BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari kegiatan bisnis yang dilakukannya. Profitabilitas mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan. Profitabilitas mencakup seluruh pendapatan dan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sebagai penggunaan aset dan pasiva dalam sutu periode. Profitabilitas dapat digunakan sebagai informasi bagi pemegang saham untuk melihat keuntungan yang benar-benar diterima dalam bentuk dividen. Investor menggunakan profitabilitas untuk memprediksi seberapa besar perubahan nilai atas saham yang dimiliki. Kreditor menggunakan profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar pokok dan bunga pinjaman bagi kreditor. Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap profitabilitas diukur dengan membandingkan jumlah laba setelah pajak dengan total aset.
2.1.1 Gross Profit Margin
Gross profit margin atau margin laba kotor digunakan untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan yang berasal dari penjualan setiap produknya. Rasio ini sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjualan meningkat maka gross profit margin akan menurun begitu pula sebaliknya. Dengan kata lain, rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksi, mengindikasi kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien.
2.1.2 Net Profit Margin
Net profit margin adalah ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan setelah memperhitungkan semua biaya dan pajak penghasilan.
Jika margin laba kotor tidak terlalu banyak berubah sepanjang beberapa tahun tetapi margin laba bersihnya menurun selama periode waktu yang sama, maka hal tersebut mungkin disebabkan karena biaya penjualan, umum, dan administrasi yang terlalu tinggi jika dibandingkan dengan penjualannya, atau adanya tarif pajak yang lebih tinggi. Di sisi lain, jika margin laba kotor turun, hal tersebut mungkin disebabkan karena biaya untuk memproduksi barang meningkat jika dibandingkan dengan penjualannya.
2.1.3 Return On Investment (ROI) atau Return On Asset (ROA)
ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. ROA merupakan rasio yang terpenting diantara rasio profitabilitas yang ada. ROA atau yang sering disebut ROI diperoleh dengan cara membandingkan laba bersih setelah pajak terhadap total aktiva.
peruasahaan. Sebaliknya jika ROA negative menunjukkan total aktiva yang dipergunakan tidak memberikan keuntungan/kerugian.
Menutur Munawir (2002 : 85) ROA memiliki beberapa manfaat yang antara lain :
1) Jika perusahaan telah menjalankan praktik akuntansi dengan baik maka dengan analisis ROA dapat diukur efisiensi penggunaan modal yang menyeluruh dan sensitive terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan.
2) Dapat diperbandingkan dengan rasio industry sehingga dapat diektahui posisi perusahaan terhadap industry. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam perencanaan strategi.
3) Selain berguna untuk kepentingan control, analisis ROA jugsa berguna untuk kepentingan perencanaan.
Disamping itu manfaat ROA menurut Halim dan Supomo (2001 : 154) adalah :
1) Perhatian manajemen dititikberatkan pada maksimalisasi laba atas modal yang diinvestasikan.
2) ROA dapat dipergunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan divisinya. Selanjutnya dengan ROA akan menyajikan perbandingan berbagai macam prestasi antar divisi untuk menggunakan dalam memperoleh aktiva yang diperkirakan dapat meningkatkan Return On Asset tersebut.
3) Analisa ROA dapat juga digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produksi yang dihasilkan oleh perusahaan.
Menurut Halim dan Supomo (2001 : 155), ROA juga memiliki beberapa kelemahan seperti yang dijabarkan oleh berikut ini :
1) ROA lebih menitikberatkan pada maksimasi rasio laba dibandingkan jumlah absolute laba.
2) Manajer divisi enggan menambah investasi yang menghasilkan ROA rendah dalam jangka panjang.
3) Manajer divisi mungkin mengambil investasi yang menguntungkan divisinya dalam ajngka pendek tetapi dalam jangka panjang bertentangan dengan keputusan perusahaan.
2.1.4 Return On Equity (ROE)
Analisis ROE atau sering juga disebut dengan Return On Common Equity. Dalam bahasa Indonesia, istilah ini sering juga diterjemahkan sebagai rentabilitas modal sendiri.
Menurut Kasmir (2008 : 204), ROE adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut dipihak lain atau dengan kata lain rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan laba yang diperlukan untuk menghitung ROE yaitu laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau income tax (earning after tax/EAT).
Efek dari penambahan modal asing atau modal sendiri terhadap kinerja perusahaan dapat dijelaskan ssebagai berikut. Ditinjau dari kepentingan pemilik perusahaan, penambahan modal asing hanya dibenarkan kalau perusahaan tersebut mempunyai efek finansial yang menguntungkan terhadap modal sendiri. Penambahan modal asing hanya akan memberi efek menguntungkan terhadap modal sendiri apabila rate of return dari tambahan modal asing tersebut lebih besar dari pada biaya modalnya. Sebaliknya penambahan modal asing akan memberikan efek yang merugikan terhadap modal sendiri apabila ROE dari tambahan modal asing tersebut lebih kecil dari pada biaya modal atau bunganya. Dengan demikian, bila sebuah perusahaan membutuhkan tambahan modal untuk investasi, ia hanya dibenarkan untuk memilih sumber pendanaan modal asing (hutang) hanya jika tingkat pengembalian dari tingkat investasinya yang dibiayai dengan hutang tersebut lebih tinggi dari pada biaya modal asing (biaya modal hutang). Bila terjadi keadaan sebaliknya maka seharusnya dipilih sumber pendanaan modal sendiri (menerbitkan saham atau tambahan modal dari pemiliknya).
ROE =
Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan seringkali digunakan untuk membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam sebuah industri yang sama. ROE yang tinggi seringkali mencerminkan penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif. Akan tetapi, jika perusahaan tersebut telah memilih untuk meningkatkan tingkat utang yang tinggi berdasarkan standar industri, ROE yang tinggi hanyalah merupakan hasil dari asumsi resiko keuangan yang berlebihan.
Menurut Munawir (2002 : 101), Analisis Rasio dari angka-angka rasio keuangan yang diperoleh dapat dianalisis dengan memperbandingkan angka rasio tersebut dengan :
1) Standar ratio rata-rata dari seluruh industri sejenis, dimana perusahaan yang memiliki data keuangan dianalisis untuk menjadi anggota dari industri tersebut.
2) Rasio yang telah ditentukan dalam budget perusahaan yang bersangkutan. 3) Rasio-rasio yang lalu (rasio historis) dari perusahaan yang bersangkutan. 4) Rasio keuangan dari perusahaan lain yang sejenis yang merupakan
pesaing perusahaan yang dinilai cukup baik/berhasil dalam usahanya. 2.2 Perputaran Kas (Cash Turn Over)
2.2.1 Pengertian perputaran kas (Cash turn over)
Perputaran kas merupakan merupakan kemampuan kas dalam
menghasilkan pendapatan sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas
berputar dalam satu periode tertentu. Semakin tinggi tingkat perputaran
semakin rendah tingkat perputaranya semakin tidak efisien, karena
semakin banyaknya uang yang berhenti atau tidak dipergunakan.
Tingkat perputaran kas menunjukkan kecepatan perubahan kembali
aktiva lancar menjadi kas melalui penjualan. Makin tinggi tingkat
perputaran kas, piutang dan persediaan menunjukkan tingginya volume
penjualan. Perputaran kas adalah perputaran sejumlah modal kerja yang
tertanam dalam kas dan bank dalam satu periode akuntansi. Perputaran kas
diketahui dengan membandingkan antara jumlah pendapatan dan
pemberian pinjaman dengan jumlah kas rata-rata. Dengan demikian
tingkat perputaran kas menunjukkan kecepatan kembalinya modal kerja
yang tertanam pada kas atau setara kas menjadi kas kembali melalui
penjualan atau pendapatan.
Menurut Bambang Riyanto (2001 : 95) “Perputaran kas (cash
turnover) adalah perbandingan antara penjualan (sales) dengan jumlah kas
rata-rata”. Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan
kas yang dilakukan oleh perusahaan. Karena tingkat perputaran kas
menggambarkan kecepatan arus kas kembalinya kas yang telah
ditanamkan di dalam modal kerja.
Perputaran kas = Penjualan
2.2.2 Pengertian kas (Cash)
Menurut Munawir (2004 : 14) ”Kas adalah uang tunai yang dapat
digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Termasuk dalam
pengertian kas adalah check yang diterima dari para langganan dan
simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau permintaan deposit,
yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali setiap saat oleh
perusahaan.”
Seperti yang dikemukakan oleh M. Nafarin (2007 : 308) bahwa
jumlah kas relatif kecil akan mempertinggi putaran kas dan meningkatkan
rentabilitas (kemampuan memperoleh laba), tetapi dengan kas yang kurang
(terlalu kecil) dapat mengganggu kemampuan membayar (tidak likuid)
sewaktu ada tagihan, yang pada akhirnya juga akan mengganggu
profitabilitas.
Kas merupakan komponen modal kerja yang paling tinggi tingkat
likuiditasnya, berarti bahwa semakin besar jumlah kas yang dimiliki
perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Tetapi operasi
perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya
kas yang berlebihan, berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan
mencerminkan kelebihan investasi dalam kas.
Menurut Sutrisno (2009 : 68) ada 3 alasan (motif) perusahaan atau
unit ekonomi lainnya untuk menyimpan kas, antara lain :
Berarti seseorang atau perusahaan memegang uang tunai untuk
keperluan realisasi dari berbagai transaksi bisnisnya, baik transaksi
yang rutin (regular) maupun yang tidak rutin. Seperti pembayaran
upah, pembayaran hutang, pembelian bahan, dan
pembayaran-pembayaran tunai lainnya baik yang dibayar dengan uang tunai
maupun dengan cek .
2) Motif berjaga-jaga ( precautionary motive )
Berarti seseorang atau perusahaan memegang uang tunai yang
dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya kebutuhan-kebutuhan yang
bersifat mendadak. Pada perusahaan motif berjaga-jaga ini bias dilihat
dari saldo kas minimum yang ditetapkan. Besarnya saldo kas
minimum yang ditentukan sebagai indicator penyimpangan aliran kas
yang dianggarkan. Penerimaan dan pengeluaran diperusahaan
biasanya diprediksi melalui anggaran kas atau cash budget. Apabila
antara penerimaan dan pengeluaran bias diprediksi dengan tepat, maka
kebutuhan kas yang bersifat mendadak bias ditentukan sekecil
mungkin berarti saldo kas minimum kecil tetapi bila prediksi
penerimaan dan pengeluaran kas tidak bias di prediksi dengan akurat,
maka membutuhkan saldo kas minimum yang besar karena
kemungkinan kebutuhan kas mendadak sangat besar.
Menurut Harahap (2010 : 258) “ Kas adalah uang dan surat berharga
lainnya yang dapat diuangkan setiap saat serta surat berharga lainnya yang
1) Setiap saat dapat ditukar menjadi kas.
2) Tanggal jatuh temponya sangat dekat.
3) Kecil resiko perubahan nilai yang disebabkan perubahan tingkat bunga”.
Sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya dapat
berasal dari beberapa hal, yaitu :
1) Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud
maupun yang tidak berwujud atau adanya penurunan aktiva tidak lancar
yang diimbangi dengan penambahan kas
2) Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal
oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas.
3) Pengeluaran surat tanda bukti utang, baik jangka pendek (wesel) maupun
utang jangka panjang (utang, obligasi, utang hipotik, atau hutang jangka
panjang yang lain) serta bertambahnya hutang yang diimbangi dengan
penerimaan kas.
4) Adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang
diimbangi dengan penerimaan kas pembayaran, berkurangnya persediaan
barang dagangan karena adanya penjualan secara tunai, adanya penurunan
surat berharga karena adanya penjualan dan sebagainya.
5) Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau deviden dari
investasinya, sumbangan ataupun hadiah maupun adanya pengembalian
Adapun penggunaan atau pengeluaran kas dapat disebabkan oleh adanya
transaksi-transaksi sebagai berikut:
1) Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun
jangka panjang serta pembelian aktiva tetap lainnya.
2) Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengembalian
kas perusahaan oleh pemilik perusahaan.
3) Pelunasan pembayaran angsuran utang jangka pendek maupun jangka
panjang.
4) Pembelian barang dagangan secara tunai, adanya pembayaran biaya
operasi yang meliputi upah dan gaji, pembelian supplies kantor,
pembayaran sewa, bunga, premi asuransi dan adanya persekot-persekot
niaga maupun persekot pembelian.
5) Pengeluaran kas untuk pembayaran deviden, pembayaran
pajak,denda-denda dan sebagainya.
2.2.3 Penilaian perputaran kas (Cash turn over)
Kas diperlukan perusahaan baik untuk membiayai operasi perusahaan
sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap. Dalam
mengukur tingkat perputaran kas, sumber masuknya kas yang telah tertanam
dalam modal kerja adalah berasal dari aktivitas operasional perusahaan. Oleh
karena itu, sumber kas dalam penelitian ini adalah berasal dari aktivitas
kas masuk pada perusahaan. Dengan demikian kas akan dapat dipergunakan
kembali untuk membiayai kegiatan operasional sehingga tidak mengganggu
kondisi keuangan perusahaan.
Cash Turnover atau perputaran kas yaitu dengan membagi total kredit yang diberikan dengan kas rata-rata. Pada tingkat perputaran kas yang tinggi pada satu sisi volume penjualan menjadi tinggi sedangkan lain biaya atau resiko yang ditanggung menjadi besar. Besarnya laba yang diterima perusahaan akan membuat tingkat profitabilitas ekonomi menjadi tinggi. Dengan demikian, tingkat perputaran kas mempengaruhi tingkat profitabilitas ekonomi. Semakin cepat atau tinggi tingkat perputaran kas semakin tinggi pula tingkat profitabilitas perusahaan tekstil dan garmen.
2.3 Peputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
Menurut Munawir (2004 : 77), turn over persediaan adalah merupakan
rasio antara jumlah harga pokok penjualan barang yang di jual dengan nilai
rata-rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Turn over ini menunjukkan berapa
kali jumlah persediaan barang diganti dalam satu tahun (dijual dan diganti). Untuk
mengetahui rata-rata persediaan tersimpan dapat ditentukan dengan membagi
jumlah hari-hari dalam satu tahun dengan turn over dari persediaan tersebut.
Tingkat perputaran persediaan mengukur perusahaan dalam memutarkan barang,
dan menunjukkan hubungan antara barang yang diperlukan untuk menunjang
tingkat penjualan yang ditentukan. Kesemua hal itu tentu untuk mencapai satu
tujuan yaitu laba perusahaan atau lebih kepada profitabilitas perusahaan.
Menurut Harahap (2010 : 308) “ Rasio perputaran persediaan (inventory
Semakin besar rasio ini maka baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan
berjalan cepat “.
Menurut Munawir (2004 : 77), turn over persediaan merupakan rasio
antara jumlah harga pokok penjualan barang yang di jual dengan nilai rata-rata
persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Turn over ini menunjukkan berapa kali
jumlah persediaan barang diganti dalam satu tahun (dijual dan diganti). Untuk
mengetahui rata-rata persediaan tersimpan dapat ditentukan dengan membagi
jumlah hari-hari dalam satu tahun denagn turn over dari persediaan tersebut.
Tingkat perputaran persediaan mengukur perusahaan dalam memutarkan barang,
dan menunjukkan hubungan antara barang yang diperlukan untuk menunjang
tingkat penjualan yang ditentukan. Kesemua hal itu tentu untuk mencapai satu
tujuan yaitu laba perusahaan atau lebih kepada profitabilitas perusahaan.
2.3.1 Pengertian persediaan (Inventory)
Setiap perusahaan yang bergerak dibidang industri dan perdagangan
tentunya memiliki persediaan. Persediaan merupakan komponen
terpenting dalam perusahaan. Untuk itu maka perlu diketahui terlebih
dahulu segala sesuatu yang berhubungan dengan persediaan.
Persediaaan mewakili barang yang diproduksi atau ditempatkan
untuk produksi dalam perusahaan manufaktur, sedangkan dalam
perusahaan dagang, persediaan mewakili barang-barang yang tersedia
untuk dijual. Defenisi barang yang diklasifikasikan sebagai persediaan
berbeda sesuai dengan lingkup aktivitas dalam operasi perusahaan yang
Persediaan secara umum dapat ditujukan untuk barang-barang yang
dimiliki oleh perusahaan dagang baik usaha grosir maupun retail.
Persediaan didefenisikan secara berbeda oleh beberapa ahli, oleh karena
itu, perlu kiranya memperhatikan beberapa defenisi yang dikemukakan
oleh beberapa ahli sehingga memberikan defenisi yang jelas tentang
persediaan.
Menurut Munawir (2004 : 14), “persediaan untuk perusahaan
dagang adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai
tanggal neraca masih digudang atau belum laku dijual. Sedangkan untuk
perusahaan manufactur (yang memproduksi barang) maka persediaan
yang dimilik meliputi :
1) Persediaan bahan mentah.
2) Persediaan barang dalam proses.
3) Persediaan barang jadi”.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004 : 142) : “ Persediaan adalah
aktiva :
1) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
2) Dalam proses produksi atau dalam perjalanan
3) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa”.
Dari teori diatas, dapat dinyatakan bahwa persediaan meliputi
persediaan bahan baku, barang dalam proses, barang jadi maupun barang
baku, barang dalam proses, dan barang jadi sedangkan dalam perusahaan
dagang persediaan hanya berupa barang dagang.
Persediaan diperlukan untuk menjaga kelancaran operasi perusahaan
dalam memenuhi permintaan konsumen setiap waktu. Karena persediaan
merupakan unsur terbesar dalam aktiva dan berkaitan langsung dengan
kegiatan utama perusahaan, terutama dalam perusahaan industri jika tidak
tersedia salah satu jenis persediaan maka proses produksi akan terganggu.
Bagi perusahaan dagang persediaan harus cepat terjual, karena jika tidak
cepat terjual akan mengurang laba baik karena persediaan yang terlalu
tinggi juga ada kemungkinan barang menjadi rusak. Oleh karena itu,
perusahaan harus memperhatikan perputaran persediaan untuk
mendapatkan laba yang maksimal.
2.3.2 Penilaian perputaran persediaan (Inventory turn over)
Rasio perputaran persediaan dapat digunakan untuk mengukur efisiensi
operasional yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen yang
mengontrol modal yang ada dalam persediaan. Perputaran persediaan
dihitung berdasarkan harga pokok penjualan, tetapi jika tidak diketahui
dapat dihitung dari penjualan bersih. Dalam hal ini bila perhitungan
dilakukan dengan harga pokok penjualan maka persediaan rata-rata barang
dagang juga dihitung berdasarkan harga pokok. Sedangkan bila cara yang
digunakan dengan harga jual maka rata-rata persediaan barang dagang
2.4 Analisa Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Profitabilitas
Rasio yang digunakan dalam penelitian ini mencakup rasio-rasio keuangan yang telah disebutkan diatas.
2.4.1 Pengaruh Perputaran Kas (Cash Turn Over) dan Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over) terhadap Rentabilitas.
Menurut Lukman Syamsuddin (2002 : 236) : “Semakin besar cash
turnover, semakin sedikit jumlah kas yang dibutuhkan dalam operasi
perusahaan, sehingga dengan demikian cash turnover haruslah
dimaksimalkan agar dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.”.
Dengan adanya perputaran kas yang maksimal, kebutuhan akan kas dalam
operasi perusahaan menjadi lebih sedikit. Sisa dari jumlah kas ini dapat
diinvestasikan oleh perusahaan ke dalam berbagai bentuk aktivitas yang
dapat menghasilkan profit sehingga dapat memaksimalkan profitabilitas
perusahaan.
Apabila semakin cepat perputaran kas maka akan dapat menimbulkan keuntungan yang maksimal. Hal itu dapat disebabkan karena kas yang berputar dengan cepat dalam satu periode dan akan mengakibatkan tingkat penjualan yang tinggi maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Menurut Munawir (2004 : 77), turn over persediaan adalah
merupakan rasio antara jumlah harga pokok penjualan barang yang di jual
dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Turn over
ini menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang diganti dalam satu
tersimpan dapat ditentukan dengan membagi jumlah hari-hari dalam satu
tahun dengan turn over dari persediaan tersebut. Tingkat perputaran
persediaan mengukur perusahaan dalam memutarkan barang, dan
menunjukkan hubungan antara barang yang diperlukan untuk menunjang
tingkat penjualan yang ditentukan. Kesemua hal itu tentu untuk mencapai
satu tujuan yaitu laba perusahaan atau lebih kepada rentabilitas
perusahaan.
2.5 Peneliti Terdahulu
Tabel 2.1
Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 O.I Falope dan O.T CR dan DR berpengaruh
negative signifikan terhadap ROA. Firm size
berpengaruh positif
5 Estiningsih
(2005:1-Regresi Pembelanjaan modal kerja, CR dan WCT berpengaruh positif signifikan terhadap
ROA.
Rahcman dan Nasr (2007 : 1 – 117) meneliti tentang manajemen modal kerja dan profitabilitas pada perusahaan Pakistan yang terdaftar di Bursa Efek Karachi selama 6 tahun pada periode 1999-2004. Penelitian ini menggunakan analisis regeresi dan korelasi. Rasio hutang, ukuran perusahaan (diukur dari segi logaritma alami penjualan) dan aset keuntungan terhadap total aktiva telah digunakan sebagai variable control. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negative yang kuat antara variable manajemen modal kerja dan profitabilitas perusahaan. Ini berarti jika siklus konversi kas meningkat maka akan mengakibatkan penurunan profitabilitas perusahaan, sehingga manajer dapat menciptakan nilai positif bagi pemegang saham dengan mengurangi siklus konversi kas meningkat maka akan mengakibatkan penurunan profitabilitas perusahaan, sehingga manajer dapat menciptakan nilai positif bagi pemegang saham dengan mengurangi siklus konversi kas mungkin ke tingkat minimum. Dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada hubungan negative signifikan antara likuiditas dan profitabilitas. Ada juga hubungan negative yang signifikan antara hutang yang digunakan oleh perusahaan dan profitabilitas.
memiliki pengaruh negative terhadap ROA. Namun CCC, size dan fix tidak berpengaruh signifian terhadap ROA.
Dani (2003 : 1-118) melakukan penelitian tentang pengaruh likuiditas, leverage dan efisiensi modal kerja terhadap profitabilitas (studi kasus pada PT Modern Toolsindo Bekasi). Rasio keuangan yang digunakan adalah current ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Working Capital Turnover (WCT) dan ROA. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Menggunakan 1 sample perusahaan dengan menganalisis neraca dan laporan laba rugi tahun 1997-2002. Dalam penelitiannya Dani (2003) menggunakan analisis regresi linier berganda yang hasilnya menunjukkan bahwa secara simultan faktor likuiditas, leverage dan efisiensi modal kerja terbukti memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas PT Modern Toolsindo. Sedangkan secara parsial hanya variabel leverage yang tidak berpengaruh positif terhadap variabel profitabilitas.
Estiningsih (2005 : 1-122) meneliti mengenai pengaruh kebijakan modal kerja terhadap ROA pada perusahaan tekstil yang go public di BES. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa variabel pembelanjaan modal kerja, current ratio, dan perputaran modal kerja mempunyai pengaruh yang pofitif terhadap ROA. Berdasarkan uji-t, maka variabel yang paling signifikan mempengaruhi perubahan. ROA adalah perputaran modal kerja, yaitu sebesar 70,83%.
2.6 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.6.1 Kerangka Konseptual
Kas diperlukan perusahaan baik untuk membiayai operasi perusahaan
sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap. Dalam
dalam modal kerja adalah berasal dari aktivitas operasional perusahaan. Oleh
karena itu, sumber kas dalam penelitian ini adalah berasal dari aktivitas penjualan.
Makin tinggi tingkat perputaran kas berarti makin cepat kembalinya kas masuk
pada perusahaan. Dengan demikian kas akan dapat dipergunakan kembali untuk
membiayai kegiatan operasional sehingga tidak mengganggu kondisi keuangan
perusahaan.
Perputaran kas adalah perputaran sejumlah modal kerja yang tertanam
dalam kas dan bank dalam satu periode akuntansi. Perputaran kas diketahui
dengan membandingkan antara jumlah pendapatan dan pemberian pinjaman
dengan jumlah kas rata-rata. Dengan demikian tingkat perputaran kas
menunjukkan kecepatan kembalinya modal kerja yang tertanam pada kas atau
setara kas menjadi kas kembali melalui penjualan atau pendapatan.
Menurut Lukman Syamsuddin (2002 : 236) : “Semakin besar cash
turnover, semakin sedikit jumlah kas yang dibutuhkan dalam operasi perusahaan,
sehingga dengan demikian cash turnover haruslah dimaksimalkan agar dapat
memberikan keuntungan bagi perusahaan.” Dimana rata-rata kas dapat dihitung
dari saldo kas awal ditambah saldo kas akhir dibagi dua. Makin tinggi perputaran
kas, berarti makin tinggi efisiensi penggunaan kasnya. Makin tinggi tingkat
perputaran kas, maka akan semakin baik. Hal ini berarti makin tinggi efisiensi
penggunaan kas tersebut. Tetapi apabila tingkat perputaran terlalu tinggi berarti
jumlah kas yang tersedia terlalu kecil untuk kegiatan perusahaan dan kondisi
Menurut Munawir (2004 : 77), turn over persediaan adalah merupakan
rasio antara jumlah harga pokok penjualan barang yang di jual dengan nilai
rata-rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Turn over ini menunjukkan berapa
kali jumlah persediaan barang diganti dalam satu tahun (dijual dan diganti). Untuk
mengetahui rata-rata persediaan tersimpan dapat ditentukan dengan membagi
jumlah hari-hari dalam satu tahun denagn turn over dari persediaan tersebut.
Tingkat perputaran persediaan mengukur perusahaan dalam memutarkan barang,
dan menunjukkan hubungan antara barang yang diperlukan untuk menunjang
tingkat penjualan yang ditentukan. Kesemua hal itu tentu untuk mencapai satu
tujuan yaitu laba perusahaan atau lebih kepada rentabilitas perusahaan.
Rasio perputaran persediaan dapat digunakan untuk mengukur efisiensi
operasional yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen yang mengontrol
modal yang ada dalam persediaan. Perputaran persediaan dihitung berdasarkan
harga pokok penjualan, tetapi jika tidak diketahui dapat dihitung dari penjualan
bersih. Dalam hal ini bila perhitungan dilakukan dengan harga pokok penjualan
maka persediaan rata-rata barang dagang juga dihitung berdasarkan harga pokok.
Sedangkan bila cara yang digunakan dengan harga jual maka rata-rata persediaan
barang dagang dihitung berdasarkan harga jual.
Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori, maka dapat dibuat
.
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual 2.6.2 Hipotesis
Menurut Husein Umar (2008, hal 80) “Hipotesis adalah sebuah
kesimpulan tetapi kesimpulan tersebut belum final, dan masih harus
dibuktikan kebenarannya”. Jelas sekali pernyataan diatas tersebut bahwa
hipotesis adalah suatu pernyataan terhadap suatu hal yang bersifat
sementara dan harus dibuktikan kebenarannya melalui suatu penelitian.
H1 : Perputaran Kas (Cash Turn Over) berpengaruh terhadap Rentabilitas
perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
H2 : Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over) berpengaruh terhadap
Rentabilitas perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
H3 : Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan berpengaruh terhadap
Rentabilitas perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Perputaran Kas (X1)
Perputaran Persediaan (X2)
Rentabilitas (Y)