• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan observasi sekolah inklusi di sd

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan observasi sekolah inklusi di sd"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN OSERVASI DAN ASSESMEN

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA

PENDIDIKAN INKLUSI

SD TUMBUH 1 YOGYAKARTA

TUGAS INDIVIDU

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian tugas mahasiswa dalam mengikuti mata kuliah Praktek Pengalaman Lapangan Dengan dosen pembimbing lapangan : Ibu Pujaningsih, M,Pd,

OLEH :

NAMA : B E J O

NIM : 08103244004

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2013

(2)

A. Latar Belakang Masalah :

Pendidikan merupakan kebutuhan dan hak setiap manusia yang hidup di dunia, agar dapat menjadi manusia yang lebih baik, lebih mandiri dan lebih sejahtera. Dengan pendidikan manusia dapat mencapai kesejahteraan lahir maupun batin, bahagia di duniamaupun di akherat kelak. Pendidikan harus diperoleh sejak manusiadalam rahim ibu, masa bayi, masa balita, masa kanak, masa remaja, dewasa hingga lansia. Pendidikan juga dibutuhkan dan merupakan hak bagi setiap manusia tanpa memandang perbedaan/perkecualian dalam bentuk apapun.

Begitupula kondisi manusia yang mengalami kelainan fisik, mental maupun social yang dalam istilah kita disebut Anak Berkebutuhan Khusus, yang merupakan istilah yang lebih lebih halus, dibanding istilah penyandang cacat, Anak Luar Biasa dan sebagainya. Mereka juga berhak atas pendidikan, agar dapat memperoleh perkembangan fisik, mental dan social yang lebih baik. Sehingga setelah dewasa dapat hidup mandiri, sejahteralahir dan batin, seinggadalam memperoleh kesejahteraannya mereka tidak tergantung pada belas kasihan pada orang lain.

Menanggapi hal tersebut sebenarnya pada masa kini pemerintah di Negara Republik Indonesia pada khususnya. Dan Negara-negara di dunia padaumumnya, sebenarnya telah dilaksanakan pendidikan untuk semua orang, termasuk untuk Anak Berkekbutuhan Khusus. Di Negara Kita Republik Indonesia juga telah ada beberapa bentuk Pendidikan untuk ABK tersebut, baik secara formal maupun non formal. Di bidang Pendidikan Non Formal diselenggarakan oleh Kementerial Sosial, di mana di Daerah dilaksanakan oleh Dinas Sosial. Contoh : Balai Penyandang Cacat Terpadu di Pundong Bantul Yogyaarta, BPanti Sosial Bina Grahita di Temanggung, Panti Sosial bina Netra di SewonBantul, PRPTD dr. Soeharso di Solo, dan sebagaiya.

Adapun yang bertentuk pendidikan formal juga telah diselenggarakan dalam dua bentuk, yaitu : Pendidikan Khusus dan Pendidikan Inklusi. Pendidikan Khusus untuk ABK diselenggarakan melalui Sekolah Luar Biasa. Sekolah ini berjenjang dari tingkat Pra Sekolah, (Taman anak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama sampai Sekolah Menengah Atas). Adapun Pendidikan Inklusi diselenggarakan oleh Sekolah umum yang menerima Anak Berkebutuhan Khusus sebagai peserta didik untuk belajar bersama peserta didik lain yang normal.

(3)

memperhatikan peserta didik yang ABK. Akibatnya anak yang ABK perkembangan terhambat. Sehingga akhirnya sekolah merekomendasikan kepada peseta didik, orang tuanya agar pendidikan anak lebih terjamin, maka disarakan untuk pindah ke Sekolah Khusus/Sekolah Luar Biasa.

Sementara banyak orang tua yang merasa malu atau keberatan, jika anaknya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) dengan berbagai alasan. Di antarnya lokasinya lebi jauh dibanding dengan sekolah umum. Biayanya yang lebih mahal. SEbaik SLB swasta lebih banyak dari pada SLB Negeri. Orang tua yang anak nya tunagrahita merasa anaknya bukan ABK. Sebaik fisiknya normal. (bukan tunanetra, bukan tunadaksa, bukan tunarungu). Mereka terhambat kecerdasannya karena menganggap gurunya tidak bisa engajar anaknya.

Oleh karena itu kebedaan pendidikan inklusi sudah sangat diperlukan di setiap tempat. Yakni pada saat ini, diharapkan semua sekolah umum dapat menerima peserta didik ABK.

Oleh karena itu Peulis dalam mendalami mata kuiah pendidikan inklusi, penulis ingin mengadakan pengamatan pada satu sekolah inklusi yang mudah penulis kunjungi, berdasakran mudahnya transportasi. Di sini Penulis mengunjungi Sd tumbuh 1 yogyakarta. Penulis ingin mengetahui, apakah Sekolah tersebut sudah memenuhi criteria pendidikan inklusi atau belum?

B. Rumusan Masalah

1. Apakah sekolah tersebut sudah memenuhi criteria sebagai sekolah inklusi? 2. Apakah sekolah tersebut sudah menerapkan metode khusus untuk ABK? C. Tujuan Penelitian

1. Agar penulis dapat mendiskripsikan bahwa sekolah yang penulis kunjungi sudah memenuhi criteria sekolah inklusi atau belum.

D. Manfaat Pengamatan.

1. Penulis dapat mengetahui pelaksanaan sekolah iklusi antara teori an penyaelenggaraan sekolah inklusi di lapangan.

(4)

4. Guru di sekolah inklusi juga dapat bertambah wawasan mengetahui pendidikan inklusi dan memperbaiki sikapnya terhadap peserta didik yang ABK.

BAB II

TINJAUAN TEORI PENDIDIKAN INKLUSI

A. Pengertian Inkusi Idealnya:

Inklusi adalah memberikan kesempatan yang adil kepada anak untuk bisa mengikuti pendidikan tanpa perbedaan gender, etnik, status sosial-ekonomi dan kemampuan (Ballard ,1999; Corbett, 2001; Giorcelli, 1995 as cited in Foreman, 2005; Mitchell, 2005)

Sasaran yang harus mendapat layanan pendidikan inklusif:  Tunanetra

 Tunarungu  Tunawicara

 Tunagrahita (ringan dan sedang)  Tunadaksa (ringan dan sedang)  Tunaganda (kelainan majemuk)  Berkesulitan belajar

 Lamban belajar

 Autis/autistik

 Potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa

 Korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan zat adiktif lainnya  HIV dan Aids serta penyakit kronis lainnya

 Anak di daerah terpencil dan/atau terbelakang  Anak di daerah perbatasan negara

 Anak-anak pekerja di luar negeri yang terdiskriminasi  Anak dari masyarakat adat dan/atau kelompok minoritas  Anak korban bencana alam

 Anak korban bencana sosial

 Anak dari keluarga yang tidak mampu dari segi ekonomi (a.l anak terlantar dan

jalanan).

(5)

 Korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan zat adiktif lainnya  HIV dan Aids serta penyakit kronis lainnya

 Anak di daerah terpencil dan/atau terbelakang  Anak di daerah perbatasan negara

 Anak-anak pekerja di luar negeri yang terdiskriminasi  Anak dari masyarakat adat dan/atau kelompok minoritas  Anak korban bencana alam

 Anak korban bencana sosial

 Anak dari keluarga yang tidak mampu dari segi ekonomi (a.l anak terlantar dan

jalanan).

 Anak korban kekerasan fisik dan psikis dalam keluarga.

B. Prinsip yang melatarbelakangi perlunya pendidikan inklusif  Social justice and human rights

 Normalization  Age-appropriateness

 The least restrictive environment  All children can learn

(Foreman, 2005)

C. Manfaat Penddikan Inklusi

 Riset membuktikan bahwa pendidikan inklusi bermanfaat bagi semua anak dan guru 1. Manfaat Pendidikan Inklusi bagi ABK

 Meningkatkan keterampilan akademik, sosial, perilaku, komunikasi, okupasional  Menghilangkan stigma negatif

 Kehidupan pasca sekolah yang lebih baik 2. Manfaat Inklusi bagi Anak Reguler

 Meningkatkan pemahaman akademik dan non-akademik  Manfaat dari dukungan financial

 Manfaat dari dukungan ketenagaan  Manfaat dari sarana ekstra

(6)

 Meningkatkan kompetensi profesionalitas dalam lingkungan kerja partnerships dan kolaboratif

 Meningkatkan nilai kepuasan guru

 Meningkatkan awareness dan antisipasi guru dalam perkembangan dan perubahan di bidang pendidikan

D. Peraturan sebelumnya mengenai pendidikan untuk ABK Dalam UU No 20/2003 Tentang Sisdiknas.

 (1) Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat

kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

 (2) Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah

terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.

 Pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus ini mengacu kepada “Tempat” mereka bersekolah. Sehingga kita kenal dengan adanya sistem persekolahan:

 Segregasi: Terpisah (sejak 1901)  Integrasi: Disatukan (bagi yang bisa)

 Idealnya pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus ditinjau sebagai “service/layanan”

 Sistem pendidikan: Inklusi Sesuai dengan:

 Salamanca Statement (1994)

 Dakkar Framework for action (2000)  Deklarasi Bandung (2004)

 Surat edaran Dirjen Dikdasmen No 380/C.C6/MN/2003 tentang pendidikan inklusi Undang-Undang yang berkaitan dengan pemenuhan hak pendidikan anak berkebutuhan khusus

 UUD 1945: Pembukaan dan Pasal 31 (ayat 1 dan 2)  UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas

 UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak  UU Nomor 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat  UUD 1945: Pembukaan dan Pasal 31 (ayat 1 dan 2)  UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas

(7)

 UU Nomor 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat

E. Karakteristik fisik kelas inklusif

 Karakteristik fisik sebuah kelas inklusif mencakup setting fisik kelas, setting tempat duduk anak, dan prosedur-prosedur lain seperti tugas, emergensi, dan guru pengganti.  Karakteristik fisik sebuah kelas inklusif mencakup setting fisik kelas, setting tempat

duduk anak, dan prosedur-prosedur lain seperti tugas, emergensi, dan guru pengganti. Setting Fisik

 Setting fisik kelas harus menjadi pertimbangan penting dalam kelas inklusif

 Agar dapat belajar dengan optimal, semua anak harus bisa mengakses kelas/lingkungan belajarnya

 Akses kedalam kelas adalah prasyarat agar anak bisa belajar

 Adalah tanggung jawab guru untuk memastikan setiap anak bisa mengakses fasilitas di sekolah

 Tanggung jawab guru yang lain berkenaan dengan aksesibilitas adalah mengkomunikasikan kebutuhan anak kepada orang yang berwenang. Setting tempat duduk anak

 Ada beberapa cara dalam mengorganisasikan tempat duduk anak, yaitu:  Cara tradisional

 Mengelompokkan berdasarkan kemampuan  Mengelompokkan anak dengan mixed ability  Individual learning spaces

 Ada beberapa cara dalam mengorganisasikan tempat duduk anak, yaitu:  Cara tradisional

(8)

Keuntungan dan Kelemahannya:

 Keuntungan: attensi anak secara natural akan tertuju ke guru. Guru lebih mudah mengawasi apakah anak on-task atau off-task

 Kelemahan: befokus pada guru, mempersempit kesempatan siswa untuk aktif (chalk and talk)

(9)

Keuntungan dan kelemahannya:

 Keuntungan: guru bisa berkeliling meja dan membantu siswa, hal ini dapat meningkatkan hasil belajar anak. Anak juga dapat belajar dari teman sebayanya.

 Kelemahan: sosial stigma, pembelajaran yang kompetitif dapat menyebabkan atmosfir negatif di kelas

Keuntungan:

(10)

Individual learning space plan

 Dapat memberikan keleluasaan kepada anak dan guru untuk bisa belajar dan mengajar di tempat yang dianggap paling tepat

 Tugas

Setiap anak mempunyai tanggungjawab terhadap tugas tertentu yang sesuai dengan keterampilan dan minatnya

 Respon terhadap emergensi

Sekolah mempunyai skema emergensi apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana  Tugas

Setiap anak mempunyai tanggungjawab terhadap tugas tertentu yang sesuai dengan keterampilan dan minatnya

 Respon terhadap emergensi

Sekolah mempunyai skema emergensi apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana  Tugas

Setiap anak mempunyai tanggungjawab terhadap tugas tertentu yang sesuai dengan keterampilan dan minatnya

 Respon terhadap emergensi

Sekolah mempunyai skema emergensi apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana  Guru pengganti

(11)

*Deskripsi singkat mengenai filosofis inklusi bagi anda

*Harapan anda bahwa filosofi inklusi tersebut juga diterapkan oleh guru pengganti *info penting lain seperti catatan medis

(12)

BAB III

KEADAAN SEKOLAH INKLUSI

PADA SD TUMBUH 1 YOGYAKARTA DI YOGYAKARTA A. DATA SEKOLAH

Sd tumbuh 1 yogyakarta merupakah salah satu pendidikan Inklusi di Kota yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekolah ini pada tahun pelajaran 2012/2013 mempunyai siswa sebanyak orang. Dari siswa tersebut di antaranya terdapat ABK sebanyak 20 orang. SD TUMBUH 1 YOGYAKARTA didirikan pada hari ... tanggal 11 Maret 2005. mulai menerima ABK sejak berdirinya.

B. DATA PESERTA DIDIK ABK Peserta Didik ABK terdiri dari :

No/ Klasifikasi ABK L P Jml Berada di kelas

TK I II III IV V VI Jml Tunanetra

Tunarungu

Tunagrahita Ringan Tunagrahita sedang Tuna Daksa

Tunalaras Autis Tunaganda Jumlah

Dari 20 peserta didik ABK tersebut yang penulis assesmen seorang anak tunagrahita.

(13)

Berhubung penulis observasi pada kelas II/a, maka peserta didik , belum kelihatan prestasi yang menonjol. Gejala ABK diketahui pada surat keterangan sekolah asal, dan pengamatan guru secara langsung. .

Anak yang Tunagrahita ringan/Lambat Belajar, ingin mengembangkan diri di bidang senitari..

C. DATA SARANA PRASARANA ABK

Prasarana : terdiri dari : Pergedungan : Untuk Kantor : 1 unit, Ruang kelas 4 unit, Ruang Perpustakaan 1 , ruang, Ruang Guru 1 lokal., Ruang Kantin, RUANG mck/Toilet, ada 2 jenis, yaitu : Toilet untuk anak normal dan toilet untuk difabel. Ruang Ketrampikan, Ruang Musik Jawa/Kerawitan.. Semua ruang tersebut bersifat umum. Bukan merupakan sarana khusus ABK.

SArana Pembelajaran :

Media Pembelajaran : Peralatan Laboratorium, Peralatan, Ketrampilan, Peralatan Musik, Peralatan Multi Media, di ruang khusus, sedangkan Papan tulis di tiap kelas.

Keadaan ruang kelas :

Ruang kelas luasnya : m2. Di depan kelas terdapat serambi.

Di dalam ruang kelas 2a, papan tulis white board menempel di dinding sebelah utara. Di lantai terdapat deretan meja dan kursi murid di susun 4 kelompok. di sisi selatan, utara dan timur. Kursi murid disusun mengelilingi meja. Di tengah-tengah dihamparkan karpet. Karpet digunakan duduk peserta didik ketika mendengarkan penjelasan dari guru kelas secara klasikal. Pada saat peserta didik mengerjakan tugas dari guru kelas, mereka duduk di kursi menghadap meja di kelompoknya masing-masing. Bagi peserta didik yang telah selesai mengerjakan soal lebih awal diperboleh ke luar ruangan kelas tapi Cuma di serambi untuk bermain atau baca buku sambil menanti pelajaran berikutnya.

D. KETENAGAAN Terdiri dari :

(14)

Semua Tenaga Pendidik sudah Sarjana (S1). Ada yang S1 Pendidikan dan S1 non Pendidikan. Namun mereka sudah ikut program Akta IV.

Tenaga Kependidikan : Tata usaha, Penjaga Sekolah tenaga perpustakaan, tenaga laborat.serta Security/Satpam.

Asal Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan :

1. Bersatus Guru Tidak Tetap dan Guru Tetap Yayasan ada 18 orang 2. Berstatus PNS .... orang

3. Guru Pembimbing Khusus 2 orang

4. Sarjana PLB ..3... orang

5. Sarjana non PLB 15 orang

6. Sarjana pendidikan PLB dan non PLB orang 7. Sarjana non pendidikan orang

8. Sarjana non kependidikan yang sudah akta IV orang 9. Sarjana non kependidikan yang belum akta IV orang.

E. SARANA KHUSUS ABK :

Menurut pengamatan penulisan dan catatan arana prasarana yang ada di Sekolah Inlusi ini sudah ada sarana khusus untuk abk. Walau masih sangat terbatas, yaitu resource room dengan alat permainan edukatif.

Sd tumbuh 1 yogyakarta/Sekolah Inklusi ini juga mempunyai lapangan olahraga namun tidak berumput, dapat untuk sepak bola.

(15)

Untuk media belajar bagi anak low vision belum ada buku khusus yang diperbesar. Anak yang low vision memakai kacamata lensanya agak tebal agar dapat membaca tulisan pada jarak yang normal. (sebagaimana yang penulis pakai).

F. Sikap ANAK.

Tentang ABK /status ABK belum disadari sepenuhnya oleh ana. ABK yang lambat belajar tidak merasakan bahwa dirinya ABK. Walaupun dalam mengiuti pelajaran, sebetulnya mereka ketinggalan. Namun mereka tidak merasa menjadi ABK, sebab fisiknya normal. Mereka tidak menyadari bahwa dirinya yang kurang cepat menguasai mata pelajaran yang diberikan oleh gurunya, sehingga perlu di bina secara intensif. Informasi ni berdasarkan wawancara penulis dengan BK tersebt.

Sedangkan bagi anak yang Low vison dan anak tuna daksa, mereka mengakui dan menyadari bahwa dirinya adalah termasuk abk (ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS(. Saat mengikuti pelajaran, perhatikan anak terhadap mata pelajaran yang diberikan oleh guru mata pelajaran, sifatnya juga tidak ada perbedaan dengan teman yang lain.

Mayoritas penuh perhatian. SEdangkan siswa non ABK pun ada yang sambil bermain-main dengan temannnya. ADa yang sambil bercakap-cakap dengan temannya.

(16)

BAB IV

ASSESMEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

A. LATAR BELAKANG

Istilah identifikasi dan asesmen sering dipergunakan secara bergantian. Secara harfiah seseungguhnya identifikasi berbeda dengan asesmen . Identifikasi dini merupakan pada tahapan awal yang masih bersifat global/kasar dari asesmen yang lebih rinci dan hal detail. Tujuan dari identifikasi dini dan asesmen juga berbeda . Hal ini menyangkut kompetensi dan

profesionalisme. Identifikasi dini sering dimaknai sebagai proses penjaringan awal mungkin, sedangkan asesmen dimaknai sebagai penyaringan. Identifikasi dini Anak Berkebutuhan Khusus dimaksudkan sebagai suatu upaya seseorang (orang tua, guru, maupun tenaga kependidikan lainnya) untuk melakukan proses penjaringan terhadap anak yang mengalami

kelainan/penyimpangan (phisik, intelektual, social, emosional/ tingkah laku) seawal mungkin dalam rangka pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Hasil dari identifikasi adalah ditemukannya anak-anak berkebutuhan khusus yang perlu mendapatkan layanan pendidikan khusus melalui program inkulusi. Sesuai keperluan pembelajaran dan layanan khusus lain yang sesuai dengan kebutuhan anak, dapat dilanjutkan dengan kegiatan asesmen. Dengan asesmen akan diketahui kelemahan/ kesulitan anak dalam satu hal, kekuatan/potensi/kemampuan dan kelebihan anak dalam satu hal, serta kebutuhan layanan khusus yang diperlukan utnuk mengatasi satu hal.

B. TUJUAN

Secara umum tujuan identifikasi ini adalah untuk menghimpun informasi seawal munggkin apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, intelektual, sosial, emosional, dan atau sensoris neurologis) atau tidak. Disebut mengalami kelainan/ penyimpangan tentunya harus dibandingkan dengan anak lain yang sebaya dengannya. Hasil dari identifikasi akan dilanjutkan dengan asesmen, yang hasilnya akan dijadikan dasar untuk penyusunan program pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan ketidakmampuannya.

IDENTIFIKASI ANAK TUNAGRAHITA A. Pengertian

Tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dan keterbelakangan mental, jauh di bawah rata- rata. Gejalanya tak hanya sulit berkomunikasi, tetapi juga sulit mengerjakan tugas-tugas akademik. Ini karena perkembangan otak dan fungsi sarafnya tidak sempurna. Anak-anak seperti ini lahir dari ibu kalangan menengah ke bawah. Ketika dikandung, asupan gizi dan zat antibodi ke ibunya tidak mencukupi.

(17)

Adapun cara mengidentifikasi seorang anak termasuk tunagrahita yaitu melalui beberapa indikasi sebagai berikut:

1. Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar, 2. Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia,

3. Perkembangan bicara/bahasa terlambat,

4. Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong), 5. Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali),

6. Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler). B. Klasifikasi Anak Tunagrahita

Ada beberapa klasifikasi anak Tunagrahita yang di ukur melalui IQ: 1) Tunagrahita Ringan (IQ 51-70)

Anak yang tergolong dalam tunagrahita ringan memiliki banyak kelebihan dan kemampuan. Mereka mampu dididik dan dilatih. Misalnya, membaca, menulis, berhitung, menjahit, memasak, bahkan berjualan. Tunagrahita ringan lebih mudah diajak berkomunikasi. Selain itu kondisi fisik mereka tidak begitu mencolok. Mereka mampu berlindung dari bahaya apapun. Karena itu anak tunagrahita ringan tidak memerlukan pengawasan ekstra.

2) Tunagrahita Sedang (IQ 36-51)

Tidak jauh berbeda dengan anak tunagrahita ringan. Anak tunagrahita sedang pun mampu diajak berkomunikasi. Namun, kelemahannya mereka tidak begitu mahir dalam menulis, membaca, dan berhitung. Tetapi, ketika ditanya siapa nama dan alamat rumahnya akan dengan jelas dijawab. Mereka dapat bekerja di lapangan namun dengan sedikit pengawasan. Begitu pula dengan perlindungan diri dari bahaya. Sedikit perhatian dan pengawasan dibutuhkan untuk perkembangan mental dan sosial anak tunagrahita sedang.

3) Tunagrahita Berat (IQ dibawah 20)

Anak tunagrahita berat disebut juga idiot. karena dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan pengawasan, perhatian, bahkan pelayanan yang maksimal. Mereka tidak dapat mengurus dirinya sendiri apalagi berlindung dair bahaya. Asumsi anak tunagrahita sama dengan anak Idiot tepat digunakan jika anak tunagrahita yang dimaksud tergolong dalam tungrahita berat.

C. Kebutuhan Belajar ABK dengan Keterbelakangan Mental

Seperti diketahui bahwa anak penyandang keterbelakangan mental sangat berrvariasi kemampuannya mulai dari ringan,sedang sampai berat. Anak-anak terbelakang mental pada umumnyan masih memiliki kemampuan /potensi dalam belajar dan

mengembangkan seluruh hidup sesuai dengan tingkat kemampuannya.Namun karena keterbatasannya maka mereka membutuhkan Layanan Pendidikan Khusus.

Ada beberapa bidang perkembangan yang diperlukan oleh siswa-siswi yang terbelakang mental :

a) Pengembangan Kemampuan Kognitif

(18)

learning Siswa Tunagrahita dalam belajar memerlukan waktu belajar lebih banyak dibandingkan dengan teman sebaya yang normal. 2) levels of learning,anak-anak terbelakang mental

memerlukan dorongan untuk dapat memahami isi materi sesuai tingkat kemampuannya. 3) levels of comprehension, pada umumnya mengalami kesulitan mempelajari materi yang bersifat abstrak sehingga perlu adanya penggunaan media-media konkrit dalam pembelajaran.

b) Pengembangan Kemampuan Bahasa

Keterlambatan dalam bidang bahasa merupakan salah satu cirri dari anak terbelakang mental. Keterlambatan pada bidang akademik pada umumnya juga bersumber dari keterlambatan bahasa. Agar ketrampilan berbahasa memadai maka memerlukan bimbingan bahasa.

c) Pengembangan Kemampuan Sosial

Masalah utama yang dialami oleh anak terbelakang mental(Tunagrahita) adalah tidak adanya kemampuan bersosial. Hambatan ini berakibat pada ketidakmapuan anak dalam memahami kode atau aturan yang terdapay di sekolah,keluarga maupun masyarakat.Dalam upaya pengembangan social anak Tunagrahita diperlukan beberapa kebutuhan misalnya: 1) kebutuhan merasa menjadi bagian dari masyarakat. 2) Kebutuhan dari menemukan perlindungan dari sikap yang negative. 3) Kebutuhan aan kenyamanan social. 4) Kebutuhan untuk

menghilangkan kebosanan.

D. Kesulitan Belajar Anak Tunagrahita

Kesulitan belajar merupakan bidang yang sangat luas, dan sangat komplek untuk dipelajari, karena menyangkut sekurang-kurangnya aspek psikologis, neurologis, pendidikan dan aspek kehidupan sosial anak dalam keluarga/ masyarakat. Setiap disiplin ilmu memiliki cara pandang yang berebeda dalam memahami dan menjelaskan fenomena kesulitan belajar yang dialami oleh seorang anak. Anak berkesulitan belajar adalah anak yang memiliki gangguan satu atau lebih dari proses dasar yang mencakup pemahaman penggunaan bahasa lisan atau tulisan, gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kemampuan yang tidak sempurna dalam mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis,mengeja atau menghitung. Batasan tersebut meliputi kondisi-kondisi seperti gangguan perceptual, luka pada otak, diseleksia dan afasia perkembangan.

Ketika seorang anak belajar memerlukan kemampuan dalam beberapa aspek

yaitu: persepsi (perception), baik pendengaran, penglihatan, taktual dan kinestetik, kemampuan mengingat (memory), proses kognitf (cognitive prcsess) dan perhatian (attention ).Kemampuan-kemampuan tersebut bersifat internal di dalam otak. Proses belajar akan mengalami

hambatan/kesulitan apabila kemampuan-kemampuan tersebut mengalami gangguan. Apabila ada seorang anak yang mengalami kesulitan pada keempat aspek seperti itu ada kemungkinan anak tersebut mengalai kesulitan belajar yang bersifat internal (learning disability)

(19)

Kesulitan belajar membaca sering disebut juga disleksia (dyslexia). Ada nama-nama lain yang menunjuk kesulitan belajar membaca, yaitu corrective readers dan remedial readers, (Hallahan, Kauffman, and Lloyd, 1985 : 202). Membaca mengandung beberapa pengertian. Di dalam Karnus Besar Bahasa Indonesia, membaca diartikan (1) melihat dan memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau dalam hati). (2) mengeja atau melafalkan apa yang tertulis. Hal itu menunjukkan bahwa untuk dapat membaca diperlukan adanya keterarnpilan khusus, yang dalam konteks ini adalah mengeja dan melafalkan apa yang tertulis. Dalam belajar membaca, anak harus terampil dalam mempersepsi bunyi fonem, morfem, sematik dan sintaksis. Ini biasa mdisebut dengan kemampuan berbahasa/ linguistik. Anak yang mempunyai kesadaran linguistik dengan baik, tidak akan mengalami kesulitan dalam belajar membaca. Pada umumnya anak Tunagrahita memiliki kemampuan yang kurang dalam hal mengingat (memory)yang merupakan suatu kesulitan kronis yang diduga bersumber dari neurologis (syaraf) , sehingga dapat

disimpulkan bahwa kemampuan membaca anak Tunagrahita dipengaruhi oleh Aspek Persepsi dan Aspek Memory yang merupakan proses mental yang terletak di otak . Persepsi diperlukan dalam belajar utuk menganalisis informasi yang diterima. Misalnya, seorang anak diperlihatkan bentuk /h/ dan /n/. atau angka /6/ dengan /9/. Anak yang persepsi penglihatannya baik, akan dapat membedakannya. Sedangkan anak yang mengalami ganguan persepsi akan sangat sulit untuk menemukan karakter yang membedakan kedua bentuk tersebut. Dapat dibayangkan betapa sulitnya bagi seorang anak yang mengalami hambatan seperti ini untuk belajar

membaca. Mengingat (memory) adalah kemampuan untuk menyimpan informasi dan pengalaman yang pernah dipelajari pada masa lalu dan dapat dimunculkan kembali jika diperlukan. Kemampuan mengingat ini mempunyai dua tingkatan yaitu ingatan jangka pendek (short term memory) dan ingatan jangka panjang (long term memory). Mengingat sesuatu, baik yang dilihat maupun yang didengar dalam tempo yang sangat singkat, disebut ingatan jangka pendek (short term memory). Belajar sangat erat hubungannya dengan ingatan jangka pendek. Anak yang mengalami kesulitan dalam ingatan jangka pendek akan sangat sulit untuk

menyimpan informasi atau pengalaman belajar dalam ingatan jangka panjang.

Kesulitan membaca disebabkan karena kompetensi dasar membaca belum tercapai dengan baik yaitu:

a. Mengenal huruf,

b. Menggabungkan dua huruf menjadi suku kata (peleburan bunyi),

c. Menggabungkan suku kata menjadi kata atau kesulitan dalam menyusun kata dalam kalimat. 2) Kesulitan Menulis

(20)

Ada beberapa aspek yang menyebabkan anak Tunagrahita berkesulitan dalam belajar ini yakni termasuk ciri – ciri bagi anak kidal.

b. Mengenal huruf

Anak Tunagrahita sulit dalam mengenal huruf, apabila sudah di acak-acak letaknya.

Sehingga untuk menuliskan huruf-huruf dengan rapi dan benar juga kesulitan. Dengan demikian maka Daya Ingat (Memory) anak Tunagrahita sangat lemah, sehingga perlu pelayanan khusus dalam pembelajaran.

c. Menulis ekspresif.

Yakni mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam suatu bentuk tulisan. Sehingga dapat dipahami oleh orang lain yang sebahasa, menulis ekspresif disebut juga mengarang atau komposisi.

4) Kesulitan Berhitung Matematika

Keterampilan proses kognitif dasar sangat erat kaitannya dengan keterampilan belajar matematika. Anak yang telah memiliki keterampilan proses kognitif dasar akan lebih mudah untuk belajar matematika, dan sebaliknya. Keterampilan kognitif dasar meliputi: keterampilan dalam mengelompokkan objek menurut atribut tertentu, keterampilan mengurutkan objek menurut besar/kecil atau panjang pendek, korespondensi, dan kemampuan dalam konservasi.

Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (discalculis) (Lerner, 1988 : 430). Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis, yang memandang adanya keterkaitan dengan saraf pusat.

Dalam pembelajaran matematika di lapangan, anak tunagrahita banyak mengalami hambatan yang dapat dilihat dari beberapa aspek seperti:

a) Membilang : anak tunagrahita sulit untuk menyebutkan bilangan secara berurutan, seperti dari bilangan 9 sampai ke 12, dan dari bilangan 15 sampai ke 17, ada yang lancar dari 1 sampai 19 akan tetapi bilangan 20 tidak disebut tetapi kembali kebilangan 10.

b) Mengoperasikan Penjumlahan,pengurangan,perkalian,pembagian c) Memecahkan masalah Matematika

demikian maka dapat disimpulkan bahwa anak Tunagrahita ketika belajar mengalami beberapa kesulitan yaitu: persepsi (perception), baik pendengaran, penglihatan, taktual dan kinestetik, kemampuan mengingat (memory), proses kognitf (cognitive prcsess) dan perhatian (attention).Kemampuan-kemampuan tersebut bersifat internal di dalam otak. Proses belajar akan mengalami hambatan/kesulitan apabila kemampuan-kemampuan tersebut mengalami gangguan.

(21)

tunagrahita dengan membandingkan dengan anak-anak pada umumnya. Identifikasi dimaksudkan bukan untuk labeling tapi untuk melihat hambatan-hambatan yang dialami anak.

Ada beberapa cara untuk melakukan identifikasi anak tunagrahita, diantaranya adalah: observasi, tes buatan, tes psikologi.

1. Observasi

Observasi merupakan metode yang tertua diantara metode-metode yang digunakan untuk mengenali anak atau orang dewasa yang tunagrahita. Metode ini membutuhkan waktu yang relative lama, tetapi memberikan hasil yang lebih lengkap dibandingkan dengan metode lain. observasi bisa juga untuk melengkapi hasil tes dari psikolog, karena hasil tes belum tentu menunjukkan keadaan anak yang sebenarnya. Sebelum melakukan observasi seorang observer harus memahami dulu perkembangan rata-rata anak pada umumnya .

Ada dua macam bentuk observasi. Pertama membiarkan anak hidup dalam lingkungan yang wajar, observer hanya mencatat gejala-gejala yang timbul selama observasi. Supaya observasi lebih terarah harus memiliki pedoman observasi. Pedoman observasi ini dapat dibuat dengan mengacu pada perkembangan rata-rata anak pada umumnya. Cara ini tidak selamanya efektif karena memerlukan waktu yang cukup banyak. Kedua, supaya lebih efektif observer menciptakan lingkungan kondisi lingkungan yang dapat menarik perhatian anak sehingga anak mau bicara, melakukan sesuatu dan lain sebagainya.

2. Tes Buatan Guru

Tes buatan adalah tes yang dibuat oleh guru atau orang yang berkepentingan untuk mengenali anak tunagrahita. Supaya hasil tes lebih lengkap dan akurat akan lebih baik bila disertai dengan observasi. Tes bisa dibuat berdasarkan pada tugas-tugas perkembangan yang harus dilalui anak pada masa-masa perkembangannya. Pada pelaksanaannya anak diminta untuk mengerjakan tugas-tugas perkembangan yang sesuai dengan umurnya, apabila anak belum dapat maka anak diberi tugas unuk umur sebelumnya sebaliknya apabila anak mampu untuk

mengerjakan tugas perkembangan yang sesuai dengan umurnya maka dilanjutkan pada tugas perkembangan untuk umur di atasnya. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka dalam pelaksanaan tes harus diciptakan kondisi yang membuat anak nyaman dan tidak terbebani oleh keberadaan tester sehinggan membuat anak gugup dan tidak melaksanakan tugasnya.

3. Tes Psikologi

Tes psikologi merupakan salah satu alat untuk mengenali apakah seorang anak mengalami ketunagrahitaan atau tidak. Tes psikologi yang dipergunakan adalah tes kecerdasasan. Tes ini lebih obyektif karena materi tes sudah diujicobakan sehingga 70 memenuhi persyaratan, prosedur pelaksanaannyapun diatur, termasuk cara pengolahan hasil tes, sehingga akan mengurangi bias pada hasil tes.

(22)

kecerdasan dan disertai hambatan dalam prilaku adaptifnya. Tes kecerdasan yang ada dewasa ini lebih banyak yang dikembangkan di luar negeri, oleh karena itu dalam penggunaanya harus hati-hati, karena lingkungan fisik dan lingkungan sosial dan budaya serta kondisi ekonomi masing-masing negara seringkali tidak sama. Supaya tes-tes yang dikembangkan di luar negeri bisa digunakan maka perlu adaptasi dengan kondisi setempat. Diantara tes-tes psikologi yang banyak digunakan adalah tes buatan Binet yang kemudian direvisi di Stanford University sehingga disebut Test Stanford-Binet, Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC) dan Raven’s Matrices.

ASESMEN ANAK TUNAGRAHITA 1. Pengertian Asesmen

Istilah asesmen berasal dari Bahasa Inggris yaitu assesment yang berarti penilaian suatu keadaan.Jadi asesmen anak tunagrahita adalah penilain kemampuan anak tunagrahita. Penilaian yang di maksud dalam hal ini berbeda dengan evaluasi.Jika evaluasi dilaksanakan setelah anak itu belajar dan bertujuan untuk menilai keberhasilan anak dalam mengikuti pelajaran,akan tetapi pada asesmen tidak demikian,dalam asesmen penilaian dilakukan pada saat anak belum

diberikan pelajaran atau setelah dari hasil deteksi di temukan bahwa ia diperkirakan

tunagrahita,dan atau sementara belajar untuk program selanjutnya.asesmen bukan pula tes,akan tetapi tes merupakan bagian dari asesmen.sejalan dengan itu,Mulliken dan Buckely(1983) mendefinisikan asesmen sebagai berikut: “Assesment refers to the gathering of relevan information to help an individual make decisions.asessment in educational setting is a multipaceted process that involves for more than the administration of a test”

Dari uraian tersebut maka jelaslah bahwa asesmen merupakan usaha untuk menghimpun informasi yang relevan guna memahami atau menentukan keadaan individu.

2. Tujuan Asesmen

Tujuan dilakukan asesmen berkaitan erat dengan waktu mengadakannya. Berikut ini akan diuraikan mengenai waktu pelaksanaan asesmen.

a. Asesmen yang dilakukan setelah deteksi

Kegiatan asesmen ini dilaksanakan setelah anak tunagrahita ditemukan.dengan demikian Tujuan asesmen ini adalah:

1) Untuk menyaring kemampuan anak tunagrahita

Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan anak dalam setiap

aspek.Misalnya,Bagaimana kemampuan bahasanya,kemampuan kognitipnya,kemampuan gerak,dan kemampuan penyesuaian dirinya.

2) Untuk keperluan pengklasifikasian,penempatan,dan penetuan program pendidikan

Anak tunagrahita setelah diadakan penyaringan maka dapat diperkirakan apakah anak tersebut termasuk kedalam kategori tunagrahita ringan,sedang,atau berat.pengambilan

kesimpulan dan penetapan sudah tentu harus didukung oleh data yang jelas.pengklasifikasian ini kaitannya dengan usaha penempatan.sebab perbedaan kemampuan anak tunagrahita amat

(23)

3) Untuk menentukan arah dan kebutuhan pendidikan anak tunagrahita.

Arah atau tujuan anak tunagrahita pada adasarnya sama dengan tujuan pendidikan pada umumnya hanya saja mengingat kemampuan anak tunagrahita yang terbatas,maka perlu

dirumuskan tujuan khusus yang disesuaikan dengan tingkat ketunagrahitaannya.dengan demikian keluasan dan kedalaman tujuan pendidikan bagi mereka sangat erat kaitannya dengan tingkat ketunagrahitaan.maka perumusan tujuan untuk masing-masing tingkat ketunagrahitaan sangat diperlukan karena merupakan dasar pendangan atau acuan untuk menentukan arah ataupun program pendidikannya.

4) Untuk mengembangkan program pendidikan yang diindividualisasakan atau biasa juga disebut IEP (Individualized Educational Program).

Dengan data yang diperoleh sebagai hasil asesmen dapatlah diketahui kemampuan dan ketidak mampuan anak tunagrahita.kemampuan-kemampuan itu menjadi dasar untuk

mengembangkan kemampuan berikutnya.akibat dari pengembangan program yang didasarkan pada hasil asesmen,maka munculah rumusan program yang disesuiakan dengan kemampuan setiap anak.

5) Untuk menentukan strategi,lingkungan belajar,dan evaluasi pengajaran.

Sama halnya dengan IEP bahwa dengan melihat hasil asesmen dapat ditentukan model strategi,lingkungan belajar,evaluasi maupun tindak lanjut pengajaran.seperti contoh:

a. Strategi pengajaran

Strategi pengajaran klasikal kurang sesuai bila diterapkan pada anak tunagrahita,terutama jika mengajarkan bidang-bidang yang membutuhkan konsentrasi atau pembahasan tentang konsep-konsep.

b. Lingkungan belajar

Pengaturan lingkungan belajar baik berupa lingkungan fisik maupun lingkungan suasana harus disesuaikan dengan keadaan tunagrahita.Lingkungan fisik seperti pengaturan meja dan kursi,lemari,papan tulis maupun gambar-gambar.dan lingkungan suasana seperti:Peraturan-peraturan,suara guru dalam mengajar,situasi lingkungan dan sebagainya.

c. Evaluasi

Pelaksanaan evaluasi tentu harus dirumuskan sesuai dengan tingkat ketunagrahitaan anak.Pada anak tunagrahita ringan pada umumnya dapat dihadapkan pada bentuk soal tertulis dan lisan,sedangkan pada anank tunagrahita sedang atau berat sebaiknya evaluasi diberikan dalam bentuk perbuatan.

b. Asesmen pada saat dan setelah diberikan pelajaran

Asesmen yang dilaksanakan pada saat dan setelah anak tunagrahita diberi pelajaran diperlukan untuk maksud merencanakan program selanjutnya.

Adapun tujuan asesmen ini adalah :

(24)

2) Agar guru dapat memilih dan menentukan program,evaluasi, dan strategi belajar mengajar,setra pengaturan lingkungan belajar.

3) Agar guru dapat melakukan diagnosis,melaksanakan remididl teaching,dan memberikan tindak lanjut pelajaran.

3. Ruang lingkup asesmen

Dengan memperhatikan tujuan asesmen sebagaimana diuraikan diatas,maka ruang lingkup asesmen dapat dikelompokan sebagai berikut:

a. ruang lingkup asesmen yang diberikan sebelum anak mengikuti pelajaran

1) Kemampuan menolong diri,meliputi: makan-minum,berpakaian dan merias diri,menjaga kebersiahan diri,keselamatan diri dan orientasi lingkungan.

2) Kemampuan psikomotor,meliputi :gerak motorik kasar- halus,membangun bentuk,melipat,menggunting,menggambar dan menempel

3) Perkembangan social-emusional,meliputi:bereaksi terhadap rangsangan dari luar,menyesuaikan diri pada situasi,bermain bersama,partisipasi dalam kegiatan,melaksanakan perintah,sikap percaya diri.

4) Perkembangan bahasa,meliputi: bicara,pembendaharaan kata,menulis,menggambar. 5) Perkembangan kognitif,meliputi:pengertian tentang ukuran,jumlah,bentuk;

inisiatif,melaksanakan perintah,orientasi ruang dan sebagainya. b. Ruang lingkup pada saat anak tel;ah belajar dikelas

Setelah anak tunagrahita mengikuti pelajaran,ruang lingkup asesmen meliputi penilaian Untuk menetukan apa yang harus diajarkan kepada siswa secara individu dan penilaian untuk menentukan cara guru dalam mengajar siswa untuk mencapai kemajuan yang optimal.

c. Alat asesmen.

Bervariasinya tingkat intelegensi dan kognitif anak tunagrahita,menuntut adanya pengelolaan ya ng cermat dalam mengidentifikasikekurangan dan kelebihan yang dimilikinya.Asesmen pada anak tunagrahita dilakukan untuk mengukur tingkatintelegensi dan kognitif, baik secara individual maupun kelompok. Alatuntuk asesmen anak tunagrahita dapat digunakan seperti berikut ini:

1) Tes Intelegensi WISC-R (alat atau instrumen isian untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang model WISC-R)

2) Tes Intelegensi Stanford Binet (alat atau instrumen isian untukmengukur tingkat kecerdasan seseorang model Stanford Binet)

3) Cognitive Ability test (alat atau instrumen isian untuk mengukur tingkat pengetahuan yang dikuasai)

Dari landasan teori di atas yang penulis pergunakan adalah : observasi dan evaluasi/assesmen. Sedang test WISC tidak kami gunakan sebab test tersebut untuk anak normal.

Alat test dari soal-soal dari buku cetak.uku pelajaran untuk kelas SD 2 umum. Jika anak tidak dapat mengerjakan penulis menggunakan buku kelas I SD umum.

(25)

PADA SD TUMBUH 1 YOGYAKARTA

A. IDENTITAS PRIBADI :

DATA PRIBADI

NAMA YE

TEMPAT, TGL

LAHIR YOGYAKARTA 27/02/2004

JENIS KELAMIN PEREMPUAN

AGAMA KRISTEN

KEW WNI

ANAK KE I (PERTAMA)

JUMLAH SAUDARA KANDUNG 1

ALAMAT PERUM AMBARKETAWANG INDAH GANG BIMA 19 GAMPING SLEMAN YOGYA

DATA ORANG TUA

AYAH KANDUNG

NAMA TJIAU LIANG

AGAMA KRISTEN

KEW WNI

PEKERJAAN KARY SWASTA

ALAMAT PERUM AMBARKETAWANG INDAH GANG BIMA 19 GAMPING SLEMAN YOGYA

TELP 08122791295

IBU KANDUNG

NAMA MARLIES BUDIYANTI

AGAMA KRISTEN

KEW WNI

PEKERJAAN IRT

ALAMAT

PERUM AMBARKETAWANG INDAH GANG BIMA 19 GAMPING SLEMAN YOGYA

NO TELP 08122697745

B. KEMAMPUAN AWAL

aspek mampu

bahasa

indonesia 8 mendengarkan mendengar instruksi sederhana

bicara mampu mengungkapkan perasaan kepada teman sekelasnya bila terganggu

(26)

menulis mampu menyalin kata atau kalimat yang ditulis.

sastra mampu menceritakan peristiwa yang pernah dialami.

matematik

a 8 membilang angka dari 1 s.d 9

menunjukkan angka bilangan

PKN 8,5 mengenal contoh gotong royong kerukunan hidup, saling berbagi dan gotong royong

IPS 8

menyebutkan contoh benda berharga dan dokumen penting

menyebutkan contoh peristiwa yang menyenangkan dan menyedihkan.

Aga

ma 8 pemahaman alkitab mampu mensyukuri bagai budaya suku bangsadan agama bangsa di sekolah.

mempraktikan hidup saling mengasihi memiliki rasa empati yang baik

mampu menceritakan kisah kisah dalam alkitab

aktualisasi

iman mengasihi Tuhan dan teman

serius dalam berdo'a suka membantu orang lain dan bersahabat dg orang lain. mampu berdo;a

mampu berdoa dengan lagu ruhani

IPA 7 kerja ilmiah melakukan percobaan benda air

pemahama

n konsep menyebutkan anggota tubuh manusia, hewan dan tumbuhan serta fungsinya masing-masing.

menyebutkan contoh hewan dengan habitatnya masing-masing.

menyebutkan contoh benda cair dan padat

Penjaskes 7,5 ketrampilan gerak guling depan, sikap lilin dan guling belakang

melakukan gerakan kekuatan oto : sit up, push up, dan back up.

mampu mendang bola dengan benar serta menggiring bola

mampu melakukan gerak lari, lompat dan loncat

(27)

bekerjasama dengan teman menunjukkansikap yang sportip seni

budaya rupa mampu menggambar obyek yang dimulai garisputusdan titik dengan cukup baik.

musik memiliki percaya diri untuk tampil dihadapan kelas.

menyanyi diiringi alat musik sederhana

tari memiliki kepercayaan diri yang tinggi

menggerakkan tubuh yang luwes, bebas dan alami

menunjukkan mimik wajahsesuai lirik lagu yang dinyanyikan

bahasa

jawa mendiskripsikan kewan lan tanduran dengan baik

mendiskripsikan tokoh punakawan dengan kalimat sederhana

semangat dalam permainan tradisional

cublak cublak suweng, jamuran, engklek dan delikan.

bahasa

inggris mendengar kata singkat dan sederhana

menyebutkan beberapa hewan dan anggota tubuh manusia dalam bahasa inggris

menyebutkan beberapa hewan dalam bahasa Inggris

mampu menulis kosa kata

ICT mempraktekan singgle/doble klik dengan benar

menggambar dengan Paint

menulis tulisan belum bisa

rapi.

(28)

dengan baris.

Agama pemahaman alkitab membaca sendiri alkitab

aktualisasi iman perlu konsentrasi dalam belajar

IPA kerja ilmiah lintasan lurus dan zigzag

Apresiasi nilai

seni budaya dan ketrampilan

(29)

merapikan

No. Kompetensi Aspek Dapat Belum dapat

Menolong diri

(30)

2. Meningkatkan kemampuan membaca dan menulis 3. Meningkatkan kemampuan berhitung

4. Meningkatkan kemampuan konsentrasi

BAB V

(31)

A. KESIMUPULAN

Sekolah Inklusi yang penulisan observasi sudah termasuk pendidikan inklusi, walau sarana prasarana khusus ABK masih terbatas,. Tenaga Pendidik yang umum banyak belum mengikuti Diklat kePLBan. Guru Pembimbing Khusus sudah ada.

Metode Khusus yang dilaksanakan oleh guru baru terbatas pada Remedial. Dan hal ini juga berlaku pada siswa pada umumnya.

B. SARAN

1. Peulis menyaranan agar Sekolah melengkapi sarana khusus untuk ABK sesuai ABK yang perlu dan belum ada. Adapun ujud sarana dan prasarana kordinasi dengan Pemerintah maupun yayasan serta komite.sekolah.

2. Sekolah mengusulkan kepada pemerintah kota Di yogyakarta untuk diberikan Diklat KePLBan bagi guru umum, agar dapat menangani langsung terhadap siswa ABK.

3. Mengusulkan kepada Pemerintah Kota Yogyakarta agar sewaktu-waktu membuka CPNS baru agar memberikan formasi kepada SarjanaPLB yang belum menjadi PNS/CPNS untuk ditempatkan pada sekolahInklusi di Kota Yogyakarta pada umumnya dan SD tumbuh pada khususnya..

4. Memanfaatkan Guru Pembimbing Khusus yang sudah ada dengan sebaik-baiknya.

5. Hal yang perlu diperhatikan tentang Peserta Didik yang penulis observasi adalah :kemampuan konsentrasi, kemampuan membaca dan menulis, serta menghitung dari penjumlahan dan pengurangan satu sampai dua digit. C. PENUTUP

Dengan mengucapkan syukur Alkhamdulillah penulisan akhiru laporan observasi ini. Walaupun masih bnanyak kesalahan tata tulis, dan kurang lengkapnya data yang ada, semoga dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.

(32)

SD TUMBUH 1 YOGYAKARTA

TUGAS INDIVIDU

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian tugas mahasiswa dalam mengikuti mata kuliah Praktek Pengalaman Lapangan Dengan dosen pembimbing lapangan : Ibu Pujaningsih, M,Pd,

OLEH :

NAMA : B E J O

NIM : 08103244004

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(33)

Lampiran : 1

INSTRUMEN OBSERVASI PADA SEKOLAH INKLUSI Nama Sekolah : Sd tumbuh 1 yogyakarta

Alamat : Jalan AM Sangaji 48 Yogyakarta Status : Nngeri/Swasta*)

Akreditasi : A, B,C, dalam proses akreditasi, belum terakreditasi. Menjadi sekolah inklusi sejak tanggal :

Dokumen sekolah Inklusi:

Surat Keputusan menjadi sekolah inklusi dari :

Nomor :

Tanggal

Jumlah siswa ABK yang sudah diluluskan sebanyak orang, yang terdiri dari :

Jumlah siswa ABK pada Tahun pelajaran 2012/2013 Terdiri dari ::

(34)

Dll

Jumlah guru seluruhnya : orang Jumlah gurupembimbing khusus : orang Jumlah guru yang berijasah S1 PLB : orang Kurukulum yang dipakai

1. Kurukulu sekolah umum : ya, tidak 2. Kurikulum PLB : ya, tidak

Sarana dan prasarana yang khusus bagi ABK yang telah ada padaSekolah Inklusi apa saja?

1. ………. 2. ………. 3. ………. 4. ………. 5. ……….

Untuk memperoleh sarana prasarana yang khusus untuk siswa ABK upaya apa saja yang sudah ditempuh sekolah?

Dana yang dikelola guna menambah sarana prasarana bagi siswa ABK Berasal dari : : (

APBN, : ya, tidak APBD Kota Yogyakart : ya, tidak APBD DIY, : ya, tidak Sumbangan masyarakat , : ya, tidak Sumbangan Ortu/Komite. : ya, tidak Proses Penerimaan :

Arsip Pengumuman Penerimaan Murid/Peserta Didik Baru (sejak pertama menjadi sekolah Inklusi dan terakhir).

Pengumuman Penerimaan peserta didik baru Data Siswa Inklusi :

(35)

Dalam penerimaan peserta didik baru, siswa ABK apakah diberi kuota ternsendiri? Ya, tidak.

Jika diberi kuota,berapa prosen siswa ABK yang diterimadibanding dengan siswa non ABK? …….%

Yogyakarta, ………. Yang mengisi data :

Kepala SD TUMBUH 1 Yogyakarta

……… NUPTK………

(36)

Identitas Responden :

Nama : ………

NUPTK :

………

Pangat/Golongan : ………

Jabatan : Guru Mata Pelajaran ………

Unit Kerja : Sd tumbuh 1 yogyakarta di Yogyakarta, Di yogyakarta. PETUNJUK PENGISIAN :

1. Mohon dijawab denga jujur, apa adanya :

2. Daftar pertanyaan ini bukan untu menguji Bapak/Ibu, sebab penulis hanya ingin mendapatkan data observasi tentang pendidikan inklusi di sekolah ini.

3. Untuk pertanyaan tertentu, ada yang jawabannya lebih dari satu, centttanglah yang ada! Daftar Pertanyaan yang perlu jawaban.

1. Sejak kapan Bapak/Ibu mengasuh siswa ABK di kelas yang bapak/ibu ampu? ……… 2. Ijasah terakir yang Bapak/Ibu miliki saat ini adalah :

( ) S1. Jurusan ……… ( ) D3 Jurusan ……… ( ( D2 Jurusan ……… 3. Mata pelajaran apa yang Bapak/Ibu ampu pada tahun pelajaran 20122013 ?

………

4. Sudah berapa anak siswa ABK yang Bapak/Ibu asuh, sejak pertama mengasuh ABK sampai saat ini?

……… ………..

5. Pada Taun pelajaran 2012;2013 saat ini di kelas yang Bapak/Ibu ampu ada berapa ABK? ( ) lebih dari 1 anak, yaitu ………orang

( ) 1 anak,

( ) tidak ada ABKnya.

Jika jawabannya “tidak ada ABKnya, Bapak/Ibu tidak perlu menjawab petanyaan berikutnya.

6. Jenis ABKnya, tuna apa saja siswa ABK di kelas yang Bapak/Ibu ampu saat ini? Jawab : tuna ………, ………..

7. Dengan apa saja, Bapak/Ibu mengetahui, bahwa di kelas Bapak/Ibu ampu ada siswa yang ABK?

( ) dari pengamatan sekilas terhadap fisik dan tingkah lakunya ( ) dari pengamatan fisiknya

( ) dari pengamatan tingkah lakunya

( ) dari hasil prestasi belajar yang telah diperoleh ( ) dari hasil test IQ

8. Menurut pendapat BapakIbu selaku pendidik, apakah kondisi ABK tersebut akan/dapat mempengaruhi prestasi belajar ABK tersebut dalam mengikuti pelajaran yang Bapak//Ibu ampu?

( ) sangat mempengaruhi ( ) dapat mempengaruhi ( ) tidak berpengaruh

9. Dengan adanya siswa ABK bagaimana pendapat Bapa/Ibu ? ( ) pekerjaan bertambah berat

(37)

10. Apakah Bapak/Ibu menemui masalah dalam membina siswa tersebut ?

( ) ada, yaitu : ……… ……… ( ) tidak ada masalah sama sekali.

11. Hikmah apa saja yang Bapak/Ibu dapatkan dengan membina/mengasuh siswa ABK tersebut?

……… 12. Yang Bapak/Ibu ketahui, apakah di sekolah ini sudah ada Guru Pembimbing KHusus?

( ) sudah ada ( ) belum ada.

Jika sudah ada, jawab pertanyaan nomor 8 berikut ini!

13. Apa saja yang telah Bapak/Ibu dapatkan dengan adanya Guru Pembimbing Khusus tersebut?

14. Bagaimana hubungan bapak/ibu dengan guru pembimbing khusus tersebut? ( ) sangat baik

( ) baik ( ) cukup baik ( ) kurang

( ) tidak ada hubungan sama sekali

15. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah ada pengaruh dari guru pembimbing khusus tersebut, terhadap peningkatan prestsi belajar ABK tersebut?

( ) sangat ada pengaruhnya ( ) ada pengaruhnya

( ) kurang berpengaruh ( ) tidak berpengaruh, sebab

16. Berhubung di kelas yang Bapak Ibu ampu ada ABK-nya, apakah Bapak/Ibu sudah menggunakan metode yang khusus untuk mendidik abk TERSEBUT?

( ) Sudah menggunakan metode khusus untuk mendidik abk ( ) Belum menggunakan metode khusus untuk mendidik ABK

17. Apakah Bapak /Ibu pernah mengikuti Diklat ke-PLB-an dan mendapat Sertiikasi Ke-PLBan?

( ) sudah ( ) belum

18. Jika sudah pernah mengikuti Diklat ke-PLB-an, mohon dijawab pertanyaan ini! Diklat ke-PLB-an yang saya ikuti diselenggarakan oleh :

( ) Pemerintah Pusat, Mendikbud atau Mendiknas. ( ) Pemerintah Provinsi (Dinas Pendidikan/Dikpora DIY) ( ) Pemerintah Kota (Dinas Pendidikan Kota Di yogyakarta)

19. Selain Kurikulum sekolah umum apakah Bapak/Ibu sudah menggunakan kurikulum untuk sekolah khusus dalam membina ABK tersebut?

(38)

20. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat Diklat tentang Materi Program Khusus, sebagaimana tersebut di bawah ini?

Contoh :

Orientasi Mobilitas (OM) untuk mendidik Tunanetra

Cara menulis Braille untuk mendidik membaca dan menulis bagi peserta didik tunanetra Bina Persepsi Bunyi dan Irama untuk mendidik Anak Tunarungu.

Sistem Bahasa Isyarat Indonesia untuk mendidik Anak tunarungu Bina Diri dan Bina Gerak untuk mendidik Anak Tuna Daksa Bina Diri untuk Anak Tunagrahita.

Jawab :

( ) belum pernah mendapatkan ( ) sudah pernah mendapat

21. Menurut pendapat Bapak/Ibu, apakah siswa ABK yang Bapak Ibu ampu sudah saatnya memerlukan sarana prasaran khusus, agar dapat mengikuti pelajaran yang Bapak/Ibu ampu?

22. Yangbapak/ibu ketahui, apakah sudah ada Sarana dan prasarana yang khusust digunakan siswa ABK dalam mengikuti ateri yang Bapak/Ibu ampu?

a. Ya sudah ada : b. Ya belum ada

23. Jika sudah ada, sarana prasarana apa yang khusus dapat digunakan siswa ABK tersebut? ……… ……….

……… ………..

24. Yang Bapak/Ibu ketahui, permasalahan apa saja yang timbul selama ABK di dalam kelas yang Bapak/Ibu ampu?

1. ……… 2. ……… 3. ………

25. Untuk mengatasi masalah tersebut, langkah-langkahapa saja yang sudah Bapak/Ibu ambil untuk mengatasi masalah tersebut?

(39)

( ) sama saja

( ) bahkan menjadi lebih jelek

27. Dalam mengikuti mata pelajaran yang Bapak/Ibu ampu, bagaimana posisi prestasi ABK tersebut, di bandingkan dengan siswa yang lain padaumumnya? dan dibanding dengan KKM?

( ) di atas rata-rat kelas ( ) rata-rata

( ) di bawah rata=rata

Dan bagaimana jika dibanding KKM? ( ) di atas KKM

( ) sama dengan KKM ( ) di bawah KKM

28. Setelah Bapak/Ibu mengetahui, tentang prestasi belajar yang diperoleh oleh siswa ABK tersebut, bagaimana tentang kelanjutan sekolah bagi siswa ABK tersebut?

( ) siswa ABK tersebut tetap kami harapkan melanjutkan di sekolah ini.

( ) siswa ABK tersebut, masih diperbolehkan melanjutkan di sekolah ini, jika dapat mengikuti pelajaran di sekolah dibutikan dengan meningkatnya nilai yang mencapai KKM.

( ) kami sarankan untuk pindah ke sekolah khusus/SLB

29. Bagamaina kehadiran siswa ABK tersebut dalam mengikuti pelajaran yang Bapak Ibu ampu?

( ) selalu hadir

( ), pernah tidak hadir karena sakit …. Hari, ijin : hari.. ( ) pernah tidak hadir tanpa keterangan hari.

( ) sering tidak hadir tanpa keterangan

30. Bagamana sikap ABK di kelas, ketika mengkuti pelajaran yang Bapak/Ibu ampu? ( ) senantiasa aktif memperhatikan penjelasan dari guru.

( ) kurang perhatian terhadap pelajaran ( ) bermain-main sendiri

( ) membuat gaduh/mengganggu teman-teman

31. Bagamana sikap ABK tersebut jika mendapat tugas dari Bapak/ibu ? ( ) selalu mengerjakan

( ) mengerjakan setelah diingatkan ( ) tidak mengerjakan sama sekali.

32. Menurut pengamatan Bapak/Ibu selaku pendidik ABK tersebut, bakat apa saja yang diperoleh ABK tersebut?

( ) ABK tersebut berbakat di bidang

……… ( ) tidak ada bakat yang menonjol.

(40)

Guru Mata Pelajaran ………..

………. NUPTK, ………..

INSTRUMEN UNTUK GURU PEMBIMBING KHUSUS :

NAMA GPK : :

NUPTK :

Gol/ruang :

Jabatan :

Pada :

Nama Sekolah Induk : Pendidikan terakir :

Jurusan :

Alamat rumah :

Menjadi Guru Pembimbing Khusus sejak tanggal : Surat Keputusan (SK) GPK :

Dari : Nomor :

Tanggal : Tempat tugas :

Daftar Siswa yang dibimbing :

No. Nama Jenis

Kelamin

Jenis Kelainan

Kelas yang diduduki

Umur/Tgl. Lahir

(41)

Daftar Pertanyaan :

1. Selama Bapak/Ibu menjadi GPK padasekolah SD Tumbuh 1 Yogyakarta, sudah membimbing ABK berapa anak? jawaban : anak, terdiri dari :

A : anak C anak Lain-lain : anak

B : anak D anak

2. Menurut pendapat Ibu, sekolah inklusi tempat ibu bekerja saat ini, apakah sudah sesuai dengan standar sekolah Inklusi? Mohon diberi penjelasan/alasannya, agar penulis mengetahui.

( ) sudah sesuai, buktinya telah ada ……… ………. ( ) belum sesuai, sebab ……….

……… ……… …

3. Yang Ibu ketahui, sarana prasarana yang khusus untuk ABK yang sudah ada, apa saja? ……… ……… ……… ………

4. Dan yang belum ada apa saja?

……… ……… ……… ………

5. Yang ibu ketahui, apakah sekolah inklusi ini juga sudah menggunakan kurikulum untuk ABK, di samping kurikulum untuk sekolah umum?

( ) sudah ( ) belum

6. Jika sudah, kurukulum yang mana yang sudah dilaksanakan?

……….

……… ..

7. Dan jika ada yang belum, kurikulum, pelajaran apa yang belum diberikan?

……… ……

……… ……….

(42)

( ) ikut mendidik siswa ABK secara langsung ( ) ikut mendampingi siswa ABK di kelas.

9. Dalam satu minggu, Ibu berkunjung sebagai GPK pada sekolah inklusi ini, berapa kali, untuk tiap anak?

Jawaba : kali/anak.

10. Sebagai Guru Pembimbing Khusus, apakah ibu juga memantau di kelas? ( ) ya

( ) tidak

11. Dalam memberikan bimbingan terhadap ABK, secara langsung terhadap AB, atau melalui guru mata pelajaran masing-masing?

( ) langsung

( ) melaluiguru mata pelajaran

12. Jika mendidik langsung, Untuk mata pelajaran apa yang Ibu berikan untuk membimbing ABK?

……… .

13. Apakah setiap guru mata pelajaran yang punya peserta didik ABK selalu aktif menjumpai GPK untuk menyampaikan permasalahan dari peserta didik yanga ABK?

( ) ya

( ) tidak pasti

14. Tolong tuliskan prestasi yang paling menonjol dan mata pelajaran yang paling

bermasalah yang dimiliki oleh ABK pada Sekolah Inklusi SD TUMBUH 1 Yogyakarta, Di yogyakarta dengan mengisi tabel di bawah ini !

No. Nama Siswa ABK Jenis Kelainan

Kelas Prestasi yang paling menonjol

Prestasi yang paling bermasalah

15. Selama Ibu bertugas sebagai Guru Pembimbing Khusus pada sekolah inklusi di SD TUMBUH 1 Yogyakarta, apakah Guru Bimbingan Konseling juga seringelakukan konsultasi dengan Guru Pembimbing Khusus mengenai peserta didik yang ABK? ( ) Ya, sering

( ) Ya, kadang-kdang ( ) tidak pernah

16. Tolong tuliskan kesan dan pesna, suka duka selama menjadi Guru Pembimbing Khusus pada sekolah Inklusi di SD TUMBUH 1 Yogyakarta!

(43)

………. NUPTK

INSTRUMEN UNTUK PESERTA DIDIK ABK Nama Peserta Didik :

Tempat, tgl. Lahir :

NIS :

Kelas :

Jenis Kelamin : Jenis Kelainan : Asal sekolah : Nama Orang Tua : Pekerjaan orang tua : Alamat rumah :

Pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban :

1. Apakah adik sudah tahu, apa yang dimaksud Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)? ( ) Sudah tahu, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) ialah

……… ……… ………. ( ) belum tahu

2. Menurut perasaan adik sendiri, adik termasuk ABK atau bukan? ( ) saya mengakui, saya termasuk ABK

( ) saya tidak merasa menjadi ABK.

3. Jika adik sudah mengaku termasuk ABK, kondisi apa yang adik rasakan, sehingga termasuk ABK?

( ) keadaan kondisi fisik saya ( ) saya tidak tahu

4. Selama Adik sekolah di Sd tumbuh 1 yogyakarta ini, pelajaran apa yang adik rasakan paling sulit?

Jawab :

……… ……….

5. Dan pelajaran apa yang adik rasakan paling mudah? Jawab

……… ………..

(44)

( ) semua mudah

( ) ada yang mudah, ada yang sulit ( ) semua sulit diikuti dan dipahami

7. Jika ada mata pelajran yang tidak dapat adik ikuti, sebutkan nama mata pelajaran tersebut!

……… ………

8. Untuk Kegiatan Ekstra Kurikuler, Kegiatan apa yang adik ikuti?

9. Dan kegia ekstra kurikuler apa yang tidak adik ikuti?

10. Berapa jumlah Bapak dan Ibu guru di kelas adik saat in? Jawab : orang

11. Bapak/Ibu guru siapa yang adik rasakan paling mudah dipahami dalam memberikan pelajaran?

Yaitu : Bapak/Ibu ………

12. BapakIbu guru siapa yang adik rasakan paling sulit dipahami dalam memberikan pelajaran?

Yaitu : Bapak/Ibu ……… 13. Adik saat ini tinggal di rumah siapa?

( ) di rumah sendiri ( ) di rumah saudara ( ) di rumah kost ( ) di asrama

14. Berapa jarak antara rumah yang adik diami dengan sekolah? ( ) kurang dari 1 km / meter

( ) lebih dari 1 km / km 15. Adik berangkat ke sekolah dengan apa?

( ) jalan kaki

( ) naik sepeda ontel ( ) naik sepeda motor ( ) ikut transportasi umum ( ) diantar anggota keluarga

16. Yang adik ketahui, Bapak/Ibu guru dalam memberikan pelajaran dengan ara bagaimana? ( ) ceramah

( ) Tanya jawab

( ) demonstrasi/meragakan

17. Media pelajaran apa yang digunakan oleh Bapak/Ibu guru dalam memberikan pelajaran? ( ) dengan menulis di papan tulis

( ) dengan menggunakan OHP

( ) dengan menggunakan Laptop dan LCD Proyektor ( ) dengan membawa alat peraga

18. Saat pelajaran berlangsung, pernahkah saudara ngantuk? ( ) tidak pernah

(45)

( ) kadang-kadang ngantuk ( ) sering ngantuk

19. Saat Bapak/Ibuguru memberikan pelajaran, apakah adik dapat mendengarkan dengan jelas?

( ) Ya ( ) tidak

20. Saat Bapak/Ibu guru menulis di papan tulis, apakah adik dapat membaca tulisan di papan tulis dengan jelas?

( ) ya ( )) tidak

21. Jika nomor 19 dan 20 ada jawaban saudara yang tidak, tolong sebutkan alasanya.

Contoh : bicara kurang keras, bicara terlalu cepat, bahasa tidak dapat saya pahami, tulisan terlalu kecil, tulisan kabur, tulisan jelek, dan sebagainya.

Suara Bapak/Ibu guru saat menerangkan pelajaran : ( ) kurang keras

22. Dengan melihat kondisi prestasi yang adi peroleh selama mengikuti materi tersebut, dan juga melihat kondisi tubuh yang ada pada adik, bagaimana sikap teman-temanmu di kelas?

( ) semua teman baik

( ) sebagian besar baik, namun ada yang suka menghina dan mengejek ( ) sebagian besar acuh tak acuh padaku.

23. Di sekolah maupun di kelas, siapakah temanmu yang paling akrab denganmu? ………. 24. Di sekolah ini, siapa teman yang paling jauh darimu?

……….. 25. Selama mengikuti sekolah Inklusi pada SD Tumbuh 1 Yogyakarta ini, pernahkah kamu

diutus sekolah mengikuti perlombaan? Jika pernah sebutkan cabang lomba tersebut! ( ) pernah, yaitu lomba ………. ( ) belum pernah

26. Pernahkah saudara mengikuti Test IQ? Jika pernah sebutkan score IQ yang pernah kau peroleh :

( ) pernah, yaitu : ( ) belum pernah

27. Selama kamu sekolah di SD TUMBUH 1 Yogyakarta, ini kamu pernah menduduki rangking berapa?

Jawab :

28. Menurut kamu ApakahGuru BP itu?

Guru BP ialah ……….. 29. Dan apa tugasnya ?

Tugas Guru BP ialah ……….

30. Dan pernahkah kamu dipanggil BP? JIka pernah mengapa dipanggil BP tersebut? ( ) Belum pernah

(46)

31. Pernahkah kamu mengunjungi guru BP atas inisiatifmu sendiri?

( ) pernah, yaitu menyampaikan ……….

( ) belum pernah

32. Tolong sebutkan kegiatan di rumah, sejak pulang sekolah sampai pagi sebelum berangkat ke sekolah!

INSTRUMEN/ANGKET UNTUK GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

Nama Guru BK :

NUPTK :

Pangkat/Golru :

Jabatan :

Unit Kerja : Sd tumbuh 1 yogyakartam Di yogyakarta. Mulai menjadi Guru BP/BK sejak tanggal :

Mulai bekerja di SD TUMBUH 1 Yogyakarta sejak : Pendidikan terakhir :

( ) S1 Jurusan ( ) D2/D3 Jurusan ( ) S2 Jurusan Data Siswa perkelas :

No. Nama Kelas Data Jumlah siswa

Seluruhnya Yang ABK Non ABK

anak anak anak anak anak anak anak anak anak anak anak anak anak anak anak anak anak anak anak anak anak anak anak anak anak anak anak

Data siswa peserta didik : ABK

No, Nama Kelainan Kelas

diikuti

(47)

Daftdapat mengikutinya?ar Pertanyaan :

1. Program Bimbingan dan Konseling yang untuk ABK ialah :

2. Permasalahn-permasalahan apa saja yang timbul, dengan adanya siswa ABK di sekolah ini?

3. Bagaimana upaya-upaya yang telah dilakukan pihak sekolah umumnya, dan Program BP/NK pada khususnya, agar peserta didik yang ABK

4. Apakah siswa yang ABK pernah dipanggil petugas Bimbingan dan Konseling?

5. Apakah siswa yang ABK juga pernah konsultasi kepada Guru BP tanpa ada yang menyuruhnya?

6. Kasus apa saja yang pernah terjadi, yang pernah dialami/dilakukan ABK tersebut?

7. Dalam kelompok belajar, apakah yang ABK pernah konsulltasi kepada Guru BP/Guru BK untuk mengkoordinasikan hasil belajarnya?

8. Di sekolah ini apakah ada siswa yang merokok di lingkungan sekolah?

9. Pernahkah Bapak/Ibu Guru BP/BK di sekolah ini pernah melihat peserta didik di sekolah ini yang merokok di luar lingkungan sekolah?

(48)

11. Bakat apa saja yang sudah kelihatan menonjol, yang dimiliki siswa ABK pada sekolah di SD TUMBUH 1 Yogyakartai?

12. Untuk siswa yang ABK selama bersekolah di SD TUMBUH 1 Yogyakarta, apakah pernah tinggal kelas? Jika sudah berapa kali?

13. Kasus apa saja yang pernah terjadi di sekolah SD TUMBUH 1 Yogyakarta? 14. Untuk siswa yang ABK apakah pernah menjadi korban kasus yang terjadi di SD

TUMBUH 1 Yogyakarta

15. Apakah peserta didik ABK ada yang pernah menjadi pelaku, atau terlibat kriminalitas? 16. Siswa yang ABK apakah pernah tidak masuk kelas? Jika sudah pernah berapa kali, dan

apa sebabnya?

17. Apakah semua siswa ABK di SD TUMBUH 1 Yogyakarta juga pernah mendapat beasiswa?

18. Jika pernah mendapat beasiswa dari mana?

19. Apakah semua siswa ABK di SD TUMBUH 1 Yogyakarta juga menjadi anggota Program Keluarga Harapan?

20. Penanganan terhadap ABK yang belum dapat ditangani oleh pihak sekolah SD TUMBUH 1 Yogyakarta apa saja?

21. Latar belakang ekonomi orang tua peserta didik ABK ialah .... ( ) semua peserta didik ABK berasal dari keluarga tidak mampu

( ) mayoritaspeserta didik abk di sekolah ini dari golongan tidak mampu. ( ) yang dari golongan mampu ………….anak.

22. Untuk peserta didik ABK apakah pernah dikirimkan oleh sekolah mengikuti lomba antar sekolah?

( ) semua pernah

( ) ada yang pernah, dan ada yang belum ( ) semua belum pernah

23. Jika adayang pernah di kirim mengikuti lomba, siapa saja ABK yang pernah dikirim dan dalam cabang apa saja yang pernah diikuti?

Contoh jawaban : Satriya, lomba Bulutangkis. Jawab :

………, cabang ………

(49)

………, cabang

24. Lomba yang diikuti tingkat apa saja? ( ) antar sekolah

( ) tingkat kecamatan ( ) tingkat kota ( ) tingkat provinsi ( ) tingkat nasional

25. Bagaimana posis lawan siswa ABK dari sekolah lain yang menjadi lawannya? .... ( ) siswa umum

( ) sesama ABK

26. Bagaimana hasil perlombaan tersebut? ( ) belum ada yang jadi juara

27. Apakah guru BK pernah melakukan kunjungan ke rumah ABK? Jika pernah untuk menangani kasus apa?

( ) pernah, untuk konsultasi masalah

……… ( ) tidak pernah

28. Apakah guru BP/BK pernah melakukan pemanggilan terhadap Orang tua/Wali murid siswa ABK, atau siswa yang diduga ABK?

( ) pernah, untuk konsultasi masalah

……… ( ) tidak pernah

29. Sebetulnya kita mengelompokkan sebagian peserta didik kita dalam kelompok Anak Berkeutuhan Khusus (ABK) itu adalah dalam rangka meningkatkan pelayanan pendidikan bagi peserta didik ABK tersebut, sebab mereka memang memerlukan pelayanan khusus sehingga prestasi belajarnya dapat optimal. Namun kadang-kadang pelabelan tersebut dapat menimbulkan perasaan yang tidak senang bagi peserta didik yang bersangkutan. Misalnya : rendah diri, malu, merasa dibedakan, dan sebagainya. Menurut pengamatan dari Bapak/Ibu Guru BK , apakah betul bahwa a mereka merasa rendah diri, malu, merasa dibedakan?

( ) betul

( ) ada yang merasakan, ada yang tidak ( ) semua tidak merasakan apa-apa.

30. Setiap anak, termasuk ABK di samping ada kelemahan, sebetulnya juga ada bakat yang masih terpendam. Maka penulis jga minta tolong informasinya tentang kelebihan dan kelemahan peserta didik ABK di SD TUMBUH 1 Yogyakarta

No. Nama ABK Kelainan Prestasi yang tinggi

(50)

Segala isian ini responden menyatakan menulis data secara benar dan dapat digunakan untuk keperluan ilmiah.

Yangobservasi Responden

Mahasiswa PLB UNY Guru Bimbingan dan Konseling SD TUMBUH 1 Yogyakarta

B E J O ……….

NIM 08103244004 NUPTK.

INSTRUMEN UNTUK DIISI GURU KELAS

Nama GURU KELAS:

NUPTK :

Pangkat/Golru :

Jabatan :

Unit Kerja : Sd tumbuh 1 yogyakartam Di yogyakarta. Mulai menjadi Guru GURU KELAS sejak tanggal :

Mulai bekerja di SD TUMBUH 1 Yogyakarta sejak : Sebagai GURU KELAS di kelas :

Pendidikan terakhir :

( ) S1 Jurusan ( ) D2/D3 Jurusan ( ) S2 Jurusan

(51)

No. Data Jumlah siswa

Seluruhnya Yang ABK Non ABK

anak anak anak

Data siswa peserta didik : ABK

No, NIS Nama Kelainan L/P Tgl. lahr

Agama Nama Orang Tua

Alamat rumah

DATA PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK ABK Nama Peserta didik :

NIS :

No. Mapel Nilai Ijasah SD

Kelas VII

Kelas VIII

Leterangan

Sem I Sem II Sem I Sem II 1. Agama

2. PKN 3. Bhs.

Indonesia 4. Bhs.

(52)

5. Matematika 6. IPA

7. IPS

8. Penjasorkes 9. SBK

10.TI 11.Bhs jawa

Mulok

Rata-rata Tertinggi Terendah Rangking

DATA PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK ABK Nama Peserta didik :

NIS :

No. Mapel Nilai Ijasah SD

Kelas VII

Kelas VIII

Leterangan

Sem I Sem II Sem I Sem II 1. Agama

2. PKN 3. Bhs.

Indonesia 4. Bhs.

Inggris 5. Matematika 6. IPA

Referensi

Dokumen terkait

Anak berkebutuhan khusus perlu diberi kesempatan dan peluang yang sama dengan anak normal untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah inklusi. Pendidikan anak

(Sekolah biasa yang mengakomodasi peserta didik baik anak normal maupun anak berkebutuhan

Pemerintah memberikan perhatian pada sekolah inklusi. Sekolah inklusi adalah lembaga pendidikan yang mendidik siswa berkebutuhan khusus dengan siswa tidak

Implementasi Pendidikan Inklusi bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Sekolah Menengah Atas (SMA) (Studi Kasus di Sekolah Inklusi SMA Negeri 10 Surabaya); Prahoro Kukuh

NegeriSumbersari 2 Kota Malang melaksanakan pendidikan yang berbeda dengan sekolah reguler lainnya, karena menampung dan menerima peserta didik yang berkebutuhan khusus, Sekolah

Keterampilan sosial siswa baik berkebutuhan khusus maupun normal merupakan perilaku sebagai wujud dari interaksi sosial antar siswa di Sekolah inklusi untuk mencapai

Penyelenggaraan sekolah inklusi bagi anak berkebutuhan khusus hendaknya menciptakan lingkungan yang menyenangkan, ramah dan dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa

Keterampilan sosial siswa baik berkebutuhan khusus maupun normal merupakan perilaku sebagai wujud dari interaksi sosial antar siswa di Sekolah inklusi untuk mencapai