BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA
NOMOR : 42 TAHUN 2005 SERI : A
PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR : 42 TAHUN 2005
SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN
DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA
BUPATI MAJALENGKA,
Menimbang :
a. bahwa Keputusan Bupati Majalengka Nomor 420 Tahun 2003
Tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah sebagai pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Majalengka tidak sesuai lagi dengan kondisi di saat ini;
b. bahwa sebagaimana pertimbangan huruf a di atas, maka perlu
menetapkan Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Majalengka yang dituangkan dalam Peraturan Bupati.
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 Tentang Pemerintahan
Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan
Peraturan PerUndang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4395);
6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4410);
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 Tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4165) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4165);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 Tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4022); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 Tentang
Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 204, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4024);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 209, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4027);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 Tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4028); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4090);
17. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 1202) sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 77) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 36);
18. Keputusan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
19. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 28 Tahun 2001 Tentang Program Pembangunan Daerah (Propeda) Kabupaten Majalengka Tahun 2002 – 2006 (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2001 Nomor 28 Seri E);
20. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 1 Tahun 2003
Tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Majalengka (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2003 Nomor 1 Seri A );
21. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Pengelolaan Barang Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2003 Nomor 5 Seri A);
22. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 27 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Majalengka (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2004 Nomor 27 Seri D); 23. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 28 Tahun 2004
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Majalengka (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2004 Nomor 28 Seri D);
24. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Majalengka (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2004 Nomor 29 Seri D);
25. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah
Kabupaten Majalengka (Lembaran Daerah Kabupaten
Majalengka Tahun 2004 Nomor 30 Seri D);
26. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan
Kabupaten Majalengka (Lembaran Daerah Kabupaten
Majalengka Tahun 2004 Nomor 31 Seri D);
27. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Rencana Stratejik Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2004 - 2008 (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2004 Nomor 32 Seri D);
28. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 7 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Majalengka (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2005 Nomor 7, Seri D);
29. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 8 Tahun 2005 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2005 Nomor 8, Seri D);
30. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 10 Tahun 2005 tentang Dana Cadangan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Majalengka (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2005 Nomor 10, Seri E);
31. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 12 Tahun 2005 tentang Bantuan Keuangan Partai Politik (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2005 Nomor 12, Seri E);
32. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 13 Tahun 2005 tentang Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Majalengka Pada Bank Jabar Cabang Majalengka (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2005 Nomor 13, Seri E).
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM DAN
PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN
DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Majalengka.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
3. Bupati adalah Bupati Majalengka.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Majalengka.
5. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan urusan
Pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
6. Tugas Pembantuan adalah Penugasan dari Pemerintah kepada Daerah dan/atau Desa dari pemerintah propinsi kepada
kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah
kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. 7. Perangkat Daerah adalah Organisasi / Lembaga pada Pemerintah
Daerah yang bertanggungjawab kepada Kepala Daerah dalam Penyelenggaraan Pemerintahan yang terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Satuan Polisi Pamong Praja sesuai dengan kebutuhan Daerah.
8. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban Daerah tersebut, dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
9. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disebut APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
10. Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan daerah dalam periode tahun bersangkutan.
11. Belanja Daerah adalah semua kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
12. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali baik tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.
13. Penerimaan Daerah adalah semua uang yang masuk ke kas daerah.
14. Pengeluaran Daerah adalah semua uang yang keluar dari kas daerah.
15. Pendapatan Asli Daerah adalah semua penerimaan Kas Pemerintah Daerah dalam periode Tahun Anggaran bersangkutan yang menjadi hak Daerah dalam satu Tahun Anggaran dan menambah aktiva bersih Daerah yang digali dari potensi Daerah, terdiri atas Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan dari hasil Perusahaan Milik Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. 16. Dana Perimbangan adalah semua penerimaan Kas Pemerintah
Daerah dalam periode Tahun Anggaran bersangkutan yang menjadi hak Daerah dalam satu Tahun Anggaran dan menambah aktiva bersih Daerah yang berasal dari bagi hasil pajak / bukan pajak, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Darurat dan Dana Kontingensi.
17. Lain–lain Pendapatan yang sah adalah semua Penerimaan Kas Pemerintah Daerah dalam periode Tahun Anggaran bersangkutan yang menjadi hak Daerah dalam satu Tahun Anggaran dan menambah aktiva bersih Daerah, diluar Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan.
18. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan proses
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan
pertanggungjawaban yang berkaitan dengan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
19. Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah adalah rangkaian tata kerja yang berkaitan satu sama lain sehingga menunjukan adanya suatu urutan tahap demi tahap tentang pelaksanaan kerja yang harus ditempuhdalam rangka pengelolaan keuangan daerah. 20. Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah adalah suatu rangkaian
tata kerja dan prosedur kerja yang kemudian membentuk suatu kebulatan pola tertentu dalam rangka melaksanakan Pengelolaan Keuangan Daerah.
21. Pemegang Kekuasaan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah adalah Bupati karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan Daerah dan mempunyai kewajiban menyampaikan pertanggungjawaban
atas pelaksanaan kewenangan tersebut kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
22. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah adalah Kepala Bagian Keuangan Setda Kabupaten Majalengka yang mempunyai tugas melaksanakan Pengelolaan APBD dan bertindak sebagai Bendaraha Umum Daerah.
23. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, yang
selanjutnya disebut RPJPD, adalah dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun.
24. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut RPJMD, adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.
25. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya Rencana Stratejik Satuan Kerja Perangkat Daerah disebut Rensra-SKPD, adalah dokumen perencanaan satuan kerja Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
26. Rencana Kerja Pemerintahan Daerah, yang selanjutnya disebut RKPD, adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun.
27. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya Renja-SKPD, adalah dokumen perencanaan satuan kerja perangkat daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
28. Kerugian Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum, baik sengaja maupun lalai.
29. Pengguna Anggaran adalah pejabat Pemegang Kekuasaan Pengguna Anggaran Belanja Daerah.
30. Kas Daerah Adalah tempat penyimpanan uang Daerah yang ditentukan oleh Bupati untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah.
31. Bank adalah Bank persepsi yang ditunjuk Kepala Daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan.
32. Satuan Kerja adalah kesatuan pelaksana kegiatan yang mempunyai tugas, wewenang dan tanggungjawab serta hubungan kerja antara satu dengan lainnya.
33. Pemegang Kas adalah setiap orang yang ditunjuk dan diserahi tugas melaksanakan kegiatan kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan APBD disetiap Unit Kerja Pengguna Anggaran. 34. Pembantu Pemegang Kas adalah setiap orang yang ditunjuk dan
diserahi melaksanakan fungsi keuangan tertentu untuk
melaksanakan kegiatan pada satuan Pemegang Kas dalam rangka pelaksanaan APBD di setiap Unit Kerja Pengguna Anggaran.
35. Satuan Pemegang Kas Pembantu adalah Unit Pembantu Satuan Pemegang Kas yang berfungsi menerima uang hasil Pendapatan Asli Daerah pada Lembaga Teknis Daerah.
36. Dana Cadangan adalah Dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana Relatif cukup besar yang tidak dapat dibebankan dalam 1 (satu) Tahun Anggaran.
37. Dana Depresiasi adalah Dana yang disisihkan untuk penggantian Aset pada akhir masa umur ekonomisnya.
38. Sisa Lebih Perhitungan APBD Tahun Lalu adalah selisih lebih realisasi pendapatan terhadap realisasi Belanja Daerah dan merupakan komponen pembiayaan;
39. Aset Daerah adalah semua harta kekayaan milik Daerah baik barang berwujud maupun barang tidak berwujud.
40. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
41. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada pemerintah daerah dan/atau hak pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan Peraturan PerUndang-Undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah.
42. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah daerah dan/atau kewajiban pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan PerUndang-Undangan yang berlaku, perjanjian atau berdasarkan sebab lainnya yang sah.
43. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima dari Pihak lain sejumlah uang atau manfaat bernilai uang sehingga Daerah dibebani kewajiban untuk membayar kembali, tidak termasuk kredit jangka pendek yang lazim terjadi dalam perdagangan.
44. Belanja Aparatur adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan yang manfaatnya dirasakan oleh Aparatur, terdiri atas Belanja Administrasi Umum, Belanja Operasi dan Pemeliharaan serta Belanja Modal.
45. Belanja Publik adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan yang manfaatnya dirasakan oleh publik, terdiri atas Belanja Administrasi Umum, Belanja Operasi dan Pemeliharaan serta Belanja Modal.
46. Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD), adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
47. Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
48. Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurai nilai kekayaan bersih.
49. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.
50. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan adalah transfer uang dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Desa / Kelurahan dan atau kepada Satuan Kerja / Pihak tertentu dengan kriteria :
a. Tidak menerima secara langsung imbal barang dan jasa seperti lazimnya yang terjadi dalam transaksi pembelian dan penjualan;
b. Tidak mengharapkan akan diterima kembali di masa yang akan datang seperti lazimnya piutang;
c. Tidak mengharapkan adanya hasil seperti lazimnya penyertaan modal atau pada kegiatan investasi.
51. Belanja Tidak Tersangka adalah pengeluaran untuk kejadian-kejadian luar biasa seperti bencana alam, bencana sosial atau pengeluaran lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan Pemerintah Daerah.
52. Anggaran Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan Daerah sebagai penyeimbang adanya surplus dan defisit anggaran, yang terdiri atas penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah.
53. Tahun Anggaran adalah satu periode yang berlaku dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember tahun yang bersangkutan. 54. Atasan Langsung Pemegang Kas adalah Sekretaris Daerah,
Sekretaris DPRD, Kepala Dinas, Kepala Lembaga Teknis Daerah, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Camat yang ditunjuk dan diserahi tugas untuk mempertanggungjawabkan baik fisik maupun
keuangan atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan atau
penggunaan Anggaran Belanja yang menjadi tanggung jawabnya. 55. Rencana Anggaran Satuan Kerja yang selanjutnya disebut RASK
adalah dokumen usulan rencana program dari setiap pengguna anggaran, terdiri dari format yang berisi informasi mengenai usulan Rencana Strategis Satuan Kerja (S1), usulan program dan kegiatan (S2), usulan Anggaran Pendapatan dan Belanja (S3). 56. Dokumen Anggaran Satuan Kerja yang selanjutnya disebut DASK
adalah dokumen pelaksanaan anggaran untuk setiap pengguna anggaran, terdiri dari format yang berisi Rencana Strategis Satuan Kerja (D1), program dan kegiatan (D2) Anggaran Pendapatan dan Belanja (D3).
57. Rekening Kas Umum Daerah adalah Rekening tempat
penyimpanan Uang Daerah yang ditentukan oleh Bupati untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan.
58. Kode Rekening adalah sistem pengkodean / pengelompokan rekening yang disusun berdasarkan kode bidang kewenangan, Satuan Kerja dan Sub Satuan Kerja, kode program dan kegiatan, serta pengkodean untuk jenis pendapatan, belanja, pembiayaan aktiva, kewajiban dan ekuitas dana.
59. Siklus APBD adalah tahapan kegiatan yang meliputi perencanaan, penyusunan, penetapan, perubahan APBD, perhitungan dan pertanggungjawaban APBD.
60. Surat Keputusan Otorisasi yang selanjutnya disebut SKO adalah Keputusan yang dikeluarkan oleh Pemegang Kekuasaan Umum Anggaran tentang penyediaan kredit tertinggi yang dapat dikeluarkan untuk beban Anggaran Belanja tertentu untuk jangka waktu yang telah ditetapkan.
61. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disebut SPP adalah dokumen yang dibuat dan diajukan oleh Pemegang Kas kepada Bupati Cq. Kepala Bagian Keuangan sebagai dasar untuk mendapatkan pembayaran dalam rangka pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja.
62. Surat Pertanggungjawaban yang selanjutnya disebut SPJ adalah kumpulan dokumen / format-format dan tanda-tanda bukti pengeluaran yang sah sebagai pertanggungjawaban Pemegang Kas yang harus disampaikan kepada Bupati Cq. Kepala Bagian Keuangan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
63. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah adalah sistem akuntansi untuk mencatat, menggolongkan, menganalisa, mengikhtisarkan dan melaporkan transaksi-transaksi keuangan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten dalam rangka pelaksanaan APBD.
64. Surat Tanda Setor yang selanjutnya disebut STS adalah surat tanda bukti penyetoran kas dari pemegang kas dan atau perorangan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Majalengka kepada Kas Daerah.
65. Transaksi adalah setiap kejadian yang mengubah posisi keuangan Pemerintah Kabupaten baik berupa penambahan maupun pengurangan.
66. Buku jurnal adalah catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk mencatat dan mengklasifikasikan data transaksi keuangan yang berfungsi sebagai arsip transaksi.
67. Buku Besar adalah buku yang digunakan untuk mengelompokkan (posting) data transaksi keuangan dari buku jurnal yang berfungsi sebagai arsip permanent.
68. Buku Besar Pembantu adalah buku yang merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dari buku besar.
69. Pengawas Fungsional internal adalah Badan Pengawas Daerah Kabupaten yang bertugas membantu Bupati untuk melakukan pengawasan dan pengendalian atas Pengelolaan Keuangan Daerah.
70. Pengawas Fungsional ekternal (BPKRI, BPKP, Irjen dan Bawasda Propinsi) yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan menurut Peraturan perUndang-Undangan yang berlaku.
71. Laporan Keuangan Pengguna Anggaran adalah laporan keuangan yang menggambarkan pencapaian kinerja program dan kegiatan, kemajuan realisasi pencapaian target pendapatan, realisasi penyerapan belanja dan realisasi pembiayaan yang dibuat secara periodik.
72. Perhitungan APBD adalah laporan keuangan yang
menggambarkan jumlah anggaran dan realisasi dari pendapatan, belanja dan surplus/defisit satuan kerja/ Pemerintah Daerah pada satu Tahun Anggaran tertentu.
73. Nota Perhitungan APBD adalah laporan yang memuat ringkasan realisasi pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan serta Kinerja Keuangan Daerah.
74. Neraca adalah keuangan yang menggambarkan aliran kas masuk dan aliran kas keluar dari dan untuk aktivitas operasi, investasi dan pembiayaan pada suatu periode tertentu.
75. Laporan Aliran Kas adalah laporan keuangan yang
menggambarkan aliran kas masuk dan aliran kas keluar dari dan untuk aktivitas operasi, investasi dan pembiayaan pada suatu periode tertentu.
76. Pengadaan barang / jasa adalah usaha atau kegiatan pengadaan barang /jasa yang diperlukan oleh Instansi Pemerintah yang meliputi : pengadaan barang, jasa pemborongan, jasa konsultasi dan jasa lainnya.
77. Panitia Pengadaan adalah Panitia Pelelangan atau Panitia Pemilihan Langsung atau Panitia Penunjukan Langsung yang ditugasi untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa oleh Kepala Satuan Kerja.
78. Jasa Pemborongan adalah layanan penanganan pekerjaan bangunan atau kontruksi atau wujud fisik lainnya yang perencanaan teknis dan spesifikasinya ditetapkan pengguna barang/jasa dan proses serta pelaksanaannya diawasi oleh pengguna barang/jasa.
79. Jasa Konsultasi adalah layanan jasa keahlian profesional dalam berbagai bidang dalam rangka mencapai sasaran tertentu yang keluarannya berbentuk piranti lunak dan disusun secara sistematis berdasarkan kerangka acuan kerja yang ditetapkan pengguna jasa.
80. Dokumen Pengadaan adalah dokumen yang ditetapkan oleh panitia pengadaan sebagai pedoman dalam proses pembuatan dan penyampaian penawaran oleh calon penyedia barang/jasa serta evaluasi penawaran oleh panitia pengadaan.
81. Kontrak adalah perikatan antara Kepala Satuan Kerja sebagai pengguna barang/jasa dengan pemasok atau konsultan sebagai penyedia barang/jasa dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
82. Dokumen kontrak adalah perikatan tertulis berikut seluruh lampirannya yang memuat persyaratan dan ketentuan yang harus dipenuhi oleh para pihak.
83. Pengguna Barang adalah pemegang kewenangan pengguna barang milik daerah.
84. Penyedia barang/jasa adalah perusahaan atau mitra kerja yang melaksanakan pengadaan barang/jasa yang terdiri dari kontraktor, pemasok, konsultan, Usaha kecil, koperasi, perguruan tinggi, Lembaga Ilmiah Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
85. Surat Jaminan adalah jaminan tertulis yang dikeluarkan oleh bank umum / lembaga keuangan lainnya yang diberikan oleh penyedia barang/jasa kepada kepala satuan kerja untuk jaminan terpenuhinya kewajiban penyedia barang/jasa.
86. Perusahaan Daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian, modalnya dimiliki oleh pemerintah daerah.
BAB II
KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pasal 2
(1) Bupati adalah pemegang kekuasaan Pengelola Keuangan Daerah.
(2) Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh :
a. Kepala Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten
Majalengka selaku pejabat pengelola Keuangan Daerah;
b. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pejabat
pengguna anggaran / barang daerah.
(3) Dalam rangka Pengelolaan Keuangan Daerah, Pejabat
Pengelolaan Keuangan Daerah mempunyai tugas sebagai berikut :
a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD;
b. menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan
APBD;
c. melaksanakan fungsi bendahara umum daerah;
d. menyusun laporan keuangan yang merupakan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
(4) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah mempunyai tugas sebagai berikut :
a. menyusun anggaran satuan kerja perangkat daerah yang
dipimpinnya;
b. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
c. melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang
dipimpinnya;
d. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;
e. mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggung
jawab satuan perangkat daerah yang dipimpinnya;
f. mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi
tanggung jawab satuan perangkat daerah yang dipimpinnya;
g. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan
perangkat daerah yang dipimpinnya.
(5) Pemegang Kekuasaan Pengelola Keuangan Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling lambat satu bulan setelah penetapan APBD, menetapkan keputusan tentang :
a. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat
Keputusan Otorisasi (SKO);
b. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat
Permintaan Pembayaran (SPP);
c. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat
Perintah Membayar (SPM);
d. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Cek;
e. Pejabat yang diberi wewenang untuk mengesahkan Surat
Pertanggungjawaban (SPJ);
f. Pejabat yang diberi wewenang untuk mengelola penerimaan
dan pengeluaran kas daerah serta segala bentuk kekayaan daerah lainnya;
g. Pejabat yang diserahi tugas melaksanakan kegiatan pengelolaan kas dalam rangka pelaksanaan APBD di setiap Unit Kerja pengguna Anggaran Daerah yang selanjutnya disebut Pemegang Kas dan pembantu Pemegang Kas;
h. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani Surat Bukti
dasar pungutan pendapatan daerah;
i. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani bukti
penerimaan kas dan bukti pendapatan lainnya yang sah; dan
j. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani ikatan atau
perjanjian dengan pihak ketiga yang mengakibatkan pendapatan dan pengeluaran APBD.
BAB III
PERENCANAAN, PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBD Bagian Kesatu
Perencanaan APBD Pasal 3
Kepala Bapeda menyiapkan rancangan awal RKPD sebagai penjabaran RPJM Daerah/Renstrada.
Pasal 4
(1) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyiapkan Renja-SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal RKPD dan berpedoman pada Renstra –SKPD.
(2) Kepala Bapeda mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKPD dengan menggunakan Renja-SKPD.
Pasal 5
(1) Rancangan RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(2) menjadi bahan bagi Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (MUSRENBANG).
(2) Musyawarah Pembangunan dalam rangka penyusunan RKPD diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara pemerintahan.
(3) Kepala Bapeda menyelenggarakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan. penyusunan RKPD.
(4) Tata cara penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan mengikuti peraturan yang berlaku.
Pasal 6
(1) Musyawarah Perencanaan Pembangunan penyusunan RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) dilaksanakan paling lambat bulan Maret.
(2) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyiapkan Renja-SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan berpedoman pada Renstra-SKPD. (3) Kepala Bapeda mengkoordinasikan penyusunan Rancangan
RKPD dengan menggunakan Renja-SKPD sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).
Pasal 7
(1) Kepala Bapeda menyusun rancangan akhir RKPD berdasarkan hasil Musyawarah Perencanaan Pembangunan. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3).
(2) RKPD menjadi pedoman dalam penyusunan RAPBD.
Bagian Kedua
Penyusunan Kebijakan Umum APBD Pasal 8
(1) BAPEDA bertanggungjawab dalam melakukan evaluasi program tahun anggaran sebelumnya pada bulan Mei.
(2) BAPEDA berkoordinasi dengan Dinas Pendapatan Daerah, Bagian Keuangan setda Majalengka dan Perangkat Daerah Penghasil lainnya untuk melakukan analisis dan mengukur potensi pendapatan daerah pada bulan Mei.
(3) BAPEDA merancang / menyusun Kebijakan Umum APBD (KUA) pada awal Juni.
(4) Bupati menyampaikan rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) kepada DPRD paling lambat pertengahan Bulan Juni tahun berjalan.
Bagian Ketiga
Penetapan Kebijakan Umum APBD Pasal 9
Pemerintah Daerah bersama DPRD menetapkan Kebijakan Umum APBD (KUA) dalam bentuk nota kesepakatan yang mengikat antara Pemerintah Daerah dan DPRD pada bulan Juli.
Bagian Keempat
Penyusunan Prioritas dan Plafon APBD Pasal 10
(1) Berdasarkan Kebijakan Umum APBD (KUA) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 Peraturan ini, BAPEDA menyusun Prioritas dan plafon APBD.
(2) Penyusunan prioritas dan palafon APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas tahapan kegiatan sebagai berikut :
a. BAPEDA menetapkan target pendapatan daerah untuk
penetapan dasar pagu pendapatan dan belanja daerah pada bulan Juli-Agustus;
b. BAPEDA menyusun prioritas dan besaran alokasi
anggaran (plafon) tahunan untuk Anggaran Belanja Aparatur, Belanja Publik, Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan, Belanja Tidak Tersangka dan pembiayaan sesuai dengan kebijakan umum anggaran serta target pendapatan daerah pada bulan Agustus;
c. BAPEDA menyusun asumsi dasar kebijakan keuangan
Daerah.
(3) Mekanisme penyusunan prioritas dan plafon APBD serta Tata
Caranya mengikuti peraturan yang berlaku.
Pasal 11
Penentuan prioritas dan plafon APBD bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah mengacu kepada :
a. Tugas Pokok dan Fungsi Perangkat Daerah;
b. Pencapaian Visi dan Misi Pemerintah Daerah.
Pasal 12
Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD, pemerintah Daerah bersama DPRD menetapkan prioritas dan plafon untuk dijadikan acuan bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam menyusun rencana kerja untuk melaksanakan berbagai kegiatan agar dapat mencapai tujuan dan sasaran secara efektif.
Bagian Kelima
Penyusunan Standar Biaya Belanja Daerah, Standar Pelayanan Minimal
(Tolok Ukur Kinerja) Dan Standar Harga Barang. Pasal 13
(1) Penyusunan Standar Biaya Belanja Daerah dan Standar Harga
Barang ditetapkan dengan Peraturan Bupati atau Keputusan Bupati sesuai dengan situasi dan kondisi daerah.
(2) Penyusunan Standar Pelayanan Minimal ditetapkan dengan
Peraturan Bupati dengan berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan oleh Gubernur.
(3) Penyusunan Standar Biaya/harga dilaksanakan setiap tahun
sebelum penyusunan RAPBD sesuai dengan situasi dan kondisi daerah.
Pasal 14
(1) Penyusunan Standar Biaya Belanja Daerah dilaksanakan oleh
Bagian Pengendalian Program Setda Kabupaten Majalengka bersama unsur terkait.
(2) Penyusunan Standar Harga Barang dilaksanakan oleh Bagian
Perlengkapan Setda Kabupaten Majalengka bersama unsur terkait.
(3) Penyusunan Standar Pelayanan Minimal dilaksanakan oleh
Bagian Organisasi Setda Kabupaten Majalengka bersama unsur terkait.
Bagian Keenam
Tim Penyusun Anggaran Eksekutif Pasal 15
Tim Penyusun Anggaran Eksekutif ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 16
Susunan Tim Penyusun Anggaran Eksekutif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Ketujuh Penyusunan RASK
Pasal 17
(1) Kebijakan umum APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, prioritas dan plafon APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Standar Biaya Belanja Daerah, Standar Pelayanan Minimal dan Standar Harga Barang merupakan dasar dalam penyusunan RASK.
(2) Penyusunan RASK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas tahapan kegiatan sebagai berikut :
a Bupati menyampaikan Surat Pemberitahuan kepada Satuan
Kerja Perangkat Daerah untuk menyusun RASK dengan dilampiri dokumen Kebijakan umum APBD, Dokumen Prioritas dan plafon APBD, dan standarisasi kode rekening anggaran pada awal bulan Agustus;
b Satuan kerja Perangkat Daerah menyusun dan
menyampaikan RASK pada bulan Agustus ke Pejabat Pengelola Keuangan Daerah/Tim Anggaran Eksekutif;
c Tim Penyusun Anggaran Eksekutif melakukan penelitian
terhadap RASK meliputi penilaian kesesuaian terhadap KUA, Standar Pelayanan Minimal, Standar Analisa Biaya, Standar Harga, kode rekening anggaran, tujuan dan sasaran program serta kegiatan dan format RASK sebagai bahan penyusunan RAPBD pada bulan Agustus;
d RASK yang belum memenuhi kriteria dikembalikan kepada
Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk disempurnakan pada bulan Agustus;
e Penyempurnaan RASK sebagaimana dimaksud pada huruf d ayat (2) disampaikan kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah dengan tembusan kepada Ketua DPRD, Kepala Bapeda dan Kepala Bagian Pengendalian Program paling lambat pada akhir bulan Agustus.
Pasal 18
(1) Tim Penyusun Anggaran Eksekutif menuangkan RASK ke dalam
RAPBD pada bulan September.
(2) Tim Penyusun Anggaran Eksekutif menghitung dan menganalisis
pembiayaan akibat defisit atau surplus penganggaran, pada bulan September.
(3) Tim Penyusun Anggaran Eksekutif mengkonsultasikan waktu
dan agenda pembahasan RAPBD dengan DPRD, pada bulan September.
(4) Mekanisme penyusunan RASK sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I Peraturan ini.
Pasal 19
(1) Bupati menyampaikan Nota Keuangan tentang RAPBD pada
Rapat Paripurna DPRD pada minggu pertama bulan Oktober tahun sebelumnya.
(2) DPRD setelah menerima Nota Keuangan tentang RAPBD
melakukan pembahasan RAPBD sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(3) Jawaban Bupati terhadap Pandangan Umum DPRD terhadap
Nota Keuangan RAPBD pada minggu keempat bulan Oktober tahun sebelumnya.
(4) Penetapan RAPBD menjadi APBD dengan Peraturan Daerah dilakukan paling lambat satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.
(5) Apabila DPRD tidak menyetujui Rancangan Peraturan Daerah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), untuk membiayai keperluan setiap bulan Pemerintah Daerah dapat melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya.
Pasal 20
(1) Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD yang telah disetujui
bersama dan rancangan Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh Bupati paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan kepada Gubernur untuk dievaluasi, hasil evaluasi disampaikan oleh Gubernur kepada Bupati selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari tehitung sejak diterimanya Rancangan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati.
(2) Apabila Gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan Perda
tentang APBD dan rancangan Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perUndang-Undangan yang lebih tinggi, Bupati menetapkan rancangan dimaksud menjadi Perda dan Peraturan Bupati.
(3) Apabila Gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan Perda
tentang APBD dan rancangan Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perUndang-Undangan yang lebih tinggi, Bupati bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya hasil evaluasi.
(4) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Bupati dan DPRD, dan Bupati tetap menetapkan rancangan Perda tentang APBD dan rancangan Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD menjadi Perda dan Peraturan Bupati, Gubernur membatalkan Perda dan Peraturan Bupati dimaksud sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya.
Pasal 21
(1) Apabila DPRD sampai batas waktu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 ayat (2) tidak mengambil keputusan bersama dengan Bupati terhadap rancangan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati tentang APBD, Bupati melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya untuk membiayai keperluan setiap bulan yang disusun dalam rancangan Peraturan Bupati tentang APBD.
(2) Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dilaksanakan setelah memperoleh pengesahaan dari Gubernur.
(3) Untuk memperoleh pengesahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), rancangan peraturan bupati tentang APBD beserta lampirannya disampaikan paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak DPRD tidak mengambil keputusan bersama dengan bupati terhadap rancangan Peraturan Daerah tentang APBD.
(4) Apabila dalam batas waktu 30 (tiga puluh) hari Gubernur tidak
mengesahkan rancangan Peraturan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bupati menetapkan rancangan Peraturan Bupati dimaksud menjadi Peraturan Bupati.
BAB IV
PELAKSANAAN APBD Bagian Kesatu
Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pasal 22
(1) APBD meliputi :
a. Anggaran Pendapatan; b. Anggaran Belanja; c. Anggaran Pembiayaan .
(2) APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan kode rekening.
(3) Kode rekening sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disusun berdasarkan pengelompokan sebagai berikut :
a Kelompok pertama merupakan kode rekening untuk bidang
kewenangan, satuan kerja dan sub satuan kerja;
b Kelompok kedua merupakan kode rekening program dan
kegiatan;
c Kelompok ketiga merupakan kode rekening pendapatan,
belanja, dan pembiayaan :
d Penjelasan nama-nama rekening yang telah disusun sesuai
kode rekening sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan peraturan perUndang-Undangan yang berlaku.
Bagian Kedua Dokumen Anggaran
Pasal 23
Dokumen anggaran terdiri atas dokumen perencanaan dan dokumen pelaksanaan APBD.
Pasal 24
(1) Dokumen perencanaan anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 meliputi :
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah;
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(renstrada);
c. Rencana Stratejik Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD);
d. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD); e. Kebijakan umum APBD;
f. Prioritas dan plafon APBD;
g. RASK; h. RAPBD.
(2) Dokumen pelaksanaan APBD meliputi : a. DASK;
b. Peraturan Daerah tentang APBD berikut lampirannya; c. Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD;
d. Peraturan Bupati tentang Penunjukan para Pelaksana Anggaran; e. STS; f. SKO; g. RAPBD; h. SPM; i. Daftar Penguji; j. SPJ; k. Register SKO; l. Register SPP; m. Register SPM; n. Register SPJ;
o. Buku Kas dan Buku Bank Kasir;
p. Buku Kas Umum Bendahara Umum Daerah; q. Jurnal;
r. Neraca
s. Buku Besar dan Buku Besar Pembantu;
t. Pengesahan PK yang terpakai.
(3) Lampiran Peraturan Daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan bagian dari Dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja tahun berjalan dengan sistematika sebagai berikut :
I. Ringkasan APBD;
II. Rincian APBD;
III. Daftar Rekapitulasi APBD berdasarkan Bidang
Pemerintahan dan Perangkat Daerah;
IV. Daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan;
V. Daftar Piutang Daerah;
VI. Daftar Pinjaman Daerah;
VII. Daftar Investasi (Penyertaan Modal) Daerah; VIII. Daftar Ringkasan Nilai aktiva Tetap Daerah;
IX. Daftar Dana cadangan.
(4) Format dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 25 (1) RASK meliputi :
a Format S1 merupakan daftar yang berisi tugas pokok dan
fungsi serta visi misi sesuai dengan rencana strategis satuan kerja;
b Format S2 merupakan daftar yang berisi program, tujuan dan
sasaran program satuan kerja;
c Format S3 merupakan daftar yang berisi ringkasan anggaran
pendapatan dan belanja satuan kerja;
d Format S3A merupakan daftar yang berisi rekapitulasi
anggaran pendapatan satuan kerja;
e Format S3A1 merupakan daftar yang berisi rincian anggaran
pendapatan per sumber pendapatan dari satuan kerja;
f Format S3B merupakan daftar yang berisi rekapitulasi
anggaran belanja satuan kerja;
g Format S3B1 merupakan daftar yang berisi ringkasan dan
rekapitulasi anggaran belanja operasi dan pemeliharaan dan belanja modal (belanja langsung) satuan kerja;
h Format S3B1.1 merupakan daftar yang berisi rincian anggaran belanja langsung untuk masing-masing kegiatan meliputi belanja operasi dan pemeliharaan dan belanja modal satuan kerja, baik belanja aparatur maupun belanja publik;
i Format S3B2 merupakan daftar yang berisi rekapitulasi
anggaran belanja administrasi umum (belanja tidak langsung) satuan kerja baik belanja aparatur maupun belanja publik;
j Format S3B2.1 merupakan daftar yang berisi rincian
anggaran belanja administrasi umum (belanja tidak langsung) satuan kerja.
(2) Format dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Persiapan Pelaksanaan APBD Pasal 26
(1) Bupati menerbitkan Peraturan Bupati tentang penjabaran APBD
setelah APBD ditetapkan dan telah dievaluasi oleh Gubernur.
(2) Peraturan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
menurut jenis, kelompok, obyek, rincian obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(3) Format Peraturan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-udangan. Pasal 27
(1) Berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD, Sekretaris Daerah, menetapkan RASK menjadi DASK.
(2) Penetapan DASK paling lambat 1 (satu) bulan setelah Peraturan Daerah tentang APBD ditetapkan.
Paragraf 1
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Pada Satuan Kerja Pasal 28
(1) Dinas Pendapatan Daerah, mengkoordinasikan semua obyek pendapatan Daerah.
(2) Berdasarkan ayat (1) tersebut Dinas Pendapatan Daerah bertanggung jawab terhadap penerbitan SKPD dan SKRD.
(3) Dalam hal tertentu Bupati dapat merefungsionalisasi penerbitan SKRD.
Pasal 29
(1) SKPD untuk tahun berjalan didistribusikan kepada wajib Pajak pada awal Januari tahun bersangkutan.
(2) Wajib Pajak Daerah dapat membayar kewajibanya langsung pada Kas Daerah atau melalui Petugas Pemungut Pajak Daerah. (3) Pembayaran atas Pajak Daerah dianggap sah apabila telah
diterbitkan Surat Tanda Setoran sesuai dengan obyek pajaknya oleh Bendahara Umum Daerah.
(4) Petugas Pemungut Pajak Daerah yang menerima pembayaran Pajak Daerah wajib menyetorkan pada Kas Daerah selambat-lambatnya dalam tempo 24 (dua puluh empat) jam setelah diterima.
(5) Petugas Pemungut Pajak yang menerima pembayaran Pajak daerah wajib menerbitkan Surat Tanda Setoran obyek Pajak Sementara.
(6) Surat Tanda setoran dimaksud dalam ayat (5) ditandatangani oleh Petugas Pemungut dan diketahui oleh Kepala Bidang yang menangani atas nama Kepala Dinas Pendapatan.
Pasal 30
(1) Bagi Satuan Kerja Pengelola Retribusi Daerah, berkewajiban untuk berkoordinasi dengan Dinas Pendapatan Daerah dalam hal penerbitan SKRD.
(2) Pembayaran Retribusi Daerah dapat dilakukan langsung pada Kas Daerah atau melalui petugas Pemungut Retribusi Daerah. (3) Petugas Pemungut Retribusi Daerah yang menerima pembayaran
Retribusi Daerah berkewajiban menyetorkan pada Kas Daerah dalam tempo 24 (dua puluh empat) jam setelah menerima pembayaran retribusi Daerah.
Pasal 31
Sistem dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Penerimaan Laba Perusahaan, Penerimaan Bagi Hasil pajak dan bukan pajak serta penerimaan pendapatan lain-lain tercantum dalam Lampiran II Peraturan ini.
Paragraf 2
Pelaksanaan Anggaran Belanja Pada Satuan Kerja Pasal 32
Pimpinan Satuan Kerja, selaku pengguna anggaran bertanggung jawab terhadap penggunaan anggaran pada Satuan Kerjanya.
Pasal 33
Penyerapan anggaran dilakukan oleh Pemegang Kas Satuan Kerja atas perintah Pimpinan Satuan Kerja, penyerapan dimaksud melalui mekanisme sebagai berikut.
a. Berdasarkan DASK, Ketua pelaksana mengajukan permohonan anggaran pada Pimpinan Satuan Kerja;
b. Pimpinan Satuan Kerja memberikan disposisi terhadap
permohonan anggaran dari Ketua pelaksana kegiatan;
c. Disposisi yang menyatakan setuju atas penyerapan anggaran, dilanjutkan pada Pemegang Kas untuk dasar pengajuan SPP, dan disposisi yang menyatakan penolakan disampaikan kembali pada ketua pelaksana;
d. SPP, oleh Pemegang Kas diregister dalam Buku Register SPP; e. SPP dikirimkan ke Bagian Keuangan, kemudian diverifikasi
kelengkapan dan persyaratannya baik Pengisian Kas (PK) maupun Beban Tetap (BT) ;
f. SPP yang telah memenuhi persyaratan kemudian diterbitkan SPM; g. SPM yang sudah direalisasi, dibukukan pada Buku Kas Umum
Pemegang Kas (Kasir), serta disampaikan beritanya pada pimpinan kegiatan;
h. Surat Pertanggungjawaban harus dilampiri dengan tanda bukti transaksi dan ditandatangani oleh Pimpinan Satuan Kerja/pejabat yang diberi pelimpahan wewenang oleh pimpinan satuan kerja; i. Lampiran tanda bukti transaksi ditandatangani oleh Kasir
pembayar dan disetujui oleh Pemegang Kas dan diketahui oleh Pimpinan Satuan Kerja;
j. Surat Pertanggungjawaban beserta lampirannya disampaikan pada Bagian Keuangan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Pasal 34
Pengajuan Bantuan Keuangan diajukan kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Majalengka.
Paragraf 3
Pelaksanaan Anggaran Belanja Pada Bagian Keuangan Pasal 35
(1) Pelaksanaan anggaran terdiri dari :
a. Penerbitan SKO; b. Pengujian SPP; ………. 22 b. Pengujian SPP; c. Penerbitan SPM; d. Pengujian SPJ. (2) Pelaksanaan …….. 35
(2) Pelaksanaan Anggaran Belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
(3) Apabila pada awal tahun anggaran, Peraturan Daerah tentang
APBD belum ditetapkan, belanja pegawai ( gaji dan tunjangan ) dan belanja yang tidak dapat ditangguhkan dapat direalisasikan dengan mengacu kepada anggaran tahun sebelumnya.
Pasal 36
(1) Sebelum anggaran belanja dilaksanakan, terlebih dahulu
diterbitkan SKO sebagai penyediaan kredit anggaran.
(2) SKO sebagaimana dimaksud ayat (1) dicatat pada register SKO
oleh Bagian Keuangan selanjutnya diserahkan kepada pemegang kas dari satuan kerja.
(3) SKO yang diterima oleh pemegang kas pada satuan kerja
dicatat pada register SKO.
Pasal 37
(1) SPP terdiri atas SPP-PK dan SPP-BT.
(2) SPP-PK pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
oleh Pemegang Kas/Pembantu Pemegang Kas kepada Bagian
Keuangan disertai DASK, SK Penunjukan Atasan
Langsung/Sekretaris/Ketua Pelaksana/Pemegang
Kas/Pembantu Pemegang Kas, SKO, Pengantar SPP dan Daftar Rincian Penggunaan Anggaran.
(3) SPP-PK (Pengisian Kas) dilakukan untuk pembayaran :
a. Pelaksanaan pekerjaan, pengadaan barang/jasa termasuk
pengadaan barang dan bahan untuk pekerjaan dengan nilai paling tinggi Rp 25.000.000,00 (Dua Puluh Lima Juta Rupiah) dengan persyaratan :
1) yang bernilai dibawah dari Rp 5.000.000,00 dapat dibeli secara langsung kepada penyedia barang/jasa tanpa penawaran tertulis, cukup dengan kuitansi pembelian kecuali untuk barang inventaris dan cetakan harus dilengkapi dengan surat pesanan dan berita acara serah terima barang, sedangkan yang bersifat mengikat harus dilaksanakan dengan beban tetap.
2) yang bernilai antara Rp 5.000.000,00 – Rp 25.000.000,00 dapat dibeli secara langsung dengan penawaran tertulis, dilengkapi dengan Surat Perintah Kerja (SPK) / Surat Pesanan Barang (SPB), Berita Acara Serah Terima Barang dan Berita Acara Kemajuan Fisik Proyek serta Sertifikat klasifikasi perorangan dan atau badan usaha kecil/koperasi kecil yang memenuhi syarat.
b. Honorarium, biaya perjalanan dinas, gaji/upah.
c. Perubahan batas jumlah sebagaimana dimaksud pada
huruf 3 di atas ditetapkan oleh Bupati dengan
memperhatikan perincian kebutuhan dan waktu
penggunaan.
Pasal 38
(1) Mekanisme Beban Tetap untuk pembayaran belanja pegawai, belanja perjalanan dinas sepanjang mengenai uang pesangon, Belanja Bagi hasil dan Bantuan Keuangan,Pembayaran pokok pinjaman yang jatuh tempo, biaya bunga dan administrasi pinjaman,Pelaksanaan Pekerjaan oleh Pihak ketiga, Pembelian barang dan Jasa yang melalui pesanan,pembelian barang dan bahan untuk pekerjaan swakelola berdasarkan Peraturan Bupati. (2) Pembayaran atas Beban tetap dapat dilakukan setelah pejabat
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) menyatakan lengkap dan sah terhadap dokumen yang dilampirkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
(3) Pembayaran untuk pengisian Kas dapat dilakukan apabila SPP-PK, SKO, Daftar Rincian Penggunaan Anggaran Belanja dan SPJ berikut bukti pendukung lainnya atas realisasi pencairan bulan sebelumnya dinyatakan lengkap dan telah disahkan oleh Pejabat sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (3).
(4) Pengisian kas paling tinggi dalam 1 (satu) kegiatan sebesar Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
(5) Sisa kas pada Pemegang Kas paling banyak pada akhir bulan sebesar Rp. 10.000.000,00. (sepuluh juta rupiah)
Pasal 39
(1) Setiap SPP yang telah memenuhi persyaratan dan disetujui oleh pejabat sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) huruf c dapat diterbitkan SPM.
(2) Batas waktu antara penerimaan SPP dengan penerbitan SPM oleh Pejabat sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2)
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja, dengan
mempertimbangkan kelancaran dan kemudahan pelayanan administrasi pemerintahan Daerah.
(3) Apabila dalam batas waktu yang telah ditetapkan tidak diterbitkan SPM, maka SPP tersebut diperbaharui kembali.
Pasal 40
(1) SPM dicatat dalam buku register SPM dan Daftar Penguji SPM. (2) Daftar Penguji SPM disampaikan pada Bendahara Umum
Daerah, untuk digunakan sebagai kendali penerbitan Cek. (3) Daftar Penguji SPM bersifat Rahasia.
Pasal 41
(1) SPM oleh pengguna anggaran disampaikan pada Bendahara Umum Daerah untuk dilakukan pembayaran.
(2) Pembayaran dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui penerbitan Cek atas nama seperti alamat pada SPM.
(3) Pengambilan Cek Harus dilakukan sendiri atau dikuasakan.
(4) Penguasaan Pengambilan Cek harus disertai dengan Surat Kuasa di atas kertas bersegel, atau bermeterai berdasarkan Peraturan yang berlaku.
(5) Penerbitan Cek pada tanggal SPM disampaikan pada Bendahara Umum Daerah atau berlaku mundur atas permintaan Terbayar. (6) Penerbitan Cek merupakan nilai bersih, setelah dikurangi
potongan-potongan sebagaimana dijelaskan dalam SPM dan ditanda tangani oleh Pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2).
(7) Tanda bukti potongan-potongan disampaikan kepada Terbayar setelah disahkan oleh penerima potongan atau Bank persepsinya.
Bagian Keempat Pembiayaan
Pasal 42
(1) Pembiayaan dibagi atas Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah.
(2) Penerimaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :
a. Transfer dari dana cadangan ;
b. Hasil penjualan saham daerah;
c. Penerimaan pinjaman dan obligasi daerah; d. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu.
(3) Pengeluaran Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :
a. Transfer ke dana cadangan ; b. Penyertaan modal;
c. Pembayaran utang pokok yang jatuh tempo; d. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun berjalan.
Pasal 43
(1) Setiap pinjaman daerah dilakukan dengan persetujuan DPRD. (2) Pinjaman Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Bupati.
Pasal 44
Penggunaan Dana Cadangan harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Paragraf 1
Susunan Organisasi Pelaksanaan Kegiatan Pasal 45
Susunan organisasi pelaksanaan kegiatan yang aktifitas utamanya bersifat rutin dan hasilnya bukan merupakan kebijakan Pemerintah Daerah, sebagai berikut ;
a. Penanggungjawab Program;
b. Penanggungjawab Pelaksana Kegiatan;
c. Pemimpin Pelaksana Kegiatan;
d. Pelaksana Kegiatan, terdiri atas :
1. Pelaksana Teknis; 2. Pelaksana Administrasi.
Pasal 46
(1) Penanggungjawab Program dijabat oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah.
(2) Tugas Penanggungjawab Program :
a Menyusun Visi, Misi, Sasaran dan Tujuan serta
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan di satuan kerja
masing-masing;
b Mengkoordinasikan, menyelaraskan dan mengarahkan
seluruh kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan satuan kerja masing-masing;
c Memberikan petunjuk dan arahan dalam rangka pencapaian
kegiatan ;
d Melaporkan perkembangan kegiatan kepada Bupati;
e Menyerahkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada Bupati
Majalengka.
(3) Khusus di lingkungan Sekretariat Daerah dapat dibentuk Wakil Penanggungjawab Program yang dijabat oleh Asisten.
(4) Tugas Wakil Penanggungjawab Program adalah membantu pelaksanaan tugas Penanggungjawab Program.
Pasal 47
(1) Penanggungjawab Pelaksana Kegiatan dijabat oleh :
a. Di lingkungan Sekretariat Daerah adalah para Kepala
Bagian;
b. Di lingkungan Sekretariat Dewan adalah para Kepala Bagian;
c. Di lingkungan Badan adalah Kepala Bidang/ Kepala Bagian
Tata Usaha;
d. Di lingkungan Dinas adalah Kepala Bidang/Kepala Bagian
Tata Usaha;
e. Di lingkungan Kantor adalah Kepala Sub Bagian Tata Usaha/
Kepala Seksi;
f. Di lingkungan Kecamatan adalah Camat;
g. Di lingkungan UPTD adalah Kepala UPTD;
h. Di lingkungan Kelurahan adalah Lurah.
(2) Tugas Penanggungjawab Pelaksana Kegiatan :
a. Penyusunan rencana kegiatan;
b. Pelaksanaan pembinaan kegiatan;
c. Evaluasi dan pelaporan kegiatan;
d. Pelaksanaan pengawasan kegiatan.
e. Bertanggungjawab atas penyelesaian kegiatan tepat pada waktunya.
Pasal 48 (1) Pemimpin Pelaksana Kegiatan dijabat oleh :
a. Di lingkungan Sekretariat Daerah adalah para Kepala Sub Bagian;
b. Di lingkungan Sekretariat Dewan adalah para Kepala Sub Bagian;
c. Di lingkungan Badan adalah Kepala Sub Bidang/ Kepala Sub
Bagian;
d. Di lingkungan Dinas adalah Kepala Seksi /Kepala Sub Bagian;
e. Di lingkungan Kantor adalah Kepala Seksi/Kepala Sub Bagian Tata Usaha;
f. Di lingkungan Kecamatan adalah Sekretaris Kecamatan/Kasi;
g. Di lingkungan Kelurahan adalah Sekretaris Kelurahan/Kasi. (2) Tugas Pemimpin Pelaksana Kegiatan :
a. Menyusun jadwal kegiatan ;
b. Menyusun rencana kebutuhan belanja;
c. Membuat laporan perkembangan kegiatan sesuai dengan
tolok ukur kegiatan yang telah ditetapkan kepada penanggungjawab pelaksana kegiatan ;
Pasal 49
(1) Pelaksana Kegiatan dijabat oleh para pelaksana yang ditunjuk Kepala Satuan Kerja sesuai dengan bidang keahliannya.
(2) Tugas Pelaksana Kegiatan :
a. Membantu Pemimpin Pelaksana Kegiatan dalam
melaksanakan tugasnya;
b. Membantu pemimpin Pelaksana Kegiatan dalam
mempersiapkan teknis dan administrasi kegiatan;
c. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Pemimpin
Pelaksana Kegiatan.
Pasal 50
Susunan Personalia Pengelola Kegiatan diatur oleh Penanggungjawab Pelaksana Kegiatan dari Unit Kerja yang bersangkutan.
Pasal 51
(1) Susunan organisasi pelaksanaan kegiatan yang aktifitas utamanya bersifat penelitian, pengkajian, penyusunan dan perumusan kebijakan umum pemerintah daerah disusun dalam bentuk Tim. (2) Susunan Tim, terdiri atas :
a. Pembina; b. Wakil Pembina; c. Pengarah; d. Penanggungjawab; e. Ketua Pelaksana; f. Sekretaris; g. Anggota;
h. Pelaksana Teknis / Pelaksana Administrasi.
(3) Khusus untuk Penanggungjawab dan Ketua Pelaksana dapat dibentuk wakil apabila diperlukan.
Pasal 52
(1) Pembina untuk seluruh kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Majalengka adalah Bupati Majalengka. (2) Tugas pembina adalah memformulasikan kebijakan
program-program kegiatan dan memantau pelaksanaan tugas tim, serta memberikan saran dan pendapat bila menghadapi masalah.
Pasal 53
(1) Wakil Pembina untuk seluruh kegiatan yang dilaksanakan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Majalengka adalah Wakil Bupati Majalengka.
(2) Tugas Wakil Pembina adalah membantu pelaksanaan tugas pembina.
Pasal 54
(1) Pengarah untuk seluruh kegiatan yang dilaksanakan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Majalengka adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Majalengka.
(2) Tugas pengarah adalah mengarahkan, mengkoordinasikan dan menyelaraskan seluruh kegiatan yang tersebar di masing-masing satuan kerja.
Pasal 55 (1) Penanggungjawab kegiatan dijabat oleh :
a Di lingkungan Sekretariat Daerah adalah Sekretaris Daerah
dan Wakil Penanggungjawab para Asisten;
b Di lingkungan Sekretariat Dewan adalah Sekretaris Dewan;
c Di lingkungan Badan adalah Kepala Badan;
d Di lingkungan Dinas adalah Kepala Dinas;
e Di lingkungan Kantor adalah Kepala Kantor;
f Di lingkungan Kecamatan adalah Camat;
g Di lingkungan Kelurahan adalah Lurah.
(2) Tugas Penanggungjawab Kegiatan adalah :
a. Menyusun Visi, Misi, Sasaran dan Tujuan serta
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan di satuan kerja masing-masing;
b. Mengkoordinasikan, menyelaraskan dan mengarahkan
seluruh kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan satuan kerja masing-masing;
c. Memberikan petunjuk dan arahan dalam rangka pencapaian kegiatan ;
d. Melaporkan perkembangan kegiatan kepada Bupati;
e. Menyerahkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada Bupati Majalengka.
(3) Tugas Wakil Penanggungjawab Kegiatan adalah : Membantu pelaksanaan tugas Penanggungjawab.
Pasal 56 (2) Ketua Pelaksana dijabat oleh :
a. Di lingkungan Sekretariat Daerah adalah para Kepala
Bagian;
b. Di lingkungan Sekretariat Dewan adalah para Kepala Bagian;
c. Di lingkungan Badan adalah Kepala Bidang/ Kepala Bagian
Tata Usaha;
d. Di lingkungan Dinas adalah Kepala Bidang/Kepala Bagian
Tata Usaha;
e. Di lingkungan Kantor adalah Kepala Sub Bagian Tata Usaha/
Kepala Seksi;
f. Di lingkungan Kecamatan adalah Sekretaris Camat/Kepala
Seksi;
g. Di lingkungan UPTD adalah Kepala UPTD;
h. Di lingkungan Kelurahan adalah Sekretaris Lurah/Kepala
Seksi.
(3) Tugas Ketua pelaksana adalah :
a. Penyusunan rencana kegiatan;
b. Pelaksanaan pembinaan kegiatan;
c. Evaluasi dan pelaporan kegiatan;
d. Pelaksanaan pengawasan kegiatan.
e. Bertanggungjawab atas penyelesaian kegiatan tepat pada waktunya.
Pasal 57 (2) Sekretaris dijabat oleh :
a. Di lingkungan Sekretariat Daerah adalah para Kepala Sub Bagian;
b. Di lingkungan Sekretariat Dewan adalah para Kepala Sub Bagian;
c. Di lingkungan Badan adalah Kepala Sub Bidang/ Kepala Sub
Bagian;
d. Di lingkungan Dinas adalah Kepala Seksi /Kepala Sub Bagian;
e. Di lingkungan Kantor adalah Kepala Seksi/Kepala Sub Bagian Tata Usaha;
f. Di lingkungan Kecamatan adalah Pelaksana;
g. Di lingkungan Kelurahan adalah pelaksana. (3) Tugas Sekretaris adalah :
a. Menyusun jadwal kegiatan ;
b. Menyusun rencana kebutuhan belanja;
c. Membuat laporan perkembangan kegiatan sesuai dengan
tolok ukur kegiatan yang telah ditetapkan kepada penanggungjawab kegiatan ;
Pasal 58
(1) Anggota dijabat oleh unsur terkait sesuai dengan bidang keahliannya diusullkan Kepala Satuan Kerja masing-masing. (2) Tugas Anggota adalah :
a. Membantu Ketua pelaksana dalam melaksanakan kegiatan sesuai dengan jenis dan sifat kegiatannya;
b. Melaksanakan tugas teknis yang diberikan oleh ketua pelaksana.
Pasal 59
(1) Pelaksana Teknis/Administrasi dijabat oleh para pelaksana sesuai bidang keahliannya diusulkan Kepala Satuan Kerja masing-masing.
(2) Tugas Pelaksana Teknis Administrasi adalah :
a. Membantu Sekretaris dan anggota dalam melaksanakan tugasnya.
b. Membantu Sekretaris dalam mempersiapkan administrasi kegiatan.
c. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Ketua
Pelaksana.
Pasal 60
Susunan Personalia Tim dalam pelaksanaan kegiatan ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 61
(1) Susunan organisasi pelaksanaan kegiatan yang aktifitas utamanya bersifat pengadaan/pekerjaan daerah/unit satuan kerja disusun dalam bentuk Panitia.
(2) Susunan Panitia, terdiri atas : a. Ketua;
b. Sekretaris; c. Anggota.
(3) Pejabat dan tugas kepanitiaan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 62
Dalam Pelaksanaan Kegiatan menggunakan susunan organisasi pelaksana kegiatan sebagaimana tercantum dalam Pasal 45, Pasal 51 dan Pasal 61.
Paragraf 2
Pemegang Barang dan Pemegang Kas Pasal 63
(1) Pada setiap Satuan Kerja dibentuk Pemegang Barang dan Satuan Pemegang Kas.
(2) Satuan Pemegang Barang adalah Pejabat yang ditugaskan untuk menerima, menyimpan dan mengeluarkan barang-barang milik daerah yang diangkat dengan Keputusan Bupati untuk masa satu tahun anggaran dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Atasan Langsung .
(3) Satuan Pemegang Barang terdiri dari :
a. Bendahara Umum Barang berada pada Bagian Perlengkapan Setda Kabupaten Majalengka dengan Atasan Langsungnya Kepala Bagian Perlengkapan Setda Kabupaten Majalengka. b. Pemegang Barang pada Setda berada pada Bagian
Perlengkapan dengan Atasan Langsungnya Kepala Bagian Perlengkapan sedangkan Pemegang Barang Unit (Bagian)
Atasan Langsungnya adalah Kepala Bagian yang
bersangkutan.
c. Pemegang Barang pada Satuan Kerja berada pada masing-masing Satuan Kerja dengan Atasan Langsungnya Kepala Satuan Kerja yang bersangkutan.
(4) Satuan Pemegang Kas dipimpin oleh seorang Pemegang Kas yang bertanggung jawab melaksanakan dan menatausahakan keuangan daerah, dibantu oleh Pembantu Pemegang Kas yang terdiri atas Kasir (Untuk Satuan Kerja Pengelola Pendapatan Daerah di bentuk Kasir penerima uang/ Penerima Pendapatan Daerah), Penyimpan uang, Pencatat Pembukuan, Pembuat dokumen pengeluaran dan penerimaan uang, Pembuat SPP gaji dan Pelaksana Administrasi Kegiatan.
(5) Satuan Pemegang kas pada Sekretariat Daerah/ Sekretariat DPRD/ Bidang/ Bagian Tata Usaha /Camat mempunyai garis koordinasi dengan sub satuan pemegang kas pada Unit Organisasi Bagian / UPTD/ UPT/ Kelurahan.
(6) Unsur Sub Satuan Pemegang Kas terdiri dari : a. Pemegang Kas;
b. Pembantu Pemegang kas terdiri dari : Kasir (Untuk Satuan Kerja Pengelola Pendapatan Daerah di bentuk Kasir penerima uang/ Penerima Pendapatan Daerah), Penyimpan
uang, Pencatat Pembukuan, Pembuat dokumen
pengeluaran dan penerimaan uang, Pembuat SPP gaji dan Pelaksana Administrasi Kegiatan.
(7) Atasan Langsung Pemegang Kas adalah Kepala Satuan Kerja yang mempunyai tugas dan tanggungjawab :
a. Memberikan persetujuan atas tagihan dan melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan penatausahaan
anggaran;
b. Melakukan pemeriksaan kas yang dikelola Satuan Pemegang Kas (SPK) secara rutin minimal 3 bulan sekali.