• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN INTENSITAS MENGIKUTI PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN SIKAP TAWADHU’ SISWA DI MTS SUDIRMAN JIMBARAN TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN INTENSITAS MENGIKUTI PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN SIKAP TAWADHU’ SISWA DI MTS SUDIRMAN JIMBARAN TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN INTENSITAS MENGIKUTI

PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN SIKAP

TAWADHU’ SISWA DI MTS SUDIRMAN JIMBARAN

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

Yuliana Arum Priyani

NIM : 111 10 123

JURUSAN PAI

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)

ii

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721

Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqasyah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dimaklumi.

Salatiga, 5 Februari 2015 Penulis

(3)

iii

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721

Website: www.iainsalatiga.ac.id PE-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id

Saudara : Yuliana Arum Priyani

Kepada:

Yth. Ketua IAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini, Kami kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama : Yuliana Arum Priyani

NIM : 111 10 123

Jurusan/Progdi : Tarbiyah/PAI

Judul : HUBUNGAN INTENSITAS MENGIKUTI

PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN SIKAP

TAWADHU’ SISWA DI MTS SUDIRMAN JIMBARAN

Salatiga, 5 Februari 2015 Pembimbing

(4)

iv SKRIPSI

HUBUNGAN INTENSITAS MENGIKUTI PEMBINAAN KEAGAMAAN

DENGAN SIKAP TAWADHU’ SISWA DI MTS SUDIRMAN JIMBARAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

DISUSUN OLEH

YULIANA ARUM PRIYANI

111 10 123

Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan PAI, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 4 April 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Achmad Maimun, M.Ag __________________

Sekretaris Penguji : Prof. Dr. Mansur, M.Ag __________________

Penguji I : Dr. Budiyono Saputro,M.Pd __________________

Penguji II : Yedi Efriadi,M.Ag __________________

(5)

v MOTTO

َالله َّنِإ ِهِسْفَنِل ُدِهاَجُي اَمَّنِإَف َدَهاَج نَمَو

َنيِمَلاَعْلا ِنَع ٌّيِنَغَل

Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya

itu adalah untuk dirimya, sesungguhnya Allah maha kaya dari

semesta

alam”

. ( QS.Al-Ankabut : 6)

“seseorang yang baik adalah dia yang memperbaiki

kesalahannya”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Kubingkiskan karya sederhana ini untuk:

1.

Almamaterku tercinta STAIN Salatiga.

2.

Kedua orang tuaku, Bapak H. Supriyadi & Ibu Hj. Rumiyati tercinta yang

selalu menyayangiku, mendukung, dan menyemangatiku. Terima kasih

atas do’a yang tiada henti terucap dari bibir dan hati Bapak & Ibu untuk kebaikan Ananda.

3.

Adikku tercinta, Novia Dewi Safitri semoga kamu meraih cita-cita yang

kamu impikan.

4.

Sahabat-sahabatku Mbak Upla, mbak Aini, Heni, Lilis, Vita, Aminah,

Audy, Hafidz, Eni, Matul, Risa dan Zaty yang telah mengobarkan

semangat kuliah bersama-sama dan terimakasih telah menjadi sahabat

yang mengajarkan banyak hal tentang persahabatan.

(7)

vii

ABSTRAK

Priyani, Yuliana Arum, 2015, Pengaruh Intensitas Mengikuti Pembinaan

Keagamaan Terhadap Sikap Tawadhu’ Siswa Mts Sudirman Jimbaran

Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi Jurusan Tarbiyah Progam Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri. Pembimbing Prof. Dr. Mansur,M .Ag

Kata Kunci : Pembinaan Keagamaan, Sikap Tawadhu’

Pokok masalah dalam skripsi ini adalah pengaruh intensitas mengikuti pembinaan keagamaan terhadap sikap tawadhu’ siswa MTs sudirman Jimbaran tahun pelajaran 2014/2015. Dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah intensitas siswa dalam mengikuti pembinaan keagamaan di MTs

Sudirman Jimbaran? 2) Bagaimanakah tingkat ketawadhu’an siswa di MTs

Sudirman Jimbaran? 3) Adakah pengaruh intensitas mengikuti pembinaan

keagamaan terhadap sikap tawadhu’ siswa di MTs Sudirman Jimbaran ?

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. subyek penelitian sebanyak 40 responden. pengumpulan data menggunakan metode angket dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa intensitas mengikuti pembinaan keagamaan mempunyai hubungan yang positif dengan pengembangan sikap

tawadhu’ siswa MTs Sudirman Jimbaran tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini dapat dilihat dari: 1) Intensitas siswa dalam mengikuti pembinaan keagamaan tergolong pada kategori tinggi dengan persentase 67,5% kategori sedang dengan persentase 20% dan kategori rendah pada persentase 12,5%. 2) Persentase nilai sikap

tawadhu’ siswa tergolong pada kategori tinggi dengan persentase 52,5%, kategori sedang dengan persentase 40% dan kategori rendah pada persentase 7,5%. Analisa selanjutnya dengan menggunakan rumus product moment diperoleh nilai

rxy

=0.432 yang lebih besar dari

rt

=0,312 dengan taraf signifikan 5% dan 0,403 pada taraf signifikan 1%. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa “ada

pengaruh antara intensitas pembinaan keagamaan terhadap sikap tawadhu’ siswa

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir skripsi dengan judul “Hubungan intensitas mengikuti Pembinaan

Keagamaan dengan Sikap Tawadhu’ Siswa di MTs Sudirman Jimbaran Tahun Pelajaran 2014/2015”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S1 Jurusan Pendidikan Agama

Islam institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,

tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan

lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmad Haryadi, M.Pd., Rektor IAIN Salatiga yang telah

memberikan ijin untuk melakukan penelitian di MTs Sudirman Jimbaran.

2. Bapak H. Supriyadi dan Ibu Hj. Rumiyati tercinta yang telah mencurahkan

pengorbanan dan do’a restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis.

3. Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag selaku Dosen Pembimbing yang telah

membimbing, memberikan nasehat, arahan, serta masukan-masukan yang

sangat membangun dalam penyelesaian tugas akhir ini.

(9)

ix

5. Bapak Rasimin, M.Pd selaku Ketua Progam studi Pendidikan Agama Islam

IAIN Salatiga.

6. Seluruh dosen dan petugas admin Prodi Pendidikan Agama Islam IAIN

Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian

berlangsung.

7. Segenap karyawan MTs Sudirman Jimbaran, Bapak Shobirin, M.Pd.I ,ibu

Inayah, S.Ag, dan guru-guru MTs Sudirman Jimbaran yang telah memberikan

informasi dan data yang diperlukan dalam penelitian ini.

8. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh

karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari

berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya.

Amin ya robbal ’alamin

Salatiga, 5 Februari 2015 Penulis

(10)

x

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

(11)

xi BAB II LANDASAN TEORI

A. Intensitas Mengikuti Pembinaan Keagamaan

1. Pembinaan Keagamaan ... 14

2. Dasar Pembinaan Keagamaan ... 14

3. Tujuan Pembinaan Keagamaan ... 16

4. Macam-macam Pembinaan Keagamaan ... 17

B. Sikap Tawadhu’ 1. Pengertian Sikap Tawadhu’ ... 21

2. Indikator Sikap Tawadhu’ ... 23

3. Cara Memperoleh Sikap Tawadhu’ ... 27

C. Pengaruh Intensitas Mengikuti Pembinaan Keagamaan terhadap Sikap Tawadhu’ Siswa di MTs Sudirman Jimbaran ... 30

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs Sudirman Jimbaran 1. Sejarah Berdirinya MTs Sudirman Jimbaran ... 33

2. Profil MTs Sudirman Jimbaran ... 34

3. Visi, Misi, dan Tujuan ... 35

4. Struktur Organisasi ... 36

5. Keadaan Pendidik dan Kependidikan ... 37

6. Sarana dan Prasarana... 40

(12)

xii

B. Penyajian Data

1. Data Responden... 64

2. Daftar Hasil Jawaban Angket ... 66

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Deskriptif

1. Analisis Intensitas Mengikuti Pembinaan Keagamaan .. 49

2. Analisis Sikap Tawadhu’ ... 54 B. Pengujian Hipotesis ... 58

C. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis ... 61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 63

B. Saran-Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Daftar Tenaga Pendidik Dan Kependidikan di MTs Sudirman

Jimbaran

Tabel 3.2 : Daftar Siswa Di MTs Sudirman Jimbaran

Tabel 3.3 : Daftar Sarana dan Prasarana

Tabel 3.4 : Daftar Pembinaan Keagamaan MTs Sudirman Jimbaran

Tabel 3.5 : Data Responden Siswa MTs Sudirman Jimbaran

Tabel 3.6 : Data Jawaban Angket Dari Variabel Intensitas Mengikuti

Pembinaan Keagamaan

Tabel 3.7 : Data Jawaban Angket Dari Variabel Sikap Tawadhu’

Tabel 4.1 : Daftar nilai intensitas mengikuti pembinaan keagamaan

Tabel 4.2 : Interval dan prosentase intensitas mengikuti pembinaan

keagamaan

Tabel 4.3 : Daftar nilai sikap rawadhu’ siswa

Tabel 4.4 : Interval dan prosentase sikap tawadhu’ siswa

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lamp. 1 : Angket Penelitian

Lamp. 2 : Daftar Riwayat Hidup

Lamp. 3 : Lembar Komsultasi

Lamp. 4 : Nota Pembimbing

Lamp. 5 : Daftar Nilai SKK

Lamp. 6 : Permohonan Izin Penelitian

Lamp. 7 : Surat Tugas Pembimbing

(15)

xv BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan masyarakat yang semakin modern dan pluralistik telah

memberikan warna yang bervariasi dalam berbagai segi. Kenyataan

modernisasi telah merambah hampir semua nilai-nilai agama yang

seharusnya telah tercermin dalam perilaku yang baik. Perubahan tersebut

bukan hanya pada bidang teknologi saja, tetapi yang lebih berbahaya

adalah rusaknya moral, akhlak, etika dan perilaku manusia, yang akibatnya

memicu kerusakan bangsa ini. Adapun lapisan masyarakat yang sangat

mudah terkena pengaruh dari luar adalah remaja, karena mereka sedang

mengalami kegoncangan emosi akibat perubahan dan pertumbuhan yang

mereka lalui (Zakiyah Dradjat, 1976: 94).

Sebagaimana telah dipahami bahwa dalam perkembangan remaja

sangatlah dibutuhkan orang-orang yang lebih dewasa dan juga lebih baik

darinya. Agar para remaja ini dapat berkembang dengan baik lahir maupun

batin, karena tak sedikit para remaja yang sering kali mengambil jalan

pintas guna melampiaskan masalah batinnya. Pelarian batin ini terkadang

mengarah pada perbuatan yang negatif dan merusak moral. Seperti halnya

(16)

xvi

ataupun SMP. Karena, dalam pendidikan agama sudah dijelaskan

bagaimana akhlak yang baik dan akhlak yang buruk, tapi siswa seringkali

kurang bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan agama

islam adalah upaya yang dilakukan secara sadar dan sudah terencana oleh

seseorang pendidik untuk menyiapkan peserta didik agar meyakini,

memahami, dan mengamalkan ajaran agama islam melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran dan pelatihan yang sudah ditentukan untuk

menggapai tujuan. Untuk itu pendidikan agama islam bertujuan

menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik tentang ajaran

agama islam sehingga diharapkan menjadi manusia yang berkembang

keimanan dan ketakwaannya ( Abdul Majid dan Dian Andayani,

2005:132-135).

Dalam hal ini setiap sekolah pasti memiliki kegiatan diluar

kegiatan formal seperti proses belajar mengajar, yaitu dengan mengadakan

pembinaan keagamaan bagi peserta didik secara insetif dan

berkesinambungan. Dengan tujuan agar siswa setelah mengikuti

pembinaan keagamaan ini dapat memperbaiki akhlaknya.

Dengan adanya masalah di atas, hendaknya setiap hari para peserta

didik tertib mengikuti pembinaan keagamaan yang telah diadakan dari

pihak sekolah. Dengan tujuan agar peserta didik dapat menerapkan apa

yang telah diperoleh dari kegiatan keagamaan tersebut. Karena semakin

sering atau tertib peserta didik mengikuti pembinaan keagamaan ini

(17)

xvii

dengan ajaran agama yaitu agama Islam. Sedikit kemungkinan peserta

didik yang dengan tertib mengikuti pembinaan keagamaan ini mengalami

hal-hal yang negatif, karna peserta diidik tau apa yang akan diperbuat saat

menemui masalah terutama masalah agama.

Seperti karena iri terhadap apa yang dimiliki temannya, peserta

didik terkadang menjadikan masalah itu menjadi masalah besar dengan

membuat keonaran di kelas, sehingga perbuatan tersebut sangatlah

disayangkan karena secara tidak langsung peserta didik merusak moralnya

sendiri. Hendaknya para remaja atau peserta didik ini bisa mengendalikan

emosinya dan bersikap apa adanya saja, karena apa yang kita miliki

hanyalah milik Allah swt semata, apa yang kita punya adalah titipan dari

Allah swt agar digunakan dengan sebaik mungkin. Tak pantas jika

menyombongkan semua harta ataupun kelebihan yang diberikan Allah

swt. Dengan terciptanya sikap tawadhiu’ maka rasa sombong dan angkuh

akan sirna, sehingga lahirlah kebaikan dan kemuliaan.

Dari uraian di atas, penulis ingin mengkaji permasalahan melalui

penelitian yang berjudul “HUBUNGAN INTENSITAS MENGIKUTI

PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN SIKAP TAWADHU’ SISWA

DI MTS SUDIRMAN JIMBARAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015”

(18)

xviii

Memperhatikan latar belakang masalah yang tertulis di atas, maka

dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah intensitas siswa dalam mengikuti pembinaan

keagamaan di MTs Sudirman Jimbaran tahun pelajaran

2014/2015?

2. Bagaimanakah tingkat sikap tawadhu’ siswa di MTs Sudirman Jimbaran tahun pelajaran 2014/2015 ?

3. Adakah hubungan intensitas mengikuti pembinaan keagamaan

dengan sikap tawadhu’ siswa di MTs Sudirman Jimbaran tahun

pelajaran 2014/2015 ?

C. Tujuan Penelitian

Permasalahan diatas kemudian dijadikan sebagian pijakan penelitian

dan akan dijawab melalui proses penelitian yang dilakukan. Oleh karena

itu tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui intensitas siswa dalam mengikuti pembinaan

keagamaan di MTs Sudirman Jimbaran tahun pelajaran

2014/2015?

2. Untuk mengetahui tingkat sikap tawadhu’ siswa di MTs Sudirman

(19)

xix

3. Untuk mengetahui hubungan intensitas mengikuti pembinaan

keagamaan dengan sikap tawadhu’ siswa di MTs Sudirman

Jimbaran tahun pelajaran 2014/2015 ?

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara

terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah

sehingga harus diuji secara empiris. Hipotesis berasal dari kata hypo yang

berarti di bawah dan thesa yang berarti kebenaran (Hasan, 2004:31).

PROSES pelaksanaan pendidikan dalam lingkungan sekolah

memberikan pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangann

anak dalam hidup beragama di masa yang akan datang. Dalam setiap

kegiatan keagamaan dieprlukan adanya penghayatan dari dalam hati,

karena dengan penghayatan mampu merubah akhlak yang belum baik

menjadi lebih baik. Maka dalam penelitian ini, peneliti beranggapan

bahwa ADA HUBUNGAN POSITIF ANTARA INTENSITAS

MENGIKUTI PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN SIKAP

TAWADHU’ SISWA DI MTS SUDIRMAN JIMBARAN TAHUN

PELAJARAN 2014/2015.

E. Manfaat Penelitian

Dari tema yang telah penulis ambil, mala penulis mengahrapkan

agar penelitian ini dapat bermanfaat secara praktis maupun teoritik.

(20)

xx

Dapat memberikan tambahan wawasan dalam melaksanakan

pembinaan keagamaan dalam memperbaiki sikap tawadhu’ siswa.

2. Secara praktis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan

wawasan serta dapat mengembangkan ilmu-ilmu yang didapat. Dengan

mengikuti pembinaan keagamaan ini juga sebagai salah satu cara bagi

siswa untuk memperbaiki akhlak dan perilaku.

F. Definisi Operasional

Agar mempermudah pemahaman serta untuk menentukan arah

yang jelas dalam menyusun penelitian ini, maka penulis memberikan

penegasan dan maksud penelitian judul sebagai berikut :

1. Intensitas mengikuti pembinaan keagamaan

Intensitas berasal dari kata intens yang artinya

sungguh-sungguh, berniat keras dan penuh perhatian. Dalam kamus ilmiah

(Burhani MS-Hasbi Lawrens, 221). Pembinaan adalah usaha, tindakan,

dan kegiatan yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk

memperoleh hasil yang lebih baik (Alwi, 2007:152). Sedangkan

keagamaan berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan agama

(21)

xxi

Jadi intensitas mengikuti pembinaan keagamaan adalah niat

atau usaha siswa dalam memperbaiki dirinya melalui kegiatan yang

berhubungan dengan agama Islam.

2. Sikap tawadhu’

Sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude adalah suatu cara

berinteraksi terhadap suatu perangsang ( Ngalim Purwanto, 1987:141).

Tawadhu’ secara etimologi Arab kata tawadhu’ berasal dari kata (- عضتا

عضاوت) yang mempunyai arti merendahkan hati / rendah hati. Selain itu

ada kata lain (عضو) yang artinya “tempat, letaknya” (Mahmud Yunus,

1992:105). Tawadhu’ secara terminologi, tawadhu’ menurut Al

-Ghazali ( 1994:350) adalah mengeluarkan kedudukan atau kita

menganggap orang lain lebih utama dari pada kita.

Jadi sikap tawadhu’ adalah rendah hati, tidak sombong

terhadap apa yang dimiliki dengan menyadari bahwa apa yang dimiliki

adalah milik Allah swt.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan rancangan penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang diterapkan oleh peneliti

adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif memiliki fokus

penelitian yang terletak pada hasil atau produk dari sebuah objek

penelitian. Bukan dalam bentuk kategori- kategori atau dalam bentuk

sebuah proses.

(22)

xxii

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Sudirman Jimbaran,

dilaksanakan pada bulan November-Februari tahun 2014/2015.

3. Populasi dan sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek

atau sobjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya ( Sugiyono, 2007:61).

Dalam penelitian ini yang menjadi objek dalam penelitian

atau populasinya adalah seluruh siswa di MTs sudirman jimbaran

tahun pelajaran 2014/2015, yang berjumlah 404 siswa.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan

diteliti (Arikunto, 2010:174). Sampel yang diambil oleh populasi

harus representif. Maka dari itu dibutuhkan teknik sampling yang

tepat, dalam penelitian ini penyusun menggunakan teknik sampling

proposal random sampling yaitu proses pemilihan sampel dengan

cara acak secara proposional (sama). Jadi tiap kelas mempunyai

kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Sugiono, 2010:64).

Dalam penelitian ini sampel per unit ( perkelas) dihitung

berdasarkan rumus sebagai berikut :

Sampel per kelas =

(23)

xxiii

sampel dapat diambil 10-15 % atau 20-25%. Apabila sampel

kurang dari 10 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi.

4. Metode pengumpulan data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data, yaitu:

a. Metode angket

Metode angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dan responden dalam arti

laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto,

2010:194). Metode angket ini penulis gunakan untuk

mengumpulkan data dari responden mengenai intensitas mengikuti

pembinaan keagamaan dan sikap tawadhu’ siswa di MTs Sudirman

Jimbaran.

b. Metode dokumentasi

Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya

barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi,

peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,

majalah, dokumen, peraturan peraturan, notulen rapat, catatan

(24)

xxiv 5. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih

cermat, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto,

1998:151).

Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah butir-butir pertanyaan dalam angket untuk masing-masing

variabel.

6. Analisis data

Tujuan analisis adalah menyederhanakan ke dalam bentuk

yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasi ( Masri Singarimbun

dan Sofian Efendi, 1983:213).

Untuk menganalisis data masing-masing variabel, penulis

menggunakan rumus prosentase, dengan rumus sebagai berikut :

P = x 100%

Keterangan :

P = persentase

F = frekuensi

(25)

xxv

Untuk mengetahui hubungan intensitas mengikuti

pembinaan keagamaan dengan sikap tawadhu’ siswa, maka penulis

menggunakan rumus product moment dengan rumus sebagai

berikut :

Y : jumlah variabel tingkat tawadhu’ siswa

X2 : kuadrat dari variabel x

Y2 : kuadratdari variabel y

XY : produk dari variabel x dan y

N : jumlah individu yang diteliti

H. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh penulisan penelitian yang sistematis dan

konsisten, penulis penelitian ini di rangkai dalam lima bab, yang mana

masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab. Adapun penelitian ini

(26)

xxvi BAB I pendahuluan

Pada bab ini dijelaskan gambaran umum mengenai sistematika

penulisan secara menyeluruh. Di mulai dengan penjelasan latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode

penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan penelitian.

BAB II Landasan teori

Bab ini menguraikan teori-teori yang digunakan untuk mendukung

penelitian agar didapat gambaran yang jelas mengenai pengaruh intensitas

mengikuti pembinaan keagamaan terhadap sikap tawadhu’ siswa. Adapun

sumber teori adalah berasal dari berbagai buku referensi, internet, dan

sumber lainnya yang dianggap representative sebagai pengayaan teori

penelitian.

BAB III Laporan hasil penelitian

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum lokasi dan subjek

penelitian, meliputi : sejarah berdirinya, visi dan misi, motto, keadaan

sarana dan prasarana, keadaan guru, karyawan dan siswa. Penyajian data

meliputi : data responden, jawaban angket keaktifan siswa mengikuti

pembinaan keagamaan di sekolah dan jawaban angket ketawadhu’an

siswa.

(27)

xxvii

Dalam bab ini penulis membahas tentang analisis data yang

disertai penyajian tabel-tabel dan penyajian hipotesis dengan

langkah-langkah sebagai berikut (1) analisis deskriptif ( masing-masing variabel ),

(2) analisis pengujian hipotesis, (3) pembahasan.

BAB V Penutup

Bab ini menguraikan kesimpulan hasil penelitian berdasarkan

analisis data dan saran-saran.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Intensitas Mengikuti Pembinaan Keagamaan

1. Pembinaan Keagamaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:152),

pembinaan berasal dari kata dasar “bina” yang mendapatkan awalan “pe” dan akhiran “an” yang mempunyai arti perbuatan, cara. Pembinaan berarti “kegiatan yang dilakukan secara efisien

dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik”.

Sedangkan keagamaan itu sendiri ialah, bahwa keagamaan

berasal dari kata “ke” dan akhiran “an”. Sehingga membentuk kata baru yaitu “keagamaan”. Jadi keagamaan di sini mempunyai arti “segenap kepercayaan (kepada Tuhan) serta dengan ajaran

kebaikan dan kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan

(28)

xxviii

Pembinaan keagamaan adalah usaha untuk membimbing

dan mempertahankan serta mengembangkan atau

menyempurnakan dalam segala seginya, baik segi akidah, segi

ibadah, dan segi akhlak.

2. Dasar Pembinaan Keagamaan

Dasar atau landasan pembinaan keagamaan telah dijelaskan

dalam ajaran-ajaran islam yang bersumber dari al-Qur’an dan hadist. Dalam buku M. Quraisy Syhab (2005:63) Allah swt menjelaskan hal

tersebut dalam surat Ali Imron : 104 yang berbunyi:

ِفوُرْعَمْلاِب َنوُرُمْأَيَو ِرْيَخْلا ىَلِإ َنوُعْدَي ُُُةَّمُأ ْمُكنِّم نُكَتْلَو

menyeru kepada kebajikan, menyeru (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali Imron: 104).

Dalam ayat-ayat alqur’an dibawah ini juga menegaskan

perintah Allah swt untuk senantiasa bersikap tawadhu’ dan menjauhi

(29)

xxix

Sedangkan dalam hadist yang diriwayatkan oleh abdillah bin

amr disebutkan: sampaikanlah ajaranku kepada oranglain, walaupun hanya satu ayat”. (HR. At Tirmidzi)

3. Tujuan Pembinaan keagamaan

Tujuan pembinaan keagamaan tersebut tidak lepas dari tujuan

pendidikan islam karena pembinaan keagamaan merupakan salah satu

bentuk dari pendidikan islam. Tujuan pendidikan islam ialah

kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai

oleh ajaran islam (Zakiyah Daradjat, 1995:72)

Sebagaimana dikutip oleh Abdul Mujib , dkk, (2006:82) tujuan

pembinaan keagamaan antara lain adalah:

a. Mengembangkan wawasan spiritual yang semakin mendalam.

b. Membekali anak muda dengan berbagai pengetahuan dan

kebaikan.

c. Membantu peserta didik yang sedang tumbuh untuk belajar

(30)

xxx

d. Mengembangkan wawasan relasioanal dan lingkungan

sebagaimana yang dicita-citakan dalam islam, dengan melatih

kebiasaan dengan baik.

Dalam konteks kehidupan beragama, pembinaan keagamaan

bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan memelihara norma

agama secara terus menerus agar perilaku hidup manusia senantiasa

berada pada tatanan. Namun secara garis besar, arah atau tujuan dari

pembinaan keagamaan adalah meliputi dua hal, yaitu a) tujuan yang

berorientasi pada kehidupan akhirat, yaitu membentuk seseorang

hamba yang bertakwa kepada Allah swt; b) tujuan berorientasi pada

kehidupan dunia, yaitu membentuk manusia yang mampu menghadapi

segala bentuk kebutuhan dan tantangan kehidupan agar hidupnya lebih

layak dan bermanfaat bagi orang lain ( Armani Arif, 2002:23)

Armani Arif mengutip pendapat Mohammad al Toumy al

Syaibani (2002:25-26) tentang tujuan pembinaan keagamaan

mempunyai tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Tujuan individual

Tujuan ini berkaitan dengan masing-masing individu dalam

mewujudkan perubahan yang dicapai pada tingkat laku dan

aktifitasnya.

(31)

xxxi

Tujuan ini berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai

keseluruhan dan tingkah laku mereka secara umum.

c. Tujuan profesional

Tujuan ini berkatian dengan pembinaan dan pengajaran sebagai sebuah

ilmu.

4. Macam-macam pembinaan keagamaan

a. Berdo’a bersama

Berdo’a sebelum melaksanakan segala kegiatan adalah merupakan suatu keharusan dalam islam. Berdo’a memohon

kepada Allah agar setiap langkahnya selalu diridhoi Allah dan

selalu dalam lindunganNya. Begitupun saat siswa akan belajar,

sebaiknya berdo’a terlebih dahulu agar ilmunya dapat bermanfaat

dan mudah dalam menerima pelajaran yang telah diajarkan seorang

guru.Manfaat berdo’a, yaitu (Yazid, 2008 61-63):

1) Mendatangkan keridhaan dari Allah swt

2) Menghilangkan kesedihan dan kemuraman hati

3) Mendatangkan kegembiraan dan ketentraman di dalam hati

4) Menguatkan hati dan badan

5) Melapangkan rizki

6) Menimbulkan kharisma dan percaya diri

7) Menjadi selalu ingat Allah swt

8) Menumbuhkan rasa takut kepada Allah dan memuliakanNya.

(32)

xxxii

Asma’ul husna adalah nama-nama Allah, gelar dan sebutan

yang baik, agung dan indah yang kita diperintahkan untuk

memohon kepadaNya dengan menyebut nama-nama tersebut.

Jumlah dari asma’ul husna ada 99.

Seperti firman Allah dalam QS. Al-a’raf ayat 180:

َذَو اَهِب ُهوُعْداَف ىَنْسُحْلا ُءآَمْسَلأْا ِللهَو

يِف َنوُدِحْلُي َنيِذَّلا اوُر

َنوُلَمْعَي اوُناَكاَم َنْوَزْجُيَس ِهِئاَمْسَأ

“dan Allah memliki Asma’ul husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut Asma’ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahkan nama-namaNya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”

c. Membaca al-qur’an

Al-qur’an adalah firman Allah yang berupa wahyu yang disampaikan oleh jibril kepada nabi Muhammad saw.

Manfaat membaca al-qur’an (Abdul Qadir, 1985:250):

1) Membacanya termasuk ibadah

2) Sebagai penyejuk jiwa (ketenangan)

3) Meningkatkan kemampuan murid membaca al-qur’an secara

baik dan benar

4) Mendekatkan hubungan murid dengan kitabullah, sehingga

mereka merasa membutuhkan al-qur’an

5) Mmbekali murid dengan membiasakan membaca al-qur’an,

sehingga mereka bisa menerapkan di kehidupannya

(33)

xxxiii d. Sholat berjama’ah

Sholat jama’ah adalah apabila dua orang sholat bersama

-sama dan salah seorang di antara mereka mengikuti yang lain.

Orang yang diikuti (yang di hadapan) dinamakan imam, sedangkan

yang mengikuti di belakang dinamakan makmum (Sulaiman

Rasjid, 2012:106)

Manfaat sholat berjama’ah :

1) Mendapatkan pahala dari Allah swt dua puluh tujuh derajat

lebih tinggi daripada sholat sendiri

2) Bisa berkomunikasi dengan teman-teman yang lain, memberi

senyum, jabat tangan dan salam itu saja sudah besar pahalanya

3) Bisa sholat di awal waktu sehingga kita tidak akan takut lupa

shalat. Hidup kita jauh akan lebih terang karena hidup lebih

teratur, tidak perlu ingat-ingat sudah sholat apa belum

4) Kita bisa melatih kedisiplinan dan ketaatan kita kepada Allah

swt dengan rutin sholat wajib berjama’ah

5) Bagi para guru dan karyawan, ia akan semakin dekat dengan

siswanya, karena bisa mengobrol secara santai.

e. Mujahadah

Mujahadah ialah satu bentuk usaha yang sungguh-sungguh

(34)

xxxiv

dan batin melalui tindakan nyata dalam menjalankan suariat islam

berdasarkan al-qur’an dan sunnah. Manfaat mujahadah:

1) Memperteguh keimanan dan membina jati diri muslim

2) Menimbulkan kesadaran jiwa

3) Membentuk hamba yang bertanggung jawab

4) Membentuk hamba yang bertanggung jawab

5) Mewujudkan persaudaraan, menjaga persatuan dan kesatuan

serta menebarkan sifat rahmat bagi sesama manusia.

Pembinaan keagamaan dapat dijadikan salah satu usaha

dalam membentuk kepribadian dan akhlak siswa di sekolah yang di

laksanakan diluar jam pelajaran. Pembinaan keagamaan ini juga

sangat penting untuk di dapatkan siswa-siswa guna memperoleh

ilmu agama yang lebih dari mata pelajaran agama yang diajarkan

di kelas. Dengan adanya pembinaan keagamaan ini, setidaknya

siswa akan terbiasa dengan kegiatan-kegiatan agama seperti

berdo’a bersama sebelum memulai pelajaran di kelas, membaca

asma’ul husna, membaca al-qur’an, lebih rajin sholat dzuhur

berjama’ah dan mengikuti mujahadah yang dilaksanakan di

sekolah yang belum tentu para siswa melaksanakan ini dirumah.

B. Sikap Tawadhu’

(35)

xxxv

Sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude adalah suatu cara

berinteraksi terhadap suatu perangsang ( Ngalim Purwanto, 1987:141).

Tawadhu’ secara etimologi Arab kata tawadhu’ berasal dari kata

( عضاوت -عضتا) yang mempunyai arti merendahkan hati/rendah hati. Selain itu ada kata lain (عضو) yang artinya “tempat, letaknya”

(Mahmud Yunus, 1992:105). Tawadhu’ secara terminologi, tawadhu’

menurut Al-ghazali ( 1994:350 ) adalah mengeluarkan kedudukan atau

kita menganggap orang lain lebih utama dari pada kita. Tawadhu’

adalah akhlak mulia, perangai terpuji, tabiat serta sifat yang baik.

Itulah ciri-ciri orang yang beriman yang mempunyai keimanan tulus

(Hasyim, 2007:568).

Dalam pemikiran syaikh Az-zamuji tentang tawadhu’,

dikemukakan dalam kitab Ta’limul Muta’alim bahwa “tawadhu’

adalah salah satu tanda atau sikap orang yang bertaqwa. Dengan

bersikap tawadhu’ orang yang bertaqwa akan semakin tingi derajatnya” (Syaikh Az-Zamuji, 2009:17).

Sesungguhnya orang-orang yang tawadhu’ dan lemah lembut

mereka itulah yang mendapatkan ketenangan serta kasih sayangNya di

atas bumi ini. Seperti yang telah dijelaskan dalam QS. Al-furqon ayat

63 :

(36)

xxxvi

“ dan hamba-hamba Allah yang maha pengasih, yaitu mereka yang berjalan diatas bumi dengan merendahkan diri (tawadhu’) dan apabila orang-orang bodoh berkata-kata kepada mereka, mereka

mangatakan(ucapan yang penuh) kedamaian.”

Sikap tawadhu’ merupakan salah satu akhlak terpuji, maka

sangatlah penting untuk diajarkan kepada siswa melalui berbagai cara,

seperti melalui kegiatan pembinaan keagamaan atau kegiatan

keagamaan yang sudah dilaksanakan di sekolah-sekolah pada

umumnya. Sikap tawadhu’ sangatlah penting untuk dimiliki setiap siswa agar ia lebih bisa menghargai orang lain dan terutama nikmat

yang telah ia peroleh selama ini. Sikap tawadhu’ juga dapat mencegah

adanya sikap sombong dari siswa yang dengan hidup serba modern ini.

Rosulullah adalah teladan yang tinggi dalam masalah tawadhu’

serta lemah lembut terhadap umatnya. Beliau menyarankan kepada

keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya untuk senantiasa bersikap

tawadhu’.

2. Indikator sikap tawadhu’

Beberapa sikap yang mencerminkan tawadhu’(Al-Ghazali, 1994:20-21)

antara lain:

a. Berbicara santun

Ciri orang yang memiliki sikap tawadhu’ adalah berbicara

santun. Dalam hal ini seseorang yang berbicara santun yang tidak

memandang kepada ia berbicara, walaupun dengan orang yang

lebih muda ataupun tua. Ia tetaplah berbicara santun atau berbicara

(37)

xxxvii

dengan bahasa kasar dan tidak baik untuk didengan oleh yang lebih

muda.

b. Rendah hati

Seseorang yang memiliki sikap tawadhu’ pastinya ia juga

mempunyai sikap rendah hati atau tidak sombong. Ia menyadari

bahwa apa yang dimiliki hanyalah milik Allah, sehingga tidak

pantas jika di pamer-pamerkan kepada orang lain. Biasanya orang

yang memiliki sikap rendah hati ini selalu memposisikan dirinya

sama dengan orang lain. Ia tidak menganggap dirinya lebih dari

orang lain, bahkan ia selalu merendahkan dirinya bukan dengan

tujuan apapun melainkan menyadari bahwa apa yang ia punya

hanyalah titipan dari Allah.

Seperti yang telah difirmankan Allah pada QS. An-Nahl

ayat 53:

ِهْيَلِإَف ُّرُّضلا ُمُكَّسَم اَذِإ َّمُث ِالله َنِمَف ٍةَمْعِّن نِّم مُكِباَم َو

َنوُرَئ ْجَت

“dan apa saja nikmat yang ada pada kmu, maka dari Allah lah (datangnya), dan apabila kamu ditimpa oleh kemudhorotan, maka

hanya kepadaNya lah kamu meminta pertolongan” (Depag,

2006:272)

c. Suka menolong

Sebagai manusia yang hidup tidak sendiri, maka sebaiknya

(38)

xxxviii

memiliki jiwa sosial yang berbeda-beda, akan tetapi alangkah

baiknya jika hidup dengan jiwa sosial yang tinggi. Memberi

pertolongan bagi siapa saja yang membuutuhkan bantuan, dan

memberi pertolongan kepada orang-orang yang layak ditolong.

Seorang muslim senantiasa siap memberi pertologan bagi

saudara-saudaranya seiman dengan dua landasan yang tetap, yaitu

kebajikan dan ketaqwaan (Hasyim, 2007:324).

d. Patuh terhadap orang tua

Allah telah berfirman dalam QS al-israa’ ayat 24:

اَمَك اَمُهْمَحْرا ِّبَّر لُقَو ِةَمْحَّرلا َنِم ِّلُّذلا َحاَنَج اَمُهَل ْضِفْخاَو

اًريِغَص يِناَيَّبَر

“dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “wahai tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku waktu kecil.”

Ayat al-qur’an diatas telah dijelaskan bahwa seorang anak harus bersikap baik terhadap kedua orang tuanya, dan apabila

sedang berbicara kepada mereka harus dengan ucapan yang baik

pula, juga patuh terhadap perintah kedua orang tuanya dengan

perintah yang tidak menyalahai ajaran agama islam.

Dengan berbakti kepada kedua orangtua, maka ada

beberapa manfaat. Pertama, termasuk amalan yang paling mulia.

(39)

xxxix

Ketiga, termasuk sebab masuknya seseorang ke surga. Keempat,

merupakan sebab keridhoan Allah. Kelima, merupakan sebab

bertambahnya umur. Keenam, merupakan barokahnya rizki.

(abihumaid.wordpress.com diakses pada 29/10/2014 14:24)

e. Patuh terhadap nasihat guru

Seorang siswa hendaknya patuh terhadap nasehat gurunya,

karena guru merupakan orang tua pengganti/wali siswa di

lingkungan sekolah. Dalam kitab ta’lim muta’alim Syaikh Az -Zamuji memaparkan bahwa hendaknya seorang murid atau siswa

tidak berjalan didepannya (guru), duduk di tempat duduknya, dan

memulai bicara kepadanya kecuali dengan ijinnya. Hendaknya

tidak banyak bicara dihadapan guru, tidak bertanya sesuatu bila

guru sedang capek atau bosan. Seorang murid/siswa harus mencari

kerelaan hati guru, menjauhi hal-hal yang menyebabkan ia murka,

dan mematuhi perintahnya asal tidak bertentangan dengan agama

(Syaikh Az-Zamuji. 2009:29-30).

Kepatuhan merupakan kewajiban mutlak yang harus

ditanaikan oleh murid kepada gurunya. Jika siswa menginginkan

ridha dari guru dan ilmu yang diperoleh bermanfaat, maka ia harus

patuh kepada guru. Kepatuhan kepada guru dapat mengantarkan

(40)

xl

Dengan berpatuh pada nasehat guru maka ilmu yang telah

diperoleh siswa selama ia belajar akan lebih bermanfaat dan akan

terasa bagaimana perjuangan gurunya dalam mendidiknya semasa

ia disekolah. Patuh terhadap guru juga merupakan ciri dari siswa

yang memiliki sifat tawadhu’.

f. Meminta maaf setiap kali melakukan kesalahan

Sebagai manusia, pastinya tidak luput dari kesalahan yang

disengaja ataupun tidak. Maka dari itu setiap melakukan kesalahan

sebaiknya segera meminta maaf. Dalam islam diharamkan

mendiamkan diantara mereka melebihi tiga hari, dan diantara dua

orang yang saling mendiamkan, yang lebih mulia adalah yang

memulai menyampaikan salam terlebih dahulu (Hasyim,2007:329).

g. Dalam hal berpakaian sederhana

Mengenakan pakaian yang bersih, berpenampilan menarik,

manampakkan tanda-tanda karunia Allah, bukanlah termasuk

takabur (Hasyim, 2007:577). Dengan demikian seseorang yang

memiliki sikap tawadhu’ pasti akan berpakaian yang sederhana dan

tidak memamerkan kekayaan hartanya melalui cara berpakaiannya.

3. Cara memperoleh sikap tawadhu’

Sikap tawadhu’ dapat diperoleh melalui dua hal, yaitu amal dan ilmu. Akan tetapi sebelum itu sebainya menghilangkan sikap

(41)

xli

direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan dua hal diatas,

yaitu amal dan ilmu tadi juga dapat menghilangkan sikap takabur.

a. Amal

Amal yaitu membiasakan diri untuk bersikap tawadhu’ dihadapan Allah dan seluruh umatNya, tidak merasa sombong

dengan amal kebaikan maupun ibadah yang telah ia lakukan.

Sebagian digambarkan dalam gerakan rukun shalat yaitu ketika

ruku’ dan sujud.

b. Ilmu

Dengan ilmu hendaknya ia mampu memahami kedudukan

antara dirinya dan tuhannya, karena orang yang mengerti

kedudukan dirinya sebagai seorang hamba, maka akan merasa

tidak pantas untuk menyombongkan diri dan ketika mengenal

tuhannya dengan segenap ketawadhu’annya, ia akan tahu bahwa

kesombongan tidak pantas dimiliki kecuali bagi Allah.

Beberapa cara lain yang dapat dilakukan untuk memperoleh

tawadhu’ adalah:

1. Mengenal Allah swt

Orang yang mengenal Allah dengan sebenar-benarnya

pengenalan akan menyadari bahwa Allah yang maha segalanya

(42)

xlii

mendapatkan kebaikan maka ia memuji Allah dan bersyukur

kepadanya, sebab pada hakekatnya ia tidak mampu

mendatangkan kebaikan kepada dirinya kecuali atas izinNya.

Orang yang mengenal Allah akan mengakui dirinya kecil dan

banyak pengetahuan. Bahkan ia tidak memiliki kemampuan

sedikitpun untuk menyelamatkan makanan yang telah direbut

oleh seekor lalat.

3. Mengenal aib diri

Setiap muslim harus selalu melakukan instropeksi diri

sebelum melakukan, saat melakukan dan setelah melakukan

sesuatu sebelum ia dihisab oleh Allah swt kelak. Hal itu juga

agar ia menyadari kekurangan dan aib dirinya sejak dini,

bersikap tawadhu’ dan tidak akan sombong kepada sehingga ia

akan orang lain.

4. Merenungkan nikmat Allah

Merenungkan manfaat tawadhu’ dan kerugian sombong

(43)

xliii

tawadhu’, banyak berteman dengan orang-orang yang

tawadhu’.

Dan diantara akhlak orang-orang yang merendahkan diri

adalah hendaknya ia mau menerima (menahan diri) apabila ia

dimaki, disakiti, dan ketika diambil haknya (Al-Ghazali,

1994:599)

Sikap tawadhu’ yang telah diperoleh dari mengikuti

pembinaan keagamaan sangatlah berdampak baik bagi siswa dalam

menjalani hidup sehari-hari. Sikap tawadhu’ sangatlah harus untuk dimiliki setiap siswa, agar dia mampu mengendalikan dirinya

dengan baik dan sesuai dengan ajaran agama islam. Dengan

sadarnya siswa akan pentingnya sikap tawadhu’ maka siswa

mampu memperlihatkan beberapa sikap yang menunjukkan bahwa

dia telah memiliki sikap tawadhu’, seperti selalu berbicara santun

terhadap guru, karyawan, bahkan sesama siswa di sekolah yang

lebih muda ataupun tua, mampu bersikap rendah hati, suka

menolong terhadap sesama, patuh terhdap nasihat orang tua dan

guru, meminta maaf apabila melakukan kesalahan dan berpakaian

yang sopan dan sederhana. Bagaimanapun juga, setiap siswa harus

sadar diri bahwa sikap tawadhu’ ini sangatlah mudah diperoleh

dengan ilmu dan amal yang mereka peroleh dan juga sadar akan

(44)

xliv

C. Hubungan Intensitas Mengikuti Pembinaan Keagamaan dengan

Sikap Tawadhu’ Siswa

Masa remaja adalah masa pembinaan dan persiapan terakhir

sebelum memasuki masa dewasa yang penuh tangggung jawab.

Mereka selalu ingin dianggap berguna dalam lingkungannya. Oleh

karena itu, harus senantiasa dalam dibina dan diarahkan dalam

mengembangkan bakat dan minatnya dalam berbagai bidang.

Selain itu, hal yang tidak kalah pentingnya adalah pembinaan sikap

dan mental siswa agar mampu menjadi pribadi yang seimbang

antara jasmani dan rohani sesuai dengan tujuan pendidikan islam

(Bahri, 2004:74).

Pembinaan keagamaan dapat dilaksanakan melalui kegiatan

keagamaan yang ada di sekolah. Dengan mengadakan kegiatan

non formal atau kegiatan diluar jam pelajaran. Seperti, mujahadah

setiap hari jum’at dan membaca al-qur’an di pagi hari sebelum

memulai pelajaran, berdo’a bersama, membaca asma’ul husna dan sholat berjama’ah dengan guru dan karyawan-karyawan sekolah.

Melalui kegiatan keagamaan yang berupa binaan kepada

siswa, dapat meningkatkan tingkat kereligiusan siswa, kegiatan ini

juga harus ditujukan untuk membangkitkan semangat, dinamika,

optimisme siswa serta sarana untuk mempelajari dan

mengaktualisasikan sikap serta tindakan-tindakan yang sesuai

(45)

ajaran-xlv

ajaran islam dengan baik, ia justru akan semakin tawadhu’, karena pada dasarnya dengan bersikap tawadhu’ tidak akan merendahkan

diri seseorang, melainkan justru akan diangkat derajatnya oleh

Allah swt dan akan lebih dihormati, didengarkan nasehatnya serta

akan senantiasa dipercaya (Al-Ghazali, 1994:534).

Harus sangat disadari bahwa pendidikan agama atau

pembinaan keagamaan sangatlah mutlak diperlukan di sekolah

guna membentuk akhlak yang baik bagi siswanya dan juga bagi

seluruh guru-guru yang mengajar di sekolah tersebut. Agar mereka

semakin sadar bahwa adanya Allah dengan membiasakan siswa

bersikap tawadhu’.

Dengan adanya pembinaan keagamaan pada siswa maka

siswa yakin dan percaya adanya Allah swt serta kekuatan Allah

yang dapat melindungi dan memberi pertolongan terhadap

hambaNya, siswa mampu melakukan hubungan sebaik-baiknya

dengan Allah swt, guna mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan

di akherat, dapat mencintai dan melaksanakan perintah serta

menjauhi laranganNya dengan beribadah yang tulus, yakin dan

percaya adanya hal-hal yang dianggap suci, seperti al-qur’an dan tempat ibadah.

Sebagai pribadi seorang siswa yang sedang menjalankan

(46)

xlvi

lakunya agar senantiasa bersih hatinya sehingga mudah menerima

dan memahami pelajaran pelajaran yang diterima serta mampu

mengamalkannya. Selain itu seorang siswa juga harus bersikap

tawadhu’ terhadap guru, orang tua, dan sesamanya serta senantiasa

menjaga keridhoan guru (Abuddin Nata,2001:102-102)

Karena dengan tawadhu’ seseorang akan mencapai

kedudukan tinggi di hadapan Allah swt dan dimata manusia. Allah

swt telah memerintahkan rosulullah agar tidak membusungkan

dada, namun merendahkan diri didepan para pengikutnya, serta

tawadhu’ terhadap mereka. Selain itu rosulullah adalah panutan

bagi kaumnya baik dalam sikap, tingkah laku maupun ucapan

beliau.

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian

1. Sejarah berdirinya MTs Sudirman Jimbaran

Keberadaan MTs Sudirman Jimbaran dilatarbelakangi atas

keprihatinan akan nasib dan masa depan anak-anak usia sekolah di

sekitar lokasi MTs, khususnya yang berhubungan dengan pendidikan

formal. Kurangnya perhatian orang tua terhadap dunia pendidikan

menjadikan banyak anak yang putus sekolah. Sehingga setelah

(47)

xlvii

tidak melanjutkan ke jenjang selanjutnya, SMP/MTs. Ironisnya untuk

anak-anak perempuan ada yang harusmenikah di usia dini yang

merupakan kebiasaan pada saat itu. Walaupun ada sebagian yang

melanjutkan ke pendidikan non formal atau pesantren. Selain itu juga

semakin banyak didirikannya gereja beserta hotel yang dekat dengan

desa Jimbaran, melihat kondisi ini tokoh masyarakat yang di ketuai

bapak Muslimin beserta tokoh masyarakat desa Jimbaran pada tahun

1982 tergerak mendirikan sekolah yang bernafaskan islam dengan

nama SMP ISLAM SUDIRMAN JIMBARAN yang pada waktu itu

belum mempunyai lahan ataupun ruang kelas untuk belajar, sehingga

pembelajaran dilakukan di tempat-tempat warga sekitar.

Setelah beberapa tahun berjalan ternyata sekolah ini mendapat

respon yang baik dari masyarakat sekitar dan siswa yang berminat

semakin banyak yang tidak hanya datang dari desa Jimbaran saja.

Melihat perkembangan ini, Madrasah Tsanawiyah ini akhirnya pada

tahun 1988 bapak Muslimin beserta tokoh masyarakat mulai

membentuk kepengurusan yayasan dengan ketua bapak Muslimin

sendiri. Atas musyawaroh bersama akhirnya pengurus yayasan

menggalang dana dari hasil swadaya masyarakat untuk mendirikan

gedung sekolah dengan lahan yang dipinjam dari bengkok desa, maka

berdirilah gedung SMP Islam sudirman meski hanya dengan 1 ruang

(48)

xlviii

Pada tahun 1993 pengurus dan ketua yayasan sepakat untuk

menegaskan sekolah yang bernafaskan Islam dengan mengganti nama

menjadi MTs Sudirman Jimbaran hingga sekarang. ( hasil dari

wawancara dengan bapak Shobirin, M.Ag selaku kepala sekolah )

2. Profil Madrasah

Nama madrasah : MTs Sudirman Jimbaran

No statistik madrasah : 212032211002

Akreditasi madrasah : B

Alamat lengkap madrasah : jl. Blater-jimbaran no.05 desa

jimbaran kec. Bandungan kab.

Semarang telp (0298) 7136268

Alamat email : sudirmanjimbaran@yahoo.com

Nama kepala sekolah : Shobirin, MPd.I

Nama yayasan : YAPPIS

Alamat yayasan : Jl.jendral .sudirman No.2A

Ambarawa

No. Telp yayasan : (0298)59185

Luas bangunan : 8574,4 m²

3. Visi, misi, dan tujuan MTs Sudirmsn Jimbaran

Adapun visi dari mts sudirman jimbaran ialah terwujudkan

anak didik yang beriman, bertaqwa dan berakhlakul karimah serta

mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

(49)

xlix

a. Membekali peserta didik dengan kamampuan

b. Mengembangkan dirinya secara berkelanjutan

c. Mencetak lulusan yang memiliki IMTAQ dan IPTEK

Tujuan MTs Sudirman Jimbaran adalah:

a. Mengembangkan syiar islam

b. Memenuhi kebutuhan pendidikan dan masyarakat

c. Menciptakan muslim sejahtera, spiritual, material, sehat

jasmani & rohani

d. Menciptakan muslim yang cerdas, terampil dan berakhlakul

karimah ( Diambil pada papan visi, misi dan tujuan MTs

Sudirman Jimbaran )

4. Struktur Organisani MTs Sudirman Jimbaran

Komite : Thohari Anwar

Kepala Madrasah : Shobirin, M.Pd.I

Tata Usaha : Maulidah, S.Pd.I

Kurikulum : Inayah, S.Ag

Kesiswaan : Nur Fadhil Suryo Atmojo, S.Pd.I

Humas dan sarpras : Suwarna, S.Pd &Sitra Apuranta, S.Pd

BP/BK : Sukardi, S.Pd.I

Pustakawan : Badriyah, S.Pd.I

Lab. Komputer : Desy Kholida Husna, S.Pd

(50)

l

5. Keadaan tenaga pendidik, kependidikan dan siswa

a. Keadaan tenaga pengajar

Tenaga pengajar yang bertugas di Mts sudirman jimbaran pada tahun

2014/2015 seluruhnya ada 20 orang.

Tabel 3.1

Daftar Tenaga Pendidik dan kependidikan MTs Sudirman

(51)

li

( Hasil wawancara dengan ibu Inayah, S.Ag )

b. Keadaan siswa

Jumlah keseluruhan siswa MTs Sudirman Jimbaran pada

tahun pelajaran 2014/2015 sebanyak 404 siswa.

Adapun berikut jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.2

Daftar siswa MTs Sudirman Jimbaran

NO KELAS L P JUMLAH

12 Nur Fadlol Joyo Sudarmo, S.Pd.I

endidik

13 Nur Fadlil Suryo Hadi Atmojo, S.Pd.I

endidik

14 itra Apuranto, S.pd endidik

15 rwanto, Ss endidik

16 aisal Mahdi, S.Pd.I endidik

17 Maulidah, S.Pd.I Tenaga kependidikan

18 Dwi Kristina, S.Pd.I Tenaga kependidikan

19 Abdul Cholil Tenaga kependidikan

(52)

lii

Untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar di sekolah

diperlukan sarana dan prasana yang juga mendukung keberhasilan

belajar mengajar. Sarana pendidikan adalah semua perangkat

peralatan, bahan dan perabot yang digunakan secara langsung dalam

proses pendidikan disekolah. Adapun prasarana pendidikn adalah

semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung

menunjang pelaksanaan-pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.

Sarana dan prasarana proses belajar di MTs Sudirman Jimbaran

(53)
(54)

liv

( Hasil wawancara dengan ibu Inayah, S.Ag)

7. Pembinaan Keagamaan di sekolah

Pembinaan keagamaan di sekolah tidak hanya sekedar kegiatan

yang di ikuti siswa, akan tetapi merupakan pembinaan keagamaan

siswa yang melalui berbagai kegiatan keagamaan di sekolah yang

bertujuan membentuk jiwa insan kamil pada siswa. Selain itu

pembinaan keagamaan juga membimbing siswa agar terbiasa dengan

(55)

lv

Tabel 3.4

Daftar kegiatan-kegiatan keagamaan MTs Sudirman Jimbaran

No Nama kegiatan Pelaksanaan

1 Berdo’a bersama etiap hari

2 Membaca asma’ul husna etiap hari

3 Membaca al-qur’an etiap hari

4 Sholat berjama’ah etiap hari

5 ujahadah Setiap jum’at pagi

B. Penyajian Data

1. Data Responden

Responden yang di ambil adalah kelas VII-IX yang masing-masing

kelas di ambil 3 siswa, jadi jumlah responden adalah 40 siswa. Data

nama-nama responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5

Data Responden Siswa MTs Sudirman Jimbaran

NO NAMA KELAS JENIS

KELAMIN

Elva Noviana II A

(56)
(57)

lvii

2. Daftar Hasil Jawaban Angket

Dalam pengumpulan data tentang hubungan intensitas mengikuti

pembinaan keagamaan dengan sikap tawadhu’ siswa, penulis

mendristibusikan angket kepada siswa yang berjumlah 40 siswa baik

laki-laki maupun perempuan. Penulis memberikan pertanyaan

(58)

lviii

mengikuti pembinaan keagamaan dan 15 pertanyaan mengenai sikap

tawadhu’ siswa.

Adapun hasil jawaban dari angjet yang diisi responden adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.6

Data Jawaban Angket Variabel Intensitas Mengikuti Pembinaan

(59)
(60)
(61)

lxi BAB IV

ANALISA DATA

Pembahasan bab ini yaitu membuktikan adanya hubungan intensitas

mengikuti pembinaaan keagamaan dengan sikap tawadhu’ siswa di MTs Sudirman Jimbaran tahun pelajaran 2014/2015. Analisis deskriptif, Penulis

akan menganalisis kedua variabel tersebut dengan menggunakan rumus

korelasi product moment.

A. Analisis Deskriptif

Dalam analisis deskriptif, penulis akan menyajikan analisis dalam

rangka untuk mengetahui bagaimana hubungan intensitas mengikuti

pembinaan keagamaan dengan sikap tawadhu’ siswa di MTs Sudirman Jimbaran tahun pelajaran 2014/2015.

1. Analisis Intensitas Mengikuti Pembinaan Keagamaan

Pengambilan data mengenai intensitas mengikuti pembinaan

keagamaan diperoleh dari penyebaran angket yang terdiri dari 15 item

atau soal. Masing-masing pertanyaan tersedia 3 alternatif jawaban

dengan bobot nilai sebagai berikut:

a. Siswa yang menjawab (A) diberi nilai 3

b. Siswa yang menjawab (B) diberi nilai 2

(62)

lxii

Selanjutnya, analisis data ini digunakan untuk mencari

nominasi didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh dari hasil

angket yang diisi siswa. Nilai yang diperoleh kemudian

diklasifikasikan untuk mengetahui intensitas mengukuti pembinaan

keagamaan pada siswa MTs Sudirman Jimbaran.

Adapun jumlah siswa yang dijadikan sampel sebanyak 40

siswa diambil dari 10% jumlah keseluruhan siswa yaitu 404.

Berikut adalah data nama beserta jawaban dan skornya:

Tabel 4.1

Daftar Nilai Intensitas Mengikuti Pembinaan Keagamaan

(63)

lxiii

dapat dicari lebar interval dengan rumus sebagai berikut:

(64)

lxiv

i : Interval kelas

R : range (nilai maksimum dikurangi nilai minimum)

K : jumlah kelas (berdasarkan jumlah multiple choice)

= 4

Setelah intervalnya didapat, maka itentukan frekuensi dan prosentase

frekuensi intensitas mengikuti pembinaan keagamaan sebagai berikut:

39-42 = kategori A sebanyak 27 siswa

35-38 = kategori B sebanyak 8 siswa

31-34 = kategori C sebanyak 5 siswa

P = x 100%

Keterangan :

P = persentase

F = frekuensi

N = jumlah responden

a. kategori nilai tinggi (A) =

x 100%

(65)

lxv

b. kategori nilai sedang (B) =

x 100%

= 20%

c. Kategori nilai rendah (C) =

x 100%

= 12,5%

Tabel 4.2

Interval dan Persentase Intensitas Mengikuti Pembinaan Keagamaan

No Interval Frekuensi Persentase Nominasi Keterangan

1 39-42 27 67,5% A Tinggi

2 35-38 8 20% B Sedang

3 31-34 5 12,5% C Rendah

40 100%

Dengan demikian, maka:

a. Nominasi antara 39-42 berarti pengaruh intensitas mengikuti pembinaan

keagamaan dikatakan tinggi (A) sebanyak 27 siswa atau 67,5%

b. Nominasi antara 35-38 berarti pengaruh intensitas mengikuti pembinaan

(66)

lxvi

c. Nominasi antara 31-34 berarti pengaruh intensitas mengikuti pembinaan

keagamaan dikatakan rendah (C) sebanyak 5 siswa atau 12,5%

2. Analisa Sikap Tawadhu’

Untuk mengetahui data mengenai tingkat tawadhu’an siswa terkait

intensitas mengikuti pembinaan keagamaan, penulis menggunakan beberapa

angket yang terdiri dari 15 item pertanyaan. Dari masing-masing pertanyaan

tersebut, tersedia 3 alternatif jawaban dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Siswa yang menjawab (A) diberi nilai 3

b. Siswa yang menjawab (B) diberi nilai 2

c. Siswa yang menjawab (C) diberi nilai 1

Tabel 4.3

Daftar Nilai Sikap Tawadhu’ Siswa (Variabel Y)

(67)

lxvii

(68)

lxviii

Keterangan:

i : Interval kelas

R : range (nilai maksimum dikurangi nilai minimum)

K : jumlah kelas (berdasarkan jumlah multiple choice)

= 4

Setelah intervalnya didapat, maka berditentukan frekuensi dan persentase

frekuensi intensitas mengikuti pembinaan keagamaan sebagai berikut:

40-43 = kategori A sebanyak 21 siswa

36-39 = kategori B sebanyak 16 siswa

32-35 = kategori C sebanyak 3 siswa

P = x 100%

Keterangan :

P = persentase

F = frekuensi

(69)

lxix

a. kategori nilai tinggi (A) =

x 100%

= 52,5 %

b. kategori nilai sedang (B) =

x 100%

= 40%

d. Kategori nilai rendah (C) =

x 100%

= 7,5%

Tabel 4.4

Interval dan Persentase Sikap Tawadhu’

No Interval Frekuensi Persentase Nominasi Keterangan

1 40-44 21 52,5% A Tinggi

2 34-39 16 40% B Sedanag

3 29-33 3 7,5% C Rendah

40 100%

Dengan demikian, maka:

(70)

lxx

b. Nominasi antara 34-39 berarti nilai sikap tawadhu’ siswa dikatakan sedang (B) sebanyak 16 siswa atau 40%

c. Nominasi antara 29-33 berarti nilai sikap tawadhu’ siswa dikatakan rendah (C) sebanyak 3 siswa atau 7,5%

B. Pengujian Hipotesis

Analisis ini membuktikan diterima tidaknya hipotesis penelitian

yang diajukan. Pengujian ini untuk mengetahui hubungan intensitas

mengikuti pembinaaan keagamaan dengan sikap tawadhu’ siswa di Mts

Sudirman Jimbaran dengan menggunakan rumus korelasi product moment,

dalam bentuk tabel koefisien antara variabel X (intensitas mengikuti

pembinaan keagamaan) dan variabel Y (sikap tawadhu’ siswa di sekolah),

sebagaimana tabel berikut:

Tabel 4.5

Tabel Pembantu Analisis Product Moment

(71)
(72)

lxxii

Dalam melakukan analisis tentang hubungan intensitas

mengikuti pembinaan keagamaan dengan sikap tawadhu’ siswa, penulis

menggunakan rumus product moment, adapun rumusnya adalah sebagai

(73)

lxxiii

C. Pembahasan hasil uji hipotesis

Setelah data dianalisis dengan menggunakan teknik product

moment dan diperoleh

r

xy sebesar 0,432, kemudian nilai

r

xy yang telah

diketahui tersebut akan dikonsultasikan pada r tabel product moment

dengan N=52 pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai 0,312.

Dengan ini dapat diketahui bahwa rxy hitung sebesar 0,432 tabel

sebesar 0,312 (0,432< 0,312), maka dapat disimpulkan bahwa ada

(74)

lxxiv

Pembinaan keagamaan diadakan dengan kegiatan berdo’a bersama, membaca asma’ul husna, sholat dzuhur berjama’ah, membaca al-qur’an

bersama dan mujahadah setiap jum’at pagi di MTs Sudirmsn Jimbaran

selalu menanamkan siswa mengikuti kegiatan keagamaan. Dengan

demikian hubungan intensitan mengikuti pembinaan keagamaan dapat

(75)

lxxv BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya,

maka dapat disimpulkan bahwa sebagai berikut:

1. Intensitas mengikuti pembinaan keagamaan tergolong pada kategori

tingggi (A) dengan persentase 67,5% sebanyak 27 responden, pada

kategori sedang (B) dengan persentase 20% sebanyak 8 responden, dan

pada kategori rendah (C) dengan persentase 12,5% sebanyak 5

responden.

2. Sikap tawadhu’ siswa tergolong pada kategori tinggi (A) dengan persentase 52.5% sebanyak 21 responden, pada kategori sedang (B)

dengan persentase 40% sebanyak 16 responden, dan pada kategori

rendah (C) dengan persentase 7,5% sebanyak 3 responden.

3. Ada hubungan yang signifikan antara intensitas mengikuti pembinaan

keagamaan dengan sikap tawadhu’ siswa di MTs Sudirman Jimbaran

tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini diperoleh dari hasil perhitungan

product moment dari hasil rxy yakni 0,432 dan rt tabel sebesar 0,312

pada taraf signifikan 5% dan 0,403 pada taraf signifikan 1%. Jadi

0,312 < 0,432 > 0,403.

Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan diterima,

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3 Daftar Sarana dan Prasana
Tabel 3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

27 Pada saat kuliah siang hari, saya merasa ingin tidur atau memejamkan mata meskipun hanya sebentar. 28 Pada saat belajar, pikiran saya tidak

Tidak berbeda dengan perusahaan perusahaan lainnya PT Bank Muamalat Indonesia juga memiliki stok persediaan alat-alat untuk keperluan kantor, bahkan dengan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Kadar Aspal Optimum, stabilitas, kelelehan, VIM, VMA, VFA, dan MQ pada campuran aspal beton AC-BC yang menggunakan batu

keluarga salah satu tri pusat pendidikan, pendidikan pertama yang dikenal anak adalah pendidikan dalam keluarga, kedua orang tuanya menjadi pendidik pertama yang ia

Laporan akhir Mesin Pengubah Minyak Jelantah menjadi Biodiesel.. bertujuan untuk membuat bahan bakar alternatif pengganti solar

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi berganda yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya

Pekayon Pasar Rebo Jakarta Timur, yang merasa kecewa dan tidak puas dengan.. harga yang tarifkan dari pihak PLN, karena menurut ibu Nengsih, harga

Tujuan penelitian adalah mengetahui seberapa besar biaya, pendapatan usaha penggilingan padi yang ada di Desa Rambah Baru Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu