MAKALAH KETERAMPILAN IPA
PENGAWETAN BAHAN NABATI DAN HEWANI
Oleh:
Khusnun Khanifah
SEMESTER III IPA 5
SMA TAKHASSUS AL-QUR’AN
KALIBEBER WONOSOBO
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani (daging, ikan, susu). dan nabati (tahu, tempe). Dari segi nutrisi, protein hewani memiliki komposisi protein yang lebih lengkap dibandingkan protein nabati,namun di Indonesia konsumsi protein hewani masih tergolong rendah, halini diakibatkan karena tingginya harga protein hewani.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan protein masyarakat yaitu dengan meningkatkan konsumsi terhadap protein nabati.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah teknik pengolahan dan pengawetan bahan makanan yang ideal bagi
masyarakat?
2. Apa permasalahan gizi yang dihadapi dalam pengolahan dan pengawetan bahan makanan?
3. Bagaimana Upaya pengolahan dan pengawetan bahan makana dalam mempertahankan
tekstur rasa, dan nilai gizi yang terkandung didalamnya
4. Bahan tambahan makanan (zat aditif ) apakah yang dapat dijadikan bahan untuk pengolahan
dan pengawetan bahan makanan
5. bagaimana pengaruh penggunaan bahan aditif terhadap kesehatan masyarakat?
Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaiman teknik dan cara pengolahan dan pengawetan bahan makanan
yang ideal sekaligus implementasinya
2. Untuk mengetahui pelbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat dalam pengolahan dan
pengawetan bahan makanan
3. untuk mengetahui strategi dan upaya dalam mengatasi permasalahan gizi dalam pengolahan
dan pengawetan makanan.
4. untuk mengetahui berbagai bahan tambahan makanan (BTM) yang aman digunakan dalam
pengolahan dan pengawetan makanan.
5. untuk mengetahui pengaruh bahan aditif makanan terhadap kesehatan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani
1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani
Bahan makanan umumnya mudah rusak (perishable). Perhatikan saja, buah-buahan dan sayuran yang kita panen. Kita dapat melihat terjadinya perubahan-perubahan fisiologis yang diikuti oleh perubahan fisik, kimia dan mikrobiologi. Perubahan tersebut, menunjukkan adanya kerusakan pada bahan pangan.
mengeluarkan karbon dioksida. Proses pematangan buah dan sayur berlangsung ketika sel-selnya bernafas. Oleh sebab itu, kita harus mengurangi kadar oksigen untuk memperlambat proses pematangan.
Penyebab lain kerusakan makanan adalah mikroorganisme, seperti bakteri, ragi dan jamur. Mikroorganisme akan menyerang makanan dan menyebabkan busuk. Proses ini terjadi pada bahan makanan nabati (buah dan sayur) maupun terhadap bahan makanan hewani (daging, telur dll). Kerusakan bahan makanan dapat juga disebabkan oleh serangan serangga, binatang pengerat, metabolisme oleh enzim, perubahan otolistik pada daging atau ikan dan
berkecambahnya biji-bijian.
Manusia tentunya menginginkan agar setiap bahan makanan dapat bertahan lama. Oleh sebab itu, kita banyak mengembangkan sejumlah cara pengawetan bahan makanan. Tujuannya adalah menunda atau mencegah proses kerusakan bahan pangan. Keberhasilan metode pengawetan turut meningkatkan ketersediaan ataupun penjualan bahan makanan dalam jangka waktu yang lebih lama.
Dunia industri tentu menginginkan agar bahan makanan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Pembusukan atau kerusakan makanan akan mendatangkan kerugian secara ekonomis. Konsumen juga tentu tidak menginginkan mengalami gangguan kesehatan akibat mengonsumsi makanan rusak.Contohnya keberadaan bakteri Salmonella pada daging, unggas dan telur. Bakteri tersebut dalam waktu 6-48 jam setelah dikonsumsi dapat menyebabkan orang keracunan, demam, kram perut serta diare.
2. Metode Pengawetan
Pengawetan bahan makanan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan teknologi pengawetan dan menggunakan bahan pengawet. Teknologi pengawetan dengan banyak metode.
Berikut ini adalah beberapa metode pengawetan yang sudah banyak digunakan :
a. Teknik pendinginan sudah banyak digunakan masyarakat umum.Perhatikan saja di rumah-rumah, sudah banyak yang memiliki lemari pendingin untuk menyimpan makanan. Inti dari sistem pendinginan adalah memasukkan makanan pada tempat yang bersuhu sangat rendah. Contohnya para nelayan akan menggunakan wadah berisi es untuk mengawetkan ikan hasil tangkapannya, Makanan seperti sayur, buah, sosis dan telur biasanya dapat disimpan dalam suhu 15 C. Agar tahan lama dapat juga disimpan pada tempat bersuhu 0 C-4 C.
b. Penghambatan mikroba dapat juga dilakukan dengan mengurangi kadar air. Metode penurunan kadar air dapat dapat dilakukan pengeringan, pembekuan, pemberian garam dan gula atau pengentalan.
c. Pengawetan dapat juga dilakukan dengan menggunakan kemasan hampa udara atau menggunakan karbondioksida. Tujuan penggunaan metode ini adalah untuk mengurangi persentuhan bahan makanan dengan oksigen. Persentuhan tersebut dapat menyebabkan pelayuan dan mendorong pertumbuhan bakteri.