• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditujukan untuk menyediakan informasi keuangan kepada pihak intern. prestasi manajer, karyawan dan unit-unit organisasinya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditujukan untuk menyediakan informasi keuangan kepada pihak intern. prestasi manajer, karyawan dan unit-unit organisasinya."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Akuntansi Keuangan

Akuntansi sebagai suatu sistem informasi dapat digolongkan ke dalam akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi manajemen terutama ditujukan untuk menyediakan informasi keuangan kepada pihak intern (manajemen) untuk perencanaan dan pengendalian kegiatan rutin, pengambilan keputusan tidak rutin dan perumusan strategi jangka panjang serta untuk penilaian prestasi manajer, karyawan dan unit-unit organisasinya.

Sedangkan akuntansi keuangan terutama ditujukan untuk menyediakan informasi keuangan kepada pihak ekstern yaitu pemilik, kreditur, instansi pemerintah, dan lain-lain pihak yang dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan investasi, penetapan pajak penghasilan, dan keputusan ekonomi lainnya. Untuk pelaporan kepada pihak ekstern ini, manajemen diharuskan untuk menyajikan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

Akuntansi keuangan berkaitan dengan cara dunia usaha mengkomunikasikan informasi akuntansi kepada publik yang terdiri dari berbagai pihak yang melakukan keputusan investasi, meminjam uang atau yang melakukan bisnis dengan perusahaan. Pihak-pihak tersebut mengandalkan laporan keuangan perusahaan dan informasi lainnya untuk melakukan investasi serta keputusan keuangan lainnya.

(2)

Oleh karena itu, agar laporan keuangan dapat menyediakan informasi yang berguna bagi pemakai eksternal maka laporan keuangan harus disajikan sesuai dengan konsep, standar dan metode yang dinyatakan sebagai pedoman utama dalam praktek akuntansi.

Menurut Soemarso (2004 : 15) “Akuntansi keuangan (financial accounting): bidang akuntansi yang berhubungan dengan penyusunan laporan keuangan secara berkala untuk suatu unit ekonomi secara keseluruhan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.”

Sedangkan Harahap (2001 : 201) menyatakan bahwa :

Laporan Keuangan adalah merupakan output atau hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Disamping sebagai informasi, laporan keuangan juga sebagai pertanggungjawaban atau accountability. Dan juga menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Pada bagian lain Soemarso (2004 : 90) berpendapat bahwa dalam menyusun laporan keuangan harus melalui suatu proses yang disebut sebagai siklus akuntansi yang urutan-urutannya adalah sebagai berikut:

Tahap pencatatan:

1. Pembuatan atau penerimaan bukti transaksi 2. Pencatatan dalam jurnal (buku harian) 3. Pemindah-bukuan (posting) ke buku besar Tahap pengikhtisaran:

1. Pembuatan neraca saldo (trial balance)

2. Pembuatan neraca lajur dan jurnal penyesuaian (adjustment) 3. Penyusunan laporan keuangan

4. Pembuatan jurnal penutup (closing entries)

5. Pembuatan neraca saldo penutup (post closing trial balance) 6. Pembuatan jurnal balik (reversing entries)

(3)

Skousen, et.al (2001 : 30) berpendapat bahwa “Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.”

Laporan keuangan dibuat oleh manjemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Di samping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan yaitu untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan ekonomi.

Ikatan Akuntan Indonesia (2002, PSAK No. 1, par.5) menyatakan bahwa, “Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.”

Selanjutnya Ikatan Akuntan Indonesia (2002, PSAK No.1, par.7) berpendapat bahwa “Laporan keuangan terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Modal, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.”

B. Pengertian Laba Rugi

Salah satu tujuan pokok dari setiap perusahaan adalah untuk memperoleh laba. Laba yang diperoleh perusahaan merupakan tolak ukur yang dipakai oleh manajer, pemodal, dan kreditor untuk mengevaluasi prospek perusahaan di masa

(4)

diperoleh lebih besar dari pengeluarannya. Sedangkan rugi diartikan sebagai pendapatan yang diperoleh lebih kecil dari pengeluarannya. Dengan demikian selisih antara pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya (pengeluaran) merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita suatu perusahaan.

Menurut Harahap (2001 : 228) laba adalah sebagai “Jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain, dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi.”

Sedangkan APB Statement mengartikan laba (rugi) sebagai “Kelebihan (defisit) penghasilan di atas biaya selama satu periode akuntansi.”(Harahap, 2001 : 228)

Laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan harus disajikan dalam sebuah laporan laba rugi.Laporan laba rugi untuk periode tertentu harus menggambarkan semua penghasilan yang diakui dan seluruh biaya yang dikeluarkan dan dibebankan tanpa melihat apakah berasal dari kegiatan operasi atau tidak.

Simamora (2002 : 25-26) menyatakan bahwa:

Keuntungan (Gain) merupakan kenaikan aktiva bersih perusahaan yang berasal dari transaksi-transaksi sampingan atau insidentil dan semua kejadian lainnya selama periode tertentu, kecuali kejadian-kejadian yang bermuara dari pendapatan atau investasi oleh pemilik.

Kerugian (Loss) merupakan penurunan aktiva bersih perusahaan yang berasal dari transaksi-transaksi sampingan atau insidentil dan semua kejadian lainnya selama periode tertentu, kecuali kejadian-kejadian yang bermuara dari beban atau pembagian kepada pemilik.

Selanjutnya Simamora (2002 : 25) mengatakan bahwa “Laba bersih atau rugi bersih (net income atau net loss) adalah perbedaan antara pendapatan dengan beban.”

(5)

Laporan laba rugi yang kadangkala disebut laporan pendapatan atau laporan operasi merupakan laporan keuangan resmi yang merangkum kegiatan-kegiatan operasi (pendapatan dan beban) selam periode waktu tertentu, biasanya satu bulan atau satu tahun. Laporan laba rugi menunjukkan perubahan-perubahan dalam ekuitas pemilik yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan perusahaan. Laporan laba rugi tidak mencakup setoran dan prive dari pemilik perusahann.

Laporan laba rugi dibagi ke dalam dua komponen: pendapatan, yang merupakan ukuran aset yang dihasilkan dari produk dan jasa yang dijual, dan beban, suatu ukuran arus keluar aset (biaya) yang berkaitan dengan penjualan produk dan jasa. Laba atau rugi bersih dalam laporan laba rugi ditentukan dengan menerapkan proses pengaitan (matching process) yang melibatkan dua langkah.

Pertama, pendapatan dicatat selama periode berjalan. Kedua, beban yang

dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan tadi lalu dikaitkan/ditandingkan dengan pendapatan guna menentukan laba atau rugi bersih.

Menurut Soemarso (2004 : 55) “Laporan laba rugi (income statement): ikhtisar pendapatan dan beban suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu. Laporan laba rugi menunjukkan hasil usaha suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu.” Sedangkan Warren, et.al (2005 : 24) mendefinisikan “Laporan laba rugi sebagai suatu ikhtisar pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun.”

Selanjutnya Dyckman, et.al (2000 : 113) menyatakan bahwa “Laporan laba rugi melaporkan pendapatan, keuntungan, beban, serta kerugian yang diakui pada periode waktu tertentu.”

(6)

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa laporan laba rugi memuat seluruh pendapatan dan beban dari suatu usaha selama suatu periode tertentu. Tujuan dari penyusunan laporan laba rugi adalah untuk mengetahui laba (rugi) yang diperoleh suatu perusahaan. Dengan mengetahui laba (rugi) suatu perusahaan maka dapat diketahui perkembangan perusahaan pada suatu periode tertentu.

Menurut Simamora (2002 : 23) “Tujuan laporan laba rugi mencakup pemaparan informasi yang berfaedah yang berkaitan dengan imbalan investasi, resiko, fleksibilitas keuangan, dan kapabilitas operasi.”

Laporan laba rugi memberikan informasi kepada para investor dan kreditor yang membantu mereka meramalkan jumlah, waktu dan ketidakpastian dari arus kas masa depan. Selain itu, laporan laba rugi juga dibutuhkan oleh para pelanggan dan pekerja. Pelanggan memerlukan laporan laba rugi untuk menentukan kemampuan suatu perusahaan untuk memberikan barang dan jasa yang diperlukan. Sedangkan pekerja memerlukan laporan laba rugi untuk menelaah laba secara akurat sebagai dasar untuk pembahasan mengenai gaji.

C. Bentuk-Bentuk Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi memuat laba ataupun rugi yang diderita perusahaan dalam suatu periode akuntansi yang didapatkan dari penandingan antara pendapatan dan biaya. Laporan laba rugi harus dibuat dengan benar dan sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) sehingga dapat memenuhi kebutuhan para pemakainya.

(7)

Menurut Baridwan (1998 : 30) konsep laporan laba rugi yang digunakan ada dua yaitu:

1. Current operating concept of income (konsep laba operasi berjalan) 2. All inclusive concept of income (konsep laba menyeluruh)

Menurut current operating of income (konsep laba operasi berjalan), laba hanya akan mencerminkan perubahan-perubahan nilai dan peristiwa-peristiwa yang dapat dikendalikan oleh manajemen. Perubahan-perubahan dianggap relevan hanyalah perubahan yang berasal dari kegiatan perusahaan yang normal, sedangkan hasil atau beban oleh keadaan atau kejadian luar biasa dimasukkan ke dalam laporan laba ditahan. Laba menurut metode ini dapat memberikan ukuran yang baik mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan juga berfungsi sebagai alat untuk mengevaluasi laba periode yang lalu dan memperkirakan laba periode yang akan datang. Ada beberapa keuntungan penggunaan current operating of income (konsep laba operasi berjalan) yakni: a. Menyajikan laba yang lebih bermanfaat untuk perbandingan antara periode

dan antar perusahaan.

b. Walaupun harus ada pengungkapan penuh dan tersendiri atas pos-pos non operasional, tetapi analisis keuangan dan pemakai data akuntansi lainnya sering menekankan satu angka untuk laba bersih selama satu periode tertentu sehingga laba bersih operasi yang sedang berjalan akan lebih berguna sebagai pengukur performansi operasi yang sedang berjalan.

Menurut All inclusive concept of income (konsep laba menyeluruh)

(8)

deviden dan penyesuaian untuk perkiraan pemilik, dimasukkan dalam perhitungan laba. Menurut konsep ini suatu laporan laba rugi haruslah dapat menggambarkan aktivitas perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dengan demikian maka laporan laba rugi selain berisikan kejadian normal perusahaan, juga kejadian-kejadian luar biasa yang disajikan pada kategori tersendiri dalam laporan laba rugi, sehingga laporan laba rugi akan menunjukkan laba usaha operasi dan laba sesudah operasi normal perusahaan.

Alasan-alasan penggunaan konsep ini adalah:

a. Laba bersih tahunan yang dilaporkan dan dijumlahkan selama umur perusahaan haruslah sama dengan total laba bersih perusahaan itu

b. Pengabaian beban tertentu dan kreditnya dari perhitungan laba bersih memberi kesempatan untuk memanipulasi atau meratakan angka tahunan.

c. Perhitungan laba rugi yang meliputi semua beban dan kredit yang diakui selama tahun itu dapat dikatakan lebih mudah dipersiapkan dan dipahami oleh para pemakai laporan laba rugi.

d. Dengan pengungkapan penuh sifat perubahan laba selama tahun itu, pembaca laporan dianggap lebih mampu membuat klasifikasi yang tepat untuk sampai pada pengukuran laba secara tepat.

e. Perbedaan antara beban dan pendapatan operasi dan non operasi tidak dapat ditetapkan secara jelas.

Laporan laba rugi dapat disusun dalam dua bentuk sebagai berikut : 1. Single step income statement

(9)

Ad.1. Single Step Income Statement

Dalam bentuk ini tidak dilakukan pengelompokkan pendapatan dan biaya ke dalam kelompok-kelompok usaha dan di luar usaha, tetapi hanya dipisahkan antara:

− Pendapatan-pendapatan dan laba-laba

− Biaya-biaya dan kerugian-kerugian

Berikut ini diberikan contoh untuk laporan laba rugi single step, yaitu :

PT. MAKMUR Laporan Laba Rugi

Periode yang berakhir tanggal 31 Desember 200X

Penjualan Bersih Rp. xxx Penghasilan Lain-lain Rp. xxx Total Penghasilan + Rp. xxx Dikurangi :

Harga Pokok Penjualan Rp. xxx

Beban Penjualan Rp. xxx

Beban Administrasi dan Umum Rp. xxx

Beban Lain-lain Rp. xxx

Pajak Penghasilan Rp. xxx +

Rp. xxx -

Laba Bersih Rp. xxx

Ad.2. Multiple Step Income Statement

Bentuk multiple step adalah bentuk laporan laba rugi di mana dilakukan beberapa pengelompokkan terhadap pendapatan dan biaya yang disusun dalam urutan tertentu sehingga bisa dihitung penghasilan sebagai berikut:

− Laba bruto, yaitu hasil penjualan dikurangi harga pokok penjualan.

(10)

− Penghasilan bersih sebelum pajak, yaitu penghasilan usaha bersih ditambah dan dikurangi dengan pendapatan dan biaya di luar usaha.

− Penghasilan bersih sesudah pajak, yaitu penghasilan bersih sebelum pajak dikurangi pajak penghasilan.

Agar lebih jelas, berikut ini diuraikan contoh perhitungan laba rugi bentuk multiple step sebagai berikut :

PT MAKMUR Laporan Laba Rugi

Periode yang berakhir tanggal 31 Desember 200X

Penjualan Rp. xxx

Retur Penjualan Rp. xxx

Potongan Penjualan Rp. xxx + Rp. xxx -

Penjualan Bersih Rp. xxx

Harga Pokok Penjualan :

Persediaan awal barang dagangan (1 Januari 200X) Rp. xxx

Pembelian Rp. xxx Ongkos angkut Rp. xxx + Rp. xxx Retur Pembelian Rp. xxx Potongan Pembelian Rp. xxx + Rp. xxx - Rp. xxx +

Tersedia untuk dijual Rp. xxx

Persediaan akhir barang dagangan (31 Des 200X) Rp. xxx -

Harga Pokok Penjualan Rp. xxx -

Laba Kotor Rp. xxx

Beban Usaha :

Beban Penjualan Rp. xxx

Beban Administrasi dan Umum Rp. xxx + Rp. xxx -

Laba Bersih Rp. xxx

Penghasilan dan Beban lain-lain Penghasilan Lain-lain Rp. xxx

Beban Lain-lain Rp. xxx -

Jumlah Penghasilan atau Beban lain-lain Rp. xxx +/-

Laba Bersih sebelum pajak Rp. xxx

Pajak Penghasilan Rp. xxx

Laba Bersih setelah pajak

-

(11)

Dari kedua bentuk laporan laba rugi di atas yang paling banyak digunakan oleh perusahaan adalah laporan laba rugi multiple step, karena laporan laba rugi dengan bentuk multiple step dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai penghasilan usaha bersih perusahaan sebelum ditambah atau dikurangi dengan penghasilan dan biaya di luar operasi perusahaan serta penghasilan bersih sebelum dan sesudah pajak penghasilan.

Ikatan Akuntan Indonesia lebih cenderung menyarankan penggunaan bentuk bertahap (mulitple step), karena dalam laporan bentuk bertahap memisahkan transaksi operasi normal perusahaan dan transaksi sampingan perusahaan dan mencocokkan biaya dan beban dengan pendapatan yang berkaitan dengannya.

Berikut ini akan dibahas mengenai beberapa komponen laba rugi seperti pendapatan lain-lain, pajak penghasilan, dan lain-lain.

Pendapatan dan Beban Lain-Lain

Yang termasuk dalam pos ini adalah pendapatan-pendapatan dan beban-beban yang tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan operasi perusahaan, tetapi sering terjadi dan merupakan tanggungjawab manajer keuangan. Pendapatan lain-lain terdiri dari pendapatan bunga, dividen, sewa, royalty dan fee. Biaya lain-lain terdiri dari bunga dan biaya-biaya yang terjadi karena usaha untuk memperoleh pendapatan lain-lain.

Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan merupakan pajak yang dikenakan terhadap laba yang diperoleh perusahaan. Perhitungan pajak ini dapat didasarkan pada laba akuntansi atau laba menurut pajak sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

(12)

Biaya Operasi

Beban operasi merupakan beban-beban berkala dan lazim yang dikeluarkan perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan.

Pos Luar Biasa

Pos luar biasa merupakan penghasilan atau beban yang timbul dari kejadian atau transaksi yang secara jelas berbeda dari aktivitas normal perusahaan dan karenanya tidak diharapkan untuk sering terjadi atau terjadi secara teratur.

D. Pengertian Pendapatan dan Beban

Pendapatan dapat diartikan bermacam-macam tergantung dari sudut pandangan terhadap pendapatan tersebut. Adanya perbedaan pengertian tentang pendapatan disebabkan oleh latar belakang disiplin ilmu yang berbeda-beda.

Pendapatan

Harahap (2001 : 226) mendefinisikan “Pendapatan (revenue) sebagai hasil dari penjualan barang atau jasa yang dibebankan kepada langganan, atau mereka yang menerima pesanan.”

Sedangkan Stice, et. al (2004 : 123) mengatakan bahwa :

Pendapatan (Revenue) adalah arus masuk atau penambahan lain atas aktiva suatu entitas atau penyelesaian kewajiban-kewajibannya (atau kombinasi keduanya) yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, atau aktivitas-aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau operasi inti yang berkelanjutan dari suatu entitas.

Selanjutnya menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002, PSAK 23, par.6) “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode dengan pengertian bahwa arus

(13)

masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal”.

Dari sudut pandang pemilik perusahaan, pendapatan biasanya dipandang sebagai pendapatan netto, yaitu kelebihan jumlah rupiah aliran dana yang masuk di atas aliran jumlah rupiah dana yang keluar dalam bentuk biaya-biaya yang dapat dibebankan; atau dalam hal terjadi rugi, kelebihan biaya-biaya yang diperhitungkan diatas pendapatan yang dihasilkan. Perusahaan sebagai suatu badan, memperoleh pendapatan dan membagikan deviden kepada para pemilik modal tanpa mengurangi investasinya.

Simamora (2002 : 24) berpendapat bahwa “Pendapatan (revenues) adalah kenaikan aktiva perusahaan atau penurunan kewajiban perusahaan (atau kombinasi dari keduanya) selama periode tertentu yang berasal dari pengiriman barang-barang, penyerahan jasa, atau kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan sentral perusahaan.”

Dalam prinsip pendapatan menyatakan bahwa pendapatan harus diakui dalam laporan keuangan ketika :

1. Pendapatan dihasilkan, dan

2. Pendapatan direalisasikan atau dapat direalisasikan.

Pendapatan dihasilkan ketika perusahaan secara mendasar menyelesaikan semua yang harus dilakukannya agar dikatakan menerima manfaat dari pendapatan yang terkait. Sedangkan pendapatan direalisasi ketika kas diterima untuk barang atau jasa yang dijual.

(14)

Menurut APB Statement No.4 dalam Harahap (2001 : 78) “Cost adalah suatu jumlah tertentu yang diukur dalam bentuk uang dari kas yang dibelanjakan atau barang lain yang diserahkan, modal saham yang dikeluarkan, jasa yang diberikan, atau utang yang dibebankan sebagai imbalan dari barang dan jasa yang diterima atau akan diterima.”

Beban

Sedangkan Stice, et. al (2004 : 123) berpendapat bahwa “Beban adalah arus keluar atau pemakaian lain aktiva atau terjadinya kewajiban (atau kombinasi keduanya) yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas-aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau operasi inti yang berkelanjutan dari suatu entitas.”

Simamora (2002 : 25) berpendapat bahwa “Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selam suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.”

Dari definisi-definisi yang disebutkan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa biaya merupakan keseluruhan pengorbanan sumber ekonomis untuk memperoleh pendapatan. Pengorbanan sumber ekonomis tersebut dapat dibedakan atas :

a) Pengorbanan yang telah terjadi (expired)

b) Pengorbanan yang kemungkinan akan terjadi (unexpired)

(15)

atau penjualan barang dan jasa. Dalam prakteknya tidak semua beban dapat dihubungkan langsung dengan pendapatan, untuk itu biasanya dibedakan antara beban-beban yang langsung dapat dihubungkan dengan pendapatan yang dibebankan sebagai beban pada saat yang sama dengan terjadinya pendapatan tersebut. Sedangkan beban yang tidak dapat secara langsung dihubungkan dengan pendapatan dibebankan sebagai beban pada saat terjadinya. Jumlah beban yang dibebankan pada suatu periode akuntansi tidak boleh disajikan terlalu besar atau terlalu kecil, oleh sebab itu prosedur pisah batas (cut off) harus ditetapkan secara benar dan konsisten.

Beban mempunyai arti yang sama dengan expired cost yang dicantumkan sebagai expense pada daftar laba rugi sedangkan unexpired cost (yakni persediaan, biaya dibayar dimuka, dan aktiva tetap) adalah bagian dari cost yang ditunda pembebanannya untuk periode berikutnya dan dicantumkan sebagai aktiva dalam neraca.

Pada umumnya biaya dalam perusahaan dapat dikategorikan sebagai berikut : 1. Biaya penjualan yang meliputi semua biaya yang dilaporkan sehubungan

dengan diakuinya pendapatan, seperti : harga pokok penjualan, beban expedisi.

2. Biaya administrasi dan umum, yaitu biaya yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan produk perusahaan, seperti : beban gaji karyawan, beban administrasi bank, beban alat-alat tulis kantor , beban penyusutan aktiva tetap, amortisasi aktiva

(16)

E. Standar Akuntansi Keuangan No. 25

Laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama suatu periode tertentu. Informasi tentang kinerja suatu perusahaan, terutama tentang profitabilitas, dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan serta untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan aktiva yang disamakan dengan kas di masa yang akan datang.

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 dijelaskan penggolongan, pengungkapan dan perlakuan akuntansi atas unsur tertentu dalam laporan laba rugi sehingga semua perusahaan dalam menyusun dan menyajikan laporan laba ruginya berlandaskan pada suatu basis yang konsisten. Hal tersebut berguna dalam meningkatkan daya banding laporan keuangan antar periode suatu perusahaan dan laporan keuangan antar perusahaan.

Sehubungan dengan itu maka dalam pernyataan ini ditetapkan standar tentang penggolongan dan pengungkapan pos luar biasa, pengungkapan tentang unsur-unsur tertentu sehubungan dengan laba rugi aktivitas normal, perubahan estimasi akuntansi, kebijakan akuntansi dan perlakuan akuntansi atas kesalahan yang mendasar.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 mengatur tentang penetapan laba atau rugi bersih selama periode dan pengungkapan pos-pos tertentu yang tercakup dalam laba atau rugi bersih. Dalam menyusun laporan laba rugi bersih suatu perusahaan untuk periode berjalan, unsur-unsur pendapatan dan beban yang diakui dalam periode tersebut harus tercakup dalam penetapan laba atau rugi

(17)

bersih perusahaan untuk periode tersebut. Semua unsur pendapatan dan beban tersebut timbul dari aktivitas normal perusahaan. Karenanya, jarang sekali terjadi suatu kejadian atau transaksi menimbulkan suatu pos luar biasa. Jika ada suatu transaksi atau kejadian secara jelas berbeda dengan aktivitas normal perusahaan maka transaksi atau kejadian tersebut digolongkan ke dalam pos luar biasa.

Laporan laba atau rugi bersih untuk periode berjalan terdiri dari unsur-unsur berikut, yaitu :

a. Laba atau rugi dari aktivitas normal. b. Pos luar biasa.

Ad.1. Laba atau rugi dari aktivitas normal

Yang dimaksud dengan aktivitas normal adalah setiap aktivitas yang dilakukan oleh sebuah perusahaan sebagai bagian dari usahanya dan aktivitas-aktivitas yang terkait dengan kegiatan usaha utama perusahaan tersebut.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002, PSAK No. 25, par.15)

Bila dalam laba atau rugi dari aktivitas normal terdapat unsur penghasilan dan/atau beban yang pengungkapan tentang ukuran, hakikat atau terjadinya dianggap relevan untuk menjelaskan kenerja suatu perusahaan selama periode tertentu, maka hakikat dan jumlah unsur tersebut harus diungkapkan secara terpisah.

Lebih lanjut, Ikatan Akuntan Indonesia (2002, PSAK No. 25, par.17) menyatakan:

Kondisi-kondisi yang menimbulkan unsur-unsur penghasilan dan beban seperti yang dinyatakan dalam paragraf 15 mencakup antara lain:

(a) Penurunan nilai (write-down) persediaan sampai jumlah yang diperkirakan dapat direalisasi (net realizable value), maupun pemulihan kembali penurunan nilai tersebur;

(18)

(c) Pelepasan (disposal) aktiva tetap; (d) Pelepasan investasi jangka panjang; (e) Operasi yang tidak dilanjutkan; (f) Penyelesaian gugatan hukum.

Ad.2. Pos luar biasa

Yang dimaksud dengan pos luar biasa adalah penghasilan ataupun kejadian transaksi yang secara jelas berbeda dari aktivitas normal perusahaan dan karenanya tidak diharapkan untuk sering terjadi atau terjadi secara teratur.

Pos luar biasa harus diungkapkan secara terpisah dalam laporan laba rugi. Suatu transaksi secara jelas berbeda dengan aktivitas normal suatu perusahaan dapat digolongkan ke dalam pos luar biasa. Suatu transaksi atau kejadian mungkin luar biasa bagi suatu perusahaan, namun tidak luar biasa bagi perusahaan lain. Hal ini disebabkan oleh perbedaan-perbedaan aktivitas normal masing-masing perusahaan.

Dalam IAI (2002, PSAK No. 25, par.12) dinyatakan bahwa:

Suatu kejadian atau transaksi dapat diklasifikasikan sebagai pos luar biasa jika memenuhi dua kriteria berikut:

a. Bersifat tidak normal.

Kejadian atau transaksi yang bersangkutan memiliki tingkat abnormalitas yang tinggi dan tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan normal perusahaan.

b. Tidak sering terjadi

Kejadian atau transaksi yang bersangkutan tidak sering terjadi dalam kegiatan normal perusahaan.

Penerapan kedua kriteria di atas harus selalu dihubungkan dengan sifat dan karakteristik dari kegiatan perusahaan serta faktor geografis perusahaan. Bila hanya salah satu kriteria tersebut terpenuhi, maka transaksi atau kejadian tersebut dikelompokkan sebagai penghasilan atau beban lain-lain. Contoh kejadian atau

(19)

transaksi yang pada umumnya menimbulkan kerugian luar biasa bagi perusahaan adalah :

(a) Kerugian sebagai akibat gempa bumi, kebakaran, atau banjir. Kerugian tersebut setelah dikurangi dengan klaim asuransi (jika ada) disajikan sebagai unsur pos luar biasa dalam laporan laba rugi.

Contoh kejadian atau transaksi yang tidak dikelompokkan sebagai pos luar biasa antara lain :

(i) Perusahaan manufaktur yang membeli tanah untuk tujuan ekspansi. Namun karena sesuatu hal, proyek ekspansi tidak dapat dilaksanakan sehingga perusahaan bermaksud menjual kembali tanah tersebut. Keuntungan atau kerugian yang diperoleh dari penjualan tanah tersebut tidak dapat dikelompokkan dalam pos luar biasa karena walaupun tidak termasuk dalam kegiatan utama perusahaan dan tidak diharapkan terjadi, namun kejadian ini tidak mempunyai tingkat abnormalitas yang tinggi. Adalah hal yang wajar jika perusahaan menjual kembali aktiva tetap yang dimilikinya yang tidak dipergunakan lagi.

(ii) Penghapusbukuan (write off) aktiva tetap karena aktiva tetap tersebut sudah mengalami keusangan teknologi.

Pos luar biasa dalam laporan laba rugi disajikan setelah laba yang berasal dari kegiatan normal perusahaan. Hakekat dari pos luar biasa dan pertimbangan yang mendasari pengelompokkan kejadian atau transaksi tersebut sebagai pos luar biasa harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Dengan demikian pemakai laporan keuangan tetap dapat melakukan evaluasi mengenai kinerja

(20)

perusahaan yang berasal dari kegiatan normal selama periode tersebut sekaligus juga melihat pengaruh dari pos luar biasa terhadap perhitungan laba rugi perusahaan untuk periode yang bersangkutan.

Dalam menyusun laporan laba rugi bisa saja ditemui kesalahan mendasar (Fundamental Error) dalam laporan keuangan. Kesalahan dalam penyusunan laporan laba rugi pada satu atau lebih periode sebelumnya mungkin baru ditemuka n dalam periode berjalan. Kesalahan mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta, kecurangan atau kelalaian. Koreksi atas kesalahan tersebut biasanya dimasukkan dalam perhitungan laba atau rugi bersih untuk periode berjalan. Suatu kesalahan mempunyai pengaruh signifikan bagi satu atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga laporan-laporan keuangan tersebut tidak dapat diandalkan lagi.

Koreksi kesalahan yang mendasar dapat dibedakan dari perubahan estimasi akuntansi. Estimasi akuntansi pada hakikatnya adalah suatu taksiran (approximations) yang mungkin perlu direvisi dengan adanya informasi tambahan yang diketahui dalam periode berikutnya. Misalnya, untung atau rugi yang diakui sebagai akibat suatu kontinjensi, yang sebelumnya tidak dapat diperkirakan secara akurat, atau perubahan dalam taksiran masa manfaat dan nilai sisa aktiva tetap yang disusutkan bukan merupakan koreksi atas kesalahan mendasar.

Dalam mengoreksi suatu kesalahan yang mendasar, jumlah koreksi yang berhubungan dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan menyesuaikan saldo laba awal periode. Informasi komparatif harus dinyatakan kembali, kecuali

(21)

jika untuk melaksanakannya dianggap tidak praktis. Dalam hal ini perusahaan pelapor harus mengungkapkan hal-hal berikut : hakekat kesalahan mendasar, jumlah koreksi untuk periode berjalan dan periode-periode sebelumnya, jumlah koreksi yang berhubungan dengan periode-periode sebelum periode yang tercakup dalam informasi komparatif dan kenyataan bahwa informasi komparatif telah dinyatakan kembali atau kenyataan bahwa informasi komparatif tidak praktis untuk dinyatakan kembali.

Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam suatu perusahaan harus diterapkan secara konsisten pada setiap periode. Perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya jika penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan perundangan atau Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, atau jika diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan menghasilkan penyajian kejadian atau transaksi yang lebih sesuai dalam laporan keuangan suatu perusahaan.

Suatu perubahan kebijakan akuntansi yang dilakukan sehubungan dengan penerapan suatu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang diberlakukan harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan masa transisi yang ditentukan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tersebut.

Ikatan Akuntan Indonesia (2002, PSAK No. 25, par.7-8) mengemukan cara penyajian pendapatan dan beban dalam laporan laba rugi sebagai berikut :

Semua unsur pendapatan dan beban yang diakui dalam suatu periode harus tercakup dalam penetapan laba atau rugi bersih untuk periode tersebut kecuali jika standar akuntansi keuangan yang berlaku mensyaratkan atau memperbolehkan sebaliknya. Biasanya semua unsur pendapatan dan beban yang diakui dalam suatu periode tercakup dalam penetapan laba atau rugi

(22)

perubahan estimasi akuntansi. Tetapi dalam keadaan tertentu mungkin diperlukan untuk mengeluarkan unsur-unsur tertentu dari laba atau rugi bersih untuk periode berjalan. Pernyataan ini menyangkut dua kondisi tertentu : koreksi atas kesalahan yang mendasar dan dampak perubahan kebijakan akuntansi.

Kelayakan laba atau rugi suatu periode tergantung dari kebenaran penetapan pendapatan dan beban serta ketepatan dalam menentukan pisah batas atas pendapatan dan beban tersebut pada akhir suatu periode. Untuk mendapatkan gambaran laba atau rugi yang layak haruslah dibandingkan antara pendapatan yang dibentuk oleh beban-beban tersebut.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002, PSAK No. 25, par.15-16) :

Bila dalam laba atau rugi dari aktivitas normal terdapat unsur penghasilan dan/ atau beban yang pengungkapan tentang ukuran, hakekat atau terjadinya dianggap relevan untuk menjelaskan kinerja suatu perusahaan selama periode tertentu, maka hakekat dan jumlah unsur tersebut harus diungkapkan secara terpisah.

Walaupun unsur penghasilan dan beban dari aktivitas normal seperti yang dijelaskan pada paragraf 15 bukan pos luar biasa, tetapi jika hakekat dan jumlahnya dianggap relevan bagi pemakai laporan keuangan untuk memahami dan memproyeksi posisi keuangan dan kinerja suatu perusahaan, maka pengungkapannya perlu dibuat. Pengungkapan tersebut biasanya dibuat dalam catatan atas laporan keuangan.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Penelitian : Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah ada perbedaan lebar lengkung gigi pada maloklusi klasifikasi Angle yang berbeda di SMPN I Salatiga

Komponen-komponen dari suatu sistem tenaga listrik pada umumnya terdiri dari pusat pembangkit, dalam hal ini yang digambarkan adalah generatornya., transformator

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa karakter biokimia Protein 100 kDa dari membran spermatozoa kambing

4) Selain dari kegiatan existing, peningkatan pengelolaan depo diperoleh dari pendapatan diluar depo PT PIL yaitu kegiatan pengoperasian alat di Perawang dengan rata-rata

Hipotesis penelitian ini adalah (1) Pemanfaatan Sungai Ci Karo untuk memenuhi kebutuhan air domestik masyarakat di Desa Kawungsari Kecamatan Cibeureum Kabupaten

28 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op.Cit., hal.. dan hak-hak yang pembagiannya dilakukan menurut bagian yang ditentukan sesudah ditunaikan pembayaran utang dan

Kiprah asimetris biasanya terlihat pada anak-anak ketika tungkai perbedaan panjang tidak lebih dari 3,7% menjadi 5,5% [38,74] Dalam upaya untuk menjaga tingkat