian khusus muslim, dimana unit ini dijabat oleh Bapak Endra Sutapa. Kedua, unit Dadung yang memproduksi kaos fashion. Biasanya produk dengan merk Dadung ini dipakai oleh kaum muda dan anak-anak, karena disitulah segmen pasarnya. Saat ini unit Dadung dijabat oleh Bapak Hajar Bantolo. Ketiga, unit Be-Gaya yang memproduksi kaos promosi sesuai dengan keinginan konsumen. Saat ini unit Be-Gaya dikepalai oleh Ibu Anita Nilam Sari.

(74)

dimana dijabat oleh Bapak Nanang B.A.T. Direktur unit ini memiliki tugas dan wewenang, antara lain:

a. Menyusun program kerja divisi perusahaan baik dari segi penyediaan, SDM, produksi, pemasaran, keuangan dan produk.

b. Mengurus permasalahan mutasi dan promosi kepada karyawan.

c. Membantu Direktur Utama dalam mengawasi jalannya perusahaan pada masing-masing unit kerjanya.

d. Membantu dan mengarahkan manajer-manajer yang berada di bawahnya.

e. Menyusun rencana, koordinasi, dan pengawasan pada masing-masing unit kerjanya.

5. Unit Umum

Unit ini dibentuk supaya dapat membantu unit-unit lain yang ada di perusahaan. Dimana menyangkut hal-hal umum perusahaan. Tugas dan wewenangnya, antara lain:

a. Mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang ada di dalam perusahaan.

b. Recruitment dan penempatan tenaga kerja.

c. Mengatur sistem keamanan yang tepat bagi perusahaan

d. Menyediakan sarana dan prasarana bagi kelancaran aktivitas perusahaan

(75)

6. Sekretaris Direktur Unit

Memiliki tugas dan wewenang, antara lain:

a. Membantu direktur-direktur di tiap-tiap unit dalam melaksanakan tugasnya.

b. Mengadakan hubungan dengan manajer-manajer di bawahnya. c. Bertanggung jawab kepada Direktur Unit.

7. Manajer Personalia

Manajer Personalia saat ini dipegang oleh Bapak Jaka Mulyata. Tugas dan wewenangnya antara lain:

a. Menyediakan SDM yang berkualitas dengan melakukan recruitment.

b. Mengurusi kesejahteraan karyawan (gaji, tunjangan, bonus, jamsostek, dll).

c. Mengurusi maasalah pemberhentian, pensiun, dan kepindahan karyawan.

d. Mengurusi masalah administrasi yang berhubungan dengan karyawan. e. Mengurusi masalah kesehatan melalui penyediaan poliklinik bagi

karyawan dan keselamatan kerja karyawan. 8. Manajer Rumah Tangga

Pada bagian ini dijabat oleh Bapak Y. Jony Akon. Tugas dan wewenangnya, yaitu:

a. Mengurusi dan mengatur koperasi khusus karyawan.

(76)

c. Mengurusi masalah kebersihan dan keindahan lingkungan perusahaan (kebersihan gedung, toilet, kamar mandi, kantin, dll).

9. Manager Keamanan

Bagian ini dijabat oleh Bapak Y. Jony Akon. Tugas dan wewenang pada bagian ini, yaitu:

a. Menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang berhubungan dengan keamanan perusahaan.

b. Mengkoordinasikan tenaga satuan pengamanan (satpam) perusahaan. 10.Manajer Kendaraan

Bagian ini dipegang oleh Bapak Y. Jony Akon. Tugas dan wewenangnya antara lain:

a. Menyediakan kendaraan–kendaraan guna menunjang kegiatan perusahaan.

b. Memelihara kendaraan–kendaraan inventaris milik perusahaan.

c. Memberikan surat ijin bagi siapa saja (karyawan maupun pimpinan) yang akan menggunakan kendaraan inventaris perusahaan.

11.Manajer Keuangan

Bagian ini merupakan bagian yang terintegrasi, dimana setiap unit memiliki manajer keuangan sendiri-sendiri. Manajer keuangan juga bertanggung jawab atas kondisi keuangan pada masing-masing unit. Tugas dan wewenangnya antara lain:

(77)

c. Mengurusi masalah perusahaan yang berhubungan dengan perpajakan. d. Menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan bank. e. Menyelesaikan masalah utang dan piutang perusahaan.

12.Manajer Pemasaran dan Penjualan

Bagian ini juga memiliki kesamaan dengan bagian keuangan, dimana setiap unit memiliki bagian pemasaran dan penjualan masing-masing, dan bertanggung jawab kepada masing-masing unit pula. Tugas dan wewenangnya, yaitu:

a. Mencatat dan mengecek produk yang akan dijual atau didistribusikan kepada konsumen.

b. Mendistribusikan produknya ke daerah-daerah yang telah ditentukan. c. Mengadakan studi pas

Gambar

Tabel II.4
Tabel II.7
Tabel II.8
Tabel II.7
+7

Referensi

Dokumen terkait

pernah diperoleh; (3) sertifikat kompetensi dokter hewan/dokter hewan spesialis; (4) sertifikat profesi/keahlian; (5) sertifikat dosen (jika ada) ; (6) surat pernyataan

fulus (uang tembaga) adalah alat tukar tambahan yang digunakan untuk membeli barang-barang murah. Uang menurut fuqaha tidak terbatas pada emas dan perak yang dicetak, tapi

Jadi, seni dalam Islam terutama yang berkaitan dengan musik, nyanyian, maupun lagu tidaklah selalu mutlak bahwa itu haram.. Dengan catatan, tujuannya adalah untuk kebaikan,

3) Pukul 08.30 WIT haluan sejati kapal dirubah oleh Tersangkut Mualim I, dari haluan 015 ⁰ menjadi 035 ⁰ tanpa memberitahukan kepada Tersangkut Nakhoda dan tanpa

menyelesaikan skripsi dengan judul “ Analisis Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi yang Mempengaruhi Harga Saham Perusahaan yang Melakukan Initial Public

Peningkatan kompetensi pengoperasian mesin jahit dan pengujian kinerjanya dibatasi pada materi mengoperasikan mesin jahit manual dilihat dari aspek motivasi dan

(2) Bagan struktur organisasi sebagaimana tercantum pada lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan

Tabel 4.10 : Rata-rata Kepercayaan Rekan kerja Berdsarkan Kontrol Monitoring dan Non Monitoring Dengan Tingkat Kepercayaan Diri Karyawan