BE LANJA NE GARA RE PUBLIK INDONE SIA
ME NURUT KE PPRE S NO. 29 TAHUN 1984
DAN KE PME N NO. 217/ KMK. 03/ 1990
DITINJAU DARI SUDUT PENGENDALIAN INTERN
D1AJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM ME MF E ti&E H GELAR SARJANA EKONOMK
JURUSAN AKUNTANSI
D I AJUKAN OLEH
RA CH M A D SURYO AD I KENCONO No. Pok ok : 048812913
K E P A D A
FAKULTAS EKONOMI UN1VERSI TAS AI RLANGGA S U R A B A Y A
S K R I P S I
A -
Z049 /$%'
S K R I P S I
PENGKAJIAN ATAS
SISTEM PEMBAYARAN ANGGARAN BELANJA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENURUT KEPPRES NO. 29 TAHUN 1984
DAN
KEPMEN NO. 217/KMK.03/1990
DITINJAU DARI SUDUT PENGENDALIAN INTERN
DIAJUKAN OLEH : RACHMAD S ADIKENCONO No. Pokok: 048812913
TELAH DISETUJUI DAN DITERIMA DENGAN BAIK OLEH :
DOSEN PEMBIMBING,
DRA. ERlHA SUDARYrfTI. AK. MACC TANGGAL 2.1 Jf r _ _ _
KETUA JURUSAN,
Surabaya :
Jl
.I?.?".."’. ...Telah disetujui dan siap diuji
KATA PEHGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat dalam mencapai gelar Sarjana Ekononi Akuntansi Universitas Airlangga Surabaya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna dan tidak terlepas dari keterbatasan dan kekurangan, sehingga dengan besar hati penulis akan menerima kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi
ini.
Pada kesempatan ini pula, tidak lupa penulis sampaikan terina kasih kepada berbagai pihak yang membantu penulis, terutama kepada :
1. Ibu Dra. Ec. Hariati Hamzens, Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi.
3. Bapak dan Ibu tercinta yang selama ini memberi dorongan moril dan materiil yang sangat penulis butuhkan.
4. Bapak Julian Nurpatria Serang, SE, Ak. selaku
konsultan pada BAKUN Departemen Keuangan RI dan para karyawan BAKUN yang telah memberi bantuan penjelasan
dan bahan-bahan yang dibutuhkan penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dekan, Pembantu Dekan dan seluruh staf
pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga
khususnya Jurusan Akuntansi atas dedikasinya dalam memberikan ilmu kepada penulis.
6. Mr. Philip David C. Collins, Mr. Gordon Matthew Summer, serta teman-temanku, Anna, Bambang, Dean, Hengky, Ismail, Jojok, Kiki, Linda, Teguh, Trisha dan lain-lain atas semangat dan persahabatan yang telah diberikan selama ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu- persatu yang telah membantu selama penulisan skripsi
in i.
Semoga amal dan bantuan bapak, ibu dan
saudara-saudaraku mendapat balasan dari-Nya. Amien Ya
Akhirnya, penulis nengharapkan senoga skripsi ini bernanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Wa billahit taufiq wal hidayah. Wassalamualaikum Wr. Wb.
DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR BAGAN... vii
DAFTAR LAMPIRAN... viii
BAB I : PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Perumusan Masalah... ... 5
1.3. Tujuan Penelitian... 5
1.4. Manfaat Penelitian... 6
1.5. Sistematika Penulisan Skripsi... 6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA... 9
2.1. Landasan Teori... 9
2.1.1. Pengertian dan Tujuan Sistem Pengendalian Intern... 9
2.1.2. Prinsip dan Ukuran Pengendalian Intern... 14
2.1.4. Pengendalian Intern dalam
Pengeluaran Kas... 32
2.2. Hipotesis... 35
2.3. Metode Penelitian... 36
2.3.1. Definisi Qperasional... 36
2.3.2. Jenis dan Sumber Data... 36
2.3.3. Prosedur Pengumpulan Data... 37
2.3.4. Teknik Analisis... 37
BAB III : A N A L I S I S ...'... 39
3.1. Gambaran Umum... 39
3.1.1. Struktur Organisasi Departemen Keuangan... 39
3.1.2. Dasar Hukum dan Pengurusan Keuangan Negara... 50
3.1.3. Siklus Anggaran Keuangan Negara Republik Indonesia... 55
3.1.4. Pelaksanaan Tugas Ordonatur di Bidang Pengeluaran... 60
3.2. Pembahasan... 65
3.2.2. Mekanisme Pembayaran
Anggaran Belanja Negara Menurut KEPMEN No. 217/KMK.03/1990
(Sistem Baru)... 75
3.2.3. Telaah Mengenai Mekanisme Pembayaran Negara Menurut Sistem Lama dan Sistem Baru... 87
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN... 99
4.1. Kesimpulan... 99
4.2. Saran... 101
Nomor : Hal. 2.1. Relationship of Conrol Principles and
Objectives and Application of
Control Objectives... 15 3.1. Bagan Alir Siklus APBN... 61 3.2. Jangka Waktu Daur APBN... 62 3.3. Bagan Alir Pelaksanaan Pembay&ran
Sistem Lama... 71 3.4. Bagan Alir Pelaksanaan Pembayaran
DAF TAR LAMP I RAN
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 2 17/KMK.03/1990 Tentang Mekanisme
Pembayaran dalam Melaksanakan Anggaran Pendapatan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Hasalah
Peningkatan kegiatan ekonomi dan pembangunan di
negara-negara yang sedang berkembang, tidak
terkecuali Indonesia, merupakan usaha yang harus
dilaksanakan guna meningkatkan produksi dan pendapatan nasional serta meningkatkan taraf hidup bangsa atau penduduknya.
Kegiatan ekonomi dan pembangunan harus mempunyai tujuan yang jelas serta dilaksanakan secara terus-
menerus dan berkesinambungan. Tujuan itu kenudian
diuraikan dalam sasaran-sasaran yang ingin dicapai dan pelaksanaannya diformulasikan dalam bentuk rencana- rencana pembangunan di segala bidang, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Para pengelola dan pelaksana kegiatan ekonomi dan pembangunan baik pemerintah maupun lembaga-lembaga atau
anggota-anggota masyarakat pada unumnya, sudah
seharusnya mengharapkan agar hasil-hasil kegiatan
ekonomi dan pembangunan yang dilaksanakan dapat
dihitung dan diukur dengan baik. Dengan demikian para pengelola dan masyarakat dapat menilai hasil-hasil
atau periode waktu tertentu. Dengan demikian
perencanaan perabangunan dan kegiatan-kegiatan usaha
berikutnya dapat diperbaiki atau ditingkatkan sesuai kondisi, kesempatan dan tujuan tertentu yang hendak dicapai.
Pemerintah adalah suatu organisasi dengan skala yang sangat besar dengan ruang lingkup pengelolaan meliputi suatu negara. Sebagai pengelola, pemerintah
harus mempertanggungjawabkan dana (fund) yang
dikelolanya kepada masyarakat melalui DPR/MPR. Oleh karena itu pemerintah memerlukan mekanisme akuntansi guna pelaporan kegiatannya serta sebagai suatu alat untuk mengamankan harta negara dan untuk menjamin dilaksanakannya kebijaksanaan-kebijaksanaan pemecintah dalam mengelola dana. Demi tercapainya tujuan-tujuan
tersebut pemerintah dituntut untuk menciptakan
mekanisme akuntansi yang sekaligus berperan sebagai sistem pengendalian intern yang efisien dan efektif.
pemerintah dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk setiap tahun.
Untuk mencapai apa yang telah digariskan dalam GBHN, pemerintah harus mempunyai sumber dana yang memadai, baik itu berasal dari pendapatan dalam negeri maupun pinjaman dari luar negeri. Ini berarti, di satu pihak sumber dan jumlahnya sangat terbatas, di lain pihak penggunaannya tidak terbatas. Oleh karena itu pemerintah harus selalu memikirkan bagaimana mengelola dan mengalokasikan dana yang terbatas itu seefisien dan seefektif mungkin.
Penggunaan dana secara efisien dan efektif
bukanlah pekerjaan mudah. Hal ini disebabkan semakin
banyaknya alternatif yang harus dipilih untuk
dilaksanakan serta semakin kompleksnya administrasi untuk mengelola dan mengawasi dana yang dikeluarkan untuk membiayai alternatif yang terpilih.
Presiden sebagai kepala pettier intahan menunjuk Menteri Keuangan sebagai ordonatur. Ini berarti bahwa apabila penguasa-penguasa lain mengambil tindakan yang membawa akibat pengeluaran uang negara harus mendapat persetujuan Menteri Keuangan terlebih dahulu.
Henteri Keuangan dalam menjalankan fungsinya
tersebut dilaksanakan oleh Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN).
Jelaslah bahwa wewenang Menteri Keuangan di
bidang pengeluaran uang sangat besar. Apabila
prosedur/mekanisme pengeluaran uang itu tidak berfungsi sebagai sistem pengendalian yang efisien dan efektif, maka dapat dipastikan akan terjadi pengeluaran uang
yang tidak semestinya. Selain itu akan terjadi
pemrosesan pengeluaran uang yang memakan waktu lama, sehingga dapat mempengaruhi kelancaran pembangunan.
Sebagai usaha untuk menciptakan mekanisme
pengeluaran uang negara yang berfungsi sebagai sistem pengendalian intern yang mampu mengikuti peningkatan
standar efisiensi dan efektivitas, maka Menteri
Keuangan mengeluarkan Surat Keputusan Nomor
217/KMK.03/1990 tanggal 22 Pebruari 1990 (Sistem baru) tentang Mekanisme Pembayaran dalam Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, untuk melengkapi
Mekanisme Pembayaran Anggaran Belanja Republik
Indonesia menurut KEPPRES Nomor 29 tahun 1984 (Sistem lama).
Dalam kesempatan ini penulis ingin meneliti
apakah dalam upaya mewujudkan pengendalian intern yang
lebih baik, sistem baru tersebut mampu berfungsi
1.2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang dijabarkan
sebelumnya, timbul masalah yang akan diteliti yaitu : "Apakah mekanisme pembayaran anggaran belanja negara Republik Indonesia menurut KEPMEN No. 217/KMK.03/1990
sebagai penjabaran dan kelengkapan pada mekanisme
pembayaran menurut KEPPRES No. 29 Tahun 1984 sudah
sesuai dan dapat meningkatkan pengendalian intern
terhadap mekanisme tersebut?"
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah di atas adalah :
1. Berusaha untuk mengetahui sistem pengendalian intern yang baik, berguna dan be'rmanfaat secara luas untuk dapat diterapkan dalam mekanisme pengeluaran uang negara.
2. Berusaha untuk mengetahui apakah mekanisme
pembayaran APBN yang baru lebih mendukung efisiensi
dan efektivitas dalam pelaksanaan pembayaran
anggaran belanja .negara ditinjau dari segi
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari pengkajian atas mekanisme pembayaran anggaran belanja negara menurut
KEPPRES No. 29 tahun 1984 dan KEPMEN No.
217/KMK.03/1990, adalah :
1. Sebagai masukan bagi para pejabat di Departemen Keuangan dalam melaksanakan pengendalian intern yang lebih baik sebagaimana diharapkan oleh mekanisme pembayaran uang negara yang baru, sehingga dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, baik pihak yang
memproses pengeluaran uang negara, pihak yang
menerima dan menggunakannya, serta bagi negara.
2. Untuk menerapkan teori-teori yang telah penulis pelajari selama di bangku kuliah khususnya mengenai pengendalian intern.
3. Hasil ‘ penelitian dapat memberi informasi atau merangsang pihak lain untuk mengadakan penelitian
lebih lanjut.
1.5. Sistenatika Penulisan Skripsi
Sistematika .penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
penulisan skripsi.
Bab II : Tinjauan Pustaka. Bab ini terdiri dari tiga sub bab yaitu : (1) Landasan Teori, akan membahas teori-teori yang erat kaitannya dengan pengendalian intern yaitu pengertian dan tujuan sistem pengendalian
intern, prinsip dan tujuan pengendalian intern,
prosedur pengeluaran kas serta sistem informasi yang diperlukan oleh pengendalian intern, (2) Hipotesis, (3) Metode Penelitian.
Bab III : Analisis. Bab ini terdiri dari dua sub
bab yaitu : (1) G-ambaran Umum, berisi struktur
organisasi departeraen keuangan, dasar hukum dan
pengurusan keuangan negara, siklus anggaran keuangan
negara, pelaksanaan tugas ordonatur di bidang
pengeluaran (2) Pembahasan, ditujukan pada pengujian
hipotesa dengan menjadikan landasan teori sebagai
ukuran/sudut pandang untuk mengadakan studi
perbandingan. Bab ini berisi mekanisme pembayaran
anggaran belanja negara menurut KEPPRES No. 29 tahun
1984 (sistem lama), mekanisme pembayaran anggaran
belanja negara menurut KEPMEN No. 217/KMK.03/1990
BAB II
TIHJAUAH PUSTAKA
2.1. LANDASAN TEORI
2.1.1. Pengertian dan Tujuan Sisten Pengendalian Intern
Organisasi dibagi menjadi dua menurut sifat
kegiatan ekonominya yaitu : organisasi dengan motif komersial dan organisasi dengan motif non-komersial. Organisasi dengan motif komersial bertujuan mencari
laba (profit) yang layak, sedangkan organisasi non- komersial tidak mengejar laba semata-mata tetapi lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingan umum. Termasuk dalam jenis yang kedua ini adalah pemerintah, lembaga keagamaan, lembaga amal, lembaga kesehatan dan kesejahteraan dan sebagainya.
Apapun bentuknya, setiap organisasi akan
memerlukan pengawasan/pengendalian (controls). Tanpa
pengendalian semua organisasi akan sulit mempertahankan kegiatannya pada arah yang telah ditetapkan untuk
mencapai tujuan. Pengendalian berasal dari luar
organisasi (external controls) yang dilakukan
masyarakat atau pemerintah di lingkungan organisasi dan
dari dalam organisasi (internal controls) yang
Pengendalian intern bisa juga diartikan pengendalian manajemen, seperti dikatakan John F. Nash:
"Internal controls form part of the broader group
of controls known as management controls.
Management control covers the whole of the
organization 's activities and ensure that
management's wishes are carried out. '
Pada tahun 1949, AICPA menyatakan suatu definisi mengenai pengendalian intern, yang esensinya tetap bertahan hingga kini :
"Internal control comprises the plan of
organization and all of the coordinated methods and measures adopted within a business to: safeguards its assets, check the accuracy and reliability of
its accounting data, promote operational
efficiency, and encourage adherence to prescribed
managerial policies.
Jadi, pengendalian intern meliputi rencana
organisasi dan semua metode yang terkoordinasi dan ukuran yang dipakai dalam usaha untuk mencapai tujuan pengendalian intern sebagai berikut :
1. Mengamankan harta organisasi (Safeguarding the
organization 's assets') .
Harta berwujud yang terdapat dalam suatu
peusahaan dapat dicari, disalahgunakan atau rusak
^ Nash, John F., Accounting Information Systems. Second_ Edition. PWS-KENT Publishing Company, Boston, Massachusetts* 1989, hal. 396
^Committee on Auditing Procedures, Elements of a
Coordinated System and Its Importance to Management and the Independent .Public .Accountant. AICPA, New York,
dengan tiba-tiba jika tidak dilindungi dengan pengendalian yang memadai. Hal tersebut juga terjadi terhadap harta yang tidak berwujud, seperti piutang, dokumen penting (misalnya kontrak rahasia dengan pemerintah), dan berbagai catatan lainnya ( buku besar dan jurnal). Pengamanan terhadap harta dan catatan tertentu dirasakan semakin menjadi penting setelah munculnya sistem komputer. Informasi dalam jumlah besar yang tersimpan dalam media komputer
seperti pita magnetik dapat rusak apabila
pengamanannya tidak dilakukan secara memadai.
2. Menyediakan data yang dapat dipercaya dan akurat
(Preserving the accuracy and reliability of the
accounting data).
Manajemen harus mendapatkan informasi yang tepat
untuk digunakan dalam menjalankan operasinya.
Bermaeam-maeam informasi dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan, misalnya harga yang
dikenakan terhadap suatu produk didasarkan pada
informasi biaya produksi.
3. Meningkatkan efisiensi operasional (Promoting
operational efficiency).
Pengendalian dalam suatu organisasi dimaksudkan
menghindari berbagai bentuk penggunaan sumber daya yang tidak efisien.
4. Mendorong ditaatinya kebijakan manajemen
(Encouraging compliance with management policy).
Manajemen menetapkan prosedur-prosedur dan berbagai
peraturan sebagai sarana untuk mencapai tujuan
perusahaan. Dengan adanya sistem pengendalian
intern akan memberikan keyakinan yang rasional agar
prosedur dan berbagai peraturan yang telah
ditetapkan akan dipatuhi atau diikuti oleh
karyawan organisasi yang bersangkutan.
Di samping itu Arens mengemukakan beberapa
tujuan pengendalian intern yang lebih terperinci : - Transaks
- Transaks yang dicatat adalah sah; diotorisasi sebagaimana mestinya; - Transaksi yang ada sudah dicatat;
- Transaksi dinilai sebagaimana mestinya; - Transaksi diklassifikasikan dengan benar; - Transaksi dicatat pada waktu yang tepat;
- Transaksi dicatat pada buku tambahan dan serta diikhtisarkan dengan benar. '
Secara tradisional pengendalian intern dibagi menjadi pengendalian akuntansi (accounting controls)
yang pada prinsipnya berkaitan dengan tujuan pertama
dan kedua, dan pengendalian administratif
<administrative controls) yang terutama berkaitan
^ A l v i n A. Arens dan James K. Loebbecke, Auditing z__Suatu__Pendekatan Terpadu ^_Edisi Ketiga. Jilid I,
dengan tujuan ketiga dan keempat.
Definisi lebih lanjut dari kedua pengendalian tersebut dinyatakan sebagai berikut :
"Administrative control includes, but not limited to, the plan of organization and the procedures and
records that are concerned with the decision
processes leading to management's authorization of transactions. Such authorization is a management 's
function directly associated with the
responsibility for achieving the objectives of the
organization and is the starting point for
establishing accounting control of transactions. . .
Accounting___control comprises the • plan of
organization and the procedures and records that are concerned with the safeguarding of assets and
the reliability of financial records and
consequently are designed to provide reasonable assurance that :
(a) Transactions are executed in accordance with management's general or specific aothorization.
(b) Transactions are recorded as necessary....
(c) Access to assets is permitted only in
accordance with management's authorization.
(d) The recorded accountability for assets is
compared with existing assets. ...
Seiring dengan berkembangnya sistem informasi
terkomputerisasi atau dikenal dengan EDP (Electronic
Data Processing) controls, maka pengendalian intern
dibedakan pula menjadi pengendalian umum (general
controls) dan pengendalian terapan (application
controls) sebagaimana dinyatakan dalam SAS (Statement
on Auditing Standards) no. 3 : “Some EDP control
procedures relate to all EDP activities (general
controls) and some related to a spesific accounting
task such as preparation of account listing or payroll
(application control)
Berbagai penggolongan di atas kadang bisa
menyulitkan klasifikasi yang tepat atas pengukuran pengendalian individu dan mengaburkan perhatian pada masalah yang sesungguhnya. Organisasi harus memilih paduan/kombinasi yang tepat dari berbagai prosedur pengendalian berupa suatu sistem pengendalian intern yang sesuai dengan tujuan pengendalian yang diperlukan.
2.1.2. Prinsip dan Ukuran Pengendalian Intern
Pengendalian intern diterapkan untuk mengimbangi
berbagai resiko dalam aktivitas organisasi, baik
disebabkan oleh kesalahan manusia (human error) atau
pelanggaran yang disengaja (intentional irregularities)
termasuk penggelapan (embezzlement), penipuan (fraud)
dan sabotase. Irregularity adalah aktivitas yang
dilarang oleh kebijaksanaan perusahaan dan
hukum/peraturan yang berlaku.
Sistem pengendalian intern yang efektif sangat diperlukan untuk melindungi sistem akuntansi untuk
raencapai tingkat ukuran pengendalian yang dapat
diterima atas seluruh harta organisasi. Pengendalian akuntansi intern bertujuan untuk menyajikan kepastian
yang beralasan, tapi bukan absolut, bahwa harta
organisasi terjaga dari penggunaan atau perlakuan yang tidak semestinya dan bahwa data-data keuangan dapat dipercaya untuk digunakan dalam penyusunan laporan keuangan.
Hubungan antara resiko, prinsip pengendalian, tujuan pengendalian dan ukuran pengendalian tampak pada bagan berikut :
BAGAN 2.1.
RELATIONSHIP OF CONTROL PRINCIPLES AND OBJECTIVES AND APPLICATION OF CONTROL OBJECTIVES
RISK v
Management's responsibility Auditor's responsibility
Resiko adalah masalah yang dihadapi, sedangkan prinsip dan tujuan pengendalian menunjukkan apa yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. Ukuran pengendalian mewakili apa yang dapat (atau telah) dilakukan.
Berikut ini adalah prinsip-prinsip pengendalian intern akuntansi yang mencerminkan filosofi umum dalam profesi akuntansi :
1. Control environment. 2. Authorizations.
3. Incompatible duties and responsbilities. 4. Classification of information.
5. Transaction processing. 6. Accuracy of data.
7. Error correction. 8. Systems security. 9. Security of data. 10. Systems development. 11. Documentation.
12. Physical safeguarding of resources. '
1. Lingkungan pengendalian (Control environment).
Manajemen melalui kebijaksanaan, prosedur dan
aktivitasnya harus memelihara lingkungan berorganisasi yang memberikan pengawasan yang efektif dan kondusif terhadap sistem pengendalian.
Tanggung jawab untuk menetapkan dan memelihara lingkungan pengendalian yang memadai harus diterima pada tingkat tertinggi dalam organisasi. Semua personil
harus memahami pentingnya pengendalian intern dan kepatuhan pada prosedur pengendalian.
Manajemen harus menetapkan kebijaksanaan
personalia dan prosedur rekrutmen, pelatihan, evaluasi
dan penempatan karyawan yang layak agar dapat
memperkecil resiko pada tanggung jawab tiap individu.
Manajemen harus menetapkan kebijaksanaan
berkaitan dengan sikap karyawan untuk mengurangi
aktivitas yang tidak mendukung pengendalian. Untuk itu perlu juga adanya prosedur-prosedur yang’ dijabarkan dengan baik dalam menangani pelanggaran.
2. Otorisasi (Authorization). Manajemen perlu
menetapkan prosedur otorisasi dan kriteria untuk
pengadaan dan pelaksanaan transaksi dan
mengkomunikasikan syarat-syaratnya pada personil yang terkait.
1. Jumlah, waktu dan kondisi semua transaksi harus diotorisasi agar sesuai harapan manajemen.
2. Pembelian dan penempatan harta harus disetujui
manaj emen.
3. Bagian pemrosesan data dilarang mengadakan atau meng-otorisasi suatu transaksi.
4. Pembatasan individu yang mempunyai akses ke daerah pemrosesan data atau fasilitas komputer.
untuk semua operasi komputer dan marapu memproses transaksi bagi kepentingan manajemen.
6. Hanya masukan yang layak dan disetujui secara umum maupun khusus oleh manajemen yang boleh diproses.
3. Pemisahan tugas dan tanggung jawab
(incompatible duties and responsibilities). Tugas-tugas
dan tanggungjawab harus diatur sedemikian rupa untuk raeminimalkan kesempatan seseorang dalam melakukan atau menyembunyikan kesalahan maupun pelanggaran. Sistem pengendalian intern yang baik seharusnya mengadakan pemisahan antara :
1. Fungsi otorisasi dengan fungsi pencatatan transaksi.
2. Fungsi penyimpanan dan pemeliharaan antara
sumberdaya organisasi dengan catatan akuntansinya. 3. Fungsi pemrosesan data dengan fungsi penggunaan
data.
4. Fungsi pengawasan dan pengembangan sistem dengan fungsi pelaksanaannya.
4. Klasifikasi infornasi (classification of
information). Manajemen harus menetapkan suatu rencana
dan kriteria tertentu untuk mengklasifikasikan
informasi yang paling memenuhi kebutuhan organisasi melalui tabel akuntansi atau semacamnya. Transaksi harus diklasifikasikan guna pelaporan sesuai prinsip
manaj emen.
5. Penrosesan transaksi ( transaction processing).
Manajemen perlu menetapkan dan mengawasi prosedur
pencatatan dan pemrosesan transaksi serta
mengkomunikasikannya kepada para personil yang terkait dengan tujuan :
1. Memenuhi kebutuhan manajemen.
2. Untuk pelaporan kejadian ekonomi yang penting.
3. Untuk pengakuan, klasifikasi, dan peringkasan
transaksi.
4. Untuk memastikan bahwa senua transaksi yang
diijinkan hanya diproses satu kali.
5. Agar data transaksi dapat seoara layak dan tepat waktu dicatat dalam buku besar, buku pembantu dan file utama lainnya.
6. Agar pelaporan dapat disiapkan secara akurat, segera
dan konsisten serta secara seimbang menyajikan
informasi yang diperlukan.
6. Akurasi data (accuracy of data). Prosedur
operasi harus secara periodik melakukan verifikasi
keakuratan data yang disimpan dan laporan yang
input, pemrosesan input dan dokumen-dokumen asal.
Sistem yang ada harus mengandung jalur audit yang
menunjukkan dengan jelas langkah-langkah proses
penyajian, waktu, personil yang bertanggungjawab atas proses tersebut dan hasil-hasil operasi pemrosesan yang signifikan.
7. Koreksi kesalahan (error correction). Sistem
pengendalian intern harus mempunyai prosedur yang
memadai untuk mendeteksi, mengidentifikasi dan
mengoreksi kesalahan-kesalahan yang mungkin dilakukan orang atau fasilitas dan perlengkapan sistem yang ada. Untuk itu harus dilakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Fungsi pengendalian otomatis yang terdapat dalam
sistem komputer harus dioperasikan semaksimal
mungkin untuk mendeteksi dan melaporkan kerusakan perangkat lunak (software) maupun perangkat keras
( hardware).
2. Validasi dan konsistensi data dalam data base harus dikontrol.
3. Harus ada seseorang atau sekelompok orang yang bertanggungjawab atas penerimaan data, meyakinkan bahwa data tersebut dicatat dan diproses, meyakinkan
bahwa dilakukan perbaikan atas kesalahan yang
4. Sistem harus mem-verifikasi semua kode dan keterangan perhitungan yang penting untuk mencatat data transaksi.
5. Harus dilakukan pengendalian atas konversi data ke dalam bentuk tertulis dan perpindahan data antar
lengkah pemrosesan atau antar departemen.
6. Sistem harus mampu mencegah dan mendeteksi kesalahan dalam pemrosesan file serta penggunaan operasional yang lain untuk dievaluasi dan diperbaiki.
8. Keananan sisten (system security). Manajemen
harus mempunyai suatu perencanaan dan penerapan
prosedur yang layak untuk mengendr.likan penggunaan dan akses ke sumberdaya sistem yang ada serta meyakinkan bahwa fungsi pemrosesan informasi dapat dipercaya.
Prinsip ini mencerminkan pentingnya menghindari
penyalahgunaan sumberdaya pemrosesan informasi,
termasuk penggunaan tanpa ijin, pencurian dan perusakan perangkat keras, perangkat lunak, dokumentasi maupun data. Akses ke sistem informasi akuntansi, program komputer, program dokumentasi dan bagian-bagian kritis lainnya harus dibatasi pada beberapa personil tertentu dengan tanggungjawab masing-masing. Alur atau logika aktivitas komputer harus bisa dievaluasi oleh manajer, auditor atau operator komputer.
ada harus memberi perlindungan berkesinambungan
terhadap data mulai dari input, penyimpanan,
pemrosesan, pengiriman dan output. Perlu juga adanya sistem khusus untuk merekonstruksi dan memulihkan data bila terjadi kehilangan atau kerusakan.
10. Pengembangan sisten (systems development).
Sistem informasi akuntansi harus dikembangkan dan
dijaga agar sesuai dengan tujuan dan sasaran
organisasi. Perencanaan, desain, seleksi paket
perangkat lunak dan pengujiannya harus melibatkan wakil dari para pemakai output informasi, bagian akuntansi dan auditor intern. Perubahan maupun perluasan sistem harus mendapat persetujuan terlebih dahulu sebelum diterapkan.
Manajemen harus memberikan pelatihan teknik maupu manajerial bagi para personil yang terlibat dalam suatu
sistem pengendalian. Standar dan prosedur harus
ditetapkan sebagai pedoman operasional bagi para
pemakai akhir.
11. Dokunentasi (Documentation). Harus terdapat
suatu rencana dan penerapan prosedur yang layak dalam
mengadakan dan mengendalikan dokumentasi serta
spesifikasi sistem. Manajemen harus membuat spesifikasi
tertulis untuk masing-masing sistem dan membuat
dan pembatasan akses ke dalam masing-masing tingkatan.
12. Perlindungan fisik terhadap sumberdaya
(physical safeguarding of resources). Keuangan
organisasi, perarosesan informasi dan sumberdaya yang lain patut menerima keamanan fisik yang layak. Harus
disediakan pula jumlah asuransi yang layak untuk
menutupi kerusakan atau kehilangan sumberdaya fisik. Prinsip-prinsip di atas raemungkinkan kita untuk mewujudkan suatu sistem pengendalian intern yang mampu meminimalisir resiko secara keseluruhan. Untuk menilai sistem pengendalian intern tersebut diperlukan suatu sudut pandang berupa ul'.uran-ukuran pengendalian yang berhubungan dengan resiko dan ancaman yang spesifik.
John F. Nash membagi daerah pengendalian yang luas ke dalam delapan kategori ukuran pengendalian :
- Organizational controls.
- Systems development and security controls.
- Input controls.
- Processing controls.
- File and database controls.
- Telecommunications controls - Output controls.
- Confirmation controls. '
Pengendalian organisasional terdiri dari (1)
pemisahan tugas dan tanggungjawab, terutama secara
vertikal, (2) rotasi penugasan untuk meningkatkan
kecakapan personil dan menghindari terpendamnya
kesalahan atau kecurangan, (3) perjanjian mengenai konsekuensi dari suatu tugas, terutama untuk posisi sensitif seperti penanganan kas.
Pengendalian keananan dan pengembangan sistem berupa pengendalian pengembangan sistem, dokumentasi, keamanan komputer dan akses.
Pengendalian input berkaitan dengan otorisasi,
perolehan, klasifikasi, entry, dan verifikasi data
input. Data input termasuk pula transaksi dan perubahan pada file. Verifikasi dilakukan untuk menilai validitas jenis dan lingkup data berikut kombinasinya, nomor atau kode akuntansi, hubungan yang logis, jumlah numerik yang beralasan, kelengkapan data dan urutan transaksi, dokumen atau nomor batch.
Pengendalian proses mencakup prosedur-prosedur
tertulis, penomoran dokumen, pengendalian batch,
pengendalian operasi komputer pengendalian kesalahan dan perbaikannya.
Pengendalian file dan database berarti
pemeliharaan file secara fisik, membuat backup yang diperlukan dan pengendalian pemrosesan file.
atau memasuki pesan yang disampaikan.
Pengendalian output diraaksudkan guna memastikan bahwa output dari sistem akuntansi adalah lengkap, akurat dan digunakan secara layak.
Pengendalian konfirnasi mengacu pada prinsip
pengendalian no. 6 dan bertujuan mengadakan verifikasi
catatan akuntansi dengan kenyataan, misalnya
penghitungan kas di tangan, rekonsiliasi bank,
penghitungan persediaan dan konfirmasi piutang.
Ukuran pengendalian semestinya diikutsertakan ke dalam sistem akuntansi pada saat perancangan, meskipun
pengendalian baru bisa saja ditambahkan bila di
kemudian hari didapati kelemahan.
2.1.3. Pelaporan dan Kualitas Informasi yang Diperlukan oleh Pengendalian Intern
Pelaporan merupakan distribusi informasi yang
formal kepada berbagai pihak yang menggunakannya
dalam organisasi. Menurut George M.Scott, ada beberapa prinsip-prinsip umum dalam membuat laporan: "Pertama,
laporan harus menyoroti informasi yang penting.
Kedua, format laporan harus sederhana. Misalnya
dibuat dalam ribuan atau jutaan."
henurut George H. Bodnar dan William S. Hopwood, laporan dapat diklasifikasikan berdasarkan :
a. Tujuannya. b . Jangka waktu. c. Ruang lingkup. d. Terjadinya.
e. Fungsi organisasi. f. Format laporan. g. Keringkasan®'
a. Tujuannya. Misalnya laporan perencanaan,
laporan pengendalian, laporan operasional, surat
pemberitahuan pajak, laporan kepada pemegang saham
dan laporan untuk memenuhi peraturan pemerintah.
Laporan perencanaan berguna membantu manajer
mengalokasikan, mendapatkan sumberdaya untuk
menunjang operasi perusahaan pada masa yang akan
datang.
Laporan pengendalian membantu manajer dalam
memastikan apakah pelaksanaan operasi sesuai dengan
rencana.
Laporan operasional berfokus pada status operasi yang sedang berlangsung pada perusahaan. Tujuan utama
8 > Scott, George M., Principles of Management Information Systems. Second Edition. Singapore National Printers Ltd., Singapore, 1987, hal. 111.
laporan itu adalah untuk memberikan dukungan kepada
individu-individu dalam menjalankan kegiatan operasi
mereka sehari-hari. Misalnya, manajer produksi
membutuhkan informasi yang spesifik yang berhubungan order pekerjaan untuk membuat skedul produksi.
Surat pemberitahuan pajak,laporan kepada para
pemegang saham dan laporan untuk memenuhi peraturan
pemerintah merupakan laporan-laporan yang dibuat
untuk pihak ekstern perusahaan. Salah satu contoh
laporan untuk memenuhi peraturan pemerintah adalah
laporan mengenai keselamatan kerja.
b. Jangka waktu. Laporan yang diklasifikasikan
menurut jangka waktu terdiri dari laporan jangka
panjang, jangka pendek atau historis. Laporan jangka
panjang lebih berguna untuk strategi jangka
panjang sedangkan laporan jangka pendek lebih
berguna untuk rencana operasional. Laporan historis
berguna untuk berbagai tujuan termasuk membandingkan
hasil periode sekarang terhadap hasil tahun
sebelumnya.
c. Ruang lingkup. Ruang lingkup laporan dapat
meliputi perusahaan secara keseluruhan, hanya
menyangkut divisi atau departemen atau bahkan laporan yang menyangkut seseorang.
lingkupnya. Hal itu disebabkan, pertama, manajer yang lebih tinggi cenderung meminta laporan yang ruang
lingkupnya lebih luas. Kedua, manajer perlu
mengevaluasi perusahaan secara terus menerus dari
perspektif yang bervariasi luasnya. Misalnya jika
keuntungan perusahaan menurun, harus dicari
penyebabnya. Untuk melakukan itu, manajemen harus
menginvestigasi divisi mana penyebabnya. Kemudian
setelah divisi tersebut diketahui, selanjutnya
diselidiki departemen mana yang menyebabkan penurunan keuntungan tersebut.
d. Terjadinya. Suatu laporan sering sekali
merupakan laporan periodik yang dibuat dengan
interval waktu yang teratur. Misalnya laporan
bulanan, mingguan dan harian. Laporan lainnya
juga dapat berupa laporan suatu peristiwa yang dapat diduga sebelumnya. Misalnya manajer pabrik meminta laporan bilamana ada mesin yang mogok dalam waktu yang
lama. Laporan itu menjelaskan sebab-sebab kerusakan
dan besarnya biaya perbaikannya.
e. Fungsi organisasi. Setiap departemen dalam
organisasi melaksanakan fungsi tertentu. Oleh karena
itu, laporan departemen dianggap laporan fungsional.
Selain itu, departemen tersebut juga melakukan sub
ada beberapa fungsi termasuk bagian pemasangan, pengecatan dan pengepakan.
f. Format laporan. Yang dimaksud disini adalah bagaimana menyajikan suatu laporan. Misalnya laporan disajikan dalam bentuk computer printout sedangkan yang
lainnya pada layar monitor.
Dalam banyak perusahaan, manajer mungkin menerima laporan yang beratus-ratus halaman secara rutin. Dalam keadaan yang demikian, manajer cenderung mengabaikan informasi laporan. Format laporan yang baik yaitu sederhana, ringkas dan raudah dibaca dapat meminimumkan masalah itu.
g. Keringkasan. Laporan yang ringkas mungkin terdiri dari satu atau dua halaman sedangkan laporan
yang terperinci mungkin terdiri dari dua ratus
halaman. Untuk tujuan perencanaan dan pengendalian,
laporan yang ringkas sangat disukai. Apabila
informasi overload, kemungkinan manajer mengabaikan
beberapa atau semua informasi dalam laporan. Oleh
karena itu sistem pelaporan yang efektif harus
menyajikan laporan dalam format yang jelas dan
ringkas.
Pada umumnya sistem pelaporan dapat
diklasifikasikan sebagai sistem pelaporan yang
Contoh sistem pelaporan yang horizontal dapat
dilihat dari hubungan antara bagian penjualan,
penagihan, produksi dan pengiriman. Ketika pesanan
dari pelanggan diterima, informasi tersebut disampaikan ke bagian produksi. Selanjutnya barang disiapkan dan
dikirimkan oleh bagian pengiriman ke pelanggan.
Bagian pengiriman memberitahukan ke bagian penagihan bahwa barang telah dikirim.
Sistem pelaporan yang vertikal menciptakan arus informasi antara berbagai tingkat manajemen. Misalnya dalam penyusunan anggaran dimana informasi dikumpulkan
dari tingkat manajemen yang paling bawah dan
disampaikan ke tingkat manajemen yang tertinggi.
Kemudian informasi tersebut diolah menjadi anggaran
final yang disalurkan ke manajemen yang lebih
rendah. Sistem pelaporan yang vertikal cenderung
menekankan perencanaan dan pengendalian, sedangkan
sistem pelaporan yang horizontal cenderung
menitikberatkan pelaksanaan fungsi operasional.
Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) 1984,
informasi keuangan akan bermanfaat bila dipenuhi
ketujuh kualitas berikut : 1. Relevan
2. Dapat dimengerti
3. Daya uji (verifiability) *
4. Netral
5. Tepat waktu
7. Lengkap*^
1. Relevan. Suatu informasi baru dapat
bermanfaat apabila relevan bagi keperluan pengambil
keputusan. Dalam raempertimbangkan relevansi suatu
informasi yang bertujuan umum, perhatian difokuskan
pada kebutuhan umum pemakai, dan bukan pada
kebutuhan khusus pihak tertentu. Suatu informasi
mungkin mempunyai tingkat relevansi yang tinggi untuk
kegunaan tertentu, sementara rendah sekali
relevansinya bagi kegunaan yang lain.
2. Dapat dimengerti. Informasi harus dapat
dimengerti oleh pemakainya dan dinyatakan dalam bentuk dan istilah yang disesuaikan dengan batas pengertian para pemakai.
3. Daya uji (verifiability). Kebenaran informasi
harus dapat diuji untuk memastikan bahwa informasi
tersebut bebas dari pertimbangan yang subyektif.
4. Netral. Tidak boleh menyajikan informasi
yang menguntungkan pihak tertentu, sementara hal itu akan merugikan pihak lain.
5. Tepat waktu. Yang dimaksud dengan informasi
yang tepat waktu adalah bahwa informasi harus
disampaikan sedini mungkin agar dapat segera
dipergunakan dalam pengambilan keputusan.
6. Daya banding (comparability). Suatu informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya
dari perusahaan yang sama maupun dengan laporan
keuangan perusahaan-perusahaan lainnya pada periode
yang sama.
7. Lengkap. Informasi akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi keuangan yang dapat memenuhi secukupnya enam tujuan kualitatif di atas. Selain itu dapat juga diartikan sebagai pemenuhan
standar pengur.gkapan yang memadai dalam pelaporan
keuangan.
Jadi dapatlah disimpulkan bahwa cara penyajian
laporan memegang peranan yang penting dalam sistem
pelaporan.
2.1.4. Pengendalian Intern dalam Pengeluaran Kas
Prosedur pengeluaran kas dirancang untuk
mengendalikan pengeluaran cek maupun pengeluaran uang
tunai. Pada umumnya, cek digunakan sebagai alat
pembayaran yang jumlahnya besar. Pembayaran yang
jumlahnya kecil digunakan uang tunai yang
dipertanggungjawabkan dari dana kas kecil.
pemrosesan pembayaran dengan cek, yaitu :
a. Bagian hutang. Bagian hutang menerima copy
permintaan pembelian, order pembelian, laporan
penerimaan barang dan faktur penjualan. Dokumen-
dokumen itu direview dan diperiksa kelengkapannya,
kemudian disatukan dalam voucher package yang
diarsip menurut tanggalnya.
Secara periodik, arsip voucher package direview dan voucher package yang sudah jatuh tempo diambil untuk dibayarkan. Bagian hutang nemproses pembayaran
yaitu dengan menghitung jumlah yang jatuh tempo,
potongan harga dan lain-lainnya.
Selanjutnya voucher chek disiapkan untuk tiap-
tiap voucher. Voucher check diposting kedalam voucher register. Kemudian, dilakukan penjumlahan atas posting tersebut dan voucher package diposting ke buku besar
hutang. Posting ini di ikhtisarkan pada journal
voucher dan distribution voucher. Setelah voucher
chek, voucher package dan total control disetujui,
lalu diajukan ke bagian pengeluaran kas. Journal
voucher diajukan ke bagian buku besar, sedangkan
distribution voucher diajukan ke bagian buku besar
biaya.
b. Bagian pengeluaran kas. Setelah voucher
ditandatangani dan voucher package dibatalkan dan
diarsip menurut nomor. Voucher check kemudian
diposting ke check register. Posting ini dijumlah
dan direkonsiliasi dengan total control yang diterima
dari bagian hutang. Voucher check diajukan secara
langsung kepada pihak penerima pembayaran. Total
control diajukan ke bagian buku besar.
c. Bagian buku besar biaya. Distribution voucher
diposting ke buku besar biaya dan/atau buku besar
persediaan. Distribution summary dibuat dan
direkonsiliasi terhadap distribution voucher dan
disetujui. Distribution voucher dan sebuah copy
distribution report diarsip menurut tanggal. Sebuah
copy distribution summary diajukan ke bagian buku
besar.
d. Bagian buku besar. Distribution summary
diterima dari bagian buku besar biaya. Journal
voucher diterima dari bagian hutang dan total
control dari bagian pengeluaran kas direkonsiliasi dan jumlahnya diposting ke buku besar. Distribution summary yang diterima dari bagian buku besar biaya, journal
voucher diterima dari bagian hutang dan control
total dari bagian pengeluaran kas diarsip menurut tanggal.
dibatalkan diterima dari bank beserta rekening
koran. Rekonsiliasi bank harus dilakukan oleh
pihak yang independen, yaitu satuan pengendalian
intern.
2.2. HIPOTESIS
Dalam organisasi mutlak diperlukan pengendalian untuk menjaga agar aktivitas organisasi tetap berjalan pada arah yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan.
Pengendalian intern bertujuan mengamankan aset
organisasi, menjamin tersedianya data yang akurat dan dapat dipercaya, mendorong efisiensi operasional dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan manajemen.
Sebagai pengelola suatu negara, pemerintah harus merapertanggungjawabkan dana yang dikelolanya sebaik mungkin. Untuk itu, pemerintah berusaha menciptakan sistem pengendalian intern pengeluaran (pembayaran) dana yang lebih efektif melalui mekanisme pembayaran APBN yang terus diperbaiki demi tercapainya tujuan tersebut.
Hipotesa yang dapat ditarik adalah : "Melalui
mekanisme pembayaran APBN yang baru (yang telah
dilengkapi dengan KEPMEN No. 217/KMK.03/1990),
2.3. METODE PENELITIAN 2.3.1. Penjelasan Judul
Pengkajian merupakan suatu usaha mempelajari, memahami dan menelaah suatu hal dari sudut pandang tertentu .
Sistem Pembayaran Anggaran Belanja Negara
Republik Indonesia adalah mekanisme pengeluaran dana (fund) untuk membiayai berbagai pengeluaran negara yang telah dianggarkan.
Pengendalian intern adalah sistem yang meliputi rencana organisasi dan semua metode yang terkoordinasi
dan ukuran yang dipakai dalam organisasi untuk
mengamankan hartanya, menjamin akurasi dan dapat
dipercayanya data akuntansi, meningkatkan efisiensi
operasional dan mendorong kepatuhan terhadap
kebijaksanaan manajemen.
2.3.2. Jenis dan Sumber Data
literatur-literatur yang berhubungan dengan permasalahan di atas.
2.3.3. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan, dilakukan penelitian yang meliputi :
(a) Penelitian kepustakaan.
Penulis mengadakan telaah pendahuluan atas dua
sistem pembayaran anggaran yang ditetapkan
pemerintah melalui perundang-undangan untuk
menetapkan permasalan, kemudian mengadakan telaah kepustakaan guna mendapatkan landasan teoritis yang berhubungan erat dengan permasalahan.
(b) Penelitian lapangan.
Perolehan data dengan pengaraatan langsung pada obyek penelitian yaitu Kantor Perbendaharaan dan
Kas Negara serta mewawancarai pejabat KPKN dan
Biro Keuangan Departemen Keuangan. Keduanya
dilakukan untuk mengetahui penerapan sistem yang telah ditetapkan.
2.3.4. Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan untuk mengadakan studi perbandingan secara deskriptif adalah diawali dengan raelakukan pendekatan secara umum terhadap dua
merumuskan permasalahan yang ada. Perumusan masalah ini memudahkan penulis dalam mencari kerangka teori yang akan digunakan dalam pembahasan. Kemudian dilakukan pendekatan studi teoritis yang dapat dipakai sebagai
BAB III A N A L I S I S
3.1. GAMBARAN UMUM
3.1.1. Struktur Organisasi Departenen Keuangan
Dalam menjalankan pemerintahan, presiden selaku pemegang kekuasaan pemerintahan negara dibantu oleh
menteri-menteri negara yang memimpin beberapa
departemen dalam pemerintahan. Jadi mereka inilah yang menggerakkan roda pemerintahan.
Menurut KEPPRES No. 44 Tahun 1974, pola susunan organisasi departemen, terdiri atas :
1. Menteri sebagai pimpinan departemen sekaligus
merupakan pembantu presiden dalam bidang yang
menjadi kewajibannya.
2. Sekretaris Jenderal sebagai unsur pembantu
pimpinan dalam departemen berada langsung di bawah menteri.
3. Inspektorat Jenderal sebagai unsur pengawas
dalam departemen berada langsung di bawah menteri.
4. Direktorat Jenderal sebagai unsur pelaksana
dari sebagian tugas pokok dan fungsi departemen
berada langsung di bawah menteri.
a. Badan dan pusat yang dapat dibentuk oleh presiden sebagai pelaksana tugas tertentu yang karena sifatnya tidak tercakup baik oleh unsur pembantu pimpinan, unsur pelaksana maupun unsur pengawasan.
b. Staf ahli.
c. Perusahaan Jawatan (Perjan) merupakan unit
organisasi yang ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan tersendiri.
6. Instansi vertikal yang terdiri dari Kantor
Wilayah Departemen atau Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal sebagai penyelenggara tugas dan fungsi
Departemen di propinsi.
Dalam kesempatan ini yang akan dibicarakan
adalah struktur organisasi Departemen Keuangan sesuai dengan Keppres No.35 Tahun 1992 tanggal 7 Juli 1992.
Pada Keppres tersebut dinyatakan bahwa Departemen
Keuangan terdiri dari : a . Menteri.
b. Sekretariat Jenderal. c. Inspektorat Jenderal.
d. Direktorat Jenderal Anggaran. e. Direktorat Jenderal Pajak.
f. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Negara.
h. Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan. i. Badan Pengawas Pasar Modal.
j. Badan Analisa Keuangan dan Moneter.
k. Badan Pelayanan Kemudahan Ekspor dan Pengolahan Data Keuangan.
1. Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara, m. Badan Akuntansi Keuangan Negara,
n. Badan Pendidikan dan Latihan Keuangan. o. Instansi Vertikal di Wilayah.
Menteri Keuangan. Sesuai dengan Keppres Nomor
44 Tahun 1974 pasal 6 Menteri Keuangan mempunyai tugas : (1) memimpin departemen sesuai dengan tugas pokok
yang telah digariskan oleh pemerintah dan membina
aparatur departemennya agar berdayaguna dan
berhasilguna, (2) menentukan kebijaksanaan pelaksanaan
bidang keuangan yang secara fungsional menjadi
tanggungjawabnya sesuai dengan kebijaksanaan umum yang
ditetapkan presiden, (3) membina dan melaksanakan
kerjasama dengan departemen, instansi dan organisasi
lainnya untuk memecahkan persoalan yang timbul,
terutama yang menyangkut bidang tugasnya.
Staf Ahli Menteri Keuangan mempunyai tugas pokok
mengolah dan menelaah masalah-masalah di bidang
*
internasional, penerimaan negara, pengeluaran negara,
pengembangan pasar modal dan pembinaan umum
pengelolaan kekayaan negara secara keahlian dan
memberikan penalaran pemecahan konsepsional atas
petunjuk Menteri Keuangan (Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 231/KMK.01/1982).
Sekretariat Jendral. Sebagai unsur pembantu
pimpinan atau unit staf di Departemen Keuangan,
Sekretariat Jenderal Departemen Keuangan mempunyai
tugas pokok menyelenggarakan pembinaan administrasi, organisasi dan ketatalaksanaan terhadap semua unsur di lingkungan Departemen Keuangan. Selain itu, Sekretariat
Jenderal Departemen Keuangan memberikan pelayanan
teknis dan administratif kepada menteri, Inspektorat
Jenderal, Direktorat Jenderal dan unit organisasi
lainnya di lingkungan Departemen Keuangan.
Sekretariat Jenderal Departemen Keuangan terdiri
dari : Biro Perencanaan dan Hubungan Organisasi
Keuangan Internasional, Biro Kepegawaian, Biro
Keuangan, Biro Perlengkapan, Biro Organisasi dan
Ketatalaksanaan, Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Biro Umum.
Secara administratif, dalam lingkungan
Sekretariat Jenderal terdapat pula Sekretariat Majelis
memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada Majelis Pertimbangan Pajak.
Sekretariat Majelis Pertimbangan Pajak adalah unsur pembantu Majelis Pertimbangan Pajak yang berada
di bawah dan bertanggungjawab kepada Ketua Majelis
Pertimbangan Pajak. Dalam melaksanakan tugasnya,
sekretaris dibantu oleh seorang sekretaris pengganti. Sekretariat Majelis Pertimbangan Pajak terdiri
dari Bagian Umum, Bagian Persiapan Penyelesaian
Perselisihan Pajak, Bagian Evaluasi Pelaksanaan Hukum Paj ak.
Inspektorat Jendral. Inspektorat Jenderal sebagai unsur pengawasan di Departemen Keuangan mempunyai tugas pokok melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas semua unsur Departemen Keuangan.
Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan terdiri
dari Sekretariat Inspektorat Jenderal, Inspektur
Kepegawaian, Inspektur Keuangan, Inspektur
Perlengkapan, Inspektur Anggaran, Inspektur Pajak,
Inspektur Bea dan Cukai, Inspektur Umum.
Sebagai unsur pelaksana di Departemen Keuangan
adalah Direktorat Jenderal Anggaran, Direktorat
Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
Direktorat Jenderal Pembinaan Badan Usaha Milik
Direktorat Jendral Anggaran. Direktorat Jenderal Anggaran melaksanakan sebagian tugas pokok Departemen Keuangan dalam bidang anggaran pendapatan dan belanja negara berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Direktorat Jenderal Anggaran terdiri dari :
Sekretariat Direktorat Jenderal Anggaran, Direktorat Pembinaan Anggaran Rutin, Direktorat Pembinaan Anggaran Pembangunan, Direktorat Pembinaan Anggaran Lain-lain dan Kekayaan Negara, Direktorat Perbendahar'aan dan Ras Negara, Direktorat Tata Usaha Anggaran, Direktorat Dana Luar Negeri.
Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal
Anggaran dibantu oleh Pusat Pengolahan Data dan
Informasi Anggaran yang terdiri dari Bagian Urnum,
Bidang Pengembangan Sistem Aplikasi dan Program,
Bidang Operasional Komputer, Bidang Persiapan Data
dan Pelayanan Informasi serta Bidang Rekonsiliasi APBN. Direktorat Jenderal Pajak. Direktorat Jenderal
Pajak melaksanakan sebagian tugas pokok Departemen
Keuangan di bidang penerimaan negara yang berasal dari pajak sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan dan berdasarkan kebijaksanaan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Perencanaan
dan Potensi Perpajakan, Direktorat Peraturan
Perpajakan, Direktorat Pajak Penghasilan, Direktorat
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung
Lainnya, Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan, Direktorat Pemeriksaan Pajak.
Unit organisasi lain sebagai penunjang
pelaksanaan tugas pokok Direktorat Jenderal Pajak
adalah : (1) Pusat Penyuluhan Perpajakan yang terdiri dari Bidang Pembinaan Metoda dan Materi ' Penyuluhan,
Bidang Sarana Penyuluhan, Bidang Pembinaan Tenaga
Penyuluh, Sub Bagian Tata Usaha dan Kelompok Tenaga Fungsional Penyuluh Perpajakan, (2) Pusat Pengolahan Data dan Informasi Perpajakan yang terdiri dari Bidang
Sistem Aplikasi dan Program, Bidang Operasional
Komputer, Bidang Alat Keterangan, Bidang Registrasi dan Evaluasi Data Wajib Pajak, Sub Bagian Tata Usaha.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melaksanakan sebagian tugas Departemen Keuangan di bidang pemungutan pajak negara dalam bentuk bea dan cukai serta pemungutan lainnya berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Penerimaan, Direktorat Pabean, Direktorat Cukai, Direktorat Pemberantasan Penyelundupan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ditunjang oleh dua unit organisasi lain, yaitu : (1) Pusat Pengolahan Data dan Informasi Bea dan Cukai yang terdiri dari Bidang Sistem Aplikasi dan Program, Bidang Operasional Komputer, Bidang Penyiapan Data dan Pelayanan Informasi serta Sub Bagian Tata Usaha, (2) Pusat Sarana Perhubungan Bea dan Cukai yang terdiri dari Bagian Tata Usaha, Bagian Perkapalan dan Penerbangan, Bidang Telekomunikasi dan Elektronika.
Direktorat Jenderal Penbinaan Badan Usaha Milik Hegara. Direktorat Jenderal Pembinaan Badan Usaha Milik Negara melaksanakan sebagian tugas pokok Departemen Keuangan di bidang pembinaan badan usaha milik negara
berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan.
Direktorat Jenderal Pembinaan Badan Usaha Milik Negara terdiri dari : Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Perusahaan Industri, Direktorat Perusahaan
Jasa Keuangan, Direktorat Perusahaan Jasa Umum,
Direktorat Perusahaan Pertanian dan Kehutanan,
Direktorat Informasi, Pengembangan, dan Peraturan Badan Usaha Milik Negara.
Jenderal Lembaga Keuangan melaksanakan sebagian tugas
pokok Departemen Keuangan dibidang lembaga keuangan
berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan terdiri
dari: Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat
Perbankan dan Usaha Jasa Pembiayaan, Direktorat
Asuransi, Direktorat Dana Pensiun, Direktorat
Pengelolaan Penerusan Pinjaman, Direktorat Penerimaan Minyak dan Bukan Pajak, Direktorat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai.
Berikut ini adalah unit organisasi lain diluar unsur-unsur pembantu pimpinan, pelaksana dan pengawasan di Departemen Keuangan.
Badan Pengawas Pasar Hodal. Tugas pokok badan ini adalah pertama mengikuti perkembangan dan mengatur
pasar modal sehingga efek dapat ditawarkan dan
diperdagangkan secara teratur, wajar, dan efisien serta
melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat umum.
Kedua, melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
Lembaga-lerabaga Bursa Efek dan Lembaga Kliring
Penyelesaian dan Penyimpanan, Reksa Dana, Perusahaan
Badan ini dipimpin oleh seorang ketua dibantu
oleh wakil ketua, Sekretariat, Biro Hukum, Biro
Pengelolaan Investasi dan Riset, Biro Transaksi dan Lerabaga Efek, Biro Penelitian Keuangan Perusahaan I, Biro Penelitian Keuangan Perusahaan II serta Rantor Wilayah BAPEPAM didaerah yang terdapat bursa efek.
Badan Analisa Keuangan dan Moneter. Tugas pokok
badan ini adalah membina, mengkoordinasikan dan
menyelengagarakan kegiatan analisa di bidang keuangan dan moneter berdasarkan kebijaksanaan Menteri Keuangan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Badan
ini terdiri dari Sekretariat Badan, Biro analisa
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Biro Analisa
Moneter, Biro Analisa Keuangan Daerah dan Biro
Pengkajian Ekonomi dan Keuangan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Badan ini dibantu oleh Pusat penelitian dan Pengembangan Keuangan dan
Moneter yang terdiri dari Bagian Tata Usaha dan
Kelompok Peneliti.
Badan Pelayanan Kenudahan Ekspor dan Pengolahan
Data Keuangan. Badan ini mengkoordinasikan dan
menyelenggarakan kegiatan pelayanan ekspor dan
pengolahan data keuangan berdasarkan kebijaksanaan
Menteri Keuangan dan peraturan perundang-undangan yang
Pengolahan Data Keuangan terdiri dari Sekretariat
Badan, Biro Pembebasan Pungutan Negara, Biro
Pengembalian Pungutan Negara, Biro Pengembangan
Aplikasi Komputer serta Biro Dukungan Teknis dan
Standardisasi Komputer.
Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara. Tugas pokok Badan ini adalah menyelenggarakan pelaksanaan
pengurusan piutang negara yang terhutang kepada
instansi-instansi pemerintah/badan-badan usaha negara, atau badan-badan lainnya baik di pusat maupun di daerah
yang secara langsung dikuasai negara berdasarkan
peraturan perundang-untfangan yang berlaku.
Badan ini terdiri dari Sekretariat Badan, Biro Informasi dan Hukum, Biro Piutang Negara Perbankan, Biro Piutang Negara Non Perbankan, Biro Lelang Negara dan Instansi Vertikal di Wilayah.
Badan Akuntansi Keuangan Negara. Tugas pokok
Badan Akuntansi Keuangan Negara ialah melaksanakan
pembinaan, pengembangan sistem dan prosedur pembukuan,
sistem akuntansi dan pelaporan keuangan negara,
mempersiapkan penyusunan perhitungan anggaran serta
menyusun neraca kekayaan negara berdasarkan
kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
Sekretariat Badan, Biro Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, Biro Pembinaan Sistero Akuntansi Negara, Biro Perhitungan Anggaran Negara, Biro Tata Usaha Inventaris Kekayaan Negara dan Biro Pengolahan Data Akuntansi.
Badan Pendidikan dan Latihan Keuangan. Badan ini
bertugas membina, mengkoordinasikan dan
menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan latihan, serta
kegiatan penataran keuangan negara berdasarkan
kebijaksanaan menteri dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Badan Pendidikan dan Latihan Keuangan ini terdiri dari Sekretariat Badan, Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai, Pusat Pendidikan dan Latihan Anggaran, Pusat
Pendidikan dan Latihan Perpajakan, Pusat Pendidikan
dan Latihan Bea dan Cukai serta Pusat dan Latihan Keuangan Umum.
3.1.2. Dasar Hukun dan Pengurusan Keuangan Negara
Yang dimaksud dengan keuangan negara adalah semua hak negara baik yang bernilai uang ataupun benda yang dimiliki negara. Barang yang dimaksud disini adalah baik berupa kertas berharga, barang fisik maupun barang
nonfisik (seperti gas dan lain-lain).
Dasar hukum keuangan Negara Indonesia berasal
sekarang disebut dengan Undang-undang Perbendaharaan Indonesia (UUPI). ICW dibentuk oleh Pemerintah Kolonial Belanda dalam tahun 1848. ICW itu memuat ketentuan
cara pengurusan dan pertanggungjawaban alat-alat
keuangan kolonial. Dalam perjalanan waktunya, ICW telah berkali- kali mengalami perubahan baik sebelum maupun sesudah Indonesia merdeka. Perubahan mula-mula setelah
Indonesia merdeka adalah dengan ditetapkannya UU
Darurat Nomor 3 tahun 1954 yang kemudian UU Darurat ini ditetapkan menjadi Undang-undang Nomor 12 Tahun 1954. Dengan demikian, tahun dinas/fiskal dirobah dari tahun buku yang sesuai dengan tahun takwin menjadi tahun
buku yang dimulai tanggal 1 April dan berakhir
tanggal 31 Maret tahun berikutnya. Selain itu, sistem
stelsel hak diganti dengan stelsel kas. Untuk
mengefektifkan pelaksanaan dan pertanggungjawaban
anggaran, maka setiap tahun dibuat/ditetapkan Keputusan Presiden (Keppres). Kepres ini mengatur pedoman dan pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara untuk setiap tahun anggaran. Kepres ini mengatur hal- hal yang tidak tercantum dalam UUPI. Jadi Keppres ini melengkapi UUPI.
Memang secara formal, tingkatan UUPI jauh lebih tinggi
daripada Keppres. Tetapi karena Keppres mengatur
masalah pedoman pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBN dan dibuat setelah kedaulatan, raaka Keppres merupakan sumber hukum yang murni sedangkan UUPI (ICW) hanyalah
sebagai sumber hukum pelengkap. Menteri Keuangan
sebagai ordonnateur berdasarkan UUPI, Peraturan
Pemerintah, Undang-undang APBN serta Keppres
mengeluarkan surat keputusan ataupun instruksi/surat edaran yang menyangkut keuangan. Wewenang tersebut
kemudian dilimpahkan kepada Direktorat Jenderal
Anggaran. Dalam pelaksanaannya sehari-hari, tugas itu dilaksanakan oleh Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara
(KPKH).
Secara kronologis, untuk melaksanakan pengurusan
dan pertanggungjawaban dan tata usaha keuangan di
Indonesia harus berdasarkan hukum berikut 1. UUPI (ICW) beserta peraturan pelaksanaannya, 2. Keppres tentang pedoman pelaksanaan APBN,
3. Pedoman yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan baik yang berupa surat keputusan ataupun instruksi yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran uang negara, 4. Surat keputusan ataupun instruksi yang dikeluarkan
oleh masing-masing menteri/ketua lembaga yang
5. Surat edaran/instruksi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Anggaran sepanjang pengaturan fungsi bendaharawan umum.
Selain hal-hal tersebut di atas, harus
diperhatikan juga ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh Indische Algemene Rekenkamer (IAR) yang dirauat dalam Stbld 1933 No.320.
Telah diuraikan bahwa UUPI (ICW) mengatur
keuangan Negara Indonesia. Perbendaharaan itu sendiri merupakan suatu himpunan peraturan yang mengendalikan
azas-a2as maupun tatalaksana tentang pengurusan
pertanggung jawaban dan pengawasan keuangan Negara.
Pengurusan keuangan negara dibagi menjadi dua macam pengurusan, yaitu : Pengurusan umum (pengurusan
administratief) dan Pengurusan khusus (pengurusan
bendaharawan ).
Ada persamaan dan perbedaan antara kedua
pengurusan tersebut. Persamaannya yaitu baik pengurusan
umum maupun pengurusan khusus mengandung unsur
pengurusan dan pertanggungjawaban.
Perbedaannya adalah pertama, pengurusan umum
mempunyai sifat yang luas sedangkan pengurusan khusus mempunyai sifat yang sempit. Kedua, pengurusan umum
mengandung unsur penguasaan, sedangkan pengurusan