• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra dalam bahasa Korea disebut ‘munhak’ (hangeul: 문학) yang berarti seni yang mengekspresikan perasaan atau pikiran melalui bahasa, contohnya seperti karya puisi, novel, drama, esai, dan lain-lain (Sae Gukeo Sajeon, 2004: 310). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997: 473) sastra merupakan bahasa dalam karya tulis yang mampu menggetarkan jiwa yang indah berupa tulisan atau huruf. Berdasarkan dua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sastra adalah hasil pemikiran, emosi, dan kepercayaan yang dituangkan dalam bentuk kata-kata yang indah dan menggetarkan.

Karya sastra diciptakan sastrawan agar bisa dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan adalah anggota masyarakat; dan terikat oleh status sosial tertentu. Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium; bahasa merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan; dan kehidupan itu adalah suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dengan orang-seorang, antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang (Damono, 1984:1). Sastra tidak hanya sebuah karya tulis yang diciptakan pengarang sebagai media kreativitas, namun juga sebagai catatan

(2)

dokumentasi untuk menggambarkan kejadian yang terjadi di dalam suatu masyarakat pada kurun waktu tertentu.

Menurut Wellek dan Warren (1990: 109) sastra menyajikan kehidupan, dan kehidupan sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. Sastra tidak lahir begitu saja, akan tetapi sastra lahir dari pemikiran penulis dari penilaiannya terhadap kehidupan yang terjadi dalam masyarakat. Permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat sering kali menjadi latar belakang sebuah sastra. Dengan daya imajinasi yang dimilikinya, pengarang mencoba memasukkan berbagai fakta dan masalah sosial yang terdapat dalam masyarakat ke dalam karya sastra yang dibuatnya. Salah satu permasalahan sosial dalam masyarakat yang diangkat ke dalam karya sastra adalah tantangan yang dihadapi pekerja di kehidupan kerja.

Komik termasuk dalam karya sastra, yaitu sastra bergambar. Komik merupakan sebuah susunan gambar dan kata yang bertujuan untuk memberikan informasi yang ingin disampaikan kepada pembaca. Sebuah komik selalu memanfaatkan ruang gambar dengan tata letak. Hal tersebut agar gambar membentuk cerita, yang dituangkan dalam bentuk dan tanda (Bonnef, 1998:7). Salah satu jenis komik adalah webtoon. Webtoon1 (Hangul: 웹툰) berasal dari gabungan kata ‘web’ dan ‘cartoon’ yang merupakan istilah dalam bahasa Korea untuk menyebut komik digital yang dipublikasikan di internet. Webtoon merupakan bagian dari budaya populer Korea Selatan yang sekarang memperluas diri dengan mengeksplorasi tema baru, menjangkau pembaca

1

http://literature.britishcouncil.org/news/2014/march/qa-with-yoon-tae-ho1 diakses pada tanggal 30 April 2016 pada pukul 13.00 WIB.

(3)

baru dan menggabungkan dengan media lainnya. Tidak seperti komik biasa, webtoon membuat komunikasi langsung antara penulis dan pembaca karena komentar pembaca akan ditampilkan di bagian bawah chapter webtoon yang dipublikasikan.

Akhir-akhir ini banyak webtoon yang diadaptasi ke dalam bentuk drama. Drama2 dalam bahasa Korea disebut ‘deurama’ (hangeul: 드라마) yang berarti sebuah karya seni yang menggunakan dialog dan gerakan pemeran sebagai sarana utama pengekspresiannya. Drama mempunyai kelebihan dibandingkan dengan karya sastra lainnya yaitu unsur pementasan yang mengungkapkan isi cerita secara langsung dan dipertontonkan di depan umum. Menurut pendapat Harymawan dalam Dewojati (2012:7) secara etimologis, kata “drama” berasal dari kata Yunani draomai yang berarti ‘berbuat’, ‘berlaku’, ‘bertindak’, ‘bereaksi’, dan sebagainya. Hassanudin dalam Dewojati (2012:9) mengungkapkan bahwa drama adalah karya yang memiliki dua dimensi, yakni dimensi sastra dan dimensi seni pertunjukan. Pengertian drama sebagai suatu genre sastra lebih terfokus sebagai suatu karya yang lebih berorientasi kepada seni pertunjukan dibandingkan sebagai genre sastra. Drama sebagai pertunjukan suatu lakon merupakan tempat pertemuan dari beberapa cabang kesenian yang lain seperti seni sastra, seni peran, seni tari, seni deklamasi, dan tak jarang seni suara (Ibrahim dalam Dewojati, 2012:9). Drama dalam penelitian ini mengacu kepada sandiwara bersambung yang menceritakan tentang kehidupan sehari-hari tayang di saluran televisi.

2

http://krdic.naver.com/detail.nhn?docid=10786500 diakses pada tanggal 25 Februari 2016 pukul 13.00 WIB.

(4)

Salah satu drama Korea yang merupakan hasil adaptasi webtoon adalah drama Misaeng yang disutradarai oleh Kim Won Seok. Drama Misaeng merupakan adaptasi dari webtoon karya Yoon Tae Ho yang berjudul sama. Webtoon tersebut dipublikasikan tahun 2012 secara online di situs Daum dan menembus angka satu juta pembaca (Myeongsook, 2013:52-59). Perubahan yang muncul dalam proses adaptasi webtoon Misaeng menjadi drama telah menimbulkan bermacam-macam respon dari audiens. Namun meskipun begitu, kebanyakan dari mereka merespon secara positif drama Misaeng karena mereka menganggap Misaeng telah berhasil mencerminkan kehidupan kerja mereka di perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat dari drama Misaeng yang meraih rating penonton yang tinggi di Korea Selatan. Seperti yang diberitakan AllKpop, rating penonton drama Misaeng pada episode terakhir mencapai 10,3 persen yang merupakan rating tinggi untuk stasiun tv kabel. 3 Drama ini juga memenangkan beberapa penghargaan bergengsi di Korea, seperti memenangkan kategori Best Actor dan Grand Prize (Daesang) dalam acara 9th Cable TV Broadcasting Awards. Drama Misaeng juga memenangkan Special Award untuk drama luar negeri di Tokyo Drama Awards yang digelar pada Oktober 2015. 4

Salah satu tema yang diangkat dalam drama Misaeng adalah tantangan dalam kehidupan kerja yang dihadapi para pekerja. Korea Selatan merupakan salah satu negara dengan kehidupan kerja yang keras. Hal tersebut dapat diketahui

3

www.allkpop.com/article/2014/12/misaeng-ends-with-6-times-more-ratings-on-its-final-episode-than-its-pilot-episode diakses 27 Februari 2015, pukul 16.30 WIB.

4

kpopfighting.com/2015/10/22/misaeng-wins-special-award-at-tokyo-drama-award-2015/ diakses pada tanggal 25 Februari 2016 pukul 13.00 WIB.

(5)

dari tingkat persaingan yang tinggi, diskriminasi pegawai di tempat kerja, serta kekerasan yang terjadi di tempat kerja. Indeks terbaru yang dikeluarkan oleh OECD (Economic Cooperation and Development) menunjukkan kerasnya kehidupan yang harus dihadapi masyarakat Korea. Laporan tersebut menunjukkan bahwa Korea tertinggal dalam hal kesejahteraan dengan adanya jam kerja yang panjang, kesenjangan pendapatan yang semakin besar, dan masalah diskriminasi. Korea menempati peringkat ke dua puluh delapan dari total tiga puluh delapan anggota OECD dalam Better Life Index. Indeks ini menilai sebelas bidang, termasuk pendapatan, pekerjaan, lingkungan, kesehatan, dan kepuasan hidup.5

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa alasan pemilihan drama Misaeng sebagai objek penelitian adalah karena drama Misaeng merupakan bentuk adaptasi dari webtoon Misaeng yang sukses dan menjadi fenomena budaya di Korea Selatan. Perubahan dalam proses adaptasi drama Misaeng tentu memunculkan banyak tanggapan dari penonton. Karya adaptasi sering dianggap sebagai sesuatu yang minor, subsidiary, dan tidak pernah sebaik yang asli. Berdasarkan fenomena tersebut, Hutcheon (2006:xiii) berpendapat bahwa sebuah karya adaptasi tentu berbeda dengan karya yang diadaptasi karena karya adaptasi telah melalui konteks eksperensial. Seorang adapter lebih dahulu melakukan interpretasi kemudian menciptakan sebuah karya baru, yaitu karya adaptasi. Hutcheon menentang anggapan bahwa karya adaptasi merupakan karya yang minor. Menurutnya, ada banyak variasi motif di balik aktivitas adaptasi, termasuk

5

m.koreatimes.co.kr/phone/news/view.jsp?req_newsidx=206443. Diakses pada tanggal 8 Juni 2016 pukul 16.00 WIB.

(6)

motif ekonomi, politis, dan ideologi. Hutcheon juga mengatakan bahwa proses adaptasi hampir selalu menimbulkan perubahan karena perubahan dalam karya adaptasi adalah suatu keniscayaan, dan bukan merupakan sebuah kesalahan. Namun, perubahan tersebut bukan tanpa alasan karena selalu ada tujuan tertentu dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam penciptaan karya adaptasi. Oleh karena itu, alasan dan motivasi dibalik penciptaan serta perubahan yang terjadi dalam proses adaptasi perlu dikaji.

Selain alasan tersebut, isu-isu sosial yang termuat dalam drama Misaeng tentang tantangan dalam kehidupan kerja menjadikan teori sosiologi sastra sebagai kajian yang tepat untuk meneliti hubungan antara drama ini dengan masyarakat. Cerita tentang para pegawai kantor yang menghadapi tantangan dalam kehidupan kerja yang terdapat dalam drama ini juga memberikan gambaran tentang keadaan pegawai kantor di Korea pada saat drama diproduksi, dan hal tersebut menarik untuk diteliti.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang disebutkan pada subbab di atas, dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut.

a. Bagaimanakah drama Misaeng sebagai bentuk adaptasi webtoon Misaeng? b. Bagaimanakah wujud tantangan dalam kehidupan kerja dalam drama

Misaeng?

c. Bagaimanakah wujud tantangan kehidupan kerja di Korea Selatan yang tercermin dalam drama Misaeng?

(7)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan pada subbab di atas, dapat diketahui tujuan penelitian sebagai berikut.

a. Mendeskripsikan drama Misaeng sebagai bentuk adaptasi webtoon Misaeng. b. Mendeskripsikan wujud tantangan dalam kehidupan kerja dalam drama

Misaeng

c. Mendeskripsikan wujud tantangan kehidupan kerja di Korea Selatan yang tercermin dalam drama Misaeng

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Manfaat teoretis dalam penelitian ini adalah menambah pengetahuan tentang drama Misaeng sebagai bentuk adaptasi webtoon Misaeng dan wujud tantangan dalam kehidupan kerja yang terdapat dalam drama Misaeng, serta tantangan dalam kehidupan kerja di Korea Selatan. Dengan menggunakan teori adaptasi Hutcheon, dalam penelitian ini dapat diungkapkan perubahan yang muncul serta motivasi dan konteks yang memengaruhi proses adaptasi drama Misaeng. Selain itu, pembaca diharapkan mampu memperkaya pengetahuan mengenai aplikasi teori adaptasi Hutcheon dan teori sosiologi sastra Swingewood melalui penelitian ini.

Manfaat praktis penelitian ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat mengenai transformasi karya sastra menjadi berbagai bentuk, termasuk transformasi dari webtoon ke drama. Penelitian ini juga diharapkan

(8)

dapat mengubah pandangan masyarakat tentang karya asli yang sempurna dan karya adaptasi yang inferior. Selain itu, melalui penelitian ini, diharapkan masyarakat dapat mengetahui tentang tantangan dalam kehidupan kerja di Korea Selatan. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu masyarakat menghargai dan mengapresiasi karya sastra Korea pada umumnya dan memberikan referensi penelitian sastra Korea dengan analisis sosiologi sastra kepada mahasiswa Program Studi Bahasa Korea pada khususnya.

1.5 Tinjauan Pustaka

Penelitian ini dilakukan setelah meninjau penelitian Sinaga (2012) yang berjudul “Realita Masyarakat Korea pada Masa Jepang dalam Antologi Puisi buat Rakyat Indonesia : Pendekatan Sosiologi Sastra”. Penelitian tersebut membahas antologi puisi dengan teori strukturalisme dan sosiologi sastra. Hal yang diungkap dalam penelitian tersebut adalah unsur-unsur kepuitisan dalam antologi puisi dan kehidupan masyarakat Korea yang sebenarnya dalam penjajahan Jepang.

Tinjauan lain yang menggunakan teori sosiologi sastra adalah penelitian Trinipastika (2013) dengan judul “Representasi Modernisasi di Korea : Kajian Sosiologi sastra dalam Film The Way Home”. Dalam penelitian tersebut, diungkapkan mengenai modernisasi atau perubahan bentuk fisik berupa benda-benda dan bentuk non-fisik berupa bahasa, interaksi sosial dan pola pikir masyarakat modern.

(9)

Penelitian ini juga menggunakan penelitian Septin (2014) berjudul “Representasi dan Dampak Hallyu Pada Kehidupan Masyarakat Korea Dalam Drama Reply 1997 (응답하라 1997): Kajian Sosiologi Sastra” sebagai referensi. Penelitian tersebut meneliti mengenai representatif Hallyu dalam drama Reply 1997. Penelitian tetrsebut menggunakan teori sosiologi sastra yang dikemukakan oleh Swingewood dengan pendekatan yang menitikberatkan pada penelitian yang menangkap sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dalam sebuah keadaan sosial budaya tertentu sedangkan penelitian yang penulis lakukan menggunakan pendekatan yang menangkap karya sastra sebagai cerminan sosial yang merefleksikan situasi pada masa sastra tersebut diciptakan.

Tinjauan lain yang digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini adalah penelitian Hakim (2008) berjudul “Kritik Sosial Dalam Cerpen-Cerpen A. Mustofa Bisri: Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra”. Penelitian di atas menganalisis kritik sosial yang terdapat dalam sembilan cerpen A. Mustofa Bisri yang terdapat dalam kumpulan cerpen berjudul Lukisan Kaligrafi menggunakan pendekatan Sosiologi Sastra. Bentuk kritik sosial yang diungkapkan dalam penelitian ini yaitu kritik terhadap pesantren, aliran sesat, mubaligh, polisi dan pelaku teror, dan kritik terhadap perilaku masyarakat Islam Indonesia.

Selain penelitian-penelitian tersebut, penelitian ini juga menggunakan penelitian Alamsyah (2011) yang berjudul ”Representasi Tokoh Perempuan Mandiri dalam Alih Wahana dari Buku Memoar ke Film Eat Pray Love”. Penelitian tersebut membahas representasi tokoh perempuan dalam alih wahana

(10)

buku memoar Eat Pray Love. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif analisis dan menggunakan teori feminisme tentang gender dan patriarki. Hasil yang didapat dalam penelitian tersebut adalah representasi wanita modern yang mandiri, pandai, dan memiliki posisi yang setara dengan pria.

Berdasarkan uraian di atas, sampai saat ini belum ada penelitian yang menggunakan sosiologi sastra dengan objek material drama Misaeng. Berbeda dengan penelitian yang lain, penelitian ini membahas tantangan dalam kehidupan kerja di Korea Selatan. Drama Misaeng menceritakan tentang kehidupan Jang Geu Rae yang gagal menjadi pemain baduk profesional dan akhirnya bekerja di perusahaan One International. Dalam drama ini ditampilkan perjuangan Geu Rae dan rekan-rekannya sebagai pegawai baru untuk bertahan menghadapi tantangan dalam kehidupan kerja. Tantangan dalam kehidupan kerja di Korea Selatan yang tercermin dalam drama Misaeng dan hubungannya dengan sosial masyarakat Korea Selatan dianggap perlu dianalisis dengan menerapkan teori sosiologi sastra.

1.6 Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori adaptasi Hutcheon dan teori Sosiologi Sastra Swingewood. Drama Misaeng merupakan adaptasi dari webtoon Misaeng. Oleh karena itu, untuk membuktikan bahwa karya adaptasi tidak lebih jelek dari karya aslinya dan untuk mengetahui perubahan yang muncul serta motivasi dan konteks yang memengaruhi proses adaptasi drama Misaeng, akan digunakan teori adaptasi Hutcheon. Menurut Hutcheon (2006:xi), adaptasi tidak hanya dibatasi oleh dua media seperti film dan novel.

(11)

Adaptasi sangat mungkin terjadi pada banyak media, seperti novel, film, opera, drama, lukisan, lagu, dan sebagainya. Segala bentuk media tersebut dapat diadaptasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Adaptasi menurut Hutcheon (2006:xi) dapat diterapkan pada berbagai media seperti novel, drama, opera, lukisan, lagu, dan lainnya. Melalui sudut pandang postmodernisme, Hutcheon memandang bahwa terdapat enam konsep yang berpengaruh dalam adaptasi, yaitu what (berkaitan dengan bentuk atau media yang digunakan), who (berkaitan dengan siapa yang melakukan adaptasi atau biasa disebut adapter), why (berkaitan dengan alasan atau faktor yang menjadi alasan dilakukannya adaptasi), how (berkaitan dengan tanggapan audiensnya), where dan when (berkaitan dengan konteks dalam adaptasi).

Dalam proses penerimaannya, sebuah karya adaptasi selalu dianggap sebagai karya minor, subsidiary, dan tidak pernah sebagus yang asli. Pada praktiknya, teks sumber atau teks yang asli diberikan hak istimewa dan dijadikan prioritas. Konsep kesetiaan terhadap teks sumber ini lah yang sering dijadikan pedoman dalam kritik karya adaptasi. Hutcheon mengkritik anggapan tersebut dan beranggapan bahwa banyak variasi motif di balik aktivitas adaptasi. Hutcheon (2006:169) mengatakan bahwa keberagaman versi itu bersifat lateral (menyamping) bukan vertikal. Karya adaptasi merupakan bentukan dan bagian dari teks asli tetapi hal tersebut tidak berarti bahwa teks sumber atau teks asli lebih sempurna dan lebih tinggi dari karya adaptasi. Menurut Hutcheon, teks sumber memiliki kedudukan yang sama dengan karya adaptasi.

(12)

Selanjutnya Hutcheon (2006:7) mengemukakan bahwa adaptasi dapat dilihat dari tiga perspektif. Pertama, adaptasi dilihat sebagai entitas atau produk. Dalam hal ini pasti terdapat transcoding atau perubahan media atau genre, misalnya dari webtoon ke serial drama televisi atau novel ke film, dan sebagainya. Kedua, adaptasi dapat dilihat sebagai proses penciptaan. Dalam hal ini adaptasi selalu berkaitan dengan reinterpretation dan recreation. Ketiga, adaptasi dilihat sebagai proses resepsi. Dalam hal ini, adaptasi merupakan bentuk dari intertekstualitas dan tidak berangkat dari kekosongan. Jadi, adaptasi berkaitan dengan bentuk, adapter sebagai orang yang menginterpretasi dan menciptakan karya adaptasi, serta audiens sebagai orang yang melakukan resepsi. Namun seperti yang telah disebutkan sebelumnya, adaptasi tidak lahir dari kekosongan. Oleh karena itu, adaptasi selalu berkaitan dengan konteks. Sebuah karya adaptasi selalu mempunyai konteks tertentu sesuai waktu, situasi, latar belakang ketika aktivitas adaptasi dilakukan. Oleh karena itu, konteks dalam karya adaptasi juga dapat berubah. Selain itu, Hutcheon juga merumuskan beberapa motivasi adaptasi yang di dalamnya terdapat motivasi ekonomi, motivasi personal, motivasi politis, dan sebagainya. Menurut Hutcheon, mencari perubahan dalam narasi tertentu melalui perubahan media dapat digunakan sebagai satu cara untuk mengeksplorasi segala bentuk motivasi dan maksudnya, serta sebuah proses adaptasi.

Tantangan dalam kehidupan kerja dalam drama Misaeng merupakan fakta sosial yang terjadi di Korea Selatan. Oleh karena itu, penelitian ini juga menggunakan teori sosiologi sastra. Dalam bukunya yang berjudul The Sociology of Literature, Swingewood (1972) mendefinisikan sosiologi sastra sebagai studi

(13)

yang ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga-lembaga dan proses-proses sosial (Faruk, 2003:1). Swingewood mengatakan lewat penelitian yang ketat mengenai lembaga-lembaga sosial, agama, ekonomi, politik, dan keluarga, yang secara bersama sama membentuk apa yang disebut sebagai struktur sosial, sosiologi, dikatakan memperoleh gambaran mengenai cara-cara manusia menyesuaikan dirinya dengan dan ditentukan oleh masyarakat masyarakat tertentu, gambaran mengenai mekanisme sosialisasi, proses belajar secara kultural, yang dengannya individu-individu dialokasikan pada peranan-peranan tertentu dalam struktur sosial (Faruk 2003:1).

Menurut Swingewood (1972:11) sosiologi merupakan studi yang ilmiah dan objektif, mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga-lembaga sosial dan proses sosial. Swingewood juga memaparkan bahwa sastra dan sosiologi memiliki objek yang sama, yaitu manusia dan lingkungannya. Sama halnya dengan sosiologi, sastra juga peduli akan dunia sosial manusia, mengadaptasinya, dan ada keinginan untuk mengubahnya.

Dalam bukunya, Swingewood menjabarkan tiga pendekatan yang berkaitan dengan penelitian sosiologi sastra. Ketiga hal tersebut antara lain adalah sebagai berikut.

a. Pendekatan yang menangkap karya sastra sebagai cerminan sosial, yang merefleksikan situasi pada masa sastra tersebut diciptakan (Swingewood dan Laurenson,1972:13).

Swingewood mengungkapakan bahwa pendekatan ini mengadopsi dan mendokumentasikan aspek-aspek dalam sebuah sastra, kemudian melakukan

(14)

argumentasi untuk membuktikan bahwa sastra tersebut adalah sebuah cerminan masanya. Pendekatan ini kurang memperhitungkan pengarang sebagai pencipta sastra. Dengan teori ini, pengarang hanya memiliki tugas untuk mengartikulasikan nilai-nilai dan fakta-fakta murni dari suatu masa, dan menjadikannya sebuah karya sastra (Swingewood dan Laurenson,1972:16)

b. Pendekatan yang menyoroti situasi penulisnya (Swingewood dan Laurenson,1972:17)

Di pendapatnya yang kedua ini, Swingewood mengungkapkan bahwa kedudukan penulis dianggap sangat penting, dan terdapat hubungan antara latar belakang penulis dengan perkembangan sastra. Dengan pendekatan ini, literatur sastra menjauh dari tekanan pada proses pembuatan sastra itu sendiri (Swingewood dan Laurenson,1972:18).

c. Pendekatan yang menangkap sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dalam sebuah keadaan sosial tertentu (Swingewood dan Laurenson,1972:21).

Swingewood mengungkapkan bahwa sebuah sastra realistis yang lahir dari seorang penulis yang hebat tidak lepas dari kemampuan penulis tersebut untuk mendalami pikiran manusia dan memahami kondisi sosial yang ada. Dengan pendekatan ini peneliti dapat mencoba untuk membuktikan sosologi dan literatur saling membutuhkan, tanpa melupakan hubungan antara penulis sebagai saksi sejarah dengan sastra (Swingewood dan Laurenson,1972:22).

Ketiga pendekatan ini dapat berdiri sendiri atau diungkapkan sekaligus dalam sebuah penelitian. Teori ini menitikberatkan pada penelitian yang menangkap sastra sebagai cerminan sosial, yang merefleksi situasi pada masa

(15)

sastra tersebut diciptakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan pertama karena objek formal penelitian ini adalah tantangan dalam kehidupan kerja di Korea Selatan dalam drama Misaeng. Drama Misaeng menampilkan tantangan dalam kehidupan kerja yang harus dihadapi pekerja di Korea. Konsep cermin disini menurut Swingewood (Swingewood dan Laurenson, 1972: 16) bukan untuk menemukan cermin sejarah dan sosial dalam karya sastra, melainkan mengartikulasikan sifat nilai yang ditanamkan dalam karya sastra. Lowenthal (dalam Swingewood dan Laurenson,1972:16) memaparkan bahwa dengan melihat konteks sosialnya, penelitian karya sastra akan mampu mengungkapkan problem inti yang telah dipikirkan pengarang dan memperbolehkan peneliti sastra untuk mengembangkan citra dari masyarakat dari segi individu yang menulisnya. Berdasarkan hal tersebut dapat dijelaskan bahwa karya sastra tidak bisa dipahami tanpa melihat realita di masyarakat. Jadi, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teori sosiologi sastra Swingewood karena teori tersebut banyak membahas masyarakat dan kehidupannya. Hal ini sangat relevan dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi wujud tantangan dalam kehidupan kerja di Korea Selatan dalam drama Misaeng.

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif-deskriptif. Metode tersebut merupakan metode penelitian yang bersifat menjelaskan dan menggambarkan. Selanjutnya, metode penelitian dijelaskan dalam 3 bagian yaitu, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan langkah-langkah penelitian.

(16)

1.7.1 Pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode studi pustaka . Metode studi pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang berkaitan dengan objek analisis penelitian, yaitu wujud tantangan dalam kehidupan kerja. proses pengumpulan data dilakukan dengan membaca buku, jurnal, majalah, kamus, ensiklopedia, dan artikel baik dari media cetak maupun media elektronik yang membahas tantangan dalam kehidupan kerja di Korea Selatan khususnya yang berhubungan dengan drama Misaeng yang menjadi objek penelitian.

Sumber data primer penelitian ini adalah serial drama Korea Misaeng (2014) yang disutradarai oleh Kim Won Seok untuk mengetahui wujud-wujud tantangan dalam kehidupan kerja di Korea dan hubungannya dengan drama Misaeng. Sumber data sekunder penelitian ini adalah buku seri webtoon Misaeng karangan Yoon Tae Ho yang diterbitkan oleh Wisdom House pada tahun 2013.

1.7.2 Analisis data

Teori adaptasi Hutcheon digunakan untuk membandingkan drama dan webtoon Misaeng. Teori adaptasi Hutcheon digunakan untuk mengetahui perubahan yang muncul serta motivasi dan konteks yang memengaruhi proses adaptasi drama Misaeng sebagai bentuk adaptasi webtoon Misaeng. Selain itu, teori sosiologi sastra digunakan dalam proses analisis data. Sosiologi sastra merupakan kajian yang meneliti sastra tidak hanya dari teks asli saja tetapi juga

(17)

menghubungkannya dengan konteks sosial budaya di luar karya sastra. Drama Misaeng dianalisis dengan teori sosiologi sastra untuk mengungkapkan konteks sosial-budaya yang berkaitan dengan karya sastra, yaitu wujud tantangan dalam kehidupan kerja di Korea Selatan dan hubungannya dengan drama Misaeng.

Tahap analisis data dimulai dengan membaca webtoon Misaeng dan menonton drama Misaeng untuk menemukan perbedaan di antara keduanya sehingga dapat diketahui perubahan yang muncul serta motivasi dan konteks yang memengaruhi proses adaptasi drama Misaeng. Setelah itu akan dicari wujud tantangan dalam kehidupan kerja yang terdapat dalam drama tersebut. Temuan tersebut kemudian akan dihubungkan dengan kondisi sosial budaya yang terjadi di Korea Selatan.

1.7.3 Langkah-langkah kerja penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap. Berikut ini adalah bagan mengenai langkah kerja penelitian yang dilakukan.

(18)

1.8 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian hasil penelitian ini terbagi menjadi empat bagian. Bagian pertama adalah Bab I yang berisi pendahuluan. Pendahuluan menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori,

adalah analisis drama bab ini akan dibahas p

memengaruhi proses adaptasi drama

Melakukan studi pustaka untuk menentukan objek material, penulis menentukan objek material yaitu drama

Membaca

Menganalisis drama

Menganalisis wujud kerasnya kehidupan kerja dalam drama

Menganalisis wujud kerasnya kehidupan kerja dalam drama hubungannya dengan kehidupan masyarakat Korea.

Menarik kesimpulan dari hasil analisis data yang telah dilakukan sebelumnya.

Menyusun dan menyajikan hasil analisis data

Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian hasil penelitian ini terbagi menjadi empat bagian. Bagian pertama adalah Bab I yang berisi pendahuluan. Pendahuluan menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II adalah analisis drama Misaeng sebagai bentuk adaptasi webtoon Misaeng

bab ini akan dibahas perubahan yang muncul serta motivasi dan konteks yang memengaruhi proses adaptasi drama Misaeng sebagai bentuk adaptasi

Melakukan studi pustaka untuk menentukan objek material, penulis menentukan objek material yaitu drama Misaeng.

Membaca webtoon Misaeng dan menyimak drama Misaeng.

Menganalisis drama Misaeng sebagai bentuk adaptasi webtoon Misaeng.

Menganalisis wujud kerasnya kehidupan kerja dalam drama Misaeng

Menganalisis wujud kerasnya kehidupan kerja dalam drama hubungannya dengan kehidupan masyarakat Korea.

Menarik kesimpulan dari hasil analisis data yang telah dilakukan sebelumnya.

Menyusun dan menyajikan hasil analisis data

Sistematika penyajian hasil penelitian ini terbagi menjadi empat bagian. Bagian pertama adalah Bab I yang berisi pendahuluan. Pendahuluan menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II webtoon Misaeng. Dalam erubahan yang muncul serta motivasi dan konteks yang entuk adaptasi webtoon Melakukan studi pustaka untuk menentukan objek material, penulis

Misaeng.

Misaeng.

webtoon Misaeng.

Misaeng.

Menganalisis wujud kerasnya kehidupan kerja dalam drama Misaeng dan hubungannya dengan kehidupan masyarakat Korea.

(19)

Misaeng. Bab III adalah analisis wujud tantangan dalam kehidupan kerja dalam drama Misaeng. Dalam bab ini akan dibahas mengenai wujud tantangan dalam kehidupan kerja dalam drama Misaeng berupa tingkat persaingan kerja yang tinggi, tindak kekerasan di tempat kerja, dan diskriminasi pegawai di tempat kerja. Dalam bab ini juga dibahas kritik sosial yang terdapat drama Misaeng. Bab IV, yang merupakan analisis masalah berdasarkan teori sosiologi sastra mengenai wujud tantangan dalam kehidupan kerja di Korea Selatan. Bab ini berisi pembahasan tentang tingkat persaingan kerja yang tinggi, diskriminasi pegawai di tempat kerja, dan tindak kekerasan di tempat kerja yang terjadi di Korea Selatan. Selain itu, bab ini juga menjelaskan hubungan tantangan dalam kehidupan kerja di Korea Selatan dengan drama Misaeng, serta gagasan-gagasan sosial yang disampaikan Kim Won Seok dalam drama Misaeng. Bagian terakhir adalah Bab V yang berisi kesimpulan dari hasil analisis dalam bab sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian sistem ini bertujuan untuk mengimplementasikan metode Support vector machines serta menganalisa performansi yang telah dihasilkan oleh sistem berupa hasil

Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, dengan demikian Pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan

Shukla ve ark (1999) ile benzer şekilde, topikal uygulanan fizyolojik tuzlu suyun iyileşen deri yarası dokusunda hidroksiprolin düzeyini etkileyebileceği yönünde

Instrumen yang dipakai oleh peneliti adalah instrumen yang diadaptasi dari penelitian sebelumnya karena hal ini berkaitan dengan validitas dan reliabilitas suatu alat ukur

Tabel 4.14 Jumlah Tenaga Kerja Pengusaha Industri Kecil

Agar validitas metode ini terjamin, maka akan diberikan suatu contoh kasus dari persamaan integral fuzzy Volterra dan membandingkan penyelesaian eksak dan

Ketentuan mengenai pengaturan lokasi tempat usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8 dan Pasal 9 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.3.

Jadi, etnomusikolog dan etnomusikologi tidak hanya berada di dalam konteks akademik untuk mengembangkan teori yang berlaku di kampus saja tetapi juga kerangka kebijakan yang