commit to user
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN KEPUTUSAN
KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh:
ANITA WIDYASTUTI
F 1308511
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat tak terhingga kepada penulis, sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada panutan kita
Nabi Muhammad SAW ….
Karya kecil ini kupersembahkan kepada :
§ Suami tercinta
commit to user MOTTO
When you think you CAN’T, that’s when you SHOULD!
#Just Because we have disability,
Doesn’t mean we have to give up reaching what we’ve ealways dreamed,
Learn from yesterday, Life for today, and Hope for tomorrow,
The important thing is to not stop questioning.
(Einstein)
“ Sungguh bersama kesukaran pasti ada kemudahan, karena itu bila selesai
suatu tugas, mulailah dengan yang lain dan sungguh-sungguhlah dalam
mengerjakannya. Hanya kepada Tuhanmu hendaklah kamu berharap.”
(Asy Syarh : 5-8)
Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka mengubah keadaanyang ada pada mereka sendiri.
commit to user KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
karunia, dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
Skripsi ini disusun dan diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari dalam proses penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari
bantuan banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kepada :
1. Drs. Wisnu Untoro, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Drs. Santosa Tri Hananto, M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Y. Anni Aryani, M. Prof Acc, Ph.D, Ak, selaku pembimbing skripsi yang
dengan ikhlas telah memberikan pengarahan, bimbingan serta saran-saran
selama penyusunan skripsi.
4. Suami, orang tuaku tercinta, terima kasih atas doa, semangat, dan kasih sayang
serta pengertiannya selama ini. Tanpa itu semua, saya yakin belum dapat
menyeleseikan penulisan skripsi ini.
5. Pak Satimin Staf Administrasi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah banyak membantu kelancaran
commit to user
6. Adik-adikku semua, Husin Askara, Niswati K, Fifi Nia, M. Faizuddin yang
senantiasa mendoakan, membantu, dan memberikan dukungan serta
semangatnya.
7. Seluruh keluarga besar, kakak dan adik sepupu, terima kasih atas semangat
yang luar biasa.
8. Sahabat-sahabat di kampus FE Akuntansi Swadana Transfer Angkatan ’08,
Hetty, Tiwi, Dion, Lina, Sukma, Dek Ian ‘09, Dek Akbar ‘09, Mas Iwan, Pak
Eko, Mbak Renny ‘07 dan semuanya terimakasih banyak untuk canda tawanya,
kebersamaan, segala persahabatan dan pertengkaran-pertengkaran kecil yang
selalu menambah semangatku. Semoga persahabatan kita tetap terjaga sampai
nanti. Tetap SEMANGAT !!!
9. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
10. Bagi teman-teman yang masih berjuang untuk menyelesaikan kuliahnya
tetap semangat.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis meminta maaf atas kekurangan yang terjadi dan demi kesempurnaan
skripsi ini penulis mengharap kritik dan saran yang membangun demi terciptanya
karya yang sempurna.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan di kemudian hari.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, Juli 2012
commit to user
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
B. Perumusan Masalah... 10
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Manfaat Penelitian ... 11
E. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 14
1. Nilai Perusahaan ... 14
commit to user
a. Kepemilikan Manajerial ... 19
b. Kepemilikan Institusional ... 20
c. Proporsi dewan Komisaris Independen ... 22
3. Keputusan Keuangan... 24
a. Keputusan Investasi ... 25
b. Keputusan Pendanaan... 27
c. Kebijakan Deviden... 29
B. Kerangka Teoritis ... 31
C. Pengembangan Hipotesis ... 33
1. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan ... 33
2. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan... 36
3. Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Nilai Perusahaan ... 38
4. Pengaruh Keputusan Investasi terhadap Nilai Perusahaan ... 40
5. Pengaruh Keputusan Pendanaan terhadap Nilai Perusahaan ... 41
6. Pengaruh Kebijakan Deviden terhadap Nilai Perusahaan... 44
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 46
B. Populasi, Sampel dan Data Penelitian... 46
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya ... 48
1. Variabel Dependen ... 48
2. Variabel Independen... 49
commit to user
1. Statistik Deskriptif ... 51
2. Pengujian Hipotesis ... 51
a. Uji Asumsi Klasik ... 52
b. Uji Model Regresi (Goodness of Fit) ... 55
c. Uji Koefisien Regresi ... 56
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 58
1. Seleksi Sampel ... 58
2. Analisis Statistik Deskriptif ... 59
B. Hasil Analisis Data ... 62
1. Uji Asumsi Klasi ... 62
2. Uji Model Regresi ... 66
3. Uji Koefisien Regresi ... 72
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 74
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 82
B. Keterbatasan ... 84
C. Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA
commit to user DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Pengambilan Sampel ... 59
Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif ... 60
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas ... 63
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolonieritas ... 64
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 65
Tabel 4.6 Koefisien Determinasi Model Regresi ... 67
Tabel 4.7 Hasil Uji F ... 68
commit to user DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teoritis ... 32
commit to user ABSTRAKSI
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN KEPUTUSAN
KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
ANITA WIDYASTUTI NIM. F 1308511
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara corporate
governance (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris indepeden) dan keputusan keuangan (keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan deviden) terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2010. Total sampel penelitian
ini adalah 40 perusahaan yang ditentukan berdasarkan metode purposive sampling.
Penelitian ini menggunakan metode regresi berganda untuk menguji pengaruh
corporate governance (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris indepeden) dan keputusan keuangan (keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan deviden) terhadap nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 2) kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 3) proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 4) keputusan investasi berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 5) keputusan pendanaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 6) kebijakan deviden berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
commit to user
ABSTRACT
INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE AND FINANCIAL DECISIONS TO FIRM VALUE
ANITA WIDYASTUTI NIM. F 1308511
The aim of this research is to investigate the influence of corporate governance (managerial ownership, institutional ownership, board of commissioner proportion) and financial decisions (investment decision, financing decision, dividend policy) to firm value.
The sample in this research are manufacturing companies which were listed in Indonesia Stock Exchange in the year of 2009-2010. Total sample in this research are 40 companies that selected with purposive sampling method. This research uses multiple regression analysis method to investigate the influence of corporate governance (managerial ownership, institutional ownership, board of commissioner proportion) and financial decisions (investment decision, financing decision, dividend policy) to firm value.
The results of this research indicate that : 1) managerial ownership had no influence to firm value. 2) institutional ownership had no influence to firm value. 3) board of commissioner proportion had no influence to firm value. 4) investment decision had significant influence to firm value. 5) financing decision had no influence to firm value. 6) dividend policy had significant influence to firm value.
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
Bab yang pertama ini akan menjelaskan mengenai latar belakang
dilakukannya penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat
penelitian.
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah
mengoptimalkan nilai perusahaan, karena dengan meningkatnya nilai
perusahaan, maka salah satunya akan menggambarkan adanya peningkatan
kesejahteraan pemilik perusahaan dan pemegang saham. Pada umumnya
untuk meningkatkan nilai perusahaan, para pemberi modal menyerahkan
pengelolaannya kepada para profesional. Para profesional ini diposisikan
sebagai manajer. Manajer sebagai pengelola perusahaan diharapkan dapat
mengoptimalkan pengelolaan perusahaan secara efektif dan efisien melalui
implementasi keputusan-keputusan keuangan yang dibuat, seperti keputusan
pendanaan (financial decision), keputusan investasi (invesment decision) dan
kebijakan dividen (dividend policy). Dengan mengoptimalkan keputusan
keuangan tersebut, diharapkan akan dapat meningkatkan nilai perusahaan
(value of the firm) secara berkesinambungan, sehingga kekayaan pemegang
saham akan meningkat juga (Wijaya, Bandi, dan Wibawa, 2010) dan Hatta
commit to user
Menurut agency theory, adanya pemisahan antara kepemilikan dan
pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan terjadinya suatu konflik. Konflik
tersebut dinamakan agency conflict. Agency conflict dapat disebabkan oleh
pihak-pihak yang berkaitan yaitu prinsipal (yang memberi kontrak dengan
kata lain adalah pemegang saham), dan agen (yang menerima kontrak atau
yang mengelola dana prinsipal) yang mempunyai kepentingan yang saling
bertentangan. Jika agen dan prinsipal berupaya memaksimalkan
kepentingannya masing-masing serta memiliki keinginan dan motivasi yang
berbeda, maka ada alasan untuk percaya bahwa agen (manajemen) tidak
selalu bertindak sesuai keinginan prinsipal (pemegang saham). Tetapi dalam
kenyataannya, penyatuan kepentingan pemegang saham dan manajemen yang
merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap tujuan
perusahaan, seringkali dapat menimbulkan masalah (Putra, 2011).
Pandangan teori keagenan, dalam hal ini terdapat adanya perbedaan
kepentingan antara pemegang saham dan manajemen, dimulai dari
pemberian atau pendelegasian wewenang pengambilan keputusan perusahaan
kepada manajemen. Sebagai pengelola perusahaan, manajemen tentu
mempunyai penguasaan informasi internal dan prospek perusahaan
mendatang yang lebih banyak dibandingkan dengan pemegang saham. Maka
secara otomatis keadaan seperti ini akan mengakibatkan munculnya potensi
konflik yang dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Pihak
manajemen yang mempunyai kepentingan tertentu cenderung akan menyusun
commit to user
(Rachmawati dan Arifin, 2006). Dalam kondisi seperti ini diperlukan suatu
mekanisme pengendalian yang dapat menyejajarkan perbedaan kepentingan
antara kedua belah pihak. Salah satu sistem yang dapat digunakan adalah
adanya penerapan corporate governance.
Penerapan mekanisme corporate governance dinilai akan memperbaiki
hubungan antara manajemen dengan pemegang saham perusahaan,
dikarenakan penerapan corporate governance ini dapat menciptakan nilai
tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) serta dapat
mengurangi risiko akibat tindakan pengelolaan yang cenderung
menguntungkan diri sendiri (Sari, 2010).
Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang
menjelaskan hubungan antara berbagai pihak dalam sebuah perusahaan yang
menentukan arah dan kinerja perusahaan tersebut (Kalihatu, 2006). Isu
mengenai corporate governance mulai menjadi pembahasan yang penting
khususnya di Indonesia, yaitu setelah Indonesia mengalami masa krisis yang
berkepanjangan sejak tahun 1998. Banyak sekali pihak yang mengatakan
bahwa lamanya proses penyelesaian masalah krisis yang terjadi di Indonesia
dikarenakan terlalu lemahnya corporate governance yang diterapkan oleh
perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sejak saat itu, baik pemerintah maupun
investor atau pemegang saham lebih banyak memberikan perhatian yang
cukup serius dalam praktek corporate governance (Wardani, 2008).
Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001) dalam
commit to user
yang mengandung empat unsur penting yaitu keadilan, transparansi,
pertanggungjawaban, dan akuntabilitas, diharapkan dapat menjadi suatu jalan
dalam mengurangi konflik keagenan. Dengan adanya tata kelola perusahaan
yang baik, diharapkan nilai perusahaan akan dinilai dengan baik oleh investor.
Corporate governance dalam penelitian ini direpresentasikan dengan
proporsi atau jumlah dewan komisaris independen,kepemilikan institusional,
dan kepemilikan manajerial. Variabel tersebut dipilih karena merupakan
elemen penting dalam terlaksananya good corporate governance yang
bertujuan untuk mengurangi adanya konflik keagenan sehingga tujuan
perusahaan dapat tercapai.
Dewan komisaris mempunyai peranan yang sangat penting dalam
perusahaan terutama dalam pelaksanaan good corporate governance. Melalui
perannya dalam menjalankan fungsi monitoring dan pengawasan, jumlah
atau proporsi dewan komisaris independen dapat mempengaruhi pihak
manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh
suatu laporan keuangan yang berkualitas (Boediono, 2005 dalam Susanti,
Rahmawati dan Aryani, 2010) sehingga informasi keuangan yang terkandung
di dalam laporan keuangan tersebut dapat dijadikan dasar untuk pengambilan
keputusan dalam mencapai tujuan perusahaan.
Struktur kepemilikan dalam hal ini adalah kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional, oleh beberapa peneliti dipercaya mampu
mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh kepada
commit to user
nilai perusahaan yang tercermin melalui harga pasar saham perusahaan yang
beredar (Wahyudi dan Pawestri, 2006). Hal ini disebabkan karena adanya
kontrol yang mereka miliki. Struktur kepemilikan menjadi penting dalam
teori keagenan karena sebagian besar konflik keagenan disebabkan adanya
pemisahan kepemilikan dan pengelolaan. Konflik keagenan tidak akan terjadi
pada perusahaan dengan kepemilikan seratus persen oleh manajemen (Jensen
dan Meckling, 1976). Struktur kepemilikan diprediksi berpengaruh dalam
penentuan struktur modal. Semakin terkonsentrasi kepemilikan saham
perusahaan cenderung akan mengurangi hutang. Semakin terkonsentrasi
sebuah kepemilikan saham, maka akan terjadi pengawasan yang lebih efektif
terhadap manajemen. Manajemen akan cenderung berhati-hati dalam
melakukan pinjaman, dikarenakan nilai hutang yang cukup tinggi akan
menimbulkan risiko financial distress atau disebut keadaan dimana
perusahaan tidak dapat melakukan pembayaran kewajiban terhadap kreditur,
sehingga diprediksi nilai perusahaan akan menurun (Sujoko dan Soebiantoro,
2007).
Menurut Fama dan French (1998) sebagaimana telah dikutip oleh
Wahyudi dan Pawestri (2006: 2) dikatakan bahwa :
“Optimalisasi nilai perusahaan yang merupakan tujuan perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen, dimana satu keputusan keuangan yang diambil dapat mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan”.
Keputusan keuangan adalah penerapan atau praktek teori keuangan
dalam lingkup sebuah perusahaaan (corporate finance) atau bisa disebut
commit to user
2009). Keputusan keuangan ini direpresentasikan dengan keputusan investasi,
keputusan pendanaan dan kebijakan dividen. Dipilihnya keputusan investasi,
keputusan pendanaan dan kebijakan dividen sebagai representasi dari
keputusan keuangan, dikarenakan fungsi manajemen dalam hal ini manajer
keuangan, akan dihadapkan pada keputusan-keputusan keuangan tersebut
dalam menjalankan operasi perusahaan. Di samping itu, manajer juga harus
memperhatikan keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan
dividen, dalam rangka menyeimbangkan dan mencapai tujuan perusahaan
yaitu dalam hal ini meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dan
menjaga kelangsungan pertumbuhan perusahaan. Karena setiap keputusan
keuangan yang diambil oleh seorang manajer keuangan akan berdampak
terhadap keputusan keuangan lainnya (Haruman, 2008).
Keputusan investasi menunjukkan peningkatan investasi perusahaan
atau opsi pertumbuhan perusahaan. Kallapur dan Trombley (2001) dalam
Rachmawati dan Triatmoko (2007) menyatakan bahwa kesempatan investasi
perusahaan merupakan komponen penting dari nilai pasar. Hal ini disebabkan
invesment set opportunity atau kesempatan investasi dari suatu perusahaan
mampu mempengaruhi cara pandang manajer, pemilik, investor dan kreditor
terhadap perusahaan.
Keputusan keuangan seperti keputusan investasi mencakup
pengalokasian dana, baik dana yang berasal dari dalam perusahaan maupun
dana yang berasal dari luar perusahaan pada berbagai bentuk investasi.
commit to user
Gitman (2000) dalam Haruman (2008: 153) mengatakan bahwa :
“keputusan investasi sangat penting karena akan mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan dan merupakan inti dari seluruh analisis keuangan.”
Sedangkan Jensen dan Meckling (1976: 95) mengatakan bahwa :
“keputusan investasi dapat berperan sebagai mekanisme transmisi antara kepemilikan dan nilai perusahaan.”
Implementasi keputusan investasi sangat dipengaruhi oleh ketersediaan
dana perusahaan yang berasal dari sumber pendanaan dalam perusahaan
(internal financing) dan sumber pendanaan luar perusahaan (external
financing). Dengan memperhatikan sumber pendanaan, perusahaan memiliki
beberapa alternatif pendanaan untuk menentukan struktur modal yang tepat
bagi perusahaan. Dalam perspektif manajerial, komposisi struktur modal
tidak hanya menentukan komposisi sumber pendanaan internal dengan
pendanaan eksternal, tetapi tujuan yang ingin dicapai oleh seorang manajer
terhadap perusahaan, juga menjadi bagian dari keputusan tersebut. Jadi, inti
dari fungsi pendanaan ini adalah bagaimana perusahaan menentukan sumber
dana yang optimal untuk mendanai berbagai alternatif investasi, sehingga
dapat memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya
(Amanah, 2006 dan Nasser, 2008) .
Para investor memiliki tujuan utama yaitu untuk meningkatkan
kesejahteraan dengan mengharapkan pengembalian dalam bentuk dividen
maupun capital gain. Di samping itu perusahaan mengharapkan pertumbuhan
secara terus menerus untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
commit to user
Sehingga kebijakan dividen menjadi penting untuk memenuhi harapan
pemegang saham terhadap dividen, dengan tidak menghambat pertumbuhan
perusahaan. Adanya perbedaan kepentingan atau biasa disebut dengan konflik
keagenan (agency conflict) yang mana manajer mengutamakan kepentingan
pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi
manajer, karena apa yang dilakukan manajer akan menambah biaya bagi
perusahaan, menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan dan dividen
yang akan diterima pemegang saham. Pengaruh dari konflik antara pemegang
saham dan manajer ini akan menyebabkan menurunkan nilai perusahaan,
kerugian inilah yang merupakan agency cost equity bagi perusahaan (Jensen
dan Meckling, 1976).
Beberapa penelitian yang mengungkapkan pengaruh signifikan
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan antara lain
penelitian Haruman (2008), yang meneliti struktur kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Wahyudi dan Pawestri (2006)
menghasilkan penelitian bahwa keputusan keuangan (keputusan investasi dan
kebijakan dividen) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian
Rachmawati dan Triatmoko (2007) mengatakan bahwa investment
opportunity set berpengaruh terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan.
Susanti, Rahmawati dan Aryani (2010) menyimpulkan bahwa corporate
governance dan kualitas laba baik secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian keputusan keuangan
commit to user
terhadap nilai perusahaan (Wijaya, Bandi dan Wibawa 2010). Sujoko dan
Soebiantoro (2007) menyebutkan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh, serta dividen mempunyai pengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Tidak semua perusahaan dapat memaksimalkan nilai
perusahaannya, karena nilai suatu perusahaan bisa mengalami kenaikan
maupun sebaliknya juga bisa mengalami penurunan. Maka dari itu harus
diperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhinya.
Penelitian ini mereplikasi penelitian Wijaya, Bandi dan Wibawa (2010),
dengan menambahkan variabel corporate governance sebagai variabel
independen. Penambahan ini didasarkan pada pemikiran bahwa dengan
adanya corporate governance yang baik, akan menunjang seluruh keputusan
keuangan sehingga memberikan nilai tambah serta tercapainya tujuan
perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan. Penelitian ini juga
dikembangkan dengan mengikuti saran dari penelitian sebelumnya yaitu
mengenai proksi keputusan investasi, dengan menggunakan total assets
growth sebagai pengukurannya. Assets growth digunakan sebagai ukuran
keputusan investasi, dikarenakan semakin tinggi pertumbuhan aset sebuah
perusahaan maka pertumbuhan keuntungan perusahaan juga akan meningkat .
Periode penelitian terdahulu yaitu periode penelitian Wijaya, Bandi,
Wibawa (2010) adalah periode 2006-2009 sedangkan dalam penelitian ini
commit to user
penelitian tersebut diharapkan hasil penelitian lebih mencerminkan keadaan
terkini.
Proksi pengukuran nilai perusahaan pada penelitian Wijaya, Bandi,
Wibawa (2010) dengan menggunakan price book value (PBV), sedangkan
peneliti menggunakan market value of equity (MVE) yang digunakan oleh
Haruman (2008) sebagai model yang berbeda. Untuk keputusan investasi,
peneliti mengikuti saran penelitian Wijaya, Bandi, Wibawa (2010) dengan
menggunakan proksi total assets growth sedangkan Wijaya, Bandi, Wibawa
(2010) menggunakan price earning ratio (PER).
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka penulis
tertarik untuk menguji pengaruh corporate governance dan keputusan
keuangan terhadap nilai perusahaan dengan mengambil sampel perusahaan
manufakturyang terdaftar di BEI tahun 2009-2010. Maka, judul penelitian ini
adalah “ANALISIS PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN
KEPUTUSAN KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN ”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis akan melakukan
penelitian mengenai pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, jumlah dewan komisaris independen, keputusan investasi,
keputusan pendanaan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan.
Permasalahan yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah :
commit to user
2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
3. Apakah jumlah dewan komisaris independen berpengaruh terhadap nilai
perusahaan?
4. Apakah keputusan investasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
5. Apakah keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
6. Apakah kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Menemukan bukti empiris tentang pengaruh kepemilikan manajerial
terhadap nilai perusahaan.
2. Menemukan bukti empiris tentang pengaruh kepemilikan institusional
terhadap nilai perusahaan.
3. Menemukan bukti empiris tentang pengaruh dewan komisaris independen
terhadap nilai perusahaan.
4. Menemukan bukti empiris tentang pengaruh keputusan investasi terhadap
nilai perusahaan.
5. Menemukan bukti empiris tentang keputusan pendanaan terhadap nilai
perusahaan.
6. Menemukan bukti empiris tentang kebijakan dividen terhadap nilai
peusahaan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memperoleh hasil yang
commit to user
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi manajemen terkait
dengan pengelolaan perusahaan serta implementasi keputusan-keputusan
yang akan diambil baik investasi maupun pendanaan serta kebijakan
mengenai dividen dalam rangka untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu
mengoptimalkan nilai perusahaan.
2. Bagi Investor
Hasil penelitian ini dapat memberikan pertimbangan dalam penanaman
investasi sehingga perusahaan yang dipilih adalah benar-benar perusahaan
yang bernilai baik, menerapkan tata kelola perusahaan serta keputusan
keuangan yang tepat bagi perusahaan.
3. Bagi penelitian berikutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau acuan awal
untuk melakukan penelitian-penelitian berikutnya terutama penelitian yang
berkaitan dengan corporate governance, keputusan keuangan dan nilai
perusahaan.
E. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini, penelitian dan hasil penelitian akan dipaparkan
dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
commit to user
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai tinjauan pustaka yang
memberi penjelasan mengenai nilai perusahaan, corporate
governance (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
jumlah dewan komisaris independen) dan keputusan keuangan
(keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen)
serta review penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini,
dilanjutkan hipotesis penelitian dan kerangka pemikiran.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini membahas tentang desain penelitian, data, populasi,
sampel dan teknik pengumpulan data, definisi operasional
variabel dan metoda analisis data yang digunakan.
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai analisis data, yang
merupakan analisis penelitian yang membahas hasil pengumpulan
data, pengolahan data, pengujian asumsi klasik, pengujian
hipotesis dan penjelasan dalam rangka menyusun kesimpulan.
BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini akan dijelaskan kesimpulan hasil penelitian,
commit to user BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Setelah membaca keterangan singkat di bab I, bab II ini akan menguraikan
secara lebih detail mengenai berbagai hal terkait komponen-komponen variabel
dalam penelitian.
A.Landasan Teori
Landasan teori ini menjelaskan tentang teori yang mendasari
komponen-komponen maupun variabel penelitian.
1. Nilai Perusahaan
Secara umum tujuan perusahaan yang ingin dicapai oleh manajer
keuangan bukan hanya memaksimumkan profit, karena tujuan tersebut
mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan yang pertama, tidak
memperhatikan dimensi waktu. Dengan kata lain, tidak ada perbedaan yang
nyata, antara profit dalam jangka pendek maupun profit dalam jangka
panjang, sehingga perusahaan hanya berkonsentrasi pada profit saat itu juga.
Kelemahan yang kedua, profit tersebut merupakan jumlah profit secara
nominal ataukah tingkat profit. Hal tersebut yang kemudian memunculkan
masalah mengenai penentuan tingkat profit yang akan dicapai perusahaan.
Ketiga, menyangkut risiko yang berkaitan dengan alternatif keputusan.
Risiko yang dimaksud adalah kemungkinan bahwa tingkat output tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Keempat, tidak memperhatikan besarnya
commit to user
tersebut akan mengakibatkan harga pasar saham menurun yang berarti nilai
perusahaan akan menurun (Sartono, 2001).
Melihat kelemahan di atas, maka seharusnya tujuan perusahaan yang
harus dicapai oleh manajer keuangan perusahaan adalah bukan
memaksimumkan profit melainkan untuk memaksimalkan kekayaan
pemegang saham yaitu dengan memaksimalkan nilai perusahaan (Sartono,
2001).
Nilai perusahaan atau firm value merupakan hasil penilaian investor
terhadap kinerja perusahaan. Jika kinerja perusahaan baik, maka pasar
modal akan bereaksi secara positif sehingga harga saham perusahaan akan
meningkat. Di samping itu, firm value atau juga dikenal sebagai enterprise
value merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator
bagi investor untuk menilai perusahaan secara keseluruhan (Thomsen dan
Pedersen, 2000 dan Ngui, Ling, dan Eidith, 2007).
Purnamasari, Kurniawati dan Silvi (2009) mendefinisikan, nilai
perusahaan dapat direfleksikan melalui harga pasar saham. Harga pasar
saham adalah harga yang bersedia dibayar oleh calon investor apabila ia
ingin memiliki saham suatu perusahaan. Semakin tinggi harga pasar saham
sebuah perusahaan, semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut, maka
tingkat kemakmuran yang akan diterima oleh pemegang saham semakin
meningkat.
Menurut Hasnawati (2005), secara harfiah nilai perusahaan itu sendiri
commit to user
saham perusahaan di pasar modal. Pasar modal merupakan pasar yang
memperjualbelikan efek-efek perusahaan go public.
Sujoko dan Soebiantoro (2007) mendefinisikan nilai perusahaan
sebagai persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam
mengelola sumberdayanya. Hal ini dilihat dari pengelolaan sumberdaya
pada tahun berjalan, dan hasilnya tercermin pada harga saham tahun
berikutnya.
2. Corporate Governance
Perhatian investor dan perusahaan Indonesia tentang pentingnya
penerapan corporate governance semakin meningkat sejak tahun terjadinya
krisis ekonomi pada tahun 1997. Sejak saat itu dalam menjalankan sebuah
perusahaan diperlukan adanya corporate governance yang baik agar
perusahaan tetap survive dalam menjalankan aktivitasnya. Agency theory
memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai agen bagi para
pemegang saham, akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi
kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang bijaksana dan adil
terhadap pemegang saham (Kalihatu, 2006). Adanya perbedaan kepentingan
antara pemilik dan pengelola perusahaan ini dapat menimbulkan konflik
yang biasa dinamakan agency conflict, sehingga diperlukan cara untuk
mengatasi masalah ketidakselarasan kepentingan tersebut yaitu melalui
pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance). Terdapat
commit to user
Cadburry commite pada tahun 1992, seperti dikutip oleh Daniri (2005:
31) mendefinisikan :
“Corporate governance sebagai prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan dalam pertanggungjawabannya kepada shareholders khususnya, dan stakeholders pada umumnya.”
Pelaksanaan corporate governance yang baik diperkirakan dapat
meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kinerja keuangan,
mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh manajer dengan
keputusan-keputusan yang menguntungkan diri sendiri, dan umumnya GCG
dapat meningkatkan kepercayaan investor(Veronica dan Utama, 2006)
Nasution dan Setiawan (2007: 2) mendefinisikan bahwa:
“Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan kerangka peraturan.”
Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan
perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan.
Corporate governance juga membantu menciptakan lingkungan kondusif
demi terciptanya pertumbuhan yang efektif dan efisiendi sektor korporat.
Menurut Boediono (2005), mekanisme corporate governance
merupakan suatu sistem yang mampu mengendalikan dan mengarahkan
kegiatan operasional perusahaan serta pihak-pihak yang terlibatdidalamnya,
sehingga dapat digunakan untuk menekan terjadinya masalah keagenan.
Corporate governance merupakan serangkaian mekanisme yang dapat
commit to user
para manajer dan pemegang saham pengendali dengan penekanan pada
mekanisme legal. Ekspropriasi merupakan pencabutan hak milik
perseorangan untuk kepentingan umum yang disertai pemberian ganti rugi
(Shleiver dan Vishay, 1997 dalam Sam’ani, 2008).
Corporate governance merupakan suatu mekanisme yang
mengendalikan dan mengarahkan kegiatan operasional perusahaan serta
melindungi hak-hak pemegang saham seperti shareholders dan bondholders,
dalam memperoleh tingkat pengembalian dari kegiatan perusahaan yang
dijalankan oleh manajer, atau dengan kata lain bagaimana para pemegang
saham keuangan perusahaan melakukan control terhadap kegiatan yang
dilakukan oleh manajer (Susanti, Rahmawati dan Aryani, 2010).
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) merumuskan
tujuan dari corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah
bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Corporate
governance mengandung empat unsur penting yaitu keadilan (fairness),
transparansi (transparency), pertanggungjawaban (responsibility) dan
akuntabilitas (accountability) yang diharapkan dapat menjadi suatu jalan
dalam mengurangi konflik keagenan. Jika perusahaan benar-benar
melakukan penerapan prinsip-prinsip corporate governance tersebut maka,
investor akan lebih percaya terhadap perusahaan. Karena, efektifitas
mekanisme pengurang masalah agensi umumnya merupakan komitmen
commit to user
Dalam penelitian ini, corporate governance direpresentasikan menjadi :
2.1 Kepemilikan Manajerial
Terdapat pengertian yang sama mengenai kepemilikan manajerial,
diantaranya adalah Sujoko dan Soebiantoro (2007) serta Rahmawati
dan Triatmoko (2007) yang mendefinisikan bahwa kepemilikan
manajerial merupakan kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan.
Sedangkan Putra (2011: 112) mendefinisikan bahwa:
“Kepemilikan manajerial adalah prosentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar.”
Haruman (2008) mengatakan bahwa kepemilikan manajerial
adalah tingkat kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif
ikut berperan aktif dalam pengambilan keputusan perusahaan.
Kepemilikan saham bagi manajemen perusahaan termasuk dalam
program kebijakan yang dapat diterapkan oleh perusahaan untuk
mengurangi masalah keagenan antara pemegang saham dengan manajer
perusahaan.
Kepemilikan saham oleh manajerial yang semakin meningkat akan
menjadikan manajemen perusahaan semakin terikat dengan
keberlangsungan dan pertumbuhan perusahaan, sehingga secara
otomatis akan mendorong mereka untuk berusaha lebih giat dan disiplin
dalam menjalankan fungsinya dalam perusahaan untuk meningkatkan
nilai perusahaan, yang direfleksikan melalui peningkatan harga saham
commit to user
menjadikan keselarasan (alignment) antara kepentingan manajer dengan
kepentingan pemilik perusahaan. Ini berakibat kinerja organisasi atau
perusahaan meningkat. Di samping itu, kepemilikan perusahaan oleh
manajer akan mengarahkan kinerja manajer pada proses yang konsisten,
sesuai dengan kepentingan pemilik perusahaan sehingga nilai
perusahaan secara keseluruhan akan meningkat (Syafrudin, 2006 dan
Nasser, 2008).
Manajer yang diberikan insentif saham sebagai karyawan
berprestasi diharapkan akan mengurangi masalah keagenan karena
mereka juga merupakan pemegang saham/ pemilik perusahaan. Apabila
manajer ikut memiliki perusahaan atau apabila pendapatan dan
kompensasi manajer dikaitkan secara langsung sesuai dengan kekayaan
pemilik perusahaan, maka manajer akan bertindak sebagaimana pemilik
(Slamet, 2005). Dengan demikian, pada akhirnya perusahaan akan
mampu memberikan kemakmuran kepada pemegang sahamnya
termasuk diri mereka sendiri. Kepemilikan manajerial akan mendorong
manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan, karena mereka
juga memiliki perusahaan. Kinerja perusahaan yang meningkat akan
meningkatkan nilai perusahaan (Sujoko dan Soebiantoro, 2005).
2.2 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional mempunyai arti penting dalam
memonitor manajemen dalam pengelolaan perusahaan. Haruman (2008:
commit to user
“Kepemilikan institusional adalah tingkat kepemilikan saham institusional dalam sebuah perusahaan. Institusi yang dimaksud seperti asuransi, bank dan perseroan terbatas yang memiliki proporsi saham cukup besar dalam perusahaan.”
Dalam hubungannya dengan fungsi monitor, investor institusional
diyakini memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen
lebih baik dibandingkan investor individual. Investor institusional
dalam melakukan investasi didasarkan pada analisis yang bersifat
mendasar atau yang berkaitan dengan informasi keuangan perusahaan
(Mursalim, 2009). Rachmawati dan Triatmoko (2007: 8) mengatakan
bahwa :
“Investor institusional adalah investor yang berpengalaman (sophisticated) sehingga investor lebih berfokus pada laba masa datang (future earnings) yang lebih besar relatif dari laba sekarang.”
Masalah yang sering ditimbulkan dari struktur kepemilikan ini
adalah agency conflict, dimana terdapat perbedaan kepentingan antara
manajemen perusahaan sebagai pengambil decision maker dan para
pemegang saham sebagai owners dari perusahaan. Tentunya perbedaan
kepentingan ini akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Kepemilikan institusional merupakan salah satu alat yang dapat
digunakan untuk mengurangi agency conflict. Dengan kata lain,
semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional maka semakin kuat
tingkat pengendalian yang dilakukan oleh pihak eksternal terhadap
commit to user
semakin berkurang dan nilai perusahaan akan semakin meningkat
(Shinta dan Ahmar, 2011).
Adanya kepemilikan institusional seperti perusahaan asuransi,
perbankan, perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi lain
akan mendorong pengawasan lebih ketat terhadap kinerja manajemen.
Sebuah institusi dapat menguasai mayoritas saham sebuah perusahaan,
karena memiliki modal atau sumber daya yang lebih besar
dibandingkan dengan pemegang saham lainnya (Djabid, 2009).
Shiller dan Pound (1989) sebagaimana yang dikutip oleh
Rachmawati dan Triatmoko (2007), menjelaskan bahwa investor
institusional menghabiskan lebih banyak waktu untuk melakukan
analisis investasi dan mereka memiliki akses atas informasi yang terlalu
mahal perolehannya bagi investor lain. Maka dari itu, investor
institusional akan melakukan monitoring lebih efektif dan dapat
meningkatkan nilai perusahaan jika terjadi takeover, serta tidak akan
mudah diperdaya dengan tindakan manipulasi yang akan dilakukan
manajer. Di samping itu, kepemilikan institusional dipercaya dapat
menurunkan biaya-biaya keagenan (Haruman, 2007).
2.3 Proporsi Dewan Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak
terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan
pemegang saham pengendali serta bebas dari hubungan bisnis ataupun
commit to user
semata-mata hanya untuk kepentingan perusahaan (KNKG, 2006).
Adanya komisaris independen diharapkan mampu meningkatkan peran
dewan komisaris sehingga tercipta good corporate governance di dalam
perusahaan. Manfaat corporate governance akan dilihat dari premium
yang bersedia dibayar oleh investor atas ekuitas perusahaan (harga
pasar). Jika ternyata investor bersedia membayar lebih mahal, maka
nilai pasar perusahaan yang menerapkan good corporate governance
juga akan lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang tidak
menerapkan atau mengungkapkan praktek good corporate governance
mereka (Kusumawati dan Riyanto, 2005).
Hardiningsih (2010: 63) mengatakan bahwa :
“Komisaris independen bertujuan untuk menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait. Terdapat tiga elemen penting yang akan mempengaruhi tingkat efektivitas dewan komisaris yaitu independensi, kompetensi dan komitmen.”
Dewan komisaris merupakan suatu mekanisme pengawasan,
monitoring serta memberikan petunjuk atau arahan pada sistem
pengelolaan perusahaan (FCGI, 2001 dalam Susanti, Rahmawati dan
Aryani, 2010). Dewan komisaris sebagai puncak sistem pengelolaan
internal perusahaan, memiliki peranan penting terhadap aktivitas
pengawasan terhadap manajemen. Komposisi dewan komisaris
merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan dengan
kandungan informasi laba. Di samping itu, peranan dewan komisaris
commit to user
tingkat manajemen laba, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak
manajemen dalam menyusun laporan keuangan yang berkualitas
melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. Fungsi monitoring
dewan komisaris ini dipengaruhi oleh jumlah atau ukuran dewan
komisaris independen (Siallagan dan Machfoedz, 2006).
Ujiyanto dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa komisaris
independen dapat menjadi penengah dalam perselisihan yang terjadi
diantara para manajer internal perusahaan dan melakukan pengawasan
terhadap jalannya kebijakan manajemen, serta memberikan masukan
atau nasihat kepada manajemen. Karena posisi dewan komisaris
merupakan posisi terbaik untuk melakukan fungsi pengawasan atau
monitoring.
3. Keputusan Keuangan
Keputusan keuangan adalah penerapan teori keuangan dalam lingkup
perusahaaan (corporate finance) atau bisa disebut dengan manajemen
keuangan (Wijaya, Bandi dan Wibawa, 2010).
Perusahaan dalam mewujudkan tujuan yang akan dicapai, dapat melalui
fungsi manajemen keuangan. Manajemen keuangan memiliki tugas dan
kewajiban untuk membuat suatu keputusan dan kebijakan keuangan yang
berdampak pada pencapaian tujuan perusahaan, yaitu meningkatkan nilai
perusahaan melalui peningkatan kemakmuran para investor atau pemegang
saham. Investor dalam menanamkan modalnya dipasar modal mempunyai 2
commit to user
jangka pendek mengharapkan return dalam bentuk capital gain yaitu
perubahan selisih antara harga jual dan harga beli saham dalam waktu relatif
singkat. Sedangkan investor jangka panjang mengharapkan return dalam
bentuk dividen yaitu laba perusahaan yang dibagikan kepada investor.
Untuk memenuhi harapan tersebut, manajer keuangan berusaha maksimal
untuk dapat memenuhi kesejahteraan investor dengan cara membuat
keputusan dan kebijakan keuangan yang tepat untuk perusahaan. Keputusan
dan kebijakan keuangan yang dimaksud adalah keputusan investasi
(invesment decision), keputusan pendanaan (financing decision) dan
kebijakan dividen (dividend policy). Sebuah keputusan keuangan yang
diambil, akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan dapat
berakibat terhadap naik ataupun turunnya nilai perusahaan (Wahyudi dan
Pawestri, 2006) dan Haruman (2007).
Keputusan keuangan dalam penelitian ini direpresentasikan menjadi :
3.1 Keputusan Investasi
Laporan keuangan perusahaan disusun untuk memberikan
informasi keuangan kepada pihak pemakai baik internal maupun
eksternal yang mempunyai hubungan dengan perusahaan. Pembuatan
laporan keuangan ini, bertujuan untuk memberikan informasi mengenai
posisi keuangan serta perubahannya dari perusahaan tersebut, yang
akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan didalam
pengambilan keputusan-keputusan ekonomi. Dari penjelasan di atas,
commit to user
apalagi untuk perusahaan yang telah go-public. Karena merupakan
suatu kewajiban untuk melaksanakan publikasi laporan keuangannya,
ini disebabkan para pemilik perusahaan atau pemegang saham selalu
membutuhkan informasi perkembangan sahamnya yang ditanamkan di
perusahaan, dalam pengambilan keputusan investasi (Achmad, 2003).
Secara garis besar keputusan investasi dapat digolongkan ke dalam
investasi jangka pendek seperti misalnya investasi dalam kas,
persediaan, piutang dan surat berharga. Sedangkan investasi jangka
panjang dalam bentuk gedung, peralatan produksi, tanah, kendaraan
dan aktiva tetap lainnya. Keputusan investasi ini akan tercermin pada
sisi aktiva dalam neraca perusahaan. Investasi adalah mengeluarkan
dana lebih dari satu aset yang akan digunakan untuk beberapa jangka
waktu di masa depan. Investasi yang dilakukan perusahaan untuk
memperlancar proses operasinya berupa investasi pada aktiva. Jika
kekurangan aktiva tetap, maka perusahaan akan mengalami kesulitan
dalam memenuhi keinginan konsumen sehingga perusahaan akan
kehilangan konsumen potensial, dan jika perusahaan memiliki aktiva
berlebih maka perusahaan akan mengalami idle fixed assets (aktiva
yang tidak terpakai), sehingga akan menambah biaya pada perusahaan,
diantaranya biaya perawatan. Maka komposisi aktiva perusahaan harus
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan (Haruman, 2007 dan Sartono,
commit to user
Nilai sebuah perusahaan itu sendiri merupakan acuan bagi investor
untuk melakukan investasi pada perusahaan. Karena penting bagi
investor untuk melihat seberapa besar nilai perusahaan tersebut
sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam menginvestasikan dana
yang dimilikinya (Harjono, 2010).
Semakin tinggi pertumbuhan aset perusahaan berarti keputusan
investasi yang diambil manajer keuangan perusahaan memberikan
sinyal pertumbuhan keuntungan perusahaan yang akan diperoleh
perusahaan di masa yang akan datang. Sinyal tersebut sebagai good
news yang nantinya akan mempengaruhi persepsi investor terhadap
kinerja perusahaan yang akhirnya akan mempengaruhi nilai perusahaan
(Haruman, 2007).
3.2 Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan berkaitan dengan pemilihan sumber dana
bagi perusahaan baik yang berasal dari internal maupun eksternal.
Sumber dana internal berasal dari laba ditahan dan depresiasi,
sedangkan sumber dana eksternal berasal dari modal sendiri atau
melalui hutang. Keputusan pendanaan yang tepat akan mempengaruhi
kinerja perusahaan, karena setiap sumber dana memiliki keuntungan
dan juga risiko yang berbeda. Kombinasi antara penggunaan modal
sendiri dan hutang disebut sebagai struktur modal. Semakin tinggi
proporsi hutang maka akan semakin tinggi nilai harga saham, namun
commit to user
perusahaan karena manfaat yang diperoleh dari hutang lebih kecil dari
biaya yang ditimbulkan oleh perusahaan (Taswan, 2003).
Purnamasari, Kurniawati dan Silvi (2009: 109) mengatakan bahwa :
“Setiap perusahaan akan mengharapkan adanya struktur modal optimal, yaitu struktur modal yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan (value of the firm) dan meminimalkan biaya modal (cost of capital).”
Struktur modal yang optimal dapat ditentukan dengan
menyeimbangkan manfaat dari penggunaan hutang dengan biaya yang
ditimbulkan dari penggunaan hutang, tetapi ada juga perusahaan yang
cenderung mempergunakan pendanaan internal untuk membayar
dividen dan mengimplementasikan sebagian sebagai peluang
pertumbuhan atau investasi (Amanah, 2007).
Adanya asymmetric information akan mendorong perusahaan
untuk menggunakan hutang, bukan penerbitan saham baru. Hal ini
dikarenakan para investor akan melihat bahwa penerbitan saham baru
sebagai sinyal yang buruk, biaya modal menjadi tinggi serta dapat
menurunkan nilai perusahaan. Di samping itu, apabila pendanaan
didanai melalui hutang, maka akan terjadi efek tax deductible. Artinya,
perusahaan yang memiliki hutang akan membayar bunga pinjaman
yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak, yang dapat memberi
manfaat bagi pemegang saham yaitu laba yang akan dibagikan akan
menjadi lebih besar (Purnamasari, Kurniawati dan Silvi, 2009 dan
commit to user
Sementara itu, menurut Sartono (2001) penggunaan hutang dengan
beban bunga memiliki keuntungan dan kelemahan bagi perusahaan.
Keuntungan penggunaan hutang adalah :
1. Biaya bunga mengurangi penghasilan kena pajak sehingga biaya
efektif menjadi lebih rendah.
2. Kreditur hanya mendapat biaya bunga yang relatif bersifat tetap,
sehingga kelebihan keuntungan merupakan klaim bagi perusahaan.
3. Kreditur tidak memiliki hak suara sehingga pemilik dapat
mengendalikan perusahaan dengan penyertaan dana yang kecil.
Kelemahan penggunaan hutang adalah :
1. Hutang yang semakin tinggi akan meningkatkan risiko perusahaan
sehingga suku bunganya akan semakin tinggi pula.
2. Bila bisnis perusahaan tidak dalam kondisi yang bagus, pendapatan
operasi menjadi rendah dan tidak cukup menutup biaya bunga
sehingga kekayaan pemilik berkurang.
3.3 Kebijakan Dividen
Keputusan keuangan lainnya yang harus diambil oleh manajer
keuangan adalah memutuskan apakah laba yang diperoleh perusahaan
selama satu periode akan dibagikan semua kepada pemegang saham,
atau dibagi sebagian untuk dividen, dan sebagian lagi ditahan dalam
bentuk laba ditahan. Kebijakan dividen ini disebut dengan dividend
commit to user
Dalam keputusan pembagian dividen perlu dipertimbangkan
kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan. Dengan demikian
laba tidak seluruhnya dibagikan ke dalam bentuk dividen namun perlu
disisihkan untuk diinvestasi kembali. Berkaitan dengan kebijakan
dividen tersebut terlihat bahwa terdapat beberapa pihak yang saling
berbeda kepentingan, yaitu antara kepentingan pemegang saham,
pemegang obligasi, dan pihak perusahaan itu sendiri. Besar kecilnya
dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan tergantung pada
kebijakan dividen dari masing-masing perusahaan, sehingga
pertimbangan manajemen sangat diperlukan. Kebijakan dividen sering
dianggap sebagai sinyal bagi investor dalam menilai baik buruknya
perusahaan, hal ini disebabkan karena kebijakan dividen dapat
membawa pengaruh terhadap harga saham perusahaan (Hatta, 2002).
Terdapat tiga pandangan yang dicatat oleh Brigham dan Gapenski
(1996) dalam Haruman (2007) yaitu :
1. Pendapat pertama menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak
mempengaruhi nilai perusahaan atau biaya modalnya. Nilai
perusahaan tergantung pada kebijakan investasi asetnya, bukan
pada berapa laba yang akan dibagi untuk dividen atau laba ditahan,
sehingga tidak akan pernah ada kebijakan optimal.
2. Pendapat kedua menyatakan bahwa dividen yang tinggi akan
meningkatkan nilai perusahaan. Dividen lebih tinggi daripada
commit to user
karena itu perusahaan seharusnya membentuk rasio pembayaran
dividen yang tinggi yang menawarkan dividend yield yang tinggi
sehingga agar dapat memaksimalkan harga sahamnya.
3. Pendapat yang ketiga adalah, investor lebih menyukai retained
earnings daripada dividen, karena pertimbangan pajak yang
dikenakan pada capital gain lebih rendah. Teori ini menyarankan
agar perusahaan seharusnya membayarkan dividen yang rendah
bila ingin memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin dari
harga sahamnya.
Selain ketiga pendapat di atas, terdapat dua pendapat yang saling
bertentangan, yang pertama adalah signaling theory menganggap
bahwa informasi dividen dapat berarti good news bagi investor karena
perusahaan mempunyai free cash flow dari operasi perusahaan yang
akan dibagi atau sinyal prospek bagi perusahaan di masa datang.
Sedangkan contracting theory menganggap informasi tersebut adalah
bad news, karena menunjukkan ketidakmampuan manajemen
melakukan reinvestasi atau pengelolaan atas adanya free cash flow yang
dimiliki oleh perusahaan (Sujoko dan Soebiantoro, 2007).
B.Kerangka Teroritis
Kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam
variabel-commit to user
variabel penelitian secara teoritis, yaitu hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat (Puspowarsito, 2008). Dalam penelitian ini, yang menjadi
variabel independen adalah corporate governance (kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional dan proporsi dewan komisaris independen) dan
keputusan keuangan (keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan
dividen), untuk variabel dependennya adalah nilai perusahaan.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Variabel Corporate Governance :
commit to user
C.Pengembangan Hipotesis
Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji
secara empiris (Puspowarsito, 2008).
1. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa salah satu cara untuk
mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham
oleh manajemen. Proporsi kepemilikan saham yang dikontrol manajer dapat
mempengaruhi kebijakan perusahaan. Kepemilikan manajerial akan
menyejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham (outsider
ownership), sehingga akan memperoleh manfaat langsung dari keputusan
yang diambil serta menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari
pengambilan keputusan yang salah.
Jensen & Meckling (1976) juga menganalisis bagaimana nilai
perusahaan dipengaruhi oleh distribusi kepemilikan antara pihak manajer
yang menikmati manfaat dan pihak luar yang tidak menikmati manfaat.
Dalam kerangka ini, peningkatan kepemilikan manajemen akan mengurangi
agency difficulties melalui pengurangan insentif untuk mengkonsumsi
manfaat/keuntungan dan mengambil alih kekayaan pemegang saham.
Masalah yang sering ditimbulkan dari struktur kepemilikan ini adalah
agency conflict, dimana terdapat perbedaan kepentingan antara manajemen
perusahaan sebagai decision maker dengan para pemegang saham sebagai
owners dari perusahaan. Tentunya perbedaan kepentingan ini akan
commit to user
Wahyudi dan Pawestri (2006) yang menyatakan bahwa struktur kepemilikan
manajerial mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan
baik secara langsung maupun melalui keputusan pendanaan. Rahmawati dan
Triatmoko (2007) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan.
Penelitian Black, Jang dan Kim (2003) menunjukkan bahwa perusahaan
dengan tata kelola perusahaan yang baik atau menerapkan good corporate
governance, maka dividen atau tingkat return akan dinilai investor lebih
tinggi, dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menerapkan corporate
governance. Julianto dan Jogiyanto (2002) menganalisis bagaimana nilai
perusahaan dipengaruhi oleh distribusi kepemilikan antara pihak manajer
yang menikmati manfaat dari pihak luar dan yang tidak menikmati manfaat.
Dalam kerangka ini, peningkatan kepemilikan manajemen akan mengurangi
agency difficulties (kesulitan agen) melalui pengurangan insentif bagi
pemegang saham. Hal ini sangat potensial dalam mengurangi alokasi
sumber daya yang tidak menguntungkan, yang pada gilirannya akan
meningkatkan nilai perusahaan.
Suranta dan Mas’ud (2003) menyatakan bahwa hubungan struktur
kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan merupakan hubungan
non-monotonik. Hubungan non-monotonik antara kepemilikan manajerial dan
nilai perusahaan disebabkan adanya insentif yang dimiliki oleh manajer dan
mereka cenderung berusaha untuk melakukan penyejajaran kepentingan
commit to user
kepemilikan saham mereka jika nilai perusahaan yang berasal dari investasi
meningkat.
Sementara itu, penelitian Haruman (2008) menunjukkan arah hubungan
yang negatif antara kepemilikan manajerial dengan nilai perusahaan.
Penurunan nilai perusahaan ini diakibatkan karena tindakan oportunistik
yang dilakukan oleh para pemegang saham manajerial. Dimana kepemilikan
manajerial menginginkan pendapatan yang tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan investasi usahanya, sehingga apabila kepemilikan manajerial
tinggi maka pasar akan cenderung bereaksi negatif yang menyebabkan nilai
perusahaan menurun. Hal tersebut bertentangan dengan penelitian Sujoko
dan Soebiantoro (2007) yang menyatakan kepemilikan manajerial tidak
mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan,
dikarenakan manajemen perusahaan tidak mempunyai kendali terhadap
perusahaan, manajemen lebih banyak dikendalikan pemilik mayoritas,
sehingga manajemen hanya menjadi kepanjangan tangan pemilik mayoritas.
Dari beberapa hal tersebut di atas dapat diketahui bahwa kepemilikan
manajerial merupakan mekanisme pengurang konflik keagenan antara agent
dengan principle, serta mengurangi agency cost dengan meningkatkan
kepemilikan saham oleh manajemen dan pada akhirnya akan meningkatkan
nilai perusahaan. Dari uraian di atas, maka hipotesis pertama dari penelitian
ini adalah :
commit to user
2. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan
Clay (2002) menyebutkan bahwa aspek persebaran kepemilikan dalam
perusahaan merupakan hal yang penting dalam keuangan perusahaan. Teori
keagenan mencoba menjelaskan hubungan antara manajer dan pemilik
perusahaan. Kepemilikan institusional merupakan wujud prinsipal yang
diharapkan berperan dalam aspek pengawasan yang dapat mempengaruhi
kebijakan pihak manajemen. Kepemilikan saham oleh pihak institusi lain
memberikan dampak yang positif terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan
oleh pihak institusional akan berpengaruh terhadap aspek pengendalian
perusahaan terutama berkaitan dengan perilaku manajer. Pemilik
institusional memiliki hak suara dalam rapat pemegang saham sehingga
memiliki peran yang penting dalam pengambilan keputusan berkaitan
dengan perusahaan, kebijakan karyawan dan pemberian insentif bagi
manajer.
Chu (2005) melakukan penelitian tentang kepemilikan institusional,
kebijakan struktur modal dan nilai perusahaan. Pemegang saham
institusional biasanya memiliki porsi kepemilikan yang besar dalam
perusahaan. Sebagai pihak mayoritas pemegang saham institusional
memiliki hak yang besar atas kendali perusahaan. Dengan pengendalian
yang besar itu, kepemilikan institusional mampu mempengaruhi kebijakan
keuangan perusahaan dan tetap dapat menjaga tujuan utama manajemen
commit to user
Hasil penelitian terdahulu yaitu penelitian Rachmawati dan Triatmoko
(2007) menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. Tingginya kepemilikan oleh institusi akan
meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan. Pengawasan yang tinggi
ini akan meminimalisasi tingkat penyelewengan yang dilakukan oleh pihak
manajemen yang akan menurunkan nilai perusahaan. Kepemilikan
institutional yang tinggi diharapkan berpengaruh terhadap peningkatan
kinerja perusahaan sehingga nilai perusahaan dapat meningkat. Wardhani
(2006) menyebutkan apabila perusahaan tersebut dimiliki oleh investor
institusional maka pasar modal akan bereaksi positif karena kepemilikan
oleh institusi dapat meningkatkan aspek pengawasan terhadap perusahaan.
Slamet (2005) menyebutkan struktur kepemilikan baik insiders maupun
outsiders ownership berpotensi untuk menimbulkan masalah keagenan,
ketika masing-masing pihak memanfaatkan kapasitas yang dimilikinya
untuk meningkatkan kesejahteraan pribadi dan mengabaikan pihak lain.
Alternatif solusi apapun tidak akan efektif. Namun, struktur kepemilikan
juga mempunyai peranan penting dalam mengurangi masalah keagenan
yang akan mempengaruhi nilai perusahaan, ketika pihak-pihak yang
berkepentingan dapat menyelaraskan tujuan.
Hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian Haruman (2007)
menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak mempengaruhi nilai