BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
SMP Negeri 2 Suruh Kabupaten Semarang, terletak di Jalan Salatiga-Dadapayam Km. 11 Desa Cukilan, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang. SMP N 2 Suruh mempunyai Visi yang berbunyi “ OPTIMAL DALAM PRESTASI, TERAMPIL DALAM KARYA DAN BUDAYA, BERWAWASAN IPTEK, BERLANDASKAN IMTAQ. Serta Misi dari sekolah tersebut adalah :
1) Mewujudkan siswa yang dapat mengenal potensi dirinya agar dapat berkomunikasi dengan baik.
2) Mewujudkan perkembangan seni dan budaya bangsa bagi warga sekolah.
3) Mewujudkan budaya kompetitif bagi siswa dalam upaya peningkatan keterampilan.
4) Mewujudkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut bagi warga sekolah.
5) Mewujudkan sikap dan perilaku yang santun, dan memiliki budi pekerti yang luhur bagi warga sekolah.
6) Mewujudkan lingkungan sekolah yang tertib, bersih dan indah. 7) Mewujudkan kepercayaan masyarakat terhadap sekolah.
8) Mewujudkan pembelajaran dan bimbingan yang efektif untuk mengoptimalkan potensi akademik yang dimiliki siswa.
B. Tujuan Sekolah
Mengingat visi merupakan tujuan jangka panjang maka tujuan yang akan dicapai selama 5 tahun mendatang ialah:
1) Memenuhi kebutuan pelaksanaan pembelajaran dan bimbingan yang efektif untuk mengoptimalkan potensi akademik yang dimiliki siswa.
2) Memenuhi kebutuhan siswa untuk dapat mengenali potensi dirinya agar dapat berkomunikasi dengan baik.
3) Memenuhi kebutuhan untuk mengembangkan seni dan budaya bangsa bagi warga sekolah.
4) Memenuhi kebutuhan untuk menumbuhkan budaya kompetitif bagi siswa dalam upaya peningkatan keterampilan.
5) Memenuhi kebutuhan untuk meningkatakan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut bagi warga sekolah.
6) Memenuhi kebutuhan untuk sikap dan perilaku yang santun, dan memiliki budi pekerti yang luhur bagi warga sekolah.
7) Memenuhi kebutuhan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang tertib, bersih dan indah.
8) Memenuhi kepercayaan masyarakat terhadap sekolah. C. Fasilitas Sekolah
Terdapat 5 kelas, 1 Laboratorium IPA, 1 Laboratorium Bahasa, 1 Lab Komputer, 1 gedung perpustakaan, 1 Ruang Aula, 1 Buah Mushola dan memiliki Jumlah keseluruhan siswa 450 siswa pada tahun Pelajaran 2012-2013 serta memiliki total guru 26. Berikut merupakan deskripsi tentang SMP N 2 Suruh, Desa Cukilan, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia.
D. Deskripsi Kondisi Awal
Keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS dibutuhkan sebagai dasar untuk pengembangan materi, hal ini sangat dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan. Pembelajaran yang masih pasif membuat para siswa sulit untuk memahami materi pembelajaran, kondisi di dalam kelas yang kurang aktif yaitu siswa hanya diam dan mendengarakan penjelasan guru membuat suasana belajar kurang menarik dan menjenuhkan, Ketika guru memberikan materi dengan model pembelajaran ceramah serta tidak memanfaatkan metode-metode pembelajaran yang telah ada mengakibatkan kurang efisiennya pembelajaran yang ada di dalam kelas tersebut. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran IPS siswa dituntut benar-benar aktif, yang dimaksud aktif adalah dimana ada interaksi antara guru dan siswa ada saling keterkaitan serta membuat suasana kelas menjadi nyaman dengan memanfaatkan model pembelajaran yang inovatif sehingga siswa menjadi merasa senang dan antusias dalam pembelajaran yang mereka ikuti yaitu pembelajaran IPS.
Kondisi awal hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas VIII D terdapat 28 siswa (83%) yang belum tuntas dan 6 siswa (17%) tuntas dikarenakan guru dalam menyampaikan pembelajaran
hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab serta belum memanfaatkan media pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Cara mengajar seperti ini memberikan kesan menjenuhkan dan membosankan bagi siswa sehingga berpengaruh pada hasil belajarnya.
Paparan hasil belajar siswa pada Ulangan Semester Gasal Tahun Pelajaran 2015-2016 dapat dilihat dari tabel 1 berikut.
Tabel 1. Hasil Ulangan Semester I Kelas VIII D
No No Tes Nama Nilai KKM= 75
Keterangan 1 001 A P 86 Tuntas 2 002 A A K 64 Belum Tuntas 3 003 A M 42 Belum Tuntas 4 004 A I 69 Belum Tuntas 5 005 A M 46 Belum Tuntas 6 006 C I 63 Belum Tuntas 7 007 De 89 Tuntas
8 008 Dew 63 Belum Tuntas
9 009 E 54 Belum Tuntas
10 010 Ek 53 Belum Tuntas
11 011 E W 74 Belum Tuntas
12 012 Fat 56 Belum Tuntas
13 013 Hen 74 Belum Tuntas
14 014 Ilh 78 Tuntas
15 015 Kha 72 Belum Tuntas
16 016 Lil 70 Belum Tuntas
17 017 M. M 69 Belum Tuntas
18 018 M. R 60 Belum Tuntas
19 019 Na 62 Belum Tuntas
20 020 Ni 72 Belum Tuntas
21 021 Nov 58 Belum Tuntas
22 022 Novr 70 Belum Tuntas
23 023 Nu 72 Belum Tuntas
24 024 Nur 80 Tuntas
25 025 Ris 64 Belum Tuntas
26 026 Risk 59 Belum Tuntas
27 027 Riz 72 Belum Tuntas
28 028 Sal 76 Tuntas
29 029 Sit 48 Belum Tuntas
30 030 Sus 72 Belum Tuntas
31 031 Tyi 81 Tuntas
32 032 Wah 72 Belum Tuntas
33 033 Ya 65 Belum Tuntas
34 034 Yu 62 Belum Tuntas
Kondisi awal ini belum menggunakan model pembelajaran make a match, yang mengakibatkan kemampuan siswa dalam memahami dan mempelajari IPS kurang maksimal dikarenakan mereka hanya terpaku pada materi yang disampaikan oleh guru saja tanpa diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan belajarnya dengan berbagai model pembelajaran .Dari tabel 1. Diperoleh data siswa yang belum tuntas sesuai KKM (75) pada Ulangan Semester 1 berjumlah 28 siswa, sedangkan yang sudah tuntas hanya ada 6 siswa. Nilai rata-rata kelas dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
Tabel 2. Nilai Klasikal Kondisi Awal
No Aspek Nilai
1 Rata-rata Klasikal 66,67
2 Nilai Terendah 42 3 Nilai Tertinggi 89
Pada grafik 1 dapat dilihat perolehan hasil belajar siswa kelas VIII D pada mata pelajaran IPS dengan nilai rata-rata klasikal sebesar 66,67, nilai terendah 42, nilai tertinggi 89, dan ketuntasan klasikal 17,6%, ehingga dapat jelas terlihat bahwa metode yang digunakan oleh guru belum efektif bagi siswa dalam proses pembelajarannya karena nilai yang diperoleh siswa belum memuaskan.
E. Deskripsi Hasil Pelaksanaan Siklus I
Sebelum melakasanakan proses pembelajaran peneliti menyiapkan materi ajar dan bahan atau alat pembelajaran yang berupa hangout materi, gambar dan kertas karton kartu soal dan kartu jawaban. Pada siklus I ini pelajaran IPS dengan pokok bahasan menjelaskan proses persiapan kemerdekaan Indonesia, sudah menerapkan model
0 20 40 60 80 100 Rata-Rata Kalsikal Nilai Terendah Nilai Tertinggi Ketuntasan (%)
Hasil Belajar Pra Siklus
Hasil belajar siswa setelah tindakan siklus I, Pelaksanaan Siklus 1 Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis dan Jumat yaitu tanggal 21 dan 22 Januari 2016, di hari pertama pembelajaran dimulai pada pukul 08.20 – 09.40 WIB diawali dengan pembukaan dan salam dari guru. Setelah itu guru menjelaskan materi yang diajarkan pada pertemuan yaitu tentang dibentuknya BPUPKI dan sidang BPUPKI, guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan model pembelajaran yang akan digunakan. Guru memulai dengan menjelaskan materi yang telah disiapkan dengan media ceramah, tanya jawab dan diskusi hingga materi yang diajarkan dapat sepenuhnya tersampaikan dan telah dipahami oleh seluruh siswa dengan baik. Pertemuan kedua pelajaran dimulai pukul 11.40 – 13.00 WIB, Guru mulai menjelaskan cara bermain make a match kepada siswa yang telah siap untuk melaksanakan proses pembelajaran make a match, Setelah itu guru membagi kelompok menjadi 2 yaitu kelompok A mendapat kartu pertannyaan dan kelompok B mendapat kartu jawaban, guru membagi kelompok dengan menggunakan media permen yaitu dengan cara membagikan permen yang berbeda warna. Permainan dimulai dengan waktu yang telah ditentukan yaitu 10 menit, para siswa saling mencari pasangan masing-masing sehingga sedikit terjadi kegaduhan didalam kelas karena kepanikan para siswa.
Sesampai waktu yang telah ditentukan terdapat 3 pasang siswa yang salah dalam mencocokan kartu soal dan jawaban sehingga guru membantu dalam mencocokannya, sedangkan siswa yang lain telah berhasil untuk mendapatkan pasangannya masing-masing. Setelah semuanya mendapat pasangan yang sesuai, kemudian satu per satu siswa mempresentasikan soal dan jawaban yang telah mereka temukan begitu seterusnya sampai selesai. Setelah permainan selesai guru memberikan postest pada jam 12.30 sampai 12.50 untuk mengetahui hasil belajar dengan model pembelajaran make a match yang telah dilaksanakan.
Tabel 3. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I No Nama Pra Siklus Siklus I Keterangan KKM: 75 1 Ad 86 92 Meningkat Tuntas 2 A A K 64 84 Meningkat Tuntas
3 A M 42 72 Meningkat Belum Tuntas
4 A I 69 84 Meningkat Tuntas
5 AMa 46 76 Meningkat Tuntas
6 C I 63 88 Meningkat Tuntas
7 Dew 89 96 Meningkat Tuntas
8 De 63 82 Meningkat Tuntas
9 E 54 72 Meningkat Belum Tuntas
10 Ek 53 76 Meningkat Tuntas
11 E W 74 88 Meningkat Tuntas
12 Fat 56 72 Meningkat Belum Tuntas
13 Hen 74 88 Meningkat Tuntas
14 Ilh 78 92 Meningkat Tuntas
15 Kha 72 88 Meningkat Tuntas
16 Li 70 84 Meningkat Tuntas
17 M. M 69 76 Meningkat Tuntas
18 M. R 60 72 Meningkat Belum Tuntas
19 Nan 62 88 Meningkat Tuntas
20 Ni 72 88 Meningkat Tuntas
21 Nov 58 76 Meningkat Tuntas
22 No 70 92 Meningkat Tuntas
23 Nu 72 84 Meningkat Tuntas
24 Nur 80 88 Meningkat Tuntas
25 Ris 64 80 Meningkat Tuntas
26 Ri 59 72 Meningkat Belum Tuntas
27 Riz 72 84 Meningkat Tuntas
28 Sal 76 84 Meningkat Tuntas
29 Si 48 72 Meningkat Belum Tuntas
30 Su 72 76 Meningkat Tuntas
31 Tyi 81 92 Meningkat Tuntas
32 Wah 72 88 Meningkat Tuntas
33 Ya 65 72 Meningkat Belum Tuntas
34 Yu 62 72 Meningkat Belum Tuntas
Jumlah 2267 2790
Tabel 4. Nilai Klasikal Pra Siklus dan Siklus I
No Aspek Nilai Peningkatan
Pra Siklus Siklus I
1 Rata-Rata Klasikal 66,67 82,05 15,38
2 Nilai Terendah 42 72 30
3 Nilai Tertinggi 89 96 7
4 Prosentase Ketuntasan (%) 17,6 76,47 58,87
Pelaksanaan proses belajar mengajar pada siklus I dengan pokok bahasan menjelaskan proses persiapan kemerdekaan Indonesia ini sudah menerapkan model pembelajaran make a match. Hasil belajar siklus I menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar. Diperoleh hasil untuk nilai terendah 72, dengan peningkatan 30, rata-rata klasikal 82,05 terdapat peningkatan 15,38 dan ketuntasan klasikal 76,47%dengan peningkatan 58,87%. Dengan hasil yang telah didapat terlihat bahwa menggunakan model pembelajaran make a match bagi siswa kelas 8 D menghasilkan perubahan pada nilai yang drastis, kenaikan dalam setiap elemen membuktikan bahwa model pembelajaran make a match memberikan dampak yang besar bagi proses pembelajaran di kelas ini.
Tabel 4. Lebih jelas dengan grafik 2. berikut ini:
Perolehan nilai Pra siklus yang ditunjukkan pada grafik 2, untuk rata-rata klasikal adalah 66,67 dan 82,05 pada siklus I. Nilai terendah Pra Siklus sebesar 42 dan 72 pada Siklus I, sedangkan nilai tertinggi Pra Siklus adalah 89 menjadi 96 pada Siklus I, dan ketuntasan klasikal Pra Siklus 17,6% meningkat menjadi 76,47%. Keberhasilan peningkatan nilai dalam pembelajaran IPS yang telah menerapkan model make a match menunjukan bahwa siswa lebih menyukai pembelajaran yang melibatkan mereka dalam prosesnya ini terlihat ketika praktikan menerapkan model make a match siswa sangat antusias mengikuti tahap demi tahap pembelajaran, saat praktikan memulai permainan make a match siswa
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Rata-Rata Klasikal Nilai Terendah Nilai Tertinggi Ketuntasan (%) Pra Siklus Siklus I
terlihat senang dan semangat untuk mencari pasangan antara kartu pertanyaan dan kartu jawaban, setelah mereka bertemu dengan pasangannya satu per satu mereka maju ke depan kelas untuk membacakan pertanyaan dan jawaban yang telah mereka temukan, diakhir proses pembelajaran make a match, praktikan bertanya ke beberapa siswa terkait pembelajaran tersebut apakah pembelajaran make a match yang telah diterapkan oleh praktikan bermanfaat dan mudah untuk dipahami, berbagai tanggapan siswa disampaikan ke praktikan, mereka mengatakan bahwa baru pertama kali melakukan pembelajaran make a match serta merasa senang dan meminta ke praktikan untuk mengulanginya lagi di pembelajaran berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran make a match sudah berjalan dengan baik serta mendapatkan hasil nilai yang cukup baik meskipun ada beberapa siswa yang belum mencapai target ketuntasan.
Pada saat yang sama, observer (kolaborator) melakukan pengamatan dengan mengisi instrumen yang sudah disiapkan meliputi: lembar pengamatan kegiatan siswa (aktivitas siswa) dan lembar pengamatan kegiatan guru dalam menerapkan model pembelajaran make a match. Hasil observasi kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar siklus I dapat dilihat pada tabel 5 berikut:
Tabel 5. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I No Aspek yang diamati Baik
Sekali
Baik Cukup Kurang
1 Keaktifan dalam pembelajaran 3 2 Memperhatikan penjelasan guru 3 3 Mengerjakan tugas yang
diberikan guru
3
4 Memahami tugas masing-masing
3
5 Berpartisipasi dalam pembelajaran
3
6 Apabila mengalami kesulitan, berinisiatif menanyakan kepada guru atau teman lain
3
7 Kelancaran pada saat presentasi 3
Rata-Rata 3
Hasil observasi kegiatan siswa pada siklus I dapat digambarkan sebagai berikut: keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran baik, siswa baik dalam memperhatikan penjelasan guru, siswa dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik, siswa dengan baik dapat memahami tugas masing-masing, beberapa siswa yang mengalami kesulitan berinisiatif menanyakan kepada guru atau teman lain, siswa mampu mempresentasikan materi dengan baik, walaupun masih ada beberapa siswa yang merasa malu sehingga diperoleh nilai rata-rata pada siklus I sebesar 3. Siswa yang turut berpartisipasi dalam mengikuti pembelajaran mendapat nilai kriteria baik dengan nilai rata-rata 3.
Tabel 6. Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I
No Kegiatan Baik Cukup Kurang
A. Pendahuluan
1 Apersepsi 3
2 Menyampaikan tujuan yang akan dicapai
2 3 Menjelaskan materi 3 4 Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran Make a Match 3 B. Kegiatan Inti 5 Membagi siswa dalam
kelompok 3 6 Mengawasi jalannya permainan 3 7 Menumbuhkan partisispasi
aktif siswa dalam permainan
3
8 Memberi bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan 3 9 Memberi penghargaan terhadap keberhasilan siswa 3 C. Kegiatan Penutup 10 Menyimpulkan materi pelajaran dengan melibatkan siswa 3
Dari tabel hasil pengamatan kegiatan guru dapat dijelaskan bahwa guru dalam memberikan apersepsi, menjelaskan materi pelajaran, menjelaskan langkah-langkah make a match pada mata pelajaran IPS, membagi siswa dalam kelompok belajar, mengawasi jalannya permainan, memberikan bantuan kepada siswa yang kesulitan dalam belajar, dan melibatkan siswa dalam menyimpulkan materi, yang diakhiri dengan menutup pelajaran dan memberikan tes sudah baik dengan nilai rata-rata 2,75. Namun guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran secara keseluruhan dengan baik sehingga hanya memperoleh nilai rata-rata 0,16. Diakhir proses belajar mengajar, guru membagikan lembar angket untuk mengetahui respon siswa terhadap pelajaran IPS dengan menggunakan model make a match. hasil angket respon siswa terhadap model pembelajaran make a match pada siklus I dipaparkan dalam tabel 7.
Tabel 7. Hasil Angket Respon Siswa Siklus I
No Pertanyaan Tanggapan
Ya Tidak
1 Apakah guru kalian menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran Make a Match
100%
2 Apakah pembelajaran Make a Match menyenangkan?
100%
3 Apakah dengan pembelajaran Make a Match membuat kamu mudah memahami pelajaran?
90% 10%
4 Apakah dengan pembelajaran Make a Match mendorong kamu lebih kreatif?
95% 5%
5 Apakah kamu mengalami kesulitan dalam pembelajaran Make a Match?
5% 95%
6 Apakah dengan pembelajaran Make a Match kamu lebih semangat mengikuti pelajaran?
95% 5%
7 Apakah pembelajaran Make a Match memberikan pengalaman baru dalam pembelajaran?
100%
8 Apakah pembelajaran Make a Match baik jika dilakukan lagi?
98% 2%
9 Apakah pembelajaran Make a Match membosankan?
100% 10 Apakah pembelajaran Make a
Match telah dilakukan sebelumnya?
100%
kegiatan belajar mengajar pada siklus I, terdapat 100% siswa merasa senang, 10% siswa tidak memahami pelajaran, 95%, mendorong siswa lebih kreatif dan 5% siswa merasa kesulitan belajar. Pada siklus I ini terdapat peningkatan dalam kemampuan belajar siswa, namun peneliti belum merasa berhasil karena nilai rata-rata klasikal belum mencapai indikator kerja (>90). Selain itu, belum semua siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, dan masih terdapat siswa yang merasa kesulitan belajar dengan model make a match, hal itu ditunjukan dengan ada beberapa siswa yang tidak menemukan pasangannya saat permainan Make a Match berlangsung sehingga harus dibantu oleh guru, begitu juga dengan suasana kelas yang masih terasa gaduh karena siswa yang berlarian dan berteriak mencari pasangan kartu soal dan jawaban. Oleh karena itu, peneliti perlu melaksanakan siklus II dengan memperbaiki strategi pembelajaran dengan lebih memanfaatkan keinovasian pembelajaran make a match yang telah diterapkan pada siklus I.
Kelebihan dan kekurangan pada siklus I
a. Kelebihan
1. Proses pemberian materi berjalan lancar karena siswa menerima materi dengan antusias
2. Proses berjalannya pembelajaran make a match secara keseluruhan berjalan sesuai harapan
3. Siswa sangat antusias dan senang dengan penerapan model make a match
4. Siswa berharap model make a match diterapkan kembali
5. Hasil belajar telah meningkat dengan baik
b. Kekurangan
1. Dalam proses pembelajaran masih ada siswa yang pasif
2. Saat pembelajaran make a match berlangsung terjadi kegaduhan dalam mencari pasangan
3. Ada 3 pasang siswa yang kesuliatan mencari pasangannya
4. Masih ada siswa yang belum mencapai KKM (75)
F. Deskripsi Hasil Pelaksanaan Siklus II
Pertemuan pertama Peneliti kembali menyiapkan materi ajar sesuai dengan Rencana Pembelajaran yang telah diperbaiki dan menyiapkan alat dan bahan berupa potongan kertas karton sebagai kartu soal dan kartu jawaban. Pada siklus II ini guru telah memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I sehingga dapat memenuhi tujuan dari penelitian ini. Pokok bahasan yang digunakan pada siklus II adalah dengan melanjutkan materi dari siklus I yaitu terbentuknya
Setelah memperbaiki kekurangan dari siklus I perubahan besar terjadi saat pelaksaan siklus II ini, Siklus II berlangsung pada hari Selasa dan Rabu yaitu tanggal 9 dan 10 Februari 2016 WIB pertemuan pertama pada siklus II pada hari Selasa dimulai pukul 09.40-11.00 WIB diawali dengan pembukaan dan salam dari guru. Setelah itu guru menjelaskan materi yang diajarkan pada pertemuan kali ini yaitu tentang dibentuknya PPKI dan sidang PPKI, guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan pada pertemuan siklus II kali ini. Guru memulai dengan menjelaskan materi yang telah disiapkan dengan metode ceramah, tanya jawab, foto atau gambar dan diskusi hingga materi yang diajarkan dapat sepenuhnya tersampaikan dan telah dipahami oleh seluruh siswa dengan baik. Pertemuan kedua pelajaran dimulai pukul 11.40 – 13.00 WIB, guru mulai menjelaskan kembali cara bermain make a match kepada siswa yang telah siap untuk melaksanakan proses pembelajaran make a match, setelah itu guru membagi kelompok menjadi 2 yaitu kelompok A mendapat kartu pertannyaan dan kelompok B mendapat kartu jawaban, guru membagi kelompok dengan menggunakan media permen yaitu dengan cara membagikan permen yang berbeda warna. Permainan dimulai dengan waktu yang yang telah ditentukan yaitu 10 menit, para siswa saling berhadapan antara siswa yang mendapat kelompok kartu soal dan kelompok kartu jawaban, satu per satu siswa yang mendapat kartu soal membacakan soal yang diterimanya
kemudian yang mendapat kartu jawaban sesuai kartu soal yang telah dibacakan akan membacakan jawabannya dan duduk berdampingan bersama pasangannya, begitu seterusnya sampai semua mendapatkan pasangannya. Metode ini digunakan agar lebih efektif dan mengurangi kegaduhan didalam kelas, metode ini juga dianggap berhasil, karena seluruh siswa berhasil mendapatkan pasangannya. Setelah semuanya mendapat pasangan yang sesuai, kemudian satu per satu siswa mempresentasikan soal dan jawaban yang telah mereka temukan dan menempelkan kartu soal dan jawaban pada tali yang telah disediakan guru sesuai urutan pada nomor yang ada pada kartu soal dan jawaban, begitu seterusnya sampai selesai. Setelah semua kartu soal dan jawaban tertempel pada tali kemudian guru membalik tali serta kartu jawaban dan soalpun ikut terbalik dan membentuk sebuah kata motivasi yang berbunyi “ Generasi Muda penerus Bangsa Indonesia” hal ini dibuat supaya jika ada kartu soal atau jawaban yang salah dalam penempatannya maka tidak akan membentuk kata yang telah disiapkan serta agar menjadi motivasi bagi siswa bahwa mereka adalah generasi muda yang diharapkan bangsa. Setelah permainan selesai guru memberikan postest untuk mengetahui hasil belajar dengan model pembelajaran make a match yang telah dilaksanakan dan disempurnakan.
Hasil belajar pada siklus II dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini:
Tabel 8. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II
No Nama Pra
Siklus
Siklus I Siklus II Keterangan KKM: 75
1 A P 86 92 96 Meningkat Tuntas 2 A A K 64 84 86 Meningkat Tuntas 3 A M 42 72 90 Meningkat Tuntas 4 A I 69 84 96 Meningkat Tuntas 5 A Ma 46 76 86 Meningkat Tuntas 6 C I 63 88 94 Meningkat Tuntas
7 Dew 89 96 96 Meningkat Tuntas
8 De 63 82 94 Meningkat Tuntas
9 E 54 72 88 Meningkat Tuntas
10 Ek 53 76 90 Meningkat Tuntas
11 Eko 74 88 96 Meningkat Tuntas
12 Fat 56 72 86 Meningkat Tuntas
13 Hen 74 88 94 Meningkat Tuntas
14 Ilh 78 92 90 Meningkat Tuntas
15 Kha 72 88 98 Meningkat Tuntas
16 Lil 70 84 92 Meningkat Tuntas
17 M. Mu 69 76 88 Meningkat Tuntas
18 M. R 60 72 90 Meningkat Tuntas
19 Na 62 88 96 Meningkat Tuntas
20 Ni 72 88 98 Meningkat Tuntas
21 No 58 76 88 Meningkat Tuntas
22 Novr 70 92 98 Meningkat Tuntas
23 Nu 72 84 92 Meningkat Tuntas
24 Nur 80 88 96 Meningkat Tuntas
25 Ris 64 80 88 Meningkat Tuntas
26 Ri 59 72 90 Meningkat Tuntas
27 Riz 72 84 88 Meningkat Tuntas
28 Sal 76 84 90 Meningkat Tuntas
29 Si 48 72 92 Meningkat Tuntas
30 Su 72 76 90 Meningkat Tuntas
31 Tyi 81 92 100 Meningkat Tuntas
32 Wah 72 88 94 Meningkat Tuntas
33 Ya 65 72 90 Meningkat Tuntas
34 Yu 62 72 88 Meningkat Tuntas
Hasil belajar siswa pada siklus II terlihat sangat meningkat dibandingkan dengan siklus I. Seluruh siswa mampu menyelesaikan tugas akhir yang berikan oleh guru sehingga mampu mendapatkan nilai yang sangat memuaskan dan semua siswa tuntas dari standar nilai KKM (75) ini menyatakan bahwa siklus II berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru. Berikut nilai klasikal antara siklus I dengan siklus II disajiakan pada tabel 9 dibawah ini:
Tabel 9. Nilai Klasikal Siklus I dan Siklus II
No Aspek Nilai Peningkatan
Siklus I Siklus II 1 Rata-Rata Klasikal 82,05 92 7,95 2 Nilai Terendah 73 86 14 3 Nilai Tertinggi 96 100 4 4 Prosentase Ketuntasan (%) 76,47 100 23,53
Dari siklus II ini diperoleh hasil belajar siswa dengan nilai terendah 86 sehingga terdapat peningkatan 14, nilai tertinggi 100 dengan peningkatan 4, rata-rata klasikal 92, yang berarti terdapat peningkatan 7,95 dan ketuntasan klasikal 100% dengan peningkatan 23,53%.
Tabel 9 diatas dapat digambarkan dengan grafik 3 berikut:
Pada grafik 3 ini terlihat bahwa rata-rata klasikal pada siklus II mengalami peningkatan. Siklus I rata-rata klasikalnya adalah 82,05 meningkat menjadi 92 pada siklus II. Nilai terendah pada siklus I 72 meningkat menjadi 86 pada siklus II. Begitu juga dengan nilai tertinggi sebesar 96 pada siklus I meningkat menjadi 100 pada siklus II dan ketuntasan klasikal pada siklus I 76,47% meningkat menjadi 100%. Pengamatan terhadap kegiatan siswa pada siklus II tetap dilaksanakan oleh observer. Hasil observasi kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar siklus II dapat dilihat pada tabel 10 berikut:
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Rata-Rata Klasikal
Nilai Terendah Nilai Tertinggi Ketuntasan (%)
Siklus I Siklus II
Tabel 10. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II
No Aspek yang diamati Baik Sekali Baik Cukup Kurang 1 Keaktifan dalam pembelajaran 4 2 Memeperhatikan penjelasan guru 4
3 Mengerjakan tugas yang diberikan guru
4
4 Memahami tugas masing-masing 4 5 Berpartisipasi dalam pembelajaran 4 6 Apabila mengalami kesulitan, berinisiatif menanyakan kepada guru atau teman lain
4
7 Kelancaran pada saat presentasi
4
Rata-Rata 4
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kegiatan siswa bahwa siswa semakin aktif dalam pembelajaran, memahami tugas masing-masing, mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru tepat waktu. Dalam pembelajaran siswa juga mulai berani bertanya kepada guru apabila mengalami kesulitan, secara keseluruhan siswa sudah mampu berpartisipasi mengikuti pembelajaran tanpa rasa canggung, sudah tidak merasa malu-malu serta sangat lancar dalam presentasi sehingga mampu memperoleh nilai rata-rata 4. Perbandingan nilai kegiatan siswa antara siklus I
Tabel 11. Rata-Rata Nilai Kegiatan Siswa Siklus I dan Siklus II
No Nilai Siklus I Siklus II
1 Baik Sekali 0 4
2 Baik 3 0
3 Cukup 0 0
4 Kurang 0 0
Tabel 11 diatas dapat digambarkan dengan grafik 4 sebagai berikut:
Grafik 4
Perbandingan Rata-Rata Nilai Kegiatan Siswa Siklus I dan Siklus II
Partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran model make a match, dengan nilai rata-rata baik 3 pada siklus I meningkat pada siklus II menjadi sangat baik
60 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Baik Sekali Baik Cukup Kurang
Siklus I Siklus II
yaitu dengan nilai rata-rata 4. Pengamatan terhadap kegiatan guru pada siklus II dilaksanakn oleh observer dengan mencatat semua kegiatan guru pada lembar observasi yang sudah disediakan. Hasil observasi kegiatan guru dalam proses belajar mengajar selama siklus II dapat dilihat pada tabel 12 berikut:
Tabel 12. Hasil Observasi Kegiatan Guru pada Siklus II
No Kegiatan Baik Cukup Kurang
A. Pendahuluan
1 Apersepsi 3
2 Menyampaikan tujuan yang akan dicapai
3 3 Menjelaskan materi 3 4 Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran Make a Match 3 B. Kegiatan Inti
5 Membagi siswa dalam kelompok 3 6 Mengawasi jalannya permainan 3 7 Menumbuhkan
partisispasi aktif siswa dalam permainan
3
8 Memberi bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan 3 9 Memberi penghargaan terhadap keberhasilan siswa 3 C. Kegiatan Penutup 10 Menyimpulkan materi pelajaran dengan melibatkan siswa 3 11 Memberikan tes 3 12 Menutup pelajaran 3
Pada siklus II ini guru telah menunjukan peningkatan dalam mengelola kelas. Guru dapat berinteraksi dengan siswa sehingga mampu memberikan motivasi untuk menumbuhkan partisipasi siswa dalam permainan dengan baik dan mencapai nilai rata-rata 3. Guru juga sudah mampu mengatur waktu dan strategi dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran berlangsung efektif dan menyenangkan.
Nilai rata-rata kegiatan guru pada siklus I dan siklus II disajikan pada tabel 13 berikut:
Tabel 13. Rata- Rata Nilai Kegiatan Guru Siklus I dan Siklus II
No Nilai Siklus I Siklus II
1 Baik 2,75 3
2 Cukup 0,16 0
Dari tabel 13 tersebut diatas, maka dapat dibuat dengan grafik 5 dibawah ini:
Rata-rata nilai kegiatan guru pada siklus I untuk kriteria baik sebesar 2,75 meningkat menjadi 3 pada siklus II. Sedangkan kriteria cukup sebesar 0,16 pada siklus I menurun menjadi 0 pada siklus II. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan guru dalam menerapkan pembelajaran make a match pada siklus II semakin baik.
Pada siklus II ini juga dibagikan angket kepada siswa, yang berfungsi untuk mengetahui tanggapannya terhadap pembelajaran IPS dengan model pembelajaran make a match yang telah berinovasi. Hasil angket respon siswa terhadap pelaksaan pembelajaran model make a match pada siklus II yang telah diperbaiki. Berikut pada tabel 14 dibawah ini:
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Baik Cukup Kurang
Siklus I Siklus II
Tabel 14. Hasil Angket Respon Siswa Siklus II
No Pertanyaan Tanggapan
Ya Tidak
1 Apakah guru kalian menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran Make a Match
100%
2 Apakah pembelajaran Make a Match menyenangkan?
100%
3 Apakah dengan pembelajaran Make a Match membuat kamu mudah memahami pelajaran?
98% 2%
4 Apakah dengan pembelajaran Make a Match mendorong kamu lebih kreatif?
98% 2%
5 Apakah kamu mengalami kesulitan dalam pembelajaran Make a Match?
100%
6 Apakah dengan pembelajaran Make a Match kamu lebih semangat mengikuti pelajaran?
100%
7 Apakah pembelajaran Make a Match memberikan pengalaman baru dalam pembelajaran?
100%
8 Apakah pembelajaran Make a Match baik jika dilakukan lagi?
100% 9 Apakah pembelajaran Make a
Match membosankan?
100% 10 Apakah pembelajaran Make a
Match telah dilakukan sebelumnya?
100%
Hasil angket respon siswa pada siklus II memperlihatkan bahwa adanya peningkatan yang signifikan. Diperoleh hasil 100% dapat mendorong siswa lebih semangat dalam pembelajaran, 100% siswa tidak merasa kesulitan dalam pembelajaran model make a match, dan hanya sedikit siswa yang tidak memahami pembelajaran (kurang memahami materi pelajaran) dengan penerapan model make a match yaitu hanya 2%. Rata-rata nilai angket respon siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 15 berikut:
Tabel 15. Rata-rata Nilai Angket Respon Siswa Siklus I dan Siklus II
No Tanggapan Siklus I Siklus II
1 Ya 68,3% 79,8%
2 Tidak 31,7% 20,2%
Tabel 15 diatas terlihat jelas dengan grafik 6 dibawah ini:
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Tanggapan ' Ya" 1 Tanggapan " Tidak"
Siklus I Siklus II
Pada siklus I, rata-rata nilai yang diperoleh untuk angket respon siswa yang merasa senang, terdorong lebih kreatif, dan tidak merasa kesulitan dengan penerapan pembelajaran model make a match sebesar 68,3%.
Hasil tersebut mengalami peningkatan sebesar 79,8% pada siklus II. Untuk siswa yang kurang memahami pembelajaran make a match pada siklus I 31,7% menurun menjadi 20,2% pada siklus II. Berdasarkan beberapa hasil yang telah diperoleh pada siklus II, maka peneliti tidak melanjutkan untuk siklus berikutnya.
G. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Rata-Rata Klasikal dan Ketuntasan Belajar Siswa
Hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran make a match telah mengalami peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan oleh nilai yang telah diperoleh, dimana nilai rata-rata klasikal dari tiap siklus mengalami kenaikan yang signifikan. Berikut nilai keseluruhan rata-rata klasikal dari pra siklus, siklus I dan siklus II.
Tabel 16. Nilai Klasikal Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II No
Aspek
Nilai
Pra Siklus Siklus I Siklus II 1 Rata-rata Klasikal 66,67 82,05 92
2 Nilai Terendah 42 72 86
Tabel 16 akan lebih jelas dengan grafik dibawah ini: Grafik 7
Perbandingan Nilai Klasikal Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Pada grafik 7. Menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan rata-rata klasikal pada Pra Siklus yaitu 66,67 menjadi 82,05 pada Siklus I dengan prosentase 15,38%. Pada Siklus II rata-rata klasikal meningkat menjadi 92 yang berarti terdapat peningkatan lagi sebesar 7,92%. Nilai terendah pada Pra Siklus yaitu 42 meningkat menjadi 72 pada Siklus I dengan prosentase 30%. Pada Siklus II kembali meningkat menjadi 86 dengan prosentase kenaikan lagi sebesar 14%. Begitu juga dengan perolehan nilai tertinggi, pada Pra Siklus yaitu sebesar 89 meningkat menjadi 96 pada Siklus I dengan prosentase kenaikan sebesar 7%.
0 20 40 60 80 100
Rata-rata Klasikal Nilai Terendah Nilai Tertinggi
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Sedangkan pada Siklus II nilai tertinggi meningkat menjadi 100 dengan prosentase kenaikan sebesar 4%. Peningkatan rata-rata klasikal pada setiap Siklus menunjukan bahwa pembelajaran model Make a Match sangat berpengaruh bagi siswa serta terbukti mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Hal ini dapat dibuktikan dengan ketuntasan minimum kelas dari setiap siklus yang berlangsung mengalami peningkatan yang signifikan.
Prosentase ketuntasan siswa kelas VIII D SMP N 2 Suruh pada mata pelajaran IPS dapat dilihat pada tabel 17. berikut:
No Tahap Perbaikan Prosentase
Belum Tuntas Tuntas
1 Pra Siklus 82,36% 17,64%
2 Siklus I 23,53% 76,47%
3 Siklus II 0% 100%
Dari tabel diatas dapat diperjelas dengan grafik 8.
Grafik 8. Prosentase Ketuntasan Klasikal
Dilihat dari prosentase ketuntasan klasikal pada Pra Siklus sebesar 17,64% mengalami peningkatan menjadi 76,47% pada Siklus I dengan peningkatan prosentase sebesar 58,83%, sedangkan pada Siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 100% dengan prosentase peningkatan sebesar 23,53%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran model make a match dikelas VIII D SMP N 2 SURUH untuk meningkatkan hasil belajar siswa berhasil.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Belum Tuntas Tuntas
Pra Siklus Siklus I Siklus II
2. Partisipasi Siswa Dalam Proses Pembelajaran Make a Match Berdasarkan hasil observasi siswa yang telah dilaksanakan pada 2 Siklus yang telah berlangsung, menunjukan aktivitas siswa saat mengikuti proses pembelajaran mengalami peningkatan yang baik. Pada siklus I nilai rata-rata partisipasi siswa untuk kriteria baik mendapat nilai 3, sedangkan pada Siklus II meningkat menjadi baik sekali atau dengan nilai 4. Hal ini menunjukan bahwa pada Siklus I masih terdapat kekurangan-kekurangan yang terjadi saat proses pembelajaran berlangsung, sedangkan pada Siklus II telah terjadi perbaikan serta adanya inovasi model make a match sehingga siswa mampu memahami dan mengerti pembelajaran make a match dengan sangat baik.
3. Aktivitas Kegiatan Guru
Observer yang dilakukan oleh Guru pengampu mata pelajaran IPS kelas VIII D SMP N 2 Suruh yaitu Windi Hastuti, S.Pd yang bertindak sebagai observer menyatakan bahwa aktivitas guru selama pembelajaran pada Siklus I maupun Siklus II dinilai sudah baik. Karena guru telah berperan sebagai pembimbing atau fasilitator yang mampu membawa siswa memahami materi pelajaran dengan baik serta dinilai mampu memberikan suasana pembelajaran dan menerapkan model pembelajaran yang belum pernah dilakukan didalam kelas tersebut.
4. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Model Make a Match Setelah selesai pembelajaran model make a match diterapkan di dalam kelas siswa memberikan respon dan tanggapan yang sangat baik tentang pembelajaran model make a match, dimana beberapa siswa mengatakan bahwa pembelajaranya asyik, tidak membuat mengantuk meskipun jam pelajaran terakhir karena kita diajak aktif belajar dan berkerjasama dengan teman yang lain untuk memahami materi, dan dapat memperoleh model atau cara belajar yang baru yang belum pernah mereka temui selama proses pembelajaran sebelumnya, tidak banyak juga yang mengatakan karena mendapat hadiah atau reward setiap selesai pelajaran sehingga membuat mereka bersemangat dalam pembelajaran, dan mereka berharap bahwa model pembelajaran make a match ini dapat kembali diterapkan oleh guru yang mengampunya. 5. Kendala Saat Proses Pembelajaran Make a Match Berlangsung
Pada Siklus I terdapat kendala atau kekurangan yaitu antara lain kegaduhan yang terjadi didalam kelas saat permainan make a match berlangsung karena siswa langsung berhamburan dan berteriak mencari pasangannya, sedangkan pada saat pelaksanaan Siklus II relatif berjalan sesuai rencana yang telah disiapkan secara baik.