• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menciptakan suatu paradigma baru dalam konsepsi ekonomi. Paradigma baru yang dimaksudkan saat ini bahwa harus diyakini pengetahuan sudah menjadi landasan dalam pembangunan ekonomi (knowedge based economy). Hak Kekayaan Intelektual (yang disingkat HKI) merupakan jawaban atas paradigma ini. Oleh karna itu, tidak mengherankan bahwa sebagian negara didunia ini mulai melirik bahwa HKI merupakan salah satu alternatif dalam pembangunan ekonomi bangsa. Hal ini tidak terkecuali bagi bangsa Indonesia.1

Menurut Bowman, defenisi Hak Kekayaan Intelektual (HKI) adalah hasil dari kegiatan berdaya cipta pikiran manusia yang diungkapkan ke dunia luar dalam suatu bentuk baik meteriil maupun immaterial. Bukan bentuk penjelmaannya yang dilindungi akan tetapi daya cipta itu sendiri. Daya cipta itu dapat berwujud dalam bidang seni, industry, dan ilmu pengetahuan atau paduan ketiga-tiganya. Mahadi memberikan pengertian HKI yang dikutipnya dari tulisan OK. Saidin, bahwa Hak Kekayaan Intelektual adalah hak kebendaan, hak sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio. Hasil dari pekerjaan rasio manusia yang menalar. Hasil kerjanya itu berupa benda immaterial.2

1

Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Hak kekayaan intelektual dan budaya hukum, 2

(2)

Seiring berkembangnya perdagangan internasional, terwujudlah

persetujuan TRIP‟s yang memuat norma standar perlindungan hak atas kekayaan

intelektual, termasuk didalamnya tentang hak merek. Indonesia pun telah mereatifikasinya pada tahun 1997. Setiap revisi Undang-undang merek Indonesia dimaksudkan untuk selalu mengikuti perkembangan global, khususnya dalam perdagangan internasional, menyediakan iklim persaingan usaha yang sehat dan mengadaptasi konvensi-konvensi internasional.3 Di Indonesia terdapat Undang-undang Merek Tahun 1961 yang menggantikan Reglement Industriele Eigendom Kolonein Stb. 1912 Nomor 545 jo. Stb. 1913 Nomor 214. Perkembangan berikutnya, tahun 1992 lahir Undang-undang Merek baru yang kemudian direvisi tahun 1997 dan 2001 dengan menyesuaikan terhadap TRIP‟s.4

Hak atas Kekayaan Intelektual menjadi issue yang semakin menarik untuk dikaji karena perannya yang semakin menentukan terhadap laju percepatan pembangunan nasional, terutama dalam era globalisasi. Dalam hubungan ini, era globalisasi dapat dianalisis dari dua karakteristik dominan. Pertama, era globalisasi ditandai dengan terbukanya secara luas hubungan antarbangsa dan antarnegara yang didukung dengan transparansi dalam informasi. Kedua, era globalisasi membuka peluang semua bangsa dan negara di dunia untuk dapat mengetahui potensi, kemampuan, dan kebutuhan masing-masing.5

Merek menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek Dan Indikasi Geografis adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa

3

Endang Purwaningsih, Perkembangan Hukum Intelektual Rights, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hlm. 9.

4

Ibid., hlm. 8. 5

(3)

gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.6

Kebutuhan adanya perlindungan hukum atas merek semakin berkembang dengan pesat setelah banyaknya orang yang melakukan peniruan. Terlebih pula setelah dunia perdagangan semakin maju, serta alat transaksi portasi yang semakin baik, juga dengan dilakukannya promosi maka wilayah pemasaran barangpun menjadi lebih luas lagi. Keadaan seperti itu menambah pentingnya merek, yaitu untuk membedakan asal-usul barang dan kualitasnya, juga menghindarkan peniruan. Pada gilirannya perluasan pasar seperti itu juga memerlukan penyesuaian dalam system perlindungan hukum terhadap merek yang digunakan pada produk yang diperdagangkan.7

Setiap orang atau organisasi perusahaan yang ada, akan sangat peduli akan pentingnya sebuah nama dan symbol yang digunakan dalam menjalankan bisnis dan pemasaran barang dan jasa. Dengan adanya nama dan symbol maka akan membantu untuk menunjukkan dari mana barang dan/atau jasa tersebut. Dalam pangsa pasar, nama-nama dan simbol-simbol tersebut dikenali sebagai merek (trademark), nama usaha (business name), dan nama perusahaan (company name).8

Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), hlm. 159.

8

(4)

Di Sumatera Utara Khususnya Medan merupakan kota metropolitan ke 3 (tiga) setelah Jakarta dan Surabaya, Medan juga salah satu pusat perdagangan dan ekonomi diluar Pulau Jawa. Bidang Pariwisata yang semakin berkembang membuat Medan dan Sumut menjadi salah satu pilihan destinasi wisata favorit wisatawan dalam dan luar negeri.

Keaneragaman budaya dan karakteristik masyarakatnya yang terbuka menjadikan Medan memiliki keunikan tersendiri dibanding dengan Kota lainnya. Contohnya adalah dialek dan bahasa, kuliner serta kebiasaan masyarakatnya. Dari beberapa pertimbangan di atas dapat disimpulkan bahwa Medan adalah Kota metropolitan yang memiliki peranan penting dalam kemajuan ekonomi dan pariwisata nasional dan juga pasar potensial dalam hal pariwisata dan kuliner.

(5)

Sebagaimana sebagian oleh-oleh khas Medan lain, Medan Napoleon juga merupakan cake yang diadaptasi dari negeri Eropa. Dengan kreasi dan olahan tangan dingin chef profesional, Medan Napoleon hadir sebagai oleh-oleh dengan karakteristik unik yang baru ada di Medan saja. Karena memang Medan Napoleon dikhususkan untuk menyemarakkan kuliner Medan yang memang sudah semarak maka kreasi dan rasanya juga sesuai dengan Kota Medan. Sehingga tidak salah jika Medan Napoleon disebut sebagai oleh-oleh baru yang halal dan kekinian dari Kota Medan.

Berdirinya usaha Medan Napoleon sendiri diprakarsai oleh beberapa pengusaha salah satu diantaranya adalah Irwansyah. Beliau dibantu dengan beberapa rekan mendirikan outlet medan napoleon sebagai oleh-oleh Kota Medan yang halal dan kekinian. Outlet Medan Napoleon berada di Jalan Wahid Hasyim nomor 35/46 Medan. Antusias dari warga medan sendiri sangat baik bahkan melebihi espektasi kami sehingga kami harus berlomba dengan waktu demi memenuhi permintaan dari para customer.9

Namun, seiring dengan keantusiasan warga yang sering melebihi ekspetasi, muncul berbagai calo di luar outlet Medan Napoleon. Seperti yang

dikutip dalam instagram Medan Napoleon bahwa “Kami menghimbau kepada

warga untuk mengatakan „TIDAK‟ pada calo. Keresahan kakak abang selama ini,

sama dengan keresahan yang kami alami. Harus dengan cara apalagi kami 'Mengatasi' mereka jika kami hanya bergerak sendirian. Seberapun besarnya usaha kami 'Menghalau' penjualan di luar outlet, akan tetap sia-sia tanpa dukungan

9

(6)

kakak dan abang semua”. Abaikan setiap penawaran yg calo kasih, karena yg mereka tawarkan lebih mahal dari harga kue di toko.10

Seperti yang dapat dilihat diatas, bahwa pemilik Medan Napoleon mengalami keresahan yang tidak hanya dialami oleh dirinya namun juga oleh para pelanggannya yang disebabkan karena adanya calo penjual bolu Medan Napoleon disekitar outlet mereka. Padahal hal tersebut sudah diatur didalam Undang-undang Tentang Merek, yang menjamin perlindungan hukum terhadap pemilik merek.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon

Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan

Indikasi Geografis.”

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah mengenai hal-hal berikut :

1. Bagaimanakah pengaturan hukum mengenai merek di Indonesia?

2. Bagaimana bentuk perlindungan hukum atas pemilik merek yang dalam proses pendaftaran?

3. Bagaimanakah keadaan penjualan Medan Napoleon di luar outlet?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Penelitian itu pada hakekatnya adalah suatu usaha atau upaya melakukan pencarian, dan pencarian itu bukan hanya sekedar mengamat dengan teliti

10

(7)

terhadap sesuatu obyek yang memang sudah terpegang ditangan, tetapi yang dicari itu masih jauh dan belum tercapai bahkan mungkin belum diketahui tempatnya.11 Maka dari itu, disini penulis ingin memberikan gambaran tentang tujuan dari penulisan skripsi ini, yaitu:

1. Memahami bentuk pengaturan Hak Merek di Indonesia.

2. Memberikan gambaran bentuk perlindungan hukum terhadap merek masyarakat Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis.

3. Mengetahui Prosedur Kepemilikan hak merek yang dapat dilakukan oleh masyarakat.

Ilmu pengetahuan berawal pada kekaguman manusia akan alam yang dihadapinya. Manusia juga berusaha mencari jawaban atas berbagai pertanyaan itu. Dari dorongan ingin tahu itu, manusia berusaha mendapatkan pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakannya. Ternyata pengetahuan yang dikejar itu esensinya adalah pengetahuan yang benar, atau disebut kebenaran.12 Adapun manfaat dari penulisan skripsi yang penulis lakukan adalah:

1. Hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat dalam perkembangan Hukum Hak Kekayaan Intelektual (HKI) terutama dibidang Merek. 2. Hasil penulisan ini bermanfaat terhadap pihak-pihak yang ingin

mendaftarkan Merek.

11

Abdul Muis, Pedoman Penulisan Skripsi Dan Metode Penelitian Hukum, (Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 1990), hlm. 20.

12

(8)

3. Hasil penulisan ini dapat bermanfaat bagi pemerintah dalam melakukan efisiensi terhadap Undang-Undang Merek.

D. Keaslian Penulisan

Sebelum melakukan penulisan skripsi ini, penulis terlebih dahulu melihat dan menelusuri didalam perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Kemudian penulis juga beberapa kali berkonsultasi dengan dosen pendamping untuk mengangkat judul dari penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, keaslian dan kebenaran dari penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan oleh penulis. Berdasarkan permasalahan, tujuan dan manfaat yang ingin dicapai penulis dalam penulisan skripsi ini, dapat dibuktikan bahwa skripsi ini merupakan sebuah karya asli dari penulis dan bukan jiplakan. Penulisan skripsi ini diperoleh dari hasil buah pikir penulis, referensi buku-buku yang dibaca penulis, berbagai jurnal yang berkaitan dengan penulisan skripsi, tesis, disertasi, berbagai media elektronik serta bantuan dari berbagai pihak lainnya.

Kemudian penulis melakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016

Tentang Merek Dan Indikasi Geografis” yang kemudian pihak pengurus

(9)

E. Tinjauan Kepustakaan

Pada bagian ini penulis mengangkat judul “Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016

Tentang Merek Dan Indikasi Geografis”, untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka penulis akan menjelaskan tentang beberapa istilah yang menjadi fokus dalam penelitian maka penjelasannya ialah sebagai berikut:

1. Penelitian Hukum

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya. Kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.13

2. Perlindungan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Perlindungan adalah tempat berlindung, hal (perbuatan dan sebagainya) memperlindungi.14

Menurut Muchsin, perlindungan hukum merupakan kegiatan untuk melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam

13

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 43. 14

(10)

menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antar sesama manusia. Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:15 a. Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencega sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan kewajiban.

b. Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.16

3. Merek

Menurut Prof. Molengraaf, merek yaitu sebuah barang tertentu, untuk menunjukkan asal barang, dan jaminan kualitasnya sehingga bisa dibandingkan dengan barang-barang sejenis yang dibuat, dan diperdagangkan oleh orang, atau perusahaan lain.17

15

Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, (Surakarta: magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2003), hlm. 14.

16

Ibid., hlm. 20. 17

(11)

4. Merek Dagang

Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang sejenis lainnya.18

5. Merek Jasa

Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan jasa-jasa lainnya yang sejenis.19

6. Merek Kolektif

Merek Kolektif menurut Pasal 1 angka 4 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 adalah merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama mengenai sifat, ciri umum, dan mutu barang atau jasa serta pengawasannya yang akan diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.20

Berdasarkan defenisi merek, fungsi utama dari suatu merek adalah untuk membedakan barang-barang atau jasa sejenis yang dihasilkan oleh suatu perusahaan lainnya, sehingga merek dikatakan memiliki fungsi pembeda.21

7. Pendaftran Merek

Dalam kepustakaan dikenal dengan dua macam sistem pendaftaran pendaftaran merek, yaitu system konstitutif dan system deklaratif. Dalam Nomor 252 Tahun 2016, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5953.

21

(12)

system konstitutif, hak atas merek diperoleh melalui pendaftaran, artinya hak eksklusif atas suatu merek diberikan karena adanya pendaftaran. Sedangkan dalam sistem deklaratif, pendaftaran merek tidak merupakan keharusan, jadi tidak ada wajib daftar merek. Pendaftaran hanya untuk pembuktian, bahwa pendaftran merek adalah pemakai pertama dari merek yang bersangkutan.22

F. Metode Penelitian

1. Pengertian Metodologi dan Jenis Penelitian

Dalam menuliskan skripsi, posisi metodologi penelitian sangatlah penting sebagai suatu pedoman dalam menuliskannya. Metodologi penelitian merupakan ilmu tentang metode-metode yang akan digunakan dalam melakukan suatu penelitian.23Jenis penelitian yang digunakan didalam penulisian skripsi ini adalah penelitian hukum normatif atau kepustakaan, karena penelitian hukum ini hanya meneliti peraturan perundang-undangan, dan sumber data yang digunakan berasal dari data sekunder. Penelitian hukum normatif terutama dilakukan untuk penelitian norma hukum dalam pengertian ilmu hukum sebagai ilmu tentang kaidah atau apabila hukum dipandang sebagai sebuah kaidah yang perumusannya secara otonom tanpa dikaitkan dengan masyarakat.24

22

Rachmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual: Perlindungan dan Dimensi Hukumnya Di Indonesia, (Bandung: PT. Alumni, 2003), hlm. 332.

23

Abdurrahmat Fathoni, op.cit., hlm. 98. 24

(13)

2. Sumber Data

Sumber data dalam peneltian hukum ini, digunakan sumber data sekunder yang memiliki kekuatan mengikat ke dalam, dan dibedakan dalam:25

a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum mengikat dan terdiri dari:26

1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, yang selanjutnya disingkat dengan (UU Merek).

2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1993 tentang Kelas Barang atau Jasa Bagi Pendaftaran Merek.

3) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2016 Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

4) Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1997 tentang Pengesahan Trademark Law Treaty.

5) Peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan. b. Bahan Hukum Sekunder,

Bahan hukum sekunder merupakan bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum priemer,27 seperti misalnya literatur yang

25

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2015), hlm. 113.

26 Ibid. 27

(14)

diperoleh dari perpustakaan seperti bahan bacaan, buku-buku, jurnal-jurnal, skripsi, tesis, dan artikel-artikel lain yang berhubungan dengan hukum merek sebagai perlindungan terhadap pemilik merek.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,28 misalnya seperti kamus-kamus (hukum), ensiklopedia dan sebagainya. Agar diperoleh informasi terbaru dan berkaitan dengan permasalahan, maka kepustakaan yang dicari dan dipilih harus relevan.

d. Bahan Non Hukum

Di samping bahan-bahan hukum, skripsi ini juga akan menggunakan bahan non hukum. Penggunaan bahan non hukum ini bertujuan untuk memperluas wawasan dalam proses pembuatan skripsi ini. Studi yang dilakukan dengan menggunakan bahan non hukum seperti interview atau wawancara dengan narasumber-narasumber yang terkait dengan skripsi ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data diperlukan untuk memperoleh suatu kebenaran dalam penulisan skripsi, dalam hal ini pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, yaitu diperoleh dari:29 Mempelajari dan menganalisis data secara sistematis melalui buku-buku, surat kabar, makalah

28

Ibid. 29

(15)

ilmiah, internet, peraturan perundang-undangan, dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini. Hasil dari kegiatan pengkajian tersebut kemudian dibuat ringkasan secara sistematis sebagai inti sari hasil pengkajian studi dokumen. Tujuan dari teknik dokumentasi ini adalah untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, pendapat-pendapat atau penemuan-penemuan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.30

4. Analisis Data

Di dalam penelitian hukum normatif, pengelolaan data pada hakekatnya berarti kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Sistematisasi berarti, membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisa dan konstruksi.31 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam analisis data, yaitu:

a. Memilih pasal-pasal yang berisi kaidah-kaidah hukum yang mengatur masalah hak kekayaan intelektual khususnya merek.

b. Membuat sistematik dari pasal-pasal tersebut sehingga menghasilkan klasifikasi tertentu (selaras dengan judul yang diangkat penulis).

c. Data yang berupa peraturan perundang-undangan ini dianalisis secara induktif dan deduktif.32

30

Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, op.cit., hlm.24. 31

Soerjono Soekanto, op.cit., hlm. 251. 32

(16)

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini ditulis secara sistematis agar memberikan kemudahan bagi pembaca dalam memahami makna dan memperoleh manfaatnya. Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I memuat pendahuluan yang menggambarkan secara umum tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan yang berkenaan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.

Bab II memuat tentang tinjauan umum tentang pengaturan hak kekayaan intelektual dan merek di Indonesia. Bab ini terdiri dari 3 (tiga) sub bab, yakni tinjauan umum hak kekayaan intelektual, hak merek dan subjek hukum merek di Indonesia. Pembahasan dalam bab II akan menjawab perumusan masalah pertama dalam skripsi ini.

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Kualifikasi kepala perpustakaan adalah tenaga perpustakaan perguruan tinggi dengan pendidikan minimal strata dua (magister) di bidang ilmu perpustakaan dan informasi atau

Desain perancangan ini menghubungkan antar kantor cabang karang anyar dan kantor pusat yang terletak di rambutan (gambar 2), menghubungkan kedua device/router

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain hasil penelitian yang dilakukan oleh Anjar Wibisono (2010) menunjukkan bahwa semua variabel independend

menyelesaikan studi S1 Pendidikan Ekonomi di Universitas Indraprasta PGRI tahun 2010 dan S2 Pendidikan IPS Universitas Indraprasta PGRI 2013 Aktif sebagai mengajar dan

Dalam rangka pembinaan terhadap GPAI, maka Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI melalui Direktorat Pendidikan Agama Islam akan melaksanakan program

{ Hanya bisa melihat (contoh: mengamati posisi pelari. maraton, atau

NO. Saya merasa puas dengan pendapatan yang saya terima setiap bulan. Saya merasa puas dengan kebutuhan sandang yang saya pakai. Saya merasa puas dengan pemenuhan

Dengan mengambil penelitian tentang Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Moda Transportasi Untuk Perjalanan Kuliah (Studi Kasus : Mahasiswa/I Kampus Universitas Atma