PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2 0 1 0
S K R I P S I
Diajukan untuk M em peroleh Gelar Sarjana P endidikan Islam
Oleh:
SITI KHOIRIYAH
NIM: 11408049
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
S A L A T I G A
NOTA PEMBIMBING Lamp : 3 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi
Lamp : Sdri. SITIKHOIRIYAH
Kepada Yth.
Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamu ’alaikum Wr. Wb.
Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudara :
Nama : SITI KHOIRIYAH NIM : 114 08 049
Jurusan : Pendidkan Agama Islam
Judul : HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BELAJAR DI TPA DENGAN AKHLAK SISWA DI SD NEGERI KLEPU 01 KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010
telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Demikian surat ini dibuat, harap menjadikan perhatian dan digunakan sebagaiamana mestinya.
Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.
S a la tig a ,A g u s tu s 2010
K Pembimbing
NIP, 1970112 199203 1 005
KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion No. 03 Telp (0298) 323706 Fax (0298) 323455 Kode Pos 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@stainsalatiga.ac.id
P E N G E S A H A N
Skripsi Saudari : SITI KHOIRIYAH dengan Nomor Induk Mahasiswa : 114 08 049 yang
beijudul : “HUBUNGAN ANATARA KEAKTIFAN BELAJAR DI TPA DENGAN
AKHLAK SISWA DI SD NEGERI KLEPU 01 KECAMATAN PRINGAPUS
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010”.
Telah dimunaqasahkan dalam sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada h a ri: Sabtu, 28 Agustus 2010 dan telah diterima sebagai
bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam (S. Pd. I).
Salatiga,-18 Ramadhan 1431 H
28 Agustus 2010 M
Panitia Ujian
, Ketua Sekretaris
NIP. 19680613 199403 1 004 NIP. 1973052 i 199903 1 004
) Pembimbing
Saya yang bertanda tangan dibawah i n i :
Nama : SITIKHOIRIYAH
NIM : 114 08 049
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
S a la tig a ,^ Agustus 2010
Yang menyatakan,
Slti Khoirivah
MOTO DAN PERSEMBAHAN
M o tto :
(piwdljj)
’’Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah
memudahkan bagi orang itu jalan menuju ke syurga”. (HR. Muslim)
Persem bahan:
1. Untuk kedua orang tuaku yang senantiasa
menyayangi.
2. Suami dan anakku tercinta.
3. Dosen pem bim bing yang telah
memberikan arahan dan masukan.
4. Sahabat-sahabat senasib seperjuangan.
5. Civitas akademik STA IN Salatiga.
A ssalam u’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah, Tuhan Yang
Maha Pengasih dan Penyayang, kasih-Nya tiada batas dan sayang-Nya berlimpah
kepada hamba-Nya. Atas rahmat dan pertolongan Allah, penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Islam (S.Pd.I.). Shalawat dan salam. Semoga berlimpah kepada Nabi
Muhammad SAW.
Adapun skripsi ini berjudul ’’HUBUNGAN ANTARA K EA K TIFA N
B EL A JA R D I TPA DENGAN A K H LA K SISW A D I SD N E G E R I K LEPU 01
KECAM ATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEM ARANG TAHUN 2010”.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah
membantu. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan
terima kasih k ep ad a:
1. Bapak. Dr. Imam Sutomo. M. Ag., selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak. Drs. Joko Sutopo, selaku Progdi PAI Ekstensi STAIN Salatiga.
3. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., yang dengan sabar membimbing dan
memberikan masukan dan arahan kepada penulis.
4. Bapak dan Ibu Dosen atas ketulusannya memberikan ilmu serta tauladan
khasanah.
5. Kedua orang tuaku yang doanya senantiasa teriring dalam setiap langkah
hidupku.
6. Kepala Sekolah, Guru dan segenap keluarga besar SD Negeri Klepu 01
Kecamatan Pringapus yang telah memberi kesempatan untuk penelitian.
7. Suami dan keluarga yang selalu mencurahkan kasih sayang dan doanya serta
tidak bosan-bosan memberi motivasi dan perhatian. Mengingat keterbatasan
kemampuan yang penulis miliki, tentunya skripsi.
Mengingat keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, tentunya skripsi
ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan demi perbaikan ke arah yang lebih baik, dan diterima dengan hati
lapang. Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.
Penulis
Siti Khoirivah
Siti Khoiriyah.2010. HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BELAJAR DI TPA DENGAN AKHLAK SISWA DI SD NEGERI KLEPU 01 KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2 0 1 0.
Jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga. Kata K u n ci: Keaktifan Belajar di TPQ dan Akhlak Siswa
Pada umumnya Keaktifan Belajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an yang diperoleh siswa SDN Klepu 01 berada pada tingkatan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis pada tabel XIII, bahwa kategori baik sebesar 46,2%, cukup baik 30,8% dan kategori kurang sebanyak 23%.
Tingkatan dari akhlak siswa SDN Klepu 01 berada pada kategori baik dan cukup. Sebagaimana yang tertera pada tabel XV, bahwa kategori baik sebesar 34,6%, kategori cukup baik sebesar 34,6% dan kategori kurang sebesar 30,8%.
Koefisien korelasi antara Keaktifan Belajar di Taman Pendidikan Al- Qur’an dan akhlak siswa (% ) adalah sebesar 0,578. Nilai r ini dikonsultasikan dengan nilai r tabel product moment dengan N = 26 dan taraf signifikasi 1% yaitu 0,496 terbukti r hitung lebih besar daripada r tabel sehingga hipotesis yang diajukan harus diterima.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSUTUJUAN PEM B IM B IN G ... ii
PENGESAHAN K EL U LU SA N ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PE N G A N T A R ... vi
A B ST R A K ... vii
DAFTAR I S I ... ix
DAFTAR T A B E L ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang M asalah... 1
B. Rumusan M a sa la h ... 5
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Hipotesis Penelitian... 6
E. Kegunaan Penelitian... 6
F. Definisi O perasional... 7
G. Metode Penelitian... 9
A. K eaktifan B elajar di T am an Pendidikan A l-Q u r’an 15
1. K eak tifan B e la ja r ... 15
2. T am an Pendidikan A l Q u r’a n ... 24
B . A khlak S isw a ... 31
1. Pengertian A k h lak S isw a... 34
2. A k h lak yan g B aik d an A khlak yang B u ru k ... 35
3. C ara atau T eknik Pem binaan A k h la k ... 37
4. F ak to r Pendorong dan F aktor P engham bat Pem binaan A khlak A n a k ... 40
B A B III : L A P O R A N H A S IL PE N E L IT IA N A. G am baran U m um SD N egeri K lepu 01 ... 54
L K ondisi F i s i k ... 54
2. Sejarah B e rd irin y a ... 55
3. V isi dan M isi SD N K lepu 0 1 ... 56
4. F a s ilita s ... 56
5. Sisw a dan T enaga K ep en d id ik an ... 58
6. O rg a n ia s i... 59
7. K u rik u lu m ... 60
B. Penyajian D ata ... 61
L K eadaan U m um Sisw a (R esponden) ... 61
2. V ariasi Jaw aban R e s p o n d e n ... 63
B A B IV : ANALISIS D A T A
A. A nalisis P ertam a ... 75
B . A nalisis K ed u a ... 80
C. A nalisis K etiga ... 86
D . U ji H ipotesis ... 89
B A B V : PE N U T U P A. K e s im p u la n ... 91
B . Saran-Saran ... 92
D A F T A R PU ST A K A
L A M P IR A N
D A F T A R R IW A Y A T H ID U P
TABEL I DAFTAR SARANA (RUANG) ... 57
TABEL II PERALATAN / MEDIA PEMBELAJARAN ... 57
TABEL III DATA SISWA SD NEGERI KLEPU 01 ... 58
TABEL IV KEADAAN GURU BERDASARKAN PENDIDIKAN ... 58
TABEL V PROGRAM KURIKULUM SD NEGERI KLEPU 01 ... 60
TABEL VI DAFTAR NAMA RESPONDEN ... 61
TABEL VII REKAPITULASI JAWABAN RESPONDEN VARI
ABEL KEAKTIFAN BELAJAR DI TAMAN
PENDIDIKAN AL-QUR’AN ... 63
TABEL VIII SKOR JAWABAN RESPONDEN VARIABEL
KEAKTIFAN BELAJAR DI TAMAN PENDIDIKAN
AL-QUR’AN ... 65
TABEL IX KRITERIA NILAI DARI VARIABEL KEAKTIFAN
BELAJAR DI TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN .... 67
TABEL X REKAPITULASI JAWABAN RESPONDEN DARI
VARIABEL AKHLAK SISWA ... 69
TABEL XI SKOR JAWABAN RESPONDEN TENTANG AKHLAK
SISWA ... 71
TABEL XII KRITERIA NILAI DARI VARIABEL AKHLAK SISWA 73
TABEL XIII PROSENTASE JAWABAN RESPONDEN TENTANG
KEAKTIFAN BELAJAR DI TAMAN PENDIDIKAN
AL-QUR’AN ... 76
TABEL XIV PROSENTASE JAWABAN RESPONDEN TENTANG
KEAKTIFAN BELAJAR DI TAMAN PENDIDIKAN
AL-QUR’AN BERDASARKAN ANGKET ... 77
TABEL XV PROSENTASE JAWABAN RESPONDEN TENTANG
AKHLAK SISWA ... 82
TABEL XVI PROSENTASE JAWABAN RESPONDEN TENTANG
AKHLAK SISWA BERDASAR-KAN ANGKET ... 82
TABEL XVII KOEFISIEN KORELASI ANTARA KEAKTIFAN
BELAJAR DI TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN
DAN AKHLAK SISWA ... 87
B A B I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap orang tua muslim menyadari bahwa pada hakikatnya anak
adalah amanat Allah SWT yang dipercayakan (diamanatkan) kepada dirinya.
Kesadaran para orang tua muslim akan hakikat anak mereka sebagai amanat
Allah SWT sepantasnya ini ditanggapi dengan penuh tanggung jawab. Setiap
muslim pasti menyadari bahwa Allah SWT memerintahkan kepada hamba-
Nya agar mengemban amanat itu dengan baik. Dengan demikian, maka orang
tua pantang mengkhianati amanat Allah SWT. Dan hukum mengemban
amanat-Nya pun wajib bagi mereka. Dari sekian perintah
Allah SWT yang berkenaan dengan amanat-Nya yang berupa anak adalah
bahwa setiap orang tua wajib mengasuh dan mendidik anak-anak dengan baik
dan benar, agar mereka tidak menjadi anak-anak yang lemah iman dan tumbuh
dewasa menjadi generasi yang saleh. Inilah salah satu tanggung jawab orang
tua.
Dalam ajaran Islam pendidikan akhlak adalah jiw a dari pendidikan
Islam. Para filsuf Islam merasa betapa pentingnya pendidikan anak-anak
terutama dalam pendidikan akhlak. Mereka sependapat bahwa pendidikan
anak-anak sejak dari kecil harus mendapat perhatian. Dalam ajaran Islam
pendidikan keluarga dipandang sebagai penentu masa depan anak. Betapapun
sederhananya sistem pendidikan dalam keluarga ini, tetaplah berpengaruh
pada pembentukan kepribadian anak. Karena dari sinilah pertumbuhan
fisik dan mental anak dimulai. Dalam keluarga orang tua merupakan pembina
pertama bagi perkembangan dan pembentukan pribadi anak. Seperti yang
dikatakan oleh Daradjat (1978:71) bahwa orang tua adalah pembina pribadi
yang utama dalam hidup anak, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup
mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan
sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Anak
yang baru dilahirkan diibaratkan seperti kertas putih yang memungkinkan
orang tuanya untuk menulis apapun di kertas itu menurut keinginannya.
Kepandaian dan keterampilan orang tua sebagai pendidik
yang pertama dan utama sangat menentukan bagaimana watak anak setelah
dewasa kelak.
Sehubungan dengan hakikat pendidikan yang meliputi penyelamatan
fitrah Islamiah anak, perkembangan potensi pikir anak, potensi rasa, potensi
keija, dan sebagainya tentu tidak semua keluarga mampu menanganinya
secara keseluruhan mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki orang tua
misalnya keterbatasan waktu, keterbatasan ilmu pengetahuan, dan
keterbatasan lainnya. Oleh karena itu dalam batas-batas tertentu orang tua
dapat menyerahkan pendidikan anaknya kepada pihak luar baik kepada
lembaga sekolah maupun lembaga di lingkungan masyarakat seperti
pesantren, majelis taklim, TPA, dan kursus-kursus serta lembaga lain di
lingkungan masyarakat. Penyerahan anak kepada lembaga-lembaga
3
tua tetapi sekedar penyerahan penanganan belaka. Sekolah merupakan salah
satu tempat pendidikan bagi anak. Sistem pendidikan yang diterapkan di
sekolah telah diatur dan terprogram menurut jenjang dan tingkatnya. Namun
demikian pada kenyataannya banyak permasalahan yang timbul yang dapat
ditemui dalam kegiatan sekolah. Berhasil dan tidaknya anak belajar
dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu, faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal mencakup kematangan atau pertumbuhan kecerdasan
atau intelegensi, motivasi, minat dan bakat, serta pengalaman anak. Sedang
faktor eksternal mencakup lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah dan
perangkat pendidikan lainnya yang saling berkaitan. Dalam
perkembangannya, seorang anak selain membutuhkan perhatian dari keluarga
dan sekolah juga membutuhkan perhatian dari lingkungan masyarakat.
Lingkungan ini nantinya akan memberi pengaruh terhadap perkembangan jiw a
anak.
Seperti yang diungkapkan oleh Zuhaili (2002:89) bahwa masyarakat
adalah pelaku atau faktor penting dalam pendidikan dan merupakan
lingkungan luas yang mempresentasikan akidah, akhlak, serta nilai-nilai dalam
prinsip yang telah ditentukan. Pengaruh lingkungan masyarakat terhadap anak
ada yang bersifat positif dan ada yang bersifat negatif. Dikatakan berpengaruh
positif apabila pengaruh tersebut membawa dampak yang baik bagi
perkembangan jiwa anak ke arah hal-hal yang positif sedangkan dikatakan
berpengaruh negatif apabila dapat mempengaruhi jiw a anak untuk berbuat hal-
masyarakat. Terkait dengan pengaruh negatif lingkungan terhadap
perkembangan jiw a seorang anak, maka peran orang tua sangatlah dibutuhkan
untuk mengawasi, mengarahkan dan mengendalikan anak agar tidak
terpengaruh dampak negatif dari lingkungan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa anak sejak dini membutuhkan
pembinaan akhlak agar nantinya tidak terseret arus yang menyesatkan
perbuatan anak. Dengan pembinaan akhlak, diharapkan anak nantinya dapat
bersikap dan berperilaku yang baik dan benar tidak hanya mengetahui norma-
norma yang ada dalam masyarakat, tetapi juga dapat melaksanakannya dalam
kehidupan sehari-hari dengan ikhlas. Lingkungan yang tertib, aman jauh dari
tindakan kemaksiatan dan adanya keharmonisan hubungan di antara keluarga,
masyarakat akan mendukung anak untuk belajar dan bersikap kritis terhadap
apa yang mereka alami dan sebaliknya anak yang tumbuh hidup di lingkungan
keras penuh dengan kemaksiatan akan berpengaruh terhadap akhlak anak
tersebut.
Dengan diselenggarakannya Taman Pendidikan Al-Qur’an Klepu
Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, memberi peluang kepada orang
tua untuk memasukkan anak-anaknya untuk mengikuti serta mendalami
pendidikan Islam khususnya dalam rangka membina akhlak anak, selain
pendidikan yang telah diberikan dalam keluarga dan sekolah. Para orang tua
mempunyai harapan yang besar pada TPA untuk dapat mendidik anak-
anaknya dengan akhlakul karimah (akhlak yang baik), sehingga dapat di
5
Para orang tua berharap anak-anak mereka dalam kehidupan sehari-hari
berperilaku sesuai dengan ajaran agama.
Berdasarkan pengamatan dan data sementara yang ditemukan terlihat
bahwa ada perbedaan sikap serta tingkah laku anak diantara anak-anak yang
mengikuti pendidikan di TPA dengan mereka yang tidak mengikuti
pendidikan di TPA. Dalam realitas di lapangan perbedaan itu dapat terlihat
misalnya anak-anak yang mengikuti pandidikan di TPA tingkah lakunya
mengarah ke hal yang baik sesuai dengan ajaran agama. Selain itu mereka
juga mempunyai pengetahuan agama yang lebih baik dibanding dengan anak-
anak yang tidak mengikuti TPA. Oleh karena itu dipandang perlu untuk
mengadakan penelitian tentang peranan TPA dalam pembinaan akhlak
anak. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Klepu 01 Kecamatan Pringapus
Kabupaten Semarang.
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang yang dikemukakan di atas, maka secara
pokok penelitian ini ingin mengemukakan beberapa rumusan masalah sebagai
b e rik u t:
1. Bagaimanakah Keaktifan Belajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an siswa di
SD Negeri Klepu 01, Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang tahun
2010
?2. Bagaimanakah akhlak siswa di SD Negeri Klepu 01, Kecamatan Pringapus
Kabupaten Semarang tahun 2010?
3. Apakah terdapat hubungan yang positif antara keaktifan belajar Taman
Pendidikan Al-Qur’an dengan akhlak siswa di SD Negeri Klepu 01,
Dalam setiap melakukan penelitian tentunya mempunyai tujuan yang
jelas, sehingga apa yang dicapai kelak diharapkan dapat memberikan
sumbangan bagi ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Tujuan Penelitian ini
ad alah :
1. Untuk mengetahui Keaktifan Belajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an
siswa di SD Negeri Klepu 01, Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.
2. Untuk mengetahui akhlak siswa di SD Negeri Klepu 01, Kecamatan
Pringapus Kabupaten Semarang.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif antara keaktifan
belajar Taman Pendidikan Al-Qur’an dengan akhlak siswa di SD Negeri
Klepu 01, Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang
akan diteliti (Lirik Sriyani, Alfred, 2007 : 27). Adapun hipotesis dari
penelitian ini adalah : ada hubungan antara keaktifan belajar di TPQ dengan
akhlak siswa di SD Negeri Klepu 01 Kecamata Pringapus Kabupaten
Semarang tahun 2010.
E. Kegunaan Penelitian
Secara Teoritis kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai b erik u t:
1. Memberikan gambaran dan informasi tentang peran TPQ dalam
7
2. Memberikan gambaran yang jelas tentang faktor pendorong dan
penghambat pembinaan akhlak anak di TPQ.
Dari segi praktis penelitian ini memberi kegunaan sebagai b e rik u t:
1. Memberikan masukan efektif dan efisien kepada TPQ agar lebih
meningkatkan kegiatannya.
2. Memberikan informasi kepada orang tua, bahwa penyelenggaraan TPQ
perlu mendapat perhatian dan dukungan karena kegiatan yang dilakukan
identik dan menunjang belajar siswa khususnya pendidikan Agama Islam.
3. Menambah wawasan dan cara berpikir anak khususnya yang mengikuti
pendidikan di TPQ.
F. Definisi Operasional
Pendidikan Islam sejak dini pada anak-anak merupakan hal yang
sangat penting agar anak nantinya tidak terseret arus perbuatan yang
menyesatkan serta dapat tumbuh menjadi anak-anak yang memiliki akhlak
sesuai dengan syariat Islam. Dalam ajaran Islam pendidikan akhlak atau
akhlak adalah jiw a dari pendidikan Islam. Dan tanggung jaw ab pendidikan ini
terletak pada tiga pihak yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Tidak dapat
dipungkiri dalam perkembangannya, seorang anak selain membutuhkan
perhatian dari keluarga dan sekolah juga membutuhkan perhatian dari
lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat yang tertib, aman jauh dari
Dikatakan berpengaruh positif apabila pengaruh tersebut membawa dampak
yang baik bagi perkembangan jiw a anak. Sebaliknya anak yang tumbuh di
lingkungan keras penuh kemaksiatan akan berpengaruh negatif terhadap
akhlak anak tersebut. Berpengaruh negatif apabila dapat mempengaruhi jiw a
anak untuk berbuat hal negatif yang mengarah pada perbuatan yang tidak bisa
diterima masyarakat.
Dengan diselenggarakannya Taman Pendidikan Al-Qur’an sebagai
lembaga pendidikan Islam yang ada di lingkungan masyarakat memberi
peluang kepada orang tua untuk memasukkan anak-anaknya mengikuti dan
mendalami pendidikan Islam. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) merupakan
Lembaga nonformal yang penyelenggaraannya ditangani oleh masyarakat
Islam. TPA mempunyai peran sebagai wadah belajar bagi anak-anak seusia
SD (6 sampai 12 tahun) yang materi pokok pelajarannya adalah kemampuan
membaca dan menulis Al-Qur’an dengan kaidah Islam. Selain itu, TPA juga
mengajarkan mengenai ibadah, aqidah, akhlak. Ini berarti TPA juga
mempunyai peran sebagai wadah pembinaan ibadah, aqidah dan akhlak.
Dengan kata lain TPA mempunyai banyak peran. Berkembang dan
tetap berdirinya TPA sebagai Lembaga Pendidikan Islam yang mempunyai
banyak peran penting bagi perkembangan anak dalam pelaksanaannya
mengalami berbagai permasalahan seperti keterbatasan sarana, baik sarana
fisik berupa gedung khusus tempat kegiatan belajar mengajar, keterbatasan
tenaga pengajar yang profesional, sarana administrasi yang sederhana,
9
permasalahan yang sering muncul kepermukaan, contohnya masih adanya
keterlambatan pembayaran uang shahriyah/spp dalam setiap bulannya.
Permasalahan lain yang ada di TPA adalah masih sederhananya cara
pengelolaan TPA yang hanya disesuiakan dengan situasi dan kondisi yang
ada. Oleh karena itu keberhasilan TPA memerlukan kesadaran, dukungan dan
keijasama dari berbagai pihak yaitu pihak TPA, orang tua anak (santri), anak
(santri), dan masyarakat.
Sehubungan dengan peran dan berbagai masalah yang dihadapi oleh
TPA Sebagaimana diuraikan di atas, maka dalam penelitian ini peneliti hanya
membatasi pada permasalahan Keaktifan Belajar di TPQ Dengan Akhlak
Siswa di SD Negeri Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang dalam
pembinaaan akhlak anak, faktor pendorong dan faktor penghambat pembinaan
keaktifan belajar di TPQ.
G. Metode Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Klepu 01 Kecamatan
Pringapus Kabupaten Semarang.
b. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi
Arikunto, 2007 : 130). Sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa di SD Negeri Klepu 01 Kecamatan Pringapus Kabupaten
Semarang Tahun 2010 sebanyak 210 orang.
b. Sampel
Teknik pengambilan sampel menurut Suharsimi Arikunto
adalah apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua,
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya,
jika penelitian subyek lebih besar dapat diambil 10%-15% atau 20%-
50% atau lebih (Suharsimi Arikunto, 1997 : 112). Maka penulis
mengambil responden pada penelitian ini sebanyak 26% yaitu 26 anak.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Metode Angket (kuesioner)
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2007 :
151).
Metode ini digunakan penulis untuk menganalisis tentang :
i) Keaktifan belajar di TPQ siswa SD Negeri Klepu 01 Kecamatan
11
2) Akhlak siswa SD Negeri Klepu 01 Kecamatan Pringapus Kabuaten
Semarang Tahun 2010.
b. Metode Wawancara
Wawancara adalah cara yang digunakan seseorang untuk
tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau
pendirian secara lisan dari seseorang responden dengan bercakap-
cakap berhadapan muka dengan orang itu (Koentjaraningrat, 1994 :
129). Metode ini digunakan oleh penulis sebagai cross cheking atas
metode angket.
c. Metode Observasi
Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
dengan sistematik fenomena yang diselidiki (Sutrisno Hadi, 1995 :
136). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang
situasi umum serta penjajagan di lembaga penelitian yaitu SD Negeri
Klepu 01 Kecamatan Pringapus Kabuaten Semarang Tahun 2010.
d. Metode Dokumentasi
Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
legger, agenda, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2007 : 206).
Sedangkan metode dokumentasi penulis gunakan untuk
mendapatkan data tentang keadaan sekolah, guru, struktur organisasi
4. Metode Analisis Data
a. Analisa Pendahuluan
Analisis ini untuk menghitung skor masing-masing variabel
secara terpisah sehingga diketahui ciri-ciri masing-masing variabel
penelitian. Analisis ini menggunakan rumus prosentase (Anas
Sudijono, 1991 : 209):
P = 100%
K eterangan:
b. Analisa Lanjutan
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah analisis
data untuk mendapatkan kesimpulan dalam penelitian. Dalam
menganalisis data ini penulis menggunakan product moment sebagai
berikut (Sutrisno Hadi, 1997 : 294):
P : Prosentase
F : Frekuensi
N : Jumlah sampel
(
120
(
17
)
13
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi product moment dari
variabel X (keaktifan belajar) dan variabel 7
(akhlak siswa)
X : Skor variabel X
Y : Skor variabel 7
X 2 : Hasil kuadrat dari X
Y2 : Hasil kuadrat dari 7
X Y : Perkalian skor X dan 7
XXX : Jumlah hasil perkalian skor X dan 7
N : Jumlah responden
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk memudahkan pemahaman yang terkandung dalam skripsi ini,
maka akan dikemukakan sebagai b erik u t:
BAB I : Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, definisi
operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II : Kajian pustaka yang membahas tentang : Keaktifan Belajar,
Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), akhlak siswa, pengertian akhlak siswa,
akhlak yang baik dan yang buruk, cara tehnik pembinaan akhlak, faktor
pendorong dan faktor penghambat pembinaan akhlak anak, tujuan pokok
BAB I I I : Hasil Penelitian membahas tentang : gambaran umum lokasi
dan subjek penelitian serta penyajian data.
BAB IV: Analisis data, membahas tentang data-data yang diperoleh
selama penelitian dan disertai dengan pembahasannya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Keaktifan Belajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an
1. Keaktifan Belajar
a. Pengertian Keaktifan
Sebelum peneliti meninjau lebih jauh tentang aktivitas belajar,
terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang pengertian dari aktivitas
dan belajar.
Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya
“kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau
kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan
suatu aktifitas.
Menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang
dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama
proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya
keinginan siswa untuk belajar.
b. Belajar
Menurut Oemar Hamalik (2001: 28), belajar adalah “Suatu
proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan
lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan,
pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan
sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.
Sedangkan, Sardinian A.M. (2003 : 22) menyatakan: “Belajar
merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan
lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun
teori”.
Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala
kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa)
dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di
sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif,
seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam
Depdiknas (2005 : 31), belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar
mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental
intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa
perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor”.
Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan
salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk
belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri
perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau
mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab
pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.
Seorang pakar pendidikan, Trinandita (1984) menyatakan
bahwa ” hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses
17
pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru
dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan
mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana
masing - masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal
mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula
terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada
peningkatan prestasi.
c. Faktor Faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang
dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, siswa juga dapat berlatih
untuk berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, guru juga
dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga
merangsang keaktivan siswa dalam proses pembelajaran. Gagne dan
Briggs (dalam Martinis, 2007: 84) faktor-faktor yang dapat
menumbuhkan timbulnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran,
y a itu :
1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga
mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2) Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa).
3) Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.
4) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan
5) Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.
6) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
7) Memberi umpan balik {feed back)
8) Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga
kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.
9) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir
pembelajaran.
d. Bentuk Upaya Guru dalam Mengembangkan Keaktifan Belajar Siswa
Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar
siswa belajar. Dalam pembelajaran, siswalah yang menjadi subjek, jadi
siswalah yang menjadi pelaku kegiatan belajar. Demikian pula dalam
pembelajaran, agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan
belajar, maka guru hendaknya mengondisikan pembelajaran yang
menuntut siswa aktif dalam melakukan kegiatan belajar.
Beberapa bentuk upaya yang dapat dilakukan guru dalam
mengembangkan keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran adalah
di antaranya dengan meningkatkan minat siswa, membangkitkan
motivasi siswa, menerapkan prinsip individualitas siswa, serta
menggunakan media dalam pembelajaran.
Kondisi pembelajaran yang efektif adalah dengan adanya minat
dan perhatian siswa dalam belajar. Minat sangat besar pengaruhnya
19
sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa adanya minat seseorang
tidak mungkin akan melakukan sesuatu. Siswa yang memiliki minat
yang besar terhadap suatu pelajaran akan lebih aktif untuk
mempelajarinya dan sebaliknya, siswa akan kurang keaktifannya
dalam mempelajari pelajaran yang kurang diminatinya.
Oleh karena itu, William Jams, seperti di kemukakan Moh.
Uzer Usman, yang melihat bahwa minat siswa merupakan faktor
utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa, jadi, minat
merupakan faktor yang menentukan keterlibatan siswa secara aktif
dalam belajar.
Selanjutnya minat siswa juga berhubungan dengan perhatian
siswa. Perbedaannya adalah minat sifatnya lebih menetap sedangkan
perhatian sifatnya lebih sementara dan adakalanya menghilang. Dalam
proses belajar siswa, perhatian memegang peranan penting. Thomas
M. Risk yang dikutip Zakiah Daradjat mengemukakan no learning
takes place without attention. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan
bahwa suatu pelajaran tidak akan berlangsung tanpa adanya perhatian
dari siswa.
Dengan demikian proses pembelajaran akan beijalan lancar
bila siswa memiliki minat yang besar yang menimbulkan perhatiannya
dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat
siswa-siswanya agar pelajaran yang diberikan mudah dipahami
Ibrahim dan Nana Syaodih mengemukakan beberapa upaya menarik
minat siswa dalam belajar, yaitu sebagai berikut:
Pengajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan siswa, sebab
keduanya akan menjadi penyebab timbulnya perhatian. Sesuatu yang
menarik minat dan dibutuhkan siswa, akan menarik perhatiannya,
dengan demikian mereka akan bersungguh-sungguh dalam belajar.
Misalnya, anak-anak Sekolah Dasar sangat menyenangi cerita
(dongeng). Sampai dengan kelas III mereka menyenangi cerita fantasi
sedangkan anak-anak kelas IV sampai dengan kelas VI menyenangi
cerita-cerita yang lebih konkret, kepahlawanan dan sebagainya. Guru
dapat memanfaatkan minat dan kebutuhan ini dengan memberikan
cerita-cerita yang berisi penanaman atau pengembangan nilai-nilai
moral.
Sementara Syaiful Bahri Djamarah juga mengemukakan upaya-
upaya yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan minat siswa
dalam belajar, y a itu :
a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.
c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
Kemudian Zakiah Daradjat dengan redaksi yang tidak jauh
berbeda, menyebutkan beberapa usaha yang dapat dilakukan guru
21
a. Membangkitkan kebutuhan pada diri anak seperti kebutuhan
rohani, jasmani, sosial, dan sebagainya. Rasa kebutuhan ini akan
menimbulkan keadaan labil, ketidakpuasan yang memerlukan
pemuasan.
b. Pengalaman-pengalaman yang ingin ditanamkan kepada anak
hendaknya didasari oleh pengalaman-pengalaman yang sudah
dimiliki.
c. Beri kesempatan berpartisipasi untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Tugas-tugas harus disesuaikan dengan kesanggupan
murid. Anak yang tidak pernah mencapai hasil yang baik atau tidak
pernah mendapat penyelesaian tugas-tugasnya dengan baik, merasa
putus asa.
d. Menggunakan alat-media dan berbagai metode mengajar.
Beberapa hal tersebut di atas menunjukkan bahwa upaya guru
dalam mengembangkan minat belajar siswa sangat penting dilakukan
agar ia dapat terlibat aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Setiap perbuatan individu, termasuk perbuatan belajar didorong
oleh sesuatu atau beberapa motif. M otif merupakan suatu tenaga yang
berada pada diri siswa yang mendorongnya untuk berbuat mencapai
suatu tujuan. Sedangkan motivasi menurut Muh. Uzer Usman adalah
“suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau
keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah
lakunya untuk membuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.”
Seseorang siswa yang belajar dengan motivasi kuat, akan
melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh
penuh, gairah atau semangat. Sebaliknya, belajar dengan motivasi
yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengeijakan tugas-tugas
yang berhubungan dengan pelajaran. Dengan demikian jelaslah bahwa
motivasi sangat diperlukan seseorang dalam melakukan aktivitas
belajar.
Tugas guru adalah membangkitkan motivasi siswa sehingga ia
mau belajar secara aktif. Motivasi belajar siswa dapat timbul dari
dalam individu siswa dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar
dirinya. Motivasi yang timbul dari dalam diri siswa sendiri tanpa ada
ajakan atau pengerah dari orang lain disebut motivasi intrinsik.
Sedangkan motivasi yang timbul akibat pengerah dari luar diri siswa,
apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain
disebut motivasi ekstrinsik. Dalam konteks motivasi belajar ini,
Syaiful Bahn Dj amarah dan Aswan Zain mengemukakan sebagai
b e rik u t:
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang
diberikan, bukanlah masalah bagi guru, karena di dalam diri siswa
tersebut sudah ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang
23
penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi
pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada di sekitarnya
kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka
motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak
diperlukan.
Di sini peranan guru lebih dituntut untuk memerankan fungsi
motivasi, yaitu fungsi motivasi sebagai alat yang mendorong manusia
untuk berbuat, motivasi sebagai alat yang menentukan arah perbuatan,
dan motivasi sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan.
Dari hal tersebut jelas bahwa dalam belajar, siswa mesti
memiliki motivasi belajar yang tinggi, baik yang berasal dari dalam
diri maupun dari luar diri siswa. Beberapa upaya yang dapat dilakukan
guru untuk membangkitkan motivasi siswa dan menjadikannya aktif
dalam mengikuti pembelajaran, seperti yang dikemukan R. Ibrahim
dan Nana Sayodih diantaranya, y a itu :
a. Memberikan sasaran antara. Sasaran akhir belajar adalah lulus
ujian atau naik kelas. Sasaran akhir baru dicapai pada akhir tahun.
Untuk membangkitkan m otif belajar maka diadakan sasaran antara,
seperti ujian semester, tengah semester, ulangan harian, kuis, dan
sebagainya.
b. Diciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Suasana belajar
pengakuan akan keberadaan siswa, terhindar dari celaan dan
makian, dapat membangkitkan motif,
c. Adanya persaingan sehat. Persaingan atau kompetisi yang sehat
dapat membangkitkan motivasi belajar. Siswa dapat bersaing
dengan hasil belajarnya sendiri atau dengan hasil yang dicapai oleh
orang lain. Dalam persaingan ini dapat diberikan pujian, ganjaran
ataupun hadiah.
2. T am an Pendidikan A l-Q ur’an
a. Pengertian Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)
Menurut Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushola
Kota Gede Yogyakarta dalam As’ad dan Budiyanto (1995)
mengemukakan pengertian Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)
adalah lembaga pendidikan nonformal yang merupakan lembaga
pendidikan baca Al-Qur’an untuk usia SD (6-12 tahun). Lembaga ini
penyelenggaraannya ditangani oleh masyarakat Islam yang ada di
wilayah tersebut.
Pada dasarnya lembaga ini terbagi menjadi beberapa kelas
sesuai dengan tingkat umur yaitu :
1) Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKA) untuk anak seusia TK (5-7
tahun)
2) Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) untuk anak seusia SD kelas
w
3) Taman Bimbingan Islam dan Kreatifitas untuk anak yang berusia
10-12 tahun.
Untuk membina agar anak mempunyai sifat-sifat terpuji tidak
hanya dengan pembiasaan-pembiasaan melakukan hal baik, dan
menjauhi larangan-Nya. Dengan kebiasaan dan latihan akan membuat
anak cenderung melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk.
b. Waktu dan Masa Pendidikan
Keberadaan TPA merupakan penunjang bagi pendidikan agama
Islam pada Lembaga-lembaga pendidikan sekolah (TK-SD-MI) untuk
itu penyelenggaraannya pada siang dan sore hari di luar jam sekolah.
Sedang bagi lingkungan masyarakat yang memiliki Madrasah
Diniyah pada jam-jam tersebut, maka TPA dapat dijadikan
sebagai kegiatan “Pra Madrasah Diniyah”. Lama Pendidikan satu
tahun dan terbagi dalam dua semester. Tiap kali masuk
TPA diperlukan waktu 60 menit.
c. Materi Pelajaran
Sesuai dengan tujuan dan targetnya, maka materi pelajaran
dibedakan menjadi dua macam yaitu materi pokok dan materi
tambahan. Yang dimaksud materi pokok adalah materi yang harus
dikuasai benar oleh setiap santri dan dijadikan tolok ukur
keberhasilan santri. Sebagai materi pokok santri adalah belajar
membaca Al-Qur’an dengan menggunakan buku iqro’ jilid 1-6
dengan baik, dapat dipastikan ia dapat membaca Al-Qur’an dengan
benar. Untuk selanjutnya ia mulai belajar membaca Al-Qur’an.
Adapun materi tambahan adalah materi yang belum dijadikan syarat
untuk menentukan lulus tidaknya santri tersebut (As’ad dan Budiyanto
1995:16).
Sebagai materi tambahan adalah : Hafalan bacaan shalat dan
prakteknya, hafalan doa sehari-hari, hafalan surat-surat pendek,
hafalan kalimat thoyibah, bermain cerita, ibadah,aqidah dan akhlak
d. Tujuan dan Target TPA
Kurikulum dan Pola Penyelenggaraan Pendidikan (KP3)
Taman Pendidikan Al-Qur’an bertujuan :
1) Menyiapkan para santri agar tumbuh dan berkembang menjadi
pribadi yang Qur’ani, mencintai Al-Qur’an sebagai pedoman dan
pandangan hidup.
2) Sebagai lingkungan pergaulan yang sehat dan Islami, hal ini
penting bagi perkembangan jiw a anak, utamanya dalam proses
sosialisasi.
3) Secara lebih khusus mulai membekali para santri dengan
kemampuan berpikir kreatif, mengembangkan dan mengasah
potensi kepemimpinan yang ada pada dirinya.
Sedang untuk mencapai tujuan di atas ditentukan target
27
1) Santri mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai
dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid
2) Santri mampu terbiasa melaksanakan shalat 5 waktu serta terbiasa
hidup dengan adab-adab Islam sesuai dengan tingkat
perkembangan jiwanya
3) Santri hafal doa sehari-hari, mengerti cara menulis huruf-huruf Al-
Qur’an.
4) Santri mengenal dan memahami dasar-dasar berfikir kreatif dan
teknik
ketrampilan kepemimpinan sesuai dangan tingkatnya,
e. Peranan TPA
Program pengelolaan TPA di Indonesia saat ini berdasarkan
kebiasaan dalam masyarakat dan berdasarkan LPTQ Tingkat Nasional
No 1 tahun 1991 tertanggal Februari 1991 yang diresmikan oleh
Menteri Agama pada waktu itu Bapak Munawir Syadzali pada tanggal
10 Pebruari 1991.
TPA sebagai lembaga pendidikan nonformal yang mempunyai
peran utama mengajarkan kemampuan membaca dan menulis Al-
Qur’an juga sangat berperan bagi perkembangan jiw a anak seperti
pengetahuan tentang ibadah, akidah, dan akhlak/akhlak. Mengingat
bahwa materi yang diajarkan tidak hanya terpaku pada materi baca
tulis Al-Qur’an melainkan juga memberikan materi tentang ibadah,
didik menjadi pribadi yang Qur’ani dan menjadikan Al-Qur’an sebagai
pedoman dalam hidupnya.
Terkait dengan hal ini, Muzayyin Arifin (2003:38) berpendapat
bahwa dalam proses pemberdayaan umat manusia, adanya lembaga
pendidikan dalam masyarakat merupakan syarat mutlak yang
mempunyai tanggung jaw ab kultural-edukatif.
Selanjutnya Muzayyin Arifin, menyebutkan bahwa tanggung
jawab lembaga-lembaga pendidikan dalam segala jenisnya, menurut
pandangan Islam adalah berkaitan dengan usaha menyukseskan misi
dalam tiga macam tuntutan hidup seorang muslim, yaitu sebagai
b erik u t:
1) Pembebasan manusia dari ancaman api neraka.
2) Pembinaan umat manusia menjadi hamba Allah yang memiliki
keselarasan dan keseimbangan hidup bahagia di dunia dan di
akhirat sebagai realisasi cita-cita seseorang yang beriman dan
bertakwa yang senantiasa memanjatkan doa sehari-hari.
3) Membentuk diri pribadi manusia yang memancarkan sinar
keimanan yang kaya dengan ilmu pengetahuan, yang satu sama
lain saling mengembangkan hidupnya untuk menghambakan
dirinya kepada khaliknya. Keyakinan dan keimanannya berfungsi
sebagai penyuluh terhadap akal budi yang sekaligus mendasari
ilmu pengetahuannya.
29
Di atas dasar pandangan inilah lembaga-lembaga pendidikan
Islam berpijak untuk mencapai cita yang ideal, yaitu bahwa idealitas
Islam dijadikan elan vitale-nya (daya pokok) tanggung jawab kultural-
edukatifnya. Dengan demikian, maka jelaslah bahwa lembaga-lembaga
pendidikan berkembang dalam masyarakat merupakan cermin dari
idealitas umat (Islam).
Al-Quran merupakan pedoman hidup. Tapi hanya segelintir orang
yang mampu membacanya dengan baik sesuai kaidah-kaidah ilmu tajwid,
menghafal, dan memahaminya.
Bagaimana Al-Quran bisa menjadi pedoman hidup seorang muslim,
bila membaca dan memahaminya saja tidak mampu? 191 juta jiw a penduduk
muslim Indonesia dari total 220 juta jiw a penduduk Indonesia (64%) belum
bisa membaca A-Quran. Sementara yang mampu membaca baru 36%, 16,8%
sudah bisa membaca Al-Quran dengan baik dan benar.
Yang bisa membaca, mentadaburi dan menafsirkannya baru sebesar
3,6%, sedangkan yang mampu mengamalkannya hanya 0,02%. Tidak tahu
persis apa gerangan penyebab maraknya buta huruf Al-Quran tersebut.
Padahal saat ini, berbagai metode mempelajari Al-Quran telah berkembang
dan tersebar di berbagai pelosok penjuru tanah air. Patut dijadikan bahan
telaah, walaupun metode yang berkembang cukup banyak, namun hanya
sedikit metode yang mampu dengan cepat difahami dan diaplikasikan.
Sehingga penggunanya dalam waktu relatif singkat bisa membaca Al-Quran
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirm an:
b \ L \ v U \ \& & \ ' j & \
i)
-29
\ )o\»
.
j*
p - * •
JJ*
30
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (QS. F a th ir: 29-30)
Belajar dan mengajarkan Al Qur’an adalah amalan yang terbaik. Hal
ini sesuai dengan hadits dari Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi
Radhiyallahu ‘anhu bersabda:
'
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan
mengajarkannya.” HR. Bukhari
Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Radhiyallahu ‘anhu
bersabda:
31
Dari Abu Umamah, ia berkata : “Saya mendengar Rasulullah
Radhiyallahu ‘anhu bersab d a:
“Bacalah Al Qur’an karena sesungguhnya Al qur’an itu akan datang di
hari kiamat untuk memberi syafa’at bagi yang membacanya” (HR.
Muslim)
B. Akhlak Siswa
Akhlak Islam sungguh indah. Ia mengajarkan adab nan tinggi dan
akhlak yang mulia. Menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih
muda, dan selalu berusaha menjaga keutuhan keluarga. Membersihkan
berbagai noda di dada yang akan merusak hubungan sesama manusia yang
satu keluarga. Menyantuni yang tidak punya dan tidak iri dengki kepada yang
kaya. Sebagaimana dalam Al-Qur’an dituliskan :
Aqidah Islamiyah adalah iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, kepada qadla dan qadar baik-buruk
keduanya dari Allah. Sedangkan makna iman itu sendiri adalah pembenaran
yang bersifat pasti (tashdiiqul ja zm), yang sesuai dengan kenyataan, yang
muncul dari adanya dalil/bukti. Bersifat pasti artinya seratus persen
kebenaran/keyakinannya tanpa ada keraguan sedikitpun. Sesuai dengan fakta
artinya hal yang diimani tersebut memang benar adanya dan sesuai dengan
fakta, bukan diada-adakan (mis. keberadaan Allah, kebenaran Quran, wujud
malaikat dll). Muncul dari suatu dalil artinya keimanan tersebut memiliki
hujjah/dalil tertentu, tanpa dalil sebenarnya tidak akan ada pembenaran yang
bersifat pasti.
Suatu dalil untuk masalah iman, ada kalanya bersifat aqli dan atau
naqli, tergantung perkara yang diimani. Jika perkara itu masih dalam
jangkauan panca indra/aqal, maka dalil keimanannya bersifat aqli, tetapi jika
tidak (yaitu di luar jangkauan panca indra), maka ia didasarkan pada dalil
naqli. Hanya saja perlu diingat bahwa penentuan sumber suatu dalil naqli juga
ditetapkan dengan jalan aqli. Artinya, penentuan sumber dalil naqli tersebut
dilakukan melalui penyelidikan untuk menentukan mana yang boleh dan mana
yang tidak boleh dijadikan sebagai sumber dalil naqli. Oleh karena itu, semua
dalil tentang aqidah pada dasarnya disandarkan pada metode aqliyah. Dalam
33
“Ketahuilah bahwa kewajiban pertama bagi seorang mukallaf adalah berfikir dan mencari dalil untuk m a’rifat kepada Allah Ta’ala. Arti berfikir adalah melakukan penalaran dan perenungan kalbu dalam kondisi orang yang berfikir tersebut dituntut untuk ma’rifat kepada Allah. Dengan cara seperti itu, ia bisa sampai kepada ma’rifat terhadap hal-hal yang ghaib dari pengamatannya dengan indra dan ini merupakan suatu keharusan. Hal ini seperti merupakan suatu kewajiban dalam bidang ushuluddin.” (Lihat Fiqhul Akbar, Imam
Syafi’i hal. 16)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
✓ / x ^ ' ' s
“Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada. Dan ikutilah perbuatan dosa dengan perbuatan baik niscaya akan menghapuskannya. Dan pergaulilah orang dengan akhlak yang baik ”
(HR. Tirmidzi dari Abu Dzar radhiyallahu’anhu, hadits hasan sahih).
Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah mengatakan, “Rasulullah
menyebutkan perintah berakhlak secara terpisah (padahal ia termasuk bagian
dari takwa, pen) dikarenakan kebanyakan orang mengira bahwa ketakwaan itu
hanya berkutat dengan masalah pemenuhan hak-hak Allah dan tidak berurusan
dengan pemenuhan hak hamba-hamba-Nya...” “Dan orang yang menunaikan
hak-hak Allah sekaligus hak-hak sesama hamba dengan baik adalah sesuatu
yang sangat jarang ditemukan, kecuali pada diri para nabi dan orang-orang
yang shidiq/benar...” (Jam i’ul ‘Ulum w alH ikam , hal. 237)
Diriwayatkan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah
> V s ' >
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat kedudukannya denganku di hari kiamat kelak adalah orang yang terbaik akhlaqnya. Dan orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku pada hari kiamat kelak adalah tsartsarun, mutasyaddiqun dan mutafaihiqun.” Sahabat berkata: “Ya Rasulullah... kami sudah tahu arti tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa arti mutafaihiquun?” Beliau menjawab, “Orang yang sombong.” (HR. Tirmidzi)
sistem perilaku yang dibuat. Secara sosiologis di Indonesia kata akhlak
sudah mengandung konotasi baik, jadi orang yang berakhlak berarti orang
yang berbudi baik.
Akhlak menurut Imam Gozali (Oemar Bakry : 10) Akhlak adalah
sifat yang melekat dalam jiw a seseorang yang menjadikan ia dengan
mudah bertindak tanpa banyak pertimbangan lagi.
Pendapat lain mengenai akhlak menurut sebagian ulama yang
disampaikan oleh Oemar Bakry menyatakan bahwa akhlak adalah suatu
sifat yang terpendam dalam jiw a seseorang dan sifat itu akan timbul waktu
35
seseorang merupakan sikap seseorang yang dimanifestasikan kedalam
perbuatan. Suatu sikap yang dimiliki seseorang dapat dikatakan sebagai
akhlak seseorang, apabila hal itu sudah menjadi kebiasaannya dan mudah
dilakukannya. Misalnya seseorang yang pemurah maka baginya
memberikan sesuatu pada orang lain itu sudah hal yang biasa, dalam
memberi dia tidak akan banyak pertimbangan lagi.
2. Akhlak Yang Baik dan Akhlak Yang Buruk
a. Akhlak Yang Baik
Akhlak yang baik dan buruk dapat dilihat atau dapat tercermin
dari perbuatan seseorang. Orang yang akhlaknya baik adalah orang
yang besifat lapang dada, peramah dan pandai bergaul, tidak menyakiti
hati orang lain, benar, tidak berdusta, sabar (tabah), dapat dipercaya,
baik dengan tetangga, kata-kata dan perbuatannya disenangi orang lain
dan lain-lain sifat utama (Oemar Bakry, 1986 :21).
Dalam Islam disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Akhlak
yang baik (Akhlakul Karimah) ialah pola perilaku yang dilandaskan
dan dimanifestasikan nilai-nilai Iman, Islam dan Ikhsan. Adapun
contoh-contoh Akhlakul Karimah sebagai b e rik u t:
1) Akhlak yang berhubungan dengan Allah, meliputi: Mentauhidkan
Allah, taqwa, berdoa, Dzikrulloh dan tawakal.
2 ) A k hlak diri sendiri, m eliputi : sabar, syukur ,taw adhu (rendah hati,
terlarang), hi Imun (menahan diri dari marah), amanah/jujur dan
merasa cukup dengan apa yang ada.
3) Akhlak terhadap keluarga, meliputi : Birrul walidain (berbuat baik
kepada orang tua), adil terhadap saudara, membina dan mendidik
keluarga, dan memelihara keturunan.
4) Akhlak terhadap masyarakat, meliputi: Ukhuwah/persaudaraan,
ta’awun (tolong menolong), adil, pemurah, penyantun, pemaaf,
menepati janji, musyawarah dan wasiat dalam kebenaran.
5) Akhlak terhadap alam, meliputi: memperhatikan dan merenungkan
penciptaan alam dan memanfaatkan alam (Maimunah Hasan, 2002:
6-7).
Kehidupan orang yang baik adalah yang dapat
menyempurnakan akhlaknya sesuai dengan akhlak yang telah
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
b. Akhlak Yang Buruk.
Akhlak yang buruk adalah akhlak yang tercermin dalam diri
seseorang yang selalu bermuka masam, kasar tabiatnya, tidak sopan,
sombong, pendusta, penakut, dan berbagai sifat yang tidak baik
(Oemar Bakry, 1986 : 24).
Orang yang buruk akhlaknya menjadikan orang lain benci
kepadanya, menjadi celaan dan tersisih dari pergaulan dan
menyusahkan orang lain. Dalam bermasyarakat ia selalu resah, tidak
38
membawa ia ikut baik. Di dalam Lembaga Pendidikan kebanyakan
ahli-ahli pendidikan juga berpendapat bahwa anak-anak didik dalam
suatu ruangan kelas hendaklah sebaya umur dan tingkatan
kecerdasannya. Hal itu untuk menjaga agar akhlak mereka tidak
ketularan oleh anak-anak didik yang berumur yang sudah mengetahui
bermacam-macam perbuatan yang tidak baik diluar sekolah.
c. Meninggalkan sifat pemalas
Pemalas dan terbiasa duduk-duduk berpangku tangan tanpa
amal, merusak kesehatan. Semua organ tubuh menjadi lesu ia menjadi
dungu dan bodoh. Sering melamun pada perbuatan yang tidak baik
akhirnya jatuh kelembah kehinaan.
Sebaliknya orang bekeija giat agar tercapai cita-citanya. Jadi
dengan bekeija dan belajar giat orang akan terhindar dari segala
perbuatan jahat. Menjadi orang yang baik berguna pada agama, bangsa
dan negara.
d. Merubah kebiasaan buruk
Suatu perbuatan yang sudah dilakukan seringkah ia akan
menjadi tabiat, jadi susah merubahnya. Tabiat atau kebiasaan jahat
bisa mendarah daging sehingga sulit merubahnya.
Untuk meninggalkan sifat jahat dan sifat-sifat yang buruk,
memerlukan kemauan keras, tekad yang membaja serta kesadaran
yang mendalam. Karena ada kemauan pasti ada jalan. Oemar Bakry
3. Cara Atau Teknik Pembinaan Akhlak
Untuk mendidik seseorang supaya berakhlak yang baik banyak
caranya. Menurut Oemar Bakry ( 1986, 11-19) cara-cara tersebut sebagai
b e rik u t:
a. Mengisi akal dan fikiran dengan ilmu pengetahuan
Terkait dengan akal fikiran dan ilmu pengetahuan Oemar
Bakry berpendapat b ah w a:
“Akal fikiran seseorang besar sekali pengaruhnya dalam
kehidupannya. Akal fikiran yang sempit dan buntu akan
menjadikannya menempuh jalan yang sesat. Sebaliknya, akal
fikiran yang sehat berisi ilmu pengetahuan menjadi obor yang
menerangi jalan hidupnya. Akal fikiran yang sehat berisi ilmu
pengetahuan, itu akan tetap selalu menuntunnya ke jalan yang
baik “ (1 9 8 6 :1 1 ).
Jadi orang yang akal fikirannya berisi ilmu pengetahuan maka
ia selalu berusaha untuk selalu berbuat sesuatu yang berguna bagi
dirinya, keluarga dan bangsanya.
b. Bergaul dengan orang-orang yang baik
Manusia suka meniru orang lain, ia mencontoh pakaian,
perhiasan dan gaya hidup masyarakat sekitarnya, ia juga meniru dan
mengikuti tingkah laku teman sejawatnya. Begitu yang biasanya
teijadi dalam masyarakat. Bergaul dengan orang yang berani
39
1) Kemauan yang keras membaja untuk merubah
Berani memaksakan diri berbuat dan melakukan segala
sesuatu yang bertentangan dengan kebiasan jahat yang telah pernah
dilakukan. Jika perlu mengatakan dan beijanji di depan orang lain
untuk bertekad tidak akan berbuat jahat lagi, sehingga akan
menambah kuat tekad dan semangatnya.
2) Jangan sekali-kali meninggalkan perbuatan baik yang baru dicoba
sebagai ganti dari tingkah laku jahat yang baru ditinggalkan.
Walaupun meninggalkan kebiasaan lama begitu berat dan
sulit tetapi kita harus tetap berjuang dengan segala daya upaya.
Dengan demikian kemungkinan besar akan berhasil memperbaiki
akhlak. Dan untuk meninggalkan kebiasaan buruk, harus dilakukan
dengan sekaligus. Walaupun itu sulit tetapi hasilnya akan lebih
baik daripada melakukannya secara bertahap.
3) Hendaklah bertindak merubah dan meninggalkan kebiasaan jahat
yang sudah pernah dilakukan secepat mungkin sebagai realisasi
dari tekadnya
Setelah tekad ada, langsung dikerjakan tekad itu. Jangan
menunda waktu. “D o n ’t wait till tomorrow what you can do
today”. Sesuatu yang sudah dicita-citakan harus direalisasikan agar
4) Membiasakan membaca sejarah (otobiografi) orang-orang ternama.
Dengan membaca sejarah orang-orang besar memberi suatu
inspirasi dalam jiwa. Akhirnya akan timbul cita-cita dan keinginan
untuk meniru dan meneladani. Dari dalam diri akan muncul
keinginan untuk meninggalkan perbuatan jahat dan mencontoh
perjuangan orang-orang besar itu. Sejarah orang-orang besar
pemimpin dunia seperti Gandhi, Muhammad Hatta, Mustofa
Kamal, Crurchil dan lain-lain dapat menjadi teladan bagi kita.
Selain itu sejarah Rasul-Rasul yang banyak dikisahkan dalam Al-
Qur’an Karim, seperti Nabi Musa, Nabi Ibrahim Dan Nabi
Muhammad SAW akan memberikan kesan dan pelajaran yang
dapat merubah tingkah laku seseorang.
4. Faktor Pendorong dan Faktor Penghambat Pembinaan Akhlak Anak
a. Faktor Pendorong
Pembinaan akhlak merupakan hal yang sangat penting untuk
dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anak agar anak-ank nantinya
menjadi generasi yang saleh dan salekhah. Dalam usaha pembinaan
akhlak diketahui bahwa obyek pembinaan akhlak adalah anak-anak
yaitu seorang yang sedang tumbuh ke arah kedewasaan. Dalam usaha
pembinaan akhlak anak, banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor
pendorong baik yang berasal dari diri anak tersebut maupun faktor dari
42
tingkah laku yang dilakukan seseorang disebabkan oleh
kemauan sendiri, bukan dorongan dari luar,
b) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbulnya
dalam diri seseomg karena pengaruh dari rangsangan luar.
3) Lingkungan Masyarakat
Masyarakat adalah pelaku atau faktor penting dalam
pendidikan dan merupakan lingkungan luas yang mempresentasika
akidah, akhlak, serta nilai-nilai dalam prinsip yang telah ditentukan
karena manusia adalah makhluk sosial, terpengaruh kepada orang
lain dan mendapat pengaruh dari orang lain (Zuhaili 2002:89).
Tugas masyarakat dalam hal pendidikan meliputi bidang
yang cukup luas dan bermacam-macam, yaitu memuat hal-hal
terkecil dalam hidup sampai Departemendeparteman dan
sebagainya. Tugas masyarakat juga terlihat dalam kebiasaan dan
tradisi serta dalam pemikiran berbagai peristiwa juga dalam
kebudayaan secara umum serta dalam pengarahan spiritual dan
sebagainya. Lingkungan masyarakat yang baik kemungkinan besar
akan menghasilkan anak yang baik pula. Pada dasarnya masyarakat
harus mendidik anak dengan cara yang baik dan benar,
b. Faktor Penghambat
Tidak selamanya apa yang dilaksanakan dapat meraih apa yang
lepas dari hal-hal yang dapat menghambat jalannya pelaksanaan
pembinaan tersebut. Faktor-faktor yang dapat menghambat pembinaan
akhlak antara lain:
1) Tingkat Sosial Ekonomi
Keberhasilan suatu pendidikan tidak terlepas dari
pendanaan yang ada. Pepatah Jawa mengatakan Jerbasuki Mawa
Beya, kalau ingin berhasil harus diikuti dengan pembiayaan.
Tingkat sosial ekonomi orang tua yang masih rendah dapat
menjadi penghambat bagi pendidikan karena orang tua lebih
memikirkan biaya bagi kebutuhan sehari-hari dibandingkan bagi
pendidikan anak dikarenakan keterbatasan penghasilan.
2) Tingkat Pendidikan
Masyarakat yang berpendidikan tinggi akan selalu
memperhatikan pendidikan anaknya. Pendidikan bukan lagi
kebutuhan sekunder tetapi sudah menjadi kebutuhan yang harus
dipenuhi dalam keluarga.
Tingkat pendidikan yang rendah yang dimiliki orang tua
dapat berakibat pada rendahnya keinginan orang tua untuk
memikirkan pendidikan anaknya, mereka menganggap bahwa
pendidikan sebagai hal yang biasa.
3) Tenaga Pengajar
Tenaga pengajar bagi berlangsungnya kegiatan belajar
45
Dengan langkah-langkah tersebut di atas, Insya Allah TPA
yang dikelola akan lebih baik dan maju.
5. Metode-Metode Pendidikan Anak
Agar pendidikan terhadap perkembangan anak dapat
berjalan dengan baik, maka orang tua atau pendidik harus
mempunyai metode/pedoman pendidikan yang berpengaruh dalam
upaya mempersiapkan anak secara mental, moral, saintikal,
spiritual dan sosial, sehingga anak tersebut mampu meraih puncak
kesempurnaan, kedewasaan dan kematangan berpikir dan
bertingkah laku. Menurut M.D. Dahlan (1992: 1) paling tidak ada
lima buah metode dalam mendidik anak, yaitu : a) pendidikan
dengan keteladanan, b) pendidikan dengan adat kebiasaan, c)
pendidikan dengan nasihat, d) pendidikan dengan pengawasan, e)
pendidikan dengan hukuman.
Adapun secara rinci, penjelasan metode pendidikan
terhadap anak tersebut di atas adalah sebagai b e rik u t:
a. Pendidikan dengan Keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan merupakan bagian dari
sejumlah metode paling ampuh dan efektif dalam
mempersiapkan dan membentuk anak secar moral, spiritual,
dan sosial. Sebab, seorangn pendidik merupakan contoh ideal
dalam pandangan anak, yang tingkah laku dan sopan santunnya
akan ditiru. Keteladanan merupakan faktor penentu baik