1.1. Latar Belakang
Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan yang dimaksud dengan kinerja mesin adalah prestasi dari suatu mesin yang erat hubungannya dengan daya mesin yang dihasilkan serta daya guna dari mesin tersebut.1
Peranan kinerja terhadap pengolahan produksi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam manajemen operasi, karena tidak ada sesuatu yang dapat diselesaikan tanpa manusia yang mengerjakan yang ditunjang dengan peralatan (mesin). Peranan tenaga kerja dan peralatan (mesin) bila dikelola dengan baik dan efisien adalah kunci keberhasilan dari bagian manajemen operasi.
Mesin merupakan alat bantu untuk melakukan proses transformasi atau proses pengolahan dari masukan (input) menjadi keluaran (output). Mesin sangat memegang peranan penting dalam proses pengolahan, karena tanpa adanya mesin proses produksi tidak akan efisien, juga hasil yang didapat tidak optimal. Kapasitas mesin terdiri dari kapasitas terpasang dan kapasitas terpakai. Kapasitas terpasang merupakan jumlah maksimum dari bahan baku yang dapat diolah oleh mesin tersebut. Sedangkan kapasitas terpakai merupakan jumlah minimum dari bahan baku yang dapat diolah oleh mesin2.
Franciska, L. (2011) dalam penelitiannya di PT. Tjipta Rimba Djaja yang berjudul “Perencanaan Kebutuhan Kapasitas Untuk Memaksimisasi Utilitas
1 Mangkunegara. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung: Penerbit Refika Aditama. 2009. 2 Daryanto. Dasar –Dasar Teknik Mesin. Rineka Cipta. Jakarta. 1993.
Kinerja Pada Industri Pengolahan Plywood”. Dalam strategi produksinya, perusahaan menerapkan sistem make to stock. Pada bulan Oktober Juli 2011, perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan, dimana jumlah produksi adalah 1.876 m3 sedangkan jumlah permintaan adalah 1.913 m3. Ketidakmampuan perusahaan tersebut disebabkan oleh adanya ketidaklancaran produksi, yaitu terdapat stasiun kerja menganggur akibat perbedaan kapasitas antara stasiun kerja rotary (stasiun kerja II) dengan stasiun kerja dryer (stasiun kerja III). Stasiun kerja rotary memiliki kapasitas 16 m3/jam sedangkan stasiun kerja dryer memiliki kapasitas 10 m3/jam. Ketidaklancaran produksi ini juga menandakan rendahnya utilitas pada stasiun kerja. Oleh karena itu penyelesaian yang dilakukan untuk mengatasi ketidaklancaran tersebut adalah dengan melakukan perencanaan kapasitas yang dapat memaksimisasi utilitas.3
Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Chen, J.C. (2012) yang menunjukkan bahwa metode yang paling efektif untuk meningkatkan performansi produksi adalah dengan melaksanakan perencanaan kapasitas yang efektif. Perencanaan kapasitas yang efektif tidak hanya dapat memaksimalkan utilitas tetapi juga mengurangi work in process (WIP), biaya, dan lain-lain. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Nils Altfeld, dkk pada tahun 2011 yang menunjukkan bahwa terjadinya bottleneck berhubungan dengan beban kerja (workload) stasiun kerja dan kapasitas yang ada.
PT. Karya Tanah Subur (KTS) bergerak dalam bidang pengolahan tandan buah segar yang menghasilkan minyak sawit dan inti sawit. Pada saat ini terlihat bahwa hasil panen dari kebun sawit milik PT. Karya Tanah Subur (KTS) dan dari kebun petani sekitar terutama pada saat mengalami panen tidak dapat diolah
seluruhnya dalam satu hari kerja, sehingga terjadinya penumpukan Tandan Buah Segar untuk diolah. Maka dari itu perlu dilakukannya perhitungan waktu standar setiap operasi dan menentukan kapasitas setiap mesin untuk menentukan jumlah tandan yang optimal untuk diolah setiap hari atau setiap satu shif kerja.
2012 jumlah restan CPO mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 174,771 kg. Pada bulan Oktober tahun 2012 jumlah restan CPO kembali mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 224,085 kg. Pada bulan November tahun 2012 mengalami penurunan yaitu sebesar 152,073, dan pada bulan Desember 2012 mengalami peningkatan kembali yaitu sebesar 204,738 kg.
Pada bulan Januari tahun 2013 jumlah restan CPO mengalami peningkatan kembali yaitu sebesar 263.040 kg. Pada bulan Februari tahun 2013 kembali mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 374.337 kg. Pada bulan Maret 2013 jumlah restan mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 167.561 kg. Pada bulan April tahun 2013 kembali mengalami peningkatan yaitu sebesar 215.796 kg. Pada bulan Mei dan Juni tahun 2013 jumlah restan CPO mengalami peningkatan yaitu sebesar 243.247 kg dan 267.453 kg. Pada bulan Juli tahun 2013 jumlah restan CPO mengalami penurunan yaitu sebesar 225.578 kg. Pada bulan Agustus dan September tahun 2013 jumlah restan CPO mengalami peningkatan kembali yaitu sebesar 233.328 kg dan 291.650 kg. Pada bulan Oktober, November dan Desember jumlah restan CPO mengalami penurunan yaitu sebesar 322.230 kg, 322.230 kg dan 322.230 kg. Dari kurun waktu dua tahun, tahun 2012 jumlah restan CPO sebesar 2.232.561 kg, sedangkan tahun 2013 sebesar 3.248.678 kg, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah restan CPO mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang cukup signifikan dengan rata-rata tahun 2012 sebesar 186.046,750 kg sedangkan tahun 2013 sebesar 270.723,167 kg.
sehingga buah sawit terlalu banyak menumpuk, maka dari itu diperlukan suatu perencanaan produksi yang baik sehingga akan tercipta nantinya suatu kondisi produksi yang optimum yang akan menyebabkan pabrik bekerja pada kapasitas yang optimal. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam mengoptimalkan mesin pengolahan TBS dalam produksi CPO adalah metode Rough Cut Capacity Planning (RCCP). Keunggulan metode Rough Cut Capacity Planning (RCCP) yaitu menganalisis suatu proses atau evaluasi kapasitas dari fasilitas produksi yang tersedia di lantai pabrik agar sesuai atau dapat mendukung jadwal induk produksi yang akan disusun. Langkah ini sangat penting bagi pengambil kebijakan dalam membuat suatu keputusan dalam mengalokasikan sumber daya guna menghasilkan kapasitas pabrik yang diharapkan, sehingga dalam kekurangan kapasitas yang menyebabkan kegagalan produksi, keterlambatan pengiriman kepelanggan, dan kehilangan kepercayaan dalam sistem formal yang mengakibatkan reputasi perusahaan menurun dapat teratasi. Kekurangan kapasitas akan mengakibatkan utilitas sumberdaya yang rendah, biaya meningkat, harga produk menjadi kompetitif, penurunan keuntungan dan lain-lain.
Dari latar belakang yang di paparkan di atas maka penulis tertarik mengambil judul untuk penelitian: "Optimisasi Kinerja Mesin Pengolahan Tandan Buah Segar Menggunakan Metode RCCP (Studi Kasus PT. Karya Tanah Subur)".
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:
2. Bagaimana menentukan waktu standar setiap mesin dan kapasitas mesin yang ada pada bagian produksi?
3. Bagaimana menentukan optimalisasi penggunaan mesin?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk menentukan waktu siklus pada setiap mesin yang ada pada bagian produksi?
2. Untuk menentukan waktu standar setiap mesin dan kapasitas mesin yang ada pada bagian produksi.
3. Untuk menentukan optimalisasi penggunaan mesin.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini bagi perusahaan, mahasiswa dan perguruaan tinggi yang meliputi:
1. Bagi Perusahaan
1) Memperoleh masukan mengenai kapasitas kinerja
mesin yang optimal yang selama ini dilakukan
perusahaan.
2) Mendapatkan gambaran tentang berapa waktu siklus
pengolahan TBS, waktu standar produksi, efisiensi dan
utilitas setiap mesin serta kapasitas olah setiap mesin
yang dibutuhkan pada setiap stasiun kerja.
3) Memberikan masukan kepada pihak perusahaan
2. Bagi Mahasiswa
Dapat menentukan penggunaan waktu produksi dan merencanakan kapasitas yang optimal dengan metode RCCP.
3. Bagi Jurusan Teknik Industri
Menjadi tambahan literatur di Jurusan Teknik Industri yang dapat dijadikan referensi bagi semua pihak yang ingin mengetahui aplikasi dan prosedur perencanaan kebutuhan kapasitas.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi dua hal, yaitu batasan penelitian dan asumsi yang digunakan dalam penelitian ini.
1.5.1. Batasan Masalah
Pembatasan masalah sangat diperlukan dalam penelitan ini, sehingga hasil yang diperoleh dapat benar-benar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hal-hal yang membatasi lingkup penelitian ini adalah:
1. Data yang digunakan adalah data perusahaan dalam kurun dua tahun. 2. Penelitian ini hanya dilakukan pada setiap unit bagian lantai produksi
diataranya pada mesin strelilizer, mesin penebah, mesin press dan mesin pemurnian minyak.
1.5.2. Asumsi
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Metode kerja yang digunakan dianggap sudah benar dan pekerja telah menguasai metode kerja yang sesuai dengan Standart Operational Prosedure.
2. Mesin dalam keadaan normal dan kapasitas olah dari mesin-mesin yang sejenis dianggap sama.
3. Cara kerja yang digunakan sudah standar.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah:
BAB 1 PENDAHULUAN
Menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi yang digunakan dan sistematika penulis Tugas Akhir.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Mejelaskan tentang dasar-dasar teori dan sumber acuan yang mendukung untuk digunakan dalam analisis pemecahan masalah yang dirumuskan untuk mencapai tujuan penelitian.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
dalam pengumpulan data, pengolahan data, maupun pemecahan masalah.
BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Menguraikan tentang data yang dikumpulkan dan pengolahannya untuk memecahkan masalah sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan.
BAB 5 ANALISIS DAN EVALUASI
Menguraikan tentang pembahasan-pembahasan yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dan mengevaluasi perbedaan-perbedaan yang terlihat antara hasil studi dengan fakta di lapangan, serta memberikan penjelasan secara ilmiah.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN