• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TEKNIKAL HARGA SAHAM PADA PERUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS TEKNIKAL HARGA SAHAM PADA PERUS"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TEKNIKAL HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2015

Siti Sri Rahayu

Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Email: sitisrirahayu78@gmail.com Diterima: ....; Direvisi: ....; Disetujui: ....

Abstract

The purpose of the research is for analyze the movement of stock price technically to decided investment pharmaceutical companies which registered in Indonesian Stock Exchange in 2015. Data used in this research is second data which published by Indonesian Stock Exchange. The result from the research is analyze modern technically and analyze classic technically show that stock price in 2015 is downtrend. The analyze frequency stock price movements show that nine companies becomes samples are three companies is not active and six companies are active in traded in 2015. The comparison between analyze technical classic and modern show that analyze technical classic is more accurate than analyze technical modern in predict stock price.

Keywords: Classical Technical Analysis, Modern Technical Analysis, Stock Price, Moving Average, Stock Trading Volume, Chart Pattern, Stock Trading Frequency, Bullish, Bearish.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pergerakan harga saham secara teknikal untuk menentukan keputusan investasi pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekuder yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian analisis pergerakan harga saham melalui analisis teknikal modern dengan indikator Moving Average dan analisis teknikal klasik dengan menganalisis volume perdagangan dan harga saham yang membentuk chart patterns menunjukan bahwa secara garis besar trend pergerakan harga saham selama tahun 2015 mengalami penurunan (downtrend). Hasil analisis frekuensi pergerakan harga saham menunjukan bahwa dari sembilan perusahaan yang dijadikan sample tiga perusahaan dinyatakan tidak aktif diperdagangkan dan enam perusahaan lainnya dinyatakan aktif diperdagangkan selama tahun 2015. Hasil perbandingan analisis teknikal klasik dengan analisis teknikal modern menunjukan bahwa analisis teknikal klasik lebih akurat dibanding analisis teknikal modern dalam memprediksi harga saham.

Kata Kunci: Analisis Teknikal Klasik, Analisis Teknikal Modern, Harga Saham, Moving Average, Volume Perdagangan Saham, Chart Patterns, Frekuensi Perdagangan Saham, Bullish, Bearish.

PENDAHULUAN

Investasi merupakan penundaan konsumsi dimasa sekarang dengan tujuan untuk mendapatkan nilai konsumsi atau

(2)

perusahaan maupun individu. Investasi dapat dilakukan pada aset rill atau aset financial. Pasar modal merupakan salah satu jenis investasi pada aset financial. “Pasar modal merupakan suatu wadah atau tempat untuk memperjualbelikan instrumen keuangan yang biasanya untuk jangka panjang” (Van Horne dan Wachowicz, 2005).

Pasar modal merupakan alternatif pendanaan selain Bank bagi perusahaan. Pasar modal berfungsi sebagai sarana tempat bertemunya pihak yang membutuhkan dana (emiten) dan pihak yang menyediakan dana (investor). “Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus fund) melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten” (Sunariyah, 2011:5). Yang termasuk instrumen pasar modal antara lain saham, obligasi, reksadana, warrant, dan option. Instrumen pasar modal yang banyak diperdagangkan di Bursa Efek adalah saham. “Saham adalah tanda bukti kepemilikan modal atau dana pada suatu perusahaan” (Irham Fahmi, 2015:270). Saham merupakan surat berharga yang diterbitkan oleh suatu perseroan terbatas dengan status perseroan terbuka (Tbk.) karena tidak semua perusahaan dapat

memperjualbelikan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Tujuan para investor menginvestasikan dananya pada saham tentunya untuk mendapatkan keuntungan (return) yang optimal. Keuntungan dari saham yang diinvestasikan selalu diiringi dengan resiko dari investasi. Semakin besar return yang didapat maka semakin besar pula resiko yang akan timbul, sesuai dengan hukum high risk-high return, low risk-low return.

Return yang diterima investor dapat berupa dividen yang dibagikan setiap periode oleh emiten ataupun selisih antara harga jual dan harga beli yang disebut dengan capital gain. Investor selalu dihadapkan dengan pilihan untuk memutuskan menjual atau membeli saham. Keputusan tersebut harus dibuat dengan hati-hati supaya tidak menimbulkan kerugian bagi investor atau berdampak pada penurunan return yang akan diterima. Oleh karena itu dibutuhkan analisis yang tepat yang menjadi dasar dalam pengambilan keputusan.

(3)

intrinsic value dari suatu saham” (Edianto Ong, 2016:7). Analisis tekhnikal memperkirakan pergerakan harga saham dimasa yang akan datang dengan melihat laporan keuangan serta kondisi politik dan ekonomi suatu negara. Dari segi transparansi data analisis fundamental cenderung kurang transparan dalam penyajian data, karena biasanya perusahaan tidak mempublikasikan laporan keuangannya secara rinci.

“Analisis teknikal adalah suatu metode pengevaluasian saham, komoditas ataupun sekuritas lainnya dengan cara menganalisis statistik yang dihasilkan oleh aktivitas pasar dimasa lampau guna memprediksi pergerakan harga dimasa mendatang.” (Edianto Ong, 2016:1).

Analisis teknikal memperkirakan pergerakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengamati grafik (charts) yang menggambarkan pergerakan harga saham dimasa lalu dan jumlah transaksi (volume) suatu perusahaan (emiten). Analisis teknikal disebut juga sebagai analisis yang menggunakan data historis dengan melihat harga saham dimasa lalu dalam peramalannya. Para analis yang melakukan analisis menggunakan analisis teknikal ini disebut sebagai technicalis, technician, atau chartist.

Pergerakan harga yang terjadi di pasar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik rasional maupun irasional namun pada akhirnya semuanya akan tercermin pada harga pasar (supply & demand). “Dari dasar hukum ekonomi ini para technicalist menyimpulkan bahwa jika harga naik, apapun alasan dibalik kenaikan harga tersebut, demand pasti lebih besar daripada supply dan dari sisi fundamental mestinya bullish. Sebaliknya, jika harga turun, supply pastilah lebih besar daripada demand dan dari sisi fundamental mestinya bearish” (Edianto Ong, 2016:2). Bearish dan bullish adalah istilah yang digunakan dalam melambangkan situasi pasar. Bearis adalah kondisi pasar dimana harga saham sedang turun. Sedangkan bullish adalah kondisi pasar dimana harga saham sedang naik. “Prinsip dasar dari analisis teknikal adalah pergerakan harga yang terjadi dipasar telah mewakili semua faktor lain (market action discouts everythung), terdapat pola kecenderungan dalam pergerakan harga (price move in treds), sejarah akan terulang (history repeats itself)” (Edianto ong: 2016:2).

(4)

dalam analisis teknikal yaitu dengan menggunakan Candle Charts untuk menganalisis perdagangan beras sekitar tahun 1700-an di asia (tepatnya jepang). Di Amerika analisis teknikal diperkenalkan oleh Charles Dow dan rekannya Edward Jones serta Charles Bergestresser. Charles Dow dan rekan-rekannya memperkenalkan analisis teknikal di Amerika sekitar abad ke 18 tepatnya tahun teknikal adalah suatu studi tentang perilaku pasar yang digambarkan melalui grafik untuk memprediksi kecenderungan (trend) harga saham dimasa yang akan datang” (Desi Pujiati, 2013). Charts yang digunakan dalam analisis teknikal ada tiga yaitu line charts, bar charts dan candle charts. Charts berfungsi menggambarkan atau menunjukan riwayat pergerakan nilai harga saham pada satu periode waktu tertentu. Charts dibutuhkan sebagai alat utama untuk melakukan suatu analisis teknikal. Periode waktu (timehorizon) atau lama waktu analisis harus ditentukan sebelum melakukan analisis. Pada analisis teknikal semakin pendek periode waktu analisis maka data yang diperoleh akan semakin detail.

Terdapat prinsip dasar dalam menentukan keputusan investasi yaitu berdasarkan batas acuan pada grafik

pergerakan harga saham yang disebut sebagai garis Support dan Resistance. “Garis Support atau (Support line) adalah level dimana terdapat kecenderungan harga akan naik, karena pembeli yang lebih banyak daripada penjual, atau demand lebih besar daripada supply” (Edianto Ong, 2016:49). Sedangkan “garis resistance atau resistance line adalah level diamana terdapat kecenderungan harga akan turun, karena penjual yang lebih banyak daripada pembeli, atau supply lebih besar daripada demand” (Edianto Ong, 2016:49). Garis support dan resistance berfungsi sebagai suatu pembatas harga yang memudahkan para investor maupun trader untuk mengetahui yang mana harga yang terlalu murah dan yang lebih terlalu mahal dari harga saham tersebut dimasa lalu.

(5)

Pada perdagangan saham terdapat bebeberapa indeks yang dijadikan indikator dari harga saham yang diperdagangkan. Indeks yang dijadikan indikator tersebut berguna untuk memudahkan dalam melakukan pengamatan harga saham dari perdagangan yang terjadi. Indeks-indeks yang ada di Bursa Efek Indonesia antara lain Indeks Liquid 45(LQ45), Indeks IDX30, Jakarta Islamic Index (JII) Indeks Kompas 100, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Indeks harga saham dibagi lagi menjadi sembilan indeks sektoral yaitu: pertanian, pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka industri, industri barang konsumsi, properti, real estate dan konstruksi bangunan, infrastruktur, utilitas dan transportasi, keuangan, perdagangan, jasa dan investasi. Sektor industri barang dan konsumsi memiliki enam sub sektor diantaranya, sektor makanan dan minuman, rokok, farmasi, kosmetik dan barang keperluan rumah tangga, peralatan rumah tangga, serta sub sektor lainnya. Industri farmasi merupakan salah satu industri yang sebagian besar bahan bakunya diimpor dari luar negeri, oleh karena itu perubahan nilai tukar sangat mempengaruhi kondisi keuangana perusahaan.

Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung

melemah selama semester I 2015. Kepercayaan pelaku pasar terhadap ekonomi Indonesia belum sesuai harapan karena pembangunan infrastruktur masih lamban sehingga menekan rupiah. Pelemahan rupiah ini juga menjadi salah satu tekanan terhadap laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Secara year to date, IHSG minus 5,81 persen menjadi 4.923 pada penutupan perdagangan saham Jumat 26 Juni 2015. IHSG tertekan ini didorong dari sejumlah sektor saham yang melemah. Sektor saham industri dasar dan kimia merosot 21,6 persen menjadi 426,25. Disusul sektor saham pertambangan susut 17,53 persen ke level 1.129. Tak hanya itu, sektor saham aneka industri dan manufaktur masing-masing turun 9,56 persen dan 8,23 persen secara year to date. Hal itu ditambah permintaan terhadap dollar AS yang cenderung meningkat di kuartal II 2015 untuk membayar utang perusahaan swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tak hanya sentimen domestik, tekanan dari luar negeri juga menekan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

(6)

13.338 per dolar AS pada Jumat 26 Juni 2015. Sepanjang Juni 2015, rupiah berada di kisaran 13.200 per dollar AS hingga 13.300 per dollar AS. Tekanan nilai tukar rupiah ini dinilai dapat menekan kinerja keuangan perusahaan dan membebani emiten yang

banyak mengimpor bahan baku seperti farmasi, makanan dan minuman. Tak hanya itu, industri pendukung seperti industri baja juga terkena imbasnya. Hal itu lantaran bahan baku produksi sebagian besar impor.

METODE PENELITIAN

Sampel pada penelitian ini diambil dengan metode judgement sampling yang merupakan salah satu jenis dari teknik purposive sampling. Sampel dipilih berdasarkan penilaian terhadap beberapa kriteria anggota sampel yang disesuaikan dengan maksud penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015. Ada 10 (sepuluh) perusahaan Farmasi yang merupakan populasi pada penelitian ini, namun hanya 9 (sembilan) perusahaan Farmasi yang memenuhi kriteria sebagai sample untuk penelitian ini.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan data dokumentasi. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh dari ringkasan kinerja perusahaan dan data historikal pergerakan harga saham perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode 2014 sampai dengan 2015, serta data penunjang lainnya yang bersumber dari berbagai literatur seperti jurnal dan sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

(7)

Pola-pola dari Chart Patterns dan sinyal bullish serta bearish yang terbentuk akan menunjukan bagaimana trend atau kecenderungan arah pergerakan harga pada suatu pasar. Trend yang terbentuk dapat memberi gambaran pada investor, terkait dengan keputusan investasi. Menurut (Edianto Ong, 2016:29), “Dalam Dow Theory dikatakan bahwa terdapat tiga jenis trend, antara lain Uptrand (kecenderungan harga naik), Downtrand (kecenderungan harga turun) dan Sideway (kecendurungan harga ke samping atau harga tetap, Sideway juga bisa disebut trandless atau tidak memiliki trend).

Analisis teknikal klasik akan mengkaji bagaimana trend yang terjadi pada suatu pasar berdasarkan pola Chart Patterns yang terbentuk. Hasil dari analisis tersebut akan menjadi dasar dalam menentukan keputusan investasi.

Analisis teknikal modern akan mengkaji bagaimana trend yang terjadi pada suatu pasar berdasarkan garis Moving Average dan sinyal bullish serta bearish yang terbentuk. Hasil dari analisis tersebut akan mencadi dasar dalam menentukan keputusan investasi

Analisis frekuensi perdagangan menggambarkan berapa kali saham

perusahaan diperjualbelikan pada waktu tertentu. Menurut Surat Edaran Bursa Efek Jakarta No. SE-03/BEJ/II-I/1994, suatu saham dikatakan aktif apabila frekuensi perdagangan saham minimal 300 kali atau lebih dalam satu tahun. Analisis frekuensi merupakan salah satu faktor yang perlu di perhatikan dalam penentuan keputusan investasi khususnya dalam investasi saham, karena aktif tidaknya suatu saham ditentukan dari banyaknya frakuensi suatu saham diperdagangkan di Bursa.

Secara umum data penelitian ini merupakan data sekunder yang mencakup data-data historis pergerakan harga saham, volume perdagangan, frekuensi perdagangan, dan laporan-laporan yang dipublikasikan oleh setiap perusahaan pada Bursa Efek Indonesia.

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pergerakan harga saham dari setiap perusahaan tersebut berbeda-beda. Tingkat harga dari setiap saham perusahaan juga berbeda. Oleh sebab itu, tingkat keuntungan yang dihasilkan dari setiap perusahaan juga berbeda. Pola dan sinyal yang terbentuk akan menyesuaikan pergerakan harga saham harian dari setiap perusahaan, oleh karena itu pola dan sinyal yang terbentuk akan berbeda, momentum atau waktu terbentuknya juga akan berbeda.

Berdasarkan hasil analisis volume perdagangan menggunakan metode klasik dengan menganalisis pola Charts Patterns dapat diketahui bahwa secara keseluruhan trend yang terjadi sepanjang tahun 2015 pada seluruh perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah trend penurunan (downtrend). Penurunan trend yang terjadi merupakan dampak dari melemahnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama tiga tahun terakhir di Indonesia. Perlambatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia disebabkan oleh perlambatan perekonomian global. Melemahnya pertumbuhan perekonomian global bersumber dari melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia, dan adanya ketidakpastian pasar keuangan dunia yang mendorong turunnya harga minyak dunia

(9)

yang selanjutnya membuat investor berbondong-bondong melakukan penjualan atas saham yang dimiliki, dan hal tersebut akan mendorong harga saham menjadi turun.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan metode Modern dengan indikator Moving Average dapat diketahui bahwa secara keseluruhan trend yang terjadi sepanjang tahun 2015 pada seluruh perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penurunan trend yang terjadi merupakan dampak dari melemahnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama tiga tahun terakhir di Indonesia. Perlambatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia disebabkan oleh perlambatan perekonomian global. Melemahnya pertumbuhan perekonomian global bersumber dari melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia, dan adanya ketidakpastian pasar keuangan dunia yang mendorong turunnya harga minyak dunia dan komoditas nonmigas. Selain itu, perlambatan pertumbuhan perekonomian di Indonesia juga disebabkan oleh beberapa permasalahan struktural baik dari sektor rill maupun sektor keuangan. Permasalahan struktural bersumber dari struktur perekonomian yang masih bertumpu pada komoditas, serta tingginya kandungan impor dalam produk ekspor indonesia yang

membuat tidak maksimalnya kinerja ekspor dalam memanfaatkan kondisi rupiah yang sedang terdepresiasi. Sedangkan permasalahan struktural pada sektor keuangan bersumber dari pasar keuangan domestik yang masih terhitung lemah dalam menghadapi perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang selanjutnya memberi dampak pada melambatnya aliran dana atau modal asing yang masuk ke Indonesia. Ketidakpastian pasar keuangan global mengakibatkan nilai tukar rupiah terhadap dollar terdepresiasi selama tahun 2015. Perlambatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia berdampak pada melemahnya daya konsumsi dari masyarakat. Melemahnya daya konsumsi masyarakat yang dipicu oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi global membuat perusahaan tidak bisa memperoleh keuntungan atau laba yang besar, hal tersebut dapat memicu kekhawatiran dan kepanikan dari investor yang selanjutnya membuat investor berbondong-bondong melakukan penjualan atas saham yang dimiliki, dan hal tersebut akan mendorong harga saham menjadi turun.

(10)

diperdagangkan dan enam perusahaan dinyatakan aktif diperdagangkan. Tiga perusahaan yang sahamnya tidak aktif diperdagangkan tersebut diantaranya adalah PT. Darya Varia Laboratoria, Tbk, PT. Merck, Tbk dan PT. Merck Sharp Dohme Farma, Tbk, sedangkan enam perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan diantaranya adalah PT. Indofarma (Persero), Tbk, PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Tbk, PT. Kalbe Farma, Tbk, PT. Kimia Farma (Persero), Tbk, PT. Pyridam Farma, Tbk dan PT. Tempo Scan Pacific, Tbk.

Saham yang dinyatakan tidak aktif diperdagangkan adalah saham yang frekuensi perdagangan sahamnya kurang dari 300 kali dalam satu tahun. Sedangkan saham yang aktif diperdagangkan adalah saham yang frekuensi perdagangan sahamnya 300 kali atau lebih dalam satu tahun, hal tersebut sesuai dengan Surat

Edaran Bursa Efek Jakarta No. SE-03/BEJ/II-I/1994.

Berdasarkan hasil perbandingan antara analisis teknikal klasik dan analisis teknikel modern dapat diketahui bahwa analisis teknikal klasik lebih akurat dibanding analisis teknikal modern dalam memprediksi harga saham. Hal tersebut karena pada analisis teknikal klasik perubahan harga saham yang terjadi sepenuhnya dikendalikan oleh harga saham itu sendiri, sedangkan pada analisis teknikal modern indikatorlah yang akan memberikan sinyal pada harga saham, jadi indikatorlah yang mengendalikan harga saham. Pada analisis teknikal modern perubahan harga terjadi karena adanya sinyal dari indikator sinyal tersebut bisa saja dikatakan tidak valid apabila sinyal bullish sebelumnya telah terdeteksi namun yang terjadi pada keesokan harinya yang muncul adalah sinyal bearish.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil Hasil analisis pergerakan harga saham melalui analisis teknikal klasik dengan menganalisis volume perdagangan dan harga saham yang membentuk pola-pola Chart Patterns menunjukan bahwa secara garis besar trend pergerakan harga saham pada perusahaan farmasi tahun 2015 mengalami trend yang

(11)

dan adanya ketidakpastian pasar keuangan dunia yang mendorong turunnya harga minyak dunia dan komoditas nonmigas. Selain itu, perlambatan pertumbuhan perekonomian di Indonesia juga disebabkan oleh beberapa permasalahan struktural baik dari sektor rill maupun sektor keuangan. Permasalahan struktural bersumber dari struktur perekonomian yang masih bertumpu pada komoditas, serta tingginya kandungan impor dalam produk ekspor indonesia yang membuat tidak maksimalnya kinerja ekspor dalam memanfaatkan kondisi rupiah yang sedang terdepresiasi. Sedangkan permasalahan struktural pada sektor keuangan bersumber dari pasar keuangan domestik yang masih terhitung lemah dalam menghadapi perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang selanjutnya memberi dampak pada melambatnya aliran dana atau modal asing yang masuk ke Indonesia. Ketidakpastian pasar keuangan global mengakibatkan nilai tukar rupiah terhadap dollar terdepresiasi selama periode 2015.

Berdasarkan hasil analisis pergerakan harga saham melalui analisis teknikal modern dengan indikator Moving Average pada perusahaan farmasi tahun 2015 menunjukan bahwa secara garis besar trend mengalami penurunan (downtrend). Penurunan trend yang terjadi sepanjang

(12)

mengakibatkan nilai tukar rupiah terhadap dollar terdepresiasi selama periode 2015.

Berdasarkan hasil analisis pergerakan harga saham melalui analisis frekuensi perdagangan saham menunjukan bahwa dari sembilan perusahaan farmasi yang diteliti terdapat tiga perusahaan yang sahamnya tidak aktif diperdagangkan dan enam perusahaan yang aktif diperdagangkan. Tiga perusahaan yang sahamnya tidak aktif diperdagangkan tersebut diantaranya adalah PT. Darya Varia Laboratoria, Tbk, PT. Merck, Tbk dan PT. Merck Sharp Dohme Farma, Tbk, sedangkan enam perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan diantaranya adalah PT. Indofarma (Persero), Tbk, PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Tbk, PT. Kalbe Farma, Tbk, PT. Kimia Farma (Persero), Tbk, PT. Pyridam Farma, Tbk dan PT. Tempo Scan Pacific, Tbk. Menurut Surat Edaran Bursa Efek Jakarta No. SE-03/BEJ/II-I/1994, suatu saham dikatakan aktif apabila frekuensi perdagangan saham minimal 300 kali atau lebih dalam satu tahun. Frekuensi perdagangan saham yang tinggi dapat mengindikasikan aktifnya suatu saham, namun apabila frekuensi perdagangannya rendah maka saham tersebut dinyatakan tidak aktif diperdagangkan.

Berdasarkan hasil perbandingan analisis teknikal klasik dengan analisis teknikal

(13)

technicalist disarankan untuk mengkombinasikan penggunaan analisis teknikal klasik dan analisis teknikal modern untuk mendapat prediksi harga yang lebih baik dan akurat.

SARAN

Bagi investor disarankan untuk melihat seluruh saham yang terdaftar di bursa efek agar tidak terpaku pada perusahaan farmasi saja. Investor hendaknya melakukan pemeriksaan sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi baik secara teknikal maupun fundamental. Pastikan saham yang akan investor beli adalah saham yang aktif diperdagangkan, tingkat likuiditas yang tinggi dan aktif memberikan dividend. Disarankan bagi investor untuk mencoba jenis indikator teknikal yang lain selain yang digunakan dalam penelitian ini karena masih banyak indikator lain yang kemungkinan bisa menghasilkan return yang lebih besar. Untuk dapat lebih maksimal dalam

melakukan analisis investor atau para technicalist disarankan juga untuk mengkombinasikan penggunaan analisis teknikal klasik dan analisis teknikal modern untuk mendapat prediksi harga yang lebih baik dan akurat sehingga bisa mendapatkan besaran return yang diinginkan.

Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian mengenai analisis teknikal disarankan untuk menggunakan sektor lain selain farmasi sebagai subjek penelitian, selain itu disarankan untuk menggunakan indikator lain atau menambah jumlah indikator dalam penelitian agar lebih bervariasi misalnya seperti indikator MACD (Moving Average Convergence Divergence), RSI (Relative Strength Index), Stochastic, Parabolic SAR, Bollinger Band, dan lain sebagainya sehingga dapat diketahui indikator yang mana yang lebih efisien dalam menghasilkan return.

REFERENSI

Ardani, Natica. Werner R. Murhadi & Deddi Marciano. (2012). Investasi: Komparasi Strategi Buy and Hold dengan Pendekatan Teknikal. “Jurnal Universitas Surabaya”. Arikunto, Suharsimi. (2013). Manajemen Penelitian (Edisi Keduabelas). Jakarta: Rineka

Cipta.

(14)

Darmadji, Tjiptono., dan Hendy M. Fakhruddin. (2011). Pasar Modal di Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Salemba Empat.

Fahmi, Irham. (2014). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.

Jogiyanto. (1998), Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Edisi Pertama). Yogyakarta: BPFE.

Maier, Stanislaus. (2016). Backtest of Trading Systems on Candle Charts. “The International Federation of Technical Analysts”

Mudrajad, Kuncoro. (2013). Mudah Memahami dan menganalisis Indikator ekonomi. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

Ong, Edianto. (2016). Technical Analysis for Mega Profit (Edisi Kedelapan). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Palimo, Yanuar. (2012). Perbandingan Efisiensi Teknikal Indikator Simple Mobing Average Dan Exponential Moving Average Pada Saham Pertambangan Batubara di Bursa Efek Indonesia. “Jurnal Universitas Gunadarma”

Pramono, Agung., Iman Murtono Soenhdaji., Septi Mariani & Ida Astuti. (2013). Analisis Teknikal Modern Menggunakan Metode MACD, RSI, SO, dan Buy and Hold Untuk Mengetahui Return Saham Optimal. “Jurnal Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil)” , Vol 5, 272-277.

Putra, Li Loddy., Warner R. Murhadi & Putu Anom Mahadwartha. (2013). Strategi Aktif (Moving Average) dan Strategi Pasif (Buy And Hold Strategy) pada Pembentukan Portofolio. “Jurnal Universitas Surabaya.”

Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. (2014). Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi & Makroekonomi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Uiversitas Indonesia.

Ramadhani, Wulan dan Yoyo Cahyadi. (2014). Analisis Teknikal Klasik dan Modern Terhadap Saham PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk dan PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk. “Jurnal Universitas Bina Nusantara.”

Sugiyono. (2016). Metodi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods) (Edisi Kedelapan). Bandung: Alfabeta.

(15)

Van Horne, James C. and John M. Wachowicz. (2005). Fundamentals of Financial: Management Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. (Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary). Jakarta: Salemba Empat.

Wijaya, Ryan Filbert. (2016). Investasi Saham Ala Swing Trader Dunia (Edisi Kelima). Jakarta: Elex Media Komputindo.

Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang pasar modal. www.idx.co.iddiakses 2 Januari 2017

www.sahamoke.comdiakses 5 Januari 2017 www.finance.yahoo.comdiakses 5 Januari 2017

http://news.liputan6.com/read/2262001/industri-berbahan-baku-impor-paling-terpukul diakses 4 September 2017

(16)

Referensi

Dokumen terkait

“Penanaman akhlak pada siswa merupakan suatu hal yang sangat penting. Namun yang paling utama adalah penanaman ibadah terlebih dahulu, karena dari ibadah yang sempurna

Hasil analisis Kerapatan jenis, Kerapatan relatif, Frekuensi jenis, Frekuensi relatif, Penutupan jenis, Penutupan relatif dan Indeks Nilai Penting mangrove tingkat semai

Sesudah merger, rata-rata tingkat capital ratio yang dimiliki bank sebesar 12,57% diatas standar yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) sebesar 10% - 20% yang

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada proses elektrodeposisi dengan larutan elektrolit CuSO 4 , semakin besar tegangan yang

[r]

századi szellemi elit számára még nem volt egészen az, s ennek tulajdonítható, hogy az összegyűlt anyagnak csak egy része, talán ha a fele került a maga korában

Staff LePKom Universitas Gunadarma dapat pula melakukan pengelolaan terhadap jadual kursus melalui halaman web yang

Mengembangkan Budaya Lokal (Jawa) Dalam Meredam Konflik Sosial.. Jantra : Jurnal Sejarah dan