I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Krisis ekonomi tahun 2008 sangat mempengaruhi perekonomian
dunia. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya krisis ekonomi tahun 2008,
di antaranya penumpukan hutang nasional Amerika Serikat yang mencapai
angka 8,98 triliun dollar sedangkan PDB hanya 13 triliun dollar, penerapan
program pengurangan pajak korporasi sebesar 1,35 trilyun dollar yang
berdampak positif terhadap pengurangan pendapatan negara. Selain itu
kebangkrutan institusi finansial akibat dari kerugian surat berharga properti
Subprime Mortgage yang berimbas sistemik terhadap bangkrutnya
perusahaan lain seperti Merryl Lynch, Goldman Sachs, Northern Rock,UBS,
dan Mitsubishi UFJ (Kompas 27 Januari 2008).
Tabel 1. Peringkat Global Competitive Index
sumber : The Global Competitiveness Report 2010-2011 (2011)
Dalam keadaan dunia yang dilanda krisis ekonomi global,
perekonomian Indonesia justru mengalami pertumbuhan. Selama tahun
2009, perekonomian Indonesia relatif terinsulasi dari dampak krisis finansial
global. Sampai triwulan III, pertumbuhan PDB tercatat sebesar 4,2 persen
kemudian meningkat pada tahun 2010 menjadi 6,1 persen. Catatan positif
perekonomian Indonesia pada tahun 2010 membuat peringkat Global
dengan merembetnya gelombang krisis keuangan global pada semester II
tahun 2008. Para investor mulai menarik dana mereka yang berada di
emerging market, termasuk Indonesia sebagai salah satu emerging market.
Akan tetapi relatif terjaganya stabilitas makro yang tercermin dari respons
BI Rate yang memadai dalam pengendalian inflasi, pencapaian pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi, ditambah dengan laporan keuangan emiten yang
cukup baik dengan pertumbuhan laba yang tinggi ternyata mampu menahan
pelemahan IHSG.
Bursa Efek Indonesia memperdagangkan berbagai macam saham yang
dikelompokkan ke dalam sembilan sektor yaitu pertanian, pertambangan,
industri pasar, aneka industri, perdagangan dan jasa, konsumsi, properti,
infrastruktur, keuangan, dan manufaktur. Empat puluh lima saham di
antaranya terdaftar dalam indeks LQ 45. Indeks LQ 45 merupakan suatu
forum yang di dalamnya berisi perusahaan-perusahaan yang
saham-sahamnya memiliki tingkat likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi.
Tujuan dari indeks LQ45 adalah sebagai sarana yang objektif dan terpercaya
bagi analisis keuangan, manajer investasi, investor dan pemerhati pasar
modal lainnya dalam mengawasi pergerakan harga dari saham-saham yang
aktif diperdagangkan.
Ada beberapa penilaian sebelum saham suatu emiten masuk dalam
jajaran LQ 45 yaitu harus berada di top 95 persen dari total rata-rata tahunan
nilai transaksi saham di pasar reguler dan harus berada di top 90 persen dari
rata-rata tahunan nilai kapitalisasi pasar. Syarat lainnya adalah saham emiten
yang bersangkutan harus merupakan urutan tertinggi yang mewakili
berdasarkan kapitalisasi frekuensi (www.bisnis-jabar.com. Saham BJBR
masuk LQ 45.).
Donny Susatio Adjie, Head of Institutional Marketing PT Danareksa
Investment Management, membenarkan investor lebih menyukai reksadana
saham dengan underlying asset saham LQ45. Menurutnya investor masih
trauma dengan kejadian reksadana saham yang memiliki underlying asset di
luar saham LQ45 yang nilai dana kelolaannya turun drastis dan tidak
memberikan imbal hasil akibat krisis pada 2008
(www.indonesiafinancetoday.com, Reksa Dana Saham Masih Andalkan
LQ45).
Saham yang dianalisis pada penelitian ini adalah saham lima (5)
perusahaan sektor perbankan yang selama tiga tahun berturut-turut masuk
ke dalam perhitungan indeks LQ 45. Alasan dipilihnya sektor perbankan
karena saat ini sektor perekonomian Indonesia masih bertumpu pada
institusi perbankan melalui kredit yang diberikan kepada masyarakat. Hal ini
tentunya menarik untuk melihat bagaimana perbankan yang sudah emiten
menjalankan berbagai kebijakan pemerintah akibat krisis global dan tidak
mengesampingkan tanggung jawabnya terhadap investor, yang tentunya
berbagai kebijakan pemerintah ini dapat mempengaruhi kebijakan
perusahaan terkait dengan harga saham perusahaan . Saham lima perusahaan
perbankan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah adalah saham PT
Bank Central Asia (BBCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT
Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Indonesia Tbk
(BMRI), dan BDMN Indonesia Tbk (BDMN).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pergerakan harga saham perbankan yang termasuk
dalam perhitungan indeks LQ 45 selama periode Februari
2010-Januari 2011?
2. Bagaimana kondisi perbankan selama tahun 2008-2010 yang
2. Menganalisis kondisi perusahaan-perusahaan perbankan periode
Februari 2010-Januari 2011 yang terdaftar dalam indeks LQ 45
dengan menggunakan analisis fundamental selama tiga tahun
terakhir.
3. Membandingkan nilai intrinsik saham perusahaan-perusahaan
perbankan periode Februari 2010-Januari 2011 yang terdaftar
dalam indeks LQ 45 dengan menggunakan analisis fundamental.
1.4. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
1. Dunia pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan dunia saham baik peramalan pergerakan harga
saham maupun nilai intrinsik saham.
2. Investor
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi investor
saham dalam pengambilan keputusan yang tepat dalam melakukan
opsi pembelian maupun penjualan saham.
3. Pihak-pihak yang ingin melakukan kajian lebih dalam mengenai
analisis teknikal dan fundamental, diharapkan penelitian ini dapat
menjadi referensi dan landasan bagi penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan mengambil data saham harian perbankan yang terdaftar dalam indeks LQ 45 periode
(BBCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat
Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Indonesia Tbk (BMRI), dan PT
Bank Danamon Tbk. (BDMN).
Analisis saham dilakukan dengan menggunakan analisa teknikal dan
fundamental. Analisis teknikal yang dipakai dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan pendekatan Simple Moving Average (SMA) dan
Moving Average Envelope (MAE), sedangkan analisis fundamental
menggunakan Dividend Discounted Model untuk mendapatkan nilai
modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain
(misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Oleh
karena itu pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan
jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Instrumen keuangan yang
diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang
(jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa
dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain
(www2.idx.co.id, 26 Juni 2011).
Menurut Undang-undang Pasar Modal no 8 tahun 1995, pasar modal
adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Selanjutnya definisi pasar modal menurut Kamus Pasar Uang dan Modal
adalah pasar konkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang
menawarkan dan yang memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu
tahun ke atas. Abstrak dalam pengertian pasar modal adalah transaksi yang
dilakukan melalui mekanisme over the counter (OTC) (Siamat, 2005).
2.2. Saham
Saham adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada
suatu perseroan terbatas (Siamat, 2005). Terdapat beberapa jenis saham
yang dapat dipilih oleh investor, di antaranya :
a) Saham atas unjuk (bearer stock), adalah saham yang tidak ditulis
nama pemiliknya, agar mudah dipindah-tangankan dari investor ke
investor lain.
b) Saham atas nama (registered srock) adalah saham yang ditulis
dengan jelas siapa pemiliknya, di mana cara peralihannya harus
melalui prosedur tertentu yaitu dengan dokumen peralihan dan
kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang
khusus membuat daftar nama pemegang saham. Apabila terjadi
kehilangan, pemegang saham tersebut dengan mudah mendapat
pergantiannya.
2.2.2 Berdasarkan manfaat yang diperoleh pemegang saham, dibedakan
menjadi :
a) Saham biasa (common stock), merupakan suatu sertifikat atau
piagam yang memiliki fungsi sebagai bukti pemilikan suatu
perusahaan dengan berbagai aspek-aspek penting bagi
perusahaan.
b) Saham preferen (preferen stock) merupakan bentuk gabungan
antara obligasi dan saham. Saham preferen sama dengan
obligasi karena jumlah dividennya tetap selama masa berlaku
dari saham, mewakili klaim atas laba dan aktiva sebelumnya,
memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan dengan saham
biasa.
Keuntungan yang dapat diperoleh investor dari menanamkan saham
adalah investor berhak menerima dividen dan capital gain. Dividen adalah
bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham.
Capital gain adalah keuntungan dari hasil jual beli saham, yaitu
berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi daripada nilai beli saham.
Perbedaan antara harga jual dan beli saham disebabkan oleh perubahan
permintaan dan pernawaran terhadap saham tersebut.
2.3. Indeks LQ 45
LQ45 merupakan suatu forum yang di dalamnya berisi
(rata–rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).
2. Ranking berdasar kapitalis pasar (rata – rata kapitalisasi pasar selama 12
bulan terakhir).
3. Telah tercatat di BEJ minimum 3 bulan.
4. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi
dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.
Indeks LQ45 dihitung mundur hingga tanggal 13 Juli 1994 sebagai
Hari Dasar, dengan Nilai Dasar 100. Untuk seleksi awal digunakan data
pasar Juli 1993 – Juli 1994. Hasilnya, ke 45 saham tersebut meliputi 72
persen total kapitalisasi pasar dan 72,5 persen dari nilai transaksi di pasar
reguler.
2.4. Analisis Teknikal
Analisis teknikal adalah analisis sekuritas dengan menggunakan
grafik harga dan volume historis. Analisis sekuritas yang dimaksud adalah
pergerakan grafik harga (atau volume) saham, obligasi, option, future dan
instrumen keuangan lain.
Analisis teknikal ini menawarkan pengembangan teknik perdagangan
saham berdasarkan pengalaman dan pergerakan serta volume perdagangan
masa lalu, dengan membuat suatu tren atau pola atas grafik historis. Analisa
teknikal mempunyai tiga prinsip dasar pemikiran, yaitu :
a. Market Price Discount Everything
Yaitu harga yang tercermin dari chart atau grafik telah
b. Price Move in Trend
Yaitu pergerakan harga tidak bergerak secara acak melainkan
berlangsung dalam satu pola (trend) tertentu dan akan terus
berlangsung sampai ada tanda-tanda bahwa pola pergerakan ini
berhenti dan berbalik arah.
c. History Repeat It self
Yaitu ada kecenderungan kuat bahwa perilaku para investor dan
pelaku pasar di masa lalu adalah sama dengan masa kini dalam
menyikapi berbagai informasi yang mempengaruhi pasar.
Ada beberapa grafik yang sering digunakan dalam melakukan analisis
teknikal suatu saham, antara lain :
1. Grafik Garis (Line Chart)
Grafik garis merupakan grafik yang paling sederhana yang
menghubungkan titik-titik, di mana titik-titik tersebut
mencerminkan harga penutupan sekuritas pada suatu hari.
Keuntungan dari grafik garis terletak pada kesederhanaanya. Grafik
ini menampilkan gerakan harga sekuritas yang jelas dan mudah
dimengerti. Berikut adalah contoh grafik garis (line chart).
Gambar 1. Grafik Garis (Line chart)(http://www.forexrealm.com) 2. Grafik Batang (Bar Chart)
Grafik ini menampilkan harga pembukaan, harga tertinggi,
harga terendah, dan harga penutupan sekuritas pada suatu hari.
Dalam gambar 2 bagian paling atas dari setiap batang vertikal
mencerminkan harga tertinggi untuk suatu periode, dan bagian
paling bawah mencerminkan harga terendah untuk periode tersebut.
”Tick” penutup ditampilkan di sebelah kanan untuk menunjukkan
Gambar 2. Grafik Batang (Bar Chart) (http://www.forexrealm.com) 3. Grafik Lilin (Candlestick Chart)
Grafik lilin merupakan grafik berbentuk lilin yang dapat
menggambarkan 4 titik harga, yaitu harga pembukaan, harga
tertinggi, harga terendah, dan harga penutupan dari suatu saham
selama periode tertentu. Ada dua macam warna batang lilin, yaitu
lilin berwarna terang yang menunjukkan kecenderungan harga naik
karena harga pembukaan lebih rendah dibanding harga penutupan
dan lilin berwarna gelap yang menunjukkan harga turun karena
harga pembukaan lebih tinggi dibading harga penutupan. Berikut
adalah contoh dari grafik lilin (candlestick chart).
Gambar 3. Grafik Lilin (Candlestick Chart) (http://www.seputarforex.com)
2.5. Pembentukan Tren
Tren sebenarnya adalah arah pergerakan harga pasar saham. Investor
mencerminkan perubahan harapan investor yang konsisten. Berdasarkan
arah pergerakannya, pembentukan tren dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Uptrend
Uptrend artinya adalah harga saham cenderung bergerak naik. Pada
kondisi ini, sentimen dari kebanyakan investor sedang dalam
kondisi positif.
2. Downtrend
Downtrend memiliki arti harga saham yang cenderung bergerak
turun. Jika pasar menunjukkan downtrend, sebaiknya pasar
melakukan posisi beli agar terhindar dari kerugian.
3. Sideways trend
Sideways trend artinya pergerakan harga saham stagnan (hanya
naik dan turun pada kisaran harga tertentu)
Berikut ini adalah contoh dari pembentukan tren :
Gambar 4. Pembentukan Tren (http://www.seputarforex.com)
2.6. Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan analisis yang berdasarkan faktor
pengaruh perekonomian, keamanan, politik, keuangan, kebijakan
pemerintah, dan hal eksternal yang berhubungan dengan negara tempat
indeks itu berlangsung atau indeks lain yang berhubungan dan berdampak
pada penawaran dan permintaan (Tan, 2008). Analisis fundamental
bertujuan untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang
resesi diperkirakan terjadi atau perekonomian sedang menuju ke
arah resesi harga saham akan sangat terpengaruh oleh situasi
tersebut.
2. Analisis Industri
Setelah melakukan analisis ekonomi investor harus mengetahui
taksiran di mana ia akan menanamkan modalnya. Oleh karena
itu taksiran tentang seberapa besar risiko suatu industri,
bagaimana pertumbuhan industri tersebut merupakan
variabel-variabel yang penting untuk diperoleh bagi analisis saham.
Suatu industri yang mempunyai kepekaan lebih tinggi dari pasar
mengindikasikan bahwa industri tersebut mempunyai risiko
pasar yang tinggi.
3. Analisis Perusahaan
Dalam melakukan analisis fundamental analis perlu memahami
variabel-variabel yang mempengaruhi nilai intrinsik saham.
Untuk menaksir nilai intrinsik saham dapat digunakan dua
metode yaitu Dividend Discounted Model (DDM) dan Price
Earning Ratio (PER). Data-data yang dibutuhkan dalam
menggunakan metode analisis tersebut disajikan berdasarkan
atas prinsip-prinsip akuntansi yang umum diterima, karena itu
langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahami
laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Ada dua
laporan keuangan yang utama yaitu neraca dan laporan rugi
laba. Neraca menunjukkan posisi kekayaan, kewajiban finansial,
laba menunjukkan berapa penjualan yang diperoleh perusahaan
pada periode waktu tertentu (Husnan, 2001).
2.7. Penelitian Terdahulu
Marta (2010) melakukan penelitian mengenai penilaian harga saham
pertanian dengan menggunakan analisis teknikal. Perusahaan yang diambil
sampel di antaranya PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT london
Sumatera Plantation Tbk (LSIP), PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk (SULI),
PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk
(UNSP). Analisis teknikal yang digunakan bertujuan untuk menentukan saat
yang tepat bagi investor kapan saat membeli, menjual, maupun menyimpan
saham. Selain itu untuk mengetahui kapan harus melakukan cut loss agar
terhindar dari kerugian yang lebih besar. Analisis teknikal yang dilakukan
menggunakan pendekatan Simple Moving Average dan Moving Average
Envelopes.
Alamsyah (2010) melakukan penelitian mengenai penilaian harga
saham pertambangan dengan menggunakan analisis teknikal dan
fundamental. Penelitian ini mencoba untuk menganalisis pergerakan harga
saham pada empat perusahaan pertambangan di antaranya adalah PT Aneka
Tambang Tbk (ANTM), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bukit Asam
(Persero) Tbk (PTBA), dan PT Timah Tbk (TINS). Analisis teknikal
dilakukan dengan menggunakan pendekatan Simple Moving Average (SMA)
dan Moving Average Envelopes (MAE). Analisis fundamental pada
penelitian ini menggunakan pendekatan Dividend Discounted Model (DDM)
dan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Melalui analisis fundamental
secara umum kinerja keempat perusahaan tersebut tergolong baik kecuali
kinerja PT Timah Tbk (TINS) yang cenderung kurang memuaskan.
melakukan pembelian yang diperdagangkan di pasar modal, salah satunya
adalah saham. Saham tidak hanya menawarkan keuntungan yang tinggi bagi
para investor melalui capital gain maupun dividen, akan tetapi juga
membawa resiko yang sangat tinggi pula.
Investor yang melakukan investasi saham khususnya di sektor
perbankan tentu akan melakukan penilaian harga saham untuk
meminimalisasi resiko rugi yang ada. Penilaian harga saham ini dapat
dilakukan menggunakan analisis teknikal dan fundamental. Analisis
teknikal digunakan oleh para investor untuk menentukan strategi yang tepat
kapan akan membeli, menjual atau menyimpan saham. Analisis teknikal ini
dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan di antaranya adalah Simple
Moving Average dan Moving Average Envelopes. Hasil dari analisis teknikal
ini berupa peramalan pergerakan harga saham yang akan terjadi selanjutnya.
Metode penilaian harga saham lain yang dapat digunakan adalah
analisis fundamental yang digunakan oleh investor sebagai dasar untuk
melakukan pembelian saham dan cenderung untuk keputusan jangka
panjang. Dalam penelitian ini analisis fundamental dilakukan melalui
pendekatan Dividend Discounted Model. Dari kedua model pendekatan ini
investor dapat mengetahui nilai intrinsik dari suatu saham yang kemudian
akan dibandingkan dengan harga yang berlaku di pasaran apakah
undervalued atau overvalued.
Analisis teknikal dan fundamental akan menghasilkan suatu informasi
yang digunakan oleh investor sebagai dasar dalam melakukan keputusan
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Penelitian
3.2. Metode Penelitian
3.2.1 Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan di PT Bursa Efek Indonesia yang berlokasi
di Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53 Jakarta 12190. Data yang digunakan
adalah data sekunder berupa data time series harian dari bulan
Februari 2010 sampai Januari 2011.
DDM Investor
Penilaian harga saham
A. Analisis teknikal
Analisis teknikal yang digunakan adalah Simple Moving
Average dan Moving Average Envelopes.
1. Simple Moving Average
Simple Moving Average dihitung dari penjumlahan harga
saham x hari sebelumnya dibagi dengan x hari.
SMA (5) = (P5 + P4 + P3 + P2 + P1) / 5 ... (1) Keterangan:
SMA (5) : Rata-rata bergerak sederhana 5 hari perdagangan
sebelumnya.
P5 : Harga saham 5 hari sebelumnya
P4 : Harga saham 4 hari sebelumnya
P3 : Harga saham 3 hari sebelumnya
P2 : Harga saham 2 hari sebelumnya
P1 : Harga saham 1 hari sebelumnya
Sinyal beli : grafik saham memotong ke atas grafik SMA
Sinyal jual : Grafik saham memotong ke bawah grafik
SMA.
2. Moving Average Envelopes
Pendekatan Moving Average Envelopes menggunakan
batas atas dan bawah. Menurut Sulistiawan dan Liliana (2007)
ketepatan dari penggunaan satu moving average (MA) dapat
ditingkatkan kemampuannya dengan penggunaan grafik MA
ini yang menggambarkan batas atas dan bawah dari tren grafik
Batas atas dan bawah ditentukan dengan menggunakan
persentase tertentu dari MA yang digunakan. Contohnya SMA
(30)-10 persen, menunjukkan penggunanaan batas atas sebesar
10persen lebih tinggi dan lebih rendah 10persen untuk batas
bawah. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
Batas atas = MA x 1.1 ... (2) Batas bawah = MA x 0.9
Sinyal beli dapat dilakukan ketika:
1. Grafik harga saham memotong ke atas grafik MA, atau
2. Grafik harga saham memotong ke atas grafik batas
bawah.
Sinyal jual adalah kebalikan dari kondisi di atas, yaitu:
1. Grafik harga saham memotong ke bawah grafik MA.
2. Grafik harga saham memotong ke bawah grafik batas
atas.
B. Analisis Fundamental
1. Dividend Discounted Model
Dividend discounted model merupakan model
penghitungan harga saham yang dilakukan dengan cara
menilai tunai semua cash flow yang akan diterima di masa
datang.
saham.
2. Capital Asset Pricing Model
Tahapan untuk menghitung tingkat keuntungan yang
diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Tingkat pengembalian masing-masing saham
Rit = ... (6)
keterangan:
Rit = tingkat pengembalian saham perusahaan bulan ke t
Pit = harga saham bulan ke t
Pit-1 = harga saham bulan sebelumnya
Dt = dividen pada bulan ke t
2. Tingkat pengembalian pasar bulanan adan tingkat
pengembalian rata-rata pasar
Rmt = ... (7)
E(Rm)= ∑ ... (8)
Rmt = tingkat pengembalian pasar pada bulan ke t
IHSGt = IHSG bulan ke t
IHSGt-1 = IHSG bulan sebelumnya
N = jumlah pengamatan dalam satu kuartal
3. Risiko (beta)
βi = ... (9)
σim = ∑ R R R R ... (10)
σim = kovarian tingkat pengembalian saham i dengan tingkat pengembalian pasar.
σ2
m = varian tingkat pengembalian pasar.
4. Tingkat bunga bebas risiko (Rf)
Rf memakai data BI rate selama 3 tahun
5. Masukan ke persamaan CAPM
E(Ri) = Rf + [E(Rm) – Rf]βiσ2m ... (11)
E(Ri) = tingkat pengembalian rata-rata yang diharapkan
PT Bank Central Asia, Tbk mulai beroperasi pada tanggal 21
Februari 1957. BBCA melakukan penawaran saham publik perdana
pada tahun 2000 dan menjadi pelopor dalam menawarkan produk kredit
kepemilikan rumah dengan suku bunga tetap, yang berhasil meraih
respon positif dari pasar.
B. Pemegang saham
PT Bank Central Asia, Tbk. melakukan penawaran saham publik
perdana pada tahun 2000. Pemegang saham terbesar BBCA adalah
masyarakat sebesar 49,91 persen. Beberapa pemegang saham utama
lainnya adalah FarIndo Investments (Mauritius) Ltd qualitate qua (qq)
(47,15%), Anthony Salim (1,76%), dan sisanya dibeli kembali oleh
BBCA.
C. Ringkasan Keuangan
BBCA berhasil mencapai peningkatan kinerja keuangan yang
memuaskan, tercermin dari peningkatan total aktiva sebesar 14,9 persen
menjadi 324,4 triliun rupiah pada 31 Desember 2010 dengan didukung
oleh tingginya pertumbuhan kredit di semua segmen nasabah.0Pada
tahun 2010 BBCA berhasil membukukan laba bersih sebesar 8,5 triliun
rupiah meningkat sebesar 24,6 persen dari tahun 2009 yang sebesar 6,8
triliun rupiah, sedangkan pada tahun 2008 laba bersih BBCA mencapai
5,8 triliun rupiah.08
4.1.2 PT Bank Negara Indonesia, Tbk. (BBNI) A. Informasi Umum Perusahaan
Didirikan pada tahun 1946, PT Bank Negara Indonesia Tbk.
adalah bank pertama yang dimiliki sepenuhnya oleh Pemerintah
Indonesia yang baru merdeka sebelum menjadi bank komersial di tahun
1955, dengan total aktiva senilai 227,5 triliun rupiah, BBNI adalah bank
terbesar ke-4 di Indonesia berdasarkan jumlah aktiva. BBNI melayani
basis nasabah korporasi, komersial dan individu melalui jaringan
pelayanan yang luas mencakup 1.071 cabang domestik dan 5 cabang
luar negeri, 4.003 unit ATM, serta layanan perbankan internet dan
SMS.
B. Pemegang saham
Penawaran Umum Saham Perdana (IPO) PT Bank Bank Negara
Indonesia dilakukan pada tahun 1996 dan tercatat sebagai bank BUMN
pertama yang melakukan IPO (initial public offering) dengan menjual
sahamnya sebesar 25 persen di Bursa Efek Indonesia. Pemegang saham
terbesar di PT Bank Negara Indonesia Tbk. adalah pemerintah sebesar
76,36 persen dan sisanya dimiliki oleh publik.
C. Ringkasan Keuangan
PT Bank Negara Indonesia, Tbk. pada tahun 2010 mencatat laba
bersih sebesar 4,1 triliun rupiah atau tumbuh sebesar 65,1 persen dari
tahun 2009 yang mencapai 2,5 triliun rupiah, sedangkan untuk tahun
2008 laba bersih BBNI tercatat sebesar 1,2 triliun rupiah.
4.1.3 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. (BDMN) A. Informasi Umum Perusahaan
BDMN didirikan pada tahun 1956 sebagai Bank Kopra Indonesia.
Di tahun 1976, nama tersebut kemudian diubah menjadi Bank Danamon
Indonesia. Di tahun 1988, BDMN menjadi bank devisa dan setahun
kemudian mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek
Jakarta (sekarang menjadi Bursa Efek Indonesia).
BDMN merupakan salah satu institusi finansial terbesar di
Indonesia. Sebagai bank universal, BDMN telah mengembangkan
beragam bisnis perbankan, dari perbankan mikro melalui BDMN
Simpan Pinjam, perbankan ritel hingga perbankan UKM & komersial,
C. Ringkasan Keuangan
Di akhir 2010, BDMN berhasil membukukan pertumbuhan laba
bersih sebesar 88 persen menjadi 2.883 miliar rupiah dari 1.532 miliar
rupiah di 2009, terutama didorong peningkatan pendapatan bunga
bersihdan pendapatan operasional lainnya, sedangkan untuk tahun 2008
BDMN membukukan laba bersih yang hampir sama dengan tahun 2009
yaitu 1,53 triliun rupiah.
4.1.4 PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. (BBRI) A. Informasi Umum Perusahaan
PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. awal mulanya didirikan oleh
Raden Aria Wiriatmaja pada tanggal 16 Desember 1895 dengan nama
De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden.
Setelah beberapa kali mengalami perubahan nama seperti Syomin
Ginko pada masa pendudukan Jepang, pada 22 Februari 1946
Pemerintah Indonesia mengubah lembaga ini menjadi Bank Rakyat
Indonesia (BRI) dengan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946, dan
BRI menjadi bank pertama yang dimiliki Pemerintah Republik
Indonesia.
PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. merupakan salah satu bank
terbesar dan tertua di Indonesia. Saat ini, BBRI berkantor pusat di
Gedung BRI I, Jl. Jendral Sudirman Kav.44-46, Jakarta 10210,
B. Pemegang saham
PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk mencatatkan dirinya di Bursa
Efek Indonesia sejak tanggal 10 November 2003 dengan porsi
kepemilikan 56,67 persen dikuasai oleh pemerintah dan 43,23 persen
dimiliki oleh masyarakat.
C. Ringkasan Keuangan
PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. membukukan laba bersih
sebesar 11,5 triliun pada tahun 2010 meningkat dari pencapaian tahun
2009 sebesar 7,3 triliun rupiah sedangkan untuk tahun 2008 laba bersih
BBRI tercatat sebesar 5,9 triliun rupiah.
4.1.5 PT Bank Mandiri, Tbk. (BMRI) A. Informasi Umum Perusahaan
PT Bank Mandiri Tbk. didirikan pada tanggal 2 Oktober 1998
sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat
bank milik pemerintah yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara,
Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia,
digabungkan ke dalam BBRI.
B. Pemegang saham
PT Bank Mandiri Tbk. melakukan penawaran saham perdana di
Bursa Efek Indonesia sejak tanggal 13 Juli 2003. Sampai dengan 31
Desember 2010 kepemilikan saham terbesar dimiliki oleh Pemerintah
Indonesia sebesar 66,68 persen dan sisanya oleh publik sebesar 33,32
persen. Bank Mandiri dimiliki oleh 19.250 pemegang saham. Jumlah
pemegang saham tersebut terdiri dari 18.177 pemegang saham domestik
dan 1073 pemegang saham asing serta 44persen dari total pemegang
saham yang tercatat tersebut merupakan pegawai PT Bank Mandiri
Tbk.
C. Ringkasan Keuangan
PT Bank Mandiri Tbk. berhasil membukukan kinerja keuangan
yang positif pada tahun 2010, BMRI berhasil meningkatkan Laba per
Selama periode Februari 2010 – Januari 2011 pergerakan saham
BBCA menunjukkan berbagai aktivitas tercatat sebanyak satu sinyal
golden cross atau bullish dan 2 sinyal dead cross atau bearish.
Gambar 6. Simple Moving Average BBCA Periode Februari 2010-Januari 2011
Pada triwulan II yaitu periode dari bulan Mei – Juli tercatat satu
titik golden cross yaitu pada tanggal 2 Juni 2010 pada harga 5450. Garis
merah pada Gambar 6 yang merupakan MA (5) memotong ke atas garis
biru yang merupakan MA (23) dan ditunjukkan oleh panah berwarna
biru.
Grafik terus menunjukkan kenaikan pada triwulan III, sehingga
disarankan kepada para investor untuk mempertahankan saham BBCA
pada triwulan III. Akan tetapi pada triwulan IV grafik saham BBCA
mengalami tren menurun tercatat satu sinyal jual atau dead cross pada
tanggal 18 November pada harga 6850, maka kegiatan membeli saham
B. PT Bank Negara Indonesia, Tbk.
Gambar 10 menunjukkan bahwa pada awal Februari-April tren
sedang dalam keadaan naik. Pada tanggal 10 Maret merupakan titik
golden cross yang merupakan sinyal bagi para investor untuk
melakukan pembelian saham pada harga 1920.
Gambar 7. Grafik Simple Moving Average BBNI Periode Februari 2010-Januari 2011
Pada triwulan II grafik cenderung mengalami tren mendatar atau
sideways trend, setidaknya sampai dengan akhir Juni. Pada awal Juli
grafik menunjukkan tren yang menaik atau uptrend disarankan kepada
investor untuk tidak menjual saham BBNI pada masa periode ini.
Gambar 12 menunjukkan uptrend pada triwulan III akan tetapi
tidak ada perpotongan antara garis MA (5) dan MA (23), maka
disarankan bagi para investor agar mempertahankan sahamnya setelah
pembelian terakhir yang dilakukan pada tanggal 10 Maret.
Pada triwulan IV yang merupakan periode dari November
2010-Januari 2011 satu kali sinyal bearish yaitu pada tanggal 15 Desember.
Tanggal 15 Desember merupakan tanggal yang menjadi sinyal untuk
yaitu pada tanggal 7 Mei pada harga 4950 dan satu kali sinyal beli
tertanggal 15 Juni pada harga 5150, setelah itu tepatnya selama
triwulan III harga saham terus bergerak naik hingga mencapai harga
6900 pada 26 Oktober 2010.
Pada grafik di bawah ini dapat kita lihat kondisi uptrend yang
terjadi selama triwulan III hingga mencapai level 6700 hingga akhir
triwulan III, sehingga sebaiknya investor tidak melakukan penjualan
saham terlebih dulu.
Harga saham yang ditunjukkan oleh grafik selama periode
Februari hingga Oktober sejauh ini mengalami lonjakan harga yang
cukup signifikan. Dibuka pada level harga 4650 pada awal Februari
hingga mencapai harga tertinggi yaitu 6900 pada akhir Oktober, hal itu
disebabkan semakin baiknya minat beli investor terhadap harga saham
BDMN sehingga harga saham bisa terus merangkak naik.
Triwulan IV tren harga saham kembali menunjukkan penurunan.
Terdapat dua sinyal bearish yaitu pada tanggal 23 November di level
6550. Walaupun pada triwulan IV tren menunjukkan penurunan akan
tetapi pada triwulan ini juga terdapat satu kali sinyal bullish tertanggal
Gambar 8. Grafik Simple Moving Average BDMN Periode Februari 2010-Januari 2011
D. PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk.
Harga saham BBRI selama periode Februari hingga Januari 2011
mengalami pergerakan harga yang cukup signifikan. Harga saham
BBRI berhasil mencapai titik tertinggi pada level harga 12500. Pada
triwulan I harga terdapat sinyal beli pada tanggal 11 Maret pada harga
7500. Melihat kecenderungan tren yang naik maka disarankan kepada
investor untuk melakukan pembelian saham pada triwulan ini.
Pada Triwulan kedua terlihat garis MA (5) memotong dari atas
garis MA (23) yang berarti bahwa terjadi titik dead cross yang
menandakan harga saham mulai mengalami penurunan. Hal itu terbukti
pada tanggal 11 Mei terjadi dead cross pada harga 8400. namun
kemudian harga saham BBRI dalam keadaan tren menaik yang
akhirnya mencapai titik golden cross pada tanggal 3 Juni pada kisaran
Gambar 9. Grafik Simple Moving Average BBRI Periode Februari 2010-Januari 2011
Dalam kondisi tren mendatar atau sideways trend penggunaan
moving average sebagai indikator kurang tepat. Moving average dapat
digunakan secara tepat dalam memprediksi sinyal jual atau sinyal beli
dalam kondisi downtrend atau uptrend. Pada Triwulan III terjadi sinyal
jual di level 9200 pada tanggal 4 Agustus.
Sinyal beli terjadi pada tanggal 25 Agustus pada harga 9800 dan
harga terus mengalami kenaikan hingga mencapai overbought pada
harga 12500 per lembar saham. Kondisi overbought terjadi ketika harga
dinilai sudah terlalu mahal oleh karena itu harga saham mengalami
penurunan yang merupakan akibat resistance para investor.
Resistance ini menandakan bahwa minat jual sangatlah besar
sehingga harga suatu saham dapat tertahan dan cenderung akan turun.
Hal ini terbukti pada tanggal 23 November garis MA (5) memotong
garis MA (23) ke bawah yang menandakan sinyal jual pada harga
11600 dan akhirnya pada tanggal 11 Januari 2011 BBRI melakukan
stock split 2:1
E. PT Bank Mandiri, Tbk.
Dari data harga saham yang terlihat dari grafik, sepanjang bulan
Februari hingga Januari 2011 harga saham BMRI diwarnai oleh 3 titik
titik golden cross yaitu pada tanggal 9 Maret pada harga 4625, harga
terus meningkat hingga triwulan II.
Pada triwulan II terdapat satu sinyal jual yang terjadi pada tanggal
11 Mei dan sinyal beli pada tanggal 4 Juni. Kondisi uptrend masih
terjadi pada triwulan II hingga akhir triwulan III investor disarankan
untuk mempertahankan saham hingga grafik SMA (5) memotong ke
bawah grafik SMA (23) yang menjadi tanda dari sinyal jual
Gambar 10. Grafik Simple Moving Average BMRI Periode Februari 2010-Januari 2011
Selama triwulan IV tren menunjukkan penurunan, saham
mencapai titik tertingginya pada level 7250 pada tanggal 22 November.
Tercatat dua titik dead cross yaitu pada tanggal 25 November pada level
6950 dan pada tanggal 11 Januari pada harga 5800. Perpotongan antara
dua grafik MA tetap terjadi yang menandakan sinyal beli pada tanggal
5 Januari pada level 6850 akan tetapi investor sebaiknya tidak
melakukan pembelian saham karena kondisi downtrend sedang terjadi
pada pasar saham Mandiri.
4.2.2 Moving Average Envelopes A. PT Bank Central Asia, Tbk.
Selama triwulan I dengan menggunakan analisis Moving Average
Envelopes menghasilkan dua sinyal beli dan dua sinyal jual. Sinyal beli
Gambar 11. Grafik Moving Average Envelopes BBCA Periode Februari 2010-Januari 2011
Pada triwulan II juga terjadi dua sinyal beli dan sinyal jual. Sinyal
beli yang pertama terjadi pada tanggal 7 mei pada harga 4950 dan
sinyal jual terjadi pada tanggal 1 Juni pada level 5300. Sinyal beli yang
kedua terjadi pada tanggal 16 Juni pada level 5650 dan sinyal jual
terjadi pada tanggal 1 Juli pada level 5700.
Tidak banyak yang terjadi pada triwulan III karena grafik
menunjukkan tren yang mendatar, satu kali sinyal beli dan satu kali
sinyal jual terjadi pada triwulan ini. Sinyal beli terjadi pada tanggal 5
Agustus pada level 5950 dan sinyal jual terjadi pada tanggal 16
September pada level 6350.
Tren menurun atau dapat kita sebut dengan downtrend terjadi
pada triwulan IV BBCA. Terjadi satu kali sinyal beli yang terjadi pada
tanggal 13 Januari pada level 5900, akan tetapi pada kondisi ini grafik
dalam keadaan tren yang menurun sehingga tidak disarankan untuk
membeli saham BBCA pada kondisi ini karena dikhawatirkan saham
B. PT Bank Negara Indonesia, Tbk
Selama periode Februari-April tren naik ditunjukkan oleh grafik
saham BBNI. Terjadi satu kali sinyal beli pada tanggal 8 Maret pada
level 1900 dan satu kali sinyal jual pada level 2300 di tanggal 30
Maret 2010. Pada triwulan yang kedua kondisi grafik saham BBNI
berada dalam keadaan sideways trend akan tetapi pada tanggal 7 Juli
terjadi sinyal beli pada level 2425 dan sinyal jual juga terjadi pada
tanggal 14 Juli di level 2675.
Gambar 12. Grafik Moving Average Envelopes BBNI Periode Februari 2010-Januari 2011
Pada triwulan yang ketiga grafik menunjukkan perpotongan ke
atas antara garis close yang merupakan harga aktual saham dengan garis
MA (5) yang merupakan sinyal beli. Terdapat dua kali sinyal beli dan
dua kali sinyal jual pada triwulan ini. Sinyal beli yang pertama terjadi
pada tanggal 3 September pada level 3500 dan investor disarankan
menjualnya pada tanggal 17 September di level 3800. Sinyal beli yang
kedua terjadi pada tanggal 24 September di level 3725, sedangkan
sinyal jual terjadi pada tanggal 19 Oktober pada level 3900. Selama
triwulan IV hanya terjadi satu kali sinyal beli dan satu kali sinyal jual.
Sinyal beli terjadi pada tanggal 24 November pada level 3825,
II tanggal 5 Mei pada level 5350.
Pada triwulan III terjadi dua kali sinyal beli dan dua kali sinyal
jual. Sinyal beli yang pertama terjadi pada tanggal 6 September di
level 5350 sedangkan sinyal jual terjadi pada tanggal 22 September di
level 5700. Sinyal beli yang kedua terjadi pada tanggal 20 Oktober di
level 6050, sedangkan untuk menjual saham disarankan pada level
6700 yaitu pada tanggal 29 Oktober.
Gambar 13. Grafik Moving Average Envelopes BDMN Periode Februari 2010-Januari 2011
Harga saham BDMN mulai mengalami penurunan pada triwulan
IV, pada triwulan ini terdapat satu kali sinyal beli dan satu kali sinyal
jual. Sinyal beli terjadi pada level 6050 di tanggal 21 Desember 2010
dan sinyal jual terjadi pada tanggal 27 Januari di level 6150. Sinyal
BDMN masih terus terkoreksi sampai di level 5100 pada tanggal 10
Januari.
D. PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk.
Pada Triwulan I terdapat dua sinyal beli dan dua sinyal jual,
sinyal beli terjadi pada saat garis close yang merupakan harga saham
aktual memotong ke atas garis MA (5) atau garis MA-5% sedangkan
sinyal jual terjadi pada saat garis close memotong ke bawah garis MA
(5) atau garis MA+5%. Sinyal beli terjadi pada tanggal 11 Februari di
level 7300 dan sinyal jual terjadi pada tanggal 6 April di level 8750.
Sinyal beli yang kedua terjadi tanggal 12 April di level 8150 dan pada
tanggal 22 April merupakan sinyal jual di level 8750.
Harga saham BBRI cenderung mendatar pada saat triwulan II.
Meski begitu terdapat dua sinyal jual dan satu sinyal beli. Sinyal jual
terjadi pada tanggal 4 Mei pada level 9050 dan 13 Juli pada level
9800, sedangkan sinyal beli terjadi pada tanggal 25 Mei di level 7700.
Gambar 14. Grafik Moving Average Envelopes BRI Periode Februari 2010-Januari 2011
Triwulan III dimulai dengan sinyal beli yang terjadi pada
tanggal 4 Agustus pada level 9200 sinyal jual yang pertama terjadi
pada tanggal 17 September di level 10400. Kemudian pada tanggal 21
Oktober terjadi satu kali lagi sinyal beli di level 10700 dan setelah itu
Gambar 15 menunjukkan periode dari bulan Februari sampai
dengan April 2010 yang merupakan triwulan I dari PT bank Mandiri
Tbk. Pada grafik dapat kita lihat bahwa harga saham Bank Mandiri
dalam tren yang meningkat pada bulan Februari-Maret, setelah itu tren
dalam keadaan mendatar pada akhir Maret sampai dengan April.
Terdapat satu sinyal beli dan satu sinyal jual pada triwulan ini. Sinyal
beli terjadi pada tanggal 8 Februari di level 4375 sedangkan sinyal
jual terjadi pada tanggal 22 Maret di level 5229.
Gambar 15. Grafik Moving Average Envelopes Mandiri Periode Februari 2010-Januari 2011
Pada triwulan yang kedua terdapat dua sinyal beli dan dua sinyal
jual. Sinyal beli terjadi pada tanggal 27 Mei di level 5050 sedangkan
sinyal jual terjadi pada tanggal 4 Juni di level 5550. Sinyal beli yang
yang kedua terjadi pada tanggal 21 Juni di level 5850. Sama halnya
dengan triwulan sebelumnya, pada triwulan III terdapat dua sinyal beli
dan dua sinyal jual. Sinyal beli yang terjadi pada tanggal 2 September
di level 5900 yang sebaiknya dijual pada level 6600 di tanggal 20
September. Sinyal beli yang kedua terjadi pada tanggal 23 September
di level 6300 sedangkan sinyal jual yang kedua terjadi pada tanggal 30
September di level 7200. Triwulan IV grafik dalam keadaan mendatar
dan cenderung menurun pada akhir periode sehingga disarankan
kepada investor untuk menahan pembelian saham pada periode ini.
4.2.3 Peramalan Pergerakan Harga Saham A. Simple Moving Average
1. PT Bank Central Asia, Tbk.
Grafik saham BBCA pada periode Februari-April 2011
menunjukkan kenaikan harga saham sama seperti periode
Februari-April 2010, akan tetapi belum terdapat sinyal beli atau titik golden
cross pada kuartal I.
Gambar 16. Harga saham Bank BCA periode Februari-Juni 2011
Pada kuartal II terdapat sinyal jual yaitu pada tanggal 9 Mei
di level 7200 dan sinyal beli pada tanggal 20 Juni di level 7250.
menurun, terdapat satu sinyal jual pada kuartal ini yaitu pada
tanggal 6 Mei di level 3900 dan satu sinyal beli pada tanggal 28
Juni di level 3775.
Harga saham pada bulan Juli 2010 mengalami kenaikan
harga yang cukup signifikan di mana sebelumnya harga berada
dalam kondisi stagnan, hal itu pula yang terjadi pada kuartal II
2011 harga cenderung mengalami penurunan akan tetapi terdapat
sinyal beli pada kuartal II 2010 sehingga dapat diprediksi harga
akan naik pada bulan Juli 2011.
Gambar 17. Harga saham BBNI periode Februari-Juni 2011
3. PT Bank Danamon, Tbk.
Gambar 18. menunjukkan pergerakan harga saham Bank
BDMN selama periode Februari-April 2011. Dapat kita lihat
mendatar dan pada pertengahan April harga saham mulai
mengalami penurunan. Terdapat satu sinyal jual yaitu pada tanggal
15 April di level 6450.
Penurunan harga saham yang terjadi pada kuartal I 2011
berlanjut hingga tanggal 9 Mei 2011, akan tetapi secara
keseluruhan harga saham Bank BDMN selama periode Mei-Juni
berada dalam tren yang mendatar. Terdapat satu sinyal beli dan
satu sinyal jual yang terjadi pada periode ini, akan tetapi sinyal beli
ini terjadi pada saat harga cenderung turun atau pada saat
downtrend sehingga cenderung menimbulkan sinyal palsu.
Bulan Juli diprediksi harga saham akan mengalami kenaikan
harga sama seperti kuartal II 2010, harga saham mengalami
penurunan sampai pertengahan Juni dan kemudian merangkak naik
pada bulan Juli 2010.
Gambar 18. Harga saham BDMN periode Februari-Juni 2011
4. PT Bank Rakyat Indonesia,Tbk.
Setelah sempat melakukan stock split pada tanggal 11 Januari
2011 saham BBRI mulai merangkak naik menuju level 6500 pada
kuartal I tahun 2011, hal serupa juga terjadi pada kuartal I 2010
yang pertama terjadi pada tanggal 10 Mei di level 6150 dan sinyal
jual yang kedua terjadi pada tanggal 15 Juni di level 6400. Bulan
Juni 2011 diperkirakan harga akan naik, hal ini sesuai dengan yang
terjadi pada kuartal II 2010 setelah sempat berada dalam tren
mendatar saham BBRI naik secara perlahan pada awal Juli 2010
dan ditutup di level 9900.
Gambar 19. Harga saham BBRI periode Februari-Juni 2011
5. PT Bank Mandiri, Tbk.
Tren menaik atau uptrend terjadi pada kuartal I 2011,
terdapat satu sinyal beli pada periode ini yang terjadi pada tanggal
28 Maret di level 6200. Sedangkan pada periode Mei-Juni terdapat
satu sinyal jual yaitu pada tanggal 8 Juni. Saham Bank Mandiri
diprediksi akan mengalami kenaikan pada bulan Juli 2011,
Mandiri atau menahan penjualan saham sampai grafik MA (5)
memotong ke bawah grafik MA (23).
Gambar 20. Harga saham BMRI periode Februari-Juni 2011
B. Moving Average Envelopes 1. PT Bank Central Asia, Tbk.
Selama periode Februari-April 2011 grafik harga saham
BBCA berada dalam kondisi uptrend sama seperti pergerakan
harga triwulan I 2010 , pada periode ini tercatat 3 sinyal beli dan 3
sinyal jual. Sinyal beli yang pertama terjadi pada tanggal 11
Februari di level 5950 dan kemudian sinyal jual terjadi pada
tanggal 25 Februari di level 6100. Kemudian harga mulai bergerak
naik dan terjadi sinyal beli pada tanggal 28 Februari di level 6300,
yang kemudian dijual pada tanggal 11 Maret di level 6800 karena
harga mulai mengalami penurunan.
Harga kembali bergerak naik pada pertengahan Maret yang
akhirnya menghasilkan sinyal beli di tanggal 21 Maret di level
6700 dan sinyal jual yang terakhir berada pada level 7400 di
Gambar 21. Harga saham BBCA periode Februari-Juni 2011
Pergerakan harga saham pada Mei-Juni 2011 cenderung
berada dalam keadaan mendatar atau sideways trend sehingga
penggunaan Moving Average sulit untuk dilakukan contohnya saja
pada tanggal 25 Mei yang ditunjukkan oleh panah berwarna kuning
terjadi suatu sinyal beli ketika harga sudah mulai bergerak turun,
maka sinyal beli tersebut cenderung menghasilkan suatu sinyal
palsu. Pada pertengahan bulan Juni harga mulai merangkak naik
dan terjadi satu sinyal beli pada tanggal 14 Juni di level 7000 dan
diperkirakan harga akan terus bergerak naik setidaknya sampai
dengan akhir Juli.
2. PT Bank Negara Indonesia, Tbk.
Selama periode Februari-April 2011 terjadi 2 sinyal beli dan 2
sinyal jual. Sinyal beli terjadi pada tanggal 11 Februari dan 23
Maret di level 3425 dan 3650, sedangkan sinyal jual terjadi pada
tanggal 8 Maret di level 3800 dan pada tanggal 11 April di level
3950. Pergerakan harga saham pada triwulan I 2011serupa dengan
pergerakan harga saham pada triwulan I 2010, harga saham
bergerak menaik secara perlahan sebelum akhirnya berada pada
kondisi sidewaystrend sampai Juni 2010.
Pada triwulan II 2011 pergerakan harga saham BBNI
yang terjadi pada tanggal 27 Mei, akan tetapi terjadi pada saat
harga sedang mengalami penurunan sehingga cenderung
menghasilkan suatu sinyal palsu. Perpotongan grafik saham dengan
grafik moving average kembali terjadi dan menghasilkan suatu
sinyal beli yang terjadi pada tanggal 21 Juni di level 3125. Harga
saham pada bulan Juli 2011 diperkirakan akan mengalami
peningkatan sehingga disarankan kepada investor untuk membeli
saham pada tanggal tersebut.
Gambar 22. Harga saham BBNI periode Februari-Juni 2011
3. PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Kondisi pergerakan harga saham Bank BDMN selama
periode Februari-April berada dalam trend mendatar atau sideways
trend, hampir menyerupai kondisi yang terjadi pada triwulan I
2010. Terdapat satu sinyal beli dan satu sinyal jual pada periode
ini. Sinyal beli terjadi pada tanggal 16 Februari di level 6350
sedangkan sinyal jual terjadi pada tanggal 18 Februari di level
Gambar 23. Harga saham BDMN periode Februari-Juni 2011
Triwulan II 2011 pergerakan saham Bank BDMN terdapat
satu titik golden cross yang terjadi pada tanggal 26 Mei di level
5950 dan satu sinyal jual yang terjadi pada tanggal 6 Juni di level
6100.
4. PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. (persero)
Kondisi uptrend ditunjukkan oleh pergerakan harga saham
BBRI selama triwulan I 2011. Terdapat 4 sinyal beli dan 4 sinyal
jual pada periode ini. Kondisi ini serupa dengan pergerakan harga
saham BBRI triwulan I 2010 sehingga pergerakan harga saham
BRI tahun 2010 dapat digunakan untuk melakukan peramalan
pergerakan harga saham BRI tahun 2011. Sinyal beli terjadi pada
tanggal 10 Februari di level 4550 dan dijual pada tanggal 22
Februari di level 4750. Sinyal beli yang kedua terjadi pada tanggal
1 Maret di level 4900 dan dijual pada tanggal 7 Maret dilevel 5300,
sinyal beli yang ketiga terjadi di level 5100 pada tanggal 21 Maret
dan dijual pada tanggal 4 April di level 5800. Sinyal beli yang
terakhir terjadi pada tanggal 14 April di level 6100 dan sinyal jual
Gambar 24. Harga saham BBRI periode Februari-Juni 2011
Pada triwulan II 2011 pergerakan harga saham BBRI berada
pada kondisi mendatar sehingga sulit diprediksi kapan waktu yang
tepat dalam melakukan pembelian maupun penjualan saham, akan
tetapi jika kita melihat pada triwulan II 2010 kondisi serupa juga
ditunjukkan pergerakan harga saham pada triwulan II 2010 sampai
akhir Juni dan kemudian harga saham kembali mengalami kenaikan
sampai akhir Juli 2010.
5. PT Bank Mandiri, Tbk.
Pergerakan harga saham Bank Mandiri pada triwulan I 2011
berada pada kondisi menaik atau uptrend, grafik yang ditunjukkan
di atas sama dengan grafik yang ditunjukkan oleh harga saham
Bank Mandiri pada triwulan yang sama tahun 2010 sehingga grafik
pada triwulan I 2010 dapat digunakan dalam peramalan harga
Gambar 25. Harga saham BMRI periode Februari-Juni 2011
Pada triwulan ini terdapat 4 sinyal beli dan 3 sinyal jual.
Sinyal beli pertama kali terjadi pada tanggal 10 Februari di level
5600 dan kemudian terjadi sinyal jual pada tanggal 21 Februari di
level 6000. Sinyal beli yang kedua terjadi pada tanggal 28 Februari
di level 5800 dan dijual pada level 6400 di tanggal 8 Maret. Pada
tanggal 23 Maret grafik harga saham memotong ke atas grafik
Moving Average yang menandakan sinyal beli di level 6000 dan
dijual pada tanggal 1 April di level 6850 sinyal beli yang terakhir
terjadi pada tanggal 20 April di level 7100
Pada triwulan II 2011 pergerakan harga saham Bank Mandiri
cenderung stagnan, pergerakan saham Bank Mandiri ini sesuai
dengan pergerakan harga saham pada triwulan II 2010. Pada
triwulan II 2010 harga bergerak stagnan sebelum akhirnya naik
pada awal Juli 2010 dan kemudian bergerak secara stagnan sampai
akhir Juli 2010. Meskipun perpotongan antara grafik harga saham
dan grafik MA banyak terjadi, akan tetapi kondisi pergerakan harga
saham yang cenderung mendatar membuat keputusan dalam
membeli maupun menjual saham sulit dilakukan.
4.3. Analisis Fundamental
Investor yang ingin berinvestasi harus mengetahui kondisi
perekonomian suatu negara apakah perekonomiannya sedang berada pada
sektor-sektor yang dapat memberikan return yang baik sebelum menentukan
di perusahaan apa ia akan menanamkan modalnya, untuk itu analsis
fundamental diperlukan untuk mengamati kondisi negara tempat suatu
perusahaan itu beroperasi
4.3.1 Analisis Makroekonomi
Faktor makro merupakan faktor yang berada di luar perusahaan,
tetapi mempunyai pengaruh terhadap kenaikan atau penurunan kinerja
perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal inilah
yang menjadi pertimbangan investor dalam melakukan keputusan
pembelian atau penjualan saham. Beberapa variabel ekonomi penting
yang digunakan untuk menggambarkan kondisi perekonomian suatu
negara adalah sebagai berikut :
A. Pendapatan Domestik Bruto
Perekonomian Indonesia pada tahun 2008 berhasil mencapai
4.954 triliun rupiah meningkat 6,1 persen dibandingkan dengan
PDB tahun 2007 sebesar 3.949,3 triliun rupiah. Pertumbuhan ini
didukung oleh semua komponen PDB penggunaan, yakni konsumsi
rumah tangga tumbuh sebesar 5,3 persen, konsumsi pemerintah
sebesar 10,4 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 11,7
persen, serta ekspor barang dan jasa sebesar 9,5 persen. Sementara
impor sebagai komponen pengurang juga meningkat sebesar 10
persen.
Dilihat dari kontribusinya terhadap PDB, pertumbuhan PDB
tahun 2008 bersumber dari ekspor sebesar 4,6 persen. Nilai ekspor
Indonesia pada tahun 2008 mencapai 1474,5 triliun rupiah
meningkat 311,5 triliun rupiah dibandingkan tahun 2007 diikuti
oleh konsumsi rumah tangga sebesar 3,1 persen, sedangkan
pembentukan modal tetap bruto dan konsumsi pemerintah hanya
sebesar 2,6 persen dan 0,8 persen.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 cenderung melambat
yang merupakan dampak dari krisis ekonomi global. Besar nilai
15,7 persen dan pembentukan modal tetap bruto tumbuh sebesar
3,3persen (Berita Resmi Statistik No. 12/02/Th. XIII, 10 Februari
2010).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 tercatat
sebesar 6,1 persen. Pertumbuhan ini didukung oleh semua
komponen, yaitu konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,6
persen atau meningkat menjadi 3642,0 triliun rupiah dari 3290,8
triliun rupiah pada tahun 2009, konsumsi pemerintah sebesar 0,3
persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 8,5persen, dan
perubahan inventori sebesar 463,1 persen, sedangkan komponen
ekspor tumbuh sebesar 14,9 persen dari 1.354,4 triliun rupiah
menjadi 1.580,8 triliun rupiah dan impor tumbuh sebesar 17,3
persen.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 sebesar 6,1 persen
sebagian besar bersumber dari komponen ekspor, yakni 6,4 persen.
Kemudian komponen konsumsi rumah tangga memberikan
sumbangan sebesar 2,7 persen, pembentukan modal tetap bruto
sebesar 2,0 persen, dan perubahan inventori sebesar 0,4 persen
(Berita Resmi Statistik No.12/02/Th. XIV, 7 Februari 2011).
B. Nilai Tukar
Selama tahun 2008 tekanan terhadap rupiah semakin tinggi,
yang dapat terlihat dari volatilitas rupiah yang tinggi dan cenderung
terdepresiasi. Tekanan tersebut disebabkan oleh perkembangan
ekonomi dunia yang memicu memburuknya persepsi investor dan
ekspektasi pelaku pasar.
Kondisi rupiah semakin tertekan sejak akhir Triwulan III
dipicu bangkrutnya lembaga keuangan terbesar AS yang
mengakibatkan para investor mengalihkan dananya dari emerging
market.
Di sisi lain impor yang meningkat akibat kuatnya permintaan
domestik membutuhkan valas yang semakin besar. Sementara itu,
neraca transaksi berjalan juga mengalami tekanan akibat jatuhnya
harga komoditas dan merosotnya pertumbuhan ekonomi di negara
mitra dagang. Perkembangan tersebut menyebabkan rupiah
tertekan hingga mencapai level tertinggi 12.150 rupiah per dolar
AS pada November 2008.
Nilai tukar selama tahun 2008 menunjukkan volatilitas yang
lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan cenderung
terdepresiasi. Secara rata rata nilai tukar rupiah melemah 5,4 persen
dari 9.140 rupiah per dolar AS pada tahun 2007 menjadi 9.666
rupiah per dolar AS pada tahun 2008. Di akhir tahun 2008, rupiah
berada di level 10.900 rupiah per dolar AS atau melemah 13.8
persen dari akhir tahun sebelumnya 9.393 rupiah per dolar AS
(Buku Laporan Perekonomian Indonesia 2008).
Pada awal triwulan I 2009 nilai tukar rupiah masih
mendapatkan tekanan sebagai dampak dari krisis ekonomi
global.Secara umum tekanan terhadap Triwulan IV 2008 dan
Triwulan I 2009 dipengaruhi persepsi resiko penanaman modal di
Gambar 26. Grafik Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD Tahun 2006-2009
Nilai tukar rupiah sempat mencapai titik terendah pada level
12.020 rupiah per dolar AS pada awal Maret 2009 disertai
peningkatan volatilitas. Dalam mengatasi depresiasi nilai rupiah,
Pemerintah Indonesia membuat suatu kebijakan stabilisasi nilai
tukar secara terukur melalui upaya menjaga kecukupan likuiditas di
pasar valas. Nilai tukar rupiah kembali menguat pada Triwulan II
2009 yang dipengaruhi oleh perbaikan persepsi risiko terhadap
emerging market dan kondisi fundamental domestik yang tetap
terjaga. Pada akhir tahun 2009 rupiah ditutup menguat di level
9.425 rupiah terapresiasi 18,4 persen dibandingkan akhir Maret
2009. Secara keseluruhan tahun, level rupiah akhir tahun 2009
menguat 15,7 persen dibandingkan dengan level akhir tahun 2008.
Meskipun dalam tren menguat, perkembangan rupiah masih
mendukung daya saing produk ekspor Indonesia (Buku Laporan
Perekonomian Indonesia 2009).
Tahun 2010 ekonomi global kembali dihadapkan pada krisis
fiskal Yunani yang sekali lagi menimbulkan sentimen risk aversion
aset negara-negara emerging markets. Namun optimisme
pemulihan global, komitmen penyelamatan (bailout) EC-IMF
terhadap Yunani, serta peningkatan peringkat utang Indonesia
mampu menutupi sentimen negatif terkait Yunani tersebut,
sehingga rupiah kemudian mengalami penguatan yang cukup
ke level di bawah 9.000 rupiah per dolar AS memasuki Mei 2010
(Buku Laporan Perekonomian 2010).
Gambar 27. Grafik Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD Tahun 2008-2010
Pada awal Juni 2010 krisis akhirnya meluas ke negara GIPSI
(Greek, Ireland, Portugal, Spain, Italy) yang mendepresiasi nilai
tukar kembali ke level 9.400 rupiah per dolar AS, akan tetapi
rupiah kembali bergerak stabil dengan kecenderungan menguat di
akhir triwulan II seiring dengan meredanya kekhawatiran pelaku
pasar, yang ditopang oleh berlanjutnya pemulihan ekonomi dunia.
Semakin lebarnya selisih suku bunga antara negara-negara maju
dan negara-negara emerging markets, serta perbaikan kondisi
prospek Indonesia,
Selanjutnya nilai tukar rupiah bergerak stabil dengan
kecenderungan penguatan di paruh kedua 2010. Apresiasi nilai
tukar rupiah tersebut terjadi sejalan dengan berlanjutnya aliran dana
ke kawasan Asia di tengah melimpahnya likuiditas global serta
perbedaan respons kebijakan antara negara-negara maju dan
negara-negara emerging markets. Meski diwarnai dengan berbagai
koreksi, penguatan nilai tukar rupiah juga tidak terlepas dari
harga yang cukup signifikan.
Tabel 2. Inflasi Indonesia Tahun 2008-2011
Tahun Inflasi (%)
2008 11,06 2009 2,78 2010 6,96 2011 6,16* Sumber : www.bi.go.id (2011 ) *) sampai April
Tekanan inflasi mereda cukup signifikan pada awal Triwulan
IV dan akhirnya mencapai level 11,06 persen pada akhir Desember
2008. Rendahnya tekanan inflasi di penghujung tahun 2008 juga
tidak terlepas dari kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga
BBM pada Desember 2008 seiring dengan turunnya harga minyak
dunia.
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan inflasi pada awal
Januari 2009 mencapai 9,17 persen. Namun karena rendahnya
tekanan inflasi dari luar negeri, serta deflasi pada harga-harga
barang yang ditetapkan pemerintah seperti listrik dan BBM
berdampak pada penurunan inflasi menjadi 2,78 persen pada akhir
2009. Penurunan nilai inflasi ini terkait dengan penurunan di
seluruh komponen dan kelompok barang.
Pada tahun 2010 pemerintah menetapkan angka inflasi tahun
2010 adalah sebesar 5 persen. Perkembangan inflasi yang
meningkat tersebut tidak terlepas dari pengaruh peningkatan inflasi
global, khususnya di negara-negara emerging markets, sebagai
komoditas internasional. Namun, pengaruh penguatan nilai tukar
rupiah pada tahun ini mampu meminimalkan dampak dari
peningkatan harga-harga komoditas global tersebut.
Dari sisi domestik tekanan kenaikan inflasi muncul terutama
akibat terganggunya kelancaran pasokan bahan makanan yang
banyak terpengaruh oleh cuaca. Berdasarkan kelompok barang,
inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan yang
meningkat menjadi 15,64 persen. Peningkatan inflasi pada bahan
makanan terjadi akibat gangguan distribusi terkait dengan kondisi
cuaca yang tentunya akan berimbas pada peningkatan harga bahan
baku yang sangat tinggi.
Pemerintah mentargetkan inflasi tahun 2011 berada pada
level 5,3 persen. Sampai dengan bulan April 2011 inflasi Indonesia
mencapai level 6,16 persen. Gubernur Bank Indonesia mengatakan
bahwa target inflasi Indonesia akan sulit tercapai jika pemerintah
mulai melakukan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Gubernur BI memprediksi apabila pemerintah membatasi BBM
bersubsidi maka inflasi tahun 2011 dapat mencapai level 6,3-6,4
persen. (www.antaranews.com, BI: Target Inflasi Bisa Tidak
Tercapai). Bank Indonesia harus tegas dalam memutuskan
kestabilan nilai inflasi, karena kestabilan inflasi akan menciptakan
kondisi yang stabil di dunia usaha, tentunya hal inilah yang
diharapkan oleh para investor.
D. Pengangguran
Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Agustus
2008 mencapai 8,39 persen, mengalami penurunan dibanding
pengangguran Februari 2008 sebesar 8,46 persen. Jumlah
pengangur di Indonesia pada bulan Agustus 2008 menurun 33.075
atau sebesar 0,35 persen dari semester sebelumnya yang berjumlah
2008 Februari
2009 9.258.964 113.740.000 8,14
Agustus
2009 8.962.617 113.830.000 7,87
Februari
2010 8.592.490 116.000.000 7,41
Agustus
2010 8.319.779 116.530.000 7,14
Sumber : www.bps.go.id (2011)
Penurunan jumlah pengangguran disebabkan peningkatan
penyerapan tenaga kerja pada tahun 2008. Penyerapan tenaga kerja
yang tertinggi adalah pada sektor jasa kemasyarakatan yang naik
1,08 juta orang diikuti oleh sektor perdagangan 667 ribu orang dan
sektor transportasi 220 ribu orang, sedangkan jumlah yang bekerja
di sektor pertanian mengalami penurunan sebanyak 1,36 juta orang.
Topangan UMKM yang besar di tengah pertumbuhan
ekonomi yang melambat menjadi penyangga dalam menyerap
tambahan angkatan kerja. Angka pengangguran terbuka yang
sedikit menurun dari 8,1 persen pada Februari 2009 menjadi 7,87
persen pada Agustus 2009. Sementara itu, jumlah angkatan kerja
yang terserap oleh sektor informal pada Agustus 2009 meningkat
menjadi 72,7 juta jiwa dibandingkan kondisi Agustus 2008 sebesar
71,4 juta jiwa (Berita Resmi Statistik No. 75/12/Th. XII, 1
Desember 2009).
Membaiknya kondisi perekonomian domestik memberi
dampak yang positif bagi penyerapan tenaga kerja. Data
ketenagakerjaan terakhir menunjukkan tingkat pengangguran yang
tenaga kerja yang kembali kepada sektor formal, dan membaiknya
kualitas pendidikan tenaga kerja. Angka pengangguran terbuka
pada semester I tahun 2010 tercatat sebesar 7,14 persen, lebih
rendah dibanding periode tahun sebelumnya yang sebesar 7,87
persen (Berita Resmi Statistik No. 33/05/Th. XIII, 10 Mei 2010).
Pengangguran tercatat sebanyak 8.319.779 jiwa pada Agustus
2010, menurun sebesar 3,17 persen dari Februari 2010. Jumlah
penduduk yang bekerja pada Agustus 2010 mengalami kenaikan
terutama di sektor industri sebesar 772 ribu orang (5,91%) dan
sektor konstruksi sebesar 748 ribu orang (15,44%), sedangkan
sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor pertanian
sebesar 1,3 juta orang (3,11%) dan Sektor Transportasi sekitar 198
ribu orang (3,41%). Jika dibandingkan dengan Agustus 2009
hampir semua sektor mengalami kenaikan jumlah pekerja, kecuali
sektor pertanian dan sektor transportasi, pergudangan dan
komunikasi, masing-masing mengalami penurunan jumlah pekerja
sekitar 117 ribu orang (0,28%) dan 500 ribu orang (8,16%).
Sektor pertanian, perdagangan, jasa kemasyarakatan dan
sektor industri secara berurutan menjadi penyumbang terbesar
penyerapan tenaga kerja pada bulan Agustus 2010 (Berita Resmi
StatistikNo. 77/12/Th. XIII, 1 Desember 2010).
E. Tingkat Bunga
Pada bulan Januari sampai April 2008 Bank Indonesia
menetapkan BI rate sebesar 8,00 persen kemudian naik 25 basis
point menjadi 8,25 persen pada bulan berikutnya dan akhirnya
meningkat pada akhir tahun menjadi 9,25persen. Kebijakan
pemerintah dalam menaikkan BI rate disebabkan oleh laju inflasi
yang terjadi pada tahun 2008. Kenaikan harga minyak dunia
memaksa pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi, yang
kemudian berimbas pada kenaikan harga komoditas pangan dan
minyak. Inflasi tercatat meningkat dari 7,36 persen pada awal tahun
dari kebijakan pemerintah menurunkan BI rate. Suku bunga SBI 3
bulan tercatat 10,6 persen kemudian menjadi 6,59 persen pada
akhir tahun 2009.
Bank Indonesia menetapkan BI rate pada level 6,5 persen
untuk tahun 2010. Penurunan BI rate ini mempunyai dampak yang
cukup baik bagi dunia investasi, pemerintah mengharapkan dengan
penurunan BI rate ini investor menyebar portofolio investasinya ke
pasar modal. Sementara itu suku bunga SBI 3 bulan tercatat sebesar
6,6 persen pada januari 2010 dan turun ke menjadi 6,59 persen
pada Februari 2010 dan akhirnya berada pada level 6,55 persen
pada akhir Maret.
F. Pengaruh Makroekonomi Terhadap Harga Saham
Dalam nota keuangan 2010 yang dibacakan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, pemerintah memprioritaskan 7 kebijakan
ekonomi nasional untuk membalikkan dampak krisis global di
Indonesia ke arah pertumbuhan positif. Ketujuh prioritas kebijakan
itu di antaranya adalah menjaga sektor riil tetap bergerak dengan
salah satunya mengeluarkan kebijakan insentif fiskal untuk
mendorong sektor riil tumbuh cepat, kedua mencegah terjadinya
gelombang Pemutusan Hubungan Kerja seiring upaya menurunkan
angka pengangguran. Ketiga, menjaga stabilitas harga, terutama
bahan pokok yang dibutuhkan masyarakat dengan tetap menjaga
angka inflasi dapat dipertahankan serendah mungkin. Keempat,
menjaga dan meningkatkan daya beli masyarakat melalui berbagai