EKONOMI ANGGOTA SEBELUM DAN SESUDAH
MENGAMBIL KREDIT KE CREDIT UNION PANCUR KASIH
Kasus pada Credit Union Pancur Kasih Desa Lembang Kecamatan SanggauLedo Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Oleh:
Capriyona Kaskarinda NIM: 091324048
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
EKONOMI ANGGOTA SEBELUM DAN SESUDAH
MENGAMBIL KREDIT KE CREDIT UNION PANCUR KASIH
Kasus pada Credit Union Pancur Kasih Desa Lembang Kecamatan SanggauLedo Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Oleh:
Capriyona Kaskarinda NIM: 091324048
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Bunda Maria dan Tuhan Yesus Kristus
Keluarga Besar Kakek Tjudok dan Kakek Anyan Kakek dan Nenek Ahui
v
MOTTO
“Tak ada yang pernah tahu akan hari esok, karena tangan Tuhan yang bekerja”
(Capriyona Kaskarinda)
“Jangan pernah membandingkan apa yang kamu punya dengan apa yang orang
lain punya, karena akan menimbulkan IRI HATI”
(Capriyona Kaskarinda)
“Tak ada BADAI yang tak dapat dilalui jika dengan usaha dan Kuasa-NYA”
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 26 Februari 2014
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Capriyona Kaskarinda
Nomor Mahasiswa : 091324048
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KESEJAHTERAAN EKONOMI ANGGOTA SEBELUM DAN SESUDAH MENGAMBIL KREDIT KE CREDIT UNION PANCUR KASIH
Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 26 Februari 2014 Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KESEJAHTERAAN
EKONOMI ANGGOTA SEBELUM DAN SESUDAH
MENGAMBIL KREDIT KE CREDIT UNION PANCUR KASIH
Kasus pada Credit Union Pancur Kasih Desa Lembang Kecamatan Sanggau Ledo Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat
Capriyona Kaskarinda UniversitasSanata Dharma
Yogyakarta 2014
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kesejahteraan ekonomi anggota sebelum dan sesudah mengambil kredit ke Credit Union Pancur Kasih. Tingkat kesejahteraan ekonomi anggota dilihat dari tingkat pendapatan, curahan waktu kerja di bidang pertanian, curahan waktu kerja di bidang non pertanian, dan jumlah keluarga miskin.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian komparatif karena membedakan tingkat kesejahteraan ekonomi anggota sebelum dan sesudah mengambil kredit ke Credit Union Pancur Kasih di Desa Lembang Kecamatan Sanggau Ledo Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan September 2013. Populasi dari penelitian ini adalah anggota Credit Union Pancur Kasih yang berjumlah1.847 orang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 96 orang. Sampel diambil dengan teknik accidental sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner.Analisis data menggunakanuji t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan tingkat pendapatan anggota sebelum dan sesudah mengambil kredit ke Credit Union Pancur Kasih (nilai sig. 0,003 < = 0,05) dengan pendapatan sebelum mengambil kredit sebesar Rp 3.676.500 dan sesudah mengambil kredit sebesar Rp 7.272.000, (2) tidak ada perbedaan curahan waktu kerja anggota di bidang pertanian sebelum dan sesudah mengambil kredit ke Credit Union Pancur Kasih (nilaisig. 0,208> = 0,05), (3)
tidak ada perbedaan curahan waktu kerja di bidang non pertanian sebelum dan sesudah mengambil kredit ke Credit Union Pancur Kasih (nilai sig. 0,028> = 0,05), dan (4) ada perbedaan jumlah keluarga miskin sebelum dan sesudah mengambil kredit ke Credit Union Pancur Kasih (nilai sig. 0,008> = 0,05) dengan jumlah keluarga miskin sebelum mengambil kredit berjumah 10 keluarga dan sesudah mengambil kredit berjumlah 3 keluarga.
Kata kunci:
ix
ABSTRACT
THE ANALYSIS OF THE ECONOMIC WELFARE LEVEL
DIFFERENCE OF THE MEMBERS BEFORE AND AFTER
TAKING THE CREDIT IN PANCUR KASIH CREDIT UNION
A Case Study of Pancur Kasih Credit Union in Lembang Village, Sanggau Ledo Sub-district, Bengkayang District, West Borneo
Capriyona Kaskarinda credit. Economic welfare of members was shown from level of income, working time on agriculture field, working time on non agriculture field, and the number of poor family members.
This research was a comparative research since it aimed to differentiate the economic welfare level of Pancur Kasih Credit Union members before and after taking the credit in Pancur Kasih Credit Union in Lembang Village, Sanggau Ledo Sub-district, Bengkayang District, West Borneo. The data were taken in September 2013. The population of the research was 1.847 members of Pancur Kasih Credit Union. The sample of the research was 96 members. They were taken by using accindental sampling technique. The data were collected by using questionnaire. The analysis was done by using t test.
The result of the research showed that: (1) there was a different level of the
member’s income before and after taking the credit in Pancur Kasih Credit Union
(sig. value 0.003< =0.05) moreover, the income before they took the credit was Rp 3.676.500 an it became Rp 7.272.000 after they took the credit; (2) there was no difference in the members’ working time in farming field before and after taking the credit in Pancur Kasih Credit Union (sig. value 0.208> =0.05); (3) there was no difference in the members’ working time in non-farming field before and after taking the credit in Pancur Kasih Credit Union (sig. value 0.028> =0.05); and (4) there was a difference in the amount of poor family members before and after taking the credit in Pancur Kasih Credit Union (sig value. 0,008> =0,05) the number of poor families was 10 families before they took the credit and it became 3 families after they took the credit.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Perbedaan Tingkat
Kesejahteraan Ekonomi Anggota Sebelum dan Sesudah Mengambil Kredit ke
Credit Union Pancur Kasih” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus
Pendidikan Ekonomi.
Selama penulisan skripsi ini, penulis telah mendapat bantuan, masukan dan
dorongan dari banyak pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
penyusunan skripsi ini, antara lain:
1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku, Dekan Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial Universitas Sanata Dharma dan selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan dan saran dalam revisi skripsi.
3. Bapak, Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc selaku Dosen Pembimbing pertama
yang telah meluangkan waktu, sabar dan penuh perhatian memberikan
xi
4. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M.S selaku Dosen Pembimbing kedua yang
telah meluangkan waktu, sabar dan penuh perhatian memberikan dorongan,
saran dan arahan kepada penulis.
5. Ibu Titin dan seluruh tenaga adminitrasi Program Studi Pendidikan Ekonomi
Universitas Sanata Dharma, Staf dan Karyawan UPT Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma.
6. Manager dan Staff Credit Union Pancur Kasih TP Sanggau Ledo terima kasih
telah memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian dan atas
bantuan selama penulis mengadakan penelitian.
7. Kedua orangtuaku tercinta Bapak Sumanto Hidayat, S.H dan Ibu Romana
Buana terima kasih selalu mendukung, menyemangati, mendoakan dan
senantiasa memberikan kasih sayang yang.
8. Kedua adikku Wilhelmus Givan D.K dan Ferdinand Gevin D.K tersayang
terima kasih karena selalu berkorban dan telah menjadi penyemangatku.
9. Om Iwan Djola dan Tante Aloy Dj terima kasih atas dukungan dalam bentuk
nasehat yang senantiasa diberikan.
10. Abang Gregorius Kia Labaketoy, S.Pd dan Kakak Clara Pratiwi Soni, S.Pd
yang telah menjadi sahabat dalam suka dan duka yang selalu memberi saran
yang bermanfaat dan selalu membantu dalam mengerjakan skripsi.
11. Angelin, Eko, Daniel, Densi, Ita, Nana, Tata dan Yunus yang selalu bersedia
menjadi sahabat dalam keadaan apapun, yang selalu memberi semangat
xii
12. Pacarku terkasih Alexander Novan Putra Lamandau, terima kasih karena
selalu menemani dan selalu siap membantu dalam keadaan apapun.
13. Teman-teman FPMKB, SEKBER, BEDAYONG, SENTEX Squad, DAHAS
Twin House, TLC, Panita PSBDK X dan Panitia PSBDK XI terima kasih
untuk kebersamaan dan proses pembelajaran yang telah didapat bersama,
semoga dapat menjadi manfaat untuk selanjutnya.
14. Teman-teman “BuTik Joss PE’09” yang masih berjuang terima kasih atas
kebersamaannya selama ini, serta semua pihak yang telah memberikan
dukungan kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan selalu penulis terima. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, 26 Februari 2014
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... ii
HALAMAN PENGESAHAN………... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………... iv
HALAMAN MOTTO………...……… v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………...……… vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………...………….. vii
ABSTRAK………..………... viii
A.Latar Belakang Masalah... 1
B.Rumusan Masalah... 6
C.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 7
D.Tujuan Penelitian... 8
E. Manfaat Penelitian... 9
BAB II : KAJIAN PUSTAKA... 10
A.Kajian Teori... 10
1. Pengertian Credit Union... 10
2. Tingkat Kesejahteraan... 24
3. Pendapatan... 33
xiv
B.Hasil Penelitian yang Relevan... C.Kerangka Berpikir...
38 39
BAB III : METODE PENELITIAN... 41
A.Jenis Penelitian... 41
B.Tempat dan Waktu Penelitian... 41
C.Populasi dan Sampel... 42
D.Data yang Dicari... 45
E. Teknik Pengumpulan Data... 45
F. Teknik Analisis Data... 47
1. Analisis Deskriptif... 47
2. Perumusanan Hipotesis... 61
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 63
A.Sejarah Singkat Berdirinya CU Pancur Kasih... 1. Sejarah Singkat Berdirinya CU Pancur Kasih TP Sanggau Ledo... 2. Arti Logo CU Pancur Kasih... 63 65 66 B.Visi, Misi, dan Motto... 67
xv
1. Uji Signifikansi Perbedaan Tingkat Pendapatan ... 88
2. Uji Signifikansi Perbedaan Curahan Waktu Kerja Bidang Pertanian... 90
3. Uji Signifikansi Perbedaan Curahan Waktu Kerja Bidang Non Pertanian... 91
4. Uji Signifikansi Perbedaan Jumlah Rumah Tangga Anggota Keluarga Miskin... 92
H.Pembahasan Hasil Penelitian... 93
1. Perbedaan Tingkat Pendapatan Sebelum dan Sesudah Mengambil Kredit ke CU Pancur Kasih... 93
2. Perbedaan Curahan Waktu Kerja Bidang Pertanian Sebelum dan Sesudah Mengambil Kredit ke CU Pancur Kasih... 94
3. Perbedaan Curahan Waktu Kerja Bidang Non Pertanian Sebelum dan Sesudah Mengambil Kredit ke CU Pancur Kasih... 95
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Tabel Perbedaan CU, Bank dan LKM... 22
Tabel II.2 Tabel Garis Kemiskinan... 36
Tabel III.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian... 46
Tabel III.2 Variabel Pendapatan Pokok Sebelum dan Sesudah Mengambil Kredit ke CU-PK... 48
Tabel III.3 Variabel Pendapatan Sampingan Sebelum dan Sesudah Mengambil Kredit ke CU-PK... 51
Tabel III.4 Variabel Curahan Waktu Kerja di Bidang Pertanian Sebelum dan Sesudah Mengambil Kredit ke CU-PK... 54
Tabel III.5 Variabel Curahan Waktu Kerja di Bidang Non Pertanian Sebelum dan Sesudah Mengambil Kredit ke CU-PK... 56
Tabel III.6 Variabel Jumlah Rumah Tangga Anggota Keluarga Miskin Sebelum dan Sesudah Mengambil Kredit ke CU-PK... 59
Tabel IV.1 Karakteristik Jenis Kelamin Responden... 84
Tabel IV.2 Karakteristik Jenis Pekerjaan... 85
Tabel IV.3 Karakteristik Tingkat Pendidikan... 86
Tabel IV.4 Karakteristik Lama Menjadi Anggota... 87
Tabel IV.5 Uji Signifikansi Tingkat Pendapatan Sebelum dan Sesudah Mengambil Kredit ke... 89 Tabel IV.6 Uji Signifikansi Perbedaan Curahan Waktu Kerja Bidang Pertanian Sebelum dan Sesudah Mengambil Kredit... 90
Tabel IV.7 Uji Signifikansi Perbedaan Curahan Waktu Kerja Bidang Non Pertanian Sebelum dan Sesudah Mengambil Kredit... 91
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian... 104
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian... 107
Lampiran 3 Data Induk... 110
Lampiran 4 Descriptives... 126
Lampiran 5 Frequencies... 128
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu bentuk Koperasi yang ada di Indonesia adalah koperasi
kredit atau Credit Union (CU). Dengan menjadi anggota CU, masyarakat
diajak untuk turut serta berpartisipasi dalam perekonomian. Artinya
masyarakat tidak akan menjadi penonton dalam pembangunan ekonomi
yang semakin cepat bergerak sekarang ini. Istilah “ekonomi kerakyatan”
pun dipakai untuk menunjukkan sistem perekonomian yang dikembangkan
dengan berbasis pada masyarakat dan berasaskan kebersamaan. Ekonomi
kerakyatan mementingkan kesejahteraan komunitas dan sekaligus
kesejahteraan keluarga, sehingga tidak mengenal persaingan untuk saling
mengalahkan.
Hasil wawancara dengan salah seorang staf CU Pancur Kasih Tempat
Pelayanan (TP) Sanggau Ledo yang bekerja di bagian kasir (Merisabet
Marselina), menunjukan bahwa tujuan berdirinya CU Pancur Kasih secara
umum didasarkan dari visi CU Pancur Kasih itu sendiri, yakni
meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi anggota melalui pendidikan
dan pelatihan. Dengan demikian akan dihasilkan perubahan pada aspek
fisik, mental, emosional dan spiritual, serta pelayanan keuangan yang ramah
Tujuan dari adanya CU Pancur Kasih apabila diungkapkan dengan
kata-kata yang sederhana adalah memudahkan masyarakat yang bekerja di
bidang pertanian dan non pertanian untuk memulai maupun
mengembangkan usaha produktif yang bertujuan untuk meningkatkan
pendapatan keluarga para anggotanya.adapun yang tergolong dalam bidang
pertanian dan non pertanian disini misalnya, perkebunan jagung,
perkebunan lada, perkebunan cabai, perkebunan karet, perkebunan kelapa
sawit, dan sejenisnya, termasuk usaha kerajinan bidai (tikar dari rotan), dan
tikar pandan. Menurut pengamatan penulis usaha-usaha seperti yang
disebutkan di atas berkembang setelah adanya CU Pancur Kasih. Dengan
demikian setelah adanya CU Pancur Kasih, anggota dipermudah untuk
mengajukan pinjaman kepada CU tanpa dipersulit dengan persyaratan dan
prosedur seperti mengajukan pinjaman kepada Bank Komersial.
CU Pancur Kasih juga memiliki manfaat bagi para anggotanya hal
tersebut setidaknya diungkapkan oleh salah seorang anggota CU Pancur
Kasih (TP) Sanggau Ledo (Ibu Romana). Beliau berpendapat bahwa sejak
adanya CU Pancur Kasih, keluarga Ibu Romana diberikan kemudahan
dalam memulai maupun mengembangkan usaha produktif keluarganya.
Demikian karena CU Pancur Kasih tidak menyulitkan anggotanya jika ingin
mengajukan pinjaman. Cukup dengan menjadi atau terdaftar sebagai
anggota CU Pancur Kasih, anggota dapat mengajukan pinjaman. Selain itu,
CU Pancur Kasih juga memberikan bunga pinjaman yang relatif kecil (2%),
Bunga pinjaman yang sifatnya menurun setiap bulannya tersebut,
dapat dicontohkan sebagai berikut. Misalnya, salah seorang anggota CU
Pancur Kasih mengajukan pinjaman Rp 10.000.000 dengan jangka angsuran
10 bulan, maka setiap bulannya anggota tersebut harus mengangsur sebesar
sisa angsuran pokok pada bulan pertama, bulan kedua dan sampai bulan
kesepuluh, dan disertai dengan bunga pinjaman dan sisa bunga pinjaman
yang ditanggung. Contoh real mengenai hal tersebut adalah sebagai berikut:
pada bulan pertama, anggota mengangsur sebesar Rp 1.200.000
(hitungannya: 10.000.000 (pinjaman pokok) x 2% (bunga pinjaman) =
200.000), bulan kedua anggota mengangsur Rp 1.180.000 (hitungannya:
9.000.000 (sisa pinjaman pokok bulan ke-2) x 2% = 180.000), dan begitu
pula seterusnya sampai bulan kesepuluh mengangsur pinjaman.
Manfaat adanya CU Pancur Kasih tidak hanya didapatkan oleh
anggota tetapi juga didapatkan oleh para staf. Dengan adanya CU Pancur
Kasih, staf dapat mempermudah pelayanan kepada anggota yang ada di TP
Sanggau Ledo, dalam arti memberikan kemudahan pinjaman kepada para
anggotanya agar dapat sejahtera sosial-ekonominya. Selanjutnya, staf juga
dapat mengenali anggotanya sedekat mungkin karena adanya pembinaan
oleh para staf kepada para anggotanya yang baru maupun yang sudah lama
menjadi anggota CU Pancur Kasih melalui pelatihan dan pendidikan dasar
yang diberikan.
CU Pancur Kasih, khususnya di TP Sanggau Ledo juga berkontribusi
pelayanan yang lebih kepada azas persaudaraan (contohnya pelatihan dan
pendidikan yang dilakukan) karena CU bukan milik pribadi melainkan milik
semua anggota. Kedua, memberikan pendidikan pengelolaan keuangan
keluarga melalui pendidikan dasar satu dan pendidikan dasar dua.
Pendidikan dasar satu adalah pendidikan untuk anggota-anggota yang baru
menjadi anggota CU, yang berisi tentang pemahaman tentang CU,
produk-produk CU, pola-pola kebijakan CU, perlindungan yang diberikan bagi para
anggotanya dan santunan yang diberikan. Pendidikan dasar dua adalah
pendidikan untuk anggota-anggota yang sudah lama menjadi anggota CU
yang berisi tentang pola pengelolaan keuangan dan sharing manfaat CU
yang diperoleh para anggotanya. Dalam bahasa yang sederhana, kontribusi
utama CU Pancur Kasih bagi para anggotanya adalah menjadikan mereka
tahu dan mampu menerapkan visi dari CU Pancur Kasih itu sendiri, yakni:
tahu dan mampu mengatur keuangan rumah tangga, tahu dan mampu
mengelola kehidupan berumah tangga, bermasyarakat dan bernegara.
Selain memiliki tujuan dan kontribusi terhadap bidang sosial-ekonomi
para anggotanya, CU Pancur Kasih juga dapat memotivasi para anggotanya
untuk tidak keluar sebagai anggota CU Pancur Kasih, tetapi justru mengajak
keluarga dan tetangga untuk menjadi anggota CU Pancur Kasih. Dengan
menjadi anggota CU banyak kemudahan yang diperoleh, contohnya
mengajukan pinjaman tidak perlu dengan mengajukan agunan surat
berharga, tidak banyak persyaratan yang mempersulit apalagi jika besar
sebesar Rp 25.000 yang wajib disetorkan anggota pada saat mengangsur
pinjaman). Selain adanya simpanan sa’aleant, anggota juga mempunyai
simpanan wajib yang dapat diangsur sebesar Rp 10.000 setiap bulannya.
Fungsi lain dari simpanan sa’aleant dapat digunakan apabila anggota tidak
dapat membayar angsuran pinjaman. Fungsi dari simpanan wajib adalah
baku, hanya sebagai tabungan anggota dan tidak dapat diambil untuk
membayar angsuran pinjaman.
Berdasarkan hasil kajian Hadrianus (2011), diketahui bahwa CU
Pancur Kasih sebagai wujud nyata dari ekonomi kerakyatan yang
memegang prinsip-prinsip keterbukaan, keadilan sosial dan belajar tidak
membedakan pelayanan pada para anggotnya. Setiap anggota berhak atas
pelayanan yang disediakan. Hal ini yang membedakan CU Pancur Kasih
dengan lembaga keuangan lainnya. Pemberdayaan kaum
kecil-lemah-dan-miskin dalam aspek ekonomi merupakan rangkaian kegiatan penyadaran
dan motivasi yang dilakukan oleh CU Pancur Kasih. Hal-hal tersebutlah
yang membuat CU Pancur Kasih sangat diterima dengan senang hati oleh
masyarakat Kalimantan Barat umumnya dan Sanggau Ledo khususnya. Atas
uraian yang telah disebutkan di atas, penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbedaan Tingkat
Kesejahteraan Ekonomi Anggota Sebelum dan Sesudah Mengambil Kredit
ke Credit Union Pancur Kasih. Kasus pada Credit Union Pancur Kasih Desa
Lembang, Kecamatan Sanggau Ledo, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan di atas, bisa ditemukan beberapa hal yang perlu
dicermati terutama yang berkaitan dengan analisis perbedaan tingkat
kesejahteraan ekonomi anggota sebelum dan sesudah mengambil kredit di
CU Pancur Kasih. Beberapa hal di atas dirumuskan ke dalam pertanyaan
untuk penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana perbedaan tingkat pendapatan anggota di Desa Lembang,
Kecamatan Sanggau Ledo, Kabupaten Bengkayang sebelum dan
sesudah mengambil kredit ke Credit UnionPancur Kasih?
2. Bagaimana perbedaan curahan kerja anggota bidang pertanian di Desa
Lembang, Kecamatan Sanggau Ledo, Kabupaten Bengkayang
sebelum dan sesudah mengambil kredit ke Credit Union Pancur
Kasih?
3. Bagaimana perbedaan curahan kerja anggota bidang nonpertanian di
Desa Lembang, Kecamatan Sanggau Ledo, Kabupaten Bengkayang
sebelum dan sesudah mengambil kredit ke Credit Union Pancur
Kasih?
4. Bagaimana perbedaan jumlah anggota CU yang tergolong keluarga
miskin di Desa Lembang, Kecamatan Sanggau Ledo, Kabupaten
Bengkayang sebelum dan sesudah mengambil kredit ke Credit Union
5. Apakah ada perbedaan signifikan tingkat kesejahteraan anggota di
Desa Lembang, Kecamatan Sanggau Ledo, Kabupaten Bengkayang
sebelum dan sesudah mengambil krdit ke Credit UnionPancur Kasih?
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Tingkat Pendapatan adalah hasil keseluruhan penerimaan dari jumlah
penghasilan pokok dan penghasilan sampingan dalam bentuk uang
selama satu bulan yang dinyatakan dalam bentuk rupiah.
2. Curahan kerja bidang pertanian adalah jumlah waktu yang
dialokasikan untuk melakukan serangkaian kegiatan di bidang
pertanian yang dalam satuan waktu atau jam. Indikatornya adalah
waktu yang digunakan dalam satu bulan untuk bekerja di bidang
pertanian.
3. Curahan kerja bidang non pertanian adalah jumlah waktu yang
dialokasikan untuk melakukan serangkaian kegiatan di bidang non
pertanian yang dalam satuan waktu atau jam. Indikatornya adalah
waktu yang digunakan dalam satu bulan untuk bekerja di bidang non
pertanian.
4. Jumlah keluarga miskin adalah keseluruhan jumlah rumah tangga
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui perbedaan tingkat pendapatan anggota CU Pancur Kasih
di Desa Lembang, Kecamatan Sanggau Ledo, Kabupaten Bengkayang
sebelum dan sesudah mengambil kredit di Credit UnionPancur Kasih.
2. Mengetahui perbedaan curahan kerja anggota bidang pertanian di CU
Pancur Kasih di Desa Lembang, Kecamatan Sanggau Ledo,
Kabupaten Bengkayang sebelum dan sesudah mengambil kredit di
Credit UnionPancur Kasih.
3. Mengetahui perbedaan curahan kerja anggota bidang non-pertanian di
CU Pancur Kasih di Desa Lembang, Kecamatan Sanggau Ledo,
Kabupaten Bengkayang sebelum dan sesudah mengambil kredit di
Credit UnionPancur Kasih.
4. Mengetahui perbedaan jumlah anggota CU yang tergolong keluarga
miskin di CU Pancur Kasih di Desa Lembang, Kecamatan Sanggau
Ledo, Kabupaten Bengkayang sebelum dan sesudah mengambil kredit
di Credit UnionPancur Kasih.
5. Mengetahui ada tidaknya perbedaan signifikan tingkat kesejahteraan
ekonomi anggota CU Pancur Kasih di Desa Lembang, Kecamatan
Sanggau Ledo, Kabupaten Bengkayang sebelum dan sesudah
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Credit Union Pancur Kasih
Penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam
menciptakan produk Credit Union Pancur Kasih di Wilayah
Kecamatan Sanggau Ledo, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan
Barat.
2. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan secara terperinci
mengenai Credit Union Pancur Kasih dan dapat memperdalam
pengetahuan secara pribadi.
3. Bagi Anggota Credit Union Pancur Kasih di Kecamatan Sanggau Ledo
Diharapkan agar penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai
Credit Union Pancur Kasih di Kecamatan Sanggau Ledo dan
penelitian ini mampu menyampaikan kepada masyarakat yang
notabene anggota CU mengetahui perbandingan peningkatan status
sosial ekonominya sebelum dan sesudah menjadi anggota.
4. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapatdigunakan sebagai bahan acuan
sekaligus masukan bagi penelitian selanjutnya, dan menjadi referensi
baru dan informasi tambahan bagi Universitas Santa Dharma,
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Ringkasan Tinjauan Teoretis/Kepustakaan
1. Pengertian Credit Union (CU)
Credit Union berasal dari dua kata, yaitu credit dan union. Credit
dalam bahasa latin adalah credere artinya saling percaya. Sedangkan
union (unio) berarti kumpulan. Jadi, Credit Union artinya kumpulan
orang-orang yang saling percaya. Di Indonesia, “Credit Union”
diterjemahkan sebagai Koperasi Kredit.
Menurut literatur, ada beberapa definisi tentang Credit Union.
Walaupun cara penyampaiannya berbeda-beda, tetapi pengertian
sesungguhnya adalah sama. Pertama, Credit Union adalah koperasi
keuangan yang dijalankan secara demokratis dan profit sharing (bagi
hasil), menawarkan berbagai produk simpanan dan pinjaman berbunga
rendah kepada anggotanya.
Kedua, Credit Union adalah sebuah lembaga keuangan koperasi
yang dimiliki dan diawasi oleh para anggotanya dan dioperasikan untuk
tujuan mendorong pola hidup hemat, menyediakan pinjaman dengan
suku bunga bersaing, dan menyediakan berbagai pelayanan keuangan
Ketiga, World Council of Credit Unions (WOCCU)
mendefinisikan Credit Union sebagai “non-for-profit cooperative
institusions” (lembaga koperasi yang bukan untuk tujuan mencari
keuntungan).
Keempat, Credit Union adalah koperasi keuangan yang didirikan
dari, oleh, dan untuk anggota di mana para anggota adalah penabung,
peminjam, dan sekaligus pemegang saham. Credit Union beroperasi
dengan bisnis tidak untuk mencari keuntungan. Credit Union
menawarkan banyak pelayanan perbankan, seperti pinjaman konsumtif
dan pinjaman komersial (biasanya lebih rendah dari suku bunga),
simpanan sukarela berjangka (suku bunga biasanya lebih tinggi dari
suku bunga pasar), kartu kredit, dan asuransi. Credit Union pada
umumnya dikenakan pajak lebih rendah, bahkan di beberapa negara lain
bebas pajak, seperti USA dan Thailand daripada pajak yang dikenakan
pada bank komersial atau lembaga keuangan lain. Para anggota diikat
dalam suatu ikatan pemersatu (common-bond) seperti pekerjaan, tempat
tinggal, dan lain-lain.
Kelima, Credit Union adalah koperasi keuangan yang tidak
mencari keuntungan (not-for-profit) yang kehadirannya bertujuan
melayani para anggota yang berada dalam satu ikatan pemersatu
(common-bond) seperti wilayah tempat tinggal, profesi, tempat kerja,
dan lain-lain. Credit Union dioperasikan secara demokratis oleh para
sukarela (voluntarily). Para pengurus dan pengawas yang melayani
anggota secara sukarela ini dilpilih dari dan oleh anggota pada suatu
Rapat Anggota. Tujuan utama Credit Union adalah melayani para
anggota agar permasalahan dan kebutuhan keuangan mereka teratasi.
Keenam, sebuah lembaga keuangan koperasi yang dimiliki dan
dikendalikan oleh anggotanya. Credit Union tidak-untuk-profit (
non-for-profit) dan hadir untuk memberikan tempat yang aman, nyaman
bagi anggota untuk menyimpan uang dan memperoleh pinjaman dan
pelayanan keuangan lainnya dengan harga yang bersaing. Para anggota
diikat dalam satu ikatan pemersatu, seperti pekerjaan, tempat tinggal,
atau gereja.
Friederich Wilhelm Raiffesien, lahir pada 30 Maret 1818 adalah
“The Father of The credit Union Movement”. Ia seorang Lutheran
awam dan wali kota Flammersfield, Jerman, yang meyakini bahwa
gagasan koperasi dapat membantu diri sendiri (self-help). Ia memiliki
dorongan keinginan untuk membantu petani miskin di Hamm, Provinsi
Rhine, yang berada dalam cengkeraman rentenir.
Pada tahun 1864, Raiffeisen mendirikan Heddesdorf Credit
Union, bank koperasi simpan pinjam yang pertama. Tujuannya adalah
untuk memberikan kredit kepada petani guna membeli ternak,
peralatan, benih dan perlengkapan pertanian lainnya. Lima tahun
kemudian ia membentuk Flammersfeld Society yang menjadi wadah
didistribusikan kepada anggota sampai dana cadangan tersedia
memadai.
Berbeda dengan model koperasi (loan societies) yang
dikembangkan oleh Schulez-Delitzsch yang didasarkan pada promosi
swasembada, model Raiffeisien didasarkan pada prinsip kasih
persaudaraan dalam iman Kristiani.
Schulesz juga percaya bahwa anggota dapat berasal dari daerah
yang beragam dan berfokus untuk membantu para pekerja perkotaan
dan penjaga toko. Raiffeisien memiliki pandangan yang berbeda, ia
memberi keanggotaan untuk wilayah kabupaten dan paroki-paroki, dan
tertarik untuk membantu para petani kecil.
Pada tahun 1872, Raiffeisien mengadakan Rhein-Agricultural
Union Bank yang berfungi sebagai sebuah lembaga bank sentral untuk
mengawasi Credit Union lokal. Dia kemudian membentuk asosiasi
regional, nasional, dan sentral yang meminjamkan surplus dananya
untuk Credit Union lainnya.
Konsep koperasi kredit terus disempurnakan di Jerman dan
dengan cepat menyebar ke negara-negara Eropa lainnya seperti Swiss,
Austria, Prancis, dan Irlandia. Pada tahun 1866, sebuah bank koperasi
yang memiliki kepercayaan baru dan membatasi tanggung jawab
a. Sejarah Credit Union (CU)
Sejarah mencatat, sejak tahun 1870-an terbentuk asosiasi
kaum tani di Jerman. Sebuah jaringan kerjasama antar petani
dibangun untuk saling menolong dan bela rasa dalam menghadapi
kesulitan dan perjuangan hidup sebagai kaum tani pada waktu itu.
Sebelumnya, pada tahun 1864, Frederick Wilhelm Raiffeisen
mendirikan CU model Raiffeisen dengan cakupan wilayah yang
masih terbatas. Modal besar belum mereka miliki. Sistem simpan
pinjam tak kenal bunga. Sistem administrasi dijalankan oleh
sukarelawan (volunteer). Hingga kini nama arsitek CU ini masih
dipakai sebagai nama bank di Jerman. Menariknya gerakan ini
adalah semua anggota merasa bertamggung jawab atas hidup dan
kemajuan CU dikalangan kaum tani.
Tak lama kemudian, didirikan CU pertama di Perancis pada
tahun 1885. Tokoh terkenal pada waktu itu, Louis Milcent
(1846-1918), bekerja banyak untuk kaum tani. Sejak saat itu sudah
disadari bahwa hidup kaum tani memiliki kekuatan yang perlu
digalang dalam proses memperbaiki mutu hidup, sehingga
keluarga kaum tani bermasa depan baik. CU di Perancis melebar
ke Italia, dirintis oleh Leone Wollemberg (Yahudi) dalam
kerjasama dengan Luigi Luzzatti. Seorang rohaniwan Katolik
Kapusin atas Perancis, Ludovic de Besse (1831-1910)
“Kredit Rakyat”. Secara tidak langsung dia ikut mempromosikan
CU di Italia.
CU dari daratan Eropa Barat menjalar ke Amerika Serikat.
Pada tahun 1908 lahirlah CU di New Hampshire dan dua tahun
kemudian (1910) muncul CU di Massachusetts. CU ini menjadi
lembaga peminjaman uang. Dicatat dengan teliti anggota CU,
pekerjaan, tempat kerja, tempat tinggal, dan masuk kelompok apa.
Sejarah di atas mewariskan beberapa pelajaran berharga
bagi masyarakat dewasa ini. Pertama, CU lahir dari kalangan
kaum tani yang menyadari pentingnya jaringan kerja sama dalam
menghadapi kesulitan dan mengembangkan perekonomian.
Pendirian CU bermula dari kesetiakawanan sebagai anggota
kelompok sosial, terutama dari kalangan masyarakat kelas bawah.
Kedua, keberadaan dan pengembangan CU umumnya
terkait dengan hidup parokial, karena anggota paroki pada waktu
itu umumnya kaum tani. Hidup kaum rohaniwan pada waktu itu
ikut memperhatikan warga masyarakat kecil yang menantikan
perbaikan hidup mereka. Segenap anasir dalam paroki sedapat
mungkin terlibat dalam peningkatan kesejathteraan hidup.
Kerjasama antara awam dan religius terasa pada awal kelahiran
CU, sehingga arah perjuangan CU tetap sesuai dengan misi dasar
Ketiga, nilai dasar keluhuran martabat manusia dijunjung
tinggi oleh mereka yang memperhatikan kepentingan orang-orang
kecil, seperti kaum tani, buruh, dan karyawan. Kesetiakawanan
sosial melahirkan sikap dasar untuk saling menolong dalam
kesulitan hidup dan musim paceklik. Setiap anggota masyarakat
merasa bertanggung jawab atas keadaan hidup sesama, terutama
yang sedang menderita.
Gerakan Koperasi Kredit Indonesia sudah mulai muncul
sejak tahun 1970. Ide awal datang dari dua staf WOCCU (World
Council of Credit Unions) yang berkantor di Wisconsin, USA,
yaitu A. A. Bailey dan Agustine R. Kang ketika berkunjung ke
Indonesia pada tahun 1967, dan diterima oleh suatu lembaga
swadaya di Indonesia yaitu MAWI (Mejelis Wali Gereja
Indonesia) seksi sosial ekonomi.
Beberapa rohaniwan Katolik yang ditugaskan untuk
pengembangan sosial ekonomi dan khusus untuk pengembangan
Credit Union menugaskan Romo Rev. Karl Albrecht, SJ—dikenal
dengan nama Indonesia, Romo Albrecht Karim Arbie, SJ—
sebagai pendiri Credit Union di Indonesia. Setelah Romo
Albrecht Karim Arbie, SJ, muncul nama-nama pengerak Credit
Union yang lain, seperti Robby Tulus, AG. Lunandi, M.
Woeryadi, P.M Sitanggang, Ibnoe Soedjono, H. Woeryanto, dan
Saat itu 1970, Romo Albrecht Karim Albrie, SJ bersama
teman-teman mendirikan lembaga swadaya masyarakat yang
disebut dengan CUCO (Credit Union Counselling Office).
Lembaga ini memberikan konsultasi kepada masyarakat untuk
mengembangkan Credit Union di seluruh wilayah Indonesia.
Gagasan ini awalnya kurang mendapat tanggapan positif dari
pemerintah. Bahkan sebagian warga Gereja Katolik tidak
menerimanya, karena masih truma dengan banyaknya
kecurangan koperasi yang pernah terjadi di Indonesia pada masa
lalu. Namun Romo Albrecht dan kawan-kawan tetap
menjalankannya.
Akhir tahun 70-an, Romo Albrecht mengundurkan diri
sebagai direktur CUCO. Tugas diserahkan kepada Drs. Robby
Tulus untuk melanjutkan usaha pengembangan Credit Union di
Indonesia. Akhir tahun 1970, di Indonesia ada 9 CU dengan
jumlah anggota 763 orang dan total aset Rp 1.342.570,00.
Pada masa rezim Orba, pertumbuhan CU sangat terhalang
dengan adanya Peraturan Pemerintah lewat Instruksi Presiden No.
4 tahun 1984. Inpres ini intinya melarang koperasi beroperasi di
pedesaan, selain Koperasi Unit Desa (KUD). Dengan demikian
CU yang beroperasi di pedesaan banyak melaksanakan kegiatan
dengan sembunyi-sembunyi karena takut dibubarkan oleh
rezim Reformasi, maka Inpres No. 4 tahun 1984 dihapus dan
tidak berlaku lagi. Mulai saat itu CU bebas untuk berkumpul
maupun melaksanakan pendidikan baik di kota maupun pedesaan.
Para penggerak melakukan aktivitas menumbuhkan benih-benih
CU di seluruh Indonesia.
Dalam usaha menumbuhkan benih-benih CU tersebut,
banyak pihak luar negeri memberikan dukungan, khususnya
dalam dana pendidikan. Lembaga tersebut antara lain, Cibemo
dari Netherland, Mizerior dari Jerman, Intrcooperation dari Swiss,
KAS dari Jerman, dan CCA dari Kanada. Lembaga-lembaga
inilah yang mendukung dana untuk melaksanakan pelatihan dan
pendidikan sehingga Credit Union dapat bertumbuh merata di
seluruh wilayah Indonesia.
Sejak tahun 2000, lembaga-lembaga tersebut mulai
menghentikan bantuan. Alhasil CUCO Indonesia berusaha untuk
membiayai sendiri. Semua aktivitas baik pelatihan dan
pendidikan, pembinaan dan monitoring di tiap wilayah kerja di
seluruh Indonesia dilakukan secara swadaya oleh CUCO.
Hampir 30 tahun (1970-2000) Gerakan Koperasi Kredit
Indonesia baru menanamkan filosofi dan prinsip-prinsip Koperasi
Kredit, belum mengarahkan kepada pengelolaan yang berbasis
pada kelayakan ekonomi dan bisnis. Hal ini dapat dilihat pada
tertinggi (sekitar 1600 CU primer). Setelah itu perlahan-lahan
jumlah tersebut menurun. Kabar baiknya total simapanan, total
anggota, dan total aset bertambah.
Mgr. Hieronymus Bumbun, OFMCap (2012) CU di tanah
air dan khususnya di Kalimantan Barat merupakan sebuah
tanggapan nyata atas situasi hidup sosial dan ekonomi
masyarakat. Masyarakat kecil, terutama kaum tani, buruh,
karyawan, dan pegawai kelas rendah pada dasarnya
membutuhkan sebuah wadah yang dapat menolong mereka untuk
mengatur situasi perekonomian perorangan dan bersama.
Masuknya CU diibaratkan dengan munculnya terang baru di
daerah Kalbar yang menunjukkan jalan yang menyejahterakan
seluruh warga masyarakat (Munaldus, 2012, xiii).
CU telah merebut hati masyarakat. Sekarang CU telah
menjadi milik semua lapisan masyarakat, mulai dari masyarakat
akar rumput hingga masyarakat kelas atas. CU menampung
semua pihak yang berkehendak baik untuk membangun
kesejahteraan ekonomi, sosial, dan rohani. keadaan hidup
ekonomi dan sosial anggota CU berwarna khas mereka semakin
kreatif mengusahakan mata pencarian, mengatur keuangan dan
merencanakan penggunaan keuangan yang sehat.
Tidak sedikit dari anggota CU mahir dalam bidang
depan. Anggota CU tidak hanya dilatih untuk terampil dalam
bidang pengelolaan keuangan tapi sungguh mereka bisa lebih
mengatur pribadi dan kebijakan hidup sekarang dan dimasa
depan.
b. Penguatan Gerakan Credit Union (CU)
Pasto Thomas J. Feeney, Superior Jesuit dan Presiden
College St. George, tertarik mengembangkan gerakan Credit
Union berkat hubungan baiknya dengan Pastor Sullivan. Dia
membantu Pastor Sullivan dengan tanggung jawab mengajar di
college tersebut.Berhubung memiliki lebih banyak waktu untuk
mendedikasikan pembentukan dan pemeliharaan Credit Union,
Pastor Sullivan mengalihkan perhatiannya untuk mempromosikan
gerakan Credit Union kepada para penjaga toko, buruh pelabuhan,
pekerja pabrik, dan pegawai negeri sipil untuk membentuk Clerks
Credit Union.
Roy Lindo, pemilik J. Wray and Nephew menyetujui
permintaan pekerja administrasi dan buruh harian pada
perusahaannya. Berbagai Credit Union kemudian dibentuk untuk
pekerja pembuat alkohol, pelayan bar, dan polisi. Mereka adalah
para pegawai atau pegawai negeri yang dibayar murah.
Pastor Harry Ball, seorang pastor Katolik Roma lainnya
juga memberi perhatian terhadap upaya-upaya Pastor Sullivan
Linstead dan daerah dampingannya, Ewarton, Moneague, Jeffery
Town, Guy‟s Hill, dan Donnington. Pendekatan Pastor Sullivan
adalah melatih kelompok-kelompok terpilih bagaimana
mendirikan dan mengelola Credit Union.
Pastor Ball memperoleh pengetahuan besar tentang gerakan
Credit Union dan kemudian menjadi berperan penting dalam
membangun Credit Union di Annotto Bay (St. Mary),
Savannah-Ia-Mar (Westmoreland) dan Alva (St. Ann). Hal ini pada
gilirannya memengaruhi orang lain untuk mendirikan Credit
Union di daerah pedesaan lainnya. Pada tahun 1945, Pastor
Sullivan membentuk 5 Credit Union di Pulau Antillean: St. Lucia,
Grenada, Curacao, Trinidad, dan Barbados.
Pada tahun 1942, Pastor Feeney mendirikan St. George‟s
Extention School untuk mempersiapkan orang muda yang
memerlukan pinjaman tambahan untuk melanjutkan studi ke
Universitas.
Dua tahun kemudian, Pastor Sullivan mengambil
kesempatan untuk mengembangkan orang-orang muda yang
bersemangat dengan mempekerjakan para spesialis untuk
mengajar kursus-kursus koperasi kredit, koperasi konsumer, dan
koperasi perumahan. Ini merupakan kemenangan besar bagi
besar tersedia bagi kaum muda guna mengembangkan minat
untuk menjadi anggota.
c. Perbedaan Credit union (CU) dengan Lembaga Keuangan Lain
Tidak seperti di lembaga keuangan lain, CU dijalankan
secara demokratis oleh para anggota dan dikelola oleh pengurus
dan pengawas yang memberikan pelayanan secara sukarela (tanpa
digaji). Para sukarelawan (pengurus dan pengawas) ini dipilih
oleh anggota pada rapat anggota tahunan (RAT).
Tujuan utama CU adalah melayani kebutuhan para anggota.
Sisa hasil usaha (surplus) dibagikan dalam bentuk deviden, biaya
bunga simpanan, dan peningkatan pelayanan kepada anggota
setelah kebutuhan dana cadangan terpenuhi lembaga keuangan
lain seperti bank, bertujuan mengoptimalkan keuntungan bagi
pemegang saham. Credit Union memiliki tradisi memberikan
pendidikan kepada anggota melalui seminar atau berbagai jenis
pendidikan anggota, mulai dari bagaimana membeli mobil sampai
bagaimana mempersiapkan masa pensiun.
Tabel II.1
Menurut WOCCU (World Council of Credit Unions) perbedaan antara CU, bank dan LKM
Credit Union Bank
Komersial LKM
(earnings) digunakan agar suku bunga
lembaga atau pranata sosial lainnya untuk tumbuh dan berkembang. Di
masyarakat, keluarga merupakan kebutuhan manusia yang universal
dan menjadi sumber kegiatan dakam kehidupan manusia. Keluarga
anggotanya saling mengadakan kontak langsung, juga karena adanya
„keintiman‟ dari para anggotnya dan membuat kehidupan keluarga
menjadi sejahtera.
Kesejahteraan adalah salah satu aspek yang cukup penting untuk
menjaga dan membina terjadinya stabilitas sosial dan ekonomi. Kondisi
tersebut juga diperlukan untuk meminimalkan terjadinya kecemburuan
sosial dalam masyarakat. Selanjutnya percepatan pertumbuhan ekonomi
masyarakat juga memerlukan kebijakan ekonomi atau peranan
pemerintah dalam mengatur perekonomian sebagai upaya menjaga
stabilitas perekonomian.
a. Kesejahteraan Sosial-Ekonomi
Ekonomi Italia, Vilveredo Pareto, telah menspesifikasikan
suatu kondisi atau syarat terciptanya alokasi sumberdaya secara
efisien atau optimal, yang kemudian terkenal dengan istilah syarat
atau kondisi pareto (Pareto Condition). Kondisi pareto adalah
suatu alokasi barang sedemikian rupa, sehingga bila dibandingkan
dengan alokasi lainnya, alokasi tersebut takan merugikan pihak
manapun dan salah satu pihak pasti diuntungkan. Atas kondisi
pareto juga bisa didefinisikan sebagai suatu situasi dimana
sebagian atau semua pihak individu takan mungkin lagi
diuntungkan oleh pertukaran sukarela.
Berdasarkan kondisi pareto inilah, kesejahteraan
dari konsep-konsep tentang kemakmuran (Swasono, 2005:2).
Boulding dalam Swasono mengatakan bahwa “ pendekatan yang
memperkukuh konsepsi yang telah dikenal sebagai sosial
optimum yaitu paretion optimum (optimalitas ala Pareto dan
Edeworth), dimana efesiensi ekonomi mencapai sosial
optimum bila tidak seorangpun bisa lagi menjadi lebih beruntung.
Teori kesejahteraan secara umum dapat diklasifikasi
menjadi tiga macam, yaitu classical utilitarian, neoclassical
welfare theory dan new contractarian approach (Albert dan
Hahnel dalam Darussalam, 2005:77). Pendekatan classical
utillatarial menekankan bahwa kesenangan (pleasure) atau
kepuasan (utility) seseoarang dapat diukur dan bertambah.
Berdasarkan pada beberapa pandangan diatas dapat disimpulkan
bahwa tingkat kesejahteraan seseorang dapat terkait dengan
tingkat kepuasan (utility) dan kesenangan (pleasure) yang dapat
diraih dalam kehidupannya guna mencapai tingkat
kesejahteraannya yang diinginkan. Maka dibutuhkan suatu
perilaku yang dapat memaksimalkan tingkat kepuasa sesuai
dengan sumberdaya yang tersedia.
Kesejahteraan hidup seseorang dalam realitanya, memiliki
banyak indikator keberhasilan yang dapat diukur. Dalam hal ini
Thomas dkk. (2005:15) menyampaikan bahwa kesejahteraan
tingkat hidup masyarakat ditandai oleh terentaskannya
kemiskinan, tingkat kesehatan yang lebih baik, perolehan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi, dan peningkatan produktivitas
masyarakat. Kesemuanya itu merupakan cerminan dari
peningkatan tingkat pendapatan masyarakat golongan menengah
kebawah.
Todaro secara lebih spesifik mengemukakan bahwa fungsi
kesejahteraan W (welfare) dengan persamaan sebagai berikut :
W=W (Y,I,P), dimana Y adalah pendapatan perkapital, I adalah
ketimpangan, dan P adalah kemiskinan absolute. Ketiga variabel
ini mempunyai signifikansi yang berbeda-beda, dan selayaknya
harus dipertimbangkan secara menyeluruh untuk menilai
kesejahteraan di Negara-negara berkembang. Berkaitan dengan
fungsi persamaan kesejahteraan diatas, diasumsikan bahwa
kesejahteraan sosial berhubungan positif dengan pendapatan
perkapita, namun berhubungan negatif dengan kemiskinan.
b. Peningkatan Kesejahteraan Sosial-Ekonomi
Menurut Arthur Dunham kesejahteraan sosial didefinisikan
sebagai kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan
kesejahteraan dari segi sosial pemberian bantuan kepada orang
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan didalam beberapa bidang
seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian
hubungan-hubungan sosial. Ekonomi sebagaimana yang diketahui
adalah kegiatan manusia dengan masyarakat untuk memanfaatkan
dan mempergunakan unsur-unsur produksi dengan
sebaik-baiknya guna memenuhi berbagai rupa kebutuhan.
Pengertian kesejahteraan sosial dituangkan kedalam
Undang-undang nomor 6 tahun 1974, tentang
ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial, pasal 2 ayat 1 yang
berbunyi sebagai berikut: “kesejahteraan sosial adalah suatu tata
kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun spiritual yang
diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir
batin, yang memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk
mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah,
rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta
kewajiban manusia sesuai dengan pancasila.
Dalam mencapai kesejahteraan ini, maka tidak lepas dari
faktor-faktor yang mendukung usaha peningkatan pendapatan
serta pemanfaatan sumber-sumber serta sarana yang ada.
Faktor-faktor yang mendukung tersebut dapat diterangkan sebagai
berikut, seperti yang diungkapkan oleh Usman Yatim, dalam
upaya peningkatan pendapatan dapat diukur melalui faktor-faktor
1) Modal
Merupakan faktor produksi yang sangat esensial bagi fakir
miskin dalam proses peningkatan mutu kehidupannya.
2) Keterampilan
Merupakan faktor produksi yang sangat strategis
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan fakir miskin.
3) Teknologi
Teknologi dapat dimanfaatkan sebagai usaha dalam
meningkatkan kesejahteraan fakir miskin, karena teknologi
dapat berbentuk metode baru dalam berproduksi.
4) Lahan Usaha
Lahan usaha merupakan faktor yang sangat dibutuhkan bagi
peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Usaha kesejahteraan sosial merupakan usaha untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia. Oleh karena itu dalam
strategi pemenuhannya perlu tersedia sumber-sumber yang dapat
dikelompokkan menjadi:
1) Uang atau Barang, antara lain tunjangan-tunjangan,
pembagian kembali hasil pendapatan dan bahan material
lainnya untuk keperluan bantuan.
2) Jasa pelayanan (service) berupa bimbingan dan penyuluhan.
3) Kesempatan-kesempatan seperti pendidikan, latihan-latihan,
Jadi yang dimaksud peningkatan kesejahteraan adalah suatu
perubahan jenjang atau kondisi dari perekonomian yang lebih
baik atau mengalami kemajuan dari sebelumnya.
c. Kesejahteraan Perorangan dan Kesejahteraan Masyarakat
Kesejahteraan perorangan adalah kesejahteraan yang
menyangkut kejiwaan (state of mind). Perorangan yang
diakibatkan oleh pendapatan kemakmuran dan faktpr-faktor
ekonomi lainnya. Kesejahteraan perorangan sinonim dengan
tingkat terpenuhinya kebutuhan dari warga yang bersangkutan.
Sepanjang terpenuhinya kebutuhan dari warga yang
bersangkutan. Sepanjang terpenuhinya kebutuhan ini tergantung
dari faktor-faktor ekonomis, oleh karena itu kesejahteraan
perorangan selalu merupakan saldo dari “utilities” yang positif
dan yang negatif.
Dalam “utilities” yang positif termasuk kenikmatan yang
diperoleh masyarakat dari semua barang langka pada dasarnya
dapat memenuhi kebutuhan manusiawi. Dalam “utilities” negatif
termasuk biaya-biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh
barang-barang (seperti, terbuang waktu senggang) dan
dampak-dampak negatif dari perbuatan-perbuatan warga lain (seperti,
dampak negatif terhadap lingkungan) dimana kesejahteraan
Kesejahteraan masyarakat adalah kesejahteraan semua
perorangan secara keseluruhan anggota masyarakat. Dalam hal ini
kesejahteraan yang dimaksudkan adalah kesejahteraan
masyarakat. Adapun tahapan yang harus diperhatikan dalam
meningkatkan kesejahteraan diantaranya:
1) Adanya persediaan sumber-sumber pemecahan masalah
yang dapat digunakan. Dalam hal ini memang harus
diperhatikan, dalam menyelesaikan permasalahan yang ada
khusunya dalam meningkatkan kesejahteraan, karena tanpa
adanya sumber pemecahan masalah maka masalah tersebut
akan tetap ada.
2) Pelaksanaan usaha dalam menggunakan sumber-sumber
pemecahan masalah harus efisien dan tepat guna. Pada
tahap ini kita harus dapat menyelesaikan antara masalah
yang ada dengan sumber pemecahan masalah yang tepat
dan dapat selesai denganc epat.
3) Pelaksanaan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi masyarakat harus bersifat demokratis. Dalam hal
ini meningkatkan kesejahteraan perekonomian masyarakat
lebih baik masyarakat tersebut dilibatkan langsung
4) Menghindarkan atau mencegah adanya dampak buruk dari
usaha tersebut. Hal ini juga harus diperhatikan dalam
meningkatkan kesejahteraan eknomi masyarakat.
Sebaiknya dalam melakukan usaha tersebut tidak
menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat, tapi sebaliknya
dapat membantu meningkatkan kesejahteraan ekonomi
masyarakat. Ekonomi masyarakat sesungguhnya adalah ungkapan
dari demokrasi ekonomi (economy democracy) dengan pengacuan
dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, para
penyusun UUD 1945 secara resmi menggeser isu ekonomi rakyat
(people economy) menjadi ekonomi kerakyatan (people centered
economy).
Sasaran utama dari ekonomi kerakyatan adalah
dihapuskannya stratifikasi status ekonomi masyarakat baik
berdsarakan ras atau suku bangsa, maupun dari modal atau tingkat
penguasaaan faktor-faktor produksi.
Upaya penggerakan sumber daya masyarakat untuk
meningkatkan produktivitas masyarakat, sehingga baik sumber
daya manusia maupun sumber daya alam disekitar masyarakat
dapat ditinggalkan produktivitasnya. Dengan demikian
masyarakat dan lingkungan mampu secara partisipatif
menghasilkan dan menumbuhkan nilai tambah yang
Keberhasilan upaya kesejahteraan dapat dinilai secara
kuantitaif maupun kualitaif. Kuantitatif dimungkinkan karena
hasil-hasil yang dicapai dapat dijelaskan dalam hal-hal yang bisa
diukur. Sedangkan penilaian secara kualitatif indikatornya antara
lain adanya partisipasi masyarakat, kemandirian klien untuk
memenuhi kebutuhan secara layak dan sebagainya.
3. Pendapatan
Pendapatan tidak mengalami perubahan maka kenaikan harga
menyebabkan pendapatan riil menjadi semakin sedikit. Dengan kata
lain, kemampuan pendapatan yang diterima untuk membeli
barang-barang menjadi bertambah kecil dari sebelumnya. Maka kenaikan harga
menyebabkan konsumen mengurangi jumlah berbagai barang yang
dibelinya, termasuk barang yang mengalami kenaikkan harga.
Penurunan harga suatu barang menyebabkan pendapatan riil bertambah,
dan ini akan mendorong konsumen untuk menambah jumlah barang
yang dibelinya. Akibat dan perubahan harga kepada pendapatan, ini
yang disebut efek pendapatan. Maka kenaikan harga menyebabkan
konsumen mengurangi jumlah berbagai barang yang dibelinya,
termasuk barang yang mengalami kenaikan harga.
Dengan kata lain pendapatan para pembeli merupakan faktor yang
sangat penting dalam menentukan corak permintaan terhadap berbagai
barang. Perubahan pendapatan selalu menimbulkan terhadap
permintaan yang berlaku apabila pendapatan berubah. Hal inilah yang
akan mempengaruhi bagaimana tingkat pendapatan mempengaruhi
tingkat konsumsi masyarakat serta berinvestasi (saving). Ada beberapa
hal yang menjadi pertimbangan seseorang dalam mengkonsumsi
barang, diantaranya; harga barang itu sendiri, harga barang lain,
pendapatan, selera, dan kondisi makro ekonomi.
Perubahan pendapatan seperti yang telah diterangkan akan
mempengaruhi jumlah anggaran pengeluaran (konsumsi dan investasi).
Jika pendapatan menurun maka demikian pula tingkat pengeluaran
(konsumsi dan investasi) juga akan menurun, sedangkan jika
pendapatan meningkat maka demikian pula tingkat pengeluaran
(konsumsi dan investasi) juga akan meningkat.
Dari penjelasan tersebut diatas, dapat diambil suatu kesimpulan
pernyataan yaitu: “Pendapatan akan bergerak naik-turun sesuai
pengeluaran (konsumsi dan investasi)“. Artinya individu akan
cenderung mengkonsumsi lebih banyak dari sebelumnya, jika
pendapatan individu tersebut mengalami peningkatan dari sebelumnya.
Sedangkan individu akan cenderung mengkonsumsi lebih sedikit dari
sebelumnya, jika pendapatan individu tersebut mengalami penurunan
dari sebelumnya.
4. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang mendasar
dengan adanya berbagai kekurangan dan ketidakberdayaan diri si
miskin. Berbagai kekurangan dan ketidakberdayaan tersebut disebabkan
baik faktor internal maupun eksternal yang membelenggu, seperti
adanya keterbatasan untuk memelihara dirinya sendiri, tidak mampu
memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya untuk memenuhi
kebutuhan dll. Dengan begitu, segala aktivitas yang mereka lakukan
untuk meningkatkan hidupnya sangat sulit. Pada masa lalu umumnya
masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin
dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran
kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas
pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya
yang tersedia pada jaman modern.
Di Indonesia kemiskinan sudah terjadi sejak jaman dahulu dimana
pemerintah di Indonesia tidak dapat menekan angka kemiskinan dari
tahun ke tahun bahkan kemiskinan sudah menjadi pekerjaan yang serius
untuk pemerintah kita. Banyak cara yang telah dilakukan oleh
pemerintah, tapi untuk menekan atau bahkan mengurangi angka
kemiskinan sangatlah sulit. Indonesia sebagai negara yang kaya akan
sumber daya alamnya, ternyata tidak sedikit penduduk yang tergolong
miskin. Jumlah penduduk miskin tersebut terdiri dari gabungan
penduduk di perkotaan dan di pedesaan.
BAPPENAS (1993) mendefinisikan kemiskinan sebagai situasi
melainkan karena keadaan yang tidak dapat dihindari dengan kekuatan
yang ada padanya. Sedangkan menurut Soekanto, kemiskinan diartikan
sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memlihara
dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak
mampu memanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya dalam
kelompok tersebut.
Garis Kemiskinan merupakan representasi dari jumlah rupiah
minimum yang harus diperoleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
keluarga sehari-hari. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
konsumsi per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan,
dikategorikan sebagai penduduk miskin. Dibawah ini merupakan garis
kemiskinan menurut kota, desa, dan kota + desa dibawah ini:
Tabel II.2
Garis Kemiskinan Menurut Provinsi, September 2013
No Provinsi Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Kota Desa Kota + Desa
1 Aceh 374 261 337 962 348 172
2 Sumatera Utara 330 517 292 186 311 063
3 Sumatera Barat 360 768 321 252 336 606
4 Riau 366 057 339 829 350 129
5 Jambi 369 835 280 660 307 885
6 Sumatera Selatan 328 335 270 166 291 058
7 Bengkulu 358 294 313 265 327 358
8 Lampung 326 468 284 504 295 395
9 Bangka Belitung 416 935 436 899 427 081
10 Kepulauan Riau 405 578 364 773 398 903
11 DKI Jakarta 434 322 - 434 322
No Provinsi Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Kota Desa Kota + Desa
13 Jawa Tengah 268 397 256 368 261 881
14 DI Yogyakarta 317 925 275 786 303 843
15 Jawa Timur 278 653 269 294 273 758
16 Banten 300 109 264 632 288 733
17 Bali 298 449 261 613 284 009
18 Nusa Tenggara Barat 299 886 263 107 278 514
19 Nusa Tenggara Timur 321 163 234 141 251 080
20 Kalimantan Barat 280 423 265 898 270 306
21 Kalimantan Tengah 299 970 311 647 307 698
22 Kalimantan Selatan 313 691 290 576 300 329
23 Kalimantan Timur 435 313 389 784 417 902
24 Sulawesi Utara 255 566 245 872 250 249
25 Sulawesi Tengah 324 072 293 567 301 000
26 Sulawesi Selatan 235 488 207 023 217 547
27 Sulawesi Tenggara 240 089 221 905 226 990
28 Gorontalo 237 600 232 048 233 942
29 Sulawesi Barat 230 973 228 346 228 944
30 Maluku 358 068 339 466 346 599
31 Maluku Utara 317 176 281 482 291 352
32 Papua Barat 414 900 389 163 397 003
33 Papua 387 789 322 079 339 096
Sumber: BPS, September 2013.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, provinsi Kalimantan
Barat berada pada garis kemiskinan dengan pendapatan per kapita
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Adi Susilo (2013), Kontribusi Pinjaman Yang Diterima Dari Credit
Union Pancur Dangeri Terhadap Peningkatan Pendapatan Anggota.
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Tujuan penelitian;
Untuk mengetahui kontribusi antara besarnya pinjaman yang diberikan
terhadap peningkatan pendapatan anggota, mengetahui kontribusi
pemanfaatan pinjaman terhadap peningkatan pendapatan anggota,
mengetahui kontribusi jangka waktu pinjaman terhadap peningkatan
pendapatan anggota, mengetahui kontribusi tingkat bunga terhadap
peningkatan pendapatan anggota, serta untuk mengetahui kontribusi
besarnya pinjaman, pemanfaatan pinjaman, jangka waktu pinjaman, dan
tingkat bunga pinjaman terhadap peningkatan pendapatan anggota.
Hasil penelitian, variabel besarnya pinjaman, pemanfaatan pinjaman,
jangka waktu pinjaman, dan bunga pinjaman secara bersama-sama
berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan anggota.
2. Putrawinata (2013), Perbedaan kesempatan Berusaha, Tingkat
Pendapatan Dan Tingkat Pengeluaran Anggota Sebelum Dan Sesudah
Menggunakan Kredit Di Credit Union Bima. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma. Tujuan penelitian: Untuk mengetahui
perbedaan Kesempatan Berusaha anggota Credit Union Bima sebelum
dan sesudah menggunakan kredit, mengetahui perbedaan Tingkat
Pendapatan anggota Credit Union Bima sebelum dan sesudah
anggota Credit Union Bima sebelum dan sesudah menggunakan kredit.
Hasil penelitian, Pemberian kredit bagi anggota tidak memberikan
dampak yang signifikan tehadap tingkat pendapatan anggota sebelum
maupun sesudah menggunakan kredit di Credit Union Bima. Hal ini
dikarenakan mayoritas dari anggota melakukan kredit untuk perluasan
lahan perkebunan karet, dan hasilnya dapat mereka nikmati dalam
waktu yang cukup panjang ke depannya sehingga tidak terdapat
perbedaan yang signifikan tehadap tingkat pendapatan anggota sebelum
maupun sesudah menggunakan kredit di Credit Union Bima.
C. Kerangka Berpikir
Perkembangan Credit Union Pancur Kasih dapat mempengaruhi
kesempatan berusaha bagi para anggota. Credit Union dapat memberikan
kemudahan bagi para anggota untuk bisa mensejahterakan kehidupan
mereka melalui kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh pihak Credit
Union itu sendiri, dan anggota dari Credit Union mampu memanfaatkan
kemudahan yang diberikan oleh Credit Union.
Apabila mayoritas dari masyarakat memiliki usaha yang dapat
meningkatkan taraf hidup mereka, maka hal tersebut dapat mempengaruhi
tingkat pendapatan masyarakat. Dengan semakin tingginya tingkat
pendapatan, maka tingkat pengeluaran masyarakat juga semakin meningkat,
begitu juga sebaliknya, semakin rendah tingkat pendapatan seseorang maka
Gambar II.1 Bagan-bagan pemikiran
Y: Tingkat Kesejahteraan Ekonomi Anggota X1: Tingkat Pendapatan
X2: Curahan kerja bidang pertanian
X3: Curahan kerja bidang nonpertanian