Rafika Harianti
sekedar berbagi lewat gado-gado tulisan. nothing to lose.... ^_^
Rabu, 27 Juni 2012
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.
S DENGAN STROKE NON
HEMORRHAGIC
BAB II KONSEP DASAR
A. Pengertian
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer C. Suzanne,
2002).
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi cerebral, baik fokal
maupun global, yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau
berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada
gangguan vaskuler (definisi menurut WHO).
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang di akibatkan oleh berhentinya
suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk , 2000).
Stroke adalah gangguan neurologi yang dapat timbul sekunder dari suatu
proses patologi dan pembuluh darah (Price, 2000).
Stroke adalah Infark dari sebagian otak karena kekurangan aliran darah ke
Stroke adalah gangguan fungsi otak akut yang disebabkan terhentinya suplai
darah ke otak dimana terjadi secara mendadak dan cepat dengan gejala sesuai
dengan daerah fokal di otak yang mengalami gangguan.
Stroke nonhemoragik adalah stroke yang disebabkan karena sumbatan pada
arteri sehingga suplai glukosa dan oksigen ke otak berkurang dan terjadi kematian
sel atau jaringan otak yang disuplai.
B. Etiologi
Menurut Baughman, C Diane.dkk (2000) stroke biasanya di akibatkan dari
salah satu tempat kejadian, yaitu:
1. Thrombosis
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan
kongesti di sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang
tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan
gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.
2. Embolisme serebral
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan
udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat
sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli :
a) Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease.(RHD)
b) Myocard infark
c) Fibrilasi.
d) Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah
terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan
embolus-embolus kecil.
e) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan
3. Hemorargik cerebral
Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perlahan ke dalam jaringan otak atau
ruang sekitar otak. Akibatnya adalah gangguan suplai darah ke otak , menyebabkan
kehilangan gerak, pikir, memori, bicara, atau sensasi baik sementara atau
permanen.
Penyebab lain terjadinya stroke non hemoragik adalah :
a) Aterosklerosis
Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan ateroma(endapan lemak) yang
kadarnya berlebihan dalam pembuluh darah. Selain dari endapan
lemak, aterosklerosis ini juga mungkin karena arteriosklerosis, yaitu penebalan
dinding arteri (tunika intima) karena timbunan kalsium yang kemudian
mengakibatkan bertambahnya diameter pembuluh darah dengan atau tanpa
mengecilnya pembuluh darah.
b) Infeksi
Peradangan juga menyebabkan menyempitnya pembuluh darah, terutama yang
menuju ke otak.
c) Obat-obatan
Ada beberapa jenis obat-obatan yang justru dapat menyebabkanstroke seperti:
amfetamin dan kokain dengan jalan mempersempit lumen pembuluh darah ke otak.
d) Hipotensi
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran
darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi
jika hipotensi ini sangat parah dan menahun.
Sedangkan faktor resiko pada stroke (Baughman, C Diane.dkk, 2000):
1. Hipertensi merupakan faktor resiko utama.
2. Penyakit kardiovaskuler (Embolisme serebral mungkin berasal dari jantung). 3. Kadar hematokrit normal tinggi (yang berhubungan dengan infark cerebral).
5. Penurunan tekanan darah yang berlebihan atau dalam jangka panjang dapat menyebabkan iskhemia serebral umum.
6. Penyalahgunaan obat tertentu pada remaja dan dewasa muda.
7. Konsultan individu yang muda untuk mengontrol lemak darah, tekanan darah, merokok kretek dan obesitas.
8. Mungkin terdapat hubungan antara konsumsi alkohol dengan stroke.
Faktor-faktor atau keadaan yang memungkinkan terjadinya strokedikelompokkan
menjadi beberapa bagian yaitu:
1. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi: Usia, jenis kelamin, herediter, ras/etnik.
2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi:
Riwayat stroke, hipertensi, penyakit jantung, diabetes millitus, hiperkolesterol,
obesitas, merokok.
C. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala dari stroke adalah (Baughman, C Diane.dkk,2000):
1. Kehilangan motorik.
2. Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)
dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia.
3. Kehilangan komunikasi
4. Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara) atau afasia (kehilangan berbicara).
5. Gangguan persepsi
6. Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan kehilangan
sensori.
7. Kerusakan fungsi kognitif, parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).
bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasi yang berlanjut (dapat mencerminkan
kerusakan neurologi ekstensif).
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang terkena:
1. Pengaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah.
2. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi, gangguan penglihatan.
3. Pengaruh terhadap komunikasi: bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.
Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:
D. Patofisiologi
Infark ischemic cerebri sangat erat hubungannya
dengan aterosklerosis danarteriosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan
bermacam-macam manifestasi klinis dengan cara:
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran darah. 2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan perdarahan
aterm.
3. Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
4. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau menjadi lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek.
Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak:
2. Keadan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat, aliran darah ke otak menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke otak menjadi menurun.
3. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi otak yaitu kemampuan intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur agar pembuluh darah
otak tetap konstan walaupun ada perubahan tekanan perfusi otak.
4. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan karena lepasnya embolus sehingga menimbulkan iskhemia otak.
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum
(Hypoksia karena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis sering/cenderung
sebagai faktor penting terhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak
arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah
akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusipada pembuluh
darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan nekrosis diikutithrombosis
dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebrovaskuler.
Anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan
irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh
karena gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.
E. Pathways Terlampir
F. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark.
2. Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan atau obstruksi arteri.
3. Pungsi Lumbal
* Menunjukan adanya tekanan normal.
4. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
5. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena.
6. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.(DoengesE,
Marilynn,2000).
G. Komplikasi
Komplikasi pada stroke non hemoragik adalah:
1. Berhubungan dengan imobilisasi: infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan, konstipasi.
2. Berhubungan dengan paralise: nyeri punggung, dislokasi sendi, deformitas, terjatuh. 3. Berhubungan dengan kerusakan otak: epilepsy, sakit kepala.
4. Hidrosefalus H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada stroke trombotik/emboli/ stroke non hemoragik
didasarkan pada:
1. Mempertahankan perfusi jaringan serebral secara adekuat: misalnya dengan tirah baring, monitor tekanan darah dan tingkat kesadaran.
2. Melindungi jaringan marginal disekitar infark.
3. Merangsang pulihnya fungsi neuron yang mengalami kerusakan ireversibel.
4. Mencegah pembentukan bekuan darah dan gangguan serebral lainnya, misalnya pemberian antikoagulan seperti Dicumarol, heparin.
Sedangkan tindakan pembedahan dilakukan untuk:
1. Mengeluarkan bekuan darah atau thrombus dari arteri carotis atau vertebra. 2. Merekonstruksi arteri yang sebagian teroklusi.
3. Melakukan bypass pada arteri yang tersumbat dengan venous graft. Selain yang disebutkan di atas yaitu:
1. Breathing (B1)
Inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas,
penggunaan otot bantu napas dan peningkatan frekuensi
peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering
didapatkan pada klien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran (koma).
Pada klien dengan tingkat kesadaran composmentis pada pengkajian inspeksi
pernapasan tidak ada kelainan. Palpasi thorak didapatkan taktil premitusseimbang
kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
2. Blood (B2)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok) hipovolemik yang
sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan
bisa terdapat adanya hipertensi masif TD>200 mmHg.
3. Brain (B3)
Stroke menyebabkan berbagai dfisit neurologis bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat
dan aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat
membaik sepenuhnya.
4. Bladder (B4)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkotinensia urine sementara
karenakonfusi, ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan
kontrol motorik dan postural. Kadang-kadang kontrol sfingter urinarus eksternal
hilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermitten dengan
tekhnik steril. Inkotinensia urine yang berlanjut menunjukkan
kerusakan neurologis luas.
5. Bowel (B5)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual dan
muntah pada fase akut. Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan
produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah pemenuhan kebutuhan
nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
Adanya inkontinensia alvi yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
Stroke dalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol
volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron
motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motor paling umum
adalah hemiplegia (paralisis pada saah satu) karena lesi pada sisi otak yang
berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satusisi tubuh, adalah tanda yang
lain. Pada kulit, jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan jelek. Disamping itu perlu juga dikaji
tanda-tanda dekubitus, terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke
mengalami masalah mobillitas fisik. Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena
kelemahan, kehilangan sensorik, atau paralisis/hemiplegia, mudah lelah
menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat (Muttaqin,2004).
I. Pengkajian Fokus
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal
yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun selama
pasien dirawat di rumah sakit.
1. Pengkajian primer
a. Airway:
Pengkajian mengenai kepatenan jalan nafas. Kaji adanya obstruksi pada jalan napas karena
dahak, lendir pada hidung, atau yang lain.
b. Breathing:
Kaji adanya dispneu, kaji pola pernapasan yang tidak teratur,
kedalaman napas, frekuensi pernapasan, ekspansi paru,
pengembangan dada.
c. Circulation:
Meliputi pengkajian volume darah dan kardiac output serta
perdarahan. Pengkajian ini meliputi tingkat kesadaran, warna kulit,
nadi, dan adanya perdarahan.
d. Disability:
e. Exposure
Penderita harus dibuka seluruh pakaiannya.
2. Pengkajian skunder
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien yang
menyeluruh mengenai fisik, fisiologis, social budaya, spiritual kognitif, tingkat
perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi, dan gaya hidup klien. (Marillyn E.
Doengus et al 2000).
Pengumpulan data dapat meliputi :
a) Identitas klien.
Meliputi nama, umur, (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal
dan jam, MRS, nomor register, dignosa medis.
b) Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
c) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak,
pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri
kepala, mual, muntah projektil bahkan kejang sampai tidak sadar,
disamping gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi
otak yang lain.
d) Riwayat penyakit terdahulu
Adanya riwayat hypertensi, DM, penyakit jantung, anemia, riwayat
trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat
antikoagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktiv dan kegemukan
(Susan Martin Tucker. 1999).
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual, muntah pada fase akut.
3. Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus.
4. Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise /
hemiplegia, kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri otot.
5. Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran unutk
berkomunikasi akibat gangguan bicara.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.
7. Pola sensori dan kognitiv
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan atau kekaburan pandangan
perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif
biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir
8. Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan stroke, seperti
obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.
9. Pola penanggulangan stres
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses
berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
10. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pola tata nilai dan kepercayaan klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku
yang tidak stabil, kelemahan atau kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh
Umumnya mengalami penurunan kesadaran.
2. Suara bicara
Kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara.
3. TTV
TD meningkat, denyut nadi bervariasi (takikardi/bradikardi).
4. Pemeriksaan integumen
a. Kulit
Jika klien kekurangan oksigen kulit akan tampak pucat dan jika kekurangn cairan maka
turgor kulit akan jelek. Disamping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubtus terutama pada
daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu.
b. Kuku : Perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
c. Rambut : Umumnya tidak ada kelainan
5. Pemeriksaan kepala dan leher :
a. Kepala : Bentuk mecocephal.
b. Muka : Umumnya tidak simetris yaitu
mencong kesalah satu sisi
c. Leher : Kaku kuduk jarang terjadi (satya negara. 1998).
6. Pemeriksaan dada
Pada pernapasan kadang didapatkan suara napas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara
napas tambahan, pernapasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
7. Pemeriksaan Abdomen
Didapatkan penurunan peristaltic usus akibat bed rewst yang lama, dan kadang terdapat
kembung.
8. Pemeriksaan Inguinal, genetalia, dan anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensi urine.
9. Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu tubuh
10. Pemeriksaan neurologis
Umumnya terdapat terdapat gangguan pada nervus kranialis VII dan XII sentral.
b. Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan (kelemahan pada salah satu sisi tubuh).
c. Pemeriksaan sensorik : Dapat terjadi hemiparesis
d. Pemeriksaan refleks
Pada pola fase akut refleks fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa
hari refleks fisiologis akan kembali didahului dengan refeks patologis.
e. Test fungsi serebral
1. Pemeriksaan tingkat kesadaran GCS
a. Respon membuka mata Nilai 1-4
b. Respon bicara Nilai 1-5
c. Respon motorik Nilai 1-6
2. Daya ingat (memori)
a. Immediale memory/segera setelah presentasi
b. Recent memory/beberapa menit, jam, dan hari
presentasi
c. Remote memory/post memory beberapa tahun atau
jangka waktu lama
3. Bicara, kemampuan untuk menerima dan menyampaikan informasi
a. Apasia motorik
b. Apasia sensorik
c. Apasia total
f. Test Fungsi Refleks
1. Refleks fisiologis : Refleks kornea, pharing, cahaya, abdominal, biceps, triceps,
brachioradialis
2. Refleks Pathologis : Refleks Babinski, Chaddock, Palmomental
1. Test apakah pasien bisa berdiri lurus di jalan lintasan
2. Test keseimbangan koordinasi ”Ikuti jari saya, tunjuk jari saya, tunjuk hidung sendiri”
3. Test tonus dan kekuatan otot
a. Test kekuatan otot dipalpasi apakah otot terasa kenyal atau lunak.
b. Tonus otot apakah hypotoni atau hipertoni.
c. Periksa kekuatan otot anggota gerak atas kanan dan kiri dengan cara ;
pemeriksa mencoba menggerakkan, sementara klien mempertahankan, dan klien yang
menggerakkan dan pemeriksa yang menahan. Memakai enam penilaian/gradasi yaitu :
0 = bila terlihat tidak kontraksi
1 = terlihat kontraksi tetapi tidak ada gerakan sendi
2 = ada gerakan pada sendi, tetapi tidak melawan gravitasi
3 = bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan/melawantahanan pemeriksa/dengan
tahanan ringan.
4 = bisa bergerak melawan tahanan sedang dari pemeriksa tetapi kekuatannya berkurang
J. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah, hemoragik, vasospasme cerebral, edema cerebral.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan keterlibatan neuromuskuler, kelemahan, parestesia, flaksid/paralisis hipotonik (awal), paralisis spastic.
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penerimaan perubahansensori transmisi, perpaduan ( trauma / penurunan neurology), tekanan
psikologis ( penyempitan lapangan persepsi disebabkan oleh kecemasan).
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik, penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol /koordinasi otot.
5. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan reflek menelan turun hilang rasa ujung lidah.
K. Intervensi
N
o Diagnosa keperawatan
Tujuan dan
Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Perubahan perfusi jaringan
serebralberhubungandenganinter
upsi aliran darah, hemoragik,
vasospasme cerebral, edema
cerebral.
Tujuankeperawat
an:
a. Klien dapat
mempertahankan
perkusi yang
a. Berikan
penjelasan
kepada keluarga
klien tentang
sebab-sebab
Rasional: Keluarga lebih
berpartisipasi dalam
proses
normal.
d. Pupil isokor,
reflek cahaya (+).
untuk bed rest
total.
c. Observasi dan
catat
tanda-tanda vital dan
kelain tekanan
30 dengan letak
jantung (beri
setiap perubahan yang
terjadi pada klien secara
dini dan untuk penetapan
tindakan yang tepat.
Rasional: Mengurangi
tekanan arteri dengan
meningkatkan drainage
vena dan memperbaiki
sirkulasi serebral.
Rasional: Batuk dan
mengejan dapat
meningkatkan tekanan
intra cranial.
berlebihan.
aktivitas yang meningkat
dapat meningkatkan
kenaikan TIK.
Rasional: Memperbaiki sel
yang masih viable.
2 Kerusakan mobilitas
fisikberhubungandenganketerlib
atan neuromuskuler, kelemahan,
parestesia, flaksid/paralisis
hipotonik (awal), paralisis spastic.
Tujuankeperawat
a. Tidak terjadi
kontraktur sendi.
a. Ubah posisi
klien tiap 2 jam.
b. Ajarkan klien
resiko terjadinnya iskemia
jaringan akibat sirkulasi
darah yang jelek pada
daerah yang tertekan.
Rasional: Gerakan aktif
memberikan massa, tonus
dan kekuatan otot serta
memperbaiki fungsi
b. Bertambahnya
fungsi jantung dan
pernapasan.
Rasional: Mempermudah
pemenuhan oksigen ke
jaringan seluruh tubuh
Rasional: Otot volunter
akan kehilangan tonus dan
kekuatannya bila tidak
dilatih untuk digerakkan
3 Perubahan persepsi
sensoriberhubungan
denganpenerimaan perubahan
sensori transmisi, perpaduan
( trauma / penurunan neurology),
tekanan psikologis ( penyempitan
lapangan persepsi disebabkan oleh
kecemasan).
mengetahui tipe dan lokasi
yang mengalami
gangguan, sebagai
penetapan rencana
tindakan
Rasional: Untuk
nyata.
b. Tidak terjadi
disorientasi waktu,
tempat, orang
terhadap
perubahan
persepsi.
c. Latih klien
untuk melihat
suatu obyek
dengan telaten
dan seksama.
d. Observasi
respon perilaku
klien, seperti
menangis,
bahagia,
bermusuhan,
halusinasi setiap
saat.
e. Berbicaralah
dengan klien
secara tenang
dan gunakan
kalimat-kalimat
pendek.
berhubungan dengan
disorientasi klien.
Rasional: Agar klien tidak
kebingungan dan lebih
konsentrasi
Rasional: Untuk
mengetahui keadaan emosi
klien
Rasional: Untuk
memfokuskan perhatian
klien, sehingga setiap
masalah dapat dimengerti.
diriberhubungan
dengankerusakanneuromuskuler,
penurunan kekuatan dan
ketahanan, kehilangan control atau
koordinasi otot
harga diri dan semangat
untuk berusaha
terus-menerus.
Rasional: Klien mungkin
menjadi sangat ketakutan
dan sangat tergantung dan
meskipun bantuan yang
diberikan bermanfaat
dalam mencegah frustasi,
adalah penting bagi klien
untuk melakukan
sebanyak mungkin untuk
diri-sendiri untuk
emepertahankan harga diri
dan meningkatkan
pemulihan
d. Berikan
perasaan makna diri dan
kemandirian serta
mendorong klien untuk
berusaha secara kontinyu
Rasional: Memberikan
bantuan yang mantap
untuk mengembangkan
rencana terapi dan
mengidentifikasi
kebutuhan alat penyokong
khusus
5 Gangguan pemenuhan
nutrisiberhubungandengan refle
k menelan turun hilang rasa ujung
lidah.
b. Pasien dapat
berpartisipasi
a. Observasi
tekstur, turgor
kulit.
b. Lakukan oral
hygiene.
c. Tentukan
Rasional: Mengetahui
status nutrisi klien.
Rasional: Kebersihan
mulut merangsang nafsu
dalam intervensi
yang akan diberikan pada
klien.
Rasional: Untuk klien
lebih mudahuntuk
menelan karena gaya
gravitasi
Rasional: Menguatkan otot
fasial dan otot menelan
dan menurunkan risiko
tersedak.
Rasional: Dapat
meningkatkan pelepasan
endorfin dalam otak yang
meningkatkan nafsu
g. Kolaborasi
dengan tim
dokter untuk
memberikan
cairan melalui
IV atau
makanan
melalui selang.
Rasional: Mungkin
diperlukan untuk
memberikan cairan
pengganti dan juga
makanan jika klien tidak
mampu untuk
memasukkan segala
sesuatu melalui mulut.
BAB III TINJAUAN KASUS A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan tanggal 16 Mei 2011 jam 09.00 WIB, tanggal 17 Mei 2011 jam 08.00 WIB. Penyampaian data diperoleh dengan anamnesa dan melihat Catatan Medik pasien.
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. S Umur : 53 Tahun Jenis Kelamin : Laki-Laki Pekerjaan :
Alamat : Status Perkawinan : Menikah Suku/ Bangsa :
Ruang Rawat : No Register :
Tanggal masuk : 14 Mei 2011 Diagnosa Medis : SNH
Jenis Kelamin : Perempuan Hubungan Dengan Klien: Istri
III. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan Utama
Lemah anggot gerak sebelah kiri 2. Riwayat penyakit sekarang
2 hari sebelum dirawat di RS pada waktu Tn. S di rumah, saat hendak mandi dan mengangkat gayung tiba-tiba pasien sulit mengangkat tangan, tidak mual, tidak muntah dan nyeri kepala tidak ada, bibir merot ke kanan oleh karena itu klien dibawa ke RS A, dari RS tersebut kemudian klien dirujuk ke RS B Semarang.Keluhan tersebut dialami klien saat dari rumah hingga klien pulang dari Rumah Sakit. Klien kurang tahu penyebabnya, tiba-tiba kaki dan tangannya sulit untuk digerakkan. Klien belum pernah menderita sakit seperti ini dan mempunyai riwayat hipertensi maupun diabetes mellitus, klien sering sekali merokok dan dalam sehari habis 2 bungkus rokok. Dari UGD RS B klien mendapat RL 20 tpm,
3. Riwayat penyakit dahulu
1 bulan yang lalu klien juga pernah di rawat di RS A. Klien tidak punya riwayat DM, punya riwayat hipertensi, punya riwayat kolesterol juga.
4. Riwayat penyakit keluarga
Menurut klien, keluarga ada yang mempunyai riwayat Hipertensi yaitu ibunya. Genogram
1. Riwayat sosial ekonomi
Biaya perawatan ditanggung jamsostek
IV. Pola Kesehatan Fungsional Menurut Gordon 1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien tahu sedikit mengenai penyakit yang diderita, pasien mengatakan keadaanya ingin segera membaik dan tidak bertambah parah.
2. Pola nutrisi dan metabolik
Sebelum dirawat, pasien makan 3x dalam sehari, dengan diit biasa. Minum air putih 6 gelas dalam sehari. Selama dirawat, klien makan 3x dalam sehari, mengalami mual dan muntah saat pertama kali dirawat. Muntah 2x dalam 1 hari pertama. Dengan diit rendah gula, porsi sedikit tapi sering, minum 4 gelas dalam sehari.
3. Pola aktivitas dan latihan
Klien adalah seorang laki-laki, anak ke 3 dari 3 bersaudara, terbiasa melakukan dan aktivitas secara mandiri sebelum mengalami kelemahan anggota gerak kiri. Selama dirawat aktivitas sehari-hari ada yang bergantung kepada keluarga, yaitu aktivitas makan, eliminasi (BAB dan BAK), mandi.
4. Pola eliminasi
Sebelum dirawat pola eliminasi klien dalam keadaan normal, BAB 1X dalam sehari, BAK 3X dalam sehari. setelah dirawat BAK klien tidak ada gangguan namun BAB ada gangguan pola yaitu klien mengatakan sudah 3 belum BAB.
5. Pola istirahat dan tidur
Sebelum dan saat dirawat pola istirahat pasien tidak terganggu, klien tidur dari jam 22.00-05.00
6. Pola sensori dan kognitif
Sebelum dan saat sakit pada Tn. M tidak ada penurunan kemampuan sensasi (penglihatan, pendengaran, penghidu, pengecapan, sensasi perabaan). Klien tidak menggunakan alat bantu mendengar ataupun kacamata saat sebelum dan saat sakit. Saat sakit dan sebelum sakit tidak ada masalah dengan kemampuan mengingat, bicara pelo, mulut merot ke kanan, dan memahami pesan yang diterima, klien juga mampu mengambil keputusan yang bersifat sederhana (misalnya klien mengatakan badan panas dan minta obat penurun panas). Persepsi terhadap nyeri yaitu: pusing atau nyeri kepala meningkat saat duduk dan bila berbaring nyeri
berkurang, lama keluhan = lama duduk, lokasi sumber nyeri dikepala dan tidak menyebar. Skala: 5, keluhan dirasakan ketika berlatih duduk.
7. Pola konsep diri
8. Pola hubungan dengan orang lain
Hubungan klien dengan orang lain baik, tidak ada masalah. 9. Pola reproduksi seksual
Klien adalah seorang pria sudah menikah, dan selama dirawat belum melakukan hubungan seksual karena adanya kelemahan anggota gerak kiri.
10. Pola mekanisme koping
Jika klien mempunyai suatu masalah, biasanya diselesaikan dengan musyawarah, dan sharing istri dan anaknya.
11. Pola nilai kepercayaan dan keyakinan
Klien adalah seorang muslim, sebelum dirawat klien melakukan sholat 5 waktu, setelah dirawat ibadah klien terganggu karena kondisi yang lemah, dan hanya melakukan sholat dengan posisi tidur.
V. Pemeriksaan Fisik 1. keadaan umum
baik, kesadaran komposmentis GCS 15, E4V5M6
2. Tanda-tanda vital RR: 24 kali permenit S: 36,8°C.
3. Kepala : mesosefal, simetris, tidak ada luka, dan tidak ada jejas Rambut : pendek, bersih
Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokhor Hidung : simetris, tidak ada secret, tidak ada polip, tidak terpasang NGT. Telinga : tidak ada serumen , bersih
Mulut : keadaan selaput mukosa lembab, tidak terdapat sariawan, mulut bersih, tidak terdapat bau mulut, tidak ada bengkak pada gusi, bibir agak kering. Leher dan tenggorokan: tidak ada benjolan pada leher, posisi trakhea di tengah, tidak terdapat pemasangan alat (trakeostomy), tidak ada pembesaran tonsil (inspeksi), tidak ada nyeri waktu menelan, posisi mulut merot ke kanan.
4. Paru
Inspeksi : simetris
Auskultasi : vesikuler ada 5. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis berada di SIC IV mid klavikula Perkusi : tidak ada pembesaran jantung
Auskultasi : bunyi jantung BJ I & BJ II 6. Abdomen
Inspeksi : datar, tidak asites
Auskultasi : bising usus ada 12 x/menit
Palpasi : teraba 2 cm di bawah arkus costae, padat, rata, tepi tajam, nyeri tekan ada Perkusi : timpani
7. Genetalia
Tidak terpasang Kateter 8. Ekstremitas
Kuku bersih, turgor baik, tidak adanya edema, akral hangat, Capillary refill time kurang dari 3 detik, kekuatan otot: tangan kanan 5 dan kaki kanan 5, tangan kiri 3 dan kaki kiri 3. Klien bisa bergerak akan tetapi tangan kiri dan kaki kiri tidak bisa bergerak secara maksimal( mampu menahan gravitasi tapi dengan sentuhan jatuh), bila ingin latihan duduk klien berpegangan pada pengaman tempat tidur dan saat duduk klien mengatakan pusing. Pada daerah tusukan infuse (tangan sebelah kanan) tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada edema dan tidak kemerahan.
9. Kulit
Bersih, warna coklat kehitaman,lembab, turgor baik, tidak ada edema. VI. Data penunjang
Laboratorium Hematologi 18/5/2011
Terapi
16/5/2011
Infuse RL 20 tpm Aspilet 1x80 mg (po) Piracetam 2x1200mg (po) Ranitidine 2x 50 mg (iv)
17/5/2011
Infuse RL 20 tpm Aspilet 1x80 mg (po) Piracetam 2x1200mg (po) Ranitidine 2x 50 mg (iv)
Glicerine 10 ml (huknah) jam 13.30 WIB
18/5/2011
Infuse RL 20 tpm Aspilet 1x80 mg (po) Piracetam 2x1200mg (po) Ranitidine 2x 50 mg (iv)
paracetamol 500 mg jam 16.00 WIB
A. ANALISA DATA
NO
DX HARI,TANGGAL DATA FOKUS (DO/DS) PROBLEM ETIOLOGI TTD
1 Senin,
Tekanan darah: 140/80 mmHg, suhu: 37 ° C, nadi: 60 kali permenit, RR: 20
kali permenit.
Ada tanda-tanda peningkatan tekanan intra
cranial. TD
140/80 mmhg Nadi 60x/menit.
perubahan perfusi jaringan serebral
terputusnya aliran darah ke otak
2 Senin,
16/5/2011
DS : kaki kiri
tidak bisa
digerakkan dan
kerusakan mobilitas fisik ditandai
tangan kiri bisa kiri 3, TD: 140/80 mmHg, S: 36,8°
lobus temporal, occipital, dan parietal kanan 2. Infark pada
kapsula interna crus posterior
kiri, korona
radiata kanan
dan kapsula
klien mengatakan sudah 4 hari klien tidak bisa BAB
gangguan pola eliminasi
(konstipasi)
kurangnya cairan dan serat dalam DO : mukosa bibir
Hemoglobin: 14,00
1. perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan terputusnya aliran darah ke otak.
2. kerusakan mobilitas fisik ditandai dengan kaki kanan tidak bisa digerakkan dan tangan kanan bisa sedikit digerakkan berhubungan dengan kerusakan neuromoskuler, kelemahan parestesia.
3. gangguan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan kurangnya cairan dan serat dalam tubuh.
4. hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi C. INTERVENSI
NO
DX DIAGNOSAKEPERAWATAN TUJUANKRITERIA HASIL& INTERVENSI RASIONAL TTD
1 perubahan perfusi
setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 kali 8 jam, diharapkan tidak terjadi stabilisasi TTV dan tidak ada
berhubungan dengan terjadinya pusing
mengetahui faktor
yang dapat
menyebabkan pusing.
mengurangi rasa pusing
mengurangi rasa pusing
membantu proses penyembuhan 6.
ditandai dengan kaki jam, diharapkan klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
KH :
bertambahnya kekuatan otot
dan klien
menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
2. Lakukan gerak
pasif pada
ekstremitas yang sakit
3. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif
otot volunteer akan kehilangan
tonus dan
kekuatannya bila
tidak dilatih
untuk digerakkan
gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta
memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan.
mempertahankan otot tonus
membantu proses penyembuhan.
3 gangguan pola eliminasi (konstipasi)berhubungan dengankurangnya cairan dan serat dalam tubuh
Tujuan :
setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 1 kali 1 jam, diharapkan
klien dapat
untuk mengetahui perkembangan kondisi klien
supaya masukan cairan adekuat membantu
mempertahankan konsistensi feses yang sesuai pada
usus dan
membantu eliminasi
karena diet
makan makanan berserat
4. Berikan huknah gliserin
merangsang
peristaltik dan eliminasi reguler
untuk membantu mempermudah BAB.
4 hipertermiberhubungan dengan adanya infeksi
Tujuan :
setelah diberikan tindakan
keperawatan selama satu kali 5 jam, diharapkan tidak terjadi minum air putih yaitu
5. Kolaborasi dengan tim medis lain (dokter) paracetamol 500 mg
mengetahui perkembangan kondisi klien.
untuk menurukan panas
membantu menurunkan panas badan
untuk memenuhi kebutuhan cairan dan membantu menurunkan panas
untuk membantu proses
penyembuhan
D. IMPLEMENTASI
HARI,
TANGGAL JAM NO DX IMPLEMENTASI RESPON KLIEN TTD
pasif
O : klien kooperatif
14.00 1 Memonitor TTV S : -melakukan gerakan pasif
O : klien kooperatif
10.00 1 Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi untuk latihan fisik klien
S : klien mengatakan mau dibimbing dalam melakukan latihan fisik oleh fisioterapis O : klien kooperatif Rabu, melakukan gerakan pasif
O : klien kooperatif
10.00 1 Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi untuk latihan fisik klien
S : klien mengatakan mau dibimbing dalam melakukan latihan fisik oleh fisioterapis O : klien kooperatif
17.00 1 monitor TTV TD : 140/80 mmHg
pasif
O : klien kooperatif
10.30 1 Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi untuk latihan fisik klien
S : klien mengatakan mau dibimbing dalam melakukan latihan fisik oleh fisioterapis O : klien kooperatif
13.00 1 Memberikan obat sesuai
advis dokter (aspilet 1x80 mg per oral, piracetam 1x200 mg per oral, ranitidine, 1x50 mg iv)
S :
-O : klien kooperatif
Jumat melakukan gerakan pasif
O : klien kooperatif
10.30 1 Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi untuk latihan fisik klien
S : klien mengatakan mau dibimbing dalam melakukan latihan fisik oleh fisioterapis O : klien kooperatif
13.00 1 Memberikan obat sesuai
advis dokter (aspilet 1x80 mg per oral, piracetam 1x200 mg per oral, ranitidine, 1x50 mg iv)
S :
-O : klien kooperatif
Senin, 16/5/2011
11.30 2 Menentukan
faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya pusing
S : klien mengatakan
bahwa kepalanya
pusing dengan skala 5 O : klien tampak kesakitan
12.00 2 Memberikan obat sesuai
advis dokter (aspilet 1x80 mg per oral)
S : klien menanyakan obat apa itu?
O : klien kooperatif dan meminum obatnya
13.00 2 Mempertahankan tirah
rasa pusing agak berkurang
O : klien tampak menahan sakit
12.00 2 Memberikan obat sesuai
advis dokter (aspilet 1x80 mg per oral)
S : klien menanyakan obat apa itu?
O : klien kooperatif dan meminum obatnya
12.30 2 Mempertahankan tirah
baring
13.00 3 Menganjurkan klien
untuk makan makanan
13.30 3 Memberikan huknah
gliserin S : klien mengatakanbersedia untuk di
lakukan tindakan
huknah
O : klien kooperatif Rabu,
18/5/2011 11.00 4 Memonitor TTV S : -O : mukosa bibir agak
kering dengan TD: 140/80 mmHg, S: 38,6°C,
N : 88 kali permenit, RR: 20 kali permenit,
O : klien kooperatif
15.00 4 Anjurkan untuk memakai
baju yang tipis.
S :
-O : klien kooperatif
15.30 4 Anjurkan klien sering
minum air putih yaitu
S :
-O : klien kooperatif
16.00 4 Kolaborasi dengan tim
medis lain (dokter) paracetamol 500 mg
S :
-O : klien kooperatif
N
melakukan ROM aktif dengan sendiri, dan mau mengikuti latihan fisik yang dibimbing dengan fisioterapis
O : klien tampak tenang
A : masalah kerusakan mobilitas fisik sebagian teratasi
P : lanjutkan intervensi (Melakukan gerak pasif pada ekstremitas yang sakit
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien)
2 Kamis,
19/5/2011
1 S : klien mengatakan mau untuk
melakukan ROM aktif dengan sendiri, dan mau mengikuti latihan fisik yang dibimbing dengan fisioterapis
O : klien tampak tenang
A : masalah kerusakan mobilitas fisik sebagian teratasi
P : lanjutkan intervensi (Melakukan gerak pasif pada ekstremitas yang sakit
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien)
3 Jumat ,
20/5/2011 1 S : klien mengatakan mau untukmelakukan ROM aktif dengan sendiri, dan
mau mengikuti latihan fisik yang dibimbing dengan fisioterapis
O : klien tampak tenang
A : masalah kerusakan mobilitas fisik sebagian teratasi
P : lanjutkan intervensi (Melakukan gerak pasif pada ekstremitas yang sakit
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien)
4 Sabtu ,
21/5/2011
1 S : klien mengatakan mau untuk
melakukan ROM aktif dengan sendiri, dan mau mengikuti latihan fisik yang dibimbing dengan fisioterapis
O : klien tampak tenang
A : masalah kerusakan mobilitas fisik sebagian teratasi
P : lanjutkan intervensi (Melakukan gerak pasif pada ekstremitas yang sakit
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien)
5 Senin,
16/5/2011
2 S : klien mengatakan pusing berkurang jika
dalam keadaan setengah duduk dan setelah diberi obat oleh dokter
A : masalah perubahan perfusi jaringan serebral sebagian teratasi
P : pertahankan intervensi (menentukan factor pusing, pertahankan tirah baring, berikan terapi sesuai advice)
6 Rabu,
18/5/2011
2 S : klien mengatakan sudah merasa panas
lagi badannya
O : suhu tubuh 36,9 ° C.
A : masalah hipertermi teratasi
P : lanjutkan intervensi (monitor TTV)
7 Selasa,
17/5/2011
3 S : klien mengatakan setelah dilakukan
huknah perut klien terasa lega dan BAB bisa lancar
O : klien tampak tenang A : masalah konstipasi teratasi
P : pertahankan intervensi ( minum air puti yang cukup, serta makan makanan yang berserat yang cukup)
8 Rabu,
18/5/2011
4 S : klien mengatakan sudah tidak merasa
demam
O : klien tampak tenang, S : 36,8 ° C A : masalah hipertermi teratasi
P : pertahankan intervensi (minm banyak, makan makanan berserat, dan kolaborasi pemberian antipiretik jika suhu naik dan kolaborasi pemberian antibiotik)
BAB IV PEMBAHASAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 5 hari, penulis akan membahas masalah keperawatan yang muncul selama pemberian asuhan keperawatan kepada Tn. S dengan membandingkan teori :
1. perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan terputusnya aliran darah ke otak. (Sylvia, Doengoes, Price, 2001).
terdesaknya jaringan otak akan menyebabkan nyeri kepala yang diperberat saat batuk, mengejan saat buang air besar, dan membungkuk (Barbara C. Long, 2001). Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan perfusi jaringan adalah gangguan aliran arteri, gangguan aliran vena, masalah-masalah pertukaran hipovolemi dan hipervolemi. Keluarga mengatakan sudah tau kalau hipertensi adalah tekanan darah yang tinggi. Tekanan darah yang tinggi akan meningkatakan tekanan pembuluh darah ke otak sehingga mendesak organ yang lain, sehingga kompensasi yang dirasakan adalah nyeri kepala atau kebanyakan pasien menyebutnya dengan pusing. Kelompok memprioritaskan perubahan perfusi jaringan serebral sebagai diagnose pertama . Adapun untuk mengatasi masalah tersebut kelompok mengimplementasikan memonitor TTV, membantu klien tekhnik relaksasi dan distraksi (tarik nafas dalam dan mengajak bicara), mempertahankan tirah baring, dan memberikan obat sesuai advis dokter. Hipertensi merupakan salah satu factor pencetus terjadinya stroke seperti yang di alami Tn. S untuk itu harus diatasi sesuai intervensi yang ada.
2. kerusakan mobilitas fisik ditandai dengan kaki kanan tidak bisa digerakkan dan tangan kanan bisa sedikit digerakkan berhubungan dengan kerusakan neuromoskuler, kelemahan parestesia. (Sylvia, Doengoes, Price, 2001).
Diagnosa tersebut ditegakkan karena pasien mengeluh pada ekstremitas superior dan inferior sinistra tidak bisa digerakkan dan didapatkan data sebagai berikut :
Kekuatan otot: tangan dan kaki kanan 5, tangan dan kaki kiri 3, Tekanan Darah: 140/80 mmHg, Suhu: 36,8° C, Nadi: 88 kali/menit, Respiratory Rate: 20kali/menit. Tn S tampak berbaring saja di tempat tidur, keluarga klien juga mengatakan klien pernah dirawat di RS A 1 bulan yang lalu.
persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif (Potter and Perry, 2006). Pada Tn S kelompok melakukan ROM pasif.
Faktor yang mendukung terlaksananya ROM pasif ini adalah klien dan keluarga yang kooperatif untuk diimplementasikannya ROM pasif ini.
3. Gangguan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan kurangnya cairan dan serat dalam tubuh. (Sylvia, Doengoes, Price, 2001).
Diagnosa tersebut di tegakkan karena pada saat pengkajian hari Selasa 17 Mei 2010 klien mengeluh sudah 4 hari klien belum BAB dan di dapatkan hasil pemeriksaan pada abdomen teraba massa, bunyi usus: 3 kali permenit, tekanan darah: 145/90 mmHg, nadi:80 kali permenit, respiratory rate: 24 kali permenit, suhu: 36,8°C.
Anamnesis yang teliti harus dapat mendeteksi penyebab terbanyak darikonstipasi yaitu : (1) konstipasi pasca bedah,
(2) tirah baring yangterlalu lama,
(3) sisa barium setelah pemeriksaan barium enema, atau
(4) obat-obat yang dapat menimbulkan konstipasi (misalnya : opioid, antikholinergik). Pada penderita usia tua yang melakukan tirah baring, penting untuk menyingkirkan adanya dehidrasi yang berat dan kelainan elektrolit. (http://luciamery.blogspot.com). Adapun implementasi yang kelompok lakukan untuk mengatsi masalah ini adalah melakukan huknah gliserin, menganjurkan asupan cairan melalui air minum secara optimal, dan menganjurkan makan-makanan yang berserat. Factor pendukung keberhasilan dilakukannya tindakan huknah adalah klien dan keluarga kooperatif dalam pelaksanaan huknah.
1. hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi (Sylvia, Doengoes, Price, 2001).
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN
Stroke nonhemoragik adalah stroke yang disebabkan karena sumbatan pada arteri sehingga suplai glukosa dan oksigen ke otak berkurang dan terjadi kematian sel atau jaringan otak yang disuplai.
Pada keluarga Tuan S sebenarnya sudah menderita hipertensi dan keluarga tidak memahami itu serta klien juga merupakan perokok sehingga hipertensi yang merupakan factor risiko terjadinya stroke terjadi pada Tuan S, keluarga baru menyadari adanya stroke yang terjadi pada Tn. S setelah tuan S mengalami kelumpuhan. Kondisi klien pada masa post strok 1 bulan yang lalu adalah Tekanan Darah 140/80 mmHg, suhu 36,8 ° C, nadi 88 X/Menit respiratory rate 20 X/Menit. Kekuatan otot tangan dan kaki kanan 5, tangan dan kaki kiri 3. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn S yaitu dengan mengimplementasikan intervensi ROM (range of motion) pasif. Dalam hal ini kelompok menekankan bahwa pergerakan itu penting supaya klien tidak mengalami kekakuan sendi dan kekuatan otot tidak menurun, ROM pasif ini juga dapat dilakukan oleh keluarga pada saat klein bearada di rumah nantinya. Kerena latihan pergerakan ini sangat penting bagi klien yang mengalami hambatan dalam mobilisasi.
B. SARAN
1. Penerapan ROM pasif sangat perlu diterapakan saat klien berada di rumah nantinya untuk mencegah terjadinya kontraktur
fika said, hope useful... ^_^
Diposkan oleh rafika di 09.33
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru
Posting Lama
Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Lencana Facebook
Rafika Fi Ka
Laman
Beranda
Pengikut
Arsip Blog
► 2013 (7) ▼ 2012 (18)
o ► Desember (9)
o ► November (1)
o ► Oktober (1)
o ► Agustus (4)
o ▼ Juni (1)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN STROKE NON
HE...
o ► Februari (1)
o ► Januari (1)
► 2011 (7)
Cari Blog Ini
Date and Time
here I am
rafika
Indonesia
ordinary girl with ordinary life, ners, nursing science lovers, love my parents, my little sister, my little brother, my big family, my friends, and my teacher (patients), I like traveling, meet another wise people in community :)
Lihat profil lengkapku
Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.