i
HUBUNGAN INTENSITAS MENGIKUTI
PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN SIKAP
TAWADHU’ SISWA DI MTS SUDIRMAN JIMBARAN
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
Yuliana Arum Priyani
NIM : 111 10 123
JURUSAN PAI
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
ii
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721
Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqasyah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dimaklumi.
Salatiga, 5 Februari 2015 Penulis
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721
Website: www.iainsalatiga.ac.id PE-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id
Saudara : Yuliana Arum Priyani
Kepada:
Yth. Ketua IAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini, Kami kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama : Yuliana Arum Priyani
NIM : 111 10 123
Jurusan/Progdi : Tarbiyah/PAI
Judul : HUBUNGAN INTENSITAS MENGIKUTI
PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN SIKAP
TAWADHU’ SISWA DI MTS SUDIRMAN JIMBARAN
Salatiga, 5 Februari 2015 Pembimbing
iv SKRIPSI
HUBUNGAN INTENSITAS MENGIKUTI PEMBINAAN KEAGAMAAN
DENGAN SIKAP TAWADHU’ SISWA DI MTS SUDIRMAN JIMBARAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015
DISUSUN OLEH
YULIANA ARUM PRIYANI
111 10 123
Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan PAI, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 4 April 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Achmad Maimun, M.Ag __________________
Sekretaris Penguji : Prof. Dr. Mansur, M.Ag __________________
Penguji I : Dr. Budiyono Saputro,M.Pd __________________
Penguji II : Yedi Efriadi,M.Ag __________________
v MOTTO
َالله َّنِإ ِهِسْفَنِل ُدِهاَجُي اَمَّنِإَف َدَهاَج نَمَو
َنيِمَلاَعْلا ِنَع ٌّيِنَغَل
“
Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya
itu adalah untuk dirimya, sesungguhnya Allah maha kaya dari
semesta
alam”
. ( QS.Al-Ankabut : 6)
“seseorang yang baik adalah dia yang memperbaiki
kesalahannya”
vi
PERSEMBAHAN
Kubingkiskan karya sederhana ini untuk:
1.
Almamaterku tercinta STAIN Salatiga.2.
Kedua orang tuaku, Bapak H. Supriyadi & Ibu Hj. Rumiyati tercinta yangselalu menyayangiku, mendukung, dan menyemangatiku. Terima kasih
atas do’a yang tiada henti terucap dari bibir dan hati Bapak & Ibu untuk kebaikan Ananda.
3.
Adikku tercinta, Novia Dewi Safitri semoga kamu meraih cita-cita yangkamu impikan.
4.
Sahabat-sahabatku Mbak Upla, mbak Aini, Heni, Lilis, Vita, Aminah,Audy, Hafidz, Eni, Matul, Risa dan Zaty yang telah mengobarkan
semangat kuliah bersama-sama dan terimakasih telah menjadi sahabat
yang mengajarkan banyak hal tentang persahabatan.
vii
ABSTRAK
Priyani, Yuliana Arum, 2015, Pengaruh Intensitas Mengikuti Pembinaan
Keagamaan Terhadap Sikap Tawadhu’ Siswa Mts Sudirman Jimbaran
Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi Jurusan Tarbiyah Progam Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri. Pembimbing Prof. Dr. Mansur,M .Ag
Kata Kunci : Pembinaan Keagamaan, Sikap Tawadhu’
Pokok masalah dalam skripsi ini adalah pengaruh intensitas mengikuti pembinaan keagamaan terhadap sikap tawadhu’ siswa MTs sudirman Jimbaran tahun pelajaran 2014/2015. Dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah intensitas siswa dalam mengikuti pembinaan keagamaan di MTs
Sudirman Jimbaran? 2) Bagaimanakah tingkat ketawadhu’an siswa di MTs
Sudirman Jimbaran? 3) Adakah pengaruh intensitas mengikuti pembinaan
keagamaan terhadap sikap tawadhu’ siswa di MTs Sudirman Jimbaran ?
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. subyek penelitian sebanyak 40 responden. pengumpulan data menggunakan metode angket dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa intensitas mengikuti pembinaan keagamaan mempunyai hubungan yang positif dengan pengembangan sikap
tawadhu’ siswa MTs Sudirman Jimbaran tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini dapat dilihat dari: 1) Intensitas siswa dalam mengikuti pembinaan keagamaan tergolong pada kategori tinggi dengan persentase 67,5% kategori sedang dengan persentase 20% dan kategori rendah pada persentase 12,5%. 2) Persentase nilai sikap
tawadhu’ siswa tergolong pada kategori tinggi dengan persentase 52,5%, kategori sedang dengan persentase 40% dan kategori rendah pada persentase 7,5%. Analisa selanjutnya dengan menggunakan rumus product moment diperoleh nilai
rxy
=0.432 yang lebih besar darirt
=0,312 dengan taraf signifikan 5% dan 0,403 pada taraf signifikan 1%. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa “adapengaruh antara intensitas pembinaan keagamaan terhadap sikap tawadhu’ siswa
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir skripsi dengan judul “Hubungan intensitas mengikuti Pembinaan
Keagamaan dengan Sikap Tawadhu’ Siswa di MTs Sudirman Jimbaran Tahun Pelajaran 2014/2015”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S1 Jurusan Pendidikan Agama
Islam institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmad Haryadi, M.Pd., Rektor IAIN Salatiga yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian di MTs Sudirman Jimbaran.
2. Bapak H. Supriyadi dan Ibu Hj. Rumiyati tercinta yang telah mencurahkan
pengorbanan dan do’a restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis.
3. Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing, memberikan nasehat, arahan, serta masukan-masukan yang
sangat membangun dalam penyelesaian tugas akhir ini.
ix
5. Bapak Rasimin, M.Pd selaku Ketua Progam studi Pendidikan Agama Islam
IAIN Salatiga.
6. Seluruh dosen dan petugas admin Prodi Pendidikan Agama Islam IAIN
Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian
berlangsung.
7. Segenap karyawan MTs Sudirman Jimbaran, Bapak Shobirin, M.Pd.I ,ibu
Inayah, S.Ag, dan guru-guru MTs Sudirman Jimbaran yang telah memberikan
informasi dan data yang diperlukan dalam penelitian ini.
8. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya.
Amin ya robbal ’alamin
Salatiga, 5 Februari 2015 Penulis
x
DAFTAR ISI
JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
xi BAB II LANDASAN TEORI
A. Intensitas Mengikuti Pembinaan Keagamaan
1. Pembinaan Keagamaan ... 14
2. Dasar Pembinaan Keagamaan ... 14
3. Tujuan Pembinaan Keagamaan ... 16
4. Macam-macam Pembinaan Keagamaan ... 17
B. Sikap Tawadhu’ 1. Pengertian Sikap Tawadhu’ ... 21
2. Indikator Sikap Tawadhu’ ... 23
3. Cara Memperoleh Sikap Tawadhu’ ... 27
C. Pengaruh Intensitas Mengikuti Pembinaan Keagamaan terhadap Sikap Tawadhu’ Siswa di MTs Sudirman Jimbaran ... 30
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs Sudirman Jimbaran 1. Sejarah Berdirinya MTs Sudirman Jimbaran ... 33
2. Profil MTs Sudirman Jimbaran ... 34
3. Visi, Misi, dan Tujuan ... 35
4. Struktur Organisasi ... 36
5. Keadaan Pendidik dan Kependidikan ... 37
6. Sarana dan Prasarana... 40
xii
B. Penyajian Data
1. Data Responden... 64
2. Daftar Hasil Jawaban Angket ... 66
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Deskriptif
1. Analisis Intensitas Mengikuti Pembinaan Keagamaan .. 49
2. Analisis Sikap Tawadhu’ ... 54 B. Pengujian Hipotesis ... 58
C. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis ... 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 63
B. Saran-Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Daftar Tenaga Pendidik Dan Kependidikan di MTs Sudirman
Jimbaran
Tabel 3.2 : Daftar Siswa Di MTs Sudirman Jimbaran
Tabel 3.3 : Daftar Sarana dan Prasarana
Tabel 3.4 : Daftar Pembinaan Keagamaan MTs Sudirman Jimbaran
Tabel 3.5 : Data Responden Siswa MTs Sudirman Jimbaran
Tabel 3.6 : Data Jawaban Angket Dari Variabel Intensitas Mengikuti
Pembinaan Keagamaan
Tabel 3.7 : Data Jawaban Angket Dari Variabel Sikap Tawadhu’
Tabel 4.1 : Daftar nilai intensitas mengikuti pembinaan keagamaan
Tabel 4.2 : Interval dan prosentase intensitas mengikuti pembinaan
keagamaan
Tabel 4.3 : Daftar nilai sikap rawadhu’ siswa
Tabel 4.4 : Interval dan prosentase sikap tawadhu’ siswa
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lamp. 1 : Angket Penelitian
Lamp. 2 : Daftar Riwayat Hidup
Lamp. 3 : Lembar Komsultasi
Lamp. 4 : Nota Pembimbing
Lamp. 5 : Daftar Nilai SKK
Lamp. 6 : Permohonan Izin Penelitian
Lamp. 7 : Surat Tugas Pembimbing
xv BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan masyarakat yang semakin modern dan pluralistik telah
memberikan warna yang bervariasi dalam berbagai segi. Kenyataan
modernisasi telah merambah hampir semua nilai-nilai agama yang
seharusnya telah tercermin dalam perilaku yang baik. Perubahan tersebut
bukan hanya pada bidang teknologi saja, tetapi yang lebih berbahaya
adalah rusaknya moral, akhlak, etika dan perilaku manusia, yang akibatnya
memicu kerusakan bangsa ini. Adapun lapisan masyarakat yang sangat
mudah terkena pengaruh dari luar adalah remaja, karena mereka sedang
mengalami kegoncangan emosi akibat perubahan dan pertumbuhan yang
mereka lalui (Zakiyah Dradjat, 1976: 94).
Sebagaimana telah dipahami bahwa dalam perkembangan remaja
sangatlah dibutuhkan orang-orang yang lebih dewasa dan juga lebih baik
darinya. Agar para remaja ini dapat berkembang dengan baik lahir maupun
batin, karena tak sedikit para remaja yang sering kali mengambil jalan
pintas guna melampiaskan masalah batinnya. Pelarian batin ini terkadang
mengarah pada perbuatan yang negatif dan merusak moral. Seperti halnya
xvi
ataupun SMP. Karena, dalam pendidikan agama sudah dijelaskan
bagaimana akhlak yang baik dan akhlak yang buruk, tapi siswa seringkali
kurang bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan agama
islam adalah upaya yang dilakukan secara sadar dan sudah terencana oleh
seseorang pendidik untuk menyiapkan peserta didik agar meyakini,
memahami, dan mengamalkan ajaran agama islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran dan pelatihan yang sudah ditentukan untuk
menggapai tujuan. Untuk itu pendidikan agama islam bertujuan
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik tentang ajaran
agama islam sehingga diharapkan menjadi manusia yang berkembang
keimanan dan ketakwaannya ( Abdul Majid dan Dian Andayani,
2005:132-135).
Dalam hal ini setiap sekolah pasti memiliki kegiatan diluar
kegiatan formal seperti proses belajar mengajar, yaitu dengan mengadakan
pembinaan keagamaan bagi peserta didik secara insetif dan
berkesinambungan. Dengan tujuan agar siswa setelah mengikuti
pembinaan keagamaan ini dapat memperbaiki akhlaknya.
Dengan adanya masalah di atas, hendaknya setiap hari para peserta
didik tertib mengikuti pembinaan keagamaan yang telah diadakan dari
pihak sekolah. Dengan tujuan agar peserta didik dapat menerapkan apa
yang telah diperoleh dari kegiatan keagamaan tersebut. Karena semakin
sering atau tertib peserta didik mengikuti pembinaan keagamaan ini
xvii
dengan ajaran agama yaitu agama Islam. Sedikit kemungkinan peserta
didik yang dengan tertib mengikuti pembinaan keagamaan ini mengalami
hal-hal yang negatif, karna peserta diidik tau apa yang akan diperbuat saat
menemui masalah terutama masalah agama.
Seperti karena iri terhadap apa yang dimiliki temannya, peserta
didik terkadang menjadikan masalah itu menjadi masalah besar dengan
membuat keonaran di kelas, sehingga perbuatan tersebut sangatlah
disayangkan karena secara tidak langsung peserta didik merusak moralnya
sendiri. Hendaknya para remaja atau peserta didik ini bisa mengendalikan
emosinya dan bersikap apa adanya saja, karena apa yang kita miliki
hanyalah milik Allah swt semata, apa yang kita punya adalah titipan dari
Allah swt agar digunakan dengan sebaik mungkin. Tak pantas jika
menyombongkan semua harta ataupun kelebihan yang diberikan Allah
swt. Dengan terciptanya sikap tawadhiu’ maka rasa sombong dan angkuh
akan sirna, sehingga lahirlah kebaikan dan kemuliaan.
Dari uraian di atas, penulis ingin mengkaji permasalahan melalui
penelitian yang berjudul “HUBUNGAN INTENSITAS MENGIKUTI
PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN SIKAP TAWADHU’ SISWA
DI MTS SUDIRMAN JIMBARAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015”
xviii
Memperhatikan latar belakang masalah yang tertulis di atas, maka
dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah intensitas siswa dalam mengikuti pembinaan
keagamaan di MTs Sudirman Jimbaran tahun pelajaran
2014/2015?
2. Bagaimanakah tingkat sikap tawadhu’ siswa di MTs Sudirman Jimbaran tahun pelajaran 2014/2015 ?
3. Adakah hubungan intensitas mengikuti pembinaan keagamaan
dengan sikap tawadhu’ siswa di MTs Sudirman Jimbaran tahun
pelajaran 2014/2015 ?
C. Tujuan Penelitian
Permasalahan diatas kemudian dijadikan sebagian pijakan penelitian
dan akan dijawab melalui proses penelitian yang dilakukan. Oleh karena
itu tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui intensitas siswa dalam mengikuti pembinaan
keagamaan di MTs Sudirman Jimbaran tahun pelajaran
2014/2015?
2. Untuk mengetahui tingkat sikap tawadhu’ siswa di MTs Sudirman
xix
3. Untuk mengetahui hubungan intensitas mengikuti pembinaan
keagamaan dengan sikap tawadhu’ siswa di MTs Sudirman
Jimbaran tahun pelajaran 2014/2015 ?
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara
terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah
sehingga harus diuji secara empiris. Hipotesis berasal dari kata hypo yang
berarti di bawah dan thesa yang berarti kebenaran (Hasan, 2004:31).
PROSES pelaksanaan pendidikan dalam lingkungan sekolah
memberikan pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangann
anak dalam hidup beragama di masa yang akan datang. Dalam setiap
kegiatan keagamaan dieprlukan adanya penghayatan dari dalam hati,
karena dengan penghayatan mampu merubah akhlak yang belum baik
menjadi lebih baik. Maka dalam penelitian ini, peneliti beranggapan
bahwa ADA HUBUNGAN POSITIF ANTARA INTENSITAS
MENGIKUTI PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN SIKAP
TAWADHU’ SISWA DI MTS SUDIRMAN JIMBARAN TAHUN
PELAJARAN 2014/2015.
E. Manfaat Penelitian
Dari tema yang telah penulis ambil, mala penulis mengahrapkan
agar penelitian ini dapat bermanfaat secara praktis maupun teoritik.
xx
Dapat memberikan tambahan wawasan dalam melaksanakan
pembinaan keagamaan dalam memperbaiki sikap tawadhu’ siswa.
2. Secara praktis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan
wawasan serta dapat mengembangkan ilmu-ilmu yang didapat. Dengan
mengikuti pembinaan keagamaan ini juga sebagai salah satu cara bagi
siswa untuk memperbaiki akhlak dan perilaku.
F. Definisi Operasional
Agar mempermudah pemahaman serta untuk menentukan arah
yang jelas dalam menyusun penelitian ini, maka penulis memberikan
penegasan dan maksud penelitian judul sebagai berikut :
1. Intensitas mengikuti pembinaan keagamaan
Intensitas berasal dari kata intens yang artinya
sungguh-sungguh, berniat keras dan penuh perhatian. Dalam kamus ilmiah
(Burhani MS-Hasbi Lawrens, 221). Pembinaan adalah usaha, tindakan,
dan kegiatan yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk
memperoleh hasil yang lebih baik (Alwi, 2007:152). Sedangkan
keagamaan berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan agama
xxi
Jadi intensitas mengikuti pembinaan keagamaan adalah niat
atau usaha siswa dalam memperbaiki dirinya melalui kegiatan yang
berhubungan dengan agama Islam.
2. Sikap tawadhu’
Sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude adalah suatu cara
berinteraksi terhadap suatu perangsang ( Ngalim Purwanto, 1987:141).
Tawadhu’ secara etimologi Arab kata tawadhu’ berasal dari kata (- عضتا
عضاوت) yang mempunyai arti merendahkan hati / rendah hati. Selain itu
ada kata lain (عضو) yang artinya “tempat, letaknya” (Mahmud Yunus,
1992:105). Tawadhu’ secara terminologi, tawadhu’ menurut Al
-Ghazali ( 1994:350) adalah mengeluarkan kedudukan atau kita
menganggap orang lain lebih utama dari pada kita.
Jadi sikap tawadhu’ adalah rendah hati, tidak sombong
terhadap apa yang dimiliki dengan menyadari bahwa apa yang dimiliki
adalah milik Allah swt.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan rancangan penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang diterapkan oleh peneliti
adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif memiliki fokus
penelitian yang terletak pada hasil atau produk dari sebuah objek
penelitian. Bukan dalam bentuk kategori- kategori atau dalam bentuk
sebuah proses.
xxii
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Sudirman Jimbaran,
dilaksanakan pada bulan November-Februari tahun 2014/2015.
3. Populasi dan sampel
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek
atau sobjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya ( Sugiyono, 2007:61).
Dalam penelitian ini yang menjadi objek dalam penelitian
atau populasinya adalah seluruh siswa di MTs sudirman jimbaran
tahun pelajaran 2014/2015, yang berjumlah 404 siswa.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan
diteliti (Arikunto, 2010:174). Sampel yang diambil oleh populasi
harus representif. Maka dari itu dibutuhkan teknik sampling yang
tepat, dalam penelitian ini penyusun menggunakan teknik sampling
proposal random sampling yaitu proses pemilihan sampel dengan
cara acak secara proposional (sama). Jadi tiap kelas mempunyai
kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Sugiono, 2010:64).
Dalam penelitian ini sampel per unit ( perkelas) dihitung
berdasarkan rumus sebagai berikut :
Sampel per kelas =
xxiii
sampel dapat diambil 10-15 % atau 20-25%. Apabila sampel
kurang dari 10 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi.
4. Metode pengumpulan data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data, yaitu:
a. Metode angket
Metode angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dan responden dalam arti
laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto,
2010:194). Metode angket ini penulis gunakan untuk
mengumpulkan data dari responden mengenai intensitas mengikuti
pembinaan keagamaan dan sikap tawadhu’ siswa di MTs Sudirman
Jimbaran.
b. Metode dokumentasi
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya
barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi,
peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah, dokumen, peraturan peraturan, notulen rapat, catatan
xxiv 5. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih
cermat, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto,
1998:151).
Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah butir-butir pertanyaan dalam angket untuk masing-masing
variabel.
6. Analisis data
Tujuan analisis adalah menyederhanakan ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasi ( Masri Singarimbun
dan Sofian Efendi, 1983:213).
Untuk menganalisis data masing-masing variabel, penulis
menggunakan rumus prosentase, dengan rumus sebagai berikut :
P = x 100%
Keterangan :
P = persentase
F = frekuensi
xxv
Untuk mengetahui hubungan intensitas mengikuti
pembinaan keagamaan dengan sikap tawadhu’ siswa, maka penulis
menggunakan rumus product moment dengan rumus sebagai
berikut :
Y : jumlah variabel tingkat tawadhu’ siswa
X2 : kuadrat dari variabel x
Y2 : kuadratdari variabel y
XY : produk dari variabel x dan y
N : jumlah individu yang diteliti
H. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh penulisan penelitian yang sistematis dan
konsisten, penulis penelitian ini di rangkai dalam lima bab, yang mana
masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab. Adapun penelitian ini
xxvi BAB I pendahuluan
Pada bab ini dijelaskan gambaran umum mengenai sistematika
penulisan secara menyeluruh. Di mulai dengan penjelasan latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan penelitian.
BAB II Landasan teori
Bab ini menguraikan teori-teori yang digunakan untuk mendukung
penelitian agar didapat gambaran yang jelas mengenai pengaruh intensitas
mengikuti pembinaan keagamaan terhadap sikap tawadhu’ siswa. Adapun
sumber teori adalah berasal dari berbagai buku referensi, internet, dan
sumber lainnya yang dianggap representative sebagai pengayaan teori
penelitian.
BAB III Laporan hasil penelitian
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum lokasi dan subjek
penelitian, meliputi : sejarah berdirinya, visi dan misi, motto, keadaan
sarana dan prasarana, keadaan guru, karyawan dan siswa. Penyajian data
meliputi : data responden, jawaban angket keaktifan siswa mengikuti
pembinaan keagamaan di sekolah dan jawaban angket ketawadhu’an
siswa.
xxvii
Dalam bab ini penulis membahas tentang analisis data yang
disertai penyajian tabel-tabel dan penyajian hipotesis dengan
langkah-langkah sebagai berikut (1) analisis deskriptif ( masing-masing variabel ),
(2) analisis pengujian hipotesis, (3) pembahasan.
BAB V Penutup
Bab ini menguraikan kesimpulan hasil penelitian berdasarkan
analisis data dan saran-saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Intensitas Mengikuti Pembinaan Keagamaan
1. Pembinaan Keagamaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:152),
pembinaan berasal dari kata dasar “bina” yang mendapatkan awalan “pe” dan akhiran “an” yang mempunyai arti perbuatan, cara. Pembinaan berarti “kegiatan yang dilakukan secara efisien
dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik”.
Sedangkan keagamaan itu sendiri ialah, bahwa keagamaan
berasal dari kata “ke” dan akhiran “an”. Sehingga membentuk kata baru yaitu “keagamaan”. Jadi keagamaan di sini mempunyai arti “segenap kepercayaan (kepada Tuhan) serta dengan ajaran
kebaikan dan kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan
xxviii
Pembinaan keagamaan adalah usaha untuk membimbing
dan mempertahankan serta mengembangkan atau
menyempurnakan dalam segala seginya, baik segi akidah, segi
ibadah, dan segi akhlak.
2. Dasar Pembinaan Keagamaan
Dasar atau landasan pembinaan keagamaan telah dijelaskan
dalam ajaran-ajaran islam yang bersumber dari al-Qur’an dan hadist. Dalam buku M. Quraisy Syhab (2005:63) Allah swt menjelaskan hal
tersebut dalam surat Ali Imron : 104 yang berbunyi:
ِفوُرْعَمْلاِب َنوُرُمْأَيَو ِرْيَخْلا ىَلِإ َنوُعْدَي ُُُةَّمُأ ْمُكنِّم نُكَتْلَو
menyeru kepada kebajikan, menyeru (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali Imron: 104).Dalam ayat-ayat alqur’an dibawah ini juga menegaskan
perintah Allah swt untuk senantiasa bersikap tawadhu’ dan menjauhi
xxix
Sedangkan dalam hadist yang diriwayatkan oleh abdillah bin
amr disebutkan: sampaikanlah ajaranku kepada oranglain, walaupun hanya satu ayat”. (HR. At Tirmidzi)
3. Tujuan Pembinaan keagamaan
Tujuan pembinaan keagamaan tersebut tidak lepas dari tujuan
pendidikan islam karena pembinaan keagamaan merupakan salah satu
bentuk dari pendidikan islam. Tujuan pendidikan islam ialah
kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai
oleh ajaran islam (Zakiyah Daradjat, 1995:72)
Sebagaimana dikutip oleh Abdul Mujib , dkk, (2006:82) tujuan
pembinaan keagamaan antara lain adalah:
a. Mengembangkan wawasan spiritual yang semakin mendalam.
b. Membekali anak muda dengan berbagai pengetahuan dan
kebaikan.
c. Membantu peserta didik yang sedang tumbuh untuk belajar
xxx
d. Mengembangkan wawasan relasioanal dan lingkungan
sebagaimana yang dicita-citakan dalam islam, dengan melatih
kebiasaan dengan baik.
Dalam konteks kehidupan beragama, pembinaan keagamaan
bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan memelihara norma
agama secara terus menerus agar perilaku hidup manusia senantiasa
berada pada tatanan. Namun secara garis besar, arah atau tujuan dari
pembinaan keagamaan adalah meliputi dua hal, yaitu a) tujuan yang
berorientasi pada kehidupan akhirat, yaitu membentuk seseorang
hamba yang bertakwa kepada Allah swt; b) tujuan berorientasi pada
kehidupan dunia, yaitu membentuk manusia yang mampu menghadapi
segala bentuk kebutuhan dan tantangan kehidupan agar hidupnya lebih
layak dan bermanfaat bagi orang lain ( Armani Arif, 2002:23)
Armani Arif mengutip pendapat Mohammad al Toumy al
Syaibani (2002:25-26) tentang tujuan pembinaan keagamaan
mempunyai tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Tujuan individual
Tujuan ini berkaitan dengan masing-masing individu dalam
mewujudkan perubahan yang dicapai pada tingkat laku dan
aktifitasnya.
xxxi
Tujuan ini berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai
keseluruhan dan tingkah laku mereka secara umum.
c. Tujuan profesional
Tujuan ini berkatian dengan pembinaan dan pengajaran sebagai sebuah
ilmu.
4. Macam-macam pembinaan keagamaan
a. Berdo’a bersama
Berdo’a sebelum melaksanakan segala kegiatan adalah merupakan suatu keharusan dalam islam. Berdo’a memohon
kepada Allah agar setiap langkahnya selalu diridhoi Allah dan
selalu dalam lindunganNya. Begitupun saat siswa akan belajar,
sebaiknya berdo’a terlebih dahulu agar ilmunya dapat bermanfaat
dan mudah dalam menerima pelajaran yang telah diajarkan seorang
guru.Manfaat berdo’a, yaitu (Yazid, 2008 61-63):
1) Mendatangkan keridhaan dari Allah swt
2) Menghilangkan kesedihan dan kemuraman hati
3) Mendatangkan kegembiraan dan ketentraman di dalam hati
4) Menguatkan hati dan badan
5) Melapangkan rizki
6) Menimbulkan kharisma dan percaya diri
7) Menjadi selalu ingat Allah swt
8) Menumbuhkan rasa takut kepada Allah dan memuliakanNya.
xxxii
Asma’ul husna adalah nama-nama Allah, gelar dan sebutan
yang baik, agung dan indah yang kita diperintahkan untuk
memohon kepadaNya dengan menyebut nama-nama tersebut.
Jumlah dari asma’ul husna ada 99.
Seperti firman Allah dalam QS. Al-a’raf ayat 180:
َذَو اَهِب ُهوُعْداَف ىَنْسُحْلا ُءآَمْسَلأْا ِللهَو
يِف َنوُدِحْلُي َنيِذَّلا اوُر
َنوُلَمْعَي اوُناَكاَم َنْوَزْجُيَس ِهِئاَمْسَأ
“dan Allah memliki Asma’ul husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut Asma’ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahkan nama-namaNya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”
c. Membaca al-qur’an
Al-qur’an adalah firman Allah yang berupa wahyu yang disampaikan oleh jibril kepada nabi Muhammad saw.
Manfaat membaca al-qur’an (Abdul Qadir, 1985:250):
1) Membacanya termasuk ibadah
2) Sebagai penyejuk jiwa (ketenangan)
3) Meningkatkan kemampuan murid membaca al-qur’an secara
baik dan benar
4) Mendekatkan hubungan murid dengan kitabullah, sehingga
mereka merasa membutuhkan al-qur’an
5) Mmbekali murid dengan membiasakan membaca al-qur’an,
sehingga mereka bisa menerapkan di kehidupannya
xxxiii d. Sholat berjama’ah
Sholat jama’ah adalah apabila dua orang sholat bersama
-sama dan salah seorang di antara mereka mengikuti yang lain.
Orang yang diikuti (yang di hadapan) dinamakan imam, sedangkan
yang mengikuti di belakang dinamakan makmum (Sulaiman
Rasjid, 2012:106)
Manfaat sholat berjama’ah :
1) Mendapatkan pahala dari Allah swt dua puluh tujuh derajat
lebih tinggi daripada sholat sendiri
2) Bisa berkomunikasi dengan teman-teman yang lain, memberi
senyum, jabat tangan dan salam itu saja sudah besar pahalanya
3) Bisa sholat di awal waktu sehingga kita tidak akan takut lupa
shalat. Hidup kita jauh akan lebih terang karena hidup lebih
teratur, tidak perlu ingat-ingat sudah sholat apa belum
4) Kita bisa melatih kedisiplinan dan ketaatan kita kepada Allah
swt dengan rutin sholat wajib berjama’ah
5) Bagi para guru dan karyawan, ia akan semakin dekat dengan
siswanya, karena bisa mengobrol secara santai.
e. Mujahadah
Mujahadah ialah satu bentuk usaha yang sungguh-sungguh
xxxiv
dan batin melalui tindakan nyata dalam menjalankan suariat islam
berdasarkan al-qur’an dan sunnah. Manfaat mujahadah:
1) Memperteguh keimanan dan membina jati diri muslim
2) Menimbulkan kesadaran jiwa
3) Membentuk hamba yang bertanggung jawab
4) Membentuk hamba yang bertanggung jawab
5) Mewujudkan persaudaraan, menjaga persatuan dan kesatuan
serta menebarkan sifat rahmat bagi sesama manusia.
Pembinaan keagamaan dapat dijadikan salah satu usaha
dalam membentuk kepribadian dan akhlak siswa di sekolah yang di
laksanakan diluar jam pelajaran. Pembinaan keagamaan ini juga
sangat penting untuk di dapatkan siswa-siswa guna memperoleh
ilmu agama yang lebih dari mata pelajaran agama yang diajarkan
di kelas. Dengan adanya pembinaan keagamaan ini, setidaknya
siswa akan terbiasa dengan kegiatan-kegiatan agama seperti
berdo’a bersama sebelum memulai pelajaran di kelas, membaca
asma’ul husna, membaca al-qur’an, lebih rajin sholat dzuhur
berjama’ah dan mengikuti mujahadah yang dilaksanakan di
sekolah yang belum tentu para siswa melaksanakan ini dirumah.
B. Sikap Tawadhu’
xxxv
Sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude adalah suatu cara
berinteraksi terhadap suatu perangsang ( Ngalim Purwanto, 1987:141).
Tawadhu’ secara etimologi Arab kata tawadhu’ berasal dari kata
( عضاوت -عضتا) yang mempunyai arti merendahkan hati/rendah hati. Selain itu ada kata lain (عضو) yang artinya “tempat, letaknya”
(Mahmud Yunus, 1992:105). Tawadhu’ secara terminologi, tawadhu’
menurut Al-ghazali ( 1994:350 ) adalah mengeluarkan kedudukan atau
kita menganggap orang lain lebih utama dari pada kita. Tawadhu’
adalah akhlak mulia, perangai terpuji, tabiat serta sifat yang baik.
Itulah ciri-ciri orang yang beriman yang mempunyai keimanan tulus
(Hasyim, 2007:568).
Dalam pemikiran syaikh Az-zamuji tentang tawadhu’,
dikemukakan dalam kitab Ta’limul Muta’alim bahwa “tawadhu’
adalah salah satu tanda atau sikap orang yang bertaqwa. Dengan
bersikap tawadhu’ orang yang bertaqwa akan semakin tingi derajatnya” (Syaikh Az-Zamuji, 2009:17).
Sesungguhnya orang-orang yang tawadhu’ dan lemah lembut
mereka itulah yang mendapatkan ketenangan serta kasih sayangNya di
atas bumi ini. Seperti yang telah dijelaskan dalam QS. Al-furqon ayat
63 :
xxxvi
“ dan hamba-hamba Allah yang maha pengasih, yaitu mereka yang berjalan diatas bumi dengan merendahkan diri (tawadhu’) dan apabila orang-orang bodoh berkata-kata kepada mereka, mereka
mangatakan(ucapan yang penuh) kedamaian.”
Sikap tawadhu’ merupakan salah satu akhlak terpuji, maka
sangatlah penting untuk diajarkan kepada siswa melalui berbagai cara,
seperti melalui kegiatan pembinaan keagamaan atau kegiatan
keagamaan yang sudah dilaksanakan di sekolah-sekolah pada
umumnya. Sikap tawadhu’ sangatlah penting untuk dimiliki setiap siswa agar ia lebih bisa menghargai orang lain dan terutama nikmat
yang telah ia peroleh selama ini. Sikap tawadhu’ juga dapat mencegah
adanya sikap sombong dari siswa yang dengan hidup serba modern ini.
Rosulullah adalah teladan yang tinggi dalam masalah tawadhu’
serta lemah lembut terhadap umatnya. Beliau menyarankan kepada
keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya untuk senantiasa bersikap
tawadhu’.
2. Indikator sikap tawadhu’
Beberapa sikap yang mencerminkan tawadhu’(Al-Ghazali, 1994:20-21)
antara lain:
a. Berbicara santun
Ciri orang yang memiliki sikap tawadhu’ adalah berbicara
santun. Dalam hal ini seseorang yang berbicara santun yang tidak
memandang kepada ia berbicara, walaupun dengan orang yang
lebih muda ataupun tua. Ia tetaplah berbicara santun atau berbicara
xxxvii
dengan bahasa kasar dan tidak baik untuk didengan oleh yang lebih
muda.
b. Rendah hati
Seseorang yang memiliki sikap tawadhu’ pastinya ia juga
mempunyai sikap rendah hati atau tidak sombong. Ia menyadari
bahwa apa yang dimiliki hanyalah milik Allah, sehingga tidak
pantas jika di pamer-pamerkan kepada orang lain. Biasanya orang
yang memiliki sikap rendah hati ini selalu memposisikan dirinya
sama dengan orang lain. Ia tidak menganggap dirinya lebih dari
orang lain, bahkan ia selalu merendahkan dirinya bukan dengan
tujuan apapun melainkan menyadari bahwa apa yang ia punya
hanyalah titipan dari Allah.
Seperti yang telah difirmankan Allah pada QS. An-Nahl
ayat 53:
ِهْيَلِإَف ُّرُّضلا ُمُكَّسَم اَذِإ َّمُث ِالله َنِمَف ٍةَمْعِّن نِّم مُكِباَم َو
َنوُرَئ ْجَت
“dan apa saja nikmat yang ada pada kmu, maka dari Allah lah (datangnya), dan apabila kamu ditimpa oleh kemudhorotan, maka
hanya kepadaNya lah kamu meminta pertolongan” (Depag,
2006:272)
c. Suka menolong
Sebagai manusia yang hidup tidak sendiri, maka sebaiknya
xxxviii
memiliki jiwa sosial yang berbeda-beda, akan tetapi alangkah
baiknya jika hidup dengan jiwa sosial yang tinggi. Memberi
pertolongan bagi siapa saja yang membuutuhkan bantuan, dan
memberi pertolongan kepada orang-orang yang layak ditolong.
Seorang muslim senantiasa siap memberi pertologan bagi
saudara-saudaranya seiman dengan dua landasan yang tetap, yaitu
kebajikan dan ketaqwaan (Hasyim, 2007:324).
d. Patuh terhadap orang tua
Allah telah berfirman dalam QS al-israa’ ayat 24:
اَمَك اَمُهْمَحْرا ِّبَّر لُقَو ِةَمْحَّرلا َنِم ِّلُّذلا َحاَنَج اَمُهَل ْضِفْخاَو
اًريِغَص يِناَيَّبَر
“dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “wahai tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku waktu kecil.”
Ayat al-qur’an diatas telah dijelaskan bahwa seorang anak harus bersikap baik terhadap kedua orang tuanya, dan apabila
sedang berbicara kepada mereka harus dengan ucapan yang baik
pula, juga patuh terhadap perintah kedua orang tuanya dengan
perintah yang tidak menyalahai ajaran agama islam.
Dengan berbakti kepada kedua orangtua, maka ada
beberapa manfaat. Pertama, termasuk amalan yang paling mulia.
xxxix
Ketiga, termasuk sebab masuknya seseorang ke surga. Keempat,
merupakan sebab keridhoan Allah. Kelima, merupakan sebab
bertambahnya umur. Keenam, merupakan barokahnya rizki.
(abihumaid.wordpress.com diakses pada 29/10/2014 14:24)
e. Patuh terhadap nasihat guru
Seorang siswa hendaknya patuh terhadap nasehat gurunya,
karena guru merupakan orang tua pengganti/wali siswa di
lingkungan sekolah. Dalam kitab ta’lim muta’alim Syaikh Az -Zamuji memaparkan bahwa hendaknya seorang murid atau siswa
tidak berjalan didepannya (guru), duduk di tempat duduknya, dan
memulai bicara kepadanya kecuali dengan ijinnya. Hendaknya
tidak banyak bicara dihadapan guru, tidak bertanya sesuatu bila
guru sedang capek atau bosan. Seorang murid/siswa harus mencari
kerelaan hati guru, menjauhi hal-hal yang menyebabkan ia murka,
dan mematuhi perintahnya asal tidak bertentangan dengan agama
(Syaikh Az-Zamuji. 2009:29-30).
Kepatuhan merupakan kewajiban mutlak yang harus
ditanaikan oleh murid kepada gurunya. Jika siswa menginginkan
ridha dari guru dan ilmu yang diperoleh bermanfaat, maka ia harus
patuh kepada guru. Kepatuhan kepada guru dapat mengantarkan
xl
Dengan berpatuh pada nasehat guru maka ilmu yang telah
diperoleh siswa selama ia belajar akan lebih bermanfaat dan akan
terasa bagaimana perjuangan gurunya dalam mendidiknya semasa
ia disekolah. Patuh terhadap guru juga merupakan ciri dari siswa
yang memiliki sifat tawadhu’.
f. Meminta maaf setiap kali melakukan kesalahan
Sebagai manusia, pastinya tidak luput dari kesalahan yang
disengaja ataupun tidak. Maka dari itu setiap melakukan kesalahan
sebaiknya segera meminta maaf. Dalam islam diharamkan
mendiamkan diantara mereka melebihi tiga hari, dan diantara dua
orang yang saling mendiamkan, yang lebih mulia adalah yang
memulai menyampaikan salam terlebih dahulu (Hasyim,2007:329).
g. Dalam hal berpakaian sederhana
Mengenakan pakaian yang bersih, berpenampilan menarik,
manampakkan tanda-tanda karunia Allah, bukanlah termasuk
takabur (Hasyim, 2007:577). Dengan demikian seseorang yang
memiliki sikap tawadhu’ pasti akan berpakaian yang sederhana dan
tidak memamerkan kekayaan hartanya melalui cara berpakaiannya.
3. Cara memperoleh sikap tawadhu’
Sikap tawadhu’ dapat diperoleh melalui dua hal, yaitu amal dan ilmu. Akan tetapi sebelum itu sebainya menghilangkan sikap
xli
direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan dua hal diatas,
yaitu amal dan ilmu tadi juga dapat menghilangkan sikap takabur.
a. Amal
Amal yaitu membiasakan diri untuk bersikap tawadhu’ dihadapan Allah dan seluruh umatNya, tidak merasa sombong
dengan amal kebaikan maupun ibadah yang telah ia lakukan.
Sebagian digambarkan dalam gerakan rukun shalat yaitu ketika
ruku’ dan sujud.
b. Ilmu
Dengan ilmu hendaknya ia mampu memahami kedudukan
antara dirinya dan tuhannya, karena orang yang mengerti
kedudukan dirinya sebagai seorang hamba, maka akan merasa
tidak pantas untuk menyombongkan diri dan ketika mengenal
tuhannya dengan segenap ketawadhu’annya, ia akan tahu bahwa
kesombongan tidak pantas dimiliki kecuali bagi Allah.
Beberapa cara lain yang dapat dilakukan untuk memperoleh
tawadhu’ adalah:
1. Mengenal Allah swt
Orang yang mengenal Allah dengan sebenar-benarnya
pengenalan akan menyadari bahwa Allah yang maha segalanya
xlii
mendapatkan kebaikan maka ia memuji Allah dan bersyukur
kepadanya, sebab pada hakekatnya ia tidak mampu
mendatangkan kebaikan kepada dirinya kecuali atas izinNya.
Orang yang mengenal Allah akan mengakui dirinya kecil dan
banyak pengetahuan. Bahkan ia tidak memiliki kemampuan
sedikitpun untuk menyelamatkan makanan yang telah direbut
oleh seekor lalat.
3. Mengenal aib diri
Setiap muslim harus selalu melakukan instropeksi diri
sebelum melakukan, saat melakukan dan setelah melakukan
sesuatu sebelum ia dihisab oleh Allah swt kelak. Hal itu juga
agar ia menyadari kekurangan dan aib dirinya sejak dini,
bersikap tawadhu’ dan tidak akan sombong kepada sehingga ia
akan orang lain.
4. Merenungkan nikmat Allah
Merenungkan manfaat tawadhu’ dan kerugian sombong
xliii
tawadhu’, banyak berteman dengan orang-orang yang
tawadhu’.
Dan diantara akhlak orang-orang yang merendahkan diri
adalah hendaknya ia mau menerima (menahan diri) apabila ia
dimaki, disakiti, dan ketika diambil haknya (Al-Ghazali,
1994:599)
Sikap tawadhu’ yang telah diperoleh dari mengikuti
pembinaan keagamaan sangatlah berdampak baik bagi siswa dalam
menjalani hidup sehari-hari. Sikap tawadhu’ sangatlah harus untuk dimiliki setiap siswa, agar dia mampu mengendalikan dirinya
dengan baik dan sesuai dengan ajaran agama islam. Dengan
sadarnya siswa akan pentingnya sikap tawadhu’ maka siswa
mampu memperlihatkan beberapa sikap yang menunjukkan bahwa
dia telah memiliki sikap tawadhu’, seperti selalu berbicara santun
terhadap guru, karyawan, bahkan sesama siswa di sekolah yang
lebih muda ataupun tua, mampu bersikap rendah hati, suka
menolong terhadap sesama, patuh terhdap nasihat orang tua dan
guru, meminta maaf apabila melakukan kesalahan dan berpakaian
yang sopan dan sederhana. Bagaimanapun juga, setiap siswa harus
sadar diri bahwa sikap tawadhu’ ini sangatlah mudah diperoleh
dengan ilmu dan amal yang mereka peroleh dan juga sadar akan
xliv
C. Hubungan Intensitas Mengikuti Pembinaan Keagamaan dengan
Sikap Tawadhu’ Siswa
Masa remaja adalah masa pembinaan dan persiapan terakhir
sebelum memasuki masa dewasa yang penuh tangggung jawab.
Mereka selalu ingin dianggap berguna dalam lingkungannya. Oleh
karena itu, harus senantiasa dalam dibina dan diarahkan dalam
mengembangkan bakat dan minatnya dalam berbagai bidang.
Selain itu, hal yang tidak kalah pentingnya adalah pembinaan sikap
dan mental siswa agar mampu menjadi pribadi yang seimbang
antara jasmani dan rohani sesuai dengan tujuan pendidikan islam
(Bahri, 2004:74).
Pembinaan keagamaan dapat dilaksanakan melalui kegiatan
keagamaan yang ada di sekolah. Dengan mengadakan kegiatan
non formal atau kegiatan diluar jam pelajaran. Seperti, mujahadah
setiap hari jum’at dan membaca al-qur’an di pagi hari sebelum
memulai pelajaran, berdo’a bersama, membaca asma’ul husna dan sholat berjama’ah dengan guru dan karyawan-karyawan sekolah.
Melalui kegiatan keagamaan yang berupa binaan kepada
siswa, dapat meningkatkan tingkat kereligiusan siswa, kegiatan ini
juga harus ditujukan untuk membangkitkan semangat, dinamika,
optimisme siswa serta sarana untuk mempelajari dan
mengaktualisasikan sikap serta tindakan-tindakan yang sesuai
ajaran-xlv
ajaran islam dengan baik, ia justru akan semakin tawadhu’, karena pada dasarnya dengan bersikap tawadhu’ tidak akan merendahkan
diri seseorang, melainkan justru akan diangkat derajatnya oleh
Allah swt dan akan lebih dihormati, didengarkan nasehatnya serta
akan senantiasa dipercaya (Al-Ghazali, 1994:534).
Harus sangat disadari bahwa pendidikan agama atau
pembinaan keagamaan sangatlah mutlak diperlukan di sekolah
guna membentuk akhlak yang baik bagi siswanya dan juga bagi
seluruh guru-guru yang mengajar di sekolah tersebut. Agar mereka
semakin sadar bahwa adanya Allah dengan membiasakan siswa
bersikap tawadhu’.
Dengan adanya pembinaan keagamaan pada siswa maka
siswa yakin dan percaya adanya Allah swt serta kekuatan Allah
yang dapat melindungi dan memberi pertolongan terhadap
hambaNya, siswa mampu melakukan hubungan sebaik-baiknya
dengan Allah swt, guna mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan
di akherat, dapat mencintai dan melaksanakan perintah serta
menjauhi laranganNya dengan beribadah yang tulus, yakin dan
percaya adanya hal-hal yang dianggap suci, seperti al-qur’an dan tempat ibadah.
Sebagai pribadi seorang siswa yang sedang menjalankan
xlvi
lakunya agar senantiasa bersih hatinya sehingga mudah menerima
dan memahami pelajaran pelajaran yang diterima serta mampu
mengamalkannya. Selain itu seorang siswa juga harus bersikap
tawadhu’ terhadap guru, orang tua, dan sesamanya serta senantiasa
menjaga keridhoan guru (Abuddin Nata,2001:102-102)
Karena dengan tawadhu’ seseorang akan mencapai
kedudukan tinggi di hadapan Allah swt dan dimata manusia. Allah
swt telah memerintahkan rosulullah agar tidak membusungkan
dada, namun merendahkan diri didepan para pengikutnya, serta
tawadhu’ terhadap mereka. Selain itu rosulullah adalah panutan
bagi kaumnya baik dalam sikap, tingkah laku maupun ucapan
beliau.
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian
1. Sejarah berdirinya MTs Sudirman Jimbaran
Keberadaan MTs Sudirman Jimbaran dilatarbelakangi atas
keprihatinan akan nasib dan masa depan anak-anak usia sekolah di
sekitar lokasi MTs, khususnya yang berhubungan dengan pendidikan
formal. Kurangnya perhatian orang tua terhadap dunia pendidikan
menjadikan banyak anak yang putus sekolah. Sehingga setelah
xlvii
tidak melanjutkan ke jenjang selanjutnya, SMP/MTs. Ironisnya untuk
anak-anak perempuan ada yang harusmenikah di usia dini yang
merupakan kebiasaan pada saat itu. Walaupun ada sebagian yang
melanjutkan ke pendidikan non formal atau pesantren. Selain itu juga
semakin banyak didirikannya gereja beserta hotel yang dekat dengan
desa Jimbaran, melihat kondisi ini tokoh masyarakat yang di ketuai
bapak Muslimin beserta tokoh masyarakat desa Jimbaran pada tahun
1982 tergerak mendirikan sekolah yang bernafaskan islam dengan
nama SMP ISLAM SUDIRMAN JIMBARAN yang pada waktu itu
belum mempunyai lahan ataupun ruang kelas untuk belajar, sehingga
pembelajaran dilakukan di tempat-tempat warga sekitar.
Setelah beberapa tahun berjalan ternyata sekolah ini mendapat
respon yang baik dari masyarakat sekitar dan siswa yang berminat
semakin banyak yang tidak hanya datang dari desa Jimbaran saja.
Melihat perkembangan ini, Madrasah Tsanawiyah ini akhirnya pada
tahun 1988 bapak Muslimin beserta tokoh masyarakat mulai
membentuk kepengurusan yayasan dengan ketua bapak Muslimin
sendiri. Atas musyawaroh bersama akhirnya pengurus yayasan
menggalang dana dari hasil swadaya masyarakat untuk mendirikan
gedung sekolah dengan lahan yang dipinjam dari bengkok desa, maka
berdirilah gedung SMP Islam sudirman meski hanya dengan 1 ruang
xlviii
Pada tahun 1993 pengurus dan ketua yayasan sepakat untuk
menegaskan sekolah yang bernafaskan Islam dengan mengganti nama
menjadi MTs Sudirman Jimbaran hingga sekarang. ( hasil dari
wawancara dengan bapak Shobirin, M.Ag selaku kepala sekolah )
2. Profil Madrasah
Nama madrasah : MTs Sudirman Jimbaran
No statistik madrasah : 212032211002
Akreditasi madrasah : B
Alamat lengkap madrasah : jl. Blater-jimbaran no.05 desa
jimbaran kec. Bandungan kab.
Semarang telp (0298) 7136268
Alamat email : sudirmanjimbaran@yahoo.com
Nama kepala sekolah : Shobirin, MPd.I
Nama yayasan : YAPPIS
Alamat yayasan : Jl.jendral .sudirman No.2A
Ambarawa
No. Telp yayasan : (0298)59185
Luas bangunan : 8574,4 m²
3. Visi, misi, dan tujuan MTs Sudirmsn Jimbaran
Adapun visi dari mts sudirman jimbaran ialah terwujudkan
anak didik yang beriman, bertaqwa dan berakhlakul karimah serta
mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
xlix
a. Membekali peserta didik dengan kamampuan
b. Mengembangkan dirinya secara berkelanjutan
c. Mencetak lulusan yang memiliki IMTAQ dan IPTEK
Tujuan MTs Sudirman Jimbaran adalah:
a. Mengembangkan syiar islam
b. Memenuhi kebutuhan pendidikan dan masyarakat
c. Menciptakan muslim sejahtera, spiritual, material, sehat
jasmani & rohani
d. Menciptakan muslim yang cerdas, terampil dan berakhlakul
karimah ( Diambil pada papan visi, misi dan tujuan MTs
Sudirman Jimbaran )
4. Struktur Organisani MTs Sudirman Jimbaran
Komite : Thohari Anwar
Kepala Madrasah : Shobirin, M.Pd.I
Tata Usaha : Maulidah, S.Pd.I
Kurikulum : Inayah, S.Ag
Kesiswaan : Nur Fadhil Suryo Atmojo, S.Pd.I
Humas dan sarpras : Suwarna, S.Pd &Sitra Apuranta, S.Pd
BP/BK : Sukardi, S.Pd.I
Pustakawan : Badriyah, S.Pd.I
Lab. Komputer : Desy Kholida Husna, S.Pd
l
5. Keadaan tenaga pendidik, kependidikan dan siswa
a. Keadaan tenaga pengajar
Tenaga pengajar yang bertugas di Mts sudirman jimbaran pada tahun
2014/2015 seluruhnya ada 20 orang.
Tabel 3.1
Daftar Tenaga Pendidik dan kependidikan MTs Sudirman
li
( Hasil wawancara dengan ibu Inayah, S.Ag )
b. Keadaan siswa
Jumlah keseluruhan siswa MTs Sudirman Jimbaran pada
tahun pelajaran 2014/2015 sebanyak 404 siswa.
Adapun berikut jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.2
Daftar siswa MTs Sudirman Jimbaran
NO KELAS L P JUMLAH
12 Nur Fadlol Joyo Sudarmo, S.Pd.I
endidik
13 Nur Fadlil Suryo Hadi Atmojo, S.Pd.I
endidik
14 itra Apuranto, S.pd endidik
15 rwanto, Ss endidik
16 aisal Mahdi, S.Pd.I endidik
17 Maulidah, S.Pd.I Tenaga kependidikan
18 Dwi Kristina, S.Pd.I Tenaga kependidikan
19 Abdul Cholil Tenaga kependidikan
lii
Untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar di sekolah
diperlukan sarana dan prasana yang juga mendukung keberhasilan
belajar mengajar. Sarana pendidikan adalah semua perangkat
peralatan, bahan dan perabot yang digunakan secara langsung dalam
proses pendidikan disekolah. Adapun prasarana pendidikn adalah
semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung
menunjang pelaksanaan-pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.
Sarana dan prasarana proses belajar di MTs Sudirman Jimbaran
liv
( Hasil wawancara dengan ibu Inayah, S.Ag)
7. Pembinaan Keagamaan di sekolah
Pembinaan keagamaan di sekolah tidak hanya sekedar kegiatan
yang di ikuti siswa, akan tetapi merupakan pembinaan keagamaan
siswa yang melalui berbagai kegiatan keagamaan di sekolah yang
bertujuan membentuk jiwa insan kamil pada siswa. Selain itu
pembinaan keagamaan juga membimbing siswa agar terbiasa dengan
lv
Tabel 3.4
Daftar kegiatan-kegiatan keagamaan MTs Sudirman Jimbaran
No Nama kegiatan Pelaksanaan
1 Berdo’a bersama etiap hari
2 Membaca asma’ul husna etiap hari
3 Membaca al-qur’an etiap hari
4 Sholat berjama’ah etiap hari
5 ujahadah Setiap jum’at pagi
B. Penyajian Data
1. Data Responden
Responden yang di ambil adalah kelas VII-IX yang masing-masing
kelas di ambil 3 siswa, jadi jumlah responden adalah 40 siswa. Data
nama-nama responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5
Data Responden Siswa MTs Sudirman Jimbaran
NO NAMA KELAS JENIS
KELAMIN
Elva Noviana II A
lvii
2. Daftar Hasil Jawaban Angket
Dalam pengumpulan data tentang hubungan intensitas mengikuti
pembinaan keagamaan dengan sikap tawadhu’ siswa, penulis
mendristibusikan angket kepada siswa yang berjumlah 40 siswa baik
laki-laki maupun perempuan. Penulis memberikan pertanyaan
lviii
mengikuti pembinaan keagamaan dan 15 pertanyaan mengenai sikap
tawadhu’ siswa.
Adapun hasil jawaban dari angjet yang diisi responden adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.6
Data Jawaban Angket Variabel Intensitas Mengikuti Pembinaan
lxi BAB IV
ANALISA DATA
Pembahasan bab ini yaitu membuktikan adanya hubungan intensitas
mengikuti pembinaaan keagamaan dengan sikap tawadhu’ siswa di MTs Sudirman Jimbaran tahun pelajaran 2014/2015. Analisis deskriptif, Penulis
akan menganalisis kedua variabel tersebut dengan menggunakan rumus
korelasi product moment.
A. Analisis Deskriptif
Dalam analisis deskriptif, penulis akan menyajikan analisis dalam
rangka untuk mengetahui bagaimana hubungan intensitas mengikuti
pembinaan keagamaan dengan sikap tawadhu’ siswa di MTs Sudirman Jimbaran tahun pelajaran 2014/2015.
1. Analisis Intensitas Mengikuti Pembinaan Keagamaan
Pengambilan data mengenai intensitas mengikuti pembinaan
keagamaan diperoleh dari penyebaran angket yang terdiri dari 15 item
atau soal. Masing-masing pertanyaan tersedia 3 alternatif jawaban
dengan bobot nilai sebagai berikut:
a. Siswa yang menjawab (A) diberi nilai 3
b. Siswa yang menjawab (B) diberi nilai 2
lxii
Selanjutnya, analisis data ini digunakan untuk mencari
nominasi didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh dari hasil
angket yang diisi siswa. Nilai yang diperoleh kemudian
diklasifikasikan untuk mengetahui intensitas mengukuti pembinaan
keagamaan pada siswa MTs Sudirman Jimbaran.
Adapun jumlah siswa yang dijadikan sampel sebanyak 40
siswa diambil dari 10% jumlah keseluruhan siswa yaitu 404.
Berikut adalah data nama beserta jawaban dan skornya:
Tabel 4.1
Daftar Nilai Intensitas Mengikuti Pembinaan Keagamaan
lxiii
dapat dicari lebar interval dengan rumus sebagai berikut:
lxiv
i : Interval kelas
R : range (nilai maksimum dikurangi nilai minimum)
K : jumlah kelas (berdasarkan jumlah multiple choice)
= 4
Setelah intervalnya didapat, maka itentukan frekuensi dan prosentase
frekuensi intensitas mengikuti pembinaan keagamaan sebagai berikut:
39-42 = kategori A sebanyak 27 siswa
35-38 = kategori B sebanyak 8 siswa
31-34 = kategori C sebanyak 5 siswa
P = x 100%
Keterangan :
P = persentase
F = frekuensi
N = jumlah responden
a. kategori nilai tinggi (A) =
x 100%
lxv
b. kategori nilai sedang (B) =
x 100%
= 20%
c. Kategori nilai rendah (C) =
x 100%
= 12,5%
Tabel 4.2
Interval dan Persentase Intensitas Mengikuti Pembinaan Keagamaan
No Interval Frekuensi Persentase Nominasi Keterangan
1 39-42 27 67,5% A Tinggi
2 35-38 8 20% B Sedang
3 31-34 5 12,5% C Rendah
40 100%
Dengan demikian, maka:
a. Nominasi antara 39-42 berarti pengaruh intensitas mengikuti pembinaan
keagamaan dikatakan tinggi (A) sebanyak 27 siswa atau 67,5%
b. Nominasi antara 35-38 berarti pengaruh intensitas mengikuti pembinaan
lxvi
c. Nominasi antara 31-34 berarti pengaruh intensitas mengikuti pembinaan
keagamaan dikatakan rendah (C) sebanyak 5 siswa atau 12,5%
2. Analisa Sikap Tawadhu’
Untuk mengetahui data mengenai tingkat tawadhu’an siswa terkait
intensitas mengikuti pembinaan keagamaan, penulis menggunakan beberapa
angket yang terdiri dari 15 item pertanyaan. Dari masing-masing pertanyaan
tersebut, tersedia 3 alternatif jawaban dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Siswa yang menjawab (A) diberi nilai 3
b. Siswa yang menjawab (B) diberi nilai 2
c. Siswa yang menjawab (C) diberi nilai 1
Tabel 4.3
Daftar Nilai Sikap Tawadhu’ Siswa (Variabel Y)
lxvii
lxviii
Keterangan:
i : Interval kelas
R : range (nilai maksimum dikurangi nilai minimum)
K : jumlah kelas (berdasarkan jumlah multiple choice)
= 4
Setelah intervalnya didapat, maka berditentukan frekuensi dan persentase
frekuensi intensitas mengikuti pembinaan keagamaan sebagai berikut:
40-43 = kategori A sebanyak 21 siswa
36-39 = kategori B sebanyak 16 siswa
32-35 = kategori C sebanyak 3 siswa
P = x 100%
Keterangan :
P = persentase
F = frekuensi
lxix
a. kategori nilai tinggi (A) =
x 100%
= 52,5 %
b. kategori nilai sedang (B) =
x 100%
= 40%
d. Kategori nilai rendah (C) =
x 100%
= 7,5%
Tabel 4.4
Interval dan Persentase Sikap Tawadhu’
No Interval Frekuensi Persentase Nominasi Keterangan
1 40-44 21 52,5% A Tinggi
2 34-39 16 40% B Sedanag
3 29-33 3 7,5% C Rendah
40 100%
Dengan demikian, maka:
lxx
b. Nominasi antara 34-39 berarti nilai sikap tawadhu’ siswa dikatakan sedang (B) sebanyak 16 siswa atau 40%
c. Nominasi antara 29-33 berarti nilai sikap tawadhu’ siswa dikatakan rendah (C) sebanyak 3 siswa atau 7,5%
B. Pengujian Hipotesis
Analisis ini membuktikan diterima tidaknya hipotesis penelitian
yang diajukan. Pengujian ini untuk mengetahui hubungan intensitas
mengikuti pembinaaan keagamaan dengan sikap tawadhu’ siswa di Mts
Sudirman Jimbaran dengan menggunakan rumus korelasi product moment,
dalam bentuk tabel koefisien antara variabel X (intensitas mengikuti
pembinaan keagamaan) dan variabel Y (sikap tawadhu’ siswa di sekolah),
sebagaimana tabel berikut:
Tabel 4.5
Tabel Pembantu Analisis Product Moment
lxxii
Dalam melakukan analisis tentang hubungan intensitas
mengikuti pembinaan keagamaan dengan sikap tawadhu’ siswa, penulis
menggunakan rumus product moment, adapun rumusnya adalah sebagai
lxxiii
C. Pembahasan hasil uji hipotesis
Setelah data dianalisis dengan menggunakan teknik product
moment dan diperoleh
r
xy sebesar 0,432, kemudian nilair
xy yang telahdiketahui tersebut akan dikonsultasikan pada r tabel product moment
dengan N=52 pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai 0,312.
Dengan ini dapat diketahui bahwa rxy hitung sebesar 0,432 tabel
sebesar 0,312 (0,432< 0,312), maka dapat disimpulkan bahwa ada
lxxiv
Pembinaan keagamaan diadakan dengan kegiatan berdo’a bersama, membaca asma’ul husna, sholat dzuhur berjama’ah, membaca al-qur’an
bersama dan mujahadah setiap jum’at pagi di MTs Sudirmsn Jimbaran
selalu menanamkan siswa mengikuti kegiatan keagamaan. Dengan
demikian hubungan intensitan mengikuti pembinaan keagamaan dapat
lxxv BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya,
maka dapat disimpulkan bahwa sebagai berikut:
1. Intensitas mengikuti pembinaan keagamaan tergolong pada kategori
tingggi (A) dengan persentase 67,5% sebanyak 27 responden, pada
kategori sedang (B) dengan persentase 20% sebanyak 8 responden, dan
pada kategori rendah (C) dengan persentase 12,5% sebanyak 5
responden.
2. Sikap tawadhu’ siswa tergolong pada kategori tinggi (A) dengan persentase 52.5% sebanyak 21 responden, pada kategori sedang (B)
dengan persentase 40% sebanyak 16 responden, dan pada kategori
rendah (C) dengan persentase 7,5% sebanyak 3 responden.
3. Ada hubungan yang signifikan antara intensitas mengikuti pembinaan
keagamaan dengan sikap tawadhu’ siswa di MTs Sudirman Jimbaran
tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini diperoleh dari hasil perhitungan
product moment dari hasil rxy yakni 0,432 dan rt tabel sebesar 0,312
pada taraf signifikan 5% dan 0,403 pada taraf signifikan 1%. Jadi
0,312 < 0,432 > 0,403.
Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan diterima,