• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan praktikum uji tanah I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "laporan praktikum uji tanah I"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

laporan praktikum uji tanah I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat, mineral-mineral padat yang tidak terikat secara kimia satu dan lain dari bahan-bahan organik yang telah melapuk disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut.

Suatu bentuk (phase) adalah suatu bagian dari sisi tanah secara fisik dan kimiawi berbeda dengan bagian-bagian yang lain. Tanah merupakan bagian yang mempunyai fase seperti :

1. Padat ( biasanya butir–butiran mineral ). 2. Cair ( biasanya air ).

3. Gas ( biasanya udara ).

Tanah berguna untuk bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan dalam lingkup teknik sipil. Berdasarkan kegunaan tersebut maka kita harus terlebih dahulu mengetahui sifat-sifat dasar dari tanah tersebut sebelum kita menggunakan tanah tersebut sesuai dengan fungsinya, seperti asal usulnya, penyebaran butiran, kemampuan mengalirkan air, sifat pemampatan, kekuatan geser, dan lain-lain. Dengan adanya percobaan-percobaan, kita dapat menentukan parameter-parameter yang akan berpengaruh terhadap tanah, baik terhadap sifat fisik maupun sifat mekanisnya.

Untuk semua itu maka kita harus melakukan suatu pengujian di laboratorium untuk mengetahui sifat-sifat dasar dari tanah tersebut dan pengujian ini digunakan sebagai dasar acuan untuk perencanaan design dan pengujian ini juga berfungsi untuk mengetahui kondisi dan karakteristik struktur tanah yang akan digunakan sebagai tempat bertumpunya suatu pondasi bangunan.

(2)

1.2 Tujuan Pengujian

Dalam pengujian tanah I ini, kita melakukan pengujian untuk menentukan kadar air, berat jenis, berat isi dan pemadatan. Setelah adanya pengujian tanah ini, maka kita dapat mengetahui air yang terdapat dalam tanah serta bagaimana cara melakukan pemadatan dan cara melakukan pemakaian peralatan dengan baik.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka yang akan diteliti ialah bagaimana cara menentukan kadar air, berat jenis, berat isi dan pemadatan dan juga cara mengetahui cara pengujian hydrometer dan analisis saringan, kemudian mencari tahu kesalahan-kesalahan apa saja yang terjadi pada waktu pengujian berlangsung.

1.4 Kegunaan Pengujian

(3)

BAB II

PENGAMBILAN SAMPEL

2.1 Keadaan Lokasi Pengambilan Sampel

Tanah yang digunakan dalam praktikum ini kami ambil di daerah Buket Rata tepatnya di belakang Sekret Widelwis Politeknik Negeri Lhokseumawe.

Keadaan lokasi pengambilan sampel sangat mendukung karena lokasi tersebut selain dekat dengan laboratorium, juga merupakan bukan tanah timbunan. Keadaan permukaan tanah di tumbuhi oleh rumput-rumput, sehingga tidak ada kemungkinan terjadinya perbedaan kadar air yang terlalu besar.

2.2 Keadaan Cuaca

Keadaan cuaca sangat berpengaruh dalam pengambilan sampel yang akan diuji, sebaiknya pada saat pengambilan sampel yang akan diuji harus dalam keadaan cuaca cerah.

2.3 Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan menggunakan cangkul dan sekop. Contoh tanah yang akan di ambi sampell untuk tanah yang terganggu seberat 40 kg dan tanah yang akan di ambil sampel untuk tanah tidak terganggu dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm, tanah tersebut dimasukkan ke dalam karung yang didalamnya di lapisi dengan plastik agar kadar airnya tidak terjadi penguapan.

Sebelum dilaksanakan pengujian, sampel terlebih dahulu dikeringkan kecuali untuk sampel yang tidak terganggu. Pengeringan sampel dilakukan dengan cara dijemur dibawah panas matahari atau di masukkan kedalam open pemanas. Setelah kering, sampel di tumbuk dengan palu karet agar tanah yang bergulir bisa pecah dan bisa lolos penyaringan.

2.4 Pengangkutan Sampel

(4)

BAB III

PENGUJIAN KADAR AIR (WATER CONTENT)

3.1 Dasar Teori

Kadar air tanah adalah penentuan angka perbandingan antara berat air dan berat tanah kering yang terkandung yang dinyatakan dalam persen. Untuk mengetahui besarnya suatu kadar air pada suatu tanah, perlu dilakukan pengujian pada laboratorium untuk memperoleh kadar air dari tanah.

3.2 Tujuan Pengujian

1. Mahasiswa dapat mengetahui besarnya nilai kadar air asli yang terkandung dalam suatu

jenis tanah

2. Mahasiswa dapat melaksanakan cara pengujian kadar air dilaboratorium

3. Mahasiswa dapat menghitung kadar air yang terkandung dalam lapisan tanah

4. Mahasiswa dapat menerapkan kedalam perhitungan

3.3 Peralatan dan Bahan

3.3.1 Peralatan yang digunakan : 1. Container

2. Timbangan dengan kepekaan 0,01 gram

3. Oven dengan suhu 110 C

4. Desikator

3.3.2 Bahan yang digunakan :

Bahan yang digunakan adalah tanah yang belum terganggu.

3.4 Keselamatan Kerja

1. Pusatkan perhatian pada pekerjaan

2. Ikutilah petunjuk instruktur

3. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya

4. Gunakan perlengkapan keselamatan kerja

(5)

3.5 Langkah Kerja

1. Catat container kosong (W1)

2. Masukkan contoh tanah kedalam container kemudian ditimbang (W2)

3. Masukkan container yang berisikan tanah tadi kedalam oven.

4. Setelah 24 jam keluarkan dan masukkan kedalam desikator ± 1 jam, kemudian timbang

beratnya (W3)

5. Selanjutnya hitung kadar airnya.

3.6 Data dan Perhitungan

Kadar air W =

Keterangan : W = Kadar air ( % )

W1 = Berat container kosong (gram)

W2 = Berat container + tanah basah (gram)

W3 = Berat container + tanah kering (gram)

(6)

PENGUJIAN BERAT ISI (UNIT WEIGHT)

4.1 Tujuan Percobaan

1. Mahasiswa memahami pengertian berat isi tanah.

2. Mahasiswa dapat melaksanakan pengujian berat isi.

3. Mahasiswa mampu menentukan nilai berat isi suatu tanah asli.

4. Mahasiswa mampu membandingkan antara berat tanah seluruhnya dan isi tanah seluruhnya.

5. Mahasiswa dapat menerapkan kedalam perhitungan.

4.2 Dasar Teori

Berat isi adalah angka perbandingan antara berat tanah seluruhnya dengan isi tanah seluruhnya. Besaran tersebut dinyatakan dalam satuan gram/cm . Pengujian isi tanah ini dilakukan untuk mengetahui besarnya berat isi yang dimiliki tanah dalam keadaan padat. Berat isi dari suatu tanah juga mempengaruhi fungsi sebagai dasar atau landasan bawah dari suatu konstruksi.

4.3 Peralatan dan Bahan

4.3.1 Alat yang digunakan : 1. Slinder ring / cincin

2. Jangka sorong

3. Pisau pemotong tanah

4. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram

5. Spatula

4.3.2 Bahan yang digunakan :

Bahan yang digunakan adalah tanah asli / tanah tidak terganggu dari sampel yang telah diambil.

4.4 Langkah Kerja

(7)

2. Timbang berat cincin (W1)

3. Cincin diolesi dengan minyak pada bagian dalamnya dan masukkan tanah kedalam cincin.

4. Ratakanlah permukaannya dengan pisau atau spatula.

5. Timbang cincin beserta contoh tanah (W2)

4.6 Data dan Perhitungan

γ

=

Keterangan :

W1 : Berat cincin

W2 : Berat cicin + tanah

V : Volume cincin (V = ¼ D2 . t)

D : Diameter cincin t : Tinggi cincin

BAB V

(8)

5.1 Dasar Teori

Berat jenis tanah adalah perbandingan antara berat butir tanah dengan volume tanah padat atau berat air yang dengan isi sama dengan isi tanah padat tersebut pada suhu tertentu.

Dalam perhitungan analisa Mekanika Tanah, berat jenis tanah (Spesifik Grafity) dari butiran tanah padat sangat dibutuhkan. Harga berat jenis tanah yang diperlukan dapat kita periksa atau diuji dilaboratorium, sehingga kita dapat menentukan harga - harga Gs secara akurat.

Berat spesifik suatu tanah perlu diketahui karena di dalam tanah sendiri banyak mengandung berat spesifik mineral-mineral penting untuk diketahui berapa kadarnya. Mineralmineral tersebut adalah Montmorilonit, Ilit, Kaolinite, Kwarsa, Limonite, Olivena,

Cloritdan lain - lain. Dari semua yaitu keberadaannya akan mempengaruhi dalam penentuan

suatu berat spesifik tanah itu sendiri yang nanti berhubungan dengan penggunaan tanah tersebut.

Dari suatu percobaan tertentu, harga-harga berat jenis beberapa mineral yang umum terdapat pada tanah. Sebagian besar dari mineral-mineral tersebut mempuyai berat spesifik berkisar antara 2,6 – 2,9.

Berat jenis dari tanah menandakan bahwa berat tanah tersebut dibandingkan dengan volumenya. Harga-harga berat jenis akan berpengaruh ke beberapa hal seperti : kekuatan tanah dan berat sendiri tanah. Oleh karena itu, perhitungan berat jenis dari suatu tanah sangat perlu dilakukan.

1.2 Tujuan Pengujian

1. Mahasiswa dapat mengetahui perbandingan antara berat butir tanah dengan berat air pada

suhu tertentu.

2. Mahasiswa dapat melakukan pengujian berat jenis tanah dengan baik dan benar.

3. Mahasiswa mengetahui cara menghitung nilai berat jenis suatu tanah.

4. Mahasiswa dapat menentukan berat jenis tanah.

5. Mahasiswa dapat menerapkan ke dalam perhitungan.

5.3 Peralatan dan Bahan

(9)

1. Container

Bahan yang digunakan adalah tanah yang lolos ayakan No. 4, serta kering oven pada suhu

105 oC – 100 oC.

5.4 Keselamatan Kerja 1. Ikutilah petunjuk instruktur

2. Pusatkan perhatian pada pekerjaan

3. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya

4. Hindari pengisian air terlalu penuh pada waktu mendidihkan, agar tanah tidak tumpah.

5. Gunakan piknometer yang telah dikalibrasi.

5.5 Langkah Kerja

1. Contoh tanah dioven selama 24 jam, kemudian dihaluskan (ditumbuk) dan disaring dengan

ayakan no. 4.

2. Timbang piknometer yang akan digunakan (W1)

3. Contoh tanah dimasukkan dalam piknometer (W2)

4. Masukkan aquades secukupnya (1/3 tinggi piknometer) kemudian masukkan dalam desikator

vacum dan hidupkan, perhatikan sampai semua udara yang ada dalam piknometer keluar. Penghampaan udara ini harus dialakukan dengan cara seksama, bila perlu piknometer digoyang-goyangkan sambil divacum, hingga didalam contoh tanah benar-benar tidak ada lagi udara yang terperangkap. Setelah itu diamkan hingga contoh tanah mengendap.

5. Tambahkan aquades dengan hati-hati sampai penuh, dengan catatan contoh tanah tidak

terganggu. Ukur temperatur suhunya.

6. Bagian luar dari piknometer dikeringkan dan ditimbang (W3)

(10)

8. Ukur temperatur suhunya, kemudian timbang beratnya (W4)

5.6 Data dan Perhitungan

Specific Grafity (GS) =

Keterangan :

GS = Berat jenis W = Berat pignometer

W = Berat pignometer + tanah

W = Berat pignometer + tanah + air

W = Berat pignometer + air K = Suhu (°C)

BAB VI

PENGUJIAN BATAS CAIR (LIQUIT LIMIT) DAN BATAS PLASTIS (PLASTIS LIMIT)

6.1 Pengujian Batas Cair (Liquit Limit)

(11)

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air suatu tanah pada keadaan batas cair. Batas cair adalah kadar air minimum yaitu sifat tanah berubah dari kadar air menjadi keadaan plastis. Pengujian ini dilakukan terhadap tanah yang berbutir halus atau lebih kecil. Saringan yang digunakan adalah saringan (ayakan) No. 40.

6.1.2 Tujuan Pengujian

1. Mahasiswa mampu menentukan kadar air suatu tanah pada keadaan batas cair (Liquit Limit).

2. Mahasiswa mampu mengetahui nilai batas cair yang telah di uji.

3. Mahasiswa mengetahui cara menghitung nilai batas cair suatu tanah.

4. Mahasiswa dapat menerapkan ke dalam perhitungan.

6.1.3 Peralatan dan Bahan

1. Container sebelum diisi sample harus selalu bersih.

2. Pembuat alur (groving tools) harus selalu bersih dan kering.

3. Ketika membuat alur harus tegak lurus dasar mangkok.

4. Hentikan ketukan apabila tanah sudah merapat 11 mm.

6.1.5 Langkah Kerja

1. Letakkan 200 gram benda uji di atas plat kaca, tambahkan air sedikit, lalu aduk dengan

(12)

2. Aturlah tinggi jatuh cawan 10 mm dengan memutas sekrup yang tercatat dibelakang alat

liquit limit (cassagrande).

3. Ambil sebagian dan masukkan kedalam mangkok alat batas cair serta ratakan hingga sejajar

dengan dasar alat liquit limit.

4. Tekan groring tool pada tanah yang telah diuji sepanjang diameternya dan grosing tool harus

berkedudukan tegak lurus pada permukaan cawan cassagrande, sedangkan ujung grosing tersebut harus tidak lebih dari 3 mm tebalnya.

5. Putar handlenya 2 kali putaran perdetik sehingga kedua belahan contoh tanah yang diuji akan

bersatu sepanjang 13 mm.

6. Catat perhitungan sebagai number of blows (jumlah ketukan).

7. Bila jumlah ketukan > 50 atau > 10 ketukan tanah, dapat dikeringkan dengan mengaduk

kembali contoh tanah yang diuji supaya air menguap atau dengan menambah campuran bahan uji, dapat pula dibasahi dengan campuran air suling tergantung pada kondisinya.

8. Ambil sebagian tanah pada bagian yang menyatu, masukkan kedalam container untuk

dikeringkan (oven) dan carilah kadar airnya.

9. Aduklah kembali sisa tanah atau ulangi prosedur diatas sehingga sekurang-kurangnya

didapatkan 4 hasil kadar air yang berbeda dengan jumlah ketukan 10 – 50.

6.1.6 Data dan Pehitungan

Batas Cair =

Keterangan : W1 = Container

W2 = Container + tanah basah

(13)

6.2 Pengujian Batas Plastis (Plastis Limit)

6.2.1 Dasar Teori

Batas plastis adalah suatu nilai yang menunjukkan keadaan tanah mudah dibentuk. Dalam pengujian tanah, tanah yang digeleng-geleng lebih kurang diameter 3 mm menunjukkan retak diartikan sebagai tanah dalam kondisi plastis, dan tanah tidak retak menunjukkan terlalu banyak air, sebaliknya tanah lebih besar dari 3 mm sudah retak-retak menunjukkan tanah terlalu kering. Indek plastis (IP) menunjukkan sejumlah kadar air pada saat tanah dalam kondisi plastis, dimana harga ini adalah selisih antara batas cair dengan batas plastis.

(14)

1. Mahasiswa dapat melakukan pengujian batas plastis dengan baik dan benar.

2. Mahasiswa dapat menghitung besaran batas plastis suatu tanah.

3. Mahasiswa dapat menerapkan ke dalam perhitungan.

6.2.3 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan : 1. Pelat kaca

2. Spatula

3. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram

4. Oven

5. Container

6. Pipet

7. Air suling

Bahan yang digunakan :

Bahan yang digunakan adalah sampel tanah seperti dipersiapkan untuk pengujian batas cair sebanyak 200 gram.

6.2.4 Keselamatan Kerja

1. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya

2. Pusatkan perhatian pada pekerjaan

3. Ikutilah petunjuk instruktur

4. Sebelum di lakukan pengeringan tanah dalam oven, untuk mencari kadar airnya tanah

dimasukkan dalam container kadar air dan kemudian timbang berat awalnya terlebih dahulu. 5. Lakukan pengujian 2 – 3 sampel.

6.2.5 Langkah Kerja

1. Contoh tanah lolos ayakan no. 40 (sebagian dari penelitian batas cair) sebanyak ± 20 gram,

(15)

2. Buatlah bola kelereng seberat kurang lebih 8 gram atau diameter 1 cm.

3. Geleng diatas pelat kaca dengan tangan. Penggelengan dengan telapak tangan dengan

kecepatan 80 – 90 gelengan permenit.

4. Penggelengan dilakukan terus sampai benda uji membentuk batang lidi dengan diameter 3

mm.

Bila pada waktu penggelengan ternyata sebelum benda uji mencapai diameter 3 mm sudah retak. Maka benda uji disatukan kembali, ditambahkan air sedikit dan diaduk sampai merata. 5. Sampel yang tepat bila pada diameter 3 mm telah menjukkan keadan retak-retak rambut.

6. Ambil beberapa sampel yang tepat tadi dan masukkan dalam container dan tentukan kadar

airnya.

Analisa saringan adalah mengayak dan menggetarkan contoh sampel melalui satu set ayakan di mana lubang-lubang ayakan tersebut makin kecil secara berurutan. Pengujian ini di maksud untuk menentukan pembagian ukuran butir suatu tanah untuk mencari persen (%) kelolosan dan finess modulus dari tanah.

7.1.2 Tujuan Pengujian

1. Mahasiswa mampu melakukan pengujian analisa saringan dengan benar.

2. Mahasiswa mampu menentukan pembagian ukuran butir tanah.

(16)

7.1.3 Peralatan dan Bahan

4. Hati-hati dalam menyemprotkan air jangan terlalu banyak agar tanah tidak tumpah.

5. Pada waktu sampel diletakkan pada mesin penggetar, tutup ayakan agar sampel yang diuji

tidak keluar dari ayakan.

7.1.5 Langkah Kerja

1. Sampel tanah terlebih dahulu dioven sampai kering.

2. Lalu timbang sebanyak 500 gram.

3. Timbang saringan yang akan digunakan .

4. Susun saringan dari diameter kecil dibawah diameter besar diatas.

5. Masukkan sampel tanah kedalam saringan lalu tutup saringan.

6. Letakkan saringan pada mesin getar lalu getarkan selama 15 menit.

7. Timbang saringan dengan sampel tanah yang tertahan pada saringan untuk mengetahui berat

(17)

7.1.6 Data dan Perhitungan

Persen tertahan =

Persen lolos = 100 % - Persentase tanah kumulatif tertahan

7.2 Analisa Hydrometer

7.2.1 Dasar Teori

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian ukuran butir tanah yang melalui ayakan no. 200.

7.2.2 Tujuan Pengujian

1. Mahasiswa mampu melakukan pengujian analisis hidrometer dengan benar dan menentukan

pembagian ukuran butir tanah.

2. Mahasiswa dapat menentukan kurva distribusi butiran tanah dengan cara Analisa

Hydrometer.

7.2.3 Peralatan dan Bahan

Peralatan yang digunakan :

1. Gelas ukur 6. Termometer

2. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram 7. Palu karet

3. Oven 8. Stopwatch

4. Container 9. Hidrometer

(18)

Bahan yang digunakan :

1. Sampel tanah yang diambil adalah tanah yang lolos saringan no. 200 pada pengujian analisa

Saringan

2. Natrium heksametafosfat

7.2.4 Keselamatan Kerja

1. Pada saat mengocok suspense tangan harus menutup lubang gelas ukur dengan rapat, supaya

suspense tidak tumpah keluar.

2. Gunakan alat sesuai dengan fungsinya

3. Perbandingan campuran larutan adalah 40 gram Natrium heksametafosfat dengan 1000 ml air

suling.

4. Hidrometer dan gelas ukur harus dikalibrasi terlebih dahulu..

5. Gunakan alat dengan hati-hati, karena alat pengujian terbuat dari kaca dan mudah pecah.

7.2.5 Langkah Kerja

1. Sampel tanah terlebih dahulu dioven sampai kering.

2. Sampel tanah kering ditimbang sebanyak 100 gram, masukkan kedalam gelas lalu diberi air

suling dan dispension agent sebanyak 10 gram dan aduk sampai merata, kemudian diamkan selama 24 jam.

3. Siapkan dua buah gelas ukur yang sudah dikalibrasi. Gelas ukur pertama diisi dengan air

suling sampai 1000 cc dan masukkan hydrometer kedalamnya, dan gelas ukur kedua disiapkan untuk tempat suspensi.

4. Sampel tanah yang telah didiamkan selama 24 jam dimasukkan kedalam mangkung dispersi

kemudian dimixer ± 15 menit.

5. Setelah dimixer, suspensi langsung dimasukkan kedalam gelas ukur, kemudian tambahkan

air suling hingga suspensi menjadi 1000 cc. 6. Siapkan stop watch dan alat catat.

7. Tutup mulut gelas ukur dengan telapak tangan yang rapat dan kocok suspensi tersebut

dengan membolak-balik gelas ukur selama 1 menit, hingga contoh tanah tidak ada yang mengendap didasar gelas.

8. Letakkan gelas ukur, segera setelah di kocok dan segera masukkan Hydrometer kedalam

(19)

9. Pindahkan hydrometer kelas ukur I, kemudian ulang langkah 8 sampai diperoleh dua

pembacaan yang sama atau hampir sama.

10. Setelah itu pindahkan hydrometer kedalam gelas ukur II.

11. Lakukan pembacaan selanjutnya pada interval waktu : 5, 15, 30, 60, 240 dan 1440

menit.untuk pembacaan ini, hydrometer dimasukkan kedalam suspensi (gelas ukur II), hanya pada waktu pembacaan. Untuk memberi kesempatan hydrometer diam, masukkan setegah menit sebelum pembacaan dilakukan dan setiap kali pembacaan ukur temperaturnya.

12. Setelah pembacaan terakhir, pindahkan suspensi kedalam pan yang telah diketahui beratnya

dan timbang tanah hasil suspensi dengan pan.

13. Suspensi dioven sampai kering, kemudian dinginkan dan timbang hingga diketahui berat

tanah kering (Ws).

7.2.6 Data dan Perhitungan

1. Ditentukan

2. Diukur

3. Rh dibaca pada hydrometer

4. L = - 0,1617 x Rh + 16,969

5. Diameter (D) = K (L/t) ^ 0,5

6. k, ditentukan

7. rc = Rh + k

8. a = (Gs x 1,65) / ((Gs – 1) 2,65)

9. N = Rc (a / Ws)

10. N’ = Persen lolos # 200 x N

(20)

BAB VIII

PENGUJIAN PEMADATAN STANDART ( COMPACTION TEST)

8.1 Dasar Teori

Pemadatan adalah suatu proses merapatkan partikel-partikel tanah dengan cara mengurangi pori-pori udaranya, biasanya dilakukan dengan mengunakan alat-alat mekanis seperti rolling dan vibrasi.

Untuk menentukan jenis pemadatan yang cocok perlu diketahui keadaan asli dari kepadatan tanah, pemadatan maksimum yang mungkin dilakukan dan propersi pemadatan maksimum yang diperoleh di lapangan. Pemadatan tanah secara kuantitatif diukur berdasarkan massa tanah kering yang berubah-ubah berdasarkan kadar airnya.

8.2 Tujuan Pengujian

1. Mahasiswa mampu menentukan hubungan kadar air dengan kepadatan tanah, sehingga

diketahui kepadatan maksimum.

2. Mahasiswa dapat menentukan kadar air optimum.

3. Mahasiswa dapat memperbaiki sifat-sifat teknik suatu massa tanah.

(21)

8.3.1 Peralatan yang digunakan :

2. Jumlah tanah yang harus disiapkan sebanyak 2,5 kg dan dibagi menjadi 5 bagian.

3. Air suling.

8.4 Keselamatan Kerja

1. Pusatkan perhatian pada pekerjaan

2. Ikutilah petunjuk instruktur

3. Kontrol setiap pemadatan lapisan tanah.

4. Untuk menguji kadar air usahakan sampel tanah tidak mengandung minyak dari cetakan.

8.5 Langkah Keja

1. Keringkan contoh tanah sehingga menjadi gembur kemudian ditumbuk dengan palu karet.

Tanah yang gembur di saring dengan saringan No.4 jumlah tanah sebanyak 2,5 kg dan dibagi menjadi dua bagian.

2. Tiap-tiap bagian dicampur dengan air yang ditentukan dan diaduk sampai rata.

3. Penambahan air diatur sehingga didapat benda uji sebagai berukut : 3 contoh dengan kadar

air kurang lebih dibawah W optimum sedangkan 2 lagi diatas W optimum.

4. Perbedaan kadar air masing-masing 1-3 %, masing-masing benda uji di masukkan kedalam

(22)

5. Cetakan leher keeping dijadikan satu tempat alas yang kokoh. Ambil dari salah satu contoh

adukan dan padatkan dengan cara padatan dilakukan dengan alat tumbuk standar 2,5 kg dengan jarak tinggi jatuh 30 cm.

6. Tanah dipadatkan dalam 3 lapisan dan tiap lapuisan dengan 25 kali tumbukan.

7. Potong kelebihan tanah dari bagian keliling leher dengan pisau dan dilepaskan leher

sambung, pergunakan alat perata untuk meratakan kelebihan tanah dengan permukaan.

8. Timbang cetakan dengan berisi benda uji, keluarkan benda uji tersebut dengan menggunakan

dongkrak dan ambil sebagian kecil sampel untuk pemeriksaan kadar air. 9. Lakukan percobaan diatas terhadap 3 sampel lainnya.

8.6 Data dan Perhitungan

1. Untuk menghitung kepadatan tanah basah :

Keterangan :

W = Berat mold W = Berat mold + tanah V = Volume cetakan

2. Untuk membuat garis zav dapat dilukis dengan persamaan :

Keterangan :

G = Berat jenis tanah

= Berat jenis air W = Kadar air

3. Untuk menghitung kepadatan tanah kering, dapat digunakan rumus :

=

(23)

= Kepadatan tanah kering (gram / cm ) = Kepadatan tanah basah (gram /cm ) W = Kadar air

BAB IX

PENGUJIAN CBR (CALIFORNIA BEARING RATIO )

9.1 Dasar Teori

CBR adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap bahan standard dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama. Pengujian CBR dimaksudkan untuk mendapatkan nilai daya dukung tanah dalam keadaan padat maksimum.

9.2 Tujuan Pengujian

1. Mahasiswa dapat melakukan pengujian CBR dengan benar.

2. Menentukan nilai CBR laboratorium.

3. Menentukan nilai pengembangan.

9.3 Peralatan dan Bahan

9.3.1 Alat yang digunakan :

1. Mold CBR 11. Kantong plastik

2. Penumbuk 12. Sendok density

3. Stopwatch 13. Glas ukur

4. Dongkrak 14. Palu karet

5. Oven 15. Kuas

6. Jangka sorong 16. Piring pemisah

7. Container 17. Alat pengaduk

8. Pisau pemotong 18. Timbangan dengan kapasitas 20 kg

9. Desikator 19. Talam besar

10. Minyak (oli) 20. Mesin penetrasi

(24)

Sampel tanah dan Air aquades

9.4 Keselamatan Kerja 1. Ikutilah petunjuk instruktur

2. Pusatkan perhatian pada pekerjaan

3. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya

4. Jaga kadar airnya mendekati ± 3% kadar air optimum ketika akan mengadakan penumbukan.

5. Dikerjakan dengan hati-hati agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

9.5 Langkah Kerja

1. Siapkan tanah seperti persiapan pengujian tanah sebanyak 3 sampel.

2. Pasang mould pada alasnya dan lehernya, timbang beratnya serta masukkan piring pemisah

dengan kertas pemisah diatasnya.

3. Lakukan pemadatan sebanyak 5 lapisan dengan jumlah tumbukan 15x / lapis.

4. Lepaskan leher penyambung dan ratakan dengan pisau pemotong.

5. Keluarkan piring pemisah.

6. Balikkan mouldnya serta pasang kembali, kemudian timbang beratnya.

7. Letakkan keping beban di atas permukaan benda uji minimal 4,5 kg.

8. Lakukan penetrasi dengan kecepatan penetrasi 1,27 mm / menit ( 0.05").

9. Catat pembacaan dial pembebanan pada penetrasi.

10. Catat beban maksimum dan penetrasinya bila pembebanan maksimum terjadi sebelum

penetrasi 12.5 mm ( 0.05" ).

11. Keluarkan benda uji dengan menggunakan dongkrak, dan tentukan kadar airnya.

9.6 Data dan Perhitungan

Untuk menentukan nilai CBR, ada beberapa cara diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Menurut buku penetapan tebal perkerasan, Bina Marga O / PD untuk berat isi kering di

(25)

2. Harga CBR diperoleh dengan mencari terlebih dahulu beban masing-masing penurunan itu,

pembacaan arloji dikalikan dengan angka penetrasi. Maka harga CBR dapat di hitung.

BAB X PENUTUP

10.1 Simpulan

Dari praktek pengujian tanah I yang telah kami lakukan, penulis dapat menarik beberapa simpulan :

1. Lembaran kerja (job sheet) harus dipelajari dengan baik sebelum memulai pekerjaan.

2. Pada saat pengujian Proktor dan CBR harus mengetahui dulu berapa berat sampel uji

tersebut, sehingga tidak terjadi masalah pada saat perhitungannya.

3. Untuk memperoleh hasil yang sempurna, ketelitian dan kesabaran yang harus diutamakan

dalam pekerjaan.

10.2 Saran

1. Selama melakukan praktek di laboratorium ini sangatlah sempit waktunya yang diberikan

sehingga kami merasa masih banyak kekurangan ilmu yang telah diberikan, waktu melakukan praktek hendaknya diperpanjang didalam penelitian agar mencapai proses belajar mengajar.

2. Untuk lebih memudahkan Mahasiswa didalam kegiatan praktek sebaiknya peralatan yang

dibutuhkan diperbanyak dan lebih lengkap.

3. Ada baiknya jika semua job benar-benar dilakukan menurut prosedur kerja yang telah

ditetapkan, karena jika dilakukan menurut prosedur kerja yang telah ditetapkan akan lebih besar kemungkinan menghasilkan nilai yang toleransinya sekecil mungkin.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimana kinerja keuangan jika diukur berdasarkan

latar belakang diatas perlu diteliti bagaimana Hubungan klasifikasi rinitis alergi dengan kadar interleukin-5 (IL-5) pada penderita rinitis alergi di RSUP. Adam

subgrade , pengujian index properties tanah (kadar air, berat jenis, atterberg limit, analisa butiran dan klasifikasi tanah), pengujian pemadatan tanah (berat isi kering

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, rumusan masalah dalam penelitian ini ialah, “Bagaimana praktik komunikasi lingkungan dalam kampanye advokasi

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka fokus dari kajian penelitian ini adalah bagaimana strategi periklanan Transvision

Bersumber pada latar belakang yang telah dikemukakan diatas, dan dapat ditetapkan bahwa rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana model kepemimpinan

berat tetap, baru kemudian digunakan sebagai benda uji. Tujuan Secara umum pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat isi agregat halus, kasar ataupun campuran. Berat isi

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, ada beberapa permasalahan yang perlu diteliti adalah bagaimana kadar gas sulfur dioksida di udara ambien pada