BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Setting Penelitian
1. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah SD Negeri Tlogo yang berlokasi di Desa Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Lokasi sekolah berada di tengah kampung Tlogo, walaupun berada di depan jalan raya pedesaan tetapi sekolah ini
jauh dari kebisingan kendaraan bermotor, di jalanan depan sekolah tumbuh pohon-pohon rindang, beberapa hal ini membuat sekolah menjadi tempat yang nyaman untuk belajar. SD Negeri Tlogo merupakan salah satu sekolah dasar yang mendapat peringkat tinggi di kecamatan Tuntang, bahkan dalam nilai ujian nasional sekolah ini sudah beberapa tahun mendapatkan peringkat rata-rata UN tertinggi.
Alasan peneliti memilih SD Negeri Tlogo karena peneliti ingin meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas III dengan menerapkan model Kooperatif Tipe Make A Match dalam mata pelajaran IPA. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di sekolah tersebut, motivasi dan hasil belajar siswa kelas III masih kurang maksimal. Maka dari itu peneliti ingin meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa di SD Negeri Tlogo.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipasif antara peneliti dengan guru kelas III SD Negeri Tlogo, yang dijadikan subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas III SD Negeri Tlogo pada pokok bahasan cuaca yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Make A Match. Jumlah siswa kelas III SD Negeri Tlogo adalah 33 siswa, yang terdiri dari 20 laki-laki dan 13 perempuan dengan
karakteristik dan latar belakang yang berbeda-beda. 3.2Jenis Penelitian
tersebut dan agar mau untuk mengubahnya,Hardjodipuro (Departemen Pendidikan Nasional, 2003:7).
Menurut Suroso (2009: 30) penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional.
Menurut Arikunto (2009: 2) penelitian tindakan kelas secara harfiah yaitu penelitian itu sendiri mempunyai arti yaitu suatu kegiatan mencermati suatu objek
dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan yaitu sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Menurut Arikunto, (2009: 17) tahap-tahap dalam penelitian tindakan kelas yaitu:
1. Perencanaan ( Planning )
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Rencana tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas disusun berdasarkan masalah yang hendak dipecahkan dan hipotesis tindakan yang diajukan. Secara operasional dapat dinyatakan bahwa rencana tindakan perlu disusun untuk menguji secara empirik dari ketepatan hipotesis tindakan yang diajukan. Langkah-langkah yang akan dilakukan perlu direncanakan secara rinci sehingga benar-benar dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan tindakan.
2. Tindakan ( Acting )
kinerja dan hasil program, adalah optimal. Selain itu tindakan dilaksanakan sejalan dengan laju perkembangan pelaksanaan kurikulum dan kegiatan belajar-mengajar di kelas.
3. Pengamatan ( Observing )
Kegiatan pengamat dilakukan oleh pengamat. Sambil melakukan pengamatan, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.Pengamatan dilakukan karena data atau informasi yang dikumpulkan adalah data tentang
proses berupa perubahan kinerja pembelajaran. 4. Refleksi ( Reflecting )
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilaksanakan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Refleksi amat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang terjadi sebagai akibat adanya tindakan yang dilakukan.
3.3 Subjek Penelitian
Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Tlogo pada pokok bahasan cuaca yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajarn Make A Match. Jumlah siswa kelas III SD Negeri Tlogo adalah 33 siswa, yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Peneliti dengan guru kelas sebagai pelaku tindakan dan siswa sebagai pembelajar. Peneliti sebagai subjek yang bertugas merencanakan, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan penelitian. Sedangkan guru kelas bertindak sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran sesuai perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh peneliti.
3.4 Waktu Penelitian
3.5 Variabel Penelitian
Variabel penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Model pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match adalah suatu proses mengatur proses pembelajaran agar terjadi interaksi antara guru, siswa dan adanya proses belajar terhadap pembelajaran IPA sesuai model pembelajaran yang diterapkan.
3.5.1 Definisi Operasional
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:61). Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002: 96). Pada penelitian ini telah ditentukan 3 variabel, yaitu variabel bebas atau variabel independen dan 2 variabel terikat atau dependen.
3.5.2 Variabel Bebas (x)
Variabel Bebas atau Independen (X) Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel bebas (Sugiyono, 2008).
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain yang sifatnya berdiri sendiri. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Make A Match. Jadi disini model pembelajaran Model pembelajaran Make a Match merupakan model yang melibatkan siswa ke dalam kelompok pembelajaran secara berkolaborasi, dengan mencocokan kartu soal dan kartu jawaban untuk mencapai tujuan bersama. Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi kepada siswa lain yang berbeda latar belakang. Hal ini akan membantu siswa mengembangkan keterampilan mereka di
3.5.3 Variabel Terikat (Y)
Variabel Terikat atau Dependen (Y) Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2008).
Variabel terikat merupakan unsur yang diikat oleh adanya variabel yang lain, jadi variabel terikat merupakan gejala sebagai akibat dari variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah motivasi dan hasil belajar IPA siswa SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
Penelitian ini hasil belajar dapat diartikan perubahan perilaku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik). Hasil belajar bergantung bukan hanya pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan pembentukan makna dari apa yang mereka lakukan, lihat dan dengar. Pembentukan makna merupakan suatu proses aktif yang terus berlanjut. Jadi siswa memiliki tanggung jawab akhir atas belajar mereka sendiri.
Motivasi belajar sebagai motivasi belajar sebagai salah satu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar diri individu untuk melakukan aktivitas dan usaha yang maksimal serta keinginan untuk mengadakkan perubahan tingkah laku yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Motivasi belajar siswa diukur dengan menggunakan instrumen dengan format penilaian dalam bentuk kuesioner. Instrumen bentuk kuesioner atau angket digunakan bila akan menggali ranah afektif yaitu motivasi belajar siswa, angket dibagikan dan diisi oleh siswa yang fungsinya untuk mengetahui respon siswa atau tingkat respon siswa dalam pembelajaran IPA.
3.6 Prosedur Penelitian 3.6.1 Rencana Tindakan
Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Arikunto,
Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3.1 Alur PTK 3.6.2Pelaksanaan Tindakan
A. Pelaksanaan Siklus I I. Perencanaan
a. Mengidentifikasi masalah dan perumusan masalah.
Hal ini peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk mengugkapkan dan
menjelaskan masalah yang timbul untuk mencari jalan pemecahan yang tepat, sehingga diperoleh hasil yang memuaskan.
b. Merancang rencana pembelajaran siklus I, menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, memilih bahan pelajaran yang sesuai yaitu (kenampakan permukaan bumi, cuaca dan pengaruhnya bagi manusia),
Permasalahan Perencanaan
Tindakan 1
Pelaksanaan
Tindakan 1
Pengamatan/ Pengumpulan
Data 1 Refleksi
Siklus 1
Perbaikan Hasil Refleksi
Perencanaan
Tindak II Pelaksanaan Tindak II
Pengamatan/ Pengumpulan Data II Refleksi II
Siklus II
Apabila permasalahan belum terselesaikan
c. menyusun Rencana Peleksanaan Pembelajaran (RPP), mempersiapkan sumber, bahan dan alat bantu yang dibutuhkan yaitu berupa media gambar, kartu soal dan kartu jawaban.
d. Menyusun lembar soal tes formatif.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan proses pembelajaran dilaksanakan secara bertahap yang dimulai dengan mengkondisikan ruang belajar bagi siswa dan kolabolator, kemudian melakukan apersepsi dan motivasi, penyampaian tujuan pembelajaran,
penyajian materi dengan menggunakan gambar berbagai macam keadaan cuaca, kegiatan tanya jawab dengan model pembelajaran Make A Match yaitu mencari pasangan menggunakan kartu, setiap siswa mendapatkan kartu soal atau jawaban yang harus dicocokkan, siswa yang dapat mencocokkan pasangan kartunya paling cepat akan mendapatkan poin/ penghargaan. Kegiatan akhir untuk menarik kesimpulan, pemberian tes formatif. Hasil tes formatif selanjutnya dikoreksi dan dianalisis hasilnya untuk menentukan tindak lanjut.
3. Pengamatan/ observasi
Kegiatan pengumpulan data kegiatan guru mengajar dan kegiatan siswa belajar. Di samping hasil observasi, data juga dikumpulkan dari nilai tes formatif. Data ini sangat penting untuk mengukur tingkat keberhasilan model make a match dengan media gambar dalam meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi yang dipelajari.
Agar mendapat data yang akurat, maka materi pengamatan terbagi menjadi 3 masalah pokok yaitu:
a. Aktivitas guru dalam penerapan model pembelajaran make a match dengan media gambar.
b. Respon siswa terhadap pembelajaran yang menerapkan model make a match
4.Refleksi
Merefleksi hasil evaluasi analisis data penelitian siklus I tentang aspek/ indikator berikut:
a). Penilaian kualitas proses pembelajaran di kelas. b). Motivasi belajar siswa.
c). Hasil belajar secara individu.
Setelah pelaksanaan pembelajaran berakhir peneliti dan teman sejawat berdiskusi dan menganalisis perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan
untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran. Dari hasil refleksi siklus I ini akan dijadikan acuan untuk melakukan perbaikan pembelajaran siklus II.
B. Pelaksanaan Siklus II 1. Perencanaan
a. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah berdasarkan refleksi pada perbaikan pembelajaran siklus I.
b. Menyusun kembali perbaikan pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah pembelajaran yang sistematis, penggunaan waktu yang lebih efektif, mengaktifkan siswa melalui kegiatan tanya jawab menggunakan model pembelajaran make a match dengan media gambar agar lebih optimal.
c. Menyusun alat observasi sebagai panduan dalam mengamati jalannya perbaikan pembelajaran.
d. Menyusun soal tes formatif.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan secara bertahap
dibagi dalam kelompok. Tipa kelompok hanya mendapat kartu soal atau kartu jawaban saja. Sehingga setiap anak harus mencari pasangannya dari kelompok lain. demikian setelah satu babak selesai tiap kelompok bergantian mendapatkan kartu soal atau jawaban. Siswa yang berhasil mencocokkan kartu paling cepat maka akan mendapatkan penghargaan. Kegiatan ini diakhiri dengan tes formatif akan analisis hasilnya baik atau tidak untuk menentukan tindak lanjut.
3. Pengamatan/Observasi
Peneliti mengadakan observas terhadap aktivitas siswa saat pembelajaran, aktivitas guru saat pembelajaran, dan memantau kerja sama/ kegiatan diskusi siswa saat proses pembelajaran berlangsung.
4. Refleksi
Melalui evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan analisis data yang dikumpulkan meliputi: daftar nilai tes formatif, lembar observasi, hasil refleksi dan dengan diskusi teman sejawat.
3.7 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang digunakan dalam penelitian ini, maka ditentukan teknik pengumpulan data yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti, yaitu :
3.7.1Teknik Pengumpulan Data
3.7.1.1 Teknik Pengumpulan DataVariabel Bebas
Pengumpulan data model Make A Match dilakukan dengan teknik non tes yaitu observasi. Menurut Sudjana (2010: 84) “Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.” Observasi ini digunakan untuk mengamati tindakan guru dalam menerapkan model Make A Match dan respon siswa dalam menerima pembelajaran. Sebagai pengamat dalam kegiatan observasi ini adalah guru kolaborator. Observasi dilakukan pada saat proses kegiatan pelaksanaan tindakan itu berlangsung
Pengumpulan data hasil belajar dilakukan dengan teknik tes. Tes yang digunakan adalah tes hasil belajar. Tes hasil belajar merupakan tes penguasaan karena mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru. Tes tersebut hanya digunakan untuk mengukur aspek kognitif.
3.7.2 Instrumen Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan disusun instrumen dalam bentuk observasi dan tes. Instrumen ini akan diuraikan berdasarkan variabel yang
ditentukan peneliti.
3.7.2.1 Instrumen Pengumpulan Data Variabel bebas
Instrumen pengumpulan data untuk variabel bebas adalah lembar observasi. Lembar observasi ini digunakan untuk mengukur aktivitas guru dalam menerapkan modelMake A Match dalam pembelajaran dan respon siswa dalam menerima pembelajaran. Kegiatan pembelajaran harus mencerminkan tahap pembelajaran Make A Matchmulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Implementasi Pembelajaran Kooperatif Make A Match
No .
Aspek Indikator Item
1. Melakukan kegiatan pendahulua n
a. Apersepsi
b. Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
c. Motivasi
2. Melakukan kegiatan inti pembelajara n
Eksplorasi:
a. Siswa menyimak penjelasan guru mengenai materi pembelajaran.
c. Siswa dibagi menjadi kelompok.
Elaborasi:
d. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
e. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
f. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
g. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan nama tumbuhan dalam
bahasa Indonesia akan berpasangan dengan nama tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah). h. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya
sebelum batas waktu diberi poin.
i. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
j. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
k. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
Konfirmasi:
m.Guru memberikan konfirmasi mengenai kegiatan yang sudah dilakukan siswa, mulai dari mencari pasangan sampai menemukan pasangan.
n. Guru memberi umpan balik dan penguatan terhadap kerja siswa.
3. Melakukan kegiatan penutup
a. Siswa mengerjakan soal evaluasi.
b. Siswa bersama dengan guru melakukan refleksi.
c. Menutup pelajaran
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Respon Siswa Dalam Pembelajaran Kooperatif Make A Match
No. Indikator Item
1. Menanggapi apersepsi yang dilakukan guru
2. Mengikuti motivasi belajar 3. Menyimak tujuan pembelajaran
4. Menyimak materi pembelajaran
5. Menyimaklangkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatifMake A Match
6. Mengikuti pembagian kelompok
7. Guru Menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
8. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
dipegang.
10. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya
11. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
12. Melakukan babak selanjutnya
13. Menyimak konfirmasi yang dilakukan guru
14. Menyimak umpan balik dan penguatan yang diberikan oleh guru
15. Melakukan refleksi
Data hasil observasi pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa dalam pembelajaran ModelMake A Match dinilai dengan rumus di bawah ini:
0 0 100 maksimal skor
Jumlah
diperoleh yang
skor Jumlah
Nilai
Dengan kriteria nilai: (Depdiknas, 2003)> 86 % = Baik Sekali
70 – 85 % = Baik
55 – 69 % = Cukup Baik
3.7.2.2 Instrumen Pengumpulan DataVariabel Terikat
Instrumen pengumpulan data untuk variabel terikat adalah tes dalam bentuk pilihan ganda. Tes diujikan setelah akhir siklus I dan akhir siklus II untuk mengukur hasil belajar siswa IPA kelas III SD Negeri Tlogo. Instrumen yang digunakan adalah lembar soal, kunci jawaban, pedoman penilaian dan rubrik penilaian. Kisi – kisi tes hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Soal Siklus I Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar Indikator Item
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Instrumen Soal Siklus II Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar Indikator Item
6.Memahami keadaan langit siswa mampu meramalkan penjelasan dari guru tentang pengaruh match dinilai dengan rumus di bawah ini:
3.8 Instrumen Penilaian 1.Angket (Respon Siswa)
Kata angket berasal dari bahasa latin, inquerere atau inquiro yang artinya bertanya, mencari, memeriksa, meneliti, mengusut ataumencari bukti. Sementara itu kata kuisioner dari berasal dari kata latin,question yang artinya suatu angket atau kuisioner adalah instrumenpenelitian yang berisi serangkaian pertanyaan yang akan dijawab oleh responden mengenai kehidupan, kenyataan atau sikap mereka. Angketdigunakan untuk mengungkap pendapat, persepsi, dan
tanggapanresponden suatu permasalahan. Angket ini berisi pertanyaan-pertanyaanyang disusun berdasarkan teoritik yang telah disusun sebelumnya,kemudian dikembangkan ke dalam indikator-indikator dan selanjutnyadijabarkan menjadi butir-butr pertanyaan. Angket yang telahdipersiapkan dibagikan kepada semua siswa, kemudian diisi oleh siswa.
KISI-KISI ANGKET MOTIVASI BELAJAR Kisi-kisi instrumen angket motivasi belajar siswa
No Variabel Indikator Pernyataan Jumlah
Soal Senangbekerja mandiri 16,17,18,
1. Hasil Uji Validitas Angket Motivasi Belajar Siswa
Hasil tabel uji validitas angket motivasi siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.7
Hasil Uji validitas Instrumen Angket Motivasi Siswa
No Variabel Indikator Pernyataan Soal
Valid Senangbekerja mandiri 16,17,18,
19
Tabel 3.7 menunjukkan soal/instrumen yang valid dan tidak valid untuk instrumen angket motivasi belajar siswa yang sudah di uji validitasnya melalui SPSS 20 for windows. Pada uji validitas ini dari 40 soal terdapat 32 soal yang valid dan 8 soal yang tidak valid. Setelah diuji kevaliditasan soal angket motivasi belajar siswa selanjutnya di uji tingkat Reliabilitas.
2. Reliabilitas
reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak dikur. Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus belah dua sebagai berikut:
)
(Suharsimi Arikunto, 2001: 93)
Dengan: r11 : Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih besar dari
harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliable. Menurut Kaplan dalam Widoyoko(2009) suatu isntrumen dikatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien Alpha sekurang-kurangnya 0,7. Untuk menentukan bersarnya koefisien reliabilitas penelitian ini mengacu pada kriteria tingkat reliabilitas yang dikemukakan oleh Masidjo dalam Widoyoko Eko Putro(2012) yang menentukan kriteria tingkat reliabilitas sebagai berikut :
Tabel 3.10
Keriteria reliabilitas instrumen
Koefisien korelasi Kualifikasi
0.91-1.00 Sangat tinggi
0.71-0.90 Tinggi
0.41-0.70 Cukup
0.21-0.40 Rendah
Negatif-0.20 Sangat rendah
Sumber : Widoyoko,eko putro(2012)
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Angket Motivasi Siswa
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha
N of Items
Berdasarkan Realiability Statistics di atas, penghitungan dapat dibaca bahwa Cronbach’s Alpha pada soal angket motivasi belajar siswa sebesar 968 dari 32 item yang diuji. Selanjutnya harga r tabel pada angket motivasi siswa
diperoleh dengan taraf signifikansi 5%. Jika 𝑟11 >𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙product moment dengan
taraf signifikansi 5% dan n = 32 diperoleh r tabel = 0, 349. Karena 𝑟11 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙,
maka koefisien reliabilitas butir soal memiliki kriteria pengujian yang tinggi (reliabel) maka dapat dikatakan butir soal angket motivasi siswa tersebut reliable dan masuk dalam reliabilitas sangat tinggi.. Ini berarti bahwa instrumen reliabel sudah dapat digunakan untuk penelitian.
3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.9.1 Variabel Bebas (X)
Sebelum melakukan kegiatan tindakan pada materi yang telah ditentukan, terlebih dahulu dilakukan uji coba model pembelajaran pada kelas yang sama tetapi dengan materi yang berbeda.Selain untuk mematangkan persiapan bagi guru pengajar, uji coba ini juga dimaksudkan untuk memvaliditas lembar observasi.
3.9.2 Variabel Terikat (Y) 3.9.2.1 Uji Validitas
Uji validitas dalam penelitian ini digunakan untuk menguji tiap item soal yang nantinya akan digunakan dalam tes individual setelah pembelajaran dengan
menggunakan model Make A Match. Untuk mengetahui validitas, instrumen terlebih dahulu diuji cobakan di kelas uji coba yaitu kelas IV SD Negeri Tlogo.
Corrected Item-Total Correlation lebih besar atau sama dengan r tabel, berarti korelasi bersifat signifikan, artinya instrumen tes dapat dikatakan valid (Putro, 2011:139). R tabel dicari pada signifikasi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (Priyatno, 2010:91).
Hasil Uji Validitas Pilihan Ganda Siklus I
Kompetensi Dasar
Indikator Instrumen Soal
6.2
valid Tidak valid
1, 2, 6, 7, 9, 13. 4, 12.
3,5,8,10,11,14,15,17,18,19,20,22,23,24. 16, 21, 25.
Hasil Uji Validitas Pilihan Ganda Siklus II
Kompetensi Dasar Indikator Instrumen Soal
6.2 Menjelaskan cuaca yang akan terjadi berdasarkan keadaan langit dengan tepat.
Valid Tidak Valid
1,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12, 13 14,15.
2
penjelasan dari guru tentang pengaruh cuaca terhadap kegiatan manusia,siswa mampu menjelaskan pengaruh cuaca terhadap kegiatan manusia dengan benar.
24, 25.
Tabel diatas menunjukkan soal/instrumen yang valid dan tidak valid untuk soal pada siklus I dan siklus II yang sudah di uji validitasnya melalui SPSS 20 for windows. Pada siklus I dari 25 soal terdapat 20 soal yang valid dan 5 soal yang tidak valid. Sedangkan pada siklus II dari 25 soal terdapat 21 soal yang valid dan 4 soal yang tidak valid. Setelah uji validitas dilakukan, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas pada instrument tersebut.
3.9.2.2Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran relatif konsisten
jika dikenakan pada suatu objek (Arikunto, 2010: 173). Pengukuran tingkat reliabilitas instrumen soal dalam penelitian ini menggunakan Cronbach’s Alpha. Besarnya koefisien Alpha merupakan tolok ukur dari tingkat reliabilitasnya. Tahapan uji reliabilitas ini menggunakan program SPSS 16 for windows (statistical product and service solutions).
Menurut George dan Mallery dalam Sudjana (2010), uji reliabilitas penelitian adalah dengan menggunakan teknik alfa untuk menentukan tingkat reliabilitas instrumen menggunakan kriteria sebagai berikut:
α ≤ 0,7 : tidak dapat diterima
0,7 < α ≤ 0,8 : dapat diterima 0,8 < α ≤ 0,9 : reliabilitas bagus α > 0,9 : reliabilitas memuaskan
setelah pembelajaran dengan menggunakan modelMake A Match. Untuk mengetahui reliabilitas, instrumen terlebih dahulu diuji cobakan di kelas uji coba yaitu kelas IV SD Negeri Tlogo.
Reliabilitas untuk soal siklus I dan II bisa ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Pilihan Ganda Siklus I dan Siklus II Reliabilitas Cronbach’s
Alpha
N of items
Siklus I 955 20
Siklus II 938 23
Menurut Sekaran (1922) dalam Dwi Priyatno, (2010) reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik. Berdasarkan tabel 4.3, penghitungan dapat dibaca bahwa Cronbach’s Alpha pada soal siklus I sebesar 938 dari 25 item yang diuji. Sedangkan untuk Cronbach Alpha soal siklus II sebesar 955 dari 25 item yang diuji. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat konsistensi jawaban tetap atau konsistensi untuk diujikan kapan saja instrument tersebut disajikan. Hasil 𝑟11 yang didapat dari
perhitungan dibandingkan dengan harga r tabelproduct moment. Harga r tabel pada siklus I diperoleh dengan taraf signifikansi 5%. Jika 𝑟11 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙product
moment dengan taraf signifikansi 5% dan n = 21 diperoleh r tabel = 0, 433.
Karena 𝑟11 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka koefisien reliabilitas butir soal memiliki kriteria
pengujian yang tinggi (reliabel) maka dapat dikatakan butir soal siklus I tersebut reliabel.
Selanjutnya harga r tabel pada siklus II diperoleh dengan taraf signifikansi 5%. Jika 𝑟11 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙product moment dengan taraf signifikansi 5% dan n = 20
diperoleh r tabel = 0, 444. Karena 𝑟11 >𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka koefisien reliabilitas butir
soal memiliki kriteria pengujian yang tinggi (reliabel) maka dapat dikatakan butir
soal siklus II tersebut reliabel.
dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas soal. Selanjutnya dilakukan uji taraf kesukaran soal.
3.10 Analisis Taraf Kesukaran Item Soal
Menurut Arikunto (2010: 207-210), ”Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya, sedangkan soal yang terlalu sulit menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak bersemangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya”. Rumus mencari taraf atau indeks kesukaran
adalah (Arikunto, 2010: 207-210):
P =
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria tingkat kesukaran soal: P=0,00 – 0,30 adalah soal sukar P=0,30 – 0,70 adalah soal sedang
P=0,70 – 1,00 adalah soal mudah
Analisis Soal Taraf Kesukaran Siklus I dan Siklus II
No Siklus Kriteria No. Butir soal Jumlah
1
I
Sukar 12, 13, 20 3
2 Sedang 1,3,4,6,7,8,9,10,14,15,17,19,21,22,23,24,25 17
3 Mudah 2,5,11,16 dan 18 5
No Siklus Kriteria No. Butir soal Jumlah
1
II
Sukar 9,18 2
2 Sedang 3,4,5,6,7,8,10,11,12,13, 14,15,17,19,20,21,22,23,24,25
20
3.11 Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan pada penelitian pembelajaran IPA dengan penggunaan model pembelajaran Make A Match pada siswa kelas III SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, sebagai bettrikut:
a. Tumbuhnya motivasi belajar siswa yang dilihat melalui lembar observasi selama proses pembelajaran yang dilaksanakan.
b. Meningkatnya hasil belajar IPA yang dilihat melalui tes kemampuan dengan adanya proses pembelajaran.