BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA)
2010 adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua – duanya.(1) Diabetes Melitus (DM) merupakan masalah
kesehatan yang berkembang sangat pesat di seluruh dunia. Tingkat
prevalensi DM sangat tinggi dan meningkat dari tahun ke tahun. Dengan
bertambahnya prevalensi DM maka komplikasi dari DM juga meningkat.
Komplikasi dari DM meliputi komplikasi makrovaskular seperti
penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah perifer dan stroke dan
komplikasi mikrovaskular seperti retinopati, nefropati dan neuropati.Salah
satu komplikasi DM yang harus diwaspadai adalah PJK, karena PJK
merupakan salah satu penyebab kematian utama pada penderita DM.
Penyakit jantung koroner (PJK) menyebabkan>75% kematian
kardiovaskular pada penderita DM tipe 2. Pada penderita DM tipe 2, PJK
merupakan penyebab utama kematian tanpa memandang lamanya
menderita DM(2). Menurut Hafner dkk pada penderita DM tipe 2 juga
mempunyai 2 – 4 kali resiko PJK, dan > 50% penderita diabetes
meninggal karena PJK(3).
DM tipe 2 merupakan penyakit peradangan yang melibatkan respon
pembentukan aterosklerosis , yang diduga karena adanya pembentukan
advanced glicationend products (AGEs) yang merupakan hasil dari glikasi
protein dan gula atau lipid akibat peningkatan kadar glukosa darah. Pada
DM terjadi kerusakan pada lapisan endotel dan dapat disebabkan secara
langsung oleh tingginya kadar glukosa darah, metabolit glukosa atau
tingginya kadar asam lemak dalam darah yang sering dijumpai pada
penderita DM.
Pada DM tipe 2 juga dapat terjadi ketidaknormalan fraksi lipid
dalam darah, yang berhubungan dengan resiko penyakit kardiovaskular.
Dislipidemi dalam darah dapat mengakibatkan disfungsi endotel pembuluh
darah. Disfungsi endotel pembuluh darah mengakibatkan aterosklerosis
yang merupakan resiko terjadinya PJK, stroke, pembuluh darah perifer
pada DM. Proses aterosklerosis ini berlangsung lama dan dapat berjalan
tanpa kita rasakan. Faktor yang berperan dalam proses iniadalah
kenaikan konsentrasi kolesterol total, kolesterol LDL (Low Density
Lipoprotein), trigliserida dan penurunan kolesterol HDL (High Density
Lipoprotein) yang disebut dislipidemi.
Pada penderita DM tipe 2 tidak selalu terjadi dislipidemi. Penelitian
oleh Nadyah Awad dkk yang melakukan penelitian deskriptif di Poliklinik
Endokrine RSU Prof.DR.dr. R.D Kandou Manado periode Mei – Oktober
2011. Mereka meneliti bagaimana faktor-faktor yang berhubungan
dengan DM tipe 2. Salah satu hasil yang mereka peroleh adalah pasien
dengan dislipidemi sebanyak 22 pasien (15,95%), sedangkan yang tidak
Aterosklerosis merupakan penyebab mortalitas pada penderita DM
tipe 2. Dari beberapa studi, 80% penderita DM meninggal akibat
aterosklerosis dan darijumlah tersebut 75% meninggal akibat PJK
sedangkan 25% sisanya meninggal akibat stroke dan perifer arteri disease
(PAD). Di Indonesia angka kejadian PJK pada penderita DM berkisar
antara 20-25%.(2)
Proses aterosklerosis merupakan proses inflamasi dimana
C-Reactive Protein (CRP) merupakan marker inflamasi yang diproduksi dan
dilepas oleh hati dibawah rangsangan sitokin – sitokin seperti Interleukin 6
(IL6), Interleukin 1(IL1), Tumor Necroting Factor α (TNF α). Kadarnya
meningkat sebagai respon terhadap infeksi, inflamasi dan kerusakan
jaringan. Aterosklerosis sebagai penyebab terjadinya PJK merupakan
proses multifaktorial karena banyak sekali faktor – faktor yang
menyebabkannya dengan mekanisme yang saling terkait.
Pada Januari 2003, Centers for Disease Control and Prevention
(CDC) dan American Heart Association (AHA) menyatakan hs-CRP
sebagai marker inflamasi untuk menilai resiko kardiovaskular.(5,6,7)
.Menurut s Health Study bahwa
predictive value hsCRP sebagai penanda resiko penyakit jantung secara
signifikant meningkat dibanding penanda biokimia seperti lipid profile.,
lipoprotein a, homocysteine, dan apolipoprotein A. (8)
CRP dan hs-CRP merupakan pemeriksaan yang bertujuan sama
pada sensitivitasnya dimana hs-CRP dapat mengukur CRP yang jauh
lebih rendah yaitu 0,1 mg/L.
Shilpa dkk melakukan penelitian pada penderita DM tipe 2 dengan
profil lipid yang normal menurut kriteria NCEP ATP III (total kolesterol
<200mg%, LDL<100mg%, HDL > 60mg% dan trigliserida <150mg%).
Sampel dikelompokkan atas 3 kelompok berdasarkan tingkat resiko
terjadinya CVD, menurut kriteria American Heart Association (AHA) yaitu
kelompok low risk dengan hs-CRP<1mg/L, kelompok moderate risk
dengan hs-CRP 1-3mg/L, kelompok high risk dengan hs-CRP>3mg/L.
Didapatinya bahwa pada DM tipe 2 dimana profil lipid normal ternyata
jumlah kasus dengan low risk sebanyak 7 kasus, moderate risk sebanyak
32 kasus, high risk sebanyak 21 kasus.
Didapatinya juga, bahwa dibanding dengan kelompok kontrol yang
merupakan orang sehat dengan umur dan jenis kelamin yang sesuai,
ternyata secara total kadar hs-CRP meningkat secara bermakna
(p<0,001) pada DM tipe 2 tanpa dislipidemia (4,8±0,2) dibanding dengan
orang sehat (0,9±0,1).(9)
Menurut penelitian Palvasha dkk di Rawalpindi meneliti kadar
hs-CRP pada penderita DM dibandingkan dengan orang sehat. Didapatinya
bahwa kadar hs-CRP berbeda bermakna (p<0,001) antara penderita DM
(5,09±0,16mg/L) dibandingkan kontrol orang sehat (1, 0±0,26mg/L). (10)
RajarajeswariDdi Nellore melakukan penelitian hs-CRP pada
penderita baru DM tipe 2 dibandingkan dengan orang sehat dimana umur
bermakna (p<0,0001) antara penderita DM tipe 2 (1,68±0,852)
dibandingkan kontrol orang sehat (0,14±0,068)..(11)
Belum ada penelitian yang membandingkan antara DM tipe 2 yang
dislipidemi dan nondislipidemi untuk resiko PJK yang digambarkan
dengan marker hs-CRP.
I.2. Rumusan Masalah.
Bagaimana perbandingan nilai hs-CRP pada penderita DM tipe 2
yang dislipidemi dibanding penderita DM tipe 2 yang non
dislipidemi.
1.3. Hipotesa Penelitian.
Kadar hs-CRP pada penderita DM tipe 2 yang dislipidemi lebih
tinggi dibandingkan dengan penderita DM tipe 2 yang non
dislipidemi.
1.4. Tujuan Penelitian.
1.4.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbandingan kadar hs-CRP pada penderita
DM tipe 2 yang dislipidemi dengan DM tipe 2 yang non dislipidemi.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kadar rata –rata hs-CRP pada penderita DM
tipe 2 yang dislipidemi .
2. Untuk mengetahui kadar rata –rata hs-CRP pada penderita DM
1.5. Manfaat Penelitian.
1.Data yang didapat pada penelitian ini dapat dijadikan sebagai
data dasar untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
2.Pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran nilai
hs-CRP pada penderita DM tipe 2 dengan dislipidemi dan non
dislipidemi
sehingga dapat memberikan masukan untuk perawatan pasien DM