• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN KONSEP SISWA KELAS X SMA ANGKASA YOGYAKARTA DALAM POKOK BAHASAN SUSUNAN RANGKAIAN SERI- PARALEL MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE DEMONSTRASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERUBAHAN KONSEP SISWA KELAS X SMA ANGKASA YOGYAKARTA DALAM POKOK BAHASAN SUSUNAN RANGKAIAN SERI- PARALEL MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE DEMONSTRASI"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN KONSEP

SISWA KELAS X SMA ANGKASA YOGYAKARTA

DALAM POKOK BAHASAN SUSUNAN RANGKAIAN

SERI-PARALEL MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE

DEMONSTRASI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh: Dina Ari Puspita NIM. 021424022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk : Tuhan Y esus Kristus

Bapak Ibuku Tercinta Keluarga M bak N ovi Tercinta

Keluarga M as Dian Ter cinta M as Agus Tersayang

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 September 2008 Penulis

(6)

ABSTRAK

Dina Ari Puspita, Perubahan Konsep Siswa Kelas X SMA ANGKASA YOGYAKARTA Dalam Pokok Bahasan Susunan Rangkaian Seri – Paralel Melalui Pembelajaran dengan Metode Demonstrasi.

Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta (2008).

Tujuan penelitian adalah untuk membantu siswa merubah konsepsinya yang salah menjadi lebih benar dan mendorong siswa mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi

Penelitian ini bertujuan apakah dengan menggunakan metode demonstrasi dapat membantu siswa dalam merubah konsepsinya yang salah menjadi lebih benar dan mendorong siswa mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi dalam pokok bahasan susunan rangkaian seri – parallel dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

Penelitian dilaksanakan di SMA ANGKASA Yogyakarta pada bulan Juni 2008, dengan mengambil 4 orang siswa kelas X sebagai sampel.

Desain penelitian diawali dengan pretes pada siswa SMA ANGKASA Yogyakarta kelas XB. Hasil pretest tersebut dipilih 4 orang siswa yang memiliki miskonsepsi paling banyak. Keempat siswa tersebut diwawancarai untuk mengetahui konsep awal siswa. Setelah diwawancarai, dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi. Setelah pembelajaran, siswa diberi soal posttest kemudian diwawancarai lagi untuk mengetahui pengetahuan akhir siswa. Soal pretest dan posttest berupa pilihan ganda dengan alasan yang disertai dengan CRI.

(7)

ABSTRACT

Dina Ari Puspita, Conceptual change in high school students of ANGKASA YOGYAKARTA class X with regard to series and parallel circuits through learning with the demonstration method

Physics Educational Program, Mathematics and Science Department, Teaching and Educating Faculty, Sanata Dharma University, Yogyakarta (2008)

This study aims at helping the students in changing their misconception into the right one and supporting them to reach the higher level of understanding.

This study questions whether the demonstration method would help students to change their misconception into the right one and support them to reach the higher level of understanding with regard to the series and parallel circuits and their implications in everyday life.

The research was carried out in ANGKASA HIGH SCHOOL, Yogyakarta in June 2008, by choosing four students of class X as sample.

Study design was commenced with pre-test for all of the students of ANGKASA HIGH SCHOOL class Xb. Later, four students were chosen from the result of the pre-test who had the most of misconception. These four students were being interviewed as to get the preliminary concept of each of the students. After the interview, learning using the demonstration method was commenced. When the learning was finished, those four students were given post-test questions before going through another interview to figure out the final understanding of each of the students. The pre-test questions and the post-test questions were of multiple-choices type with reasons accompanied by CRI.

(8)
(9)

KATA PENGANTAR

Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala karunia dan penyertaanNya yang senantiasa baru setiap hari, sehingga penelitian dengan judul “Perubahan Konsep Siswa Kelas X SMA ANGKASA Bantul Dalam Pokok Bahasan Susunan Rangkaian Seri-Pararel melalui pembelajaran dengan metode demonstrasi” dapat terselesaikan dengan baik.

Penelitian ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di FPMIPA Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik atas kerjasama, bantuan, gagasan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim M.Ed., Ph.D., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan waktu untuk membimbing dengan penuh kesabaran. 2. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si selaku kaprodi.

3. Ibu Dra. Maslichah Asy’ari M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik 4. Bapak Drs. F Sinaradi, M. Pd. Terimakasih atas segala bantuan dan

dukungannya.

5. Keluarga besar SMA ANGKASA Yogyakarta, terimakasih untuk semua bantuan dan kerjasamanya.

6. Dosen–dosen Pendidikan Fisika, terimakasih untuk ilmu yang telah diberikan kepada saya.

(10)

8. Bapak, Ibu, keluarga mbak novi, keluarga mas dian atas segala kasih sayang, kepercayaan, kesabaran dan dukungan dalam doa, semangat, dan biaya sehingga saya dapat menyelesaikan studi ini

9. Mas agus terimakasih atas segala cinta, semangat, kesabaran, doa dan dukungannya.

10. Bapak Ibu sadiran, dan Mas Bodro atas segala kasih sayang, semangat, doa dan dukungannya

11. Keluarga lampung, Mbak Marga, Dik Tinus, Dik Fenti, Mamak dan alm bapak trima kasih atas kasih sayang, dukungan dan doa

12. Teman-teman kost “Himey”, Mbak lia, Mbak Rini, Cik Rika, Mbak Ipoet, Essther, Dhita, Widya, dan Ika terima kasih atas dukungan, semangat, kebersamaannya serta hiburan setiap hari

13. Nando, Mif, Retno, Rita dan Dono terimakasih sahabat baikku atas semangat, bantuan dan kebersamaannya.

14. Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2002, yang telah bekerjasama dalam menempuh studi di Pendidikan Fisika .

15. Semua pihak yang belum dapat disebutkan.

Peneliti sangat menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun serta menyempurnakan tulisan ini. Supaya dapat berguna bagi perkembangan pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman JUDUL ... i

Halaman PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

Halaman PENGESAHAN ... iii

Halaman PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

INTISARI ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Dasar Teori ... 2

B.1. Pengertian Konsep ... 2

B.2. Konsep dalam Fisika ... 3

B.3. Perubahan Konsep dalam Pembelajaran ... 4

B.4. Hubungan Konstruktivisme dengan Perubahan Konsep ... 5

(12)

B.6. Metode Pembelajaran Fisika Yang Dapat Membantu

Perubahan Konsep ... 9

B.6.1. Simulasi Komputer ... 9

B.6.2. Peta Konsep ... 10

B.6.3. Wawancara ... 10

B.6.4. Eksperimen ... 11

B.7. Certainty Of Response Index (CRI) ... 14

B.8. Susunan Seri – Paralel Komponen Listrik ... 15

C. Identifikasi Masalah ... 25

D. Tujuan Penelitian ... 25

E. Manfaat Penelitian ... 26

BAB II METODOLOGI PENELITIAN ... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Partisipan Penelitian ... 27

C. Variabel Penelitian ... 27

C.1. Variabel Terikat ... 27

C.2. Variabel Bebas ... 28

D. Desain Penelitian ... 28

E. Instrument Penelitian ... 30

E.1. Tes Hasil Belajar (Pretest dan Posttest) ... 30

E.2. Pembelajaran ... 31

(13)

G. Treatmen ... 32

H. Metode Analisis Data ... 32

H.1. Data Pretest dan Posttest ... 32

H.2. Data Wawancara ... 34

BAB III DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Deskripsi Penelitian ... 35

B. Pretest ... 36

C. Wawancara I ... 54

C.1. Mengidentifikasi Rangkaian ... 54

C.2. Daya ... 55

C.3. Arah Arus ... 56

C.4. Kuat Arus ... 56

C.5. Tegangan ... 57

C.6. Pengaruh Terputusnya Salah Satu Hambatan ... 58

D. Pembelajaran ... 59

D.1. Demonstrasi I ... 59

D.2. Demonstrasi II ... 61

D.3. Demonstrasi III ... 62

D.4. Demonstrasi IV ... 64

D.5. Demonstrasi V ... 65

E. Posttest ... 68

F. Wawancara II ... 75

(14)

F.2. Daya ... 76

F.3. Arah Arus ... 78

F.4. Kuat Arus ... 78

F.5. Tegangan ... 80

F.6. Pengaruh Terputusnya Salah Satu Hambatan ... 81

BAB IV PENUTUP ... 82

A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Kisi-kisi Soal ... 30 Tabel 2.2 Klasifikasi Pemahaman Siswa Berdasarkan Skor ... 33 Tabel 2.3 Klasifikasi Pemahaman Siswa Berdasarkan Kriteria Skemp ... 33 Tabel 2.4 Kriteria Konsep Benar, Kekurang Pemahaman dan Miskonsepsi .. 34 Tabel 3.1 Skor Jawaban, alasan, dan CRI (Pretest) ... 38 Tabel 3.2 Persentase Skor dan Tingkat Pemahaman (Pretest) ... 46 Tabel 3.3 Persentase Jawaban Siswa Berdasarkan CRI (Pretest) ... 48 Tabel 3.4 Persentase Jawaban Siswa Untuk Setiap Nomor berdasarkan

CRI (Pretest) 51

Tabel 3.5 Skor Jawaban, alasan, dan CRI (Posttest) ... 68 Tabel 3.6 Persentase Skor dan Tingkat Pemahaman (Posttest) ... 69 Tabel 3.7 Persentase Jawaban Siswa Berdasarkan CRI (Posttest) ... 70 Tabel 3.8 Persentase Jawaban Siswa Untuk Setiap Nomor berdasarkan

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Bab I

Gambar Peta Konsep Listrik Dinamis ... 15

Gambar 1 Rangkaian Seri 3 Lampu ... 15

Gambar 2 Rangkaian Seri 3 Baterai ... 16

Gambar 3 Rangkaian Tertutup dengan Tiga Buah Lampu ... 17

Gambar 4 Perbedaan Tekanan Pada Air : Tekanan Air Yang Keluar Dari Lubang C Lebih Rendah Dari Tekanan Air Yang Keluar Dari Lubang B dan A ... 18

Gambar 5 Rangkaian Paralel 3 Lampu ... 20

Gambar 6 Rangkaian Paralel 3 Baterai ... 21

Gambar 7 Terlepasnya Lampu Pada Rangkaian Parelel ... 21

Gambar 8 Arah Aliran Arus ... 22

Gambar 9 Rangkaian Paralel Yang Dihubungkan Langsung Dengan Baterai ... 22

Gambar 10 Pompa Air Dalam Pipa Tertutup ... 23

Gambar 11 Tegangan Jepit Di Masing-masing Radiator Adalah Sama ... 23

Gambar 12 Rangkaian Listrik ... 24

(17)

Bab III

Gambar 1 Rangkaian Gabungan ... 55

Gambar 2 Rangkaian Seri 3 Lampu ... 60

Gambar 3 Rangkaian Paralel 3 Lampu ... 61

Gambar 4 Rangkaian Kombinasi ... 62

Gambar 5 Rangkaian Seri ... 62

Gambar 6 Rangkaian Paralel ... 64

Gambar 7 Rangkaian Seri ... 65

Gambar 8 Rangkaian Kombinasi ... 75

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I Soal dan Pedoman Jawaban Pretest ... 86

Lampiran II Soal Dan Pedoman Jawaban Posttest ... 93

Lampiran III Draft Wawancara I dan II ... 100

Lampiran IV Wawancara I ... 103

Lampiran V Wawancara II ... 116

Lampiran VI Rancangan Pembelajaran ... 132

Lampiran VI Surat Pengantar Dari Kampus ... 142

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut Euwe Van den Berg “ Inti pengetahuan fisika adalah mencakup konsep-konsep”. Konsep-konsep merupakan dasar dan landasan untuk mempelajari fisika selanjutnya. Dalam belajar fisika sering terjadi perubahan konsep karena adanya pemahaman baru (Euwe Van Den Berg, 1991).

Menurut Paul Suparno “Inti belajar fisika adalah terjadinya perubahan konsep pada diri seseorang yang sedang belajar. Perubahan inti secara umum dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu (1) pengembangan konsep seseorang dari yang belum sempurna atau belum lengkap menjadi lebih lengkap, dan (2) pembentukan konsep dari konsep yang tidak tepat atau salah menjadi konsep yang benar atau yang sesuai dengan konsep yang disepakati para ahli fisika (Suparno, 2000 : 15).

(20)

B. DASAR TEORI

B.1. Pengertian Konsep

Konsep dapat didefinisikan suatu benda-benda, kejadian-kejadian, situasi-situasi, atau ciri-ciri yang memiliki ciri-ciri khas dan terwakili dalam setiap budaya oleh suatu tanda atau simbol. Jadi konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antara manusia dan yang memungkinkan menusia berfikir. Tafsiran perorangan terhadap banyak konsep berbeda-beda. Misalnya penafsiran konsep “ibu” atau “cinta“ atau “keadilan” berbeda untuk setiap orang. Tafsiran konsep oleh seseorang disebut konsepsi. Walaupun dalam fisika kebanyakan konsep mempunyai arti yang jelas, yang sudah disepakati oleh para tokoh Fisika, tetapi konsepsi siswa / mahasiswa berbeda-beda. Tafsiran siswa (konsepsi siswa) mengenai konsep gaya berbeda dari tafsiran guru atau buku (Euwe Van Den Berg,1991).

(21)

suatu obyek. Konsep filosofis merupakan konsep yang berhubungan dengan kualitas, seperti senang, jujur, dan lain-lain (Kartika Budi, 1991).

Beberapa indikator yang menunjukkan pemahaman seseorang akan suatu konsep antara lain (1) dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri, (2) dapat menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain, (3) dapat menganalisis hubungan antara konsep dalam suatu hukum, (4) dapat menerapkan konsep untuk (a) menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam khusus, (b) untuk memecahkan masalh fisika baik secara teoritis maupun secara praktis, (c) memprediksi kemungkinan yang bakal terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi, (5) dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan lebih cepat, (6) dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep lain yang saling berkaitan, (7) dapat membedakan konsepsi yang benar dengan konsepsi yang salah, dan dapat membuat peta konsep dari konsep-konsep yang ada dalam suatu pokok bahasan (Kartika Budi, 1992).

B.2. Konsep Dalam Fisika

(22)

dan yang mengacu pada atribut yang menyatu dengan obyek, sedangkan konsep yang mengacu pada proses disebut konsep proses (Kartika Budi, 1991).

B.3. Perubahan Konsep Dalam Pembelajaran

Tujuan utama dalam pendidikan sains adalah membantu siswa mengerti konsep-konsep penting dalam sains dan hubungannya. Riset yang memfokuskan diri dalam bagaiman siswa dalam mengerti pelajaran sains memperlihatkan, banyak pengajaran menjadi efektif ketika perubahan konsep tercapai (Fellows, 1994).

(23)

B.4. Hubungan Konstruktivisme Dengan Perubahan Konsep

Banyak ilmuwan pendidikan merekomendasikan penerapan pengajaran yang mengacu pada filsafat konstruktivisme (Stofflett, 1994). Secara sederhana konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan dibangun oleh kita sendiri (Suparno, 1997). Ketika seseorang menerima informasi, pengetahuan atau pengalaman baru ia harus menata kembali pengetahuannya sehingga informasi, pengetahuan atau pengalaman baru dapat diberikan tempat pada struktur pengetahuan yang sudah ada (Hynd dkk, 1994). Hal ini juga di ungkapkan oleh Euwe Van den Berg,dkk bahwa dalam konstruktivisme materi atau pelajaran yang baru harus : 1) berhubungan dengan konsepsi yang sudah ada, 2) jika prakonsepsi terlalu menyimpang dari konsep ilmu maka harus membongkar konsep lama dan membangun kembali (Euwe Van Den berg dkk,1991).

(24)

suatu konsep. Sehingga konstruktivisme dan teori perubahan konsep memberikan pengertian bahwa setiap orang dapat membentuk pengertian yang berbeda dari para ilmuwan atau pengerian yang tidak benar. Namun perubahan pengertian ini bukanlah akhir dari perkembangan, karena setiap kali mereka masih dapat merubah pengertian mereka sehingga benar atau sesuai dengan kesepakatan para ilmuwan (Suparno, 1997).

B.5. Proses Perubahan Konsep

Menurut Kuhn sains lebih dicirikan paradigma ilmuwan. Paradigama adalah suatu skema koneptual dengan mana para ilmuwan dari suatu disiplin tertentu memandang persoalan dibidang mereka. Paradigama yang dimiliki para ilmuwan ini sangat berpengaruh pada permasalahan apasaja yang diteliti dan metode apa yang harus digunakan dalam memecahkan masalah. Melihat dari perjalanan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, sering terjadi perubahan paradigma. Perubahan itu dapat terjadi karena paradigma yang ada tidak dapat digunakan memecahkan persoalan baru. (Suparno,2000). Sebagai contoh paradigma sains dimulai dari pradigma Newton sampai suatu bentuk baru teori relativitas dan kuantum oleh Albert Enstain (Davis,2001). Kuhn juga menjelaskan ada dua macam kegiatan ilmiah : 1)puzzel solving yaitu para ilmuwan membuat eksperimen dan mengadakan observasi, 2) penemuan paradigma baru bila paradigma lama gagal menjelaskan suatu persoalan pokok atau malah menimbulkan konflik (Suparno, 1997).

(25)

Gertzog menjelaskan adanya dua langkah yang tidak dapat dipisahkan dari filsafat sains :

1) Central commitments, para ilmuwan menelaah dan mendefinisikan persoalan, strategi untuk memecahkan persoalan itu, dan kriteria pemecahannya.

2) Perubahan central commitments, ilmuwan perlu mengubah central commitment bila ilmuwan berhadapan dengan tantangan baru yang berlawanan dengan asumsi dasar mereka (Suparno, 1997).

Dalam proses belajar perubahan konsep kedua tahap di atas mirip dengan yang ada dalam filsafat sains. Perubahan pada tahap pertama disebut asimilasi sedangkan perubahan tahap yang kedua disebut akomodasi (Suparno, 1997). Dalam asimilasi, siswa menggunakan konsep-konsep yang telah ada untuk menghadapi gejala baru dengan suatu perubahan kecil yang berupa penyesuaian. Sedangkan di dalam akomodasi, siswa harus mengganti atau mengubah konsep-konsep pokok mereka yang lama karena tidak cocok lagi dengan persoalan baru (Suparno, 2005).

Model perubahan konsep yang dikembangkan oleh Posner, Stike, Hewson dan Bertzog menyatakan bahwa empat kondisi yang terjadi di dalam pemahaman individu:

1) Harus ada ketidakpuasan terhadap konsep yang ada. Ilmuwan dan siswa tidak mungkin membuat perubahan konseptual utama sampai mereka percaya bahwa perubahan radikal tidak akan bekerja

(26)

3) Suatu konsep baru harus kelihatan dan masuk akal

4) Suatu konsep baru perlu menyarankan kemungkinan dari suatu keberhasilan (Smith, 1993).

Menurut Posner dkk, salah satu penyebab terbesar ketidakpuasan terhadap konsep lama adalah peristiwa anomali, yaitu suatu peristiwa yang bertentanga dengan yang dipikirkan siswa. Misalnya bagi siswa yang beranggapan bahwa percepatan benda jatuh bebas tergantung pada masa benda itu, akan menjadi bingung bila mereka mengamati bahwa benda yang jatuh bebas mempunyai percepatan sama. Kejadian semacam ini akan menantang siswa berpikir dan mempersoalkan kembali konsep awal mereka (Suparno, 1997)

Chinn, menjelaskan beberapa sikap yang sering dilakukan oleh siswa atau ilmuwan dalam menghadapi data anomali, antara lain :

1) Mengesampingkan atau menolaknya 2) Mengeluarkan data itu dari teori yang ada 3) Menginterprestasikan kembali data itu

4) Menginterprestasikan data itu dengan perubahan-perubahan pada teori yang sudah ada secara perlahan-lahan

5) Menerima data itu dan mengubah teori (Suparno, 2005)

(27)

tidak mengubah konsep lama mereka, melainkan hanya memperluas (Suparno, 1997)

B.6 Metode Pembelajaran Fisika yang Dapat Membantu Perubahan konsep

B.6.1 Simulasi Komputer

(28)

penjelasan inilah siswa mengalami perubahan konsepsi dari yang tidak benar mejadi benar atau dari yang kurang lengkap menjadi lebih lengkap.

B.6.2 Peta Konsep

Peta konsep juga dapat digunakan untuk mamabantu mengatasi miskonsepsi. Peta konsep adalah gambaran skematis untuk mempresentasikan suatu rangkaian konsep dan kaitannya antar konse-konsep tersebut. Peta konsep mengungkapkan hubungan-hubungan yang berarti antara konsep-konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok (Novak & Gowin, 1984; Feldsine, 1987; Flower, 1987; Moreira.1987 dalam Kartika Budi 1992). Dengan mengetahui peta konsep yang dimiliki siswa, dapat diketahui pula apakah siswa mengalami miskonsepsi atau tidak. Bila siswa mengalami miskonsepsi, maka konsepsi siswa yang salah tadi perlu ditantang supaya terjadi konflik kognitif sehingga siswa dapat didorong untuk melakukan perubahan terhadap konsepsinya sehingga konsepsi siswa menjadi benar atau lebih lengkap.

B.6.3 Wawancara

(29)

dilakukan dapat berbentuk wawancara bebas ataupun terstruktur. Dalam wawancara bebas, guru bebas bertanya kepada siswa dan siswa dapat dengan bebas menjawab. Apa yang hendak ditanyakan dan urutan pertanyaan dalam wawancara itu tidak perlu dipersiapkan. Sedangkan dalam wawancara terstruktur, pertanyaan sudah dipersiapkan dan urutannya secara garis besar sudah tersusun. Keuntungan wawancara terstruktur adalah guru dapat secara sistematis bertanya dan mengorek pemikiran siswa. Model wawancara ini memang hanya dapat dilakukan secara personal karana kesulitan dan miskonsepsi siswa dapat berlainan. Maka, membutuhkan waktu yang cukup banyak bagi guru atau peneliti untuk memahami miskonsepsi dan mencari penyebabnya.

B.6.4 Eksperimen

Menurut Sujanti (1999), eksperimen adalah suatu kegiatan menggunakan alat-alat sains dengan tujuan untuk mengetahui sesuatu yang baru (setidak-tidaknya bagi orang itu sendiri, meskipun tidak baru lagi bagi orang lain) atau untuk mengetahui apa yang tejadi kalau diadakan suatu proses tertentu. Sedangkan menurut Rohandi (1998) eksperimen merupakan percobaan yang dilakukan untuk memperoleh data sehingga proses analisis dan kesimpulannya dapat berlangsung.

(30)

kesimpulan, dan menjelaskan hasil eksperimen), menghidupkan pelajaran dan mendorong siswa dalam belajar, meningkatkan daya pemahaman dan meningkatkan daya ingat siswa, menanamkan pengertian tentang konsep, prinsip, hukum, teori dan fakta, melatih siswa untuk bekarja dengan tekun, teliti dan bersifat positif (jujur, tidak putusasa, dll) dalam melakukan eksperimen, meningkatkan siswa untuk berpikir kritis dalam melakukan eksperimen, dan menanamkan cara kerja dan berpikir ilmiah.

Ilmu pengetahuan alam adalah ilmu eksperimen, artinya kebenaran teori ilmu pengetahuan alam selalu diuji dengan percobaan (Euwe Van Berg, dkk, 1991: 1).

Melihat manfaat-manfaat dari eksperimen dalam pembelajaran khususnya matapelajaran Fisika. Eksperimen memiliki beberapa kelebihan antara lain : siswa dapat mengorganisasikan cara berpikir, siswa dapat membuat hubungan yang cocok antara berbagai ide yang mereka miliki dengan berbagai konsep ilmiah (Rohandi, 1998), dengan metode eksperimen siswa lebih terlibat karena mereka sendiri yang melaksanakan kegiatan, dengan esperimen siswa dapat trampil menggunakan alat, siswa dapat aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi, data yang diperlukan melalui eksperimen, siswa mendapat kesempatan untuk menguji kebenaran hipotesis dengan eksperimen yang dilakukan.

(31)

sejumlah set alat sesuai dengan jumlah kelompok atau siswa, sehingga memerlukan biaya yang cukup mahal untuk membelinya, memerlukan ruangan khusus dan waktu khusus untuk mempersiapkan, melakukan dan pengemasan alat yang digunakan untuk melakukan eksperimen (Kartika Budi, 1998).

Eksperimen sebagai salah satu metode belajar yang dapat dimanfaatkan oleh guru fisika untuk pengajaran tertentu. Agar kegiatan belajar lancar dan mendapatkan hasil yang optimal maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Peneliti menerangkan dan menjelaskan tujuan dari diadakannya eksperimen, misalnya agar siswa mengetahui proses apa yang terjadi, benar tidaknya hipotesis. Siswa diminta merumuskan hipotesisnya (hasil pretest).

2. Peneliti menyediakan alat-alat yang digunakan, peneliti akan menjelaskan fungsi alat-alat tersebut atau menjelaskan tentang cara pemakaian alat tersebut, menyediakan lembar kerja siswa.

3. Peneliti dan siswa mendiskusikan urutan langkah-langkah dalam mempertunjukkan atau mencobakan sesuatu, hal-halyang perlu diamati dan dicatat selama eksperimen.

4. Siswa melakukan eksperimen sendiri, dan mengambil data untuk melihat kebenaran hipotesi yang mereka buat. Peneliti membantu dan membimbing dan mengawasi eksperimen yang dilakukan siswa.

(32)

6. Siswa dan peneliti melakukan diskusi singkat mengenai hal-hal yang siswa peroleh dan kerjakan selama eksperimen

B.7 Certainty Of Response Index (CRI)

Untuk membedakan jawaban tes diagnostik yang berbentuk multiple coice antara siswa yang kekurangan pengetahuan (a lack of knowledge) dengan miskonsepsi adalah dengan certainty of response index (CRI). Hasan mengungkapkan bahwa jika derajat kepastian rendah (skala CRI 0 ~ 2) ini menunujukkan bahwa penentuan jawaban lebih signifikan dengan cara kira-kira (guesswork) baik jawaban itu benar atau salah, yang pasti ini disebabkan karena kekurangan pengetahuan mereka. Jika CRI-nya tinggi (3 ~ 5) respoden ini menunjukkan kepercayaa yang tinggi pada hukum dan metode yang digunakan untuk sampai pada jawaban mereka. Kalau jawaban itu salah, ini menunjukan kesalahan menerapkan pengetahuan dalam penyelesaian persoalan yang dihadapi. Kesalahan menerapkan hukum atau metode sehubungan dengan pertanyaan yang diberikan ini menunjukkan indikasi adanya miskonsepsi. Dengan menggunakan CRI ini memungkinkan kita membedakan jawaban sebuah pertanyaan sebagai kekurangan pengetahuan (a lack of knowledge) dari miskonsepsi. Pada CRI ini seorang responden diminta

(33)

B.8. Susunan Seri-Paralel Komponen Listrik

Gambar. Peta Konsep Listrik Dinamis

Di dalam rangkaian listrik, kita mengenal dua macam hubungan yang baku yaitu: Susunan seri dan susunan pararel. Bila dijumpai ada bentuk susunan lain, pada dasarnya merupakan variasi dari hubungan seri dan parallel. Berikut ini diuraikan bentuk hubungan seri dan parallel

v Susunan Seri Resistor

Yang dimaksud dengan susunan seri adalah jika beberapa lampu dihubungkan secara berderet satu sama lain, sehingga arus mengalir secara berganti dimulai yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Gambar 1 memperlihatkan bentuk hubungan seri sebuah baterai denngan tiga lampu.

Gambar 1. Rrangkaian seri 3 lampu

Cirinya Cirinya

Dapat disusun Dapat disusun

LISTRIK DINAMIS

Seri

Kuat arus yang melalui tiap komponen sama

Paralel

(34)

Selain pada lampu, hubungan seripun sering diterapkan dalam pemasangan sel-sel sumber listrik dari prinsip kimia. Misalnya: jika beberapa sel dihubungkan secara berderet satu sama lain, dimana bagian positip dari sel pertama, dihubungkan dengan bagian negatif dari sel kedua dihubungkan dengan bagian negatip dari sel yang ketiga, maka kita dapatkan sejumlah tiga sel dalam berhubungan secara seri.

Gambar 2. Rangkaian seri 3 baterai

(35)

Gambar 3. Rangkaian tertutup dengan tiga buah lampu

Di dalam rangkaian tertutup yang dihubungkan secara seri aliran arus di sembarang tempat dalam rangkaian adalah sama. Sedangkan jumlah tegangan dan jumlah hambatan dapat berubah-ubah. Untuk mengetahui besarnya jumlah tegangan dan jumlah hambatan pada rangkaian seri, dapat menggunakan rumus:

Jumlah tegangan: Vtotal = V1 + V2 + V3 + …….. + Vn Jumlah hambatan: Rtotal = R1 + R2 + R3 + …….. + Rn Jumlah arus: Itotal = I1 = I2 = I3 = In

Keterangan :

Vtotal = Jumlah semua sumber listrik yang mengakibatkan tegangan Rtotal = Jumlah semua hambatan

(36)

Vn = Tegangan pada n buah komponen Rn = Hambatan pada n buah komponen In = Arus melalui hambatan ke n

Di dalam rangkaian listrik tidak selamanya dipasang alat resistor sebagai hambatan, tetapi rangkaian harus mempunyai beban yang menghasilkan hambatan. Beban-beban ini mungkin berupa motor-motor listrik, lampu-lampu atau alat-alat yang menggunakan listrik lainnya. Beban ini sebaiknya kita perhitungkan sebagai hambatan atau resistor. Oleh karena itu kita harus mengetahui berapa Ohm nilai hambatan yang dimiliki oleh masing-masing alat listrik tersebut.

Pada perhitungan listrik, bila arus mengalir melalui sebuah beban (hambatan) listrik, maka akan terjadi kehilangan tegangan listrik atau sering pula disebut tegangan rugi. Keadaan seperti ini sama pada air, di mana tekanan air keluar dari pipa yang jauh dari sumbernya akan lebih rendah dari pada tekanan air yang keluar dari pipa yang dekat dengan sumber

(37)

Kelemahan susunan seri

Jika salah satu filament lampu putus (missal lampu R1), maka rangkaian berubah menjadi terbuka. Sebagai hasilnya lampu R2 yang masih baik ikut padam. Bayangkanlah sederetan lampu hias yang disusun secara seri. Jika salah satu filament lampu putus, seluruh lampu akan padam. Anda harus memeriksa satu demi satu lampu tersebut untuk menemukan lampu yang rusak, kemudian menggantinya dengan lampu baru. Pekerjaan memeriksa seperti ini memerlukan waktu yang lama. Oleh karena itu, tidaklah menyenangkan merangkai komponen-komponen listrik secara seri.

Manfaat Susunan Seri

(38)

v Susunan Pararel Resistor

Jika beberapa lampu dihubungkan dalam dua jepitan yang sama, maka lampu-lampu tersebut dinamakan sebagai susunan pararel atau susunan sejajar. Gambar 5 ini merupakan contoh pemasangan tiga buah lampu secara pararel dengan baterai.

Gambar 5. Rangkaian parallel 3 lampu

(39)

Gambar 6. Rangkaian parallel 3 baterai

Berbeda dengan rangkaian seri, pada rangkaian pararel walaupun terjadi pemutusan hubungan tidak akan mengganggu rangkaian kecuali pada rangkaian yang diputuskannya. Pemutusan hubungan pada rangkaian parallel akan mengakibatkan arus akan berhenti dalam cabang yang dibuka (diputuskan) hubungnnya saja. Hal ini akan menghasilkan jumlah arus dari baterai dikurangi oleh suatu pemutusan hubungan dalam setiap cabang dari rangkaiannya.

Apabila lampu yang kita pakai ibaratkan hambatan. Maka gambar bagian dan arah arusnya dapat digambarkan sebagai berikut:

(40)

Arah aliran arus menurut perjanjian ditunjukkan oleh panah pada

rangkaian pararel

Gambar 8. Arah aliran arus

Dalam kenyataannya bagan dari gambar 8 dapat dihubungkan langsung pada baterai. Perhatikan gambar 9 dibawah ini.

Gambar 9. Rangkaian parallel yang dihubungkan langsung dengan baterai

Dari gambar 9 dapatlah diambil pengertian bahwa jika diberi tegangan baterai, maka hambatan R1, R2, dan R3 pun mendapatkan tegangan yang sama dengan baterai.

(41)

Gambar 10. Pompa air dalam pipa tertutup

Tekanan air yang dihasilkan oleh pompa adalah sama dalam menekan air dalam pompa, namun jumlah aliran air secara keseluruhan terbagi dalam cabang-cabang. Makin lebar pipa itu makin banyak air dapat lewat, oleh karena pipa yang lebar memiliki hambatan yang kecil dan pipa yang sempit memiliki hambatan yang besar.

Hal yang sama berlaku pula untuk suatu rangkaian listrik. Selanjutnya perhatikan gambar dari tiga buah resistor (hambatan) yang dipasang pararel

Gambar 11. Tegangan jepit di masing-masing radiator adalah sama

Dari gambar 11 di atas didapat:

Tegangan jepit di masing-masing resistor adalah sama: V = V1 = V2 = V3

Jumlah arus adalah jumlah dari arus pada masing-masing resistor: I = I1 + I2 + I3

(42)

Seperti telah dijelaskan bahwa dalam susunan seri, kegagalan salah satu komponen akan memadamkan komponen-komponen lain yang masih baik. Oleh karena itu komponen-komponen listrik di rumah, biasanya disusun secara pararel, seperti gambar disamping. Dalam susunan

(43)

pararel, jika salah satu komponen rusak atau gagal (misalnya filament lampu pijar putus), komponen-komponen lain dalam rangkaian (TV, radio) masih tetap bekerja

C. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimanakah pemahaman awal siswa tentang susunan seri-pararel melalui pembelajaran dengan metode demonstrasi

2. Bagaimana pemahaman akhir siswa tentang susunan seri-pararel melalui pembelajaran dengan metode demonstrasi

3. Bagaimana treatmen berlangsung tentang susunan seri-pararel melalui pembelajaran dengan metode demonstrasi

4. Bagaimana perubahan konsep siswa tentang susunan seri-pararel melalui pembelajaran dengan metode demonstrasi

5. Apakah pembelajaran dengan metode demonstrasi efektif dapat membantu proses perubahan konsep siswa

D. TUJUAN PENELITIAN

(44)

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi siswa, membantu terjadinya perubahan konsep dan membantu membangun pengetahuannya.

2. Bagi guru dan calon guru, dapat digunakan sebagai masukan untuk memahami perubahan konsep yang terjadi pada diri siswa.

(45)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian diskriptif kualitatif, eksploratif dan kualitatif. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan studi kasus. Studi kasus merupakan suatu penelitian terhadap suatu subyek, keadaan atau kejadian khusus, bahan yang diteliti kecil lingkungannya, sehingga hasil penelitian ini hanya berlaku terbatas pada siswa yang diteliti saja. Data yang diperoleh akan berupa kata-kata, gambar-gambar, keadaan, hasil tes.

B. PARTISIPAN PENELITIAN

Populasi penelitian : Siswa SMA ANGKASA, Yogyakarta kelas X Sample Penelitian : 4 orang siswa yang memiliki miskonsepsi terbanyak

C. VARIABEL PENELITIAN C.1. VARIABEL TERIKAT

Variabel terikat atau variable criterion adalah hasil atau objek peneliti. Dalam bahasa sehari-hari disebut hasil. Unsur yang menjadi variable adalah perubahan konsep yang terjadi dalam Susunan Seri-Pararel Komponen Listrik

(46)

C.2. VARIABEL BEBAS

Variabel bebas atau variabel variate adalah sifat atau karakteristik yang mengakibatkan hasil atau sasaran berbeda atau bervariasi. Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah treatmen yang diberikan peneliti kepada siswa

D. DESAIN PENELITIAN

Gambar. Bagan desain penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan observasi kelas terlebih dahulu untuk melakukan pendekatan dengan siswa dan melihat situasi kelas supaya terjalin keakraban, hal ini dimaksudkan agar memperlancar dalam proses pengambilan data. Setelah melakukan observasi, peneliti melakukan pretest yang di ikuti oleh semua siswa kelas X, siswa diberikan waktu untuk mengerjakan soal tersebut selama 50 menit, pretest ini dilakukan untuk melihat pemahaman siswa tentang susunan seri-pararel komponen listrik. Hasil pretest ini kemudian diperiksa terlebih dahulu dan apakah terjadi miskonsi atau tidak.

Siswa Kelas X

4 orang siswa yang memiliki jumlah jawaban benar paling sedikit

Pretest

Wawancara I

Pembelajaran Posttest

(47)

Berdasarkan hasil tes ini dipilihlah 4 siswa yang mempunyai jumlah jawaban benar paling sedikit kemudian kepada 4 siswa tersebut diwawancarai untuk mengetahui pemahaman awal siswa secara mendalam dan untuk mengetahui miskonsepsi siswa. Wawancara yang dilakukan selama kurang lebih 40 menit. Untuk memudahkan dalam menganalisis, hasil wawancara direkam dengan menggunakan tape recorder. Setelah wawancara dilakukan, maka 4 siswa tersebut akan dilakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi. Demonstrasi ini dilakukan oleh siswa sendiri dan peneliti hanya membimbing siswa dalam melakukan langkah-langkah percobaan. Metode pembelajaran dengan ini dirancang agar membantu siswa dalam merubah konsep mereka yang salah menjadi lebih benar.

(48)

E. INSTRUMENT PENELITIAN

E.1. TES HASIL BELAJAR ( PRETES DAN POSTTEST )

Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini berupa soal-soal pilihan ganda yang disertai dengan CRI dan alasan jawaban yang lebih bersifat konseptual tentang Susunan Seri-Pararel Dan Penerapannya Dalam Kehidupan Sehari-hari yang dibuat sendiri oleh peneliti, soal ini tediri dari 9 soal. CRI yang digunakan ini hanya mengandalkan kejujuran siswa, bisa saja skala CRI yang dipilih oleh siswa tidak sesuai dengan kenyataan. Soal pretes akan diberikan sebelum siswa menerima treatmen, sedangkan soal posttes diberikan setelah siswa menerima treatmen. Adapun kisis-kisi soal yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 2.1. Kisi-kisi soal

No No Soal Konsep

1 1 Pemahaman tentang daya

2 2, 3 Pengaruh terputusnya salah satu hambatan

3 4, 6b, 7a, 7b Pemahaman tentang kuat arus

4 5 Mengidentifikasi rangkaian

(49)

E.2. PEMBELAJARAN

Pembelajaran disini menggunakan demonstrasi, dilakukannya demonstrasi untuk memberikan treatmen kepada 4 siswa yang telah tepilih menjadi sampel untuk mendorong mereka merubah konsepsinya menjadi lebih lengkap atau benar sesuai dengan konsep para ilmuwan dan untuk mendorong siswa mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi.

E.3. WAWANCARA

Wawancara yang dilakukan bersifat bebas terstruktur yaitu penelitian bebas menanyakan apa saja yang diperlukan dan siswa dapat dengan bebas menjawab, sedangkan terstruktur berarti pertanyaan sudah dipersiapkan dan urutannya secara garis besar telah dipersiapkan lebih dahulu sehingga peneliti dapat secara sistematis mengarahkan konsepsi siswa, bertanya dan mengungkap pemikiran siswa.

F. KUALITAS INSTRUMEN

(50)

Berdasarkan kritikan, saran, dan petunjuk yang diberikan, semua instrumen siap digunakan.

G. TREATMEN

Treatmen adalah perlakuaan peneliti kepada apa yang mau diteliti agar nantinya mendapatkan data yang diinginkan (Suparno,2000:23). Treatmen yang diberikan kepada siswa berupa pembelajaran dengan metode demonstrasi.

Demonstrasi dibagi menjadi 5 bagian. Demonstrai 1 tentang sifat-sifat dari rangkaian seri. Demonstrasi 2 tentang sifat-sifat dari rangkaian paralel dan kombinasi. Demonstrasi 3 tentang sifat dari daya. Demonstrasi 4 tentang mengubah-ubah komponen pada rangkaian paralel. Demonstrasi 5 tentang mengubah-ubah komponen pada rangkaian seri

H. METODE ANALISIS DATA

H.1. DATA PRETEST DAN POSTTEST

Setelah data siswa yang telah dikerjakan pada saat pretes dan posttest terkumpul, maka dilakukan analisis terhadap hasil jawaban siswa. Pemberian skor dilihat dari tingkat kebenaran jawaban dan langkah-langkah yang dipakai siswa dalam menyelesaikan soal. Kriteria pemberian skor untuk menentukan baik atau kurang baiknya tingkat pemahaman anak. Ketentuan pemberian skor setiap nomor soal sama, bila jawaban benar diberi skor maksimal 2.

(51)

diberi skor 0. Presentase skor yang diberikan siswa akan menunjukkan tingkat pemahaman siswa. Adapun interval skor yang dipakai untuk menentukan klasifikasi pemahaman siswa berdasarkan skor sebagai berikut:

Tabel 2.2 Klasifikasi Pemahaman Siswa Berdasarkan Skor Prosentase skor (%) Tingkat pemahaman

87 – 100 Sangat baik

74 - 86 Baik

56 - 73 Cukup

31 – 55 Kurang

≤ 30 Sangat kurang

Persentase skor =

maksimum skor

skor

x 100%

Tabel 2.3 Klasifikasi Pemahaman Siswa Berdasarkan Kriteria Skemp Persentase jumlah jawaban dan

alasan jawaban siswa yang benar

Tingkat pemahaman

≤ 50% instructional understanding 50% < 100% relational understanding

Penentuan skala CRI, tingkat keyakinan jawaban anak akan dikelompokkan menjadi dua, yaitu memahami konsep atau CRI tinggi (>2,5) dan kurang memahami konsep CRI rendah (≤2,5).

(52)

Tabel 2.4 Kriteria Konsep Benar, Kekurangan Pemahaman dan Miskonsepsi

Skor siswa Skala CRI rendah (0~2) Skala CRI tinggi (3~5) 2 Kurang pengetahuan Konsep benar 1 Kurang pengetahuan Kurang Pengetahuan

0 Kurang pengetahuan Miskonsepsi

Jadi untuk setiap soal ada 3 kemungkinan yaitu : konsep benar, kurang pengetahuan dan miskonsepsi. Dalam menentukan jumlah miskonsepsi untuk setiap soal yang termasuk kelompok konsep benar atau kurang pengetahuan diberi skor 0, sedangkan untuk miskonsepsi diberi skor 1

H.2. DATA WAWANCARA

(53)

BAB III

DATA, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2008. sebelum dilakukan pengambilan data, peneliti akan melakukan observasi kelas terlebih dahulu untuk melakukan pendekatan dengan siswa dan melihat situasi kelas supaya terjalin keakraban, hal ini dimaksudkan agar memperlancar dalam proses pengambilan data. Setelah melakukan observasi, peneliti juga melakukan ujicoba soal yang waktunya bersamaan dengan pretes dengan kelas yang berbeda. Ujicoba soal atau validasi soal dimaksudkan untuk melihat kualitas soal tersebut. Soal ujicoba sama dengan soal pretes yang terdiri 9 soal. Waktu yang diberikan siswa untuk mengerjakan pretes selama 45 menit. Pretes dilakukan untuk memilih subyek penelitian. Setelah melakukan observasi dan pretes, peneliti memilih 4 orang siswa yang hasil pretesnya 4 terendah, setelah itu peneliti melakukan wawancara kepada 4 siswa tersebut, dilakukan wawancara untuk melihat lebih jauh miskonsepsi yang mereka alami. Dari hasil pretes dan wawancara tersebut, peneliti kemudian melakukan treatment dengan menggunakan demonstrasi. Setelah melakukan treatmen peneliti melakukan posttes dan wawancara lagi, wawancara tersebut untuk membandingkan pengetahuan awal dan pengetahuan akhir siswa, walaupun sudah adanya posttes

Waktu kegiatan :

(54)

Ujicoba soal dan pretes : 7 Juni 2008 Wawancara I : 16 Juni 2008 Pembelajaran : 26 Juni 2008

Posttes : 27 Juni 2008

Wawancara II : 28 juni 2008

B. PRETES

Pretest dilakukan pada hari sabtu, 7 Juni 2008, peneliti menggunakan waktu pada saat pelajaran fisika pada kelas XA SMA Angkasa Yogyakarta dengan siswa 28 tetapi pada saat pretes hanya diikuti oleh 25 orang, dikarenakan 3 orang yang lainnya tidak masuk dikarenakan sakit. Siswa yang mengikuti pretes diminta mengerjakan soal yang berkaiatan dengan Susunan rangkaian seri parallel yang dilengkapi dengan CRI. Soal pretest terdiri 9 soal. Waktu yang diberikan siswa untuk mengerjakan pretes selama 45 menit. Pretest dilakukan untuk memilih subyek penelitian karena dengan pretes peneliti dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa dan miskonsepsi.

Dari jawaban dan alasan siswa pada soal pretes tersebut, peneliti dapat menganalisis berdasarkan jawaban mereka. Analisis pretes tersebut sebelumnya dibuat dalam bentuk tabel, anatara lain:

1. tabel 3.1 Skor jawaban, Alasan dan CRI

(55)
(56)

Jawaban No Siswa

Tabel 3.1 Skor Jawaban, Alasan dan CRI

No. Soal 1 2 3 4 5 6.a 6.b 7.a 7.b

A B A C Pararel Tdk berubah berubah berubah berubah

1 Jawaban 0 0 1 0 1 0 0 0 0

Alasan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

CRI 1 1 1 0 1 0 0 0 0

3 Jawaban 1 0 1 0 1 1 0 1 0

Alasan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

CRI 1 1 1 1 1 1 1 1 1

(57)

Alasan 0 0 1 0 0 0 0 0 0

CRI 1 0 1 0 1 0 1 0 0

5 Jawaban 1 0 1 1 1 0 0 0 0

Alasan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

CRI 1 1 0 0 0 0 0 1 0

7 Jawaban 1 0 1 0 1 0 1 1 0

Alasan 0 0 0 0 1 0 0 0 0

CRI 1 1 0 1 0 0 0 0 0

8 Jawaban 1 0 1 1 1 1 0 0 1

Alasan 1 0 0 0 0 0 0 0 0

(58)

9 Jawaban 1 0 1 0 1 0 1 1 0

Alasan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

CRI 1 1 0 1 1 0 0 1 1

10 Jawaban 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Alasan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

CRI 0 0 0 0 0 0 0 0 0

11 Jawaban 1 0 1 0 1 1 0 1 0

Alasan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

CRI 1 1 1 1 1 1 1 0 0

12 Jawaban 0 0 0 0 1 0 0 0 0

(59)

CRI 1 0 0 0 0 0 0 0 0

13 Jawaban 1 0 1 0 1 0 1 1 0

Alasan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

CRI 1 1 0 0 1 0 1 1 0

14 Jawaban 1 0 1 0 1 0 1 0 1

Alasan 1 0 0 0 0 0 1 0 1

CRI 1 1 1 1 1 1 1 1 1

15 Jawaban 1 0 0 0 1 0 1 1 0

Alasan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

(60)

16 Jawaban 1 0 0 0 1 0 0 0 0

Alasan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

CRI 1 1 1 0 1 0 0 0 0

17 Jawaban 1 0 1 0 1 0 0 0 0

Alasan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

CRI 1 1 0 0 0 1 0 0 0

18 Jawaban 1 0 0 0 0 0 0 0 0

Alasan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

CRI 0 1 1 1 0 0 0 0 0

19 Jawaban 1 1 1 0 0 0 1 0 0

(61)

CRI 1 0 1 0 0 0 0 0 0

20 Jawaban 1 0 1 0 1 1 0 0 1

Alasan 1 0 1 0 0 0 0 0 0

CRI 0 1 1 1 0 0 0 1 0

21 Jawaban 1 1 1 0 1 0 1 0 0

Alasan 1 0 0 0 0 0 0 0 0

CRI 1 1 1 1 0 1 1 1 1

23 Jawaban 1 0 1 0 0 1 0 1 0

Alasan 0 0 0 0 0 1 0 0 0

(62)

24 Jawaban 1 1 1 0 1 0 0 0 1

Alasan 0 0 0 0 1 0 0 0 0

CRI 1 1 1 0 1 1 0 0 1

25 Jawaban 1 0 1 0 1 0 0 0 0

Alasan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

CRI 1 0 1 1 1 1 0 1 1

26 Jawaban 1 0 1 0 1 0 1 1 1

Alasan 0 0 0 0 0 0 1 0 0

CRI 1 1 1 1 1 1 1 1 1

27 Jawaban 1 0 1 0 1 0 1 1 1

(63)

CRI 1 1 1 1 1 1 1 1 1

28 Jawaban 1 0 0 0 0 0 0 0 0

Alasan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

(64)
(65)
(66)

Tabel 3.3 Persentase Jawaban Siswa berdasarkan CRI

No siswa

Jawaban Siswa

Konsep Benar

Kekurangan Pengetahuan

Miskosepsi Jawaban dan Alasan

Benar

Jawaban Benar Jawaban Salah

Jumlah Persentase(%) Jumlah Persentase(%) Jumlah Persentase(%) Jumlah Persentase(%) Jumlah Persentase(%)

1 0 0,00 0 0,00 2 22,22 5 55,56 2 22,22

3 0 0,00 0 0,00 5 55,56 0 0,00 4 44,44

4 1 11,11 0 0,00 3 33,33 4 44,44 1 11,11

5 0 0,00 0 0,00 4 44,44 3 33,33 2 22,22

7 0 0,00 1 11,11 4 44,44 2 22,22 2 22,22

8 1 11,11 0 0,00 5 55,56 0 0,00 3 33,33

9 0 0,00 0 0,00 5 55,56 1 11,11 3 33,33

(67)

11 0 0,00 0 0,00 5 55,56 1 11,11 3 33,33

12 0 0,00 0 0,00 1 11,11 7 77,78 1 11,11

13 0 0,00 0 0,00 5 55,56 3 33,33 1 11,11

14 3 33,33 0 0,00 2 22,22 0 0,00 4 44,44

15 0 0,00 0 0,00 4 44,44 1 11,11 4 44,44

16 0 0,00 0 0,00 2 22,22 5 55,56 2 22,22

17 0 0,00 0 0,00 3 33,33 4 44,44 2 22,22

18 0 0,00 0 0,00 1 11,11 5 55,56 3 33,33

19 0 0,00 1 11,11 3 33,33 5 55,56 0 0,00

20 1 11,11 1 11,11 3 33,33 1 11,11 3 33,33

21 1 11,11 0 0,00 4 44,44 0 0,00 4 44,44

23 0 0,00 1 11,11 3 33,33 3 33,33 2 22,22

24 1 11,11 0 0,00 4 44,44 3 33,33 1 11,11

(68)

26 1 11,11 0 0,00 5 55,56 0 0,00 3 33,33

27 0 0,00 0 0,00 6 66,67 0 0,00 3 33,33

28 0 0,00 0 0,00 1 11,11 8 88,89 0 0,00

Jum-lah

100,00 44,44 922,22 800,00 633,33

Rata -rata

(69)

Tabel 3.4 Persentase Jawaban Siswa untuk Setiap Nomor berdasarkan CRI

No siswa

Jawaban Siswa

Konsep Benar

Kekurangan Pengetahuan

Miskosepsi Jawaban dan Alasan

Benar

Jawaban Benar Jawaban Salah

Jumlah Persentase(%) Jumlah Persentase(%) Jumlah Persentase(%) Jumlah Persentase(%) Jumlah Persentase(%)

1 3 12,00 1 4,00 18 72,00 1 4,00 2 8,00

2 0 0,00 1 4,00 3 12,00 4 16,00 17 68,00

3 2 8,00 0 0,00 17 68,00 3 12,00 3 12,00

4 0 0,00 0 0,00 2 8,00 12 48,00 11 44,00

5 1 4,00 1 4,00 17 68,00 4 16,00 2 8,00

6.a 0 0,00 1 4,00 4 16,00 12 48,00 8 32,00

6.b 2 8,00 0 0,00 8 32,00 12 48,00 3 12,00

(70)

7.b 1 4,00 0 0,00 5 20,00 14 56,00 5 20,00

Jmlh 36,00 16,00 332,00 288,00 228,00

Rata -rata

(71)

Dari tabel 3.1 sampai tabel 3.4 mengacu pada hasil jawaban siswa pada saat pretes. Dari tabel 3.2 tersebut terlihat bahwa 68 % siswa dalam tingkat pemahaman sangat kurang sedangkan 32 % yang lainnya dalam tingkat pemahaman kurang. Dari 9 soal yang diberikan oleh peneliti ada satu siswa yang mengalami persentase terendah yaitu sebesar 0 %, untuk skor tertingginya juga hanya satu orang saja dengan persentase 44,44 % sedangkan untuk rata-ratanya 24.22 %. Dari tabel tersebut yang paling banyak persentasenya adalah 27,78 % dengan 7 orang siswa.

(72)

orang siswa yang mempunyai skor terendah dengan persentase 0 %, untuk rata-ratanya 25,33 %. Dari tabel 3.3 yang mempunyai persentase rata-rata tertinggi pada kolom kurang pengetahuan dengan jawaban benar.

Tabel 3.4 tentang persentase jawaban siswa untuk setiap nomor berdasarkan CRI. Yang paling banyak konsep benarnya pada soal nomer 1, sedangkan yang tidak ada konsep benarnya pada soal 2, 4, 6.a dan 7.a. Untuk kurang pengetahuan dengan jawaban dan alasan benar tertinggi pada soal no 1, 2, 5 dan 6.a dengan persentase 4 % sedangkan yang lainnya adalah yang terendah dengan persentase 0 %. Untuk jawaban benar persentase tertinggi pada soal nomor 1 sedangkan yang persentase terendah pada soal no 2. persentase tertinggi pada jawaban salah adalah soal no 7.b, untuk yang terendahnya soal no 1. Sedangkan miskonsepsi persentase yang tertinggi pada soal nomor 2 dan yang terendah pada soal nomor 1 dan 5. Untuk rata-ratanya sama dengan tabel 3.3

C. WAWANCARA I

Dari tabel diatas, peneliti mengambil 4 orang siswa sebagai partisipan, yaitu siswa nomor 1, 10, 18 dan 28. Partisispan satu siswa nomor 1, partisipan dua siswa nomor 10, partisipan tiga siswa nomor 18 dan partisipan empat siswa nomor 28.

C.1. Mengidentifikasi rangkaian

(73)

rangkaian kombinasi / campuran, keempat siswa mengalami kebingungan & salah konsep. Ini terbukti saat siswa dihadapkan sebuah gambar, gambar tersebut merupakan rangkaian kombinasi.

L2

L1 L3 Gambar 1. Rangkaian gabungan

Keempat partisispan tahu bahwa rangkaian tersebut adalah rangkaian kombinasi, yang tersusun dalam rangkaian seri dan rangkaian pararel. Saat ditanya pada rangkaian tersebut manakah yang tersusun seri semua partisispan menjawab L2 seri dengan L3, miskonsepsi tersebut terlihat pada saat partisipan ditanyain L1 berparalel dengan L yang mana, Semua partisispan menjawab bahwa L1 berparalel dengan L3 saja, mereka menjawab tersebut karena anggapan mereka bahwa rangkaian dikatakan pararel jika lampu/hambatan tersebut sejajar.

C.2. Daya

(74)

beda, mereka menganggap bahwa yang mempengaruhi terang redupnya suatu lampu adalah arus. Tetapi pada saat siswa diberi empat buah gambar, siswa beranggapan lain lagi. Gambar tersebut terdiri dari 1 buah lampu dan 3 buah baterai, 3 buah baterai tersusun seri, pararel dan gabungan. 3 partisispan beranggapan bahwa yang nyalanya paling terang adalah baterai yang tersusun seri sedangkan yang 1 partisipan beranggapan bahwa yang nyalanya paling terang adalah baterai yang tersusun pararel

C.3. Arah arus

Pada saat wawancara mengenai arah arus pada suatu rangkaian keempat partisipan menjawab benar, bahwa arus mengalir dari kutub positif (+) ke kutub negatif (-) baterai, ini menandakan siswa sudah mempunyai konsep yang benar. Tapi pada saat wawancara dilanjutkan dengan memberi pertanyaan, seandainya baterainya dibalik, apa yang akan terjadi, ada dua partisipan mengalami miskonsepsi, yang mengalami miskonsepsi partisipan 3 dan partisipan 4, mereka menjawab seandainya baterai tersebut di balik maka akan terjadi perubahan besar baterai dan juga lampu yang tersusun dalam rangkaian tersebut akan mati

C.4. Kuat Arus

(75)

mempunyai arus yang paling besar sedangkan partisipan 4 menganggap kuat arus yang melewati setiap hambatan adalah beda.

Pada rangkaian pararel semua partisipan mengalami miskonsepsi karena mereka tidak melihat bahwa dalam rangkaian tersebut ketiga hambatan besarnya sama jadi kuat arusnya juga sama walaupun ada 1 yaitu partisipan 4 yang menganggap arusnya sama tetapi dia tidak melihat besarnya hambatan tetapi partisipan 1, 2, dan 3 beranggapan sama bahwa arus yang melewati ketiga hambatan yang paling besar adalah hambatan yang dekat dengan baterai

Pada rangkaian kombinasi seperti gambar 1, partisipan 1 dan 3 mempunyai konsep yan benar karena pada saat di wawancarai mereka mengatakan bahwa besarnya kuat arus beda dan yang mempunyai kuat arus yang paling besar adalah L1 partisipan 2 dan 4 mempunyai konsep yang salah karena menganggap besarnya kuat arus disetiap hambatan adalah sama C.5. Tegangan

(76)

Pada rangkaian parallel. Dalam rangkaian parallel, besarnya tegangan disetiap hambatan selalu sama walaupun hambatannya beda-beda ataupun sama. Dalam hal ini partisipan 2 dan 4 mempunyai konsep yang benar, dalam wawancara mereka mempunyai alasan karena itu rangkaian parallel maka tegangan disetiap hambatan sama. Sedangkan partisipan 1 dan 3 mempunyai konsep yang salah. Partisipan 1 beranggapan bahwa hambatan yang paling dekat dengan baterai, itu yang mempunyai tegangan yang paling besar. Partisipan 3 beranggapan bahwa rangkaian parallel mempunyai tegangan yang berbeda-beda di setiap hambatan

C.6. Pengaruh terputusnya salah satu hambatan

(77)

sama dengan partisipan tetapi partisipan melihat dari arah arus, apabila salah satu lampu diambil, pada rangkaian seri maka arus yang dilewati dulu sebelum lampu yang diputus akan tetap nyala tetapi yang setelah yang dilewati lampunya mati dan untuk rangkaian pararel apabila salah satu diambil yang lain tetap nyala

D. PEMBELAJARAN

Pada metode pembelajaran ini peneliti menggunakan demonstrasi. Demonstrasi bertujuan membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya dan menyesuaikan dengan pengalamannya, membantu siswa lebih aktif dalam belajar, melatih siswa untuk berpikir secara ilmiah (melatih siswa untuk mengamati, menalar, mengenal hasil percobaan, merumuskan kesimpulan, dan menjelaskan hasil demonstrasi), menghidupkan pelajaran dan mendorong siswa dalam belajar, meningkatkan daya pemahaman dan meningkatkan daya ingat siswa, menanamkan pengertian tentang konsep, prinsip, hukum, teori dan fakta, meningkatkan siswa untuk berpikir kritis dalam melakukan demonstrasi, dan menanamkan cara kerja dan berpikir ilmiah.

Dalam pembelajaran ini, dibagi menjadi 5 demonstrasi, antara lain: D.1. Demonstrasi I

(78)

Gambar 2. Rangkaian seri 3 lampu

Pada demonstrasi ini, peneliti merangkai lampu secara seri kemudian salah satu lampu tersebut diputus / diambil, sebelum peneliti mengambil salah satu lampu, peneliti terlebih dahulu menanyakan pada ke-empat partisipan tersebut, dengan pertanyaan “seandainya salah satu lampu saya putus, apa yang terjadi dengan lampu yang lain…”.

Anggapan semua partisipan salah, partisipan 1 dan 2 beranggapan jika salah satu lampu diambil maka lampu yang lain tidak ikut mati. Partisipan 3 beranggapan lampu yang paling dekat dengan baterai jika diputuss maka yang lain ikut putus. Sedangkan partisipan 4 tergantung dengan arah arus, jika lampu tersebut dengan arah arus paling depan diputus maka lampu yang belakangnya akan mati. Peneliti juga mengulangi memutus lampu yang lain dimaksudkan agar partisipan dapat menyimpulkan sendiri, peneliti juga memberi kesempatan pada partisipan untuk mencoba memutus lampu sendiri. Setelah itu peneliti memberi pertanyaan yang sama, semua partisipan dapat menjawab dengan benar, bahwa pada rangkaian seri apabila salah satu lampu diputus maka lampu yang lain akan ikut mati.

Setelah itu peneliti mengganti lampu tersebut dengan hambatan, peneliti VAB

L3 L2

(79)

jumlah hambatan tersebut, mengukur kuat arus setiap hambatan, kemudian peneliti juga mengukur beda potensial setiap hambatan. Peneliti juga meminta siswa untukl mencatat data-data tersebut, Setelah pengukuran dan data selesai peneliti meminta partisipan untuk menyimak data tersebut kemudian menyimpulkannya, setelah itu peneliti memberi beberapa pertanyaan kepada partisipan tersebut, pertanyaan-pertanyaan tersebut dimaksudkan untuk membatu siswa untuk mengatasi miskonsepsi sebelum adanya pembelajaran yang terungkap pada pretest dan wawancara setelah pretest.

D.2. Demonstrasi II

Pada demonstrasi ke dua, dimaksudkan untuk melihat sifat-sifat dari rangkaian pararel dan kombinasi, antara lain pengaruh terputusnya salah satu lampu, pengaruh arus, hambatan dan tegangan. Untuk rangkaian parelel seperti gambar dibawah ini:

Gambar 3. Rangkaian parallel 3 lampu

Seperti pada demonstrasi pertama hanya saja 3 buah lampu/hambatan tersusun secara pararel, untuk rangkaian kombinasi 2 buah lampu/hambatan yang tersusun seri kemudian diparalelkan dengan 1 buah lampu, seperti pada gambar berikut ini.

L3 L2 L1

(80)

Gambar 4. Rangkaian Kombinasi

Setelah demonstrasi kedua selesai, peneliti juga memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai sifat-sifat dari rangkaian parallel.

D.3. Demonstrasi III

Demonstrasi ini untuk melihat sifat dari daya itu sendiri. Pada demonstrasi ke tiga agak mengalami kesulitan dalam pemahaman, demonstrasi ketiga sampai diulang 3 kali demonstrasi.

Sebelum demonstrasi berlangsung, peneliti menerangkan spesifikasi yang biasanya ada pada lampu, setelah partisipan bener-bener mengerti maka peneliti melanjutkan demonstrasi mengenai daya. Sebelum merangkai rangkaian peneliti terlebih dahulu menanyakan kepada partisipan, pada ketiga lampu yang mempunyai spesifikasi lampu pertama dengan 6 V, lampu kedua 3.8 V dan lampu ketiga 2,5 V, lampu manakah yang nyala lampunya paling terang jika terhubung dengan baterai yang sama. Keempat partisipan menjawab nyala lampunya sama.

V

L L3 L2

L1

(81)

Setelah pertanyaan peneliti melanjutkan demonstrasi dengan merangkai rangkaian seperti pada rangkaian diatas, pada awalnya lampu yang dipasang adalah lampu yang spesifikasi 6 volt, kemudian peneliti menghitung tegangan, arus, hambatan pada lampu tersebut, setelah itu seperti langkah diatas peneliti mengganti lampu tersebut dengan 3.8 Volt kemudian mengganti lagi dengan lampu yang spesifikasinya 2,5 Volt. Setelah itu peneliti meminta partisipan untuk menghitung besarnya daya yang terukur kemudian menyimpulkan lampu manakah yang paling terang, tapi pada demonstrasi pertama semua partisipan mengalami kebingungan selanjutnya peneliti mengulangi lagi demonstrasi tersebut, kemudian peneliti mengulangi pertanyaan yang sama, 2 partisipan menjawab semakin terang, 2 partisipan menjawab nyalanya sama. Akhirnya partisipan mengulangi demonstrasi lagi, pada demonstrasi ketiga peneliti meminta benar-benar untuk memperhatikan nyala lampu tersebut. Setelah itu peneliti mengulang lagi pertanyaan yang sama, pada akhirnya keempat partisipan menjawab benar, bahwa semakin lama nyala lampunya semakin terang. Kemudian partisipan memberi pertanyaan lagi,

Peneliti : Yang mempengaruhi terang redupnya lampu itu apa? Partisipan 1 : hambatan

Partisipan 2 : spesifikasi lampu Partisipan 3 : hambatan

Partisipan 4 : arus

Peneliti : dari yang kalian sebutkan apakah mempengaruhi daya Partisipan 1, 2, 3 & 4 : iya

(82)

D.4. Demonstrasi IV

Pada demonstrasi ke empat membuktikan pada rangkaian parallel apabila hambatannya diubah-ubah apakah tegangan dan kuat arus disetiap hambatan akan ikut berubah.

Sebelumnya peneliti merangai rangkaian seperti pada gambar berikut ini:

Gambar 6. Rangkaian paralel

Kemudian peneliti meminta partisipan untuk menggambar rangkaian tersebut. Pada mulanya hambatan 1 (R1) dan hambatan 2 (R2) dibuat sama, peneliti mengukur besarnya hambatan, tegangan disetiap hambatan dan arus disetiap hambatan, peneliti meminta siswa untuk mencatat data tersebut. Setelah itu peneliti mengganti R1 dengan yang lebih kecil dari sebelumnya, jadi R1 < R2 kemudian peneliti juga menghitung besarnya hambatan, tegangan disetiap hambatan dan arus disetiap hambatan, hasil penghitungan tersebut juga dimasukkan ke dalam data. Demonstrasi ini dilakukan sampai dapat 4 data.

Untuk membantu menganalisis, dari data yang diperoleh peneliti memberi beberapa pertanyaan kepada partisipan.

R2

(83)

D.5. Demonstrasi V

Dalam demonstrasi kelima ini, kita mencari hubungan antara tegangan (V), kuat arus (I), dan hambatan (R) dalam rangkaian seri. Sebelum merangkaian rangkaian, peneliti menanyakan beberapa kepada partisipan, Peneliti : pada rangkaian seri seperti gambar ini (gambar 5), apabila

Rnya dibuat tetap, V diubah-ubah. Apa yang terjadi dengan Inya? Apakah ikut berubah-ubah ato tetap?

Partisipan 1 : arusnya juga ikut berubah Partisipan 2 : arusnya kayaknya berubah Partisipan 3 : berubah

Partisipan 4 : ya berubah

Setelah itu peneliti merangkai rangkaian seperti pada gambar 5 kemudian menanyakan rangkaian tersebut rangkaian apa… semua partisipan menjawab rangkaian tersebut adalah rangkaian seri .

Gambar 7. Rangkaian seri

Pada rangkaian gambar 5 pada demonstrasi kelima, table pertama dan data pertama peneliti memasang dengan hambatan yang sama yaitu 47 Ω dan dengan 1 buah baterai, setelah rangkaian tersebut terpasang dengan bantuan multimeter peneliti menghitung besarnya tegangan sumber (V) dan kuat arus (I), setelah terhitung untuk data yang kedua peneliti mengganti baterai dengan menggunakan 2 buah baterai tetapi masih menggunakan hambatan yang sama yaitu 47 Ω , kemudian dengan menggunakan multimeter peneliti menghitung besarnya sumber tegangan (V) dan kuat arus (I), setelah data kedua didapat

V R2

(84)

peneliti melanjutkan untuk data ketiga dan keempat, dengan cara yang sama pada data pertama dan kedua dengan hambatan yang sama hanya saja mengganti baterai, untuk data ketiga menggunakan baterai 3 sedangkan untuk data keempat menggunakan 4 buah baterai. Setiap pengambilan data peneliti meminta partisipan untuk mencatat semua data.

Untuk tabel kedua masih tetap menggunakan rangkaian pada gambar 5 dan sama dengan tabel pertama yaitu menentukan hubungan arus hanya saja pada tabel pertama mencari hubungan antara arus dengan sumber tegangan sehingga hambatan (R) nya dibuat tetap dan yang diubah-ubah adalah sumber tegangan (V) nya, sedangkan pada tabel kedua untuk menentukan hubungan antara kuat arus (I) dengan hambatan (R) sehingga pada tabel kedua peneliti mengganti-ganti hambatan tetapi yang dibuat tetap sumber tegangan (V)nya.

(85)
(86)

Jawaban No Siswa

E. P OSTTEST

Tabel 3.5 Skor Jawaban, Alasan dan CRI

No. Soal 1 2 3 4 5 6.a 6.b 7.a 7.b

A B A C Pararel Tdk berubah berubah berubah berubah

1 Jawaban 1 1 1 1 1 1 1 0 0

Alasan 0 1 1 1 1 0 0 0 0

CRI 0 1 0 0 0 1 0 1 1

10 Jawaban 1 1 1 0 1 1 1 1 1

Alasan 0 1 0 0 1 1 1 0 0

CRI 1 1 1 0 1 0 0 1 0

(87)

Alasan 1 1 0 0 1 0 0 0 0

CRI 1 1 1 0 0 0 1 0 1

28 Jawaban 1 1 1 1 1 0 1 1 0

Alasan 1 1 1 0 1 0 1 0 0

CRI 0 0 0 1 1 1 0 0 0

Tabel 3.6 Persentase Skor dan Tingkat Pemahaman

No Siswa

Skor Siswa

Tingkat Pemahaman Jawaban dan

alasan benar

Jawaban benar

Total skor persentase

1 4 3 11 61,11 % Cukup

10 4 4 12 66,67 % Cukup

Gambar

Gambar 1. Rrangkaian seri 3 lampu
Gambar 5. Rangkaian parallel 3 lampu
Gambar 7. Terlepasnya lampu pada rangkaian paralel
Gambar 8. Arah aliran arus
+7

Referensi

Dokumen terkait

1. Afifah Al Rosyidah: “Pendidikan Karakter pada Classic Fairy Tales“. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: a. Kandungan aspek pendidikan pendidikan karakter

Dari unifi- kasi ini kita akan menurunkan persamaan gerak medan fluida yang berinteraksi dengan materi dan medan elektromagnetik dalam limit non-relativistik seperti persamaan

Dari hasil perhitungan dan hasil analisis karakteristik penumpang dan kinerja angkutan diketahui angkutan yang memberikan pelayanan yang lebih baik adalah kereta api

Pada bulan Februari, konflik yang berkaitan dengan akses terhadap sumber daya dan tuduhan korupsi juga mencapai puncaknya sejak bulan Oktober 2006.. Hal ini

ini terlihat dari kurangnya siswa yang memerlukan bimbingan dalam menyelesaikan LKS. Kemampuan siswa dalam merangkum materi pelajaran sudah mengalami

- Bahwa saksi mengetahui kejadian tersebut ketika sedang berada di rumah kemudian datang Subur dan Solihin dengan membawa Terdakwa bersama SAKSI KORBAN dan pada

Manajer Investasi dapat menghitung sendiri Nilai Pasar Wajar dari Efek tersebut dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab berdasarkan metode yang menggunakan asas konservatif

Sedangkan dalam Undang-undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pengertian perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan