• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BELAJAR DI TPA DENGAN AKHLAK SISWA DI SD NEGERI KLEPU 01 KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BELAJAR DI TPA DENGAN AKHLAK SISWA DI SD NEGERI KLEPU 01 KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010 - Test Repository"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2 0 1 0

S K R I P S I

Diajukan untuk M em peroleh Gelar Sarjana P endidikan Islam

Oleh:

SITI KHOIRIYAH

NIM: 11408049

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

S A L A T I G A

(2)
(3)

NOTA PEMBIMBING Lamp : 3 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi

Lamp : Sdri. SITIKHOIRIYAH

Kepada Yth.

Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamu ’alaikum Wr. Wb.

Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudara :

Nama : SITI KHOIRIYAH NIM : 114 08 049

Jurusan : Pendidkan Agama Islam

Judul : HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BELAJAR DI TPA DENGAN AKHLAK SISWA DI SD NEGERI KLEPU 01 KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010

telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Demikian surat ini dibuat, harap menjadikan perhatian dan digunakan sebagaiamana mestinya.

Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.

S a la tig a ,A g u s tu s 2010

K Pembimbing

NIP, 1970112 199203 1 005

(4)

KEMENTERIAN AGAMA RI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Jl. Stadion No. 03 Telp (0298) 323706 Fax (0298) 323455 Kode Pos 50721

Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@stainsalatiga.ac.id

P E N G E S A H A N

Skripsi Saudari : SITI KHOIRIYAH dengan Nomor Induk Mahasiswa : 114 08 049 yang

beijudul : “HUBUNGAN ANATARA KEAKTIFAN BELAJAR DI TPA DENGAN

AKHLAK SISWA DI SD NEGERI KLEPU 01 KECAMATAN PRINGAPUS

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010”.

Telah dimunaqasahkan dalam sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama

Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada h a ri: Sabtu, 28 Agustus 2010 dan telah diterima sebagai

bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam (S. Pd. I).

Salatiga,-18 Ramadhan 1431 H

28 Agustus 2010 M

Panitia Ujian

, Ketua Sekretaris

NIP. 19680613 199403 1 004 NIP. 1973052 i 199903 1 004

) Pembimbing

(5)

Saya yang bertanda tangan dibawah i n i :

Nama : SITIKHOIRIYAH

NIM : 114 08 049

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah.

S a la tig a ,^ Agustus 2010

Yang menyatakan,

Slti Khoirivah

(6)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

M o tto :

(piwdljj)

’’Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah

memudahkan bagi orang itu jalan menuju ke syurga”. (HR. Muslim)

Persem bahan:

1. Untuk kedua orang tuaku yang senantiasa

menyayangi.

2. Suami dan anakku tercinta.

3. Dosen pem bim bing yang telah

memberikan arahan dan masukan.

4. Sahabat-sahabat senasib seperjuangan.

5. Civitas akademik STA IN Salatiga.

(7)

A ssalam u’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah, Tuhan Yang

Maha Pengasih dan Penyayang, kasih-Nya tiada batas dan sayang-Nya berlimpah

kepada hamba-Nya. Atas rahmat dan pertolongan Allah, penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Islam (S.Pd.I.). Shalawat dan salam. Semoga berlimpah kepada Nabi

Muhammad SAW.

Adapun skripsi ini berjudul ’’HUBUNGAN ANTARA K EA K TIFA N

B EL A JA R D I TPA DENGAN A K H LA K SISW A D I SD N E G E R I K LEPU 01

KECAM ATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEM ARANG TAHUN 2010”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah

membantu. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terima kasih k ep ad a:

1. Bapak. Dr. Imam Sutomo. M. Ag., selaku Ketua STAIN Salatiga.

2. Bapak. Drs. Joko Sutopo, selaku Progdi PAI Ekstensi STAIN Salatiga.

3. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., yang dengan sabar membimbing dan

memberikan masukan dan arahan kepada penulis.

4. Bapak dan Ibu Dosen atas ketulusannya memberikan ilmu serta tauladan

khasanah.

5. Kedua orang tuaku yang doanya senantiasa teriring dalam setiap langkah

hidupku.

(8)

6. Kepala Sekolah, Guru dan segenap keluarga besar SD Negeri Klepu 01

Kecamatan Pringapus yang telah memberi kesempatan untuk penelitian.

7. Suami dan keluarga yang selalu mencurahkan kasih sayang dan doanya serta

tidak bosan-bosan memberi motivasi dan perhatian. Mengingat keterbatasan

kemampuan yang penulis miliki, tentunya skripsi.

Mengingat keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, tentunya skripsi

ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang membangun sangat

diharapkan demi perbaikan ke arah yang lebih baik, dan diterima dengan hati

lapang. Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.

Penulis

Siti Khoirivah

(9)

Siti Khoiriyah.2010. HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BELAJAR DI TPA DENGAN AKHLAK SISWA DI SD NEGERI KLEPU 01 KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2 0 1 0.

Jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga. Kata K u n ci: Keaktifan Belajar di TPQ dan Akhlak Siswa

Pada umumnya Keaktifan Belajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an yang diperoleh siswa SDN Klepu 01 berada pada tingkatan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis pada tabel XIII, bahwa kategori baik sebesar 46,2%, cukup baik 30,8% dan kategori kurang sebanyak 23%.

Tingkatan dari akhlak siswa SDN Klepu 01 berada pada kategori baik dan cukup. Sebagaimana yang tertera pada tabel XV, bahwa kategori baik sebesar 34,6%, kategori cukup baik sebesar 34,6% dan kategori kurang sebesar 30,8%.

Koefisien korelasi antara Keaktifan Belajar di Taman Pendidikan Al- Qur’an dan akhlak siswa (% ) adalah sebesar 0,578. Nilai r ini dikonsultasikan dengan nilai r tabel product moment dengan N = 26 dan taraf signifikasi 1% yaitu 0,496 terbukti r hitung lebih besar daripada r tabel sehingga hipotesis yang diajukan harus diterima.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSUTUJUAN PEM B IM B IN G ... ii

PENGESAHAN K EL U LU SA N ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PE N G A N T A R ... vi

A B ST R A K ... vii

DAFTAR I S I ... ix

DAFTAR T A B E L ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang M asalah... 1

B. Rumusan M a sa la h ... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Hipotesis Penelitian... 6

E. Kegunaan Penelitian... 6

F. Definisi O perasional... 7

G. Metode Penelitian... 9

(11)

A. K eaktifan B elajar di T am an Pendidikan A l-Q u r’an 15

1. K eak tifan B e la ja r ... 15

2. T am an Pendidikan A l Q u r’a n ... 24

B . A khlak S isw a ... 31

1. Pengertian A k h lak S isw a... 34

2. A k h lak yan g B aik d an A khlak yang B u ru k ... 35

3. C ara atau T eknik Pem binaan A k h la k ... 37

4. F ak to r Pendorong dan F aktor P engham bat Pem binaan A khlak A n a k ... 40

B A B III : L A P O R A N H A S IL PE N E L IT IA N A. G am baran U m um SD N egeri K lepu 01 ... 54

L K ondisi F i s i k ... 54

2. Sejarah B e rd irin y a ... 55

3. V isi dan M isi SD N K lepu 0 1 ... 56

4. F a s ilita s ... 56

5. Sisw a dan T enaga K ep en d id ik an ... 58

6. O rg a n ia s i... 59

7. K u rik u lu m ... 60

B. Penyajian D ata ... 61

L K eadaan U m um Sisw a (R esponden) ... 61

2. V ariasi Jaw aban R e s p o n d e n ... 63

(12)

B A B IV : ANALISIS D A T A

A. A nalisis P ertam a ... 75

B . A nalisis K ed u a ... 80

C. A nalisis K etiga ... 86

D . U ji H ipotesis ... 89

B A B V : PE N U T U P A. K e s im p u la n ... 91

B . Saran-Saran ... 92

D A F T A R PU ST A K A

L A M P IR A N

D A F T A R R IW A Y A T H ID U P

(13)

TABEL I DAFTAR SARANA (RUANG) ... 57

TABEL II PERALATAN / MEDIA PEMBELAJARAN ... 57

TABEL III DATA SISWA SD NEGERI KLEPU 01 ... 58

TABEL IV KEADAAN GURU BERDASARKAN PENDIDIKAN ... 58

TABEL V PROGRAM KURIKULUM SD NEGERI KLEPU 01 ... 60

TABEL VI DAFTAR NAMA RESPONDEN ... 61

TABEL VII REKAPITULASI JAWABAN RESPONDEN VARI­

ABEL KEAKTIFAN BELAJAR DI TAMAN

PENDIDIKAN AL-QUR’AN ... 63

TABEL VIII SKOR JAWABAN RESPONDEN VARIABEL

KEAKTIFAN BELAJAR DI TAMAN PENDIDIKAN

AL-QUR’AN ... 65

TABEL IX KRITERIA NILAI DARI VARIABEL KEAKTIFAN

BELAJAR DI TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN .... 67

TABEL X REKAPITULASI JAWABAN RESPONDEN DARI

VARIABEL AKHLAK SISWA ... 69

TABEL XI SKOR JAWABAN RESPONDEN TENTANG AKHLAK

SISWA ... 71

TABEL XII KRITERIA NILAI DARI VARIABEL AKHLAK SISWA 73

TABEL XIII PROSENTASE JAWABAN RESPONDEN TENTANG

KEAKTIFAN BELAJAR DI TAMAN PENDIDIKAN

AL-QUR’AN ... 76

TABEL XIV PROSENTASE JAWABAN RESPONDEN TENTANG

KEAKTIFAN BELAJAR DI TAMAN PENDIDIKAN

AL-QUR’AN BERDASARKAN ANGKET ... 77

TABEL XV PROSENTASE JAWABAN RESPONDEN TENTANG

AKHLAK SISWA ... 82

TABEL XVI PROSENTASE JAWABAN RESPONDEN TENTANG

AKHLAK SISWA BERDASAR-KAN ANGKET ... 82

TABEL XVII KOEFISIEN KORELASI ANTARA KEAKTIFAN

BELAJAR DI TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN

DAN AKHLAK SISWA ... 87

(14)

B A B I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap orang tua muslim menyadari bahwa pada hakikatnya anak

adalah amanat Allah SWT yang dipercayakan (diamanatkan) kepada dirinya.

Kesadaran para orang tua muslim akan hakikat anak mereka sebagai amanat

Allah SWT sepantasnya ini ditanggapi dengan penuh tanggung jawab. Setiap

muslim pasti menyadari bahwa Allah SWT memerintahkan kepada hamba-

Nya agar mengemban amanat itu dengan baik. Dengan demikian, maka orang

tua pantang mengkhianati amanat Allah SWT. Dan hukum mengemban

amanat-Nya pun wajib bagi mereka. Dari sekian perintah

Allah SWT yang berkenaan dengan amanat-Nya yang berupa anak adalah

bahwa setiap orang tua wajib mengasuh dan mendidik anak-anak dengan baik

dan benar, agar mereka tidak menjadi anak-anak yang lemah iman dan tumbuh

dewasa menjadi generasi yang saleh. Inilah salah satu tanggung jawab orang

tua.

Dalam ajaran Islam pendidikan akhlak adalah jiw a dari pendidikan

Islam. Para filsuf Islam merasa betapa pentingnya pendidikan anak-anak

terutama dalam pendidikan akhlak. Mereka sependapat bahwa pendidikan

anak-anak sejak dari kecil harus mendapat perhatian. Dalam ajaran Islam

pendidikan keluarga dipandang sebagai penentu masa depan anak. Betapapun

sederhananya sistem pendidikan dalam keluarga ini, tetaplah berpengaruh

(15)

pada pembentukan kepribadian anak. Karena dari sinilah pertumbuhan

fisik dan mental anak dimulai. Dalam keluarga orang tua merupakan pembina

pertama bagi perkembangan dan pembentukan pribadi anak. Seperti yang

dikatakan oleh Daradjat (1978:71) bahwa orang tua adalah pembina pribadi

yang utama dalam hidup anak, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup

mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan

sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Anak

yang baru dilahirkan diibaratkan seperti kertas putih yang memungkinkan

orang tuanya untuk menulis apapun di kertas itu menurut keinginannya.

Kepandaian dan keterampilan orang tua sebagai pendidik

yang pertama dan utama sangat menentukan bagaimana watak anak setelah

dewasa kelak.

Sehubungan dengan hakikat pendidikan yang meliputi penyelamatan

fitrah Islamiah anak, perkembangan potensi pikir anak, potensi rasa, potensi

keija, dan sebagainya tentu tidak semua keluarga mampu menanganinya

secara keseluruhan mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki orang tua

misalnya keterbatasan waktu, keterbatasan ilmu pengetahuan, dan

keterbatasan lainnya. Oleh karena itu dalam batas-batas tertentu orang tua

dapat menyerahkan pendidikan anaknya kepada pihak luar baik kepada

lembaga sekolah maupun lembaga di lingkungan masyarakat seperti

pesantren, majelis taklim, TPA, dan kursus-kursus serta lembaga lain di

lingkungan masyarakat. Penyerahan anak kepada lembaga-lembaga

(16)

3

tua tetapi sekedar penyerahan penanganan belaka. Sekolah merupakan salah

satu tempat pendidikan bagi anak. Sistem pendidikan yang diterapkan di

sekolah telah diatur dan terprogram menurut jenjang dan tingkatnya. Namun

demikian pada kenyataannya banyak permasalahan yang timbul yang dapat

ditemui dalam kegiatan sekolah. Berhasil dan tidaknya anak belajar

dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu, faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal mencakup kematangan atau pertumbuhan kecerdasan

atau intelegensi, motivasi, minat dan bakat, serta pengalaman anak. Sedang

faktor eksternal mencakup lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah dan

perangkat pendidikan lainnya yang saling berkaitan. Dalam

perkembangannya, seorang anak selain membutuhkan perhatian dari keluarga

dan sekolah juga membutuhkan perhatian dari lingkungan masyarakat.

Lingkungan ini nantinya akan memberi pengaruh terhadap perkembangan jiw a

anak.

Seperti yang diungkapkan oleh Zuhaili (2002:89) bahwa masyarakat

adalah pelaku atau faktor penting dalam pendidikan dan merupakan

lingkungan luas yang mempresentasikan akidah, akhlak, serta nilai-nilai dalam

prinsip yang telah ditentukan. Pengaruh lingkungan masyarakat terhadap anak

ada yang bersifat positif dan ada yang bersifat negatif. Dikatakan berpengaruh

positif apabila pengaruh tersebut membawa dampak yang baik bagi

perkembangan jiwa anak ke arah hal-hal yang positif sedangkan dikatakan

berpengaruh negatif apabila dapat mempengaruhi jiw a anak untuk berbuat hal-

(17)

masyarakat. Terkait dengan pengaruh negatif lingkungan terhadap

perkembangan jiw a seorang anak, maka peran orang tua sangatlah dibutuhkan

untuk mengawasi, mengarahkan dan mengendalikan anak agar tidak

terpengaruh dampak negatif dari lingkungan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa anak sejak dini membutuhkan

pembinaan akhlak agar nantinya tidak terseret arus yang menyesatkan

perbuatan anak. Dengan pembinaan akhlak, diharapkan anak nantinya dapat

bersikap dan berperilaku yang baik dan benar tidak hanya mengetahui norma-

norma yang ada dalam masyarakat, tetapi juga dapat melaksanakannya dalam

kehidupan sehari-hari dengan ikhlas. Lingkungan yang tertib, aman jauh dari

tindakan kemaksiatan dan adanya keharmonisan hubungan di antara keluarga,

masyarakat akan mendukung anak untuk belajar dan bersikap kritis terhadap

apa yang mereka alami dan sebaliknya anak yang tumbuh hidup di lingkungan

keras penuh dengan kemaksiatan akan berpengaruh terhadap akhlak anak

tersebut.

Dengan diselenggarakannya Taman Pendidikan Al-Qur’an Klepu

Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, memberi peluang kepada orang

tua untuk memasukkan anak-anaknya untuk mengikuti serta mendalami

pendidikan Islam khususnya dalam rangka membina akhlak anak, selain

pendidikan yang telah diberikan dalam keluarga dan sekolah. Para orang tua

mempunyai harapan yang besar pada TPA untuk dapat mendidik anak-

anaknya dengan akhlakul karimah (akhlak yang baik), sehingga dapat di

(18)

5

Para orang tua berharap anak-anak mereka dalam kehidupan sehari-hari

berperilaku sesuai dengan ajaran agama.

Berdasarkan pengamatan dan data sementara yang ditemukan terlihat

bahwa ada perbedaan sikap serta tingkah laku anak diantara anak-anak yang

mengikuti pendidikan di TPA dengan mereka yang tidak mengikuti

pendidikan di TPA. Dalam realitas di lapangan perbedaan itu dapat terlihat

misalnya anak-anak yang mengikuti pandidikan di TPA tingkah lakunya

mengarah ke hal yang baik sesuai dengan ajaran agama. Selain itu mereka

juga mempunyai pengetahuan agama yang lebih baik dibanding dengan anak-

anak yang tidak mengikuti TPA. Oleh karena itu dipandang perlu untuk

mengadakan penelitian tentang peranan TPA dalam pembinaan akhlak

anak. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Klepu 01 Kecamatan Pringapus

Kabupaten Semarang.

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang yang dikemukakan di atas, maka secara

pokok penelitian ini ingin mengemukakan beberapa rumusan masalah sebagai

b e rik u t:

1. Bagaimanakah Keaktifan Belajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an siswa di

SD Negeri Klepu 01, Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang tahun

2010

?

2. Bagaimanakah akhlak siswa di SD Negeri Klepu 01, Kecamatan Pringapus

Kabupaten Semarang tahun 2010?

3. Apakah terdapat hubungan yang positif antara keaktifan belajar Taman

Pendidikan Al-Qur’an dengan akhlak siswa di SD Negeri Klepu 01,

(19)

Dalam setiap melakukan penelitian tentunya mempunyai tujuan yang

jelas, sehingga apa yang dicapai kelak diharapkan dapat memberikan

sumbangan bagi ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Tujuan Penelitian ini

ad alah :

1. Untuk mengetahui Keaktifan Belajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an

siswa di SD Negeri Klepu 01, Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

2. Untuk mengetahui akhlak siswa di SD Negeri Klepu 01, Kecamatan

Pringapus Kabupaten Semarang.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif antara keaktifan

belajar Taman Pendidikan Al-Qur’an dengan akhlak siswa di SD Negeri

Klepu 01, Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang

akan diteliti (Lirik Sriyani, Alfred, 2007 : 27). Adapun hipotesis dari

penelitian ini adalah : ada hubungan antara keaktifan belajar di TPQ dengan

akhlak siswa di SD Negeri Klepu 01 Kecamata Pringapus Kabupaten

Semarang tahun 2010.

E. Kegunaan Penelitian

Secara Teoritis kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai b erik u t:

1. Memberikan gambaran dan informasi tentang peran TPQ dalam

(20)

7

2. Memberikan gambaran yang jelas tentang faktor pendorong dan

penghambat pembinaan akhlak anak di TPQ.

Dari segi praktis penelitian ini memberi kegunaan sebagai b e rik u t:

1. Memberikan masukan efektif dan efisien kepada TPQ agar lebih

meningkatkan kegiatannya.

2. Memberikan informasi kepada orang tua, bahwa penyelenggaraan TPQ

perlu mendapat perhatian dan dukungan karena kegiatan yang dilakukan

identik dan menunjang belajar siswa khususnya pendidikan Agama Islam.

3. Menambah wawasan dan cara berpikir anak khususnya yang mengikuti

pendidikan di TPQ.

F. Definisi Operasional

Pendidikan Islam sejak dini pada anak-anak merupakan hal yang

sangat penting agar anak nantinya tidak terseret arus perbuatan yang

menyesatkan serta dapat tumbuh menjadi anak-anak yang memiliki akhlak

sesuai dengan syariat Islam. Dalam ajaran Islam pendidikan akhlak atau

akhlak adalah jiw a dari pendidikan Islam. Dan tanggung jaw ab pendidikan ini

terletak pada tiga pihak yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Tidak dapat

dipungkiri dalam perkembangannya, seorang anak selain membutuhkan

perhatian dari keluarga dan sekolah juga membutuhkan perhatian dari

lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat yang tertib, aman jauh dari

(21)

Dikatakan berpengaruh positif apabila pengaruh tersebut membawa dampak

yang baik bagi perkembangan jiw a anak. Sebaliknya anak yang tumbuh di

lingkungan keras penuh kemaksiatan akan berpengaruh negatif terhadap

akhlak anak tersebut. Berpengaruh negatif apabila dapat mempengaruhi jiw a

anak untuk berbuat hal negatif yang mengarah pada perbuatan yang tidak bisa

diterima masyarakat.

Dengan diselenggarakannya Taman Pendidikan Al-Qur’an sebagai

lembaga pendidikan Islam yang ada di lingkungan masyarakat memberi

peluang kepada orang tua untuk memasukkan anak-anaknya mengikuti dan

mendalami pendidikan Islam. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) merupakan

Lembaga nonformal yang penyelenggaraannya ditangani oleh masyarakat

Islam. TPA mempunyai peran sebagai wadah belajar bagi anak-anak seusia

SD (6 sampai 12 tahun) yang materi pokok pelajarannya adalah kemampuan

membaca dan menulis Al-Qur’an dengan kaidah Islam. Selain itu, TPA juga

mengajarkan mengenai ibadah, aqidah, akhlak. Ini berarti TPA juga

mempunyai peran sebagai wadah pembinaan ibadah, aqidah dan akhlak.

Dengan kata lain TPA mempunyai banyak peran. Berkembang dan

tetap berdirinya TPA sebagai Lembaga Pendidikan Islam yang mempunyai

banyak peran penting bagi perkembangan anak dalam pelaksanaannya

mengalami berbagai permasalahan seperti keterbatasan sarana, baik sarana

fisik berupa gedung khusus tempat kegiatan belajar mengajar, keterbatasan

tenaga pengajar yang profesional, sarana administrasi yang sederhana,

(22)

9

permasalahan yang sering muncul kepermukaan, contohnya masih adanya

keterlambatan pembayaran uang shahriyah/spp dalam setiap bulannya.

Permasalahan lain yang ada di TPA adalah masih sederhananya cara

pengelolaan TPA yang hanya disesuiakan dengan situasi dan kondisi yang

ada. Oleh karena itu keberhasilan TPA memerlukan kesadaran, dukungan dan

keijasama dari berbagai pihak yaitu pihak TPA, orang tua anak (santri), anak

(santri), dan masyarakat.

Sehubungan dengan peran dan berbagai masalah yang dihadapi oleh

TPA Sebagaimana diuraikan di atas, maka dalam penelitian ini peneliti hanya

membatasi pada permasalahan Keaktifan Belajar di TPQ Dengan Akhlak

Siswa di SD Negeri Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang dalam

pembinaaan akhlak anak, faktor pendorong dan faktor penghambat pembinaan

keaktifan belajar di TPQ.

G. Metode Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Klepu 01 Kecamatan

Pringapus Kabupaten Semarang.

b. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai

(23)

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi

Arikunto, 2007 : 130). Sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa di SD Negeri Klepu 01 Kecamatan Pringapus Kabupaten

Semarang Tahun 2010 sebanyak 210 orang.

b. Sampel

Teknik pengambilan sampel menurut Suharsimi Arikunto

adalah apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua,

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya,

jika penelitian subyek lebih besar dapat diambil 10%-15% atau 20%-

50% atau lebih (Suharsimi Arikunto, 1997 : 112). Maka penulis

mengambil responden pada penelitian ini sebanyak 26% yaitu 26 anak.

3. Metode Pengumpulan Data

a. Metode Angket (kuesioner)

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2007 :

151).

Metode ini digunakan penulis untuk menganalisis tentang :

i) Keaktifan belajar di TPQ siswa SD Negeri Klepu 01 Kecamatan

(24)

11

2) Akhlak siswa SD Negeri Klepu 01 Kecamatan Pringapus Kabuaten

Semarang Tahun 2010.

b. Metode Wawancara

Wawancara adalah cara yang digunakan seseorang untuk

tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau

pendirian secara lisan dari seseorang responden dengan bercakap-

cakap berhadapan muka dengan orang itu (Koentjaraningrat, 1994 :

129). Metode ini digunakan oleh penulis sebagai cross cheking atas

metode angket.

c. Metode Observasi

Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan

dengan sistematik fenomena yang diselidiki (Sutrisno Hadi, 1995 :

136). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang

situasi umum serta penjajagan di lembaga penelitian yaitu SD Negeri

Klepu 01 Kecamatan Pringapus Kabuaten Semarang Tahun 2010.

d. Metode Dokumentasi

Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

legger, agenda, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2007 : 206).

Sedangkan metode dokumentasi penulis gunakan untuk

mendapatkan data tentang keadaan sekolah, guru, struktur organisasi

(25)

4. Metode Analisis Data

a. Analisa Pendahuluan

Analisis ini untuk menghitung skor masing-masing variabel

secara terpisah sehingga diketahui ciri-ciri masing-masing variabel

penelitian. Analisis ini menggunakan rumus prosentase (Anas

Sudijono, 1991 : 209):

P = 100%

K eterangan:

b. Analisa Lanjutan

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah analisis

data untuk mendapatkan kesimpulan dalam penelitian. Dalam

menganalisis data ini penulis menggunakan product moment sebagai

berikut (Sutrisno Hadi, 1997 : 294):

P : Prosentase

F : Frekuensi

N : Jumlah sampel

(

120

(

17

)

(26)

13

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi product moment dari

variabel X (keaktifan belajar) dan variabel 7

(akhlak siswa)

X : Skor variabel X

Y : Skor variabel 7

X 2 : Hasil kuadrat dari X

Y2 : Hasil kuadrat dari 7

X Y : Perkalian skor X dan 7

XXX : Jumlah hasil perkalian skor X dan 7

N : Jumlah responden

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk memudahkan pemahaman yang terkandung dalam skripsi ini,

maka akan dikemukakan sebagai b erik u t:

BAB I : Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, definisi

operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Kajian pustaka yang membahas tentang : Keaktifan Belajar,

Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), akhlak siswa, pengertian akhlak siswa,

akhlak yang baik dan yang buruk, cara tehnik pembinaan akhlak, faktor

pendorong dan faktor penghambat pembinaan akhlak anak, tujuan pokok

(27)

BAB I I I : Hasil Penelitian membahas tentang : gambaran umum lokasi

dan subjek penelitian serta penyajian data.

BAB IV: Analisis data, membahas tentang data-data yang diperoleh

selama penelitian dan disertai dengan pembahasannya.

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Keaktifan Belajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an

1. Keaktifan Belajar

a. Pengertian Keaktifan

Sebelum peneliti meninjau lebih jauh tentang aktivitas belajar,

terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang pengertian dari aktivitas

dan belajar.

Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya

“kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau

kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan

suatu aktifitas.

Menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang

dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama

proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya

keinginan siswa untuk belajar.

b. Belajar

Menurut Oemar Hamalik (2001: 28), belajar adalah “Suatu

proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan

lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan,

pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan

sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.

(29)

Sedangkan, Sardinian A.M. (2003 : 22) menyatakan: “Belajar

merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan

lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun

teori”.

Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala

kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa)

dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di

sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas

siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif,

seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam

Depdiknas (2005 : 31), belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar

mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental

intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa

perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor”.

Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan

salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk

belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri

perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau

mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab

pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.

Seorang pakar pendidikan, Trinandita (1984) menyatakan

bahwa ” hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses

(30)

17

pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru

dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan

mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana

masing - masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal

mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula

terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada

peningkatan prestasi.

c. Faktor Faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang

dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, siswa juga dapat berlatih

untuk berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, guru juga

dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga

merangsang keaktivan siswa dalam proses pembelajaran. Gagne dan

Briggs (dalam Martinis, 2007: 84) faktor-faktor yang dapat

menumbuhkan timbulnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran,

y a itu :

1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga

mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2) Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa).

3) Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.

4) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan

(31)

5) Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.

6) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan

pembelajaran.

7) Memberi umpan balik {feed back)

8) Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga

kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.

9) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir

pembelajaran.

d. Bentuk Upaya Guru dalam Mengembangkan Keaktifan Belajar Siswa

Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar

siswa belajar. Dalam pembelajaran, siswalah yang menjadi subjek, jadi

siswalah yang menjadi pelaku kegiatan belajar. Demikian pula dalam

pembelajaran, agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan

belajar, maka guru hendaknya mengondisikan pembelajaran yang

menuntut siswa aktif dalam melakukan kegiatan belajar.

Beberapa bentuk upaya yang dapat dilakukan guru dalam

mengembangkan keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran adalah

di antaranya dengan meningkatkan minat siswa, membangkitkan

motivasi siswa, menerapkan prinsip individualitas siswa, serta

menggunakan media dalam pembelajaran.

Kondisi pembelajaran yang efektif adalah dengan adanya minat

dan perhatian siswa dalam belajar. Minat sangat besar pengaruhnya

(32)

19

sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa adanya minat seseorang

tidak mungkin akan melakukan sesuatu. Siswa yang memiliki minat

yang besar terhadap suatu pelajaran akan lebih aktif untuk

mempelajarinya dan sebaliknya, siswa akan kurang keaktifannya

dalam mempelajari pelajaran yang kurang diminatinya.

Oleh karena itu, William Jams, seperti di kemukakan Moh.

Uzer Usman, yang melihat bahwa minat siswa merupakan faktor

utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa, jadi, minat

merupakan faktor yang menentukan keterlibatan siswa secara aktif

dalam belajar.

Selanjutnya minat siswa juga berhubungan dengan perhatian

siswa. Perbedaannya adalah minat sifatnya lebih menetap sedangkan

perhatian sifatnya lebih sementara dan adakalanya menghilang. Dalam

proses belajar siswa, perhatian memegang peranan penting. Thomas

M. Risk yang dikutip Zakiah Daradjat mengemukakan no learning

takes place without attention. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan

bahwa suatu pelajaran tidak akan berlangsung tanpa adanya perhatian

dari siswa.

Dengan demikian proses pembelajaran akan beijalan lancar

bila siswa memiliki minat yang besar yang menimbulkan perhatiannya

dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat

siswa-siswanya agar pelajaran yang diberikan mudah dipahami

(33)

Ibrahim dan Nana Syaodih mengemukakan beberapa upaya menarik

minat siswa dalam belajar, yaitu sebagai berikut:

Pengajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan siswa, sebab

keduanya akan menjadi penyebab timbulnya perhatian. Sesuatu yang

menarik minat dan dibutuhkan siswa, akan menarik perhatiannya,

dengan demikian mereka akan bersungguh-sungguh dalam belajar.

Misalnya, anak-anak Sekolah Dasar sangat menyenangi cerita

(dongeng). Sampai dengan kelas III mereka menyenangi cerita fantasi

sedangkan anak-anak kelas IV sampai dengan kelas VI menyenangi

cerita-cerita yang lebih konkret, kepahlawanan dan sebagainya. Guru

dapat memanfaatkan minat dan kebutuhan ini dengan memberikan

cerita-cerita yang berisi penanaman atau pengembangan nilai-nilai

moral.

Sementara Syaiful Bahri Djamarah juga mengemukakan upaya-

upaya yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan minat siswa

dalam belajar, y a itu :

a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.

b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.

c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.

d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

Kemudian Zakiah Daradjat dengan redaksi yang tidak jauh

berbeda, menyebutkan beberapa usaha yang dapat dilakukan guru

(34)

21

a. Membangkitkan kebutuhan pada diri anak seperti kebutuhan

rohani, jasmani, sosial, dan sebagainya. Rasa kebutuhan ini akan

menimbulkan keadaan labil, ketidakpuasan yang memerlukan

pemuasan.

b. Pengalaman-pengalaman yang ingin ditanamkan kepada anak

hendaknya didasari oleh pengalaman-pengalaman yang sudah

dimiliki.

c. Beri kesempatan berpartisipasi untuk mencapai hasil yang

diinginkan. Tugas-tugas harus disesuaikan dengan kesanggupan

murid. Anak yang tidak pernah mencapai hasil yang baik atau tidak

pernah mendapat penyelesaian tugas-tugasnya dengan baik, merasa

putus asa.

d. Menggunakan alat-media dan berbagai metode mengajar.

Beberapa hal tersebut di atas menunjukkan bahwa upaya guru

dalam mengembangkan minat belajar siswa sangat penting dilakukan

agar ia dapat terlibat aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Setiap perbuatan individu, termasuk perbuatan belajar didorong

oleh sesuatu atau beberapa motif. M otif merupakan suatu tenaga yang

berada pada diri siswa yang mendorongnya untuk berbuat mencapai

suatu tujuan. Sedangkan motivasi menurut Muh. Uzer Usman adalah

“suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau

(35)

keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah

lakunya untuk membuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.”

Seseorang siswa yang belajar dengan motivasi kuat, akan

melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh

penuh, gairah atau semangat. Sebaliknya, belajar dengan motivasi

yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengeijakan tugas-tugas

yang berhubungan dengan pelajaran. Dengan demikian jelaslah bahwa

motivasi sangat diperlukan seseorang dalam melakukan aktivitas

belajar.

Tugas guru adalah membangkitkan motivasi siswa sehingga ia

mau belajar secara aktif. Motivasi belajar siswa dapat timbul dari

dalam individu siswa dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar

dirinya. Motivasi yang timbul dari dalam diri siswa sendiri tanpa ada

ajakan atau pengerah dari orang lain disebut motivasi intrinsik.

Sedangkan motivasi yang timbul akibat pengerah dari luar diri siswa,

apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain

disebut motivasi ekstrinsik. Dalam konteks motivasi belajar ini,

Syaiful Bahn Dj amarah dan Aswan Zain mengemukakan sebagai

b e rik u t:

Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang

diberikan, bukanlah masalah bagi guru, karena di dalam diri siswa

tersebut sudah ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang

(36)

23

penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi

pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada di sekitarnya

kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.

Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka

motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak

diperlukan.

Di sini peranan guru lebih dituntut untuk memerankan fungsi

motivasi, yaitu fungsi motivasi sebagai alat yang mendorong manusia

untuk berbuat, motivasi sebagai alat yang menentukan arah perbuatan,

dan motivasi sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan.

Dari hal tersebut jelas bahwa dalam belajar, siswa mesti

memiliki motivasi belajar yang tinggi, baik yang berasal dari dalam

diri maupun dari luar diri siswa. Beberapa upaya yang dapat dilakukan

guru untuk membangkitkan motivasi siswa dan menjadikannya aktif

dalam mengikuti pembelajaran, seperti yang dikemukan R. Ibrahim

dan Nana Sayodih diantaranya, y a itu :

a. Memberikan sasaran antara. Sasaran akhir belajar adalah lulus

ujian atau naik kelas. Sasaran akhir baru dicapai pada akhir tahun.

Untuk membangkitkan m otif belajar maka diadakan sasaran antara,

seperti ujian semester, tengah semester, ulangan harian, kuis, dan

sebagainya.

b. Diciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Suasana belajar

(37)

pengakuan akan keberadaan siswa, terhindar dari celaan dan

makian, dapat membangkitkan motif,

c. Adanya persaingan sehat. Persaingan atau kompetisi yang sehat

dapat membangkitkan motivasi belajar. Siswa dapat bersaing

dengan hasil belajarnya sendiri atau dengan hasil yang dicapai oleh

orang lain. Dalam persaingan ini dapat diberikan pujian, ganjaran

ataupun hadiah.

2. T am an Pendidikan A l-Q ur’an

a. Pengertian Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)

Menurut Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushola

Kota Gede Yogyakarta dalam As’ad dan Budiyanto (1995)

mengemukakan pengertian Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)

adalah lembaga pendidikan nonformal yang merupakan lembaga

pendidikan baca Al-Qur’an untuk usia SD (6-12 tahun). Lembaga ini

penyelenggaraannya ditangani oleh masyarakat Islam yang ada di

wilayah tersebut.

Pada dasarnya lembaga ini terbagi menjadi beberapa kelas

sesuai dengan tingkat umur yaitu :

1) Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKA) untuk anak seusia TK (5-7

tahun)

2) Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) untuk anak seusia SD kelas

(38)

w

3) Taman Bimbingan Islam dan Kreatifitas untuk anak yang berusia

10-12 tahun.

Untuk membina agar anak mempunyai sifat-sifat terpuji tidak

hanya dengan pembiasaan-pembiasaan melakukan hal baik, dan

menjauhi larangan-Nya. Dengan kebiasaan dan latihan akan membuat

anak cenderung melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk.

b. Waktu dan Masa Pendidikan

Keberadaan TPA merupakan penunjang bagi pendidikan agama

Islam pada Lembaga-lembaga pendidikan sekolah (TK-SD-MI) untuk

itu penyelenggaraannya pada siang dan sore hari di luar jam sekolah.

Sedang bagi lingkungan masyarakat yang memiliki Madrasah

Diniyah pada jam-jam tersebut, maka TPA dapat dijadikan

sebagai kegiatan “Pra Madrasah Diniyah”. Lama Pendidikan satu

tahun dan terbagi dalam dua semester. Tiap kali masuk

TPA diperlukan waktu 60 menit.

c. Materi Pelajaran

Sesuai dengan tujuan dan targetnya, maka materi pelajaran

dibedakan menjadi dua macam yaitu materi pokok dan materi

tambahan. Yang dimaksud materi pokok adalah materi yang harus

dikuasai benar oleh setiap santri dan dijadikan tolok ukur

keberhasilan santri. Sebagai materi pokok santri adalah belajar

membaca Al-Qur’an dengan menggunakan buku iqro’ jilid 1-6

(39)

dengan baik, dapat dipastikan ia dapat membaca Al-Qur’an dengan

benar. Untuk selanjutnya ia mulai belajar membaca Al-Qur’an.

Adapun materi tambahan adalah materi yang belum dijadikan syarat

untuk menentukan lulus tidaknya santri tersebut (As’ad dan Budiyanto

1995:16).

Sebagai materi tambahan adalah : Hafalan bacaan shalat dan

prakteknya, hafalan doa sehari-hari, hafalan surat-surat pendek,

hafalan kalimat thoyibah, bermain cerita, ibadah,aqidah dan akhlak

d. Tujuan dan Target TPA

Kurikulum dan Pola Penyelenggaraan Pendidikan (KP3)

Taman Pendidikan Al-Qur’an bertujuan :

1) Menyiapkan para santri agar tumbuh dan berkembang menjadi

pribadi yang Qur’ani, mencintai Al-Qur’an sebagai pedoman dan

pandangan hidup.

2) Sebagai lingkungan pergaulan yang sehat dan Islami, hal ini

penting bagi perkembangan jiw a anak, utamanya dalam proses

sosialisasi.

3) Secara lebih khusus mulai membekali para santri dengan

kemampuan berpikir kreatif, mengembangkan dan mengasah

potensi kepemimpinan yang ada pada dirinya.

Sedang untuk mencapai tujuan di atas ditentukan target

(40)

27

1) Santri mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai

dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid

2) Santri mampu terbiasa melaksanakan shalat 5 waktu serta terbiasa

hidup dengan adab-adab Islam sesuai dengan tingkat

perkembangan jiwanya

3) Santri hafal doa sehari-hari, mengerti cara menulis huruf-huruf Al-

Qur’an.

4) Santri mengenal dan memahami dasar-dasar berfikir kreatif dan

teknik

ketrampilan kepemimpinan sesuai dangan tingkatnya,

e. Peranan TPA

Program pengelolaan TPA di Indonesia saat ini berdasarkan

kebiasaan dalam masyarakat dan berdasarkan LPTQ Tingkat Nasional

No 1 tahun 1991 tertanggal Februari 1991 yang diresmikan oleh

Menteri Agama pada waktu itu Bapak Munawir Syadzali pada tanggal

10 Pebruari 1991.

TPA sebagai lembaga pendidikan nonformal yang mempunyai

peran utama mengajarkan kemampuan membaca dan menulis Al-

Qur’an juga sangat berperan bagi perkembangan jiw a anak seperti

pengetahuan tentang ibadah, akidah, dan akhlak/akhlak. Mengingat

bahwa materi yang diajarkan tidak hanya terpaku pada materi baca

tulis Al-Qur’an melainkan juga memberikan materi tentang ibadah,

(41)

didik menjadi pribadi yang Qur’ani dan menjadikan Al-Qur’an sebagai

pedoman dalam hidupnya.

Terkait dengan hal ini, Muzayyin Arifin (2003:38) berpendapat

bahwa dalam proses pemberdayaan umat manusia, adanya lembaga

pendidikan dalam masyarakat merupakan syarat mutlak yang

mempunyai tanggung jaw ab kultural-edukatif.

Selanjutnya Muzayyin Arifin, menyebutkan bahwa tanggung

jawab lembaga-lembaga pendidikan dalam segala jenisnya, menurut

pandangan Islam adalah berkaitan dengan usaha menyukseskan misi

dalam tiga macam tuntutan hidup seorang muslim, yaitu sebagai

b erik u t:

1) Pembebasan manusia dari ancaman api neraka.

2) Pembinaan umat manusia menjadi hamba Allah yang memiliki

keselarasan dan keseimbangan hidup bahagia di dunia dan di

akhirat sebagai realisasi cita-cita seseorang yang beriman dan

bertakwa yang senantiasa memanjatkan doa sehari-hari.

3) Membentuk diri pribadi manusia yang memancarkan sinar

keimanan yang kaya dengan ilmu pengetahuan, yang satu sama

lain saling mengembangkan hidupnya untuk menghambakan

dirinya kepada khaliknya. Keyakinan dan keimanannya berfungsi

sebagai penyuluh terhadap akal budi yang sekaligus mendasari

ilmu pengetahuannya.

(42)

29

Di atas dasar pandangan inilah lembaga-lembaga pendidikan

Islam berpijak untuk mencapai cita yang ideal, yaitu bahwa idealitas

Islam dijadikan elan vitale-nya (daya pokok) tanggung jawab kultural-

edukatifnya. Dengan demikian, maka jelaslah bahwa lembaga-lembaga

pendidikan berkembang dalam masyarakat merupakan cermin dari

idealitas umat (Islam).

Al-Quran merupakan pedoman hidup. Tapi hanya segelintir orang

yang mampu membacanya dengan baik sesuai kaidah-kaidah ilmu tajwid,

menghafal, dan memahaminya.

Bagaimana Al-Quran bisa menjadi pedoman hidup seorang muslim,

bila membaca dan memahaminya saja tidak mampu? 191 juta jiw a penduduk

muslim Indonesia dari total 220 juta jiw a penduduk Indonesia (64%) belum

bisa membaca A-Quran. Sementara yang mampu membaca baru 36%, 16,8%

sudah bisa membaca Al-Quran dengan baik dan benar.

Yang bisa membaca, mentadaburi dan menafsirkannya baru sebesar

3,6%, sedangkan yang mampu mengamalkannya hanya 0,02%. Tidak tahu

persis apa gerangan penyebab maraknya buta huruf Al-Quran tersebut.

Padahal saat ini, berbagai metode mempelajari Al-Quran telah berkembang

dan tersebar di berbagai pelosok penjuru tanah air. Patut dijadikan bahan

telaah, walaupun metode yang berkembang cukup banyak, namun hanya

sedikit metode yang mampu dengan cepat difahami dan diaplikasikan.

Sehingga penggunanya dalam waktu relatif singkat bisa membaca Al-Quran

(43)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirm an:

b \ L \ v U \ \& & \ ' j & \

i)

-29

\ )o\»

.

j*

p - * •

JJ*

30

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (QS. F a th ir: 29-30)

Belajar dan mengajarkan Al Qur’an adalah amalan yang terbaik. Hal

ini sesuai dengan hadits dari Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi

Radhiyallahu ‘anhu bersabda:

'

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan

mengajarkannya.” HR. Bukhari

Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Radhiyallahu ‘anhu

bersabda:

(44)

31

Dari Abu Umamah, ia berkata : “Saya mendengar Rasulullah

Radhiyallahu ‘anhu bersab d a:

“Bacalah Al Qur’an karena sesungguhnya Al qur’an itu akan datang di

hari kiamat untuk memberi syafa’at bagi yang membacanya” (HR.

Muslim)

B. Akhlak Siswa

Akhlak Islam sungguh indah. Ia mengajarkan adab nan tinggi dan

akhlak yang mulia. Menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih

muda, dan selalu berusaha menjaga keutuhan keluarga. Membersihkan

berbagai noda di dada yang akan merusak hubungan sesama manusia yang

satu keluarga. Menyantuni yang tidak punya dan tidak iri dengki kepada yang

kaya. Sebagaimana dalam Al-Qur’an dituliskan :

(45)

Aqidah Islamiyah adalah iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-

kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, kepada qadla dan qadar baik-buruk

keduanya dari Allah. Sedangkan makna iman itu sendiri adalah pembenaran

yang bersifat pasti (tashdiiqul ja zm), yang sesuai dengan kenyataan, yang

muncul dari adanya dalil/bukti. Bersifat pasti artinya seratus persen

kebenaran/keyakinannya tanpa ada keraguan sedikitpun. Sesuai dengan fakta

artinya hal yang diimani tersebut memang benar adanya dan sesuai dengan

fakta, bukan diada-adakan (mis. keberadaan Allah, kebenaran Quran, wujud

malaikat dll). Muncul dari suatu dalil artinya keimanan tersebut memiliki

hujjah/dalil tertentu, tanpa dalil sebenarnya tidak akan ada pembenaran yang

bersifat pasti.

Suatu dalil untuk masalah iman, ada kalanya bersifat aqli dan atau

naqli, tergantung perkara yang diimani. Jika perkara itu masih dalam

jangkauan panca indra/aqal, maka dalil keimanannya bersifat aqli, tetapi jika

tidak (yaitu di luar jangkauan panca indra), maka ia didasarkan pada dalil

naqli. Hanya saja perlu diingat bahwa penentuan sumber suatu dalil naqli juga

ditetapkan dengan jalan aqli. Artinya, penentuan sumber dalil naqli tersebut

dilakukan melalui penyelidikan untuk menentukan mana yang boleh dan mana

yang tidak boleh dijadikan sebagai sumber dalil naqli. Oleh karena itu, semua

dalil tentang aqidah pada dasarnya disandarkan pada metode aqliyah. Dalam

(46)

33

“Ketahuilah bahwa kewajiban pertama bagi seorang mukallaf adalah berfikir dan mencari dalil untuk m a’rifat kepada Allah Ta’ala. Arti berfikir adalah melakukan penalaran dan perenungan kalbu dalam kondisi orang yang berfikir tersebut dituntut untuk ma’rifat kepada Allah. Dengan cara seperti itu, ia bisa sampai kepada ma’rifat terhadap hal-hal yang ghaib dari pengamatannya dengan indra dan ini merupakan suatu keharusan. Hal ini seperti merupakan suatu kewajiban dalam bidang ushuluddin.” (Lihat Fiqhul Akbar, Imam

Syafi’i hal. 16)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

✓ / x ^ ' ' s

“Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada. Dan ikutilah perbuatan dosa dengan perbuatan baik niscaya akan menghapuskannya. Dan pergaulilah orang dengan akhlak yang baik ”

(HR. Tirmidzi dari Abu Dzar radhiyallahu’anhu, hadits hasan sahih).

Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah mengatakan, “Rasulullah

menyebutkan perintah berakhlak secara terpisah (padahal ia termasuk bagian

dari takwa, pen) dikarenakan kebanyakan orang mengira bahwa ketakwaan itu

hanya berkutat dengan masalah pemenuhan hak-hak Allah dan tidak berurusan

dengan pemenuhan hak hamba-hamba-Nya...” “Dan orang yang menunaikan

hak-hak Allah sekaligus hak-hak sesama hamba dengan baik adalah sesuatu

yang sangat jarang ditemukan, kecuali pada diri para nabi dan orang-orang

yang shidiq/benar...” (Jam i’ul ‘Ulum w alH ikam , hal. 237)

Diriwayatkan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah

(47)

> V s ' >

“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat kedudukannya denganku di hari kiamat kelak adalah orang yang terbaik akhlaqnya. Dan orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku pada hari kiamat kelak adalah tsartsarun, mutasyaddiqun dan mutafaihiqun.” Sahabat berkata: “Ya Rasulullah... kami sudah tahu arti tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa arti mutafaihiquun?” Beliau menjawab, “Orang yang sombong.” (HR. Tirmidzi)

sistem perilaku yang dibuat. Secara sosiologis di Indonesia kata akhlak

sudah mengandung konotasi baik, jadi orang yang berakhlak berarti orang

yang berbudi baik.

Akhlak menurut Imam Gozali (Oemar Bakry : 10) Akhlak adalah

sifat yang melekat dalam jiw a seseorang yang menjadikan ia dengan

mudah bertindak tanpa banyak pertimbangan lagi.

Pendapat lain mengenai akhlak menurut sebagian ulama yang

disampaikan oleh Oemar Bakry menyatakan bahwa akhlak adalah suatu

sifat yang terpendam dalam jiw a seseorang dan sifat itu akan timbul waktu

(48)

35

seseorang merupakan sikap seseorang yang dimanifestasikan kedalam

perbuatan. Suatu sikap yang dimiliki seseorang dapat dikatakan sebagai

akhlak seseorang, apabila hal itu sudah menjadi kebiasaannya dan mudah

dilakukannya. Misalnya seseorang yang pemurah maka baginya

memberikan sesuatu pada orang lain itu sudah hal yang biasa, dalam

memberi dia tidak akan banyak pertimbangan lagi.

2. Akhlak Yang Baik dan Akhlak Yang Buruk

a. Akhlak Yang Baik

Akhlak yang baik dan buruk dapat dilihat atau dapat tercermin

dari perbuatan seseorang. Orang yang akhlaknya baik adalah orang

yang besifat lapang dada, peramah dan pandai bergaul, tidak menyakiti

hati orang lain, benar, tidak berdusta, sabar (tabah), dapat dipercaya,

baik dengan tetangga, kata-kata dan perbuatannya disenangi orang lain

dan lain-lain sifat utama (Oemar Bakry, 1986 :21).

Dalam Islam disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Akhlak

yang baik (Akhlakul Karimah) ialah pola perilaku yang dilandaskan

dan dimanifestasikan nilai-nilai Iman, Islam dan Ikhsan. Adapun

contoh-contoh Akhlakul Karimah sebagai b e rik u t:

1) Akhlak yang berhubungan dengan Allah, meliputi: Mentauhidkan

Allah, taqwa, berdoa, Dzikrulloh dan tawakal.

2 ) A k hlak diri sendiri, m eliputi : sabar, syukur ,taw adhu (rendah hati,

(49)

terlarang), hi Imun (menahan diri dari marah), amanah/jujur dan

merasa cukup dengan apa yang ada.

3) Akhlak terhadap keluarga, meliputi : Birrul walidain (berbuat baik

kepada orang tua), adil terhadap saudara, membina dan mendidik

keluarga, dan memelihara keturunan.

4) Akhlak terhadap masyarakat, meliputi: Ukhuwah/persaudaraan,

ta’awun (tolong menolong), adil, pemurah, penyantun, pemaaf,

menepati janji, musyawarah dan wasiat dalam kebenaran.

5) Akhlak terhadap alam, meliputi: memperhatikan dan merenungkan

penciptaan alam dan memanfaatkan alam (Maimunah Hasan, 2002:

6-7).

Kehidupan orang yang baik adalah yang dapat

menyempurnakan akhlaknya sesuai dengan akhlak yang telah

dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

b. Akhlak Yang Buruk.

Akhlak yang buruk adalah akhlak yang tercermin dalam diri

seseorang yang selalu bermuka masam, kasar tabiatnya, tidak sopan,

sombong, pendusta, penakut, dan berbagai sifat yang tidak baik

(Oemar Bakry, 1986 : 24).

Orang yang buruk akhlaknya menjadikan orang lain benci

kepadanya, menjadi celaan dan tersisih dari pergaulan dan

menyusahkan orang lain. Dalam bermasyarakat ia selalu resah, tidak

(50)

38

membawa ia ikut baik. Di dalam Lembaga Pendidikan kebanyakan

ahli-ahli pendidikan juga berpendapat bahwa anak-anak didik dalam

suatu ruangan kelas hendaklah sebaya umur dan tingkatan

kecerdasannya. Hal itu untuk menjaga agar akhlak mereka tidak

ketularan oleh anak-anak didik yang berumur yang sudah mengetahui

bermacam-macam perbuatan yang tidak baik diluar sekolah.

c. Meninggalkan sifat pemalas

Pemalas dan terbiasa duduk-duduk berpangku tangan tanpa

amal, merusak kesehatan. Semua organ tubuh menjadi lesu ia menjadi

dungu dan bodoh. Sering melamun pada perbuatan yang tidak baik

akhirnya jatuh kelembah kehinaan.

Sebaliknya orang bekeija giat agar tercapai cita-citanya. Jadi

dengan bekeija dan belajar giat orang akan terhindar dari segala

perbuatan jahat. Menjadi orang yang baik berguna pada agama, bangsa

dan negara.

d. Merubah kebiasaan buruk

Suatu perbuatan yang sudah dilakukan seringkah ia akan

menjadi tabiat, jadi susah merubahnya. Tabiat atau kebiasaan jahat

bisa mendarah daging sehingga sulit merubahnya.

Untuk meninggalkan sifat jahat dan sifat-sifat yang buruk,

memerlukan kemauan keras, tekad yang membaja serta kesadaran

yang mendalam. Karena ada kemauan pasti ada jalan. Oemar Bakry

(51)

3. Cara Atau Teknik Pembinaan Akhlak

Untuk mendidik seseorang supaya berakhlak yang baik banyak

caranya. Menurut Oemar Bakry ( 1986, 11-19) cara-cara tersebut sebagai

b e rik u t:

a. Mengisi akal dan fikiran dengan ilmu pengetahuan

Terkait dengan akal fikiran dan ilmu pengetahuan Oemar

Bakry berpendapat b ah w a:

“Akal fikiran seseorang besar sekali pengaruhnya dalam

kehidupannya. Akal fikiran yang sempit dan buntu akan

menjadikannya menempuh jalan yang sesat. Sebaliknya, akal

fikiran yang sehat berisi ilmu pengetahuan menjadi obor yang

menerangi jalan hidupnya. Akal fikiran yang sehat berisi ilmu

pengetahuan, itu akan tetap selalu menuntunnya ke jalan yang

baik “ (1 9 8 6 :1 1 ).

Jadi orang yang akal fikirannya berisi ilmu pengetahuan maka

ia selalu berusaha untuk selalu berbuat sesuatu yang berguna bagi

dirinya, keluarga dan bangsanya.

b. Bergaul dengan orang-orang yang baik

Manusia suka meniru orang lain, ia mencontoh pakaian,

perhiasan dan gaya hidup masyarakat sekitarnya, ia juga meniru dan

mengikuti tingkah laku teman sejawatnya. Begitu yang biasanya

teijadi dalam masyarakat. Bergaul dengan orang yang berani

(52)

39

1) Kemauan yang keras membaja untuk merubah

Berani memaksakan diri berbuat dan melakukan segala

sesuatu yang bertentangan dengan kebiasan jahat yang telah pernah

dilakukan. Jika perlu mengatakan dan beijanji di depan orang lain

untuk bertekad tidak akan berbuat jahat lagi, sehingga akan

menambah kuat tekad dan semangatnya.

2) Jangan sekali-kali meninggalkan perbuatan baik yang baru dicoba

sebagai ganti dari tingkah laku jahat yang baru ditinggalkan.

Walaupun meninggalkan kebiasaan lama begitu berat dan

sulit tetapi kita harus tetap berjuang dengan segala daya upaya.

Dengan demikian kemungkinan besar akan berhasil memperbaiki

akhlak. Dan untuk meninggalkan kebiasaan buruk, harus dilakukan

dengan sekaligus. Walaupun itu sulit tetapi hasilnya akan lebih

baik daripada melakukannya secara bertahap.

3) Hendaklah bertindak merubah dan meninggalkan kebiasaan jahat

yang sudah pernah dilakukan secepat mungkin sebagai realisasi

dari tekadnya

Setelah tekad ada, langsung dikerjakan tekad itu. Jangan

menunda waktu. “D o n ’t wait till tomorrow what you can do

today”. Sesuatu yang sudah dicita-citakan harus direalisasikan agar

(53)

4) Membiasakan membaca sejarah (otobiografi) orang-orang ternama.

Dengan membaca sejarah orang-orang besar memberi suatu

inspirasi dalam jiwa. Akhirnya akan timbul cita-cita dan keinginan

untuk meniru dan meneladani. Dari dalam diri akan muncul

keinginan untuk meninggalkan perbuatan jahat dan mencontoh

perjuangan orang-orang besar itu. Sejarah orang-orang besar

pemimpin dunia seperti Gandhi, Muhammad Hatta, Mustofa

Kamal, Crurchil dan lain-lain dapat menjadi teladan bagi kita.

Selain itu sejarah Rasul-Rasul yang banyak dikisahkan dalam Al-

Qur’an Karim, seperti Nabi Musa, Nabi Ibrahim Dan Nabi

Muhammad SAW akan memberikan kesan dan pelajaran yang

dapat merubah tingkah laku seseorang.

4. Faktor Pendorong dan Faktor Penghambat Pembinaan Akhlak Anak

a. Faktor Pendorong

Pembinaan akhlak merupakan hal yang sangat penting untuk

dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anak agar anak-ank nantinya

menjadi generasi yang saleh dan salekhah. Dalam usaha pembinaan

akhlak diketahui bahwa obyek pembinaan akhlak adalah anak-anak

yaitu seorang yang sedang tumbuh ke arah kedewasaan. Dalam usaha

pembinaan akhlak anak, banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor

pendorong baik yang berasal dari diri anak tersebut maupun faktor dari

(54)

42

tingkah laku yang dilakukan seseorang disebabkan oleh

kemauan sendiri, bukan dorongan dari luar,

b) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbulnya

dalam diri seseomg karena pengaruh dari rangsangan luar.

3) Lingkungan Masyarakat

Masyarakat adalah pelaku atau faktor penting dalam

pendidikan dan merupakan lingkungan luas yang mempresentasika

akidah, akhlak, serta nilai-nilai dalam prinsip yang telah ditentukan

karena manusia adalah makhluk sosial, terpengaruh kepada orang

lain dan mendapat pengaruh dari orang lain (Zuhaili 2002:89).

Tugas masyarakat dalam hal pendidikan meliputi bidang

yang cukup luas dan bermacam-macam, yaitu memuat hal-hal

terkecil dalam hidup sampai Departemendeparteman dan

sebagainya. Tugas masyarakat juga terlihat dalam kebiasaan dan

tradisi serta dalam pemikiran berbagai peristiwa juga dalam

kebudayaan secara umum serta dalam pengarahan spiritual dan

sebagainya. Lingkungan masyarakat yang baik kemungkinan besar

akan menghasilkan anak yang baik pula. Pada dasarnya masyarakat

harus mendidik anak dengan cara yang baik dan benar,

b. Faktor Penghambat

Tidak selamanya apa yang dilaksanakan dapat meraih apa yang

(55)

lepas dari hal-hal yang dapat menghambat jalannya pelaksanaan

pembinaan tersebut. Faktor-faktor yang dapat menghambat pembinaan

akhlak antara lain:

1) Tingkat Sosial Ekonomi

Keberhasilan suatu pendidikan tidak terlepas dari

pendanaan yang ada. Pepatah Jawa mengatakan Jerbasuki Mawa

Beya, kalau ingin berhasil harus diikuti dengan pembiayaan.

Tingkat sosial ekonomi orang tua yang masih rendah dapat

menjadi penghambat bagi pendidikan karena orang tua lebih

memikirkan biaya bagi kebutuhan sehari-hari dibandingkan bagi

pendidikan anak dikarenakan keterbatasan penghasilan.

2) Tingkat Pendidikan

Masyarakat yang berpendidikan tinggi akan selalu

memperhatikan pendidikan anaknya. Pendidikan bukan lagi

kebutuhan sekunder tetapi sudah menjadi kebutuhan yang harus

dipenuhi dalam keluarga.

Tingkat pendidikan yang rendah yang dimiliki orang tua

dapat berakibat pada rendahnya keinginan orang tua untuk

memikirkan pendidikan anaknya, mereka menganggap bahwa

pendidikan sebagai hal yang biasa.

3) Tenaga Pengajar

Tenaga pengajar bagi berlangsungnya kegiatan belajar

(56)

45

Dengan langkah-langkah tersebut di atas, Insya Allah TPA

yang dikelola akan lebih baik dan maju.

5. Metode-Metode Pendidikan Anak

Agar pendidikan terhadap perkembangan anak dapat

berjalan dengan baik, maka orang tua atau pendidik harus

mempunyai metode/pedoman pendidikan yang berpengaruh dalam

upaya mempersiapkan anak secara mental, moral, saintikal,

spiritual dan sosial, sehingga anak tersebut mampu meraih puncak

kesempurnaan, kedewasaan dan kematangan berpikir dan

bertingkah laku. Menurut M.D. Dahlan (1992: 1) paling tidak ada

lima buah metode dalam mendidik anak, yaitu : a) pendidikan

dengan keteladanan, b) pendidikan dengan adat kebiasaan, c)

pendidikan dengan nasihat, d) pendidikan dengan pengawasan, e)

pendidikan dengan hukuman.

Adapun secara rinci, penjelasan metode pendidikan

terhadap anak tersebut di atas adalah sebagai b e rik u t:

a. Pendidikan dengan Keteladanan

Keteladanan dalam pendidikan merupakan bagian dari

sejumlah metode paling ampuh dan efektif dalam

mempersiapkan dan membentuk anak secar moral, spiritual,

dan sosial. Sebab, seorangn pendidik merupakan contoh ideal

dalam pandangan anak, yang tingkah laku dan sopan santunnya

akan ditiru. Keteladanan merupakan faktor penentu baik

Gambar

Tabel 1Daftar Sarana (Ruang)
tabel berikut:
Tabel VProgram Kurikulum SD Negeri Klepu 01
Tabel VIDaftar Nama Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

lemah untuk mendiagnosis tumor padat ganas sedangkan fibrinogen pada titik potong 345 mg/dL memiliki nilai diagnostik yang sangat baik.

Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi linear ganda, uji keberartian regresi linear ganda (uji F) dan uji keberartian

Berdasarkan hasil dan pembahasan hasil penelitian pada siklus I, siklus II, siklus III, dan siklus IV diketahui bahwa penerapan strategi Guided Inquiry dapat

Departemen Kesehatan Pedoman Penyelenggaraan Prosedur Rekam Medis5.

Dengan dukungan kuat dan aliansi strategis antara PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dengan PT Tunas Ridean Tbk serta hadirnya brand baru "Mandiri Tunas

Bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek, kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan

1) Peran: suatu proses dalam pelaksanaan kegiatan individu maupun kelompok. 2) Posyandu: suatu organisasi/institusi masyarakat didirikan atas dasar hukum

MODIFIKASI ALGORITMA DATA ENCRYPTION STANDARD (DES) 64 BIT UNTUK PENGAMANAN PADA PENYIMPANAN FILE.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |