• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tato sebagai Representasi Spiritual Orang-Orang Bertato T2 752014027 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tato sebagai Representasi Spiritual Orang-Orang Bertato T2 752014027 BAB V"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

115

sebagai ekspresi diri, perwujudan pertumbuhan rohani, perlindungan diri, ekspresi

cinta, cerita, kenangan, dan lambang harapan, yang juga digunakan untuk

mencapai keberuntungan, dan menyugesti diri sendiri. Tema-tema tersebut

tercakup di dalam desain-desain tato para responden yang mewakili ide-ide kreatif

mereka, dan pandangan mereka terhadap tato, menggambarkan sebuah

representasi spiritual mereka, dan terintegrasi dengan kehidupan mereka.

Representasi spiritual yang digambarkan oleh responden di dalam tato-tato

mereka adalah simbol dan momentum dari apa yang mereka miliki di dalam diri

pribadi mereka dan pengalaman-pengalaman yang telah mereka alami demi

mencapai kesejahteraan hidup mereka.

Para responden bertato mengenakan tato sebagai wujud ekspresi diri dan

identitas dirinya, namun kenyataan bahwa tidak semua anggota masyarakat

berpandangan positif terhadap tato, sebaiknya menjadi pertimbangan bagi mereka

sebelum memutuskan untuk menato tubuhnya. Penelitian ini menyatakan bahwa

para responden bertato mendapatkan tato mereka pertama kali pada usia rata-rata

delapan belasan tahun. Rentang usia yang dapat dikatakan masih dalam masa

pendidikan. Masing-masing responden bertato memahami resiko kesulitan untuk

(2)

116 terlihat, namun mereka tetap berpikir untuk menato tubuhnya. Pilihan untuk

menambah tato pada bagian tubuh yang dapat tertutupi oleh pakaian pun menjadi

pertimbangan demi menghindari diskriminasi terhadap pekerjaan.

Penelitian mengenai representasi spiritual yang digambarkan di dalam

tato ini dapat menjadi salah satu metode yang efisien bagi kalangan masyarakat

yang masih memberikan stigma negatif terhadap orang-orang bertato untuk

mengetahui dan mengenal lebih dekat mengenai tato. Para responden bertato yang

menjawab bahwa tato bukanlah wujud dari kenakalan mereka dan kelayakan

untuk didiskriminasi di dalam masyarakat, membutuhkan dukungan pskologis

dari orang-orang di sekitar mereka, terlebih keluarga.

Memiliki sebuah tato sebagai ungkapan ekspresi dan identitas diri

memang lebih tepat dengan menampilkannya pada bagian tubuh yang mudah

terlihat, sehingga ketika orang lain melihat, orang tersebut akan tertarik untuk

bertanya dan pada akhirnya mengetahui cerita di balik tato tersebut. Konflik yang

ditemui para responden bertato di lingkungan keluarga, masyarakat, dan

pekerjaan, membuat para responden mempertimbangkan untuk menutupi tato

mereka dengan pakaian. Pengalaman para responden ini dapat menjadi cermin

bagi orang-orang yang sedang dan akan berpikir untuk menato tubuhnya untuk

mempertimbangkan resiko di masa mendatang, terlebih jika mereka masih muda

dan akan melamar sebuah pekerjaan. Berdasarkan temuan ini, peneliti

merekomendasikan perlunya sebuah pendampingan psikologi dan konseling

orang bertato.

Perlu ada pendampingan konseling yang mengarahkan mereka pada

(3)

117 masa depan dari menato tubuh pada bagian yang dapat terlihat. Jika seseorang

berpikir untuk menato pada bagian tubuh yang dapat terlihat, sebaiknya itu adalah

desain yang tidak menimbulkan perspektif negatif terhadap orang lain ketika

melihatnya pada pandangan pertama. Hal tersebut untuk menghindarkan

penghakiman dari orang lain terlebih yang belum menerima tato secara terbuka.

Para responden bertato adalah makhluk sosial dan spiritual yang

senantiasa meningkatkan kapasitas spiritualnya dalam interaksi sosial dengan

sesamanya, oleh sebab itu perlu adanya keterbukaan dari orang-orang yang belum

menerima tato terhadap kehadiran mereka. Keterbukaan akan membuka peluang

bagi orang-orang yang tidak bertato untuk dapat memahami mengapa para

responden bertato, dan apa yang menjadi makna tato tersebut bagi mereka.

5.2 Saran Penelitian Lanjutan

Penelitian ini berfokus pada bagaimana makna tato bagi para responden,

alasan para responden menato tubuhnya, dan menemukan adanya keterkaitan

terhadap reaksi orang-orang yang tidak bertato terhadap mereka di lingkungan

keluarga dan masyarakat. Demi mencapai penelitian yang lebih baik lagi, dalam

kaitannya dengan resiko yang akan mungkin dihadapi di dalam masyarakat,

seperti stigma negatif dan pembatasan terhadap keterlibatan di sebuah lingkungan

pekerjaan, ada baiknya penelitian selanjutnya difokuskan pada bagaimana tato

mempengaruhi kesempatan orang-orang bertato untuk memperoleh pekerjaan

dibandingkan dengan orang-orang yang tidak bertato dapat menjadi bahan untuk

(4)

118 disarankan dengan mempertimbangkan bahwa tato adalah sebuah cerita

Referensi

Dokumen terkait

Namun sebelum mereka pergi, ia memerintahkan ke 8 putranya menghadap Sang Khalik di langit pertama untuk meminta nasihat dan saran tentang apa yang harus mereka

Dengan demikian akan nampak pada saat memulai usaha, mereka memulai dengan jenis usaha seperti apa, dimana tempat usahanya, serta dari mana modal (uang) yang

Orang Papua yang masih melanjut-kan pertanian padi pada umumnya mereka yang bertempat tinggal atau bertetangga dekat dengan migran Jawa dan selalu menjaga relasi yang

Salah satu makna yang dapat dipetik oleh gereja dari rambu solo adalah.. penerimaan orang Toraja terhadap realitas kematian sebagai kebahagian

saat banjir, mereka bisa membuat suasana hati mereka menjadi lebih ringan. Warga tidak ingin terus ada dalam situasi yang begitu sulit bagi mereka, oleh..

Adapun makna sopi dalam proses rekonsiliasi itu adalah sebagai alat untuk mengsahkan apa yang mereka sepakati bersama dalam proses rekonsiliasi tersebut. Dalam hal

dianggap profan bagi Eliade menjadi suatu yang sakral dalam kehidupan masyarakat. Trunyan terlebih dalam Tradisi penguburan dan memperlakukan jenazah,

Saya memiliki tato gambar anak kecil, yang berhiaskan hati di dekat kepalanya, saya memiliki tato ini hanya sebagai identitas diri saya kalau saya sudah mempunyai anak,