• Tidak ada hasil yang ditemukan

commit to user 89 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "commit to user 89 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

89

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah, dan uraian pembahasan mengenai Perencanaan Penyaluran Produk Pembiayaan Mikro sebagai Produk Debt Based

Financing pada PT Bank Syariah Mandiri Warung Mikro KCP Kartasura yang

Berbasis Prudential Principle pada bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan dari hasil penelitian ini secara deskriptif kuantitatif dan juga deskriptif kualitatif meliputi bahasan perencanaan penyaluran produk pembiayaan mikro pada PT Bank Syariah Mandiri Warung Mikro KCP Kartasura yang berbasis prudential

principle serta mekanisme prinsip kehati-hatian dalam penyaluran pembiayaan

mikro sebagai berikut:

5. Debt Based Financing

Debt Based Financing merupakan pembiayaan yang dilakukan

bank syariah dimana tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian dari harga atas barang atau jasa yang dijual. Yang termasuk kedalam produk Debt Based Financing, yakni murabahah,

salam, istishna, ijarah, hiwalah, rahn dan qard.

6. Fungsi perencanaan dalam pembiayaan:

a. Memperjelas arah dan penetapan sasaran pasar. Perlu adanya susunan penetapan sasaran bersamaan dengan roadmap yang telah dibuat agar dalam proses kedepan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. b. Sebagai alat pengawasan, yaitu dengan membandingkan realisasi

dengan target dan program kerja yang telah dilaksanakan. Fungsi dari membandingkan realisasi dengan target pada tahun sebelumnya merupakan tahap dari proses proyeksi.

(2)

commit to user

c. Menyamakan persepsi dan tujuan semua pihak yang terlibat, baik Kepala Warung Mikro (KWM), Pelaksana Marketing Mikro (PMM) serta Administrasi Pembiayaan Mikro (APM) dan lainnya dalam usaha pencapaian sasaran (target) dan mengindarkan salah persepsi melalui koordinasi dan kerjasama antar pihak atau individu yang terlibat.

d. Pengalokasian anggaran, sumber daya dan operasional yang tepat. Dengan adanya perencanaan, proses dan kegiatan pembiayaan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien melalui alokasi anggaran, sumber daya dan operasional yang tepat.

7. Dalam perencanaan penyaluran produk pembiayaan mikro pada PT Bank Syariah Mandiri Warung Mikro KCP Kartasura salah satunya dengan meneliti kegiatan perencanaan sesuai dengan fungsi perencanaan, data

outstanding setiap tahun dari tahun 2010 - 2014 yang berfungsi melihat

kinerja pembiayaan setiap tahun dan melihat fluktuasi pertumbuhan

outstanding untuk mempermudah menjalankan kegiatan perencanaan serta

analisis faktor internal dan eksternal BSM Warung Mikro KCP Kartasura untuk menilai seberapa kuat faktor internal dan eksternal bank agar dapat melihat gambaran untuk menjadi acuan proses perencanaan selanjutnya.

d. Dari data yang diperoleh menunjukan kenaikan yang pesat disetiap tahunnya. dimulai dari tahun 2010 dimana di tahun tersebut BSM Warung Mikro KCP Kartasura berdiri dan realisasi outstanding-nya mencapai Rp 1.345.187.118,-. Kemudian di tahun 2011 outstanding

pembiayaan mikro mencapai Rp 2.808.983.550,- dimana ada kenaikan sebesar 108,8 persen. Di tahun 2012 outstanding pembiayaan mikro mencapai Rp 5.165.090.143,- naik sebesar 83,8 persen walaupun kenaikannya turun dari 108,8 persen menjadi 83,8 persen. Kemudian di tahun 2013 outstanding pembiayaan mencapai Rp 5.628.608.568,- naik sebesar 8,9 persen walaupun rendah kenaikannya tetapi tetap ada kenaikan. Di tahun 2014 outstanding pembiayaan mikro sebesar Rp 8.327.105.005,- terjadi kenaikan sebesar 47,94 persen dari tahun sebelumnya.

(3)

commit to user

Dari hasil wawancara, bahwa pada tahun 2014 BSM Warung Mikro KCP Kartasura termasuk Warung Mikro yang berhasil mencetak

outstanding pembiayaan mikro terbesar se-wilayah Solo Raya.

Kemudian dari data yang menunjukan tingkat NPF, APYD dan RR, di tahun 2010 pada awal berdirinya Bank Syariah Mandiri Warung Mikro KCP Kartasura memiliki tingkat NPF sebesar 0 persen atau tidak ada sama sekali pembiayaan macet, kemudian rasio APYD sebesar 0 persen dan RR sebesar 100 persen. Pada rasio RR, semakin besar rasio semakin baik kualitas pembiayaannya.

Di tahun 2011 tingkat NPF sebesar 3,25 persen atau sebesar Rp 91.349.940,- dari total OS (Outstanding) sebesar Rp 2.808.983.550,-, kemudian rasio APYD sebesar 3,53 persen atau sebesar Rp 99.169.189,-, tingkat RR sebesar 89,13 persen. Pada tahun 2012 tingkat NPF sebesar 0,79 persen atau sebesar Rp 40.592.575,- dari total OS Rp 5.165.090.143,- menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Rasio APYD sebesar 0,79 persen atau sebesar Rp 40.993.966,-, kemudian tingkat RR sebesar 98,40 persen. Di tahun 2013 tingkat NPF sebesar 0,68 persen atau sebesar Rp 38.123.477,- dari total OS Rp 5.628.608.568,- menurun dari tahun sebelumnya, kemudian rasio APYD sebesar 0,70 persen atau sebesar Rp 39.157.358,-, dan tingkat RR sebesar 97,89 persen. Kemudian di tahun 2014 tingkat NPF sebesar 0 persen dari total OS sebesar Rp 8.327.105.005,-, rasio APYD sebesar 0,44 persen atau sebesar Rp 36.297.665,-, kemudian tingkat RR sebesar 98,26 persen.

e. Berdasarkan analisis SWOT, maka disimpulkan alternatif strategi yang bisa diterapkan oleh BSM Warung Mikro KCP Kartasura. Adapun alternatif strategi tersebut adalah sebagai berikut:

b. Memperluas target pasar.

c. Melakukan layanan konsultasi bisnis terpadu dan

pengembangan literasi keuangan masyarakat (nasabah). d. Membuat roadmap pembiayaan mikro yang jelas dan terukur. e. Meningkatkan prinsip kehati-hatian (Prudential Principle).

(4)

commit to user

f. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pembiayaan mikro. g. Meningkatkan kinerja karyawan (PMM).

h. Menjalin dan mempertahankan hubungan kemitraan dengan nasabah.

f. Dari strategi alternatif di atas adapun strategi yang utama, yakni strategi proses dan strategi kualitas adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan prinsip kehati-hatian (Prudential Principle).

b. Melakukan layanan konsultasi bisnis terpadu dan

pengembangan literasi keuangan masyarakat (nasabah). c. Membuat roadmap pembiayaan mikro yang jelas dan terukur. d. Menjalin dan mempertahankan hubungan kemitraan dengan

nasabah.

e. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pembiayaan mikro. 3. Berdasarkan rumusan masalah yang kedua mengenai mekanisme prinsip kehati-hatian (prudential principle) dalam penyaluran pembiayaan mikro, prinsip kehati-hatian diatur dalam peraturan otoritas perbankan serta pemerintahan terkait, diantaranya:

a. Pasal 2 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang perbankan yang menyatakan bahwa perbankan Indonesia dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.

b. Pasal 29 ayat 2, 3 dan 4 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang perbankan.

c. Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008 pasal 35 tentang perbankan syariah.

d. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/16/PBI/2008 tentang

pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa bank syariah pada pasal 2.

(5)

commit to user

e. Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/13/PBI/2011 tentang penilaian kualitas aktiva Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah selanjutnya menjelaskan tentang aturan mengenai produk pembiayaan dengan skema murabahah pada pasal (1) ayat (7) dan pasal 2 ayat (1) dan (2).

f. Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/13/PBI/2011 pasal 14 ayat (1) serta pasal 42 poin (a) terkait penyaluran pembiayaan pada sektor mikro.

g. SK Dir Bank Indonesia No. 27/162/Kep/Dir tanggal 31 Maret 1995 dan SE Bank Indonesia No.27/7/UPPB tanggal 31 Maret 1995 serta PBI No. 8/13/PBI/2006 termasuk juga Kode Etik Institut Bankir Indonesia mengatur pula tentang penerapan prinsip kehati-hatian di dalam setiap kegiatan usaha perbankan khususnya dalam penyaluran pembiayaan.

Sedangkan mekanisme prinsip kehati-hatian (prudential

principle) dalam penyaluran pembiayaan mikro diatur pula berdasarkan

ketentuan buku pedoman Pembiayaan Mikro Bank Syariah Mandiri Warung Mikro, diantaranya:

Pembiayaan mikro sangat potensial namun mengandung risiko yang cukup besar, beberapa kegagalan pembiayaan mikro, antara lain dikarenakan:

a. Kurangnya informasi dan pengetahuan serta kedalaman bank mengenai aspek teknis produksi dan pemasaran suatu sektor usaha atau komoditi, sehingga penilaian pembiayaan tidak reliable dan cenderung berorientasi pada besarnya nilai jaminan, yang sebenarnya merupakan second way out yang tidak diharapkan akan ditempuh oleh bank.

b. Hal tersebut akan berimbas pada sulitnya pengawasan dan pembinaan yang mengacu pada asumsi-asumsi penilaian pembiayaan semula.

(6)

commit to user

c. Keyakinan yang terlalu dini terhadap nasabah, sehingga pembiayaan tidak dilakukan secara bertahap. Pembiayaan yang dilakukan tanpa melalui tahapan-tahapan transisi mengandung risiko yang tinggi. d. Lebih mementingkan quantity daripada quality.

e. Tidak sebandingnya Sumber Daya Insani (SDI) yang ada dengan portofolio pembiayaan.

f. Lokasi usaha yang letaknya di luar jangkauan bank untuk melayaninya, tanpa mitigasi yang baik.

Untuk mengurangi risiko yang dapat timbul, maka dapat dilakukan langkah-langkah strategis, antara lain:

a. Perlunya identifikasi yang lebih tajam terhadap sektor usaha atau komoditi atau nasabah, sehingga dapat dilakukan pemilihan dengan lebih selektif. Untuk itu perlu menjalin kerjasama dengan departemen-departemen teknis seperti dinas koperasi, dinas perikanan, dinas pertanian, dinas industri dan perdagangan serta instansi lain yang terkait seperti Bank Indonesia dan universitas untuk memperoleh:

1) Informasi mengenai sektor-sektor yang prospektif dan feasible, komoditi unggulan daerah dan lokasi sentra-sentra usaha. 2) Informasi mengenai sektor usaha atau komoditi yang memiliki

tingkat risiko yang tinggi.

3) Informasi mengenai daerah yang potensial dan rawan.

4) Informasi mengenai pengusaha-pengusaha mikro, koperasi dan kelompok-kelompok binaan departemen teknis atau instansi yang berhasil dan dapat dijadikan mitra usaha. Apabila dimungkinkan pembiayaan mikro dilakukan kepada pengusaha mikro dalam bentuk kelompok. Selain untuk efisiensi pembinaan maka pembentukan kelompok merupakan cara untuk melakukan seleksi awal kualitas pengusaha mikro oleh lingkungannya.

5) Informasi yang meliputi aspek keuangan, produksi dan aspek pemasaran per komoditi.

(7)

commit to user

6) Melibatkan LPM atau universitas dan departemen teknis sebagai mitra dalam membina nasabah.

7) Perusahaan inti yang dapat menampung, mengolah dan memasarkan hasil produksi pengusaha mikro, sekaligus sebagai pembina dan avalist.

b. Untuk mengurangi dampak dari kurangnya SDI yang ada maka pembiayaan mikro dapat dilakukan bekerjasama dengan BPRS atau koperasi syariah atau BMT dengan cara executing atau channeling.

B. Saran-Saran

1. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, kedepannya BSM Warung Mikro KCP Kartasura dapat memegang prinsip kehati-hatian, khususnya dalam penyaluran pembiayaan mikro agar sesuai dengan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dan berorientasi pada hukum Islam dalam kegiatan usahanya serta dapat meningkatkan jumlah

outstanding pembiayaan mikro setiap tahunnya dalam rangka

memberdayakan sektor UMKM.

2. Selain dengan meningkatkan kualitas serta kinerja SDI atau PMM, juga meningkatkan sistem manajemen dan pengelolaannya yang sesuai dengan nilai dan norma Islam, terutama pada perencanaan yang merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengacu pada roadmap yang telah dibuat. 3. Bank Syariah Mandiri Warung Mikro KCP Kartasura diharapkan dapat

lebih meningkatkan hubungan kemitraan dengan masyarakat (nasabah) dalam upaya pemberdayaan masyarakat kecil-menengah dan menjadi

Referensi

Dokumen terkait

kekurangannya.pendapatan dari sumber-sumber lain yang berkaitan dengan proyek atau pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini peningkatan tarif atau juga

Setelah itu pimpinan program berganti menjadi pimpinan yang baru, dan divisi drama tidak dapat melanjutkan produksi program komedi “Komplek Ceplas-Ceplos” karena untuk

Ada perbedaan yang bermakna durasi menangis bayi pada bayi prematur yang dilakukan tindakan facilitated tucking dan musik saat dilakukan tindakan pengambilan

Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik yang menggunakan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar biologi pada materi Ekosistem di SMP

Tiram tak bisa hidup Kerang mati di pantai.. IPAL STBM ini merupakan teknologi sederhana dan murah dalam menyerap polutan dalam limbah cair PKS berbahan asli produk Indonesia.

#erdasarkan hasil pengukuran awal yang telah kami lakukan dil!kasi pekerjaan maka dengan ini kami mengusulkan agar dilakukan addendum 102.1 9 pekerjaan tambah kurang ;

Usman (2014) menjelaskan motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan atau sesuatu yang menjadi dasar atau

Simposium lahan gambut internasional ini dimaksudkan untuk memperkuat momentum dan menjadikannya menjadi aksi untuk mentransformasi restorasi lahan gambut dari fase