• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Kajian Teori 2.1.1Pengertian media - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Pembelajaran Video Animasi Materi Fase-Fase Bulan dengan Pendekatan Saintifik untuk Kelas 4 SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "2.1 Kajian Teori 2.1.1Pengertian media - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Pembelajaran Video Animasi Materi Fase-Fase Bulan dengan Pendekatan Saintifik untuk Kelas 4 SD"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini akan membahas kajian teori yang berisi tentang dua bahasan.

Bahasan yang pertama akan dijelaskan secara rinci pengertian media, fungsi media pembelajaran, jenis-jenis media, dan pengembangan video animasi fase-fase bulan sebagai media pembelajaran. Bahasan yang kedua berisi tentang pembelajaran saintifik di SD, serta penelitian yang relevan, kerangka berfikir dan hipotsesis pengembangan berkenaan dengan pengembangan media pembelajaran video animasi yang akan peneliti susun.

2.1 Kajian Teori

2.1.1Pengertian media

Penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa pengaruh yang sangat besar dalam bidang pendidikan, akibatnya dalam bidang pendidikan semakin lama semakin mengalami kemajuan sehingga, mendorong berbagai usaha pembaharuan. Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Perubahan dan pembaharuan bukan hanya terjadi dalam bidang kurikulum, metodologi mengajar, penilaian pendidikan dan organisasi dan personil, akan tetapi juga terjadi pada media atau peralatan yang digunakan dalam mengajar.

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Gagne (1970)

(2)

untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar”. Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan oleh beberapa ahli, media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam pembelajaran untuk merangsang peserta didik untuk belajar, media tersebut dapat berupa buku, film, hand out, permainan, dan lain – lain.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mengartikan media sebagai alat berkomunikasi dan informasi. Media berasal dari kata “medius” yang artinya tengah, perantara atau pengantar. Menurut Heinich dalam Rusman (2012:159) media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Media merupakan salahsatu alat komunikasi dalam penyampaian pesan tentunya sangat bermanfaat jika diimplementasikan ke dalam proses pembelajaran, media yang digunakan dalam proses pembelajaran disebut dengan media pembelajaran (Scholaria, Vol. 6, No. 1, Januari 2016: 143-158). Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan, media adalah alat bantu komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi yang ingin di sampaikan.

Menurut Oemar Hamalik dalam Media Pembelajara (1976: 22) mengatakan bahwa media pendidikan memiliki ciri – ciri umum sebagai berikut : a. Media pendidikan identik artinya dengan pengertian keperagaan yang berasal

dari kata “ raga “, artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar dan yang dapat diamati melalui panca indera kita.

b. Tekanan utama terletak pada benda atau hal – hal yang bisa dilihat dan didengar.

c. Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam pengajaran, antara guru dan peserta didik

d. Media pembelajaran adalah semacam alat bantu belajar mengajar, baik dalam

kelas maupun luar kelas.

e. Berdasarkan (c) dan (d), maka pada dasarnya, media pendidikan merupakan suatu “perantara” (medium,media) dan digunakan dalam rangka pendidikan f. Media pendidikan mengandung aspek – aspek : sebagai alat dan sebagai

(3)

g. Karena itu, sebagai tindakan operasionil.

Jadi yang dimaksud dengan media pendidikan adalah alat, metode dan tehnik yang digunakan dalam rangka lebih mengefetifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan peserta didik dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

2.1.2 Kegunaan Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar

Menurut Encyclopedia of Educational Research dalam Hamalik (1994:15), nilai atau manfaat media pendidikan adalah sebagai berikut :

1. Meletakkan dasar – dasar yang konkrit untuk berpikir dan oleh karena itu

mengurangi “ verbalisme “.

2. Memperbesar perhatian para peserta didik.

3. Meletakkan dasar – dasar yang penting untuk perkembaangan belajar dan oleh karena itu membuat pelajaran lebih menetap.

4. Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan peserta didik.

5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu, hal ini terutama terdapat dalam gambar hidup.

6. Membantu tumbuhnya pengertian dan dengan demikian membantu pengembangan kemampuan berbahasa.

7. Memberikan pengalaman – pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi yang lebih mendalam serta keragaman yang lebih banyak dalam belajar.

Secara umum, media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut (Arief S. Sadiman 2008 : 17):

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, misalnya :

a. Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau model.

(4)

c. Gerak yang terlalu lembat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photograpy;

d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal.

e. Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain.

f. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi,gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar dan lain-lain.

3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk:

a. Menimbulkan kegairahan belajar

b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.

c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

4. Dengan sifat yang unik pada tiap peserta didik ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap peserta didik, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus di atasi sendiri. Hal akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan peserta didik juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam memberikan perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.

Maka dapat disimpulkan bahwa manfaat penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat mengarahkan minat belajar peserta didik sehingga memunculkan rasa ingin tahu peserta didik, menumbuhkan motivasi peserta didik

untuk belajar dan meningkatkan prestasi belajar peserta didik. 2.1.3 Jenis dan Karakteristik Media

(5)

terkandung pada media tersebut (AECT, 1977). Menurut taksonomi Rudy Bretz mengidentifikasikan ciri utama dari media menjadi 3 unsur pokok, yaitu suara, visual dan gerak. Visual dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, garis (line graphic) dan simbol yang merupakan suatu kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Terdapat 8 klasifikasi media yang dikemukakan oleh Bretz yaitu : 1) media audio visual gerak, 2) media audio visual diam, 3) media audio semi gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual diam, 6) media semi gerak, 7) media audio dan 8) media cetak.

Menurut taksonomi Briggs, lebih mengarah pada karakteristik menurut stimulus atau rangsangan yang dapat ditimbulkan dari media sendiri, yaitu kesesuaian rangsangan tersebut dengan karakteristik peserta didik, tugas pembelajaran, bahan dan transmisinya. Briggs mengidentifikasi 13 macam media yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu : objek, model, suara lansung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film rangkai, film bingkai, film televisi dan gambar. Berbeda dengan Briggs, Gagne membuat 7 macam pengelompokan media, yaitu : benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar bergerak, film bersuara, dan mesin belajar. Ketujuh klompok media ini kemudian dikaitkan dengan kemampuan memenuhi fungsi menurut tingkatan hierarki belajar yang dikembangkannya yaitu pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh pelaku belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berfikir, memasukkan alih ilmu, menilai prestasi dan pemberi umpan balik. Dalam Taksonomi Edling, Edling beranggapan bahwa media merupakan bagian dari enam unsur ransangan belajar, yaitu dua untuk pengalaman audio meliputi kodifikasi subjektif visual dan kodifikasi objektiv visual, dan dua pengalaman belajar 3 dimensi meliputi pengalaman lansung dengan orang dan pengalaman

lansung dengan benda – benda.

(6)

perangkat medianya dalam satu hierarki. Dalam bahasa awam hal tersebut daapat dijelaskan bahwa semakin rumit perangkat media yang dipakai, semakin mahal biaya investasinya, semakin susah pengadaannya, tetapi juga semakin umum penggunaannya dan semakin luas lingkup sasaranya. Sebaliknya, semakin sederhana perangkat media yang digunakan biayanya akan lebih murah, pengadaannya lebih mudah, sifat penggunaannya lebih khusus, dan lingkup sasarannya lebih terbatas.

Dari taksonomi yang telah dijabarkan oleh beberapa ahli, media

pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi media grafis, media audio dan media proyeksi diam. Adapun karakteristik yang dimilik oleh masing – masing media. Dari contoh pengelompokan yang diadakan oleh Schramm, kita dapat melihat media menurut karakteristik ekonomisnya, lingkup sasarannya yang dapat diliput, dan kemudahan kontrol pemakai. Karakteristik media juga dapat dilihat menurut kemampuan membangkitkan rangsangan indera pengliatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, maupun penciuman atau kesesuaiannya dengan tingkatan hierarki belajar seperti yang digarap oleh Gagne. Media Grafis termasuk media viasual. Sebagaimana halnya media yang lain media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber kepeneima pesan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam simbol – simbol komunikasi visual, simbol – simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain itu, secara khusus media grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. Selain sederhana dan mudah pembuatanya media grafis termasuk media yang relatif murah ditinjau dari segi biayanya. Jenis – jens dari media grafis ialah gambar / foto, sketsa, diagram, bagan / chart, grafik (graphs), kartun, poster, peta dan globe,

(7)

Media proyeksi diam mempunyai pesamaan dengan media grafik dalam arti menyajikan rangsangan – rangsangan visual. Selain itu, bahasa – bahasa grafis banyak sekali dipakai dalam media proyeksi diam. Perbedaan yang jelas diantara mereka adalah pada media grafis dapat secara lansung berinteraksi dengan pesan media yang bersangkutan pada media proyeksi, pesan tersebut harus diproyeksikan dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran. Adakalanya media jenis ini disertai rekaman audio, tapi ada pula yang visual saja. Jenis medi proyeksi diam antara lain film bingkai (slide), film rangkai (film strip), overhead

proyektor, proyektor opaque, teachitoscope, microprojection dengan microfilm. 2.1.4 Definisi Video

Kata video bukanlah suatu hal asing bagi para peserta didik, video berasal dari sebuah singkatan yang dalam bahasa Inggris yaitu visual dan audio. Kata vi merupakan singkatan dari visual yang berarti gambar, kemudian pada kata deo adalah singkatan dari kata audio yang berarti suara. Jadi video adalah seprangkat komponen atau media yang mampu menampilkan gambar dan suara dengan cara bersamaan (Ni Kadek R.D, dkk e-journal UNDHIKSA Vol:5 No: 2 Tahun 2016). Menurut Munir (2012:289), “video adalah teknologi penangkapan, perekaman, pengolahan, dan penyimpanan, pemindahan, dan perekonstruksian urutan gambar diam dengan menyajikan adegan-adegan dalam gerak secara elektronik”. Sejalan dengan hal itu, Riyana (Wiradinata,2014) berpendapat “media video pembelajaran adalah media atau alat bantu yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajara, baik berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran”. Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa video adalah suatu media yang dapat menampilkan gambar dan suara dengan waktu bersamaan sehingga dapat mendengar dan melihat suatu materi atau informasi

yang disampaikan. 2.1.5 Definisi Animasi

(8)

hidup (to give life to), atau Animation yang berarti ilusi dari gerakan, atau hidup (Ranang A.S, 2010:9). Lazimnya istilah animation diartikan membuat film kartun (the making of cartoons). Istilah animation tersebut dialihbahasakan ke dalam

bahasa Indonesia menjadi Animasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:53) kata animasi diartikan lebih teknis lagi yaitu acara televisi yang berbentuk rangkaian lukisan atau gambar yang digerakkan secara mekanik elektronis sehingga tampak di layar menjadi bergerak.

2.1.5.1Jenis-Jenis Animasi

Sampai saat ini animasi dibagi dalam kategori besar, yaitu (Ranang A.S, 2010 : 44-49) :

1. Animasi Gambar Diam (Stop-Motion Animation)

Stop-Motion Animation sering disebut pula claymation karena dalam

perkembangannya, jenis animasi ini sering menggunakan tanah liat (clay) sebagai objek yang digerakkan. Teknik animasi stop-motion pertama kali ditemukan oleh Stuart Blakton pada tahun 1906 dengan menggambar ekspresi wajah tokoh kartun di papan tulis, diambil gambarnya dengan still camera, kemudian dihapus untuk menggambar ekspresi wajah selanjutnya. Teknik animasi stop motion ini sering digunakan dalam efek visual untuk film-film di era tahun 1950-1960 bahkan sampai saat ini.

2. Animasi Tradisional (Traditional Animation)

Animasi tradisional merupakan teknik animasi yang pertama kali dikembangkan dan telah menjadi jenis animasi paling dikenal sampai saat ini. Animasi tradisional juga sering disebut Animasi Sel (cel animation) karena teknik pengerjaannya dilakukan pada celluloid transparent yang sekilas mirip sekali dengan transparasi OHP yang sering digunakan untuk presentasi. Karena bentuknya lembaran-lembaran gambar dua dimensi tersebut, teknik ini disebut

(9)

seperti adobe Image Ready, Macromedia Flash, Animator Pro, After Effect dan sebagainya.

3. Animasi Komputer (Computer Animation)

Sesuai dengan namanya, animasi jenis ini secara keseluruhan dikerjakan dengan bantuan komputer. Melalui menu gerakan kamera dalam program komputer, keseluruhan objek bisa diperlihatkan secara tiga dimensi, sehingga lebih sering disebut dengan istilah animasi tiga dimensi (3D animation). Awal perkembangan animasi 3D sesungguhnya sudah di mulai sejak tahun 1964, ketika

Ivan Sutherland dari, Massachussetts Institute of Technology berhasil mengembangkan sebuah program bernama Sketsachpad yang mampu menggambar sinar-sinar garis langsung pada Chatoda Ray Tube (CRT).

Berdasarkan jenis-jenis animasi yang telah terurai, video animasi fase-fase bulan yang akan dikembangkan peneliti tergolong pada jenis animasi tradisional, karena animasi yang dibuat dalam video pembelajaran menggunakan animasi 2dimensi (2D)

2.1.6 Cara pengembangan media pembelajaran

Menurut Azhar Arsyad (2009:2), dismping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan ketrampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang pengembangan media pembelajaran. Langkah – langkah pengembangan media menurut Arief S. Sadiman (2009: 99-187), langkah-langkah pengembangan media adalah sebagai berikut.

a. Penyusunan Rancangan

Urutan dalam mengembangkan program media itu dapat di uraikan sebagai berikut ini :

1. Analisis Kebutuhan Dan Karakteristik Peserta didik

(10)

yang diperlukan peserta didik. Sebagai perancang program media, guru harus dapat mengetahui pengetahuan atau ketrampilan yang telah dimiliki peserta didik sebelum mengikuti kegiatan instruksional. Suatu program media akan dianggap terlalu mudah bagi peserta didik bila peserta didik tersebut telah memiliki sebagian besar pengetahuan / ketrampilan yang disajikan oleh program media tersebut. Sebliknya program akan dipandang terlalu sulit bagi peserta didik bila peserta didik belum memiliki pengetahuan / ketrampilan yang harus dimiliki peserta didik sebelum menggunakan media tersebut. Pengetahuan prasyarat ialag

pengetahuan / ketrampilan yang harus dimiliki peserta didik sebelum menggunakan media.

2. Perumusan Tujuan

Dalam proses pembelajarn, tujuan instruksional merupakan faktor yang sangat penting. Tujuan dapat memberi arah kemana peserta didik akan pergi, bagaimana ia harus pergi kesana, dan bagaimana ia tahu bahwa telah sampai tempat tujuan. Tujuan ini merupakan pernyataan yang menunjukkan perilaku yang harus dapat dilakukan peserta didik setelah ia mengikuti proses instruksional tertentu. Untuk dapat merumuskan tujuan instruksional dengan baik ada dua hal yang perlu di ingat yaitu :

a. Tujuan instruksional harus berorientasi kepada peserta didik bukan berorientasi kepada guru. Hal yang perlu dinyatakan dalam tujuan harus perilaku yang dapat dilakukan atau yang diharapkan dapat dilakukan peserta didik setelah proses instruksional selesai. Jadi, tujuan ini harus berorientasi kepada hasil. Tujuan tidak menyatakan apa yang harus dilakukan guru dalam kegiatan belajar mengajar karna bukan perilaku guru yang dipentingkan melainkan perilaku peserta didik. Jadi, bukan proses mencapai tujuan itu yang penting, melainkan hasil akhirnya. b. Tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja yang oprasional. Artinya, kata kerja

itu menenujukkan perbuatan yang dapat diamati atau yang hasilnya dapat diukur. 3. Pengembangan Materi Pembelajaran

(11)

mengembangkan bahan istruksional yang mendukung tercapainya tujuan itu, maka tujuan yang telah di rumuskan harus dianalisis lebih lanjut. Dengan cara tersebut akan diperoleh sub kemampuan dan sub ketrampilan, serta sub-sub kemampuan dan sub-sub ketrampilan (Arief S. Sadiman, 2009: 112). Apabila sub kemampuan dan sub-sub kemampuan telah telah teridentifikasi maka akan diperoleh bahan instruksional terperinci yang akan mendukung tercapainya tujuan tersebut. Setelah daftar pokok-pokok bahasan bahan pembelajaran tersebut diperoleh. Berikutnya ialah mengorganisasikan urutan penyajian yang logis,

artinya dari hal yang sederhana ke hal yang rumit atau dari yang konkrit ke abstrak. Dalam hal ini kemampuan yang satu menjadi prasyarat untuk dapat dipelajarinya kemampuan yang lain.

b. Penulisan Naskah Media

Dalam tahap ini pokok-pokok yang telah diuraikan lebih lanjut disajikan kepada peserta didik. Penyajian dapat disampaikan melalui media yang sesuai yang dipilih. Agar instruksional dapat dismpaikan melalui media, terlebih dahulu materi dituangkan dalam tulisan atau gambar yang disebut naskah program media. Pada naskah film bingkai, film, dan video/tv lembaran naskah di bagi menjadi dua kolom sama lebar. Kolom sebelah kiri dicantumkan urutan gambar yang harus diambil kamera serta penjelasan tentang sudut pengambilan gambar. Pada kolom sebelah kiri dapat dibaca apakah gambar yang harus diambil dalam close up, medium shot, long shot, dan sebagainya. Di kolom sebelah kanan dituliskan narasi atau percakapan yang harus dibaca par pelaku, serta musik dan suara-suara yang harus direkam. Berikut adalah tahapan-tahapan penulisan naskah film dan video. 1. Sinopsis

Sinopsis diperlukan untuk memberikan gambaran secara ringkas dan padat tentang tema atau pokok materi yang akan dibuat. Tujuan utamanya adalah

mempermudah menangkap konsep, mempertimbangkan kesesuaian gagasan dengan tujuan yang ingin dicapai dan menentukan persetujuan.

(12)

Treatmen berbeda dengan sinopsis, treatmen memberikan uraian ringkas secara diskriptif (bukan tematis) tentang bagaiman suatu episode cerita atau rangkaian peristiwa instruksional (instruksional events) .

3. Storyboard

Storyboard adalah rangkaian kejadian seperti dilukiskan dalam treatment kemudia divisualkan dalam perangkat gambar atau sketsa sederhana. Tujuan pembuatan storyboard antaralain untuk melihat apakah tata urutan peristiwa yang visualkan telah sesuai dengangaris cerita. Disamping itu juga untuk melihat apakah

kesinambungan (kontinuitas) arus dari cerita sudah lancar. Storyboard dapat juga digunakan sebagai momen-momen pengambilan (shoot).

4. Skrip atau naskah program

Skrip atau naskah program adalah keterangan-keterangan yang ddidapat dari hasil eksperimen coba-coba dengan storyboard, kemudian dituangkan dalam bentuk skrip atau naskah program menurut tata urutan yang dianggap sudah benar.

5. Skenario

Skenario merupakan petunjuk operasional dalam pelaksanaan produksu atau pembuatan program. Dalam skenario inilah beda antara film dan video akan tampak karena video mempunyai efek visual tertentu yang tidak dimiliki oleh media film.

c. Produksi Media

Dalam produksi pembuatan animasi terdiri dari proses drawing, scaning, coloring, lip-synch (pergerakan mulut pada anime), hingga proses editing yaitu mengemas hasil akhir sebuah film, mensingkronkan suara visual, memberikan spesial efek dan mengekspor kedalam media yang ditentukan.

d. Evaluasi Program Media

Evalusi dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang dibuat dapat

(13)

2.1.7 Pembelajaran Saintifik di SD

Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menekankan pembelajaran yang mampu mengembangkan kreativitas peserta didik. Mulyoto (2013:103) menyatakan bahwa “selama ini unsur kreativ memang sering disebut-sebut pakar pendidikan, tapi pembelajaran yang memberi ruang kepada peserta didik untuk mengembangkan kreativitas belum mendapat tempat”. Disamping itu, kementrian pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) menegaskan bahwa kurikulum 2013 juga mengamanatkan untuk mendorong peserta didik agar mampu lebih baik

dalam melakukan observasi, bertanya, menlar, dan mengkomunikasikan terhadap apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran (Kemendikbud, 2013:3-4). Ciri khas dari pembelajaran dalam Kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang berbasis pendekatan saintifik .

Pendekatan saintifik menjadikan peserta didik lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan pembelajaran tidak membosankan, peserta didik dapat mengontruksi pengetahuan dan ketrampilannya melalui fakta-fakta yang ditemukan dalam penyelidikan di lapangan guna pembelajaran. Selain itu, dengan pembelajaran pendekatan saintifik ini, peserta didik didorong lebih mampu dalam mengobservasi, bertanya, bernalar, dan mengomunikasikan atau mempresentasikan hal-hal yang dipelajari dari fenomena alam ataupun pengalaman langsung (Kemendikbud, 2013: 203,2012).

(14)

yang ada, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan pendekatan dalam proses pembelajaran dimana peserta didik dapat berperan aktif dalam memperoleh pengetahuan yang mengintegrasikan ketrampilan untuk mecari tahu sendiri fakta-fakta dan pengetahuan yang dikaitkan dengan materi pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran terdapat langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Hosnan (2014: 37) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik yaitu “ a) mengamati (observing); b) menanya (questioning); c) mengumpulkan informasi; d) mengasosiasi/mengolah

informasi/menalar (associating); e) mengomunikasikan; dan f) membentuk jejaring (networking).” Langkah pembelajaran saintifik juga dikemukakan oleh Imas & Berlin (2014:26) yang menyatakan bahwa terdapat 5 langkah dalam mengimplementasikan saintifik yaitu “a) mengamati (observing); b) menanya (questioning); c) menalar (associating); d) mencoba (experimenting); dan e) membentuk jejaring atau mengomunikasikan (networking).” Langkah serupa dijelaskan dalam permendikbud Nomor 81 A tentang Implementasi Kurikulum dimana terdapat 5 langkah dalam mengimplementasikan saintifik yaitu “a) mengamati; b) menanya; c) mengumpulkan informasi/eksperimen; d) mengasosiasikan/mengolah informasi; dan e) mengomunikasikan.”

Dari beberapa pendapat diatas dapat diketahui bahwa penerapan pendekatan saintifik menuntut keterlibatan aktif peserta didik karena pada dasarnya mereka adalah pusat dari tujuan pembentukan kompetensi yang ingin dicapai. Dalam pendekatan saintifik setiap materi pembelajaran yang baru harus dikaitkan dengan pengetahuan dan pengalaman peserta didik yang sudah ada sebelumnya. Pendekatan ini diharapkan mampu meningkatkan tingkat berpikir kritis dan kreativitas peserta didik. Dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran terdapat 5 langkah/tahapan yang harus

dilakukan yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasi.

(15)

2.1.8 Media Pembelajaran Video Animasi Materi Fase-Fase Bulan Dengan

Pendekatan Saintifik

Berdasarkan uraian mengenai media pembelajaran animasi fase-fase bulan dengan pendekatan saintifik dapat diketahui bahwa media pembelajaran animasi fase-fase bulan dengan pendekatan saintifik yang akan dikembangkan merupakan media pembelajaran yang disusun secara sistematis.

Fakta dilapangan yang diungkapkan bahwa masih terdapat permasalahan terkait dengan penggunaan media pembelajaran yang kurang untuk peserta didik,

maka dapat di identifikasi karakter media pembelajaran animasi fase-fase bulan yang peneliti susun adalah sebagai berikut :

1. Dikemas sesuai dengan karakteristik peserta didik.

2. Menggunakan bahasa yang komunikatif sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta didik.

3. Menggunakan pendekatan saintifik.

4. Media pembelajaran animasi fase-fase bulan memuat materi KD 9.2 tentang perubahan kenampakan benda langit.

2.2 Kajian penelitan Relevan

Hasil penelitian yang relevan atau hampir sama dengan penelitian ini yaitu “ Pengembangan Media Video Pembelajaran Daur Air Untuk Meningkatkan Poses dan Hasil Belajar IPA Peserta didik SD ” oleh Fachrur Rozie pada tahun pelajaran 2011/2013 dengan daur ulang air. Peneliti mendapatkan kesimpulan hasil kelayakan media dengan nilai 83,6% ditambah dengan hasil kelayakan media dengan nilai 92,5%, kemudian dirata – rata dan mendapat nilai 88,1%.

Penelitian sejenis dilakukan oleh Wanda Ari Rebowo dengan judul “ Pengembangan Media Video Pembelajaran Berbasis Masalah Materi Pecahan Pada Peserta didik Kelas IV Sekolah Dasar”. Hasil penelitian menunjukkan hasil

(16)

ditrima Ha yaitu penggunaan media video pembelajaran berbasis masalah lebih baik hasil belajar dibanding tidak menggunakan video.

Muhibuddin Fadhli melakukan penelitian “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Video Kelas IV Sekolah Dasar”. Hasil pst test menunjukkan bahwa rerata prestasi belajar klompok yang menggunakan media pembelajaran yang dikembangkan lebih besar daripada rerata yang prestasi belajar kelompok yang menggunakan media buku bergambar (71,3 > 62,5). Dari prolehan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa media yang dikembangkan efektif dalam

meningkatkan prestasi belajar.

Ni Kadek Risna Dewi dkk tahun 2016 melakukan penelitian “Pengembangan Video Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Mata Pelajaran Bahasa Bali Untuk Peserta didik Kela III”. Berdasarkan hasil validasi terhadap media video pembelajaran yang dikembangkan menurut review para ahli dan uji coba produk, yakni (1) menurut ahli isi pembelajaran produk berada pada kategori sangat baik dengan persentase 96%, (2) menurut ahli desain pembelajaran produk berada pada kategori baik dengan presebtase 86%, dan (3) menurut ahli media pembelajaran produk berada kategori sangat baik dengan presentase 92%, (4) hasil uji coba perorangan produk mencapai tingkat presentase 96.67% dengan kategori sangat baik, (5) hasil uji coba kelompok kecil produk mencapai tingkat presentase 95,25% dengan kategori sangat baik, dan (6) hasil uji coba lapangan produk mencapai tingkat 94,3% dengan kategori sangat baik.

Berdasarkan beberapa penelitian relevan diatas, peneliti akan melakukan penelitian serupa dengan mengembangkan media pembelajaran video animasi fase-fase bulan dengan pendekatan saintifik untuk kelas 4 SD.

2.3 Kerangka Berfikir

Dalam kegiatan belajar mengajar diperlukan media pembelajaran yang

(17)

media pembelajaran yang baik harus memperhatikan beberapa hal. Penggunaan vidieo pembelajaran yang dilakukan oleh penelitian terdahulu terbukti efektif dalam menunjang proses pembelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Melihat permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran mata pelajaran IPA yang berkenaan dengan terbatasnya media pembelajaran, peneliti akan mengembangkan media pembelajaran berupa video animasi materi fase-fase bulan dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan dengan harapan dapat membantu

peserta didik dalam memahami materi.

2.4 Hipotesis pengembangan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis pengembangan sebagai berikut :

1. Media pembelajaran video animasi materi fase-fase bulan dengan pendekatan saintifik kelas 4 SD dapat dikembangkan.

2. Media pembelajaran video animasi materi fase-fase bulan dengan pendekatan saintifik untuk kelas 4 SD valid.

Gambar

 gambar.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka Pembuatan skripsi ya ng berjudul “Proses Inovasi Otak – otak Bandeng Dari Segi Rasa Dan Bentuk”, perkenankan saya Lady Liana, mahasiswa Universitas

Besarnya rata-rata nilai tambah yang dihasilkan dari satu kilogram buah carica yang digunakan untuk menghasilkan olahan carica berupa carica in syrup adalah

Dalam kegiatan penelitian ini dilakukan metode wawancara dengan para teknisi dari PT. Nutech Integrasi yang diberikan tanggung jawab oleh perusahaan dalam menangani sebuah

Bukankah dalam bahasa Indonesia ada kata mengukur yang berasal dari meng- + ukur dan ”berarti menghitung ukurannya (panjang, besar, luas, tinggi, dsb.) dengan

Peneliti akhirnya meminta bantuan kepada guru-guru tersebut untuk menunjukkan siapa saja guru ekonomi yang berasal dari lulusan Pendidikan Ekonomi UNY dan

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan persepsi merek mewah terhadap niat beli dinyatakan tidak signifikan, diketahui bahwa nilai signifikansi (0,135)

terinfeksi Tinea pedis dilaksanakandi Laboratorium Mikrobiologi Program Studi D III Analis Kesehatan STIKes ICMe JombangJl.KemuningNO.57A Candimulyo, Jombang, Jawa

Pada teori menyebutkan bahwa massa benda di dalam air lebih kecil dari pada massa benda di udara, berarti pada percobaan ini sudah sesuai dengan teori karena diperoleh massa benda