• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Ekspresi Imunohistokimia Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dan Tumor-infiltrating lymphocytes (TILs) dengan Tipe Histopatologi dan Stadium Klinis Karsinoma Nasofaring Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Ekspresi Imunohistokimia Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dan Tumor-infiltrating lymphocytes (TILs) dengan Tipe Histopatologi dan Stadium Klinis Karsinoma Nasofaring Chapter III V"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, yang bertujuan untuk menganalisis hubungan ekspresi imunohistokimia Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dan Tumor-infiltrating lymphocytes (TILs) dengan tipe histopatologi dan stadium klinis karsinoma nasofaring.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran USU/RSUP Haji Adam Malik Medan.

3.2.2. Waktu Penelitian

(2)

3.3. Subjek Penelitian 3.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah sediaan blok parafin yang berasal dari jaringan nasofaring yang didiagnosis sebagai karsinoma nasofaring di Departemen Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran USU/RSUP Haji Adam Malik Medan.

3.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah sediaan blok parafin yang berasal dari jaringan nasofaring yang didiagnosis sebagai karsinoma nasofaring di Departemen Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran USU/RSUP Haji Adam Malik Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

3.3.3. Besar sampel

Besar sampel pada penelitian ini dihitung dengan melihat proporsi yang digunakan berdasarkan hasil penelitan sebelumnya oleh Li et al., di mana dijumpai over ekspresi VEGF pada 57% kasus karsinoma nasofaring stadium lanjut. Tingkat kemaknaan yang digunakan pada penelitian ini adalah 0,05 dengan interval kepercayaan 95%. Dari tabel diperoleh nilai Zα = 1,96

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus :

Berdasarkan rumus di atas, diperoleh jumlah sampel: Keterangan :

 n = jumlah sampel

 p = proporsi penelitian

 q = 100% - p

(3)

 Besar sampel pada penelitian ini sebanyak 42 sampel

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah semua blok parafin yang berasal dari jaringan nasofaring yang didiagnosis sebagai karsinoma nasofaring, dalam hal ini meliputi tipe histopatologi Nonkeratinizing carcinoma (differentiated dan undifferentiated subtype), Keratinizing squamous cell carcinoma, dan Basaloid squamous cell carcinoma, yang mencantumkan stadium klinis dalam rekam medik.

3.4.2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

 Sediaan blok parafin dengan jaringan yang minimal sehingga tidak dapat dilakukan pewarnaan imunohistokimia VEGF.

(4)

3.5. Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini adalah :

a. Variabel tergantung (dependent) adalah ekspresi imunohistokimia VEGF dan TILs

(5)

3.6. Kerangka Operasional

Data rekam medik yang berasal dari jaringan nasofaring yang didiagnosis secara histopatologi sebagai karsinoma nasofaring di Departemen Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran USU/RSUP

Haji Adam Malik Medan yang sesuai dengan kriteria inklusi

Slaid dan blok parafin karsinoma nasofaring yang representatif

Ekspresi imunohistokimia VEGF dan TILs berdasarkan tipe histopatologi dan stadium klinis

karsinoma nasofaring Review slaid oleh peneliti didampingi

pembimbing

Tipe histopatologi karsinoma nasofaring dan TILs

Pemotongan ulang blok parafin

(6)

3.7. Definisi Operasional

 Tipe histopatologi karsinoma nasofaring yaitu: Keratinizing squamous cell carcinoma, Nonkeratinizing carcinoma (differentiated dan undifferentiated subtype), dan Basaloid squamous cell carcinoma

 Stadium klinis karsinoma nasofaring pada penelitian ini terdiri dari: a. Stadium dini : mencakup stadium 0, I, IIA dan IIB

b. Stadium lanjut : mencakup stadium III, IVA, IVB dan IVC

Tumor-infiltrating lymphocytes (TILs) sering ditemukan pada tumor, yang

mencerminkan respon imun terhadap tumor. Pada penelitian ini yang dinilai adalah TILs yang terdapat pada stroma (stromal TILs). Penilaiannya dibagi berdasarkan tiga kelompok, yaitu:

a. Low: jika didapatkan infiltrasi limfosit pada stroma sebanyak 0-10% b. Intermediate: jika didapatkan infiltrasi limfosit pada stroma sebanyak

20-40%

c. High: jika didapatkan infiltrasi limfosit pada stroma sebanyak 50-90% Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) merupakan suatu mitogen yang

sangat spesifik untuk sel endotel pembuluh darah. Pemeriksaan imunohistokimia VEGF (concentrated monoclonal antibody, rabbit monoclonal, 1:50, Biocare Medical), dengan menggunakan kontrol:

(7)

o Negatif, menggunakan jaringan nasofaring dengan antibodi primer yang digantikan dengan serum normal

Penilaian hasil pulasan imunohistokimia VEGF menurut Li et al. dinilai berdasarkan tertampilnya warna coklat pada membran dan/atau sitoplasma sel pada 10 lapangan pandang besar. Penilaian hasil pewarnaan berdasarkan persentase sel yang menampilkan warna coklat yang dikategorikan sebagai:

a. (-) = <10% sel yang menampilkan warna coklat b. (+) = 11-20% sel yang menampilkan warna coklat c. (++) = 21-50% sel yang menampilkan warna coklat d. (+++) = >50% sel yang menampilkan warna coklat

Pada penelitian ini, peneliti menilai hasil pulasan imunohistokimia VEGF berdasarkan tertampilnya warna coklat pada membran dan/atau sitoplasma sel pada 10 lapangan besar, yaitu:

a. Negatif bila tidak ada sel tumor terwarnai b. Ekspresi lemah bila < 10% sel tumor terwarnai c. Ekspresi kuat bila > 10% sel tumor terwarnai

3.8. Alat dan Bahan 3.8.1. Alat

(8)

mikro, timbangan digital, stopwatch, gelas beker, aliquet, microtube, portex, kaca penutup, dan mikroskop cahaya.

3.8.2. Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :

 Blok parafin yang berasal dari jaringan nasofaring yang didiagnosis secara histopatologi sebagai karsinoma nasofaring dengan pewarnaan hematoxilin-eosin

 Pulasan imunohistokimia menggunakan metode indirect. Antibodi primer yang digunakan adalah Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) concentrated monoclonal antibody, rabbit monoclonal, Biocare Medical dengan pengenceran 1 : 50

Xylol.

 EZ-mount xylene base

Ethanol absolute, 96%, 80%, 70%.

Endogen peroksida 0,5%.

 Larutan TBS (Tris Buffered Saline) pH 7,4.  Tissue PrimerTM.

 Poly Vue PlusTM Enchanter.  Poly Vue PlusTM HRP.

Pap pen.

Liquid DAB + substrat buffer chromogen solution dengan pengenceran 20 μl

(9)

 Larutan Counterstain Haematoxylin Mayer

 Slaid kontrol positif dan negatif untuk imunohistokimia VEGF

3.9. Cara Kerja

Cara kerja pada penelitian ini:

1. Mengumpulkan slaid dan blok parafin jaringan nasofaring yang didiagnosis sebagai karsinoma nasofaring yang memenuhi kriteria inklusi.

2. Slaid direview oleh peneliti didampingi pembimbing kemudian ditentukan tipe histopatologinya dan menilai TILs.

3. TILs dinilai dengan cara: - Memilih daerah tumor - Menentukan daerah stroma

- Menentukan tipe dari sel-sel radang - Menentukan persentase dari stromal TILs

4. Setelah itu dilakukan pemotongan ulang blok parafin dan dilakukan pewarnaan imunohistokimia VEGF, kemudian ditentukan ekspresi VEGF. 5. Hasil evaluasi dicatat, kemudian dianalisa secara statistik untuk melihat

hubungan ekspresi imunohistokimia VEGF dan TILs dengan tipe histopatologi dan stadium klinis karsinoma nasofaring.

3.9.1. Pembuatan Sediaan Mikroskopis

(10)

 Blok parafin yang telah dikumpulkan, disimpan dalam pendingin/freezer

sampai cukup dingin, kemudian dipotong tipis dengan mikrotom dengan

ketebalan 4 μm, setiap blok parafin dipotong ulang 1 kali untuk pewarnaan

VEGF.

 Sampel blok parafin yang sudah dipotong ditempelkan pada object glass.

 Keringkan dan panaskan di atas hot plate. Disimpan dalam inkubator 38oC

sampai 40o C satu malam agar lebih kuat melekat.

3.9.2. Prosedur Pewarnaan Hematoxilin-Eosin di Departemen Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran USU/RSUP Haji Adam Malik Medan

 Blok parafin dipotong setebal 2-4 μm dengan mikrotom. Potongan

dimasukkan ke dalam waterbath dan diletakkan di atas object glass yang telah

diolesi gliserin.

 Deparafinisasi memakai xylol 1,2 dan 3 masing-masing selama 5 menit.

 Rehidrasi dengan alkohol 96%, 80% dan 50% masing-masing selama 5 menit.

 Cuci dengan air mengalir selama 1-2 menit.

 Rendam dalam zat warna hematoxilin selama 5 menit.

 Cuci dengan air mengalir selama 1-2 menit.

 Celupkan ke dalam larutan acid alcohol 1%.

 Cuci dengan air mengalir.

 Dehidrasi dengan alkohol 80%, 90% dan alkohol absolut masing-masing

(11)

 Masukkan ke dalam larutan eosin 1% selama 1 menit.

 Masukkan ke dalam larutan alkohol 96%, absolut 2 kali masing-masing

selama 1 menit dan dikeringkan.

 Masukkan ke dalam larutan xylol 1,2 dan 3 masing-masing selama 1 menit.

 Tutup dengan deck glass dan EZ-mount xylene base.

3.9.3. Protokol Pulasan Imunohistokimia VEGF di Departemen Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran USU/RSUP Haji Adam Malik Medan

1. Deparafinisasi coated microscope slide (xylol 1, xylol 2, xylol 3) masing-masing selama 5 menit.

2. Rehidrasi (alkohol absolut, alkohol 96%, 80%,70%) masing-masing selama 5 menit.

3. Cuci dengan air mengalir selama 5 menit.

4. Masukkan slaid ke dalam PT Link Dako Epitope Retrieval : set up Preheat 650 C selama ± 1 jam, Running time 980C selama 15 menit.

5. Pap pen.

6. Rendam dengan Tris Buffered Saline (TBS) pH 7,4/Tween 20 selama 15 menit.

7. Blocking dengan Tissue PrimerTM selama 5-10 menit.

(12)

10.Inkubasi dengan antibodi primer (VEGF) dengan pengenceran 1 : 50 selama 1 jam.

11.Cuci dalam Tris Buffered Saline (TBS) pH 7,4 / Tween 20 selama 5 menit. 12.Inkubasi dengan PolyVueTM Enchanter selama 10 menit.

13.Inkubasi dengan PolyVueTM HRP selama 10 menit.

14.Cuci dalam Tris Buffered Saline (TBS) pH 7,4 / Tween 20 selama 5-10 menit. 15.DAB + Substrat Chromogen solution dengan pengenceran 20µ L DAB : 1000

µ L substrat selama 5 menit.

16.Cuci dengan air mengalir selama 10 menit.

17.Counterstain dengan Hematoxilin selama 10 menit. 18.Cuci dengan air mengalir selama 5 menit.

19.Lithium carbonat (5% dalam aqua) selama 2 menit. 20.Cuci dengan air mengalir selama 5 menit.

21.Dehidrasi (alkohol 80%, 96%, absolut) masing-masing selama 5 menit. 22.Clearing (xylol 1, 2 dan 3) masing-masing selama 5 menit.

23.Tutup dengan enteline dan deck glass.

3.10. Analisa Data

(13)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap 42 sampel karsinoma nasofaring yang bertujuan untuk menganalisis hubungan ekspresi imunohistokimia Vascular Endothelial Frowth Factor (VEGF) dan Tumor-infiltrating lymphocytes (TILs) dengan tipe histopatologi dan stadium klinis karsinoma nasofaring. Berikut ini adalah hasil penelitian yang diperoleh.

4.1.1. Distribusi kasus karsinoma nasofaring berdasarkan usia penderita

(14)

Tabel 4.1. Distribusi kasus karsinoma nasofaring berdasarkan usia penderita Usia penderita (tahun) Jumlah (n) Persentase (%)

18-26

4.1.2. Distribusi kasus karsinoma nasofaring berdasarkan jenis kelamin penderita

(15)

Tabel 4.2. Distribusi kasus karsinoma nasofaring berdasarkan jenis kelamin penderita

Jenis kelamin Jumlah (n) Persentase (%)

Laki-laki

4.1.3. Distribusi kasus karsinoma nasofaring berdasarkan stadium klinis Pada penelitian ini, diketahui bahwa karsinoma nasofaring terbanyak dijumpai pada stadium lanjut, yaitu sebanyak 28 kasus (66,7%), dan selebihnya pada stadium dini sebanyak 14 kasus (33,3%). Distribusi kasus karsinoma nasofaring berdasarkan stadium klinis dapat dilihat pada Tabel 4.3:

Tabel 4.3. Distribusi kasus karsinoma nasofaring berdasarkan stadium klinis

Stadium klinis Jumlah (n) Persentase (%)

Stadium dini

(16)

Pada penelitian ini, diketahui bahwa tipe histopatologi karsinoma nasofaring terbanyak adalah tipe NKSCC (undifferentiated subtype), yaitu sebanyak 23 kasus (54,8%), diikuti dengan NKSCC (differentiated type) sebanyak 16 kasus (38,1%), dan yang paling sedikit adalah tipe KSCC yaitu sebanyak 3 kasus (7,1%). Distribusi kasus karsinoma nasofaring berdasarkan tipe histopatologi dapat dilihat pada Tabel 4.4: Tabel 4.4. Distribusi kasus karsinoma nasofaring berdasarkan tipe histopatologi

Stadium klinis Jumlah (n) Persentase (%)

KSCC

4.1.5. Distribusi kasus karsinoma nasofaring berdasarkan Tumor-infiltrating lymphocytes (TILs)

(17)

Tabel 4.5. Distribusi kasus karsinoma nasofaring berdasarkan Tumor-infiltrating lymphocytes (TILs)

TILs Jumlah (n) Persentase (%)

Low

Intermediate

High

9 14 19

21,4 33,3 45,3

Jumlah 42 100

4.1.5. Distribusi kasus karsinoma nasofaring berdasarkan ekspresi imunohistokimia Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF)

(18)

Tabel 4.6. Distribusi kasus karsinoma nasofaring berdasarkan ekspresi imunohistokimia Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF)

VEGF Jumlah (n) Persentase (%)

4.1.7. Tabulasi silang hubungan antara ekspresi imunohistokimia Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dengan tipe histopatologi karsinoma nasofaring

(19)

VEGF tertampil negatif (43,5%), 10 kasus tertampil ekspresi lemah (43,5%), 3 kasus tertampil ekspresi kuat (13,0%).

Pada penelitian ini, setelah dilakukan uji statistik Kruskal-Wallis untuk menguji hubungan antara ekspresi imunohistokimia VEGF dengan tipe histopatologi karsinoma nasofaring, diperoleh p-value = 0,501 (p>0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara ekspresi imunohistokimia VEGF dengan tipe histopatologi karsinoma nasofaring. Tabulasi silang hubungan antara ekspresi imunohistokimia VEGF dengan tipe histopatologi karsinoma nasofaring dapat dilihat pada Tabel 4.7:

Tabel 4.1.7. Tabulasi silang hubungan antara ekspresi imunohistokimia VEGF dengan tipe histopatologi karsinoma nasofaring

(20)

4.1.8. Tabulasi silang hubungan antara ekspresi imunohistokimia Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dengan stadium klinis karsinoma nasofaring Pada penelitian ini setelah dilakukan tabulasi silang hubungan antara ekspresi imunohistokimia VEGF dengan stadium klinis karsinoma nasofaring diperoleh hasil yakni, pada stadium dini terdapat 7 kasus ekspresi VEGF tertampil negatif (50,0%), 5 kasus tertampil ekspresi lemah (31,7%), 2 kasus tertampil ekspresi kuat (14,3%); pada stadium lanjut terdapat 11 kasus ekspresi VEGF tertampil negatif (39,3%), 11 kasus tertampil ekspresi lemah (39,3%), 6 kasus tertampil ekspresi kuat (21,4%).

Pada penelitian ini, setelah dilakukan uji statistik Kruskal-Wallis untuk menguji hubungan antara ekspresi imunohistokimia VEGF dengan stadium klinis karsinoma nasofaring, diperoleh p-value = 0,772 (p>0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara ekspresi imunohistokimia VEGF dengan stadium klinis karsinoma nasofaring. Tabulasi silang hubungan antara ekspresi imunohistokimia VEGF dengan stadium klinis karsinoma nasofaring dapat dilihat pada Tabel 4.8:

(21)

Negatif 7 38,9 11 61,1

0,772

Ekpresi lemah 5 31,3 11 61,7

Ekspresi kuat 2 25,0 6 75,0

* Uji Kruskal-Wallis

4.1.9. Tabulasi silang hubungan antara Tumor-infiltrating lymphocytes (TILs) dengan tipe histopatologi karsinoma nasofaring

Pada penelitian ini, setelah dilakukan tabulasi silang hubungan antara TILs dengan tipe histopatologi karsinoma nasofaring diperoleh hasil yakni, pada KSCC terdapat 1 kasus low TILs (33,3%), tidak ditemukan kasus intermediate TILs (0%), dan 2 kasus high TILs (66,7%); pada NKSCC (differentiated subtype) terdapat 3 kasus low TILs (18,8%), 6 kasus intermediate TILs (37,5%), dan 7 kasus high TILs (43,7%); pada NKSCC (undifferentiated subtype) terdapat 5 kasus low TILs (21,7%), 8 kasus intermediate TILs (34,8%), dan 10 kasus high TILs (48,5%).

Pada penelitian ini, setelah dilakukan uji statistik Kruskal-Wallis untuk menguji hubungan antara TILs dengan tipe histopatologi karsinoma nasofaring, diperoleh p-value = 0,884 (p>0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara TILs dengan tipe histopatologi karsinoma nasofaring. Tabulasi silang hubungan antara TILs dengan tipe histopatologi karsinoma nasofaring dapat dilihat pada Tabel 4.9:

(22)

TILs

4.1.10. Tabulasi silang hubungan antara Tumor-infiltrating lymphocytes (TILs) dengan stadium klinis karsinoma nasofaring

Pada penelitian ini, setelah dilakukan tabulasi silang hubungan antara TILs dengan stadium klinis karsinoma nasofaring diperoleh hasil yakni, pada stadium dini terdapat 3 kasus low TILs (21,4%), 4 kasus intermediate TILs (28,6%), dan 7 kasus high TILs (50,0%); pada stadium lanjut terdapat 6 kasus low TILs (21,4%), 10 kasus intermediate TILs (35,7%), dan 12 kasus high TILs (42,9%).

(23)

Tabel 4.10. Tabulasi silang hubungan antara Tumor-infiltrating lymphocytes (TILs)dengan stadium klinis karsinoma nasofaring

TILs

4.1.11. Tabulasi silang hubungan antara Tumor-infiltrating lymphocytes (TILs) dengan ekspresi Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) pada karsinoma nasofaring

(24)

Pada penelitian ini, setelah dilakukan uji statistik Kruskal-Wallis untuk menguji hubungan antara TILs dengan eskspresi imunohistokimia VEGF pada karsinoma nasofaring, diperoleh p-value = 0,609 (p>0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara TILs dengan ekspresi imunohistokimia VEGF pada karsinoma nasofaring. Tabulasi silang hubungan antara TILs dengan ekspresi imunohistokimia VEGF pada karsinoma nasofaring dapat dilihat pada Tabel 4.11:

Tabel 4.11. Tabulasi silang distribusi Tumor-infiltrating lymphocytes (TILs) berdasarkan ekspresi imunohistokimia Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) pada karsinoma nasofaring

TILs

VEGF

Negatif Ekspresi lemah Ekspresi kuat p-value*

n % n % n %

Low 3 33,3 4 44,4 2 22,3

Intermediate 7 50,0 6 42,9 1 7,1 0,609

High 8 42,1 6 31,6 5 26,3

(25)

4.2. Pembahasan

Pada penelitian ini penderita karsinoma nasofaring yang tercatat dalam rekam medik Departemen Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran USU/RSUP Haji Adam Malik Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebanyak 42 sampel. Pada tabel 4.1 diketahui bahwa usia penderita karsinoma nasofaring terbanyak pada kelompok usia 45-53 tahun, yaitu sebanyak 13 kasus (31,0%), dan hanya dijumpai 1 kasus (2,4%) pada kelompok usia 72-80 tahun. Usia rata-rata penderita tumor nasofaring yaitu 48,8 tahun, dengan simpangan baku 12,7 tahun. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa prevalensi karsinoma nasofaring antara usia 40-50 tahun. Penelitian Munir juga menemukan usia rata-rata penderita karsinoma nasofaring adalah 48,8 tahun.Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Li et al. menyebutkan bahwa dari 188 kasus karsinoma nasofaring yang diteliti, 95 kasus (50,5%) dijumpai pada usia < 46 tahun, dan sebanyak 93 kasus (49,5%) dijumpai pada usia ≥ 46 tahun. Kecenderungan penderita karsinoma nasofaring terjadi pada usia yang lebih tua mungkin berhubungan dengan sistem imunitas yang menurun pada usia tersebut, sehingga baik antigen EBV sebagai penyebab maupun antigen tumor sendiri tidak dapat dieliminasi secara baik oleh sistem imun tubuh.9,15

(26)

dan selebihnya sebanyak 41 kasus (21,8%) dijumpai pada perempuan. Tingginya insidensi pada laki-laki mungkin disebabkan perbedaan gaya hidup serta pekerjaan yang menyebabkan laki-laki lebih sering kontak dengan karsinogen penyebab karsinoma nasofaring. Merokok, paparan uap, asap debu, gas kimia dan formaldehid juga dapat meningkatkan risiko terjadinya karsinoma nasofaring.9,35

Pada penelitian ini, peneliti mendefinisikan kasus-kasus stadium 0, I, IIA dan IIB sebagai stadium dini, dan stadium III, IVA, IVB dan IVC sebagai stadium lanjut. Pada tabel 4.3 diketahui bahwa karsinoma nasofaring terbanyak dijumpai pada stadium lanjut, yaitu sebanyak 28 kasus (66,7%), dan selebihnya pada stadium awal sebanyak 14 kasus (33,3%). Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Li et al. yang menyebutkan bahwa dari 188 kasus karsinoma nasofaring yang diteliti, 146 kasus di antaranya (77,6%) adalah stadium III dan IV (stadium lanjut), dan selebihnya sebanyak 42 kasus (22,4%) adalah stadium I dan II (stadium dini). Karsinoma nasofaring sulit untuk didiagnosis pada stadium dini, kemungkinan karena nasofaring sulit untuk diperiksa karena letaknya tersembunyi di belakang rongga hidung dan gejala karsinoma nasofaring mirip dengan penyakit lain yang lebih umum sehingga pasien tidak datang berobat. Biasanya pasien baru datang berobat bila gejala telah mengganggu dan tumor tersebut telah mengadakan infiltrasi serta bermetastasis ke KGB leher, yang merupakan stadium lanjut dan biasanya dengan prognosis yang jelek.5,9

(27)

ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa tipe yang paling umum dijumpai pada karsinoma nasofaring adalah subtipe Nonkeratinizing carcinoma undifferentiated subtype. Subtipe ini dijumpai sekitar 92 % dari seluruh karsinoma nasofaring di Hongkong, sekitar 42% di Singapura, dan 76% di Tunisia. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Li et al. dari 188 kasus karsinoma nasofaring yang diteliti, 124 kasus (55,0%) di antaranya adalah tipe II (Nonkeratinizing carcinoma).1,9 Pada penelitian ini, peneliti menilai Tumor-infiltrating lymphocytes (TILs) dengan melihat infiltrasi sel-sel radang limfosit pada stroma (stromal TILs). Pada tabel 4.5 diketahui bahwa low TILs terdapat pada 9 kasus karsinoma nasofaring (21,4%), intermediate TILs 14 kasus (33,3%), high TILs 19 kasus (45,3%). Belum ditemukan literatur yang menilai TILs dengan pewarnaan Hematoxylin-Eosin pada karsinoma nasofaring, sehingga peneliti tidak dapat membandingkan hasil penelitian ini dengan literatur.

(28)

Pada Tabel 4.7, setelah dilakukan uji statistik Kruskal-Wallis untuk menguji hubungan antara ekspresi imunohistokimia VEGF dengan tipe histopatologi karsinoma nasofaring, diperoleh p-value = 0,501 (p>0,05), hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara ekspresi imunohistokimia VEGF dengan tipe histopatologi karsinoma nasofaring, hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Li et al. dan Harahap. Pada Tabel 4.8 setelah dilakukan uji statistik Kruskal-Wallis untuk menguji hubungan antara ekspresi imunohistokimia VEGF dengan stadium klinis karsinoma nasofaring, diperoleh p-value = 0,772 (p>0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara ekspresi imunohistokimia VEGF dengan stadium klinis karsinoma nasofaring, hal ini sesuai dengan penelitain Li et al. dan Harahap. Hal ini mungkin disebabkan karena sitokin lebih teraktivasi pada stadium dini sehingga ekspresi imunohistokimia VEGF tertampil dengan ekspresi kuat, sedangkan pada stadium lanjut, sitokin kurang teraktivasi sehingga ekspresi imunohistokimia VEGF menjadi tertampil dengan ekspresi lemah.9,35

(29)

mereka TILs tidak bisa mendefinisikan subtipe tumor tertentu, tetapi dapat digunakan untuk mengenali lymphocyte-rich tumors.10,12

(30)

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Setelah dilakukan penelitian terhadap 42 sampel karsinoma nasofaring yang bertujuan untuk melihat hubungan ekspresi imunohistokimia Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dan Tumor-infiltrating lymphocytes (TILs) dengan tipe histopatologi dan stadium klinis karsinoma nasofaring di Departemen Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran USU/RSUP Haji Adam Malik Medan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam penelitian ini setelah dilakukan uji statistik Kruskal-Wallis didapati tidak ada hubungan yang bermakna antara ekspresi imunohistokimia Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dengan tipe histopatologi dan stadium klinis karsinoma nasofaring.

2. Dalam penelitian ini setelah dilakukan uji statistik Kruskal-Wallis didapati tidak ada hubungan yang bermakna antara Tumor-infiltrating lymphocytes (TILs) dengan tipe histopatologi dan stadium klinis karsinoma nasofaring.

(31)

5.2. Saran

Gambar

Tabel 4.1. Distribusi kasus karsinoma nasofaring berdasarkan usia penderita
Tabel 4.2. Distribusi kasus karsinoma nasofaring berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.4. Distribusi kasus karsinoma nasofaring berdasarkan tipe histopatologi
Tabel 4.5. Distribusi kasus karsinoma nasofaring berdasarkan Tumor-
+5

Referensi

Dokumen terkait

1. Evaluasi kebijakan pemilihan Kepala Desa berbasis electronic Voting Menunjukkan 6 indikator yaitu: 1) Efektifitas, Dalam pemilihan kepala desa menggunakan

Diperoleh hasil penelitian (1) bentuk graf kompatibel dari hasil pemodelan arus lalu lintas di persimpangan jalan simpang tiga jalan Majapahit-Supriyadi Kota Semarang , (2)

7 10.1 Hal ini merupakan temuan audit sebelumnya yang belum dapat ditutup sepenuhnya, dimana perusahaan belum memiliki Dokumen SIA terbaru sebagai perbaikan

Pengembangan Sistem Informasi Karya Ilmiah Mahasiswa Berbasis Web di Perpustakaan Universitas Pendidikan Ganesha, Jurnal Sains dan Teknologi Vol.. Perancangan dan

“You know, somebody else might’ve said, ‘Fee, I’m concerned about you, and I don’t want to take any chances with your safety so I’m going to be here for you.’”.. He

Sementara itu, China sendiri juga sangat tergantung dengan Asia Pasifik dari segi keamanan, stabilitas dan pengembangan perekonomian, maka China dan Asia

Penelitian ini berjudul “Adopsi IFRS dan Relevansi Nilai Informasi Akuntansi ”. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kualitas informasi akuntansi pada

______ murid dapat mencapai objektif yang ditetapkan dan ______ murid yang tidak mencapai objektif akan diberi bimbingan khas dalam sesi akan datang.