i
ABSTRAK
Rumah tradisional Aceh merupakan sebuah proses panjang ekstraksi nilai-nilai budaya dari masyarakat Aceh itu sendiri. Proses itu diawali dari sebuah gagasan pola fikir yang kemudian berkembang menjadi sebuah perilaku dan penentuan sikap yang bersifat turun temurun hingga akhirnya membentuk sebuah hunian yang sangat berkarakter dan memiliki identitas yang kuat. Namun seiring berkembangnya zaman dan berubahnya tata nilai pada budaya masyarakat Aceh, rumoh Aceh yang asli semakin sulit ditemui. Banyak rumoh Aceh yang sudah dimodifikasi oleh pemiliknya untuk memenuhi kebutuhan ruang sebagai media aktivitas sehari-hari mereka. Penelitian ini dilakukan di Desa Blang Baro Kabupaten Pidie, dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif.
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar aspek yang ada pada rumoh Aceh di Pidie mengalami perubahan, yaitu perubahan nilai-nilai sosiokultural, tipologi ruang, konfigurasi spasial dan fungsi ruang. Perubahan tersebut terjadi pada seuramoe keu (serambi depan), seuramoe
teungoh (serambi tengah) dan seuramoe likoet (serambi belakang). Faktor yang
berpengaruh terhadap perubahan pada rumoh Aceh adalah adanya pergeseran budaya dari masyarakat Aceh sehingga mengakibatkan perubahan pada beberapa elemen
rumoh Aceh. Perubahan-perubahan tersebut merupakan kesesuaian terhadap syariat
agama islam dan kesesuaian terhadap budaya masyarakat Aceh saat ini. Perubahan yang terjadi masih mendukung kehidupan secara kultural dan estetika. Faktor lainnya yang cukup mendukung terjadinya perubahan pada rumoh Aceh adalah kemampuan finansial dari pemilik rumah yang lebih baik.
Kata kunci: perubahan, tata nilai, bentuk, rumah tradisional
ii ABSTRACT
Acehnese traditional house is a long process of cultural value extracted from Acehnese community. The process starts from a notion that develops into a behavior and attitude determination which is hereditary and eventually builds a very characteristic residence which has strong identity. However, along with the change in time and in the cultural values of Acehnese community, the original rumoh Aceh (Acehnese house) is rarely found nowadays. It has been modified by its owner in order to meet the spatial need as the medium for daily activities. This research was done in Blang Baro Village, Pidie Regency, by means of descriptive qualitative method.
The conclusion that can be drawn from this research is that most parts of the aspects contained in rumoh Aceh in Pidie have been changed; namely, in socio-cultural values, spatial typology, spatial configuration and spatial function. These changes are found in the seuramoe keu (front room/ porch), seuramo teungoh (central room), and seuramo likoet (back room). The factors that influence the changes in rumoh Aceh are the cultural shifts in Acehnese community so that some elements of rumoh Aceh are changed. These changes are in accordance with the Islamic Laws and today’s culture of Acehnese community. They still support the community’s life culturally and aesthetically. Another factor that makes the changes is the better financial condition of the house owner.
Keywords: Change, Value, Shape, Traditional House