• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN LABORATORY BASED EDUCATION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN LABORATORY BASED EDUCATION"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN

LABORATORY BASED EDUCATION

Learning

Outcome

Research

Service

Education

Output

Yusuf Bilfaqih

Aulia Siti Aisyah

Widiyastuti

Sistem Pembelajaran yang Memadukan

(2)
(3)

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur ke hadlirat Allah SWT, atas petunjuk dan pertolongan Nya penulis dapat menyelesaikan buku ini. Melalui buku ini penulis hanya mengumpulkan bagian-bagian yang terserak dan berusaha mengemasnya untuk merepresentasikan sistem pembelajaran laboratory based education (LBE). Kontribusi yang lebih besar sebenarnya diberikan oleh pihak pimpinan di ITS yang telah berkomitmen untuk menjalankan LBE dan banyak pihak yang telah menyelenggarakan LBE. Untuk itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu di sini, termasuk bagi pembaca yang budiman. Kalaupun masih banyak kekurangan di dalam buku ini, hal itu semata-mata menunjukkan kelemahan penulis. Di samping itu, memang banyak bagian yang masih harus dibahas lebih luas dan mendalam, semoga dapat direalisasikan pada tulisan berikutnya.

Model pembelajaran laboratory based education - Sistem pembelajaran yang memadukan proses pendidikan, penelitian dan pengabdian di laboratorium - demikian judul buku ini. Sederhananya, di sini menggunakan pendekatan laboratorium sebagai sistem pembelajaran dengan proses pendidikan, proses penelitian dan proses pengabdian kepada masyarakat sebagai bentuk pembelajaran. Model pembelajaran ini memadukan ketiga program Tri Dharma Perguruan Tinggi (Tri Dharma PT) ini dalam sistem pembelajaran di laboratorium. Ada dua bingkai cara pandang dalam menyusun model sistem ini, yaitu pendekatan "system of process" dan model referensi pengembangan yang diadopsi dari ISO 19796. Pendekatan pertama, menempatkan laboratorium sebagai sebuah sistem pembelajaran yang terdiri atas proses pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Pendekatan ini menempatkan laboratorium sebagai unit terkecil dalam institusi atau universitas untuk mengemban tugas melaksanakan Tri Dharma PT. Pendekatan kedua merupakan model referensi dalam pengembangan laboratorium sebagai sistem pembelajaran tersebut. Model referensi ini menyediakan tahapan-tahapan yang terdiri atas beberapa proses untuk pengembangan sistem pembelajaran yang bermutu melalui pemanfaatan TIK. Kedua pendekatan ini diharapkan dapat menghasilkan model laboratorium sebagai sebuah sistem pembelajaran yang dapat menggerakkan ketiga roda proses bisnis utama di perguruan tinggi secara terpadu. Melalui sinergi proses pendidikan, penelitian dan pengabdian dapat menjamin keberhasilan memenuhi capaian pembelajaran mahasiswa. Capaian pembelajaran bahkan dapat ditingkatkan secara signifikan dalam aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan praktis melalui pengalaman belajar di laboratorium.

Pendekatan laboratory based education (LBE) mulai dilaksanakan di ITS semenjak program Predict-ITS pada bulan Juni tahun 2006. Program ini semula diterapkan pada program pascasarjana S2, sedangkan saat ini telah berkembang penerapannya

(4)

lebih luas dan terpadu mencakup program sarjana S1 dan program doktor S3. Pendekatan pembelajaran LBE ini menekankan perlunya kepala laboratorium membimbing dan mengawasi mahasiswa pascasarjananya semenjak hari pertama mengikuti program hingga menyelesaikannya dan tesis mahasiswa pascasarjana dibuat berdasarkan penelitian bersama di bawah payung Predict-ITS atau proyek penelitian lain. Hal ini dimaksudkan untuk mengorganisasikan penelitian di laboratorium ke dalam sebuah kelompok penelitian dengan seorang peneliti utama bersama mahasiswa/stafnya, dan membuat mahasiswa meluangkan waktu lebih banyak di laboratorium untuk mengerjakan penelitiannya bersama dengan senior, teman seangkatan dan yuniornya.

Dalam praktiknya, pendekatan LBE merupakan suatu bentuk pendidikan yang telah menjadi identitas ITS dengan keunikan kemampuan LBE untuk menggerakkan roda proses bisnis utama: pendidikan, penelitian dan pengabdian secara terpadu. Pendekatan LBE juga telah membangun karakter mahasiswa ITS dalam kehidupan sehari-hari. Namun praktik-praktik terbaik yang telah dilaksanakan hanya terlihat polanya tetapi belum terdapat model yang definitif sehingga praktik satu laboratorium dengan laboratorium yang lain menjadi berbeda. Keberhasilan satu laboratorium sering kali tidak diikuti oleh laboratorium yang lain, sebaliknya kegagalan satu laboratorium terulang pada laboratorium yang lain.

Buku ini membahas penyusunan model konseptual sistem pembelajaran

Laboratory based Education melalui adaptasi ISO 19796. ISO 19796 memberikan model acuan dalam pengembangan Learning, Education, dan Training berbasis ICT. Model konseptual sistem pembelajaran LBE mencakup bagaimana semua sumber daya yang ada menjalankan beragam aktivitas untuk menggerakkan roda proses bisnis utama: pendidikan, penelitian dan pengabdian secara utuh dan terpadu. Keberhasilan penerapan model tersebut diharapkan akan memberikan jaminan keberhasilan pelaksanaan sistem pembelajaran LBE. Keberhasilan pelaksanaan sistem pembelajaran LBE tentu dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi pelaksanaan Tri Dharma PT.

Surabaya, 15 Pebruari 2016 Tim Penulis

(5)

DAFTAR ISI

PRAKATA ... iii DAFTAR ISI ... v DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR TABEL ... xi PENDAHULUAN ... 1 BAB 1 LABORATORIUM ... 5

1.1 MENGAPA DIPERLUKAN LABORATORIUM ...5

1.2 APA SAJA MACAM LABORATORIUM ...6

1.3 BAGAIMANA MENGELOLA LABORATORIUM ...8

BAB 2 ORGANISASI SEBAGAI SUATU SISTEM ... 9

2.1 PENDEKATAN SISTEM DARI PROSES ...9

2.1.1 Pengertian dan Definisi ...9

2.1.2 Lingkaran Pengaruh ...13

2.2 ORGANISASI SEBAGAI SISTEM ...14

2.2.1 Mengapa Proses Manajemen Misi ...18

2.2.2 Mengapa Proses Manajemen Sumber Daya ...20

2.2.3 Mengapa Proses Penciptaan Permintaan ...21

2.2.4 Mengapa Proses Pemenuhan Permintaan...23

2.2.5 Manajemen Proses ...25

BAB 3 LABORATORIUM SEBAGAI SISTEM ... 35

3.1 VISI DAN MISI ...35

3.2 TATA NILAI DAN KARAKTER ...37

3.3 PENDIDIKAN SEBAGAI SEBUAH PROSES ...39

3.3.1 Proses Bisnis Pendidikan ...40

3.3.2 Proses Kerja Pendidikan ...41

3.4 PENELITIAN SEBAGAI SEBUAH PROSES ...43

3.4.1 Proses Bisnis Penelitian ...44

3.4.2 Proses Kerja Penelitian ...45

3.5 PENGABDIAN SEBAGAI SEBUAH PROSES...46

3.5.1 Proses Bisnis Pengabdian Kepada Masyarakat ...47

3.5.2 Proses Kerja Pengabdian Kepada Masyarakat ...47

3.6 LINGKARAN PENGARUH TRI DHARMA PT ...49

3.7 PRAKTIK TRI DHARMA YANG DISUKAI ...54

3.8 LABORATORIUM SEBAGAI PENGGERAK TRI DHARMA PT ...57

BAB 4 MODEL DESAIN PEMBELAJARAN ... 61

4.1 MODEL DICK &CAREY ...61

4.2 MODEL JEROLD E.KEMP ...63

(6)

4.5 MODEL QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT ... 68

4.6 MODEL DESAIN PEMBELAJARAN BERBASIS ISO19796 ... 70

4.6.1 Analisis Kebutuhan ... 71

4.6.2 Analisis Rangka Kerja ... 71

4.6.3 Konsepsi/Desain Pembelajaran LBE ... 72

BAB 5 ANALISIS KEBUTUHAN ... 75

5.1 INISIASI ... 75

5.2 IDENTIFIKASI STAKEHOLDER ... 79

5.3 DEFINISI SASARAN ... 81

5.4 ANALISIS PERMINTAAN ... 83

BAB 6 ANALISIS RANGKA KERJA ... 87

6.1 ANALISIS KONTEKS EKSTERNAL ... 87

6.2 ANALISIS LINGKUNGAN ... 90

6.3 ANALISIS SUMBER DAYA STAF ... 91

6.4 ANALISIS KELOMPOK TARGET ... 94

6.5 ANALISIS KONTEKS ORGANISASI DAN INSTITUSI ... 96

6.6 ANALISIS PERENCANAAN WAKTU DAN BIAYA ... 100

BAB 7 KONSEPSI/DESAIN PEMBELAJARAN LBE ... 101

7.1 TUJUAN PEMBELAJARAN ... 102

7.2 KONSEP MATERI ... 105

7.3 KONSEP/METODE DIDAKTIK ... 108

7.3.1 Prinsip-prinsip Kegiatan Belajar Mengajar ... 109

7.3.2 Pembelajaran Lewat Eksperimentasi Interaktif ... 111

7.3.3 Pembelajaran Eksperiensial ... 112

7.3.4 Lingkungan Laboratorium Pembelajaran Terpadu ... 113

7.3.5 Pendidikan Karakter ... 114

7.4 MANAJEMEN LABORATORIUM ... 115

7.4.1 Manajemen Misi ... 117

7.4.2 Manajemen Sumber Daya ... 119

7.4.3 Manajemen Penciptaan Permintaan ... 120

7.4.4 Manajemen Pemenuhan Permintaan ... 121

7.5 KONSEP ORGANISASIONAL ... 129

7.6 KONSEP TEKNIS ... 130

7.6.1 Rencana Pengembangan Laboratorium ... 131

7.6.2 Penataan Bahan dan Peralatan ... 132

7.6.3 Pengelolaan Bahan dan Peralatan ... 134

7.7 KONSEP EKSPERIMEN ... 135

7.7.1 Laboratorium Simulasi ... 136

7.7.2 Laboratorium Berjarak... 140

7.7.3 Perbandingan dan Pemilihan Laboratorium Daring ... 143

7.8 KONSEP SIMLABORATORIUM ... 146

7.9 KONSEP KONSULTASI DAN BIMBINGAN ... 149

(7)

7.10 KONSEP PUBLIKASI,SEMINAR DAN JURNAL ... 152

7.10.1 Publikasi Hasil-hasil Penelitian ... 153

7.10.2 Pola Kompetisi/ Kontes ... 154

7.10.3 Pola Penghargaan (penghargaan akademis & non-akademis) .... 155

7.11 KONSEP KEBERLANJUTAN... 155

7.11.1 Konsep Manajemen Mutu... 155

7.11.2 Konsep Pendapatan & Pendanaan ... 160

BAB 8 PANDUAN SISTEM PEMBELAJARAN LBE ... 163

8.1 DESKRIPSI SISTEM ... 163

8.2 PENERIMAAN MAHASISWA DI LABORATORIUM ... 166

8.3 MEDIA DAN SARANA PEMBELAJARAN ... 167

8.4 PERAN TENAGA PENDIDIK ... 168

8.4.1 Koordinator Bidang Studi ... 168

8.4.2 Kepala Laboratorium ... 169

8.4.3 Ketua Grup Pendidikan ... 170

8.4.4 Ketua Grup Penelitian ... 170

8.4.5 Ketua Grup Pengabdian ... 171

8.5 PERAN TENAGA KEPENDIDIKAN ... 172

8.5.1 Manajer Sumber Daya ... 174

8.5.2 Manajer Pemasaran ... 175

8.6 PERAN PESERTA DIDIK ... 177

8.6.1 Penanggung Jawab Laboratorium ... 177

8.6.2 Koordinator Pendidikan ... 178

8.6.3 Koordinator Penelitian ... 178

8.6.4 Koordinator Pengabdian ... 179

8.6.5 Asisten Praktikum/ Pembelajaran ... 179

8.6.6 Pembimbing Penelitian ... 180

8.6.7 Anggota Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat... 180

8.7 EVALUASI PEMBELAJARAN ... 181

BAB 9 PENUTUP ... 185

LAMPIRAN 1 Kegiatan LBE di Laboratorium ITS ... 187

LAMPIRAN 2 Luaran Pendidikan Berupa Modul ... 193

LAMPIRAN 3 Luaran dan Capaian PPM ... 194

LAMPIRAN 4 Daftar Buku Luaran Tri Dharma PT ... 196

LAMPIRAN 5 Model Deskriptif ISO 19796 ... 198

DAFTAR PUSTAKA ... 227

GLOSARIUM ... 231

(8)
(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2-1 Model Proses dalam ISO ... 12

Gambar 2-2 Lingkaran Pengaruh Yang Menghasilkan Ketidakpuasan Stakeholder ... 13

Gambar 2-3 Lingkaran Pengaruh Yang Menghasilkan Kepuasan Stakeholder ... 14

Gambar 2-4 Organisasi sebagai Sistem dari Proses ... 15

Gambar 2-5 Proses Manajemen Misi ... 19

Gambar 2-6 Proses Manajemen Sumber Daya ... 21

Gambar 2-7 Proses Penciptaan Permintaan ... 23

Gambar 2-8 Proses Pemenuhan Permintaan ... 24

Gambar 2-9 Hirarki Proses ... 25

Gambar 2-10 Model Proses Sederhana ... 26

Gambar 2-11 Proses Terkelola ... 27

Gambar 2-12 Proses Kerja Terkelola ... 28

Gambar 2-13 Sistem dari Proses Yang Beriteraksi ... 29

Gambar 2-14 Interaksi Antara Dua Proses dari Proses Manajemen Misi ... 30

Gambar 2-15 Interaksi dari 5 Proses yang Menghasilkan Konflik Nilai ... 31

Gambar 2-16 Interaksi Yang Menyebabkan Kualitas Buruk ... 31

Gambar 2-17 Interaksi Yang Menyebabkan Kualitas Baik ... 32

Gambar 3-1 Model Proses Pembelajaran ... 42

Gambar 3-2 Proses Pembelajaran Terkelola ... 43

Gambar 3-3 Model Proses Penelitian ... 45

Gambar 3-4 Proses Penelitian Terkelola ... 46

Gambar 3-5 Model Proses Pengabdian ... 48

Gambar 3-6 Proses Pengabdian Terkelola ... 49

Gambar 3-7 Lingkaran Pengaruh Tri Dharma PT ... 50

Gambar 3-8 Praktik Tri Dharma PT yang Disukai ... 56

Gambar 3-9 Sistem Pembelajaran LBE Memadukan Tri Dharma PT ... 59

Gambar 4-1 Model Desain Pembelajaran Dick & Carey ... 62

Gambar 4-2 Model Desain Pembelajaran Jerold E. Kemp ... 65

Gambar 4-3 Model Desain Pembelajaran ASSURE... 66

Gambar 4-4 Model Desain Pembelajaran ADDIE ... 67

Gambar 4-5 Fase Pengembangan Mata Kuliah Daring Menggunakan QFD ... 68

Gambar 4-6 House of Quality ... 69

Gambar 4-7 Proses Utama Pengembangan Pembelajaran LBE ... 71

Gambar 4-8 Adopsi & Adaptasi Subproses Konsepsi/Desain Pembelajaran LBE ... 73

Gambar 4-9 Reference Framework for Description of Quality ... 74

(10)

Gambar 5-2 Pendekatan LBE Menyatukan Pendidikan, Penelitian & Pengabdian ... 77

Gambar 5-3 Jembatan Informasi untuk Pertukaran Informasi Pendidikan, Penelitian & Pengabdian (Alkaff, 2005) ... 81

Gambar 6-1 Struktur OTK ITS 2013 ... 97

Gambar 6-2 Struktur Fakultas dan Jurusan pada OTK ITS 2013 ... 98

Gambar 7-1 Prinsip-Prinsip Kegiatan Belajar-Mengajar ... 110

Gambar 7-2 Menyediakan Pengalaman Belajar ... 111

Gambar 7-3 Pembelajaran Eksperiensial ... 112

Gambar 7-4 Lingkungan Pembelajaran Terpadu ... 113

Gambar 7-5 Kurva Pengaruh Pergeseran Paradigma ... 114

Gambar 7-6 Proses Manajemen Misi Laboratorium ... 118

Gambar 7-7 Proses Manajemen Sumber Daya Laboratorium ... 119

Gambar 7-8 Proses Penciptaan Permintaan di Laboratorium ... 121

Gambar 7-9 Proses Pemenuhan Permintaan di Laboratorium ... 122

Gambar 7-10 Sistem Pembelajaran LBE secara Organisasional di ITS ... 130

Gambar 7-11 Sistem Manajemen Informasi dan Pengetahuan ITS (ITS, 2014) ... 149

Gambar 7-12 Bimbingan Berhirarki pada Sistem Pembelajaran LBE ... 150

Gambar 7-13 Siklus Penjaminan Mutu Sistem Pembelajaran LBE ... 157

Gambar 7-14 Konsepsi Standar Mutu Sistem Pembelajaran LBE ... 158

Gambar 8-1 Taman Ilmu pengetahuan, Teknologi & Seni di Laboratorium LBE ... 164

Gambar 8-2 Sistem Pembelajaran LBE Mewujudkan Sinergi Tri Dharma PT ... 165

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1-1 Kategori Laboratorium ... 7

Tabel 2-1 Perbedaan Antara Sistem dan Proses ... 13

Tabel 2-2 Kerangka Kerja Proses dalam Sebuah Organisasi ... 17

Tabel 2-3 Perbandingan Diagram Sistem dan Proses ... 33

Tabel 5-1 Capaian Indikator Kinerja Program Pemberdayaan Laboratorium ... 78

Tabel 5-2 Kebutuhan Peran Dalam Pengembangan Sistem Pembelajaran LBE ... 83

Tabel 5-3 Aktor & Unit Terkait Dalam Pengembangan Sistem Pembelajaran LBE ... 84

Tabel 6-1 Kategori Peralatan Laboratorium ... 90

Tabel 6-2 Kategori Bahan Laboratorium ... 91

Tabel 6-3 Organisasi Bidang Studi Lintas Laboratorium... 92

Tabel 6-4 Organisasi Sumber Daya Staf Laboratorium ... 92

Tabel 6-5 Tingkatan Jabatan Fungsional PLP ... 93

Tabel 6-6 Formasi Fungsional PLP Berdasar Tipe Laboratorium ... 94

Tabel 6-7 Tujuan & Manfaat Jabatan Fungsional PLP ... 94

Tabel 6-8 Cara Meningkatkan Kesiapan Untuk Belajar ... 95

Tabel 7-1 Model Deskripdtif Konsepsi/Desain Pembelajaran LBE ... 101

Tabel 7-2 Kemampuan Lulusan Program Teknik ... 102

Tabel 7-3 Tujuan Pembelajaran untuk Laboratorium Pendidikan Teknik ... 103

Tabel 7-4 Pengorganisasian Materi Pembelajaran Mencakup Tri Dharma PT ... 107

Tabel 7-5 Kegiatan LBE yang Membangun Karakter CAK++ ... 115

Tabel 7-6 Matrik Relasi Kegiatan LBE dan Fungsi Manajemen Organisasi ... 117

Tabel 7-7 Kategori Pengelolaan Peralatan Laboratorium ... 134

Tabel 7-8 Kategori Pengelolaan Bahan Laboratorium ... 135

Tabel 7-9 Contoh Laboratorium Simulasi ... 140

Tabel 7-10 Contoh Laboratorium Berjarak Daring ... 142

Tabel 7-11 Perbandingan Laboratorium Nyata, Berjarak dan Simulasi ... 145

Tabel 7-12 Mengapa Perlu Sistem Manajemen Mutu? ... 155

Tabel 8-1 Penerimaan Mahasiswa Untuk Bergabung di Laboratorium ... 166

Tabel 8-2 Cara Menyambut Mahasiswa Yang Baru Bergabung di Laboratorium ... 166

Tabel 8-3 Fasilitas Laboratorium Untuk Menjalankan Sistem Pembelajaran LBE ... 167

Tabel 8-4 Peran Koordinator Bidang Studi ... 168

Tabel 8-5 Peran Kepala Laboratorium ... 169

Tabel 8-6 Peran Ketua Grup Pendidikan ... 170

Tabel 8-7 Peran Ketua Grup Penelitian ... 171

Tabel 8-8 Peran Ketua Grup Pengabdian ... 171

(12)

Tabel 8-10 Jenjang Jabatan PLP Tingkat Terampil ... 173

Tabel 8-11 Peran Manajer Sumber Daya ... 175

Tabel 8-12 Peran Manajer Pemasaran ... 176

Tabel 8-13 Cara Menarik Minat Mahasiswa Untuk Bergabung di Laboratorium ... 176

Tabel 8-14 Peran Penanggung Jawab Laboratorium ... 177

Tabel 8-15 Peran Koordinator Pendidikan ... 178

Tabel 8-16 Peran Koordinator Penelitian ... 178

Tabel 8-17 Peran Koordinator Pengabdian ... 179

Tabel 8-18 Peran Asisten Praktikum/ Pembelajaran ... 179

Tabel 8-19 Peran Mahasiswa Sebagai Pembimbing ... 180

Tabel 8-20 Peran Anggota Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat ... 180

Tabel 8-21 Mengapa Perlu Mengevaluasi Pembelajaran? ... 181

Tabel 8-22 Evaluasi Outcome Pembelajaran ... 182

(13)

PENDAHULUAN

Pada saat buku ini ditulis, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi telah mengeluarkan Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015. Permenristekdikti No 44 Tahun 2015 ini tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Penyusunan Model Sistem Pembelajaran Laboratory based Education (LBE) ini memperhatikan dan mempertimbangkan konsepsi terkait dengan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dimuat dalam peraturan menteri tersebut.

Mengenai Buku Ini

Pendekatan LBE telah menjadi identitas ITS dengan keunikan kemampuan LBE untuk menggerakkan roda proses bisnis utama: pendidikan, penelitian dan pengabdian secara terpadu. Namun praktik terbaik yang telah dilaksanakan hanya terlihat polanya tetapi belum terdapat model yang definitif sehingga praktik satu laboratorium dengan laboratorium yang lain menjadi berbeda. Keberhasilan satu laboratorium sering kali tidak diikuti oleh laboratorium yang lain, sebaliknya kegagalan satu laboratorium terulang pada laboratorium yang lain.

Sederhananya, diperlukan sebuah model acuan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Buku ini memuat dua kerangka acuan terkait dengan model pembelajaran LBE. Pertama, buku ini memuat konsepsi Model Pembelajaran LBE itu sendiri. Kedua, buku ini memuat Model Proses Pengembangan Pembelajaran Berstandar ISO 19796.

Konsepsi Pembelajaran LBE dibangun melalui abstraksi praktik terbaik LBE yang telah dilaksanakan beberapa laboratorium di ITS dan dikemas menggunakan pendekatan sistem dari proses untuk memadukan proses pendidikan, penelitian dan pengabdian ke dalam sistem pembelajaran di laboratorium. Model Proses Pengembangan Pembelajaran berstandar ISO 19796 digunakan sebagai metodologi penyusunan konsepsi Model Pembelajaran LBE tahap demi tahap.

(14)

Landasan dan Dasar Hukum

Untuk menjaga dan menjamin konsep sistem pembelajaran LBE yang dibangun tidak menyalahi peraturan yang berlaku serta sesuai bahkan melampaui standar yang berlaku, maka penyusunan buku ini memperhatikan dan mempertimbangkan peraturan-peraturan berikut: a. Peraturan Rektor ITS Nomor 073255/IT2/HK.00.00/2014 Tahun

2014 Tentang Peraturan Akademik Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

b. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2015 Tentang Statuta Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

c. Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

d. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Jabatan

Fungsional Pranata Laboratorium Pendidikan dan Angka Kreditnya.

Organisasi Bahasan

Buku ini diorganisasikan ke dalam 9 Bab. Bab 1 membahas pengertian laboratorium, klasifikasi laboratorium, dan pentingnya laboratorium dalam pendidikan teknik. Bab 2 dan 3 menjelaskan bagaimana memandang laboratorium sebagai suatu sistem pembelajaran dari proses pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Kemudian, pada Bab 4, Bab 5, dan Bab 6, menguraikan tahap demi tahap dalam penyusunan konsepsi Model Pembelajaran LBE mulai dari Analisa Kebutuhan, Analisa Rangka kerja dan Konsepsi/Desain. Pada Bab 7 menyajikan ringkasan konsepsi Model Pembelajaran LBE. Selanjutnya, pada Bab 8 diberikan panduan singkat melaksanakan pembelajaran LBE dan diakhiri penutup pada Bab 9.

Pembahasan dalam buku ini berhenti pada tahap konsepsi dengan luaran menyediakan konsepsi Model Pembelajaran LBE. Mengikuti tahap ini sebenarnya ada tahap keempat pengembangan/produksi, tahap kelima adalah implementasi, kemudian diikuti dengan tahap proses pembelajaran dan tahap ketujuh evaluasi/optimasi. Ketujuh tahapan ini yang disediakan dalam bentuk model referensi proses pengembangan pembelajaran, pendidikan dan pelatihan yang dimuat di dalam ISO 19796. Model deskriptif proses pengembangan ini selengkapnya disediakan pada bagian lampiran buku ini.

(15)

Bagaimana Menggunakan Buku Ini

Terdapat dua model acuan yang dimuat atau disediakan dalam buku ini, yaitu:

1. Model Sistem Pembelajaran LBE

2. Model Proses Pengembangan Pembelajaran

Untuk menerapkan Model Pertama, perlu mempertimbangkan kesesuaian Kebutuhan dan kesesuaian Rangka Kerja sehingga akan dijumpai dua kondisi sebagai berikut:

Adopsi Model

Bila Kebutuhan dan Rangka kerjanya sesuai, laboratorium tinggal menerapkan Model Pertama, sehingga langkah berikutnya adalah:

Model Sistem Pembelajaran LBE  Produksi  Implementasi  Proses Belajar Mengajar  Evaluasi/ Optimasi.

Adaptasi Model

Bila Kebutuhan dan Rangka kerjanya tidak sesuai, laboratorium perlu melakukan penyesuaian kembali dengan mengulang mulai tahap pertama yang terdapat pada Model Kedua dengan tetap memperhatikan Model Pertama. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: Analisa Kebutuhan  Analisa Rangka Kerja  Konsepsi/ Desain  Produksi  Implementasi  Proses Belajar Mengajar  Evaluasi/ Optimasi.

Untuk informasi lebih lanjut atau mendiskusikan hal-hal yang kurang jelas dipersilahkan untuk kontak dengan penulis.

(16)

Dokumen Pendukung

Untuk mendukung laboratorium dalam menjalankan sistem pembelajaran LBE, kami berniat melampirkan contoh-contoh dokumen berikut untuk melengkapi konsepsi yang dibahas di buku ini.

Manual Mutu Laboratorium Standar Mutu Laboratorium Formulir untuk Laboratorium Tata Tertib di Laboratorium

Untuk mendapatkan dokumen tersebut, dipersilahkan menghubungi kami di alamat email p3ai@its.ac.id atau bilfaqih@elect-eng.its.ac.id.

(17)

BAB 1

LABORATORIUM

Dalam dunia pendidikan, perlu disadari pentingnya mengaitkan antara teori dan praktik. Konsep, prinsip dan prosedur perlu diuji dan dikaji melalui praktik. Sebaliknya fakta, proses dan pengalaman yang dijumpai dalam praktik perlu dicari dan dijelaskan dasar teorinya. Dalam pembelajaran, antara teori dan praktik seyogyanya bersifat terpadu, di mana teori dan praktik secara bergantian dan bertahap saling mengisi, saling mendasari, dan saling mengkaji.

1.1

Mengapa Diperlukan Laboratorium

Apa yang dimaksud dengan laboratorium? Menurut pasal 1 ayat 3 Permenpan Nomor 3 Tahun 2010 dinyatakan bahwa laboratorium pendidikan yang selanjutnya disebut laboratorium adalah unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan, berupa ruangan tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara sistematis untuk kegiatan pengujian, kalibrasi, danlatau produksi dalam skala terbatas, dengan menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu, dalam rangka pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Fungsi utama profesi teknik adalah memanipulasi material, energi dan informasi untuk memberikan manfaat bagi kemanusiaan. “Melakukan sesuatu” merupakan kunci dalam profesi teknik. Rekayasawan harus melampaui pengetahuan teoritis dikarenakan pendidikannya berbasis aplikasi, yang diperlukan bukan hanya pengetahuan konseptual, melainkan juga pengetahuan praktis.

Jadi seharusnya ada dua lingkungan belajar yang berbeda dalam pendidikan teknik, di kelas dan di laboratorium.

Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan teoritisnya di kelas namun hanya mungkin memperoleh pengetahuan dan pengalaman praktis di laboratorium. Dalam mengaitkan antara teori dan praktik inilah laboratorium beserta fasilitasnya berperan penting dalam proses belajar-mengajar.

Teori vs Praktik

Belajar teori saja tanpa praktik

adalah salah sekali, namun

praktik tanpa didasari teori

salahnya berkali-kali. Untuk

mengaitkan antara teori dan

praktik inilah laboratorium

beserta fasilitasnya berperan

penting dalam proses

belajar-mengajar.

(18)

Setiap pendidik harus mampu menjaga keseimbangan antara kegiatan ilmiah di ruang laboratorium dan kegiatan mengajar di ruang kelas. Penciptaan, penemuan, dan produksi ilmu pengetahuan terjadi melalui proses yang panjang, suatu sinergi antara ketekunan bereksperimen di laboratorium (termasuk riset lapangan) dan kegigihan belajar mengajar di ruang kuliah.

1.2

Apa Saja Macam Laboratorium

Menurut Mohammad Amien (Amien, 1988), jenis-jenis laboratorium ditinjau dari tujuan dan fungsinya dapat dibagi menjadi:

1. Laboratorium Dasar. Laboratorium dasar merupakan tempat yang dapat digunakan peserta didik untuk memperkenalkan dan memahami konsep dasar yang menjadi tuntutan untuk mengembangkan pengetahuan lanjut.

2. Laboratorium Pengembangan. Laboratorium pengembangan mengemban tugas khusus, sesuai dengan spesialisasi bidang ilmu yang digeluti oleh personil-personil yang ada di laboratorium tersebut.

3. Laboratorium Pengajaran. Laboratorium pengajaran di sekolah mempunyai kedudukan yang sangat khusus, karena mewarnai penampilan (performance) pendidik dalam tugasnya. Jadi,

laboratorium metodologi pengajaran merupakan wahana dan tempat pengembangan kompetensi pedagogis bagi pendidik di sekolah, sehingga laboratorium metodologi pengajaran sangat diperlukan di suatu sekolah dan atau madrasah.

4. Laboratorium Penelitian. Laboratorium penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai wahana atau tempat melakukan penelitian bidang ilmu yang ditekuni oleh pendidik dan peserta didik. Dengan

demikian, laboratorium penelitian dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan kegiatan ilmiah yang luarannya adalah penemuan konsep, prinsip, teori, azas, aturan, atau hukum-hukum dalam bidang ilmu yang digelutinya atau disebut sebagai produk ilmiah.

Pandangan yang sedikit berbeda mengelompokkan menjadi tiga jenis laboratorium (Balamuralithara & Woods, 2007):

1. Laboratorium Pengembangan: peserta didik pergi ke laboratorium pengembangan untuk dua alasan:

Pertama: untuk menjawab pertanyaan spesifik yang memungkinkan proses desain dan pengembangan berlanjut. Kedua: untuk

(19)

2. Laboratorium Penelitian: output dari laboratorium ini umumnya adalah menambah atau membangun ilmu pengetahuan.

3. Laboratorium Pendidikan: tempat peserta didik menerapkan pengetahuan teoritis yang diperoleh di kelas untuk mendapatkan pengalaman praktis.

Sedangkan pada Permenpan Nomor 3 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Pendidikan dan Angka Kreditnya, laboratorium dibedakan menjadi 4 kategori seperti disampaikan pada Tabel 1-1.

TABEL 1-1KATEGORI LABORATORIUM

No Kategori

Laboratorium Keterangan

1 Laboratorium Tipe I Laboratorium ilmu dasar yang terdapat di sekolah pada jenjang pendidikan menengah, atau unit

pelaksana teknis yang menyelenggarakan pendidikan dan/atau pelatihan dengan fasilitas penunjang peralatan kategori I dan II, dan bahan yang dikelola adalah bahan kategori umum untuk melayani kegiatan pendidikan siswa.

2 Laboratorium Tipe II Laboratorium ilmu dasar yang terdapat di perguruan tinggi tingkat persiapan (Semester 1, II), atau unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan pendidikan dan/atau pelatihan dengan fasilitas penunjang peralatan kategori I dan II, dan bahan yang dikelola adalah bahan kategori umum untuk melayani kegiatan pendidikan mahasiswa.

3 Laboratorium Tipe III Laboratorium bidang keilmuan terdapat di jurusan atau program studi, atau unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan pendidikan dan/atau pelatihan dengan fasilitas penunjang peralatan kategori I, II, dan Ill, dan bahan yang dikelola adalah bahan kategori umum dan khusus untuk melayani kegiatan pendidikan, dan penelitian mahasiswa dan dosen. 4 Laboratorium Tipe IV Laboratorium terpadu yang terdapat di pusat studi

fakultas atau universitas, atau unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan pendidikan dan/atau pelatihan dengan fasilitas penunjang peralatan kategori I, II, dan Ill, dan bahan yang dikelola adalah bahan kategori umum dan khusus untuk melayani kegiatan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, mahasiswa dan dosen.

(20)

Perhatikan ketiga macam pengelompokkan laboratorium tersebut di atas, ketiganya sangat berdekatan, intinya ketiganya memberikan kategori dengan memperhatikan Tri Dharma PT, yaitu: pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Sejatinya, tulisan ini mengenalkan jenis laboratorium yang tidak jauh dari pengertian dalam ketiga pengkategorian tersebut di atas. Mengapa demikian? Tidak lain dikarenakan melalui pendekatan sistem pembelajaran LBE ini, Tri Dharma PT tersebut dipertemukan ke dalam satu jenis laboratorium. Mengenai hal ini, pada Bab 3 akan dibahas laboratorium sebagai suatu sistem yang memadukan proses pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di laboratorium.

1.3

Bagaimana Mengelola Laboratorium

Pengelolaan merupakan suatu proses pendayagunaan sumber daya untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara efektif dan efisien. Henri Fayol, seorang ahli manajemen, menyatakan bahwa pengelolaan hendaknya dijalankan berkaitan dengan unsur atau fungsi-fungsi manajemen, yakni perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemberian komando (commanding), pengkoordinasian (coordinating), dan pengendalian (controlling) yang dikenal dengan akronim POCCC. Sedangkan Luther M. Gullick menyatakan fungsi-fungsi manajemen yang penting adalah perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengadaan tenaga kerja (staffing), pemberian bimbingan (directing), pengkoordinasian (coordinating), pelaporan (reporting), dan penganggaran (budgeting). Yang kedua ini dikenal dengan akronim POSDCoRB. Kedua model fungsi manajemen ini memberikan gambaran fungsi-fungsi yang diperlukan dalam manajemen. Hal ini perlu diperhatikan dalam pengelolaan laboratorium.

Sistem pembelajaran LBE merupakan model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat mempraktikkan secara empiris kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik menggunakan sarana laboratorium. Sekali lagi, sistem pembelajaran LBE berusaha memadukan proses pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di laboratorium. Tentu saja pengelolaannya menjadi lebih rumit, namun, melalui pendekatan sistem dari proses, pada Bab 2 dan Bab 3 akan dijelaskan bagaimana pengelolaan laboratorium ini disederhanakan dan dipenuhi secara sistematis tanpa meninggalkan fungsi-fungsi manajemen secara umum sebagaimana disebutkan pada bagian di atas. Pada bagian tersebut juga dijelaskan relevansi dan kepentingan untuk

(21)

BAB 3

LABORATORIUM SEBAGAI SISTEM

Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor, program profesi, program spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia. Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi. Pendidikan, penelitian dan pengabdian merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam pelaksanaan Tri Dharma PT.

Untuk menjamin pelaksanaan Tri Dharma PT di ITS memenuhi bahkan dapat melampaui kriteria yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan Tinggi secara berkelanjutan, ITS menekankan kepada jurusan sebagai ujung tombak penggerak institusi. ITS perlu membentuk organisasi institusi yang fleksibel, agile, yang dapat mengakomodasi perubahan kebutuhan organisasi dan serta membentuk organisasi yang semakin efisien dalam meningkatkan kualitas layanan kepada para pemangku kepentingan.

Strategi ini menitikberatkan pada perwujudan struktur organisasi yang ramping dan mengarah ke bawah. Motor penggerak institusi didorong ke titik bawah institusi, yaitu Laboratorium dan Jurusan . Laboratorium dan Jurusan didorong agar lebih mandiri dan menjalin hubungan baik dengan para pemangku kepentingan. Laboratorium dan Jurusan juga dipacu agar dapat membuat rencana pengembangan jangka panjang yang sesuai dengan visi dan misi ITS, serta mengkonsolidasikan rencana tersebut menjadi rencana pengembangan ITS secara terpadu.

3.1

Visi dan Misi

Perlu ditegaskan disini bahwa rencana pengembangan di laboratorium harus sesuai dengan visi dan misi ITS dan terpadu dalam rencana pengembangan ITS. Berikut ini adalah beberapa ringkasan beberapa pernyataan strategis ITS yang diambil dari Peraturan Pemerintah RI Nomor 54 Tahun 2015 Tentang Statuta Institut Teknologi Sepuluh Nopember dan juga tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) ITS 2008-2017.

Visi

Visi ITS menjadi perguruan tinggi dengan reputasi internasional dalam ilmu pengetahuan dan teknologi terutama yang menunjang industri dan kelautan yang berwawasan lingkungan.

(22)

Misi

Misi ITS memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan manajemen yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

Secara rinci Misi ITS tersebut dirinci sebagai berikut : Pendidikan

 Menyelenggarakan pendidikan tinggi berbasis teknologi

informasi dan komunikasi dengan kurikulum, dosen, dan metode pembelajaran berkualitas internasional;

 Menghasilkan lulusan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki moral dan budi pekerti yang luhur; dan

 Membekali lulusan dengan pengetahuan kewirausahaan berbasis teknologi.

Penelitian

 Berperan secara aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang kelautan, lingkungan dan

permukiman, energi, serta teknologi informasi dan komunikasi yang berwawasan lingkungan melalui kegiatan penelitian yang berkualitas internasional.

Pengabdian Kepada Masyarakat

 Memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki untuk ikut serta dalam menyelesaikan problem yang dihadapi oleh masyarakat, industri, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah dengan mengedepankan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi.

(23)

3.2

Tata Nilai dan Karakter

Secara fundamental, setiap upaya pencapaian visi ITS harus senantiasa merujuk pada nilai-nilai akademis. Nilai akademis ini mengikat seluruh sivitas academica dalam melakukan segenap aktivitas. Pelaksanaan Tri Dharma PT di ITS tidak dapat terlepas dari tata nilai yang melandasinya (Arifin, et al., 2010), yaitu:

 Etika dan Integritas (ethics and integrity): dalam kehidupan

bermasyarakat, bernegara, maupun menjalankan profesinya, selalu berpegang teguh pada norma-norma dan peraturan-peraturan yang berlaku di masyarakat, negara dan agama.

 Kreativitas dan Inovasi (creativity and innovation): selalu mencari ide-ide baru untuk menghasilkan inovasi dalam menjalankan tugas/perannya dengan lebih baik.

 Ekselensi (excellence): berusaha secara maksimal untuk mencapai hasil yang sempurna.

 Kepemimpinan yang Kuat (strong leadership): menunjukkan perilaku yang visioner, kreatif, inovatif, pekerja keras, berani melakukan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik dan bertanggung jawab.

 Sinergi (synergy): bekerja sama untuk dapat memanfaatkan semaksimal mungkin potensi yang dimiliki.

 Kebersamaan Sosial dan Tanggung Jawab Sosial (socio-cohesiveness and social responsibility): menjaga kerukunan dan peduli terhadap masyarakat sekitar.

Keenam tata nilai tersebut kemudian dikorelasikan dalam tiga tata nilai yang lebih mendasar dan filosofis, yaitu Cerdas, Amanah dan Kreatif. Ketiga tata nilai tersebut kemudian dikenal sebagai jargon CAK dalam proses pendidikan di ITS (Arifin, et al., 2010).

Cerdas

Karakter yang pertama, Cerdas, mengandung pengertian sebagai berikut.  Tajam pikiran dan berpikir solutif,

 Cepat tanggap terhadap perubahan lingkungannya,

 Cepat mengerti dan memahami masalah akibat perubahan lingkungannya,

(24)

 Tajam analisisnya dan memiliki banyak alternatif penyelesaian masalah yang sedang dihadapi,

 Dengan cepat mampu memilih alternatif penyelesaian masalah yang sesuai dan benar.

Kecerdasan yang telah dikembangkan dalam pendidikan di ITS tidak hanya berdimensi kuosien kecerdasan (intelligence quotient), namun juga berdimensi kuosien emosional (emotional quotient), kuosien spiritual (spiritual quotient) dan kuosien fisik (physical quotient). Keempat dimensi tersebut dikembangkan dan ditanamkan pada mahasiswa secara berulang-ulang dengan keserasian lingkungan belajar dan keteladanan dosen, baik dalam kegiatan belajar intrakurikuler, kokurikuler ataupun ekstrakurikuler.

Amanah

Amanah mengandung pengertian sebagai sebuah kepercayaan yang harus diemban dalam mewujudkan sesuatu yang dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab, kerja keras, konsisten dan membuat rasa aman bagi pihak lain. Pengertian amanah yang dikembangkan di ITS diantaranya adalah:  Sikap memiliki tanggung jawab yang tinggi,

 Mampu membangun kemitraan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi,

 Mempunyai kemampuan diri untuk mengembangkan dan menjaga kelangsungan hidup dan kelestarian lingkungannya,

 Mempunyai integritas tinggi,

 Bekerja dengan kompetensi dan percaya diri yang tinggi,  Bekerja dengan profesional dan dengan dedikasi yang tinggi. Kreatif

Kreatif mengandung pengertian kemampuan daya cipta, berpikir inovatif dan berdaya guna. Pengertian kreatif yang dikembangkan di ITS diantaranya adalah:

 Kritis dan tanggap terhadap perubahan,  Berkemampuan menciptakan peluang, 

(25)

 Sikap proaktif,

 Memiliki kompetensi yang unggul, yang bermutu dan berdaya guna,  Memiliki kemampuan yang adaptif terhadap perkembangan dan

perubahan zaman,

 Bekerja keras dan pantang menyerah,  Berpikir holistik.

Selanjutnya, semua upaya pendidikan, penelitian dan pengabdian di ITS mengacu pada nilai-nilai tersebut di atas dengan jargon CAK (Cerdas, Amanah dan Kreatif). Lulusan ITS diharapkan mempunyai karakter amanah dalam menjalankan setiap tugas dan pengabdian hidupnya di masyarakat dan juga mempunyai pola pikir (mind set) dan tindakan yang cerdas dan kreatif. Lulusan ITS yang mempunyai karakter CAK, pada akhirnya diharapkan akan dapat meningkatkan daya saing (competitive) bagi bangsa Indonesia dan disegani oleh bangsa-bangsa dari negara-negara sahabat di era globalisasi ini.

3.3

Pendidikan Sebagai Sebuah Proses

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam pengertian pendidikan yang sama, misi pendidikan perguruan tinggi yang satu dengan yang tentu saja dapat berbeda. Satu hal yang perlu ditekankan bahwa laboratorium tidak memiliki misinya sendiri, segenap aktivitas di laboratorium harus berfokus pada misi pendidikan perguruan tinggi. Dalam rencana strategis ITS, misi pendidikan ITS dirumuskan dalam pernyataan berikut.

Misi Pendidikan

 Menyelenggarakan pendidikan tinggi berbasis teknologi

informasi dan komunikasi dengan kurikulum, dosen, dan metode pembelajaran berkualitas internasional;

 Menghasilkan lulusan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki moral dan budi pekerti yang luhur; dan

(26)

Pada bagian sebelumnya sempat disinggung bahwa sebagian besar organisasi mampu mengelola proses pada level 4 dan 5 dalam hirarki proses terkait dengan menjalankan tugas-tugas dan aktivitas produksi atau memberikan layanan. Namun kebanyakan organisasi gagal mengatasi level 1, 2, dan 3 dalam proses bisnis dan proses kerja organisasi. Demikian juga adanya dengan laboratorium, laboratorium sebagai organisasi yang menjadi ujung tombak dalam mengemban misi perguruan tinggi seharusnya lebih peduli, lebih fokus dan lebih strategis dalam menjalankan proses bisnis utamanya: pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Pada bagian berikut dibahas proses bisnis dan proses kerja laboratorium dengan mengacu pada standar dan peraturan yang terkait.

3.3.1

Proses Bisnis Pendidikan

Berdasar kerangka kerja organisasi sebagai sistem, setiap organisasi memiliki empat proses utama: manajemen misi, manajemen sumber daya, penciptaan permintaan dan pemenuhan permintaan. Bagaimana gambaran wujud keempat proses ini dalam kerangka kerja laboratorium? Berikut ini dibahas satu per satu terkait dengan proses pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Manajemen Misi

Proses manajemen misi menentukan arah dari program pendidikan, mengembangkan kemampuan laboratorium untuk mencapai tujuannya, mereview performansi secara berkelanjutan dan memprakarsai perubahan untuk mempertahankan program pendidikan berfokus pada misi pendidikannya.

Manajemen Sumber Daya

Proses manajemen sumber daya menentukan spesifikasi, memperoleh dan memelihara sumber daya yang diperlukan oleh program pendidikan untuk memenuhi misi pendidikannya dan menyisihkan sumber daya yang tidak diperlukan lagi.

Penciptaan Permintaan

Proses menghasilkan permintaan melalui pengembangan layanan dan produk pendidikan serta melakukan penetrasi pasar yang sudah ada dan

(27)

Pemenuhan Permintaan

Proses pemenuhan permintaan mengubah kebutuhan peserta didik ke dalam wujud layanan dan produk pendidikan yang memenuhi capaian pembelajaran dan kepuasan peserta didik.

3.3.2

Proses Kerja Pendidikan

Berdasarkan Permenristekdikti No 44 Tahun 2015, pada Pasal 4 Ayat 1 disebutkan bahwa Standar Nasional Pendidikan terdiri atas:

a. standar kompetensi lulusan; b. standar isi pembelajaran; c. standar proses pembelajaran; d. standar penilaian pembelajaran;

e. standar dosen dan tenaga kependidikan; f. standar sarana dan prasarana pembelajaran; g. standar pengelolaan pembelajaran; dan h. standar pembiayaan pembelajaran.

Standar proses pembelajaran sebagaimana dimaksud pada poin c pada ayat (1) tersebut, pada Pasal 10 Ayat 2 dideskripsikan mencakup:

a. karakteristik proses pembelajaran; b. perencanaan proses pembelajaran; c. pelaksanaan proses pembelajaran; dan d. beban belajar mahasiswa.

Pada bagian lain dijelaskan bahwa standar proses pembelajaran merupakan kriteria minimal tentang pelaksanaan pembelajaran pada program studi/ jurusan untuk memperoleh capaian pembelajaran lulusan. Oleh karena itu, pemodelan proses ini mengacu pada standar tersebut dengan penyesuaian bahwa karakteristik proses pembelajaran dan beban belajar mahasiswa bukan merupakan proses. Berbeda dengan proses perbaikan berlanjut pada level kebijakan, yang mana siklusnya: perencanaan, pelaksanaan, pemeriksaan dan perbaikan, dalam siklus kerja operasional setelah perencanaan tidak bisa langsung diikuti dengan pelaksanaan, namun perlu dilakukan persiapan terlebih dahulu kemudian pelaksanaan (Papanastasiou, 2009). Setelah itu, layaknya sebuah perusahaan, setelah produk/ jasa tersampaikan kepada pelanggan, perusahaan memberikan layanan perawatan, perbaikan, penggantian dan jaminan terhadap produk yang sudah ada di tangan pelanggan. Perusahaan juga memberikan dukungan terhadap produk tersebut

(28)

dengan menangani setiap keluhan dan klaim dari pelanggan. Untuk itu, dalam konteks pendidikan, proses pembelajaran dapat diuraikan kembali ke dalam 4 (empat) subproses: perencanaan pembelajaran, persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penunjang pembelajaran.

Proses penunjang pembelajaran ini seringkali kurang diperhatikan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dapat saja dijumpai hal-hal yang tidak sesuai dengan perencanaan, beban belajar yang tidak sesuai, karakteristik proses yang tidak sesuai, mahasiswa atau dosen mengalami kesulitan, sumber daya yang tidak memadai, bahkan tidak jarang dosen memberikan nilai yang tidak sesuai terhadap mahasiswanya, dan lain sebagainya. Proses penunjang inilah yang menyediakan mekanisme untuk menyampaikan dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut, yang mana penyelesaian ini tidak menunggu diakhir semester. Perlu dicatat, sebagai aktor yang berperan aktif dalam pembelajaran, masalah-masalah tersebut tentu dapat dengan mudah diketahui dan dikenali oleh dosen dan mahasiswa sehingga penyampaian masalah atau pengaduan dan penanganannya dapat dengan segera agar tidak mengorbankan kemampuan, efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.

Jika kita memodelkan keempat subproses dalam proses pembelajaran ini kita dapat mengungkapkan hubungan antara input, output dan sumber daya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3-1. Input dan sumber daya bisa masuk pada setiap tahap.

GAMBAR 3-1MODEL PROSES PEMBELAJARAN

Kemudian, bila kita memeriksa kegiatan yang terlibat dalam pengelolaan proses pembelajaran tersebut, kita dapat mengungkapkan urutan lain

Perencanaan Pembelajaran Persiapan Pembelajaran Pelaksanaan Pembelajaran Penunjang Pembelajaran

Input Sumber Daya

Output

Kesalahan yang berulang mudah berurat

akar, bercokol menjadi kebiasaan. Kalau

sudah begitu, harus membayar mahal untuk

perbaikannya.

(29)

minimal tentang kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran lulusan Oleh karena itu, output-nya menjadi SKL yang terpenuhi. Ada juga tujuan dan ukuran proses, pemantauan proses untuk menentukan apakah tujuan tersebut dapat dicapai, apakah karakteristik proses dipenuhi, apakah beban belajar mahasiswa dipenuhi, kemudian diikuti dengan mereview proses untuk menentukan apakah diperlukan perbaikan proses.

GAMBAR 3-2PROSES PEMBELAJARAN TERKELOLA

3.4

Penelitian Sebagai Sebuah Proses

Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan/atau pengujian suatu cabang pengetahuan dan teknologi. Terkait dengan pengertian tersebut, ITS merumuskan misi peneltiannya dalam pernyataan berikut.

standar isi & proses pembelajaran

Perencanaan Pembelajaran Persiapan Pembelajaran Pelaksanaan Pembelajaran Penunjang Pembelajaran

standar dosen & tendik standar sarana & prasarana standar pembiayaan standar kompetensi

lulusan (dinyatakan dalam capaian pembelajaran) Tujuan & Ukuran Proses Capaian Pembelajaran terpenuhi Peninjauan Proses Perbaikan Proses Pengawasan Proses Peningkatan Efisiensi Peningkatan Kapabilitas Peningkatan Efektivitas sta n d ar p en ge lola an p em b ela ja ra n standar penilaian pembelajaran

(30)

Misi Penelitian

“Berperan secara aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang kelautan, lingkungan dan permukiman, energi, serta teknologi informasi dan komunikasi yang berwawasan lingkungan melalui kegiatan penelitian yang berkualitas internasional.”

3.4.1

Proses Bisnis Penelitian

Untuk menjaga segenap aktivitas penelitian laboratorium berfokus pada misinya dan meningkatkan serta mempertahankan kinerja laboratorium pada level terbaiknya secara berkelanjutan, laboratorium perlu secara sadar dan terprogram menjalankan proses bisnis dan proses kerjanya di bidang penelitian.

Manajemen Misi

Proses manajemen misi menentukan arah dari program penelitian, mengembangkan kemampuan laboratorium untuk mencapai tujuan penelitiannya, mereview kinerja laboratorium secara berkelanjutan dan memprakarsai perubahan untuk mempertahankan program penelitian berfokus pada misi penelitiannya.

Manajemen Sumber Daya

Proses manajemen sumber daya menentukan spesifikasi, memperoleh dan memelihara sumber daya yang diperlukan oleh program penelitian untuk memenuhi misi penelitiannya dan menyisihkan sumber daya yang tidak diperlukan lagi.

Penciptaan Permintaan

Proses menghasilkan permintaan melalui pengembangan produk, layanan atau kerjasama penelitian serta melakukan perluasan kerjasama nasional dan internasional, kerjasama akademis maupun dengan industri dengan strategi promosi dan penawaran yang dapat menarik mitra penelitian yang potensial.

Pemenuhan Permintaan

Proses pemenuhan permintaan mengubah kebutuhan mitra penelitian ke dalam wujud produk dan layanan penelitian yang memenuhi kepuasan mitra penelitian.

(31)

3.4.2

Proses Kerja Penelitian

Berdasarkan Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015, pada Pasal 43 disebutkan bahwa Standar Nasional Penelitian terdiri atas:

a. standar hasil penelitian; b. standar isi penelitian; c. standar proses penelitian; d. standar penilaian penelitian; e. standar peneliti;

f. standar sarana dan prasarana penelitian; g. standar pengelolaan penelitian; dan

h. standar pendanaan dan pembiayaan penelitian

Kemudian, pada Pasal 45 Ayat 1 disampaikan bahwa standar proses penelitian merupakan kriteria minimal tentang kegiatan penelitian yang terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Sebagaimana pendekatan kita dalam memodelkan proses pembelajaran, kita menjabarkan proses penelitian ke dalam 4 (empat) subproses: perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan penunjang penelitian.

Jika kita sekarang memodelkan kegiatan yang terlibat dalam proses penelitian tersebut kita dapat mengungkapkan hubungan antara input,

output dan sumber daya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3-3. Input

dan sumber daya bisa masuk pada setiap tahap.

GAMBAR 3-3MODEL PROSES PENELITIAN

Untuk melengkapi kegiatan yang terlibat dalam pengelolaan proses penelitian tersebut, kita dapat mengungkapkan urutan lain seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3-4. Sekarang input dinyatakan sebagai standar hasil penelitian yang hendak dicapai. Oleh karena itu, output-nya menjadi hasil penelitian terpenuhi dan memuaskan dengan melampaui standar. Sumber daya penelitian dinyatakan oleh standar peneliti, standar sarana

Perencanaan Penelitian Persiapan Penelitian Pelaksanaan Penelitian Penunjang Penelitian

Input Sumber Daya

(32)

dan prasarana penelitian serta standar pendanaan dan pembiayaan penelitian. Terdapat juga tujuan dan ukuran proses penelitian, pemantauan proses penelitian untuk menentukan apakah tujuan penelitian tersebut dapat dicapai, kemudian diikuti dengan mereview proses penelitian untuk menentukan apakah diperlukan perbaikan proses.

GAMBAR 3-4PROSES PENELITIAN TERKELOLA

3.5

Pengabdian Sebagai Sebuah Proses

Pada Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015 Pasal 1 Ayat 12 didefinisikan bahwa Pengabdian kepada Masyarakat adalah kegiatan sivitas akademika yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran. Disamping itu, kegiatan ini merupakan wadah untuk mengaplikasikan hasil-hasil penelitian untuk mengatasi problema nyata dalam kehidupan sehari-hari.

standar isi dan proses penelitian

Perencanaan Penelitian Persiapan Penelitian Pelaksanaan Penelitian Penunjang Penelitian Tujuan & Ukuran Proses Peninjauan Proses Perbaikan Proses Pengawasan Proses Peningkatan Efisiensi Peningkatan Kapabilitas Peningkatan Efektivitas standar peneliti

standar sarana & prasarana standar pendanaan & pembiayaan standar hasil penelitian hasil penelitian memuaskan sta n d ar p en ge lola an p en elitia n standar penilaian penelitian

(33)

Misi Pengabdian Kepada Masyarakat

“Memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki untuk ikut serta dalam menyelesaikan problem yang dihadapi oleh masyarakat, industri,

pemerintah pusat, dan pemerintah daerah dengan mengedepankan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi.”

Untuk itu, segenap aktivitas, proses kerja dan proses bisnis di laboratorium terkait dengan pengabdian kepada masyarakat harus berfokus pada misi tersebut.

3.5.1

Proses Bisnis Pengabdian

Kepada Masyarakat

Manajemen Misi

Proses manajemen misi menentukan arah dari program pengabdian kepada masyarakat, mengembangkan kemampuan laboratorium untuk mencapai tujuan pengabdiannya, mereview kinerja laboratorium dalam program pengabdian secara berkelanjutan dan memprakarsai perubahan untuk mempertahankan bisnis berfokus pada misi pengabdiannya. Manajemen Sumber Daya

Proses manajemen sumber daya menentukan spesifikasi, memperoleh dan memelihara sumber daya yang diperlukan oleh program pengabdian di laboratorium untuk memenuhi misi pengabdiannya dan menyisihkan sumber daya yang tidak diperlukan lagi.

Penciptaan Permintaan

Proses menghasilkan permintaan melalui pengembangan program pengabdian kepada masyarakat serta mengembangkan kerjasama dan kemitraan yang sudah ada dan yang baru secara strategis.

Pemenuhan Permintaan

Proses pemenuhan permintaan melalui program pengabdian kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan atau menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, industri dan pemerintahan.

3.5.2

Proses Kerja Pengabdian Kepada Masyarakat

Berdasarkan Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015, pada Pasal 54 disebutkan bahwa Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat

(34)

a. standar hasil pengabdian kepada masyarakat b. standar isi pengabdian kepada masyarakat c. standar proses pengabdian kepada masyarakat d. standar penilaian pengabdian kepada masyarakat e. standar pelaksana pengabdian kepada masyarakat;

f. standar sarana dan prasarana pengabdian kepada masyarakat g. standar pengelolaan pengabdian kepada masyarakat dan

h. standar pendanaan dan pembiayaan pengabdian kepada masyarakat. Sedangkan pada Pasal 56 Ayat 1 disebutkan bahwa standar proses pengabdian kepada masyarakat merupakan kriteria minimal tentang kegiatan pengabdian kepada masyarakat, yang terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan kegiatan. Dalam kerangka kerja yang sama, sebagaimana proses pembelajaran dan proses penelitian, proses pengabdian ini kita urai ke dalam 4 (empat) subproses: perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan penunjang pengabdian kepada masyarakat. Selanjutnya kita memodelkan kegiatan yang terlibat dalam proses pengabdian dengan mengungkapkan hubungan antara input, output dan sumber daya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3-5. Input dan sumber daya bisa masuk pada setiap tahap.

GAMBAR 3-5MODEL PROSES PENGABDIAN

Kita dapat mengungkapkan kegiatan lain yang terlibat dalam pengelolaan proses pengabdian tersebut seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3-6. Pada model yang lebih lengkap, input dinyatakan sebagai standar hasil pengabdian kepada masyarakat. Oleh karena itu, output-nya menjadi terpenuhinya hasil pengabdian kepada masyarakat dan memuaskan dengan melampaui standar. Sumber daya dinyatakan dalam standar pelaksana, standar sarana dan prasarana serta standar pendanaan dan

Perencanaan Pengabdian Persiapan Pengabdian Pelaksanaan Pengabdian Penunjang Pengabdian

Input Sumber Daya

(35)

dicapai, kemudian diikuti dengan mereview proses untuk menentukan apakah diperlukan perbaikan proses pengabdian kepada masyarakat.

GAMBAR 3-6PROSES PENGABDIAN TERKELOLA

3.6

Lingkaran Pengaruh Tri Dharma PT

Gagasan yang kurang populer adalah bahwa investasi usaha dalam mengajar dengan baik benar-benar dapat membuat kita menjadi peneliti yang lebih baik. Terkadang kita menemukan dosen tertentu terlalu bersemangat untuk meminimalkan tanggung jawab mengajar agar mempunyai lebih banyak waktu untuk menyelesaikan penelitian. Kita akui sumber kecemasan ini antara lain banyak aspek administrasi mengajar (misalnya, koreksi tugas dan ujian, penilaian, menanggapi email siswa, memandu diskusi, dll) yang sangat menyita waktu dan tidak memberikan manfaat secara langsung bagi penelitian. Namun demikian, aspek intelektual pengajaran merupakan aspek yang tak terpisahkan dari usaha untuk menjadi seorang peneliti yang lebih baik. Pada bagian ini kita akan menjelaskan mengapa mengajar menjadikan kita peneliti yang lebih baik, dan, bila sesuai, kita akan menjelaskan beberapa pengalaman konkret dalam hal ini.

standar isi dan proses

Perencanaan Pengabdian Persiapan Pengabdian Pelaksanaan Pengabdian Penunjang Pengabdian Tujuan & Ukuran Proses Peninjauan Proses Perbaikan Proses Pengawasan Proses Peningkatan Efisiensi Peningkatan Kapabilitas Peningkatan Efektivitas standar pelaksana

standar sarana & prasarana standar pendanaan & pembiayaan standar hasil pengmas hasil pengmas memuaskan sta n d ar p en ge lola an p en gab d ian standar penilaian pengmas

(36)

Patut disadari sepenuhnya, ketiga komponen Tri Dharma PT merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi yang dapat saling menguatkan sebagai umpan balik positif satu dengan yang lain. Untuk menggambarkan keterkaitan ketiganya diilustrasikan berupa lingkaran pengaruh pada Gambar 3-7 (Reproduksi dari paparan Direktur DP2M).

GAMBAR 3-7LINGKARAN PENGARUH TRI DHARMA PT

Penelitian merupakan proses menciptakan pengetahuan baru. Membuat kemajuan dalam menciptakan pengetahuan memerlukan sejumlah besar latar belakang pengetahuan, sebelum seseorang dapat mencapai "perbatasan" dari sebuah topik, di mana muncul pertanyaan menarik yang perlu dijawab. Dibutuhkan waktu puluhan tahun pengalaman untuk sampai ke titik prestasi besar di suatu area, hanya karena membutuhkan banyak waktu untuk mengumpulkan pengetahuan di area tersebut. Ini tentu menyiratkan bahwa kita tidak bisa menjadi peneliti besar di area subjek tertentu hanya dengan mengambil kelas (atau bahkan beberapa kelas); kita harus menceburkan diri di area topik itu, menekuninya selama beberapa tahun.

Perlu disadari bahwa mengajar suatu mata kuliah merupakan salah satu cara yang paling efisien untuk menjadi larut dalam materi pelajaran, karena proses menjelaskan konsep kepada mahasiswa tidak menyisakan

Buku, modul, peningkatan pengetahuan  Pengetahuan baru/praktis  Pendidikan masyarakat & komunitas PENDIDIKAN PENGABDIAN PENELITIAN  Materi pembelajaran baru  Prinsip dasar yang

mapan

Kekayaan Intelektual (hak cipta, paten,

nama/merk)

Layanan, nilai-nilai baru  Problema/tantangan baru  Prospek baru

Untuk menciptakan pengetahuan baru, terlebih dahulu harus menguasai keutuhan

(37)

tertentu memungkinkan kita untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam mengenai paradigma dan teori-teori yang ada saat ini, dan bagaimana paradigma dan basis pengetahuan yang ada dapat diperluas dan dikembangkan. Mengajar mahasiswa doktoral tentang materi kuliah tertentu juga merupakan cara untuk menumbuhkan penelitian, dengan membantu mahasiswa kita sampai ke perbatasan pengetahuan lebih cepat daripada seharusnya jika mereka lakukan sendiri; Terkadang kita perlu mengajarkan atau seminar tentang topik mutakhir melampaui atau di luar silabus mata kuliah sebagai upaya yang paling efisien untuk membantu mahasiswa lebih cepat untuk sampai pada topik di mana mereka dapat melihat lebih banyak peluang penelitian terjadi.

Dalam catatan penulis, kita menyadari proses mempersiapkan besar-besaran Pembelajaran Daring Indonesia Terbuka dan Terpadu (PDITT) oleh Dikti sepanjang tahun 2013-2014 sangat membantu dalam memperkuat pengetahuan kita di area topik ini. Kita melihat bidang ini berkembang pesat selama sepuluh tahun terakhir, dan kita telah menyadari sulit untuk meluangkan waktu untuk memahami secara mendalam perkembangan terbaru. Kita menyadari bahwa mengajar kuliah merupakan "fungsi pemaksa" yang luar biasa untuk membiasakan diri dengan teknologi dan cara berpikir yang baru, dan untuk mendapatkan pengalaman praktis menggunakan alat-alat atau media terbaru yang dikembangkan. Pengalaman praktis dengan alat pengembangan membantu kita dalam dua cara: Pertama, kita bisa menyarankan media yang lebih baik bagi mahasiswa kita untuk digunakan dalam penelitian mereka sendiri; dalam beberapa kasus, mahasiswa yang telah "terjebak" dengan menggunakan teknologi yang tertinggal dengan cepat membiasakan diri dengan teknologi yang telah kita pelajari. Dengan menginvestasikan waktu untuk memahami bagaimana teknik-teknik dan teknologi baru bisa diterapkan, kita bisa membuat hubungan antara masalah yang kita coba untuk diselesaikan di laboratorium penelitian dan alat-alat yang dapat berguna untuk mengatasinya. Kedua, kita bisa membuat hubungan antara konsep-konsep yang baru-baru ini telah dikembangkan untuk membantu memecahkan beberapa masalah yang telah kita kerjakan dan belum terpecahkan.

Dalam proses menjelaskan fenomena yang ada, kita mungkin menemukan bahwa ada penjelasan, teknologi, atau teori yang tidak benar-benar cukup. Terobosan penelitian sering terjadi ketika paradigma lama yang dibuang (atau setidaknya diubah), sehingga mengubah cara kita berpikir tentang masalah tersebut sepenuhnya. Paradigma baru dimulai dengan kebutuhan untuk menjelaskan atau memulihkan fakta atau situasi dimana paradigma yang ada tidak dapat menangani dengan baik. Sebagai dosen, ketika kita

(38)

mahasiswa, terkadang kita dalam posisi bahwa kita tidak bisa menjelaskan mengapa suatu hal terjadi dengan cara tertentu, upaya kita untuk menjelaskannya terbentur pada kenyataan bahwa hal tersebut tidak ditangani atau dijelaskan dengan baik oleh paradigma yang ada saat ini, sehingga kondisi ini mengekspos kebutuhan yang mencolok untuk mengembangkan teknologi, teori, dan paradigma baru.

Pengajaran mendorong kita untuk berpikir tentang jalan panjang, gambaran utuh, dan apa yang "benar-benar penting" tentang kontribusi penelitian tertentu. Kita perlu menjelaskan mengapa sesuatu berjalan dalam cara tertentu, lebih dari sekedar menjelaskan konsep. Upaya untuk menjelaskan mengapa sesuatu berjalan dengan cara tertentu kadang-kadang mungkin gagal untuk menghasilkan penjelasan yang baik, hal ini membuka kemungkinan untuk penelitian baru. Dalam kasus lain, penelitian dapat menawarkan solusi untuk suatu masalah, tapi kadang-kadang proyek penelitian atau makalah merupakan bagian terpisah yang membutuhkan pemikiran tambahan untuk benar-benar membangun mengapa atau apakah hasil tertentu memiliki implikasi yang lebih luas yang menjadi perhatian seorang mahasiswa. Sebagai dosen, kita berusaha untuk berpikir tentang gambaran besar, dan mengapa mahasiswa harus peduli tentang hasil penelitian tertentu, teori, atau konsep, lima atau sepuluh tahun ke depan, lama setelah mereka meninggalkan ruang kelas dan menerima gelar mereka. Latihan berpikir tentang implikasi yang lebih luas dapat membuat materi kelas lebih cocok untuk mahasiswa, yang sebagian besar belum mengkhususkan diri dalam bidang tertentu yang kebetulan kita ajar. Namun, hal itu juga memaksa kita sebagai peneliti untuk melangkah mundur dan berpikir tentang mengapa masalah yang kita kerjakan berdampak luas dan mengapa mereka penting bagi masyarakat pada umumnya. Menjelaskan kepada mahasiswa di kelas mengapa terjadi hasil tertentu mungkin salah satu latihan yang paling berguna untuk menentukan kontribusi penelitian kepada esensinya.

Penulis mengagumi beberapa dosen di institusi kami dan ingin meniru mereka, mereka juga yang menjadi salah satu alasan penulis menjadi dosen di tempat yang sama. Sungguh, dosen dapat mempengaruhi sejumlah besar mahasiswa dalam cara yang sangat positif.

Mahasiswa termotivasi + dosen menginspirasi = penelitian besar

Latihan berpikir tentang implikasi yang lebih luas dapat membuat materi kelas lebih cocok untuk mahasiswa, yang sebagian besar belum mengkhususkan diri dalam bidang tertentu yang kebetulan kita ajar

(39)

pengetahuan yang ada namun terdorong untuk melakukan penemuan mereka sendiri. Tentunya, mengembangkan mahasiswa yang cerdas menjadi peneliti generasi sekarang dan mendatang merupakan upaya lain yang perlu dilakukan oleh dosen di kelas dan merupakan investasi jangka panjang untuk penelitian.

Meskipun beberapa mata kuliah yang kita pelajari di kelas cukup mapan, banyak bidang ilmu komputer dan bidang-bidang tertentu lainnya yang berkembang pesat. Dengan munculnya penyedia konten dan layanan besar seperti Google, Amazon, dan Facebook; proliferasi perangkat mobile; dan penyebaran konektivitas untuk daerah berkembang, jaringan komputer yang jauh berbeda dengan dua puluh tahun yang lalu, sementara prinsip-prinsip tertentu bertahan, kendala domain dan aplikasi dari teknologi terus berkembang. Mahasiswa berusaha mendapatkan contoh-contoh konkret dan aplikasi dari konsep dari dunia yang mereka tahu yang kebetulan berbeda dari dunia yang kita tahu ketika kita sebagai mahasiswa. Hasil penelitian baru merupakan teori yang berlaku, hasil dari pemahaman kumulatif kita, dan penerapan konsep untuk domain masalah yang paling relevan atau di waktu kita. Kita harus menyadari bahwa tidak ada cara yang lebih baik untuk menjaga materi kuliah kita saat ini daripada membaca dengan teliti penelitian terbaru dan memperbarui materi sehingga mencerminkan pemahaman saat ini.

Pemahaman kita terus berkembang sebagaimana hasil penelitian baru muncul. Di banyak area, industri secara agresif melacak hasil penelitian dan teknologi baru, dan mahasiswa lulusan kita akan mampu untuk membuat kontribusi penting dalam industri jika mereka berpengalaman dalam teknologi saat ini. Tidak jarang kita mendapatkan ucapan terima kasih dari mahasiswa atas topik atau konsep tertentu yang dibahas di kelas dikarenakan hal itu ditanyakan dalam wawancara kerja. Tentu saja, ada keseimbangan antara mendidik mahasiswa kita dengan gambaran besar dan konsep yang sudah mapan, namun sering dijumpai bahwa mahasiswa sangat bersyukur karena memiliki wawasan konsep dan masalah di industri yang berbicara tentang hari ini. Menanamkan materi kuliah dengan hasil penelitian yang baru dan segar adalah salah satu cara penting yang dapat dilakukan dosen untuk membantu proses ini.

Hasil penelitian memberika bahan segar di dalam kelas

Industri terus menerus melacak hasil penelitian terkini, dosen dan mahasiswa harusnya

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya Pejabat Sementara Notaris tersebut menyerahkan protokol Notaris dari Notaris yang meninggal dunia kepada MPD paling lama 60 (enam puluh) hari terhitung sejak

Prevalensi dan Derajat Infestasi Ektoparasit pada Udang Vaname Litopenaeus vannamei di Tambak Intensif dan Tradisional di Kabupaten Gresik.. Jurnal Ilmiah Perikanan

Usulan Teknis dinyatakan memenuhi syarat (lulus) apabila mendapat nilai minimal 70 (tujuh puluh), peserta yang dinyatakan lulus akan dilanjutkan pada proses penilaian penawaran

Karena Obat Herbal De Nature di podo jodo spesialis kelamin insyaAllah bisa membantu menjadi perantara kesembuhan kemaluan yang keluar nanah atau gonore alias

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yang akan diteliti yaitu penerapan perencanaan pajak yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk meminimalisasi pajak

Kondisi optimum penentuan nitrit dengan metode ekstraksi-spektrofotometri sebagai kompleks 4-(4- nitrobenzenazo)-1-aminonaftalen dengan n-amil alkohol adalah : (1) Panjang

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan X- 7 Secara internal, Cipta Karyakeorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya, perlu mengembangkan hubungan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah dan Dana Bagi Hasil secara parsial tidak berpengaruh terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah , Dana Alokasi Umum