• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Entrepreneurial Networking Terhadap Kineja Usaha Melalui Keunggulan Bersaing (Studi Kasus pada UMKM di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Entrepreneurial Networking Terhadap Kineja Usaha Melalui Keunggulan Bersaing (Studi Kasus pada UMKM di Kota Medan)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Kewirausahaan

Wirausaha berasal dari kata wira yang berarti pahlawan (berani) dan usaha

berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). Dengan demikian wirausaha dapat

didefenisikan sebagai seseorang yang dengan gigih berusaha untuk menjalankan

sesuatu kegiatan bisnis dengan tujuan untuk mencapai hasil yang dapat

dibanggakan (Sukirno, 2004:367).

Kao(dalam Lupiyoadi, 2007:4) menyebut bahwa ”kewirausahaan sebagai

suatu proses, yakni proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi baru) dan

membuat sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada (inovasi)”. Berdasarkan

pengertian yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan

adalah suatu proses yang mengacu pada kreatifitas individu yang direalisasikan

dalam menciptakan usaha baru dengan tujuan kesejahteraan individu dan nilai

tambah bagi masyarakat.

Schumpeter (dalam Alma, 2005:21) menyatakan bahwa wirausahawan

adalah individu yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dan menggerakkan

perekonomian masyarakat untuk maju ke depan. Wirausahawan adalah

individu-individu yang berani mengambil resiko, mengkoordinasi, mengelola penanaman

modal atau sarana produksi serta mengenalkan fungsi faktor produksi baru atau

(2)

Menurut Kuratko (2009:21) kewirausahaan adalah proses dinamis dari

visi, perubahan dan penciptaan yang mensyaratkan aplikasi energi dan semangat

terhadap penciptaan dan implementasi dari ide baru dan solusi kreatif. Tidak

semua orang memiliki kapabilitas kewirausahaan. Hanya orang yang memiliki

jiwa kewirausahaan dapat mendirikan dan mengelola usaha secara profesional

(Echdar, 2013:19).

Kewirausahaan merupakan suatu proses melakukan sesuatu yang baru dan

berbeda dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi individu dan memberi

nilai tambah pada masyarakat (Winarto, 2004). Kewirausahaan merujuk pada

sifat, watak, dan karakteristik yang melekat pada setiap indivu yang memilki

kemauan keras untuk mewujudkan dan mengembangkan gagasan kreatif dan

inovatif dalam setiap kegiatan yang produktif(Mulyasa, 2011: 189). Pengertian ini

memberikan arti bahwa setiap orang bisa memiliki karakter kewirausahaan

asalkan ia mau bekerja keras serta berpikir kreatif dan inovatif.

2.1.2 Entreprenuerial Networking

Cohen dan Prusak (dalam Rajbianto, 2010) berpendapat bahwa modal

sosial adalah kumpulan dari hubungan yang aktif di antara manusia, rasa percaya,

saling mengerti dan kesamaan nilai dan prilaku yang mengikat anggota didalam

sebuah jaringan kerja dan komunitas yang memungkinkan adanya kerjasama.

Pandangan Brehm dan Rahm (dalam Rajbianto, 2010) social network adalah

jaringan kerjasama diantara masyarakat yang memfasilitasi pencarian solusi dari

(3)

Networking muncul sebagai simbol organisasi di zaman informasi saat ini

(Lipnack dan Stamps, 1994). Frazier dan Niehm (2004) berpendapat informasi

adalah sumber daya utama untuk pelaku usaha dan dapat menghubungkan pelaku

usaha dengan pasar, pemasok, harga, teknologi dan networking telah

memperlihatkan betapa berharganya kebijakan berkontribusi membantu pelaku

usaha. MenurutRipolles dan Blesa (2005) networking meningkatkan informasi

pelaku usaha dari sumber-sumber yang tidak berasal dari kepemilikan sebelumnya

dan membantu untuk mencapai tujuan perusahaan.

Networking terdiri atas keluarga dan teman yang bertujuan pada

perpindahan dalam lingkaran yang sama sebagai pengusaha, sumber daya ini tidak

mungkin ditawarkan di luar jangkauan pengusaha (Anderson et al., 2005).

Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa networking adalah sebuah sumber daya

yang sangat diperlukan bagi informasi untuk pengusaha dan UMKM (Barnir dan

Smith, 2002; Brush et al., 2001; Grave dan Salaff, 2003). Penelitian tentang

kewirausahaan menjelaskan bahwa networking (social network) berpengaruh

terhadap peluang, pengenalan, entrepreneurial direction, pembuatan keputusan

kepada seorang pengusaha dan pertumbuhan bisnis sebagai kriteria kesuksesan

bisnis (Arenius, 2006).

Networking menjadi perhatian dalam komunitas peneliti dan merek

meneliti tentang pengaruh networkingdalam ekonomi dan kewirausahaan. Untuk

bertahan dalam persaingan, penting sekali mengembangkan sebuah

entrepreneurial dan jaringan sosial dari informasi dan lainya. Menurut Staber

(4)

kepada sistem yang inovatif dari hubungan perjanjian, pengembangan produk, dan

aliansi antar organisasi.

Definisi entrepreneurial networking adalah segala hubungan yang

mendukung dalam pembentukan sebuah usaha baru sebagai bagian dari jaringan

(Dodd dan Patra, 2002:117). Dougherty dan Bowman (1995) menekankan

pentingnya networkingyang berasal dari hubungan individu. Inovasi memerlukan

sebuah networking yang rumit dari hubungan antar individu dan antar kelompok

disebut entrepreneurial networking. Sedangkan Hoang dan Antoncic (2003) dan

Slotted (2010) mengidentifikasikan bahwa sebuah unit usaha baru berhubungan

antara individu dan organisasi, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa

entrepreneurial networking adalah hubungan yang mengikat yang terbentuk antar

perseorangan dan antar organisasi yang diharapkan berperan sebagai pendukung

dalam memberikan informasi bagi pembentukan maupun pengoperasian sebuah

usaha.

2.1.2.1Dimensi Entrepreneurial Networking

a. Membangun hubungan personal (building personal relationship)

Yang digunakan untuk mengatasi kesulitan dan mencapai tujuan personal

maupun perusahaan (Taormina dan Kin lao, 2007). Membangun hubungan

yang baik antar individu maupun dengan organisasi sering dilihat sebagai

cara yang tepat untuk mencapai tujuan perusahaan (Neergard et al, 2005).

Hoang and Antoncic (2003) berpendapat bahwa yang terpenting dari

building personal relationship untuk proses kewirausahaan adalah

(5)

mengandalkan building personal relationship untuk informasi bisnis,

saran yang berhubungan dengan bisnis dan pemecahan masalah.

Selanjutnya, pelaku usaha mencoba untuk memperluas atau

mengembangkan bisnis dan meminimalisir resiko yang tidak terduga.

b. Memiliki perilaku yang baik (having a favorable attitude)

Memiliki perilaku yang baik terhadap entrepreneurial networking

diperlukan sebelum menggunakanya untuk tujuan dan kepentingan bisnis.

2.1.3 Kinerja Usaha

Setiap organisasi atau usaha yang dibentuk mempunyai tujuan yang harus

dicapai untuk keberlangsungan hidup. Dalam mencapai tujuan tersebut maka

usaha harus melalui proses yang meliputi aktivitas-aktivitas positif demi

tercapainya tujuan usaha yang diinginkan dimana kinerja usaha dalam organisasi

merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya langkah-langkah yang digunakan

untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Pengertian kinerja adalah sebagai ukuran kuantitatif dan kualitatif yang

menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah

ditetapkan oleh organisasi (Moeheriono, 2012:32). Gibson et al (dalam Julita,

2013:95) mengatakan bahwa kinerja merupakan serangkaian kegiatan manajemen

yang memberikan gambaran sejauh mana hasil yang sudah dicapai dalam

menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam bentuk akuntabilitas publik baik

berupa keberhasilan maupun kekurangan yang terjadi. Pencapaian hasil

serangkaian kegiatan yang dimaksud meliputi standar hasil kerja, target atau

(6)

Rue dan Byars (dalam Riyanti, 2003:25) juga mengatakan bahwa kinerja

dapat diartikan sebagai tingkat pencapaian hasil ataupun tujuan organisasi.

Sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja usaha merupakan serangkaian capaian

hasil kerja seorang pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan usahanya, baik

dalam pengembangan produktivitas dan dalam hal pemasaran, dalam konteks

wewenang dan tanggung jawabnya.

Gaskill dan Van Auken (1993) menyatakan kemudahan dalam berbisnis,

pembuat kebijakan dan keterkaitan lainstakeholders untuk melayani sektor usaha

kecil dan menengah mempengaruhi kinerja usaha. Kinerja adalah indikatoryang

paling utama untuk melihat kesuksesan dan ini terbukti secara nyata dan teoritis

(Man et al, 2002). Sedangkan Westhead dan Wright (1998) menyatakan bahwa

kinerja usaha kecil dan menengah dapat diukur justru melalui pertumbuhan pasar,

pertumbuhan pekerja, pertumbuhan keuntungan dan perubahan dalam hubungan

dengan kompetitor yang dapat menjelaskan kinerja usaha. Peningkatan

pendapatan, penerimaan penjualan dan pekerja juga adalah indikator dari kinerja

(Le Brasseur, 2003).

Menurut Lumpkin dan Dess (1996) kinerja usaha dapat dikatakan sebagai

sebuah bentuk yang umum digunakan untuk mengukur dampak dari sebuah

orientasi strategi perusahaan. Penurunan kinerja usaha tentu menjadi masalah dan

merupakan tantangan bagi orientasi strategi usaha untuk dapat terus

mempertahankan kinerja usaha dengan baik melalui satu orientasi strategi yang

(7)

2.1.3.1 Dimensi Kinerja Usaha

Dimensi dari kinerja usaha menurut Purnomo dan Lestari (2010) adalah sebagai berikut:

a. Kuantitatif

Adalah ukuran yang didasarkan pada data empiris dan hasil angka yang

mengkarakteristikkan kinerja dalam bentuk fisik atau bentuk lain. Dimensi

kuantitatif menjelaskan berupa:

1. capaian-capaian keuangan

2. produksi (jumlah barang terjual)

3. pemasaran (jumlah pelanggan)

4. jumlah tenaga kerja

5. Pertumbuhan dari jumlah pelanggan ataupun dari sektor lain di dalam

bisnis.

Menurut Wiklund (1999) melihat pertumbuhan terutama dipicu oleh

naiknya permintaan akan produk atau layanan yang ditawarkan oleh

perusahaan, yang berarti naiknya penjualan. Indikator untuk melihat kinerja

perusahaan dapat dilihat dari meningkatnya capaian-capaian pangsa pasar,

keuangan, produksi, jumlah tenaga kerja

b. Kualitatif

Adalah ukuran yang didasarkan pada penilaian pandangan persepsi

seseorang berdasarkan pengamatan dan penilaianya terhadap sesuatu. Ukuran

kinerja kualitatif berupa:

1. kedisiplinan

(8)

3. perilaku individual dalam organisasi

4. efektifitas

Dimensi Kualitatif menjadi penting karena fokus pada manusia itu sendiri

sebagai pelaku kegiatan akan menjadi sangat kuat.

2.1.4 Keunggulan Bersaing

Persaingan merupakan inti keberhasilan atau kegagalan bergantung pada

keberanian perusahaan untuk bersaing. Tanpa berani bersaing, tidak mungkin

keberhasilan diperoleh (Porter dalam Suryana, 2013:251). Strategi bersaing

dimaksudkan untuk mempertahankan tingkat keuntungan dan posisi yang tetap

unggul ketika menghadapi persaingan.

Konsep keunggulan bersaing (competitive advantage), menurut Porter

(dalam Yuni, 2011), tidak dapat dipahami dengan cara memandang sebuah

perusahaan sebagai suatu keseluruhan, tetapi harus dari asal keunggulan bersaing

itu yaitu berbagai aktivitas berlainan yang dilakukan oleh perusahaan dalam

mendesain, memproduksi, memasarkan, menyerahkan dan mendukung

produknya.

Keunggulan bersaing berkembang dari nilai yang mampu diciptakan oleh

perusahaan bagi langganan atau pembeli. Keunggulan bersaing menggambarkan

cara perusahaan memilih dan mengimplementasikan strategi generik (biaya

rendah, diferensiasi, dan faktor) untuk mencapai dan mempertahankan

keunggulan bersaing. Dengan kata lain, keunggulan bersaing menyangkut

bagaimana perusahaan benar-benar menerapkan strategi generiknya dalam

(9)

Konsep keunggulan bersaing (competitive advantage) menurut Day dan

Wensley (dalam Yuni, 2011) diartikan sebagai kompetisi yang berbeda dalam

keunggulan keahlian dan sumber daya. Secara luas menunjukkan apa yang diteliti

di pasar yaitu keunggulan posisional berdasarkan adanya customer value yang

unggul atau pencapaian biaya relatif yang lebihrendah dan menghasilkan pangsa

pasar dan kinerja yang menguntungkan.

Sementara itu Cravens (dalam Yuni, 2011) mengemukakan bahwa

keunggulan bersaing seharusnya dipandang sebagai suatu proses dinamis bukan

sekedar dilihat sebagai hasil akhir. Keunggulan bersaing memiliki tahapan proses

yang terdiri atas sumber keunggulan, keunggulan posisi dan prestasi hasil akhir

sertainvestasi laba untuk mempertahankan keunggulan dipertahankan dengan

berjuang sekuat tenaga untuk melakukan perbaikan secara terus menerus terhadap

nilai yang diberikan pada para pembeli dan atau mengurangi biaya dalam

menyediakan produk atau jasa.

D’Aveni (dalam Suryana, 2013:257) juga menyatakan keunggulan pada

dasarnya dinamis, dan tidak bisa dipertahankan. Persaingan hari ini dan masa

mendatang harus dipandang sebagai persaingan dengan dinamika tinggi bukan

suatu yang statis sehingga kita perlu melalui hal tersebut dengan beberapa

pemikiran strategi.

(10)

1. Strategi keunggulan biaya (cost leadership)

Strategi yang mengharuskan perusahaan menekan biaya produksi yang

paling rendah, sehingga dapat memberikan harga produk yang lebih

rendah dari pesaing.

2. Strategi diferensiasi (differentiation strategy)

Strategi ini berasal dari kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

produk yang unik dan dalam semua dimensi umum yang dapat

dihargai oleh konsumen. Diferensiasi dapat dilakukan dalam beberapa

bentuk selain produk seperti diferensiasi sistem penyerahan,

diferensiasi pendekatan pemasaran, diferensiasi peralatan, dan

lain-lain.

2.1.5 Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokkan UMKM berdasarkan

jumlah tenaga kerja. Usaha mikro memiliki 1-4 orang tenaga kerja, usaha kecil

memiliki 5-19 orang tenaga kerja, usaha menengah memiliki 20-99 orang tenaga

kerja dan bila mencapai 100 orang tenaga kerja atau lebih dikelompokkan sebagai

usaha besar (Wismiarsi,lsls 2008:6).

Sementara Kementrian Koperasi dan UKM mengelompokkan berdasarkan

nilai aset perusahaan yaitu bahwa usaha kecil adalah milik Warga Negara

Indonesia baik perorangan maupun berbadan hukum yang memiliki kekayaan

bersih sebanyak-banyaknya Rp. 200.000.000 dan mempunyai omzet atau nilai

output penjualan paling banyak Rp. 1.000.000.000 dan usaha tersebut berdiri

(11)

2.1.5.1Karakteristik Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Karakteristik yang melekat pada UMKM merupakan kelebihan dan

kekurangan UMKM itu sendiri. Beberapa kelebihan yang dimiliki UMKM adalah

sebagai berikut:

a. Daya Tahan

Motivasi pengusaha kecil sangat kuat dalam mepertahunkan kelangsungan

usahanya karena usaha tersebut merupakan satu-satunya sumper

penghasilan keluarga. Oleh karena itu pengusaha kecil sangat adaptif

dalam menghadapi perubahan situasi dalam lingkungan usaha.

b. Padat Karya

Pada umumnya UMKM yang ada di Indonesia merupakan usaha yang

bersifat padat karya. Dalam proses produksinya, usaha kecil lebih

memanfaatkan kemampuan tenaga kerja yang dimiliki dari pada

penggunaan mesin-mesin sebagai alat produksi.

c. Keahlian Khusus

UMKM di Indonesia banyak membuat produk sederhana yang

membutuhkan keahlian khusus namun tidak terlalu membutuhkan

pendidikan formal. Keahlian khusus tersebut biasanya dimiliki secara

turun-menurun. Selain itu, produk yang dihasilkan UMKM di Indonesia

mumpanyai kandungan teknologi yang sederhana dan murah.

d. Jenis Produk

Produk yang dihasilkan UMKM di Indonesia pada umumnya bernuansa

(12)

di masing-masing daerah. Contohnya seperti kerajinan tangan dari bambu

atau rotan, dan ukir-ukiran kayu.

e. Keterkaitan Dengan Sektor Pertanian

UMKM di Indonesia pada umumnya masih bersifat agricultural based

karena banyak komoditas pertanian yang dapat diolah dalam skali kecil

tanpa harus mengakibatkan biaya produksi yang tinggi.

f. Permodalan

Pada umumnya, pengusaha kecil menggatungkan diri pada uang

(tabungan) sendiri atau dana pinjaman dari sumber-sumber informal untuk

kebutuhan modal kerja (Tambungan, 2002:166). Kelemahan-kelemahan

UMKM tercermin pada kendala-kendala yang dihadapi oleh usaha

tersebut. Kendala yang umumnya dialami oleh UMKM adalah adanya

keterbatasan modal, kesulitan dalam pemasaran dan penyediaan bahan

baku, pengetahuan yang minim tentang dunia bisnis, keterbatasan

penguasaan teknologi, kualitas SDM (pendidikan formal) yang rendah,

manajemen keuangan yang belum baik, tidak adanya pembagian tugas

yang jelas serta sering mengandalkan anggoa keluarga sebagai pekerja

tidak dibayar (Tambunan,2002:169).

2.1.5.2Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Adapun kriteria UMKM menurut Kementrian Koperasi dan UKM

berdasarkan aset dan omset adalah sebagai berikut:

1. Usaha Mikro memiliki aset maksimal Rp. 50 juta dan omset maksimal

(13)

2. Usaha Kecil memiliki aset maksimal > Rp. 50 juta-Rp. 500 juta dan

omset maksimal > Rp. 300 juta-Rp. 2,5 Milyar per tahun.

3. Usaha Menengah memiliki aset maksimal > Rp. 500 juta- Rp. 10

Milyar dan omset maksimal > Rp 2,5 Milyar- Rp. 50 Milyar per tahun.

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama

Peneliti dan Tahun Mohebi dan

Sakineh Farzollahzade

(2014)

Improving Competitive Advantage and Business Performance of SMEs by Creating

Entrepreneurial Social

Competence

1. Entrepreneurial Social efek positif dan

signifikan dari kompetensi

sosial entreprenurial

pada jaringan bisnis dan keunggulan

competitve Tri Handayani

(2013)

Pengaruh Lingkungan Makro Terhadap Kinerja Usaha

1. Lingkungan Makro

2. Kinerja usaha

Analisis terhadap kinerja usaha

H, Mussthaq ahma dan

Shaziaa Naimat

(2011)

Networking and Women

Entrepreneur Beyond Pattriachal Tradition

1. Networking 2. Capability 3. Opportunity 4. Participation

Analisis Statistik

(14)

Lanjutan Tabel 2.1 Nama

Peneliti dan Tahun

Kim Klyver dan Sharon Grant (2010)

Gender Differences in Entrepreneurial Networking and Participation

1. Entrepreneuri al Networking 2. Entrepreneuri adalah ramalan dari Self Efficacy, dan Locus of Control Terhadap

Persepsi Kinerja Usaha Skala Kecil dan Menengah

1. Kepribadian 2. Self Efficacy 3. Locus of dan self-efficacy memiliki

pengaruh positif dan signifikan pada kinerja UMKM

Dwi Rajibianto

(2010)

Pengaruh Modal Sosial Untuk

Penguatan Industri Kecil Genteng Soka di Desa

Modal sosial Kualitatif Modal sosial yang diterapkan oleh para pengrajin genteng soka di Desa

(15)

Lanjutan Tabel 2.1 Nama

Peneliti dan Tahun Eksternal dan Lingkungan Kinerja Usaha

1. Lingkungan Eksternal 2. Lingkungan

Internal 3. Orientasi

Kewirausahaan 4. Kinerja Usaha

Analisis regresi dan

analisis dan lingkungan internal

memiliki pengaruh positif terhadap orientasi

wirausaha Rj Taormina

dan Kin Mei Personality and Environmental Influence

1. Social Networking 2. Optimism

3. Achievment

Striving 4. Perceived

importance of a favorable business environment 5. Demographic 6. Motivation to start business

Analisis pengusaha dan lingkungan bisnis

mempengaruhi kesuksesan usaha

Kevin Hindle dan Kim Klyver (2006)

Exploring The RelationShip Between Media Coverage and Participation in Entrepreneurshi p: Initial Global Evidence and Research Implication

1. Networking

2. Alertness

7. Opportunity

search activity

Sejumlah orang yang

mempunyai keahlian dan pengetahuan untuk memulai segala bisnis berhubungan secara signifikan dengan seluruh variable

(16)

Lanjutan Tabel 2.1 Nama

Peneliti dan Tahun

MM Crossan, Lande Hw, From Intuition to Institution

1. Intuiting 2. Interpreting 3. Integrating 4. Instutionalizing

Kualitatif Mengidentifikas i perusahaan secara keseluruhan yang mendasari hubungan fenomena dan pembelajaran organisasi yang penting dari pertengahan proses hingga akhir

Kimio Kase dan James Yan Shu Liu

(1996)

Entrepreneurial Networking in Japan manajemen dan keahlian

tekhnikal, entrepreneurial networking adalah akar dari kekuatan bersaing di perusahaan multinational Jepang

2.3 Kerangka Konseptual

Kinerja usaha adalah ukuran keberhasilan dalam pembuatan strategi

pendayagunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan ataupun UMKM secara

efektif dan efisien demi keberlanjutan usaha (Wulandari, 2009). Pelham dan

Wilson dalam Prakoso (2005) mendefinisikan kinerja sebagai sukses produk baru

(17)

penjualan dan porsi pasar. Kinerja akan menghasilkan nilai tambah baik bagi

usaha maupun pelaku usaha sebagai pemilik.

Sementara itu Entrepreneurial networking berkontribusi untuk tujuan

entrepreneurial pelaku usaha maka entrepreneurial networking menjadi modal

sosial mereka. Hubungan ini mungkin berhasil memperluas jaringan profesional

melingkupi teman, kolega, dan lain-lain (Burt, 1992). Menurut Grave dan Salaff

(2003), jaringan mempunyai beberapa manfaat untuk para pelaku usaha. Manfaat

pertama ialah seberapa besar jaringan. Pelaku usaha dapat memperluas jaringan

utnuk mendapatkan informasi penting sebaik-baiknya. Hal tersebut membantu

untuk pengembangan bisnis di masa yang akan datang. Dengan menerapkan

jaringan sosial, peneliti telah menunjukkan secara empiris bahwa beberapa posisi

jaringan seperti keragaman hubungan, proporsi ikatan yang kuat atau lemah

memberikan perusahaan akses menguntungkan untuk sumber daya jaringan, yang

mempengaruhi kinerja perusahaan (Zaheer dan Bell, 2005).

Keunggulan bersaing adalah hasil dari nilai yang diciptakan oleh

perusahaan bagi pelanggan. Pelanggan akan membayar biaya nilai ini atau

manfaat dan nilai superior disebabkan oleh pengaturan harga lebih rendah dari

harga pesaing menurut Porter (dalam Mohebi dan Sakineh, 2014). Respatya

(dalam Mohebi dan Sakineh, 2014) menyatakan bahwa konsep keunggulan

bersaing harus dipertimbangkan oleh perusahaan atau organisasi yang

menghasilkan barang dan jasa untuk kelangsungan hidup dan keuntungan. Suyati

(18)

signifikan terhadap keunggulan bersaing. Jejaring ini merupakan salah satu cara

agar pelaku usaha bisa bertahan dalam melaksanakan usaha berkelanjutan.

Keunggulan bersaing diharapkan juga dapat membawa dampak bagi

kinerja usaha. Tentunya dampak tersebut dapat memberikan kemudahan pada

pelaku usaha untuk kelanjutan usahanya dalam menghadapi persaingan. Hal itu

diperkuat oleh Day dan Wensley dalam Yuni (2011) yang menyatakan

keunggulan bersaing dapat diperkirakan menghasilkan kinerja pasar yang unggul

dan kinerja finansial (laba pada investasi, penciptaan kesejahteraan pemegang

saham/dividen).

Pada uraian diatas dapat disimpulkan bahwa entrepreneurial networking

yang dijalankan pelaku usaha mempengaruhi keunggulan bersaing dan kinerja

usaha pada UMKM. Dengan demikian masing-masing variabel memiliki

pengaruh pada kinerja usaha. Kerangka konseptual yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Entrepreneurial

Networking

Keunggulan Bersaing

(19)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah

diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang di kemukakan oleh peneliti adalah :

1. Entrepreneurial networking berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja usaha UMKM yang bergerak di bidang kuliner diKecamatan

Medan Helvetia dan Kecamatan Sunggal Kota Medan.

2. Entrepreneurial networking melalui keunggulan bersaing berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja usaha UMKM yang bergerak di

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang penulis lakukan berbeda dengan penelitian Mudiarta yang melihat bagaimana kegagalan pengembangan agribisnis juga diyakini merupakan akibat ketidakmerataan sumber

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari peprofilan kriminal pelaku eksploitasi seksual pada anak dapat dilakukan melalui 4 (empat) korbannya, dimana subjek

Universitas Negeri

Untuk mengatasi hal demikian, John Locke mempostulatkan bahwa untuk menghindari konflik kepentingan yang demikian atau ketidakpastian hidup atas hak-hak tersebut di

Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiata jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, penyimpan, mengolah

PELAKSANAAN PEMBANGUN AN KARAKTER DAN POTENSI PARIWISATA Percepatan Pembangun an Akses Transportas i Percepatan Pembangun an Akses Informasi dan Komunikasi Peningkata n

DANA ALOKASI KHUSUS PULAU JAWA, BALI, DAN NUSA TENGGARA BIDANG PU & PERA TAHUN ANGGARAN 2015. (Dalam

IULHQGO\ ZHEVLWH LQL PHPEHULNDQ LQIRUPDVL \DQJ DNXUDW PHQJHQDL SURILO EDQG /LTXLG )UHHGRP PXODL GDUL ELRGDWD SHUVRQLO VHMDUDK EDQG IRWR IRWR WHNV ODJX SHQFDULDQ ODJX