• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGKAJIAN ATAS SISTEM PEMBAYARAN ANGGARAN BELANJA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENURUT KEPPRES NO. 29 TAHUN 1984 DAN KEPMEN NO. 217/KMK. 03/1990 DITINJAU DARI SUDUT PENGENDALIAN INTERN Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGKAJIAN ATAS SISTEM PEMBAYARAN ANGGARAN BELANJA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENURUT KEPPRES NO. 29 TAHUN 1984 DAN KEPMEN NO. 217/KMK. 03/1990 DITINJAU DARI SUDUT PENGENDALIAN INTERN Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

BE LANJA NE GARA RE PUBLIK INDONE SIA

ME NURUT KE PPRE S NO. 29 TAHUN 1984

DAN KE PME N NO. 217/ KMK. 03/ 1990

DITINJAU DARI SUDUT PENGENDALIAN INTERN

D1AJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM ME MF E ti&E H GELAR SARJANA EKONOMK

JURUSAN AKUNTANSI

D I AJUKAN OLEH

RA CH M A D SURYO AD I KENCONO No. Pok ok : 048812913

K E P A D A

FAKULTAS EKONOMI UN1VERSI TAS AI RLANGGA S U R A B A Y A

S K R I P S I

A -

Z049 /$%'

(2)

S K R I P S I

PENGKAJIAN ATAS

SISTEM PEMBAYARAN ANGGARAN BELANJA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENURUT KEPPRES NO. 29 TAHUN 1984

DAN

KEPMEN NO. 217/KMK.03/1990

DITINJAU DARI SUDUT PENGENDALIAN INTERN

DIAJUKAN OLEH : RACHMAD S ADIKENCONO No. Pokok: 048812913

TELAH DISETUJUI DAN DITERIMA DENGAN BAIK OLEH :

DOSEN PEMBIMBING,

DRA. ERlHA SUDARYrfTI. AK. MACC TANGGAL 2.1 Jf r _ _ _

KETUA JURUSAN,

(3)

Surabaya :

Jl

.I?.?".."’. ...

Telah disetujui dan siap diuji

(4)

KATA PEHGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat dalam mencapai gelar Sarjana Ekononi Akuntansi Universitas Airlangga Surabaya.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna dan tidak terlepas dari keterbatasan dan kekurangan, sehingga dengan besar hati penulis akan menerima kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi

ini.

Pada kesempatan ini pula, tidak lupa penulis sampaikan terina kasih kepada berbagai pihak yang membantu penulis, terutama kepada :

1. Ibu Dra. Ec. Hariati Hamzens, Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi.

(5)

3. Bapak dan Ibu tercinta yang selama ini memberi dorongan moril dan materiil yang sangat penulis butuhkan.

4. Bapak Julian Nurpatria Serang, SE, Ak. selaku

konsultan pada BAKUN Departemen Keuangan RI dan para karyawan BAKUN yang telah memberi bantuan penjelasan

dan bahan-bahan yang dibutuhkan penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Dekan, Pembantu Dekan dan seluruh staf

pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga

khususnya Jurusan Akuntansi atas dedikasinya dalam memberikan ilmu kepada penulis.

6. Mr. Philip David C. Collins, Mr. Gordon Matthew Summer, serta teman-temanku, Anna, Bambang, Dean, Hengky, Ismail, Jojok, Kiki, Linda, Teguh, Trisha dan lain-lain atas semangat dan persahabatan yang telah diberikan selama ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu- persatu yang telah membantu selama penulisan skripsi

in i.

Semoga amal dan bantuan bapak, ibu dan

saudara-saudaraku mendapat balasan dari-Nya. Amien Ya

(6)

Akhirnya, penulis nengharapkan senoga skripsi ini bernanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Wa billahit taufiq wal hidayah. Wassalamualaikum Wr. Wb.

(7)

DAFTAR ISI

Hal.

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR BAGAN... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I : PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah... ... 5

1.3. Tujuan Penelitian... 5

1.4. Manfaat Penelitian... 6

1.5. Sistematika Penulisan Skripsi... 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA... 9

2.1. Landasan Teori... 9

2.1.1. Pengertian dan Tujuan Sistem Pengendalian Intern... 9

2.1.2. Prinsip dan Ukuran Pengendalian Intern... 14

(8)

2.1.4. Pengendalian Intern dalam

Pengeluaran Kas... 32

2.2. Hipotesis... 35

2.3. Metode Penelitian... 36

2.3.1. Definisi Qperasional... 36

2.3.2. Jenis dan Sumber Data... 36

2.3.3. Prosedur Pengumpulan Data... 37

2.3.4. Teknik Analisis... 37

BAB III : A N A L I S I S ...'... 39

3.1. Gambaran Umum... 39

3.1.1. Struktur Organisasi Departemen Keuangan... 39

3.1.2. Dasar Hukum dan Pengurusan Keuangan Negara... 50

3.1.3. Siklus Anggaran Keuangan Negara Republik Indonesia... 55

3.1.4. Pelaksanaan Tugas Ordonatur di Bidang Pengeluaran... 60

3.2. Pembahasan... 65

(9)

3.2.2. Mekanisme Pembayaran

Anggaran Belanja Negara Menurut KEPMEN No. 217/KMK.03/1990

(Sistem Baru)... 75

3.2.3. Telaah Mengenai Mekanisme Pembayaran Negara Menurut Sistem Lama dan Sistem Baru... 87

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN... 99

4.1. Kesimpulan... 99

4.2. Saran... 101

(10)

Nomor : Hal. 2.1. Relationship of Conrol Principles and

Objectives and Application of

Control Objectives... 15 3.1. Bagan Alir Siklus APBN... 61 3.2. Jangka Waktu Daur APBN... 62 3.3. Bagan Alir Pelaksanaan Pembay&ran

Sistem Lama... 71 3.4. Bagan Alir Pelaksanaan Pembayaran

(11)

DAF TAR LAMP I RAN

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 2 17/KMK.03/1990 Tentang Mekanisme

Pembayaran dalam Melaksanakan Anggaran Pendapatan

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Hasalah

Peningkatan kegiatan ekonomi dan pembangunan di

negara-negara yang sedang berkembang, tidak

terkecuali Indonesia, merupakan usaha yang harus

dilaksanakan guna meningkatkan produksi dan pendapatan nasional serta meningkatkan taraf hidup bangsa atau penduduknya.

Kegiatan ekonomi dan pembangunan harus mempunyai tujuan yang jelas serta dilaksanakan secara terus-

menerus dan berkesinambungan. Tujuan itu kenudian

diuraikan dalam sasaran-sasaran yang ingin dicapai dan pelaksanaannya diformulasikan dalam bentuk rencana- rencana pembangunan di segala bidang, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Para pengelola dan pelaksana kegiatan ekonomi dan pembangunan baik pemerintah maupun lembaga-lembaga atau

anggota-anggota masyarakat pada unumnya, sudah

seharusnya mengharapkan agar hasil-hasil kegiatan

ekonomi dan pembangunan yang dilaksanakan dapat

dihitung dan diukur dengan baik. Dengan demikian para pengelola dan masyarakat dapat menilai hasil-hasil

(13)

atau periode waktu tertentu. Dengan demikian

perencanaan perabangunan dan kegiatan-kegiatan usaha

berikutnya dapat diperbaiki atau ditingkatkan sesuai kondisi, kesempatan dan tujuan tertentu yang hendak dicapai.

Pemerintah adalah suatu organisasi dengan skala yang sangat besar dengan ruang lingkup pengelolaan meliputi suatu negara. Sebagai pengelola, pemerintah

harus mempertanggungjawabkan dana (fund) yang

dikelolanya kepada masyarakat melalui DPR/MPR. Oleh karena itu pemerintah memerlukan mekanisme akuntansi guna pelaporan kegiatannya serta sebagai suatu alat untuk mengamankan harta negara dan untuk menjamin dilaksanakannya kebijaksanaan-kebijaksanaan pemecintah dalam mengelola dana. Demi tercapainya tujuan-tujuan

tersebut pemerintah dituntut untuk menciptakan

mekanisme akuntansi yang sekaligus berperan sebagai sistem pengendalian intern yang efisien dan efektif.

(14)

pemerintah dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk setiap tahun.

Untuk mencapai apa yang telah digariskan dalam GBHN, pemerintah harus mempunyai sumber dana yang memadai, baik itu berasal dari pendapatan dalam negeri maupun pinjaman dari luar negeri. Ini berarti, di satu pihak sumber dan jumlahnya sangat terbatas, di lain pihak penggunaannya tidak terbatas. Oleh karena itu pemerintah harus selalu memikirkan bagaimana mengelola dan mengalokasikan dana yang terbatas itu seefisien dan seefektif mungkin.

Penggunaan dana secara efisien dan efektif

bukanlah pekerjaan mudah. Hal ini disebabkan semakin

banyaknya alternatif yang harus dipilih untuk

dilaksanakan serta semakin kompleksnya administrasi untuk mengelola dan mengawasi dana yang dikeluarkan untuk membiayai alternatif yang terpilih.

Presiden sebagai kepala pettier intahan menunjuk Menteri Keuangan sebagai ordonatur. Ini berarti bahwa apabila penguasa-penguasa lain mengambil tindakan yang membawa akibat pengeluaran uang negara harus mendapat persetujuan Menteri Keuangan terlebih dahulu.

Henteri Keuangan dalam menjalankan fungsinya

(15)

tersebut dilaksanakan oleh Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN).

Jelaslah bahwa wewenang Menteri Keuangan di

bidang pengeluaran uang sangat besar. Apabila

prosedur/mekanisme pengeluaran uang itu tidak berfungsi sebagai sistem pengendalian yang efisien dan efektif, maka dapat dipastikan akan terjadi pengeluaran uang

yang tidak semestinya. Selain itu akan terjadi

pemrosesan pengeluaran uang yang memakan waktu lama, sehingga dapat mempengaruhi kelancaran pembangunan.

Sebagai usaha untuk menciptakan mekanisme

pengeluaran uang negara yang berfungsi sebagai sistem pengendalian intern yang mampu mengikuti peningkatan

standar efisiensi dan efektivitas, maka Menteri

Keuangan mengeluarkan Surat Keputusan Nomor

217/KMK.03/1990 tanggal 22 Pebruari 1990 (Sistem baru) tentang Mekanisme Pembayaran dalam Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara, untuk melengkapi

Mekanisme Pembayaran Anggaran Belanja Republik

Indonesia menurut KEPPRES Nomor 29 tahun 1984 (Sistem lama).

Dalam kesempatan ini penulis ingin meneliti

apakah dalam upaya mewujudkan pengendalian intern yang

lebih baik, sistem baru tersebut mampu berfungsi

(16)

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang dijabarkan

sebelumnya, timbul masalah yang akan diteliti yaitu : "Apakah mekanisme pembayaran anggaran belanja negara Republik Indonesia menurut KEPMEN No. 217/KMK.03/1990

sebagai penjabaran dan kelengkapan pada mekanisme

pembayaran menurut KEPPRES No. 29 Tahun 1984 sudah

sesuai dan dapat meningkatkan pengendalian intern

terhadap mekanisme tersebut?"

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah di atas adalah :

1. Berusaha untuk mengetahui sistem pengendalian intern yang baik, berguna dan be'rmanfaat secara luas untuk dapat diterapkan dalam mekanisme pengeluaran uang negara.

2. Berusaha untuk mengetahui apakah mekanisme

pembayaran APBN yang baru lebih mendukung efisiensi

dan efektivitas dalam pelaksanaan pembayaran

anggaran belanja .negara ditinjau dari segi

(17)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari pengkajian atas mekanisme pembayaran anggaran belanja negara menurut

KEPPRES No. 29 tahun 1984 dan KEPMEN No.

217/KMK.03/1990, adalah :

1. Sebagai masukan bagi para pejabat di Departemen Keuangan dalam melaksanakan pengendalian intern yang lebih baik sebagaimana diharapkan oleh mekanisme pembayaran uang negara yang baru, sehingga dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, baik pihak yang

memproses pengeluaran uang negara, pihak yang

menerima dan menggunakannya, serta bagi negara.

2. Untuk menerapkan teori-teori yang telah penulis pelajari selama di bangku kuliah khususnya mengenai pengendalian intern.

3. Hasil ‘ penelitian dapat memberi informasi atau merangsang pihak lain untuk mengadakan penelitian

lebih lanjut.

1.5. Sistenatika Penulisan Skripsi

Sistematika .penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

(18)

penulisan skripsi.

Bab II : Tinjauan Pustaka. Bab ini terdiri dari tiga sub bab yaitu : (1) Landasan Teori, akan membahas teori-teori yang erat kaitannya dengan pengendalian intern yaitu pengertian dan tujuan sistem pengendalian

intern, prinsip dan tujuan pengendalian intern,

prosedur pengeluaran kas serta sistem informasi yang diperlukan oleh pengendalian intern, (2) Hipotesis, (3) Metode Penelitian.

Bab III : Analisis. Bab ini terdiri dari dua sub

bab yaitu : (1) G-ambaran Umum, berisi struktur

organisasi departeraen keuangan, dasar hukum dan

pengurusan keuangan negara, siklus anggaran keuangan

negara, pelaksanaan tugas ordonatur di bidang

pengeluaran (2) Pembahasan, ditujukan pada pengujian

hipotesa dengan menjadikan landasan teori sebagai

ukuran/sudut pandang untuk mengadakan studi

perbandingan. Bab ini berisi mekanisme pembayaran

anggaran belanja negara menurut KEPPRES No. 29 tahun

1984 (sistem lama), mekanisme pembayaran anggaran

belanja negara menurut KEPMEN No. 217/KMK.03/1990

(19)
(20)

BAB II

TIHJAUAH PUSTAKA

2.1. LANDASAN TEORI

2.1.1. Pengertian dan Tujuan Sisten Pengendalian Intern

Organisasi dibagi menjadi dua menurut sifat

kegiatan ekonominya yaitu : organisasi dengan motif komersial dan organisasi dengan motif non-komersial. Organisasi dengan motif komersial bertujuan mencari

laba (profit) yang layak, sedangkan organisasi non- komersial tidak mengejar laba semata-mata tetapi lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingan umum. Termasuk dalam jenis yang kedua ini adalah pemerintah, lembaga keagamaan, lembaga amal, lembaga kesehatan dan kesejahteraan dan sebagainya.

Apapun bentuknya, setiap organisasi akan

memerlukan pengawasan/pengendalian (controls). Tanpa

pengendalian semua organisasi akan sulit mempertahankan kegiatannya pada arah yang telah ditetapkan untuk

mencapai tujuan. Pengendalian berasal dari luar

organisasi (external controls) yang dilakukan

masyarakat atau pemerintah di lingkungan organisasi dan

dari dalam organisasi (internal controls) yang

(21)

Pengendalian intern bisa juga diartikan pengendalian manajemen, seperti dikatakan John F. Nash:

"Internal controls form part of the broader group

of controls known as management controls.

Management control covers the whole of the

organization 's activities and ensure that

management's wishes are carried out. '

Pada tahun 1949, AICPA menyatakan suatu definisi mengenai pengendalian intern, yang esensinya tetap bertahan hingga kini :

"Internal control comprises the plan of

organization and all of the coordinated methods and measures adopted within a business to: safeguards its assets, check the accuracy and reliability of

its accounting data, promote operational

efficiency, and encourage adherence to prescribed

managerial policies.

Jadi, pengendalian intern meliputi rencana

organisasi dan semua metode yang terkoordinasi dan ukuran yang dipakai dalam usaha untuk mencapai tujuan pengendalian intern sebagai berikut :

1. Mengamankan harta organisasi (Safeguarding the

organization 's assets') .

Harta berwujud yang terdapat dalam suatu

peusahaan dapat dicari, disalahgunakan atau rusak

^ Nash, John F., Accounting Information Systems. Second_ Edition. PWS-KENT Publishing Company, Boston, Massachusetts* 1989, hal. 396

^Committee on Auditing Procedures, Elements of a

Coordinated System and Its Importance to Management and the Independent .Public .Accountant. AICPA, New York,

(22)

dengan tiba-tiba jika tidak dilindungi dengan pengendalian yang memadai. Hal tersebut juga terjadi terhadap harta yang tidak berwujud, seperti piutang, dokumen penting (misalnya kontrak rahasia dengan pemerintah), dan berbagai catatan lainnya ( buku besar dan jurnal). Pengamanan terhadap harta dan catatan tertentu dirasakan semakin menjadi penting setelah munculnya sistem komputer. Informasi dalam jumlah besar yang tersimpan dalam media komputer

seperti pita magnetik dapat rusak apabila

pengamanannya tidak dilakukan secara memadai.

2. Menyediakan data yang dapat dipercaya dan akurat

(Preserving the accuracy and reliability of the

accounting data).

Manajemen harus mendapatkan informasi yang tepat

untuk digunakan dalam menjalankan operasinya.

Bermaeam-maeam informasi dapat digunakan dalam

pengambilan keputusan, misalnya harga yang

dikenakan terhadap suatu produk didasarkan pada

informasi biaya produksi.

3. Meningkatkan efisiensi operasional (Promoting

operational efficiency).

Pengendalian dalam suatu organisasi dimaksudkan

(23)

menghindari berbagai bentuk penggunaan sumber daya yang tidak efisien.

4. Mendorong ditaatinya kebijakan manajemen

(Encouraging compliance with management policy).

Manajemen menetapkan prosedur-prosedur dan berbagai

peraturan sebagai sarana untuk mencapai tujuan

perusahaan. Dengan adanya sistem pengendalian

intern akan memberikan keyakinan yang rasional agar

prosedur dan berbagai peraturan yang telah

ditetapkan akan dipatuhi atau diikuti oleh

karyawan organisasi yang bersangkutan.

Di samping itu Arens mengemukakan beberapa

tujuan pengendalian intern yang lebih terperinci : - Transaks

- Transaks yang dicatat adalah sah; diotorisasi sebagaimana mestinya; - Transaksi yang ada sudah dicatat;

- Transaksi dinilai sebagaimana mestinya; - Transaksi diklassifikasikan dengan benar; - Transaksi dicatat pada waktu yang tepat;

- Transaksi dicatat pada buku tambahan dan serta diikhtisarkan dengan benar. '

Secara tradisional pengendalian intern dibagi menjadi pengendalian akuntansi (accounting controls)

yang pada prinsipnya berkaitan dengan tujuan pertama

dan kedua, dan pengendalian administratif

<administrative controls) yang terutama berkaitan

^ A l v i n A. Arens dan James K. Loebbecke, Auditing z__Suatu__Pendekatan Terpadu ^_Edisi Ketiga. Jilid I,

(24)

dengan tujuan ketiga dan keempat.

Definisi lebih lanjut dari kedua pengendalian tersebut dinyatakan sebagai berikut :

"Administrative control includes, but not limited to, the plan of organization and the procedures and

records that are concerned with the decision

processes leading to management's authorization of transactions. Such authorization is a management 's

function directly associated with the

responsibility for achieving the objectives of the

organization and is the starting point for

establishing accounting control of transactions. . .

Accounting___control comprises theplan of

organization and the procedures and records that are concerned with the safeguarding of assets and

the reliability of financial records and

consequently are designed to provide reasonable assurance that :

(a) Transactions are executed in accordance with management's general or specific aothorization.

(b) Transactions are recorded as necessary....

(c) Access to assets is permitted only in

accordance with management's authorization.

(d) The recorded accountability for assets is

compared with existing assets. ...

Seiring dengan berkembangnya sistem informasi

terkomputerisasi atau dikenal dengan EDP (Electronic

Data Processing) controls, maka pengendalian intern

dibedakan pula menjadi pengendalian umum (general

controls) dan pengendalian terapan (application

controls) sebagaimana dinyatakan dalam SAS (Statement

on Auditing Standards) no. 3 : “Some EDP control

procedures relate to all EDP activities (general

(25)

controls) and some related to a spesific accounting

task such as preparation of account listing or payroll

(application control)

Berbagai penggolongan di atas kadang bisa

menyulitkan klasifikasi yang tepat atas pengukuran pengendalian individu dan mengaburkan perhatian pada masalah yang sesungguhnya. Organisasi harus memilih paduan/kombinasi yang tepat dari berbagai prosedur pengendalian berupa suatu sistem pengendalian intern yang sesuai dengan tujuan pengendalian yang diperlukan.

2.1.2. Prinsip dan Ukuran Pengendalian Intern

Pengendalian intern diterapkan untuk mengimbangi

berbagai resiko dalam aktivitas organisasi, baik

disebabkan oleh kesalahan manusia (human error) atau

pelanggaran yang disengaja (intentional irregularities)

termasuk penggelapan (embezzlement), penipuan (fraud)

dan sabotase. Irregularity adalah aktivitas yang

dilarang oleh kebijaksanaan perusahaan dan

hukum/peraturan yang berlaku.

Sistem pengendalian intern yang efektif sangat diperlukan untuk melindungi sistem akuntansi untuk

raencapai tingkat ukuran pengendalian yang dapat

(26)

diterima atas seluruh harta organisasi. Pengendalian akuntansi intern bertujuan untuk menyajikan kepastian

yang beralasan, tapi bukan absolut, bahwa harta

organisasi terjaga dari penggunaan atau perlakuan yang tidak semestinya dan bahwa data-data keuangan dapat dipercaya untuk digunakan dalam penyusunan laporan keuangan.

Hubungan antara resiko, prinsip pengendalian, tujuan pengendalian dan ukuran pengendalian tampak pada bagan berikut :

BAGAN 2.1.

RELATIONSHIP OF CONTROL PRINCIPLES AND OBJECTIVES AND APPLICATION OF CONTROL OBJECTIVES

RISK v

Management's responsibility Auditor's responsibility

(27)

Resiko adalah masalah yang dihadapi, sedangkan prinsip dan tujuan pengendalian menunjukkan apa yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. Ukuran pengendalian mewakili apa yang dapat (atau telah) dilakukan.

Berikut ini adalah prinsip-prinsip pengendalian intern akuntansi yang mencerminkan filosofi umum dalam profesi akuntansi :

1. Control environment. 2. Authorizations.

3. Incompatible duties and responsbilities. 4. Classification of information.

5. Transaction processing. 6. Accuracy of data.

7. Error correction. 8. Systems security. 9. Security of data. 10. Systems development. 11. Documentation.

12. Physical safeguarding of resources. '

1. Lingkungan pengendalian (Control environment).

Manajemen melalui kebijaksanaan, prosedur dan

aktivitasnya harus memelihara lingkungan berorganisasi yang memberikan pengawasan yang efektif dan kondusif terhadap sistem pengendalian.

Tanggung jawab untuk menetapkan dan memelihara lingkungan pengendalian yang memadai harus diterima pada tingkat tertinggi dalam organisasi. Semua personil

(28)

harus memahami pentingnya pengendalian intern dan kepatuhan pada prosedur pengendalian.

Manajemen harus menetapkan kebijaksanaan

personalia dan prosedur rekrutmen, pelatihan, evaluasi

dan penempatan karyawan yang layak agar dapat

memperkecil resiko pada tanggung jawab tiap individu.

Manajemen harus menetapkan kebijaksanaan

berkaitan dengan sikap karyawan untuk mengurangi

aktivitas yang tidak mendukung pengendalian. Untuk itu perlu juga adanya prosedur-prosedur yang’ dijabarkan dengan baik dalam menangani pelanggaran.

2. Otorisasi (Authorization). Manajemen perlu

menetapkan prosedur otorisasi dan kriteria untuk

pengadaan dan pelaksanaan transaksi dan

mengkomunikasikan syarat-syaratnya pada personil yang terkait.

1. Jumlah, waktu dan kondisi semua transaksi harus diotorisasi agar sesuai harapan manajemen.

2. Pembelian dan penempatan harta harus disetujui

manaj emen.

3. Bagian pemrosesan data dilarang mengadakan atau meng-otorisasi suatu transaksi.

4. Pembatasan individu yang mempunyai akses ke daerah pemrosesan data atau fasilitas komputer.

(29)

untuk semua operasi komputer dan marapu memproses transaksi bagi kepentingan manajemen.

6. Hanya masukan yang layak dan disetujui secara umum maupun khusus oleh manajemen yang boleh diproses.

3. Pemisahan tugas dan tanggung jawab

(incompatible duties and responsibilities). Tugas-tugas

dan tanggungjawab harus diatur sedemikian rupa untuk raeminimalkan kesempatan seseorang dalam melakukan atau menyembunyikan kesalahan maupun pelanggaran. Sistem pengendalian intern yang baik seharusnya mengadakan pemisahan antara :

1. Fungsi otorisasi dengan fungsi pencatatan transaksi.

2. Fungsi penyimpanan dan pemeliharaan antara

sumberdaya organisasi dengan catatan akuntansinya. 3. Fungsi pemrosesan data dengan fungsi penggunaan

data.

4. Fungsi pengawasan dan pengembangan sistem dengan fungsi pelaksanaannya.

4. Klasifikasi infornasi (classification of

information). Manajemen harus menetapkan suatu rencana

dan kriteria tertentu untuk mengklasifikasikan

informasi yang paling memenuhi kebutuhan organisasi melalui tabel akuntansi atau semacamnya. Transaksi harus diklasifikasikan guna pelaporan sesuai prinsip

(30)

manaj emen.

5. Penrosesan transaksi ( transaction processing).

Manajemen perlu menetapkan dan mengawasi prosedur

pencatatan dan pemrosesan transaksi serta

mengkomunikasikannya kepada para personil yang terkait dengan tujuan :

1. Memenuhi kebutuhan manajemen.

2. Untuk pelaporan kejadian ekonomi yang penting.

3. Untuk pengakuan, klasifikasi, dan peringkasan

transaksi.

4. Untuk memastikan bahwa senua transaksi yang

diijinkan hanya diproses satu kali.

5. Agar data transaksi dapat seoara layak dan tepat waktu dicatat dalam buku besar, buku pembantu dan file utama lainnya.

6. Agar pelaporan dapat disiapkan secara akurat, segera

dan konsisten serta secara seimbang menyajikan

informasi yang diperlukan.

6. Akurasi data (accuracy of data). Prosedur

operasi harus secara periodik melakukan verifikasi

keakuratan data yang disimpan dan laporan yang

(31)

input, pemrosesan input dan dokumen-dokumen asal.

Sistem yang ada harus mengandung jalur audit yang

menunjukkan dengan jelas langkah-langkah proses

penyajian, waktu, personil yang bertanggungjawab atas proses tersebut dan hasil-hasil operasi pemrosesan yang signifikan.

7. Koreksi kesalahan (error correction). Sistem

pengendalian intern harus mempunyai prosedur yang

memadai untuk mendeteksi, mengidentifikasi dan

mengoreksi kesalahan-kesalahan yang mungkin dilakukan orang atau fasilitas dan perlengkapan sistem yang ada. Untuk itu harus dilakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Fungsi pengendalian otomatis yang terdapat dalam

sistem komputer harus dioperasikan semaksimal

mungkin untuk mendeteksi dan melaporkan kerusakan perangkat lunak (software) maupun perangkat keras

( hardware).

2. Validasi dan konsistensi data dalam data base harus dikontrol.

3. Harus ada seseorang atau sekelompok orang yang bertanggungjawab atas penerimaan data, meyakinkan bahwa data tersebut dicatat dan diproses, meyakinkan

bahwa dilakukan perbaikan atas kesalahan yang

(32)

4. Sistem harus mem-verifikasi semua kode dan keterangan perhitungan yang penting untuk mencatat data transaksi.

5. Harus dilakukan pengendalian atas konversi data ke dalam bentuk tertulis dan perpindahan data antar

lengkah pemrosesan atau antar departemen.

6. Sistem harus mampu mencegah dan mendeteksi kesalahan dalam pemrosesan file serta penggunaan operasional yang lain untuk dievaluasi dan diperbaiki.

8. Keananan sisten (system security). Manajemen

harus mempunyai suatu perencanaan dan penerapan

prosedur yang layak untuk mengendr.likan penggunaan dan akses ke sumberdaya sistem yang ada serta meyakinkan bahwa fungsi pemrosesan informasi dapat dipercaya.

Prinsip ini mencerminkan pentingnya menghindari

penyalahgunaan sumberdaya pemrosesan informasi,

termasuk penggunaan tanpa ijin, pencurian dan perusakan perangkat keras, perangkat lunak, dokumentasi maupun data. Akses ke sistem informasi akuntansi, program komputer, program dokumentasi dan bagian-bagian kritis lainnya harus dibatasi pada beberapa personil tertentu dengan tanggungjawab masing-masing. Alur atau logika aktivitas komputer harus bisa dievaluasi oleh manajer, auditor atau operator komputer.

(33)

ada harus memberi perlindungan berkesinambungan

terhadap data mulai dari input, penyimpanan,

pemrosesan, pengiriman dan output. Perlu juga adanya sistem khusus untuk merekonstruksi dan memulihkan data bila terjadi kehilangan atau kerusakan.

10. Pengembangan sisten (systems development).

Sistem informasi akuntansi harus dikembangkan dan

dijaga agar sesuai dengan tujuan dan sasaran

organisasi. Perencanaan, desain, seleksi paket

perangkat lunak dan pengujiannya harus melibatkan wakil dari para pemakai output informasi, bagian akuntansi dan auditor intern. Perubahan maupun perluasan sistem harus mendapat persetujuan terlebih dahulu sebelum diterapkan.

Manajemen harus memberikan pelatihan teknik maupu manajerial bagi para personil yang terlibat dalam suatu

sistem pengendalian. Standar dan prosedur harus

ditetapkan sebagai pedoman operasional bagi para

pemakai akhir.

11. Dokunentasi (Documentation). Harus terdapat

suatu rencana dan penerapan prosedur yang layak dalam

mengadakan dan mengendalikan dokumentasi serta

spesifikasi sistem. Manajemen harus membuat spesifikasi

tertulis untuk masing-masing sistem dan membuat

(34)

dan pembatasan akses ke dalam masing-masing tingkatan.

12. Perlindungan fisik terhadap sumberdaya

(physical safeguarding of resources). Keuangan

organisasi, perarosesan informasi dan sumberdaya yang lain patut menerima keamanan fisik yang layak. Harus

disediakan pula jumlah asuransi yang layak untuk

menutupi kerusakan atau kehilangan sumberdaya fisik. Prinsip-prinsip di atas raemungkinkan kita untuk mewujudkan suatu sistem pengendalian intern yang mampu meminimalisir resiko secara keseluruhan. Untuk menilai sistem pengendalian intern tersebut diperlukan suatu sudut pandang berupa ul'.uran-ukuran pengendalian yang berhubungan dengan resiko dan ancaman yang spesifik.

John F. Nash membagi daerah pengendalian yang luas ke dalam delapan kategori ukuran pengendalian :

- Organizational controls.

- Systems development and security controls.

- Input controls.

- Processing controls.

- File and database controls.

- Telecommunications controls - Output controls.

- Confirmation controls. '

Pengendalian organisasional terdiri dari (1)

pemisahan tugas dan tanggungjawab, terutama secara

vertikal, (2) rotasi penugasan untuk meningkatkan

kecakapan personil dan menghindari terpendamnya

(35)

kesalahan atau kecurangan, (3) perjanjian mengenai konsekuensi dari suatu tugas, terutama untuk posisi sensitif seperti penanganan kas.

Pengendalian keananan dan pengembangan sistem berupa pengendalian pengembangan sistem, dokumentasi, keamanan komputer dan akses.

Pengendalian input berkaitan dengan otorisasi,

perolehan, klasifikasi, entry, dan verifikasi data

input. Data input termasuk pula transaksi dan perubahan pada file. Verifikasi dilakukan untuk menilai validitas jenis dan lingkup data berikut kombinasinya, nomor atau kode akuntansi, hubungan yang logis, jumlah numerik yang beralasan, kelengkapan data dan urutan transaksi, dokumen atau nomor batch.

Pengendalian proses mencakup prosedur-prosedur

tertulis, penomoran dokumen, pengendalian batch,

pengendalian operasi komputer pengendalian kesalahan dan perbaikannya.

Pengendalian file dan database berarti

pemeliharaan file secara fisik, membuat backup yang diperlukan dan pengendalian pemrosesan file.

(36)

atau memasuki pesan yang disampaikan.

Pengendalian output diraaksudkan guna memastikan bahwa output dari sistem akuntansi adalah lengkap, akurat dan digunakan secara layak.

Pengendalian konfirnasi mengacu pada prinsip

pengendalian no. 6 dan bertujuan mengadakan verifikasi

catatan akuntansi dengan kenyataan, misalnya

penghitungan kas di tangan, rekonsiliasi bank,

penghitungan persediaan dan konfirmasi piutang.

Ukuran pengendalian semestinya diikutsertakan ke dalam sistem akuntansi pada saat perancangan, meskipun

pengendalian baru bisa saja ditambahkan bila di

kemudian hari didapati kelemahan.

2.1.3. Pelaporan dan Kualitas Informasi yang Diperlukan oleh Pengendalian Intern

Pelaporan merupakan distribusi informasi yang

formal kepada berbagai pihak yang menggunakannya

dalam organisasi. Menurut George M.Scott, ada beberapa prinsip-prinsip umum dalam membuat laporan: "Pertama,

laporan harus menyoroti informasi yang penting.

Kedua, format laporan harus sederhana. Misalnya

(37)

dibuat dalam ribuan atau jutaan."

henurut George H. Bodnar dan William S. Hopwood, laporan dapat diklasifikasikan berdasarkan :

a. Tujuannya. b . Jangka waktu. c. Ruang lingkup. d. Terjadinya.

e. Fungsi organisasi. f. Format laporan. g. Keringkasan®'

a. Tujuannya. Misalnya laporan perencanaan,

laporan pengendalian, laporan operasional, surat

pemberitahuan pajak, laporan kepada pemegang saham

dan laporan untuk memenuhi peraturan pemerintah.

Laporan perencanaan berguna membantu manajer

mengalokasikan, mendapatkan sumberdaya untuk

menunjang operasi perusahaan pada masa yang akan

datang.

Laporan pengendalian membantu manajer dalam

memastikan apakah pelaksanaan operasi sesuai dengan

rencana.

Laporan operasional berfokus pada status operasi yang sedang berlangsung pada perusahaan. Tujuan utama

8 > Scott, George M., Principles of Management Information Systems. Second Edition. Singapore National Printers Ltd., Singapore, 1987, hal. 111.

(38)

laporan itu adalah untuk memberikan dukungan kepada

individu-individu dalam menjalankan kegiatan operasi

mereka sehari-hari. Misalnya, manajer produksi

membutuhkan informasi yang spesifik yang berhubungan order pekerjaan untuk membuat skedul produksi.

Surat pemberitahuan pajak,laporan kepada para

pemegang saham dan laporan untuk memenuhi peraturan

pemerintah merupakan laporan-laporan yang dibuat

untuk pihak ekstern perusahaan. Salah satu contoh

laporan untuk memenuhi peraturan pemerintah adalah

laporan mengenai keselamatan kerja.

b. Jangka waktu. Laporan yang diklasifikasikan

menurut jangka waktu terdiri dari laporan jangka

panjang, jangka pendek atau historis. Laporan jangka

panjang lebih berguna untuk strategi jangka

panjang sedangkan laporan jangka pendek lebih

berguna untuk rencana operasional. Laporan historis

berguna untuk berbagai tujuan termasuk membandingkan

hasil periode sekarang terhadap hasil tahun

sebelumnya.

c. Ruang lingkup. Ruang lingkup laporan dapat

meliputi perusahaan secara keseluruhan, hanya

menyangkut divisi atau departemen atau bahkan laporan yang menyangkut seseorang.

(39)

lingkupnya. Hal itu disebabkan, pertama, manajer yang lebih tinggi cenderung meminta laporan yang ruang

lingkupnya lebih luas. Kedua, manajer perlu

mengevaluasi perusahaan secara terus menerus dari

perspektif yang bervariasi luasnya. Misalnya jika

keuntungan perusahaan menurun, harus dicari

penyebabnya. Untuk melakukan itu, manajemen harus

menginvestigasi divisi mana penyebabnya. Kemudian

setelah divisi tersebut diketahui, selanjutnya

diselidiki departemen mana yang menyebabkan penurunan keuntungan tersebut.

d. Terjadinya. Suatu laporan sering sekali

merupakan laporan periodik yang dibuat dengan

interval waktu yang teratur. Misalnya laporan

bulanan, mingguan dan harian. Laporan lainnya

juga dapat berupa laporan suatu peristiwa yang dapat diduga sebelumnya. Misalnya manajer pabrik meminta laporan bilamana ada mesin yang mogok dalam waktu yang

lama. Laporan itu menjelaskan sebab-sebab kerusakan

dan besarnya biaya perbaikannya.

e. Fungsi organisasi. Setiap departemen dalam

organisasi melaksanakan fungsi tertentu. Oleh karena

itu, laporan departemen dianggap laporan fungsional.

Selain itu, departemen tersebut juga melakukan sub

(40)

ada beberapa fungsi termasuk bagian pemasangan, pengecatan dan pengepakan.

f. Format laporan. Yang dimaksud disini adalah bagaimana menyajikan suatu laporan. Misalnya laporan disajikan dalam bentuk computer printout sedangkan yang

lainnya pada layar monitor.

Dalam banyak perusahaan, manajer mungkin menerima laporan yang beratus-ratus halaman secara rutin. Dalam keadaan yang demikian, manajer cenderung mengabaikan informasi laporan. Format laporan yang baik yaitu sederhana, ringkas dan raudah dibaca dapat meminimumkan masalah itu.

g. Keringkasan. Laporan yang ringkas mungkin terdiri dari satu atau dua halaman sedangkan laporan

yang terperinci mungkin terdiri dari dua ratus

halaman. Untuk tujuan perencanaan dan pengendalian,

laporan yang ringkas sangat disukai. Apabila

informasi overload, kemungkinan manajer mengabaikan

beberapa atau semua informasi dalam laporan. Oleh

karena itu sistem pelaporan yang efektif harus

menyajikan laporan dalam format yang jelas dan

ringkas.

Pada umumnya sistem pelaporan dapat

diklasifikasikan sebagai sistem pelaporan yang

(41)

Contoh sistem pelaporan yang horizontal dapat

dilihat dari hubungan antara bagian penjualan,

penagihan, produksi dan pengiriman. Ketika pesanan

dari pelanggan diterima, informasi tersebut disampaikan ke bagian produksi. Selanjutnya barang disiapkan dan

dikirimkan oleh bagian pengiriman ke pelanggan.

Bagian pengiriman memberitahukan ke bagian penagihan bahwa barang telah dikirim.

Sistem pelaporan yang vertikal menciptakan arus informasi antara berbagai tingkat manajemen. Misalnya dalam penyusunan anggaran dimana informasi dikumpulkan

dari tingkat manajemen yang paling bawah dan

disampaikan ke tingkat manajemen yang tertinggi.

Kemudian informasi tersebut diolah menjadi anggaran

final yang disalurkan ke manajemen yang lebih

rendah. Sistem pelaporan yang vertikal cenderung

menekankan perencanaan dan pengendalian, sedangkan

sistem pelaporan yang horizontal cenderung

menitikberatkan pelaksanaan fungsi operasional.

Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) 1984,

informasi keuangan akan bermanfaat bila dipenuhi

ketujuh kualitas berikut : 1. Relevan

2. Dapat dimengerti

3. Daya uji (verifiability) *

4. Netral

5. Tepat waktu

(42)

7. Lengkap*^

1. Relevan. Suatu informasi baru dapat

bermanfaat apabila relevan bagi keperluan pengambil

keputusan. Dalam raempertimbangkan relevansi suatu

informasi yang bertujuan umum, perhatian difokuskan

pada kebutuhan umum pemakai, dan bukan pada

kebutuhan khusus pihak tertentu. Suatu informasi

mungkin mempunyai tingkat relevansi yang tinggi untuk

kegunaan tertentu, sementara rendah sekali

relevansinya bagi kegunaan yang lain.

2. Dapat dimengerti. Informasi harus dapat

dimengerti oleh pemakainya dan dinyatakan dalam bentuk dan istilah yang disesuaikan dengan batas pengertian para pemakai.

3. Daya uji (verifiability). Kebenaran informasi

harus dapat diuji untuk memastikan bahwa informasi

tersebut bebas dari pertimbangan yang subyektif.

4. Netral. Tidak boleh menyajikan informasi

yang menguntungkan pihak tertentu, sementara hal itu akan merugikan pihak lain.

5. Tepat waktu. Yang dimaksud dengan informasi

yang tepat waktu adalah bahwa informasi harus

disampaikan sedini mungkin agar dapat segera

(43)

dipergunakan dalam pengambilan keputusan.

6. Daya banding (comparability). Suatu informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya

dari perusahaan yang sama maupun dengan laporan

keuangan perusahaan-perusahaan lainnya pada periode

yang sama.

7. Lengkap. Informasi akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi keuangan yang dapat memenuhi secukupnya enam tujuan kualitatif di atas. Selain itu dapat juga diartikan sebagai pemenuhan

standar pengur.gkapan yang memadai dalam pelaporan

keuangan.

Jadi dapatlah disimpulkan bahwa cara penyajian

laporan memegang peranan yang penting dalam sistem

pelaporan.

2.1.4. Pengendalian Intern dalam Pengeluaran Kas

Prosedur pengeluaran kas dirancang untuk

mengendalikan pengeluaran cek maupun pengeluaran uang

tunai. Pada umumnya, cek digunakan sebagai alat

pembayaran yang jumlahnya besar. Pembayaran yang

jumlahnya kecil digunakan uang tunai yang

dipertanggungjawabkan dari dana kas kecil.

(44)

pemrosesan pembayaran dengan cek, yaitu :

a. Bagian hutang. Bagian hutang menerima copy

permintaan pembelian, order pembelian, laporan

penerimaan barang dan faktur penjualan. Dokumen-

dokumen itu direview dan diperiksa kelengkapannya,

kemudian disatukan dalam voucher package yang

diarsip menurut tanggalnya.

Secara periodik, arsip voucher package direview dan voucher package yang sudah jatuh tempo diambil untuk dibayarkan. Bagian hutang nemproses pembayaran

yaitu dengan menghitung jumlah yang jatuh tempo,

potongan harga dan lain-lainnya.

Selanjutnya voucher chek disiapkan untuk tiap-

tiap voucher. Voucher check diposting kedalam voucher register. Kemudian, dilakukan penjumlahan atas posting tersebut dan voucher package diposting ke buku besar

hutang. Posting ini di ikhtisarkan pada journal

voucher dan distribution voucher. Setelah voucher

chek, voucher package dan total control disetujui,

lalu diajukan ke bagian pengeluaran kas. Journal

voucher diajukan ke bagian buku besar, sedangkan

distribution voucher diajukan ke bagian buku besar

biaya.

b. Bagian pengeluaran kas. Setelah voucher

(45)

ditandatangani dan voucher package dibatalkan dan

diarsip menurut nomor. Voucher check kemudian

diposting ke check register. Posting ini dijumlah

dan direkonsiliasi dengan total control yang diterima

dari bagian hutang. Voucher check diajukan secara

langsung kepada pihak penerima pembayaran. Total

control diajukan ke bagian buku besar.

c. Bagian buku besar biaya. Distribution voucher

diposting ke buku besar biaya dan/atau buku besar

persediaan. Distribution summary dibuat dan

direkonsiliasi terhadap distribution voucher dan

disetujui. Distribution voucher dan sebuah copy

distribution report diarsip menurut tanggal. Sebuah

copy distribution summary diajukan ke bagian buku

besar.

d. Bagian buku besar. Distribution summary

diterima dari bagian buku besar biaya. Journal

voucher diterima dari bagian hutang dan total

control dari bagian pengeluaran kas direkonsiliasi dan jumlahnya diposting ke buku besar. Distribution summary yang diterima dari bagian buku besar biaya, journal

voucher diterima dari bagian hutang dan control

total dari bagian pengeluaran kas diarsip menurut tanggal.

(46)

dibatalkan diterima dari bank beserta rekening

koran. Rekonsiliasi bank harus dilakukan oleh

pihak yang independen, yaitu satuan pengendalian

intern.

2.2. HIPOTESIS

Dalam organisasi mutlak diperlukan pengendalian untuk menjaga agar aktivitas organisasi tetap berjalan pada arah yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan.

Pengendalian intern bertujuan mengamankan aset

organisasi, menjamin tersedianya data yang akurat dan dapat dipercaya, mendorong efisiensi operasional dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan manajemen.

Sebagai pengelola suatu negara, pemerintah harus merapertanggungjawabkan dana yang dikelolanya sebaik mungkin. Untuk itu, pemerintah berusaha menciptakan sistem pengendalian intern pengeluaran (pembayaran) dana yang lebih efektif melalui mekanisme pembayaran APBN yang terus diperbaiki demi tercapainya tujuan tersebut.

Hipotesa yang dapat ditarik adalah : "Melalui

mekanisme pembayaran APBN yang baru (yang telah

dilengkapi dengan KEPMEN No. 217/KMK.03/1990),

(47)

2.3. METODE PENELITIAN 2.3.1. Penjelasan Judul

Pengkajian merupakan suatu usaha mempelajari, memahami dan menelaah suatu hal dari sudut pandang tertentu .

Sistem Pembayaran Anggaran Belanja Negara

Republik Indonesia adalah mekanisme pengeluaran dana (fund) untuk membiayai berbagai pengeluaran negara yang telah dianggarkan.

Pengendalian intern adalah sistem yang meliputi rencana organisasi dan semua metode yang terkoordinasi

dan ukuran yang dipakai dalam organisasi untuk

mengamankan hartanya, menjamin akurasi dan dapat

dipercayanya data akuntansi, meningkatkan efisiensi

operasional dan mendorong kepatuhan terhadap

kebijaksanaan manajemen.

2.3.2. Jenis dan Sumber Data

(48)

literatur-literatur yang berhubungan dengan permasalahan di atas.

2.3.3. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan, dilakukan penelitian yang meliputi :

(a) Penelitian kepustakaan.

Penulis mengadakan telaah pendahuluan atas dua

sistem pembayaran anggaran yang ditetapkan

pemerintah melalui perundang-undangan untuk

menetapkan permasalan, kemudian mengadakan telaah kepustakaan guna mendapatkan landasan teoritis yang berhubungan erat dengan permasalahan.

(b) Penelitian lapangan.

Perolehan data dengan pengaraatan langsung pada obyek penelitian yaitu Kantor Perbendaharaan dan

Kas Negara serta mewawancarai pejabat KPKN dan

Biro Keuangan Departemen Keuangan. Keduanya

dilakukan untuk mengetahui penerapan sistem yang telah ditetapkan.

2.3.4. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan untuk mengadakan studi perbandingan secara deskriptif adalah diawali dengan raelakukan pendekatan secara umum terhadap dua

(49)

merumuskan permasalahan yang ada. Perumusan masalah ini memudahkan penulis dalam mencari kerangka teori yang akan digunakan dalam pembahasan. Kemudian dilakukan pendekatan studi teoritis yang dapat dipakai sebagai

(50)

BAB III A N A L I S I S

3.1. GAMBARAN UMUM

3.1.1. Struktur Organisasi Departenen Keuangan

Dalam menjalankan pemerintahan, presiden selaku pemegang kekuasaan pemerintahan negara dibantu oleh

menteri-menteri negara yang memimpin beberapa

departemen dalam pemerintahan. Jadi mereka inilah yang menggerakkan roda pemerintahan.

Menurut KEPPRES No. 44 Tahun 1974, pola susunan organisasi departemen, terdiri atas :

1. Menteri sebagai pimpinan departemen sekaligus

merupakan pembantu presiden dalam bidang yang

menjadi kewajibannya.

2. Sekretaris Jenderal sebagai unsur pembantu

pimpinan dalam departemen berada langsung di bawah menteri.

3. Inspektorat Jenderal sebagai unsur pengawas

dalam departemen berada langsung di bawah menteri.

4. Direktorat Jenderal sebagai unsur pelaksana

dari sebagian tugas pokok dan fungsi departemen

berada langsung di bawah menteri.

(51)

a. Badan dan pusat yang dapat dibentuk oleh presiden sebagai pelaksana tugas tertentu yang karena sifatnya tidak tercakup baik oleh unsur pembantu pimpinan, unsur pelaksana maupun unsur pengawasan.

b. Staf ahli.

c. Perusahaan Jawatan (Perjan) merupakan unit

organisasi yang ditetapkan dengan peraturan

perundang-undangan tersendiri.

6. Instansi vertikal yang terdiri dari Kantor

Wilayah Departemen atau Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal sebagai penyelenggara tugas dan fungsi

Departemen di propinsi.

Dalam kesempatan ini yang akan dibicarakan

adalah struktur organisasi Departemen Keuangan sesuai dengan Keppres No.35 Tahun 1992 tanggal 7 Juli 1992.

Pada Keppres tersebut dinyatakan bahwa Departemen

Keuangan terdiri dari : a . Menteri.

b. Sekretariat Jenderal. c. Inspektorat Jenderal.

d. Direktorat Jenderal Anggaran. e. Direktorat Jenderal Pajak.

f. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

(52)

Negara.

h. Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan. i. Badan Pengawas Pasar Modal.

j. Badan Analisa Keuangan dan Moneter.

k. Badan Pelayanan Kemudahan Ekspor dan Pengolahan Data Keuangan.

1. Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara, m. Badan Akuntansi Keuangan Negara,

n. Badan Pendidikan dan Latihan Keuangan. o. Instansi Vertikal di Wilayah.

Menteri Keuangan. Sesuai dengan Keppres Nomor

44 Tahun 1974 pasal 6 Menteri Keuangan mempunyai tugas : (1) memimpin departemen sesuai dengan tugas pokok

yang telah digariskan oleh pemerintah dan membina

aparatur departemennya agar berdayaguna dan

berhasilguna, (2) menentukan kebijaksanaan pelaksanaan

bidang keuangan yang secara fungsional menjadi

tanggungjawabnya sesuai dengan kebijaksanaan umum yang

ditetapkan presiden, (3) membina dan melaksanakan

kerjasama dengan departemen, instansi dan organisasi

lainnya untuk memecahkan persoalan yang timbul,

terutama yang menyangkut bidang tugasnya.

Staf Ahli Menteri Keuangan mempunyai tugas pokok

mengolah dan menelaah masalah-masalah di bidang

*

(53)

internasional, penerimaan negara, pengeluaran negara,

pengembangan pasar modal dan pembinaan umum

pengelolaan kekayaan negara secara keahlian dan

memberikan penalaran pemecahan konsepsional atas

petunjuk Menteri Keuangan (Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 231/KMK.01/1982).

Sekretariat Jendral. Sebagai unsur pembantu

pimpinan atau unit staf di Departemen Keuangan,

Sekretariat Jenderal Departemen Keuangan mempunyai

tugas pokok menyelenggarakan pembinaan administrasi, organisasi dan ketatalaksanaan terhadap semua unsur di lingkungan Departemen Keuangan. Selain itu, Sekretariat

Jenderal Departemen Keuangan memberikan pelayanan

teknis dan administratif kepada menteri, Inspektorat

Jenderal, Direktorat Jenderal dan unit organisasi

lainnya di lingkungan Departemen Keuangan.

Sekretariat Jenderal Departemen Keuangan terdiri

dari : Biro Perencanaan dan Hubungan Organisasi

Keuangan Internasional, Biro Kepegawaian, Biro

Keuangan, Biro Perlengkapan, Biro Organisasi dan

Ketatalaksanaan, Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Biro Umum.

Secara administratif, dalam lingkungan

Sekretariat Jenderal terdapat pula Sekretariat Majelis

(54)

memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada Majelis Pertimbangan Pajak.

Sekretariat Majelis Pertimbangan Pajak adalah unsur pembantu Majelis Pertimbangan Pajak yang berada

di bawah dan bertanggungjawab kepada Ketua Majelis

Pertimbangan Pajak. Dalam melaksanakan tugasnya,

sekretaris dibantu oleh seorang sekretaris pengganti. Sekretariat Majelis Pertimbangan Pajak terdiri

dari Bagian Umum, Bagian Persiapan Penyelesaian

Perselisihan Pajak, Bagian Evaluasi Pelaksanaan Hukum Paj ak.

Inspektorat Jendral. Inspektorat Jenderal sebagai unsur pengawasan di Departemen Keuangan mempunyai tugas pokok melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas semua unsur Departemen Keuangan.

Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan terdiri

dari Sekretariat Inspektorat Jenderal, Inspektur

Kepegawaian, Inspektur Keuangan, Inspektur

Perlengkapan, Inspektur Anggaran, Inspektur Pajak,

Inspektur Bea dan Cukai, Inspektur Umum.

Sebagai unsur pelaksana di Departemen Keuangan

adalah Direktorat Jenderal Anggaran, Direktorat

Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,

Direktorat Jenderal Pembinaan Badan Usaha Milik

(55)

Direktorat Jendral Anggaran. Direktorat Jenderal Anggaran melaksanakan sebagian tugas pokok Departemen Keuangan dalam bidang anggaran pendapatan dan belanja negara berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Direktorat Jenderal Anggaran terdiri dari :

Sekretariat Direktorat Jenderal Anggaran, Direktorat Pembinaan Anggaran Rutin, Direktorat Pembinaan Anggaran Pembangunan, Direktorat Pembinaan Anggaran Lain-lain dan Kekayaan Negara, Direktorat Perbendahar'aan dan Ras Negara, Direktorat Tata Usaha Anggaran, Direktorat Dana Luar Negeri.

Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal

Anggaran dibantu oleh Pusat Pengolahan Data dan

Informasi Anggaran yang terdiri dari Bagian Urnum,

Bidang Pengembangan Sistem Aplikasi dan Program,

Bidang Operasional Komputer, Bidang Persiapan Data

dan Pelayanan Informasi serta Bidang Rekonsiliasi APBN. Direktorat Jenderal Pajak. Direktorat Jenderal

Pajak melaksanakan sebagian tugas pokok Departemen

Keuangan di bidang penerimaan negara yang berasal dari pajak sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh

Menteri Keuangan dan berdasarkan kebijaksanaan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(56)

Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Perencanaan

dan Potensi Perpajakan, Direktorat Peraturan

Perpajakan, Direktorat Pajak Penghasilan, Direktorat

Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung

Lainnya, Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan, Direktorat Pemeriksaan Pajak.

Unit organisasi lain sebagai penunjang

pelaksanaan tugas pokok Direktorat Jenderal Pajak

adalah : (1) Pusat Penyuluhan Perpajakan yang terdiri dari Bidang Pembinaan Metoda dan Materi ' Penyuluhan,

Bidang Sarana Penyuluhan, Bidang Pembinaan Tenaga

Penyuluh, Sub Bagian Tata Usaha dan Kelompok Tenaga Fungsional Penyuluh Perpajakan, (2) Pusat Pengolahan Data dan Informasi Perpajakan yang terdiri dari Bidang

Sistem Aplikasi dan Program, Bidang Operasional

Komputer, Bidang Alat Keterangan, Bidang Registrasi dan Evaluasi Data Wajib Pajak, Sub Bagian Tata Usaha.

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melaksanakan sebagian tugas Departemen Keuangan di bidang pemungutan pajak negara dalam bentuk bea dan cukai serta pemungutan lainnya berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

(57)

Penerimaan, Direktorat Pabean, Direktorat Cukai, Direktorat Pemberantasan Penyelundupan.

Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ditunjang oleh dua unit organisasi lain, yaitu : (1) Pusat Pengolahan Data dan Informasi Bea dan Cukai yang terdiri dari Bidang Sistem Aplikasi dan Program, Bidang Operasional Komputer, Bidang Penyiapan Data dan Pelayanan Informasi serta Sub Bagian Tata Usaha, (2) Pusat Sarana Perhubungan Bea dan Cukai yang terdiri dari Bagian Tata Usaha, Bagian Perkapalan dan Penerbangan, Bidang Telekomunikasi dan Elektronika.

Direktorat Jenderal Penbinaan Badan Usaha Milik Hegara. Direktorat Jenderal Pembinaan Badan Usaha Milik Negara melaksanakan sebagian tugas pokok Departemen Keuangan di bidang pembinaan badan usaha milik negara

berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh

Menteri Keuangan.

Direktorat Jenderal Pembinaan Badan Usaha Milik Negara terdiri dari : Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Perusahaan Industri, Direktorat Perusahaan

Jasa Keuangan, Direktorat Perusahaan Jasa Umum,

Direktorat Perusahaan Pertanian dan Kehutanan,

Direktorat Informasi, Pengembangan, dan Peraturan Badan Usaha Milik Negara.

(58)

Jenderal Lembaga Keuangan melaksanakan sebagian tugas

pokok Departemen Keuangan dibidang lembaga keuangan

berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan terdiri

dari: Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat

Perbankan dan Usaha Jasa Pembiayaan, Direktorat

Asuransi, Direktorat Dana Pensiun, Direktorat

Pengelolaan Penerusan Pinjaman, Direktorat Penerimaan Minyak dan Bukan Pajak, Direktorat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai.

Berikut ini adalah unit organisasi lain diluar unsur-unsur pembantu pimpinan, pelaksana dan pengawasan di Departemen Keuangan.

Badan Pengawas Pasar Hodal. Tugas pokok badan ini adalah pertama mengikuti perkembangan dan mengatur

pasar modal sehingga efek dapat ditawarkan dan

diperdagangkan secara teratur, wajar, dan efisien serta

melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat umum.

Kedua, melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap

Lembaga-lerabaga Bursa Efek dan Lembaga Kliring

Penyelesaian dan Penyimpanan, Reksa Dana, Perusahaan

(59)

Badan ini dipimpin oleh seorang ketua dibantu

oleh wakil ketua, Sekretariat, Biro Hukum, Biro

Pengelolaan Investasi dan Riset, Biro Transaksi dan Lerabaga Efek, Biro Penelitian Keuangan Perusahaan I, Biro Penelitian Keuangan Perusahaan II serta Rantor Wilayah BAPEPAM didaerah yang terdapat bursa efek.

Badan Analisa Keuangan dan Moneter. Tugas pokok

badan ini adalah membina, mengkoordinasikan dan

menyelengagarakan kegiatan analisa di bidang keuangan dan moneter berdasarkan kebijaksanaan Menteri Keuangan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Badan

ini terdiri dari Sekretariat Badan, Biro analisa

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Biro Analisa

Moneter, Biro Analisa Keuangan Daerah dan Biro

Pengkajian Ekonomi dan Keuangan.

Dalam melaksanakan tugasnya, Badan ini dibantu oleh Pusat penelitian dan Pengembangan Keuangan dan

Moneter yang terdiri dari Bagian Tata Usaha dan

Kelompok Peneliti.

Badan Pelayanan Kenudahan Ekspor dan Pengolahan

Data Keuangan. Badan ini mengkoordinasikan dan

menyelenggarakan kegiatan pelayanan ekspor dan

pengolahan data keuangan berdasarkan kebijaksanaan

Menteri Keuangan dan peraturan perundang-undangan yang

(60)

Pengolahan Data Keuangan terdiri dari Sekretariat

Badan, Biro Pembebasan Pungutan Negara, Biro

Pengembalian Pungutan Negara, Biro Pengembangan

Aplikasi Komputer serta Biro Dukungan Teknis dan

Standardisasi Komputer.

Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara. Tugas pokok Badan ini adalah menyelenggarakan pelaksanaan

pengurusan piutang negara yang terhutang kepada

instansi-instansi pemerintah/badan-badan usaha negara, atau badan-badan lainnya baik di pusat maupun di daerah

yang secara langsung dikuasai negara berdasarkan

peraturan perundang-untfangan yang berlaku.

Badan ini terdiri dari Sekretariat Badan, Biro Informasi dan Hukum, Biro Piutang Negara Perbankan, Biro Piutang Negara Non Perbankan, Biro Lelang Negara dan Instansi Vertikal di Wilayah.

Badan Akuntansi Keuangan Negara. Tugas pokok

Badan Akuntansi Keuangan Negara ialah melaksanakan

pembinaan, pengembangan sistem dan prosedur pembukuan,

sistem akuntansi dan pelaporan keuangan negara,

mempersiapkan penyusunan perhitungan anggaran serta

menyusun neraca kekayaan negara berdasarkan

kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh Menteri

Keuangan.

(61)

Sekretariat Badan, Biro Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, Biro Pembinaan Sistero Akuntansi Negara, Biro Perhitungan Anggaran Negara, Biro Tata Usaha Inventaris Kekayaan Negara dan Biro Pengolahan Data Akuntansi.

Badan Pendidikan dan Latihan Keuangan. Badan ini

bertugas membina, mengkoordinasikan dan

menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan latihan, serta

kegiatan penataran keuangan negara berdasarkan

kebijaksanaan menteri dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Badan Pendidikan dan Latihan Keuangan ini terdiri dari Sekretariat Badan, Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai, Pusat Pendidikan dan Latihan Anggaran, Pusat

Pendidikan dan Latihan Perpajakan, Pusat Pendidikan

dan Latihan Bea dan Cukai serta Pusat dan Latihan Keuangan Umum.

3.1.2. Dasar Hukun dan Pengurusan Keuangan Negara

Yang dimaksud dengan keuangan negara adalah semua hak negara baik yang bernilai uang ataupun benda yang dimiliki negara. Barang yang dimaksud disini adalah baik berupa kertas berharga, barang fisik maupun barang

nonfisik (seperti gas dan lain-lain).

Dasar hukum keuangan Negara Indonesia berasal

(62)

sekarang disebut dengan Undang-undang Perbendaharaan Indonesia (UUPI). ICW dibentuk oleh Pemerintah Kolonial Belanda dalam tahun 1848. ICW itu memuat ketentuan

cara pengurusan dan pertanggungjawaban alat-alat

keuangan kolonial. Dalam perjalanan waktunya, ICW telah berkali- kali mengalami perubahan baik sebelum maupun sesudah Indonesia merdeka. Perubahan mula-mula setelah

Indonesia merdeka adalah dengan ditetapkannya UU

Darurat Nomor 3 tahun 1954 yang kemudian UU Darurat ini ditetapkan menjadi Undang-undang Nomor 12 Tahun 1954. Dengan demikian, tahun dinas/fiskal dirobah dari tahun buku yang sesuai dengan tahun takwin menjadi tahun

buku yang dimulai tanggal 1 April dan berakhir

tanggal 31 Maret tahun berikutnya. Selain itu, sistem

stelsel hak diganti dengan stelsel kas. Untuk

mengefektifkan pelaksanaan dan pertanggungjawaban

anggaran, maka setiap tahun dibuat/ditetapkan Keputusan Presiden (Keppres). Kepres ini mengatur pedoman dan pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara untuk setiap tahun anggaran. Kepres ini mengatur hal- hal yang tidak tercantum dalam UUPI. Jadi Keppres ini melengkapi UUPI.

(63)

Memang secara formal, tingkatan UUPI jauh lebih tinggi

daripada Keppres. Tetapi karena Keppres mengatur

masalah pedoman pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBN dan dibuat setelah kedaulatan, raaka Keppres merupakan sumber hukum yang murni sedangkan UUPI (ICW) hanyalah

sebagai sumber hukum pelengkap. Menteri Keuangan

sebagai ordonnateur berdasarkan UUPI, Peraturan

Pemerintah, Undang-undang APBN serta Keppres

mengeluarkan surat keputusan ataupun instruksi/surat edaran yang menyangkut keuangan. Wewenang tersebut

kemudian dilimpahkan kepada Direktorat Jenderal

Anggaran. Dalam pelaksanaannya sehari-hari, tugas itu dilaksanakan oleh Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara

(KPKH).

Secara kronologis, untuk melaksanakan pengurusan

dan pertanggungjawaban dan tata usaha keuangan di

Indonesia harus berdasarkan hukum berikut 1. UUPI (ICW) beserta peraturan pelaksanaannya, 2. Keppres tentang pedoman pelaksanaan APBN,

3. Pedoman yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan baik yang berupa surat keputusan ataupun instruksi yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran uang negara, 4. Surat keputusan ataupun instruksi yang dikeluarkan

oleh masing-masing menteri/ketua lembaga yang

(64)

5. Surat edaran/instruksi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Anggaran sepanjang pengaturan fungsi bendaharawan umum.

Selain hal-hal tersebut di atas, harus

diperhatikan juga ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh Indische Algemene Rekenkamer (IAR) yang dirauat dalam Stbld 1933 No.320.

Telah diuraikan bahwa UUPI (ICW) mengatur

keuangan Negara Indonesia. Perbendaharaan itu sendiri merupakan suatu himpunan peraturan yang mengendalikan

azas-a2as maupun tatalaksana tentang pengurusan

pertanggung jawaban dan pengawasan keuangan Negara.

Pengurusan keuangan negara dibagi menjadi dua macam pengurusan, yaitu : Pengurusan umum (pengurusan

administratief) dan Pengurusan khusus (pengurusan

bendaharawan ).

Ada persamaan dan perbedaan antara kedua

pengurusan tersebut. Persamaannya yaitu baik pengurusan

umum maupun pengurusan khusus mengandung unsur

pengurusan dan pertanggungjawaban.

Perbedaannya adalah pertama, pengurusan umum

mempunyai sifat yang luas sedangkan pengurusan khusus mempunyai sifat yang sempit. Kedua, pengurusan umum

mengandung unsur penguasaan, sedangkan pengurusan

Gambar

tabel akuntansi atau

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur pada Tuhan Yesus atas segala berkat dan karuniaNya, sehingga skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Model Cooperative

Menurut pendapat kami, laporan keuangan konsolidasi tersebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT Indosat Tbk dan Anak Perusahaan

Dari bukti yang ditemukan di atas, maka pastinya industri furniture menjadi salah satu industri yang peminat pasarnya sangat tinggi, oleh karena itu, untuk dapat

Komponen struktur primer gedung berupa balok dan kolom yang berfungsi sebagai penopang beban lanjutan dan pelat termasuk dalam struktur sekunder pada bangunan gedung yang

Penyedia layanan IaaS mampu memberikan sumber daya komputasi dengan mekanisme multitenant, yang memungkinkan sejumlah sumber daya komputasi digunakan

Penilaian keterampilan dilakukan guru dengan melihat kemampuan peserta didik dalam presentasi, kemampuan bertanya, kemampuan menjawab pertanyaan atau

Sistem penggajian yang diterapkan salah satu perusahaan telekomunikasi dimana penulis melakukan oservasi, saat ini masih menggunakan sistem penggajian secara manual,

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “hubungan pengetahuan ibu dan pelaksanaan program IVA dengan pemeriksaan IVA