• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONFLIK SOSIAL BUDAYA dasar konflik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONFLIK SOSIAL BUDAYA dasar konflik"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berkewajiban mentaati semua perintahnya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa manusia juga merupakan makhluk sosial yang melakukan interaksi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik berupa aksi saling mempengaruhi antara individu dan individu, individu dan kelompok serta antara kelompok dan kelompok. Dalam melakukan proses interaksi sosial ini kadang terjadi perbedaan pendapat diantara masyarakat yang nantinya akan menjadi sebuah konflik. Konflik merupakan kenyataan hidup yang tidak dapat dihindarkan dari manusia yang sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia.

Bisa dikatakan bahwa konflik merupakan suatu proses sosial antara satu orang atau lebih yang mana salah seorang di antaranya berusaha menyingkirkan pihak lain. Seperti yang dikatakan salah satu teori dari Karl Marx yang melihat masyarakat manusia sebagai sebuah proses perkembangan yang akan menyudahi konflik melalui konflik. Kalau kita melihat dari teori tersebut, bisadisimpulkan bahwa sebagai masyarakat tidak bisa menghindari adanya konflik yang pastinya akan terjadi di kehidupan kita. Konflik juga tidak begitu saja muncul tapi konflik mempunyai sumber-sumber yang menjadi patokan atau pemicu munculnya konflik antar individu maupun antar kelompok sosial.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini yaitu: 1. Apa yang dimaksud dengan konflik sosial budaya?

2. Bagaimana cara mengatasi terjadinya konflik?

3. Apa saja yang menjadi faktor terjadinya suatu konflik?

4. Apa contoh konflik sosial budaya yang pernah terjadi di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulis dalam menyusun makalah ini yaitu: 1. Untuk mengetahui pengertian konflik sosial budaya. 2. Untuk mengetahui cara mengatasi konflik sosial budaya. 3. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya suatu konflik.

(2)

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Konflik dan Budaya

Konflik berasal dari kata kerja latin configure, yang berarti saling memukul, yang dimaksud dengan konflik sosial adalah salah satu bentuk interaksi sosial antara satu pihak dengan pihak lain didalam masyarakat yang ditandai dengan adanya sikap saling mengancam, menekan, hingga saling menghancurkan.

Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat dari bangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secaraberterusan.

Menurut Berstein (1965), Menurut Berstein, konflik merupakan suatu pertentangan/perbedaan yang tidak dapat dicegah. Konflik ini mempunyai potensi yang memberikan pengaruh positif dan negatif dalam interaksi manusia.

Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik berlangsung dengan melibatkan orang-orang atau kelompok-kelompok yang saling menentang dengan ancaman kekerasan. Dalam bentuk ekstrimnya, konflik dilangsungkan tidak hanya sekedar untuk mempertahankan hidup dan eksistensi. Konflik juga bertujuan sampai tahap pembinasaan eksistensi orang atau kelompok lain yang dipandang sebagai lawan atau saingannya.

Kebudayaan atau Culture berasal dari bahasa latin Colore yang artinya pemeliharaan, pengolahan tanah menjadi tanah pertanian. Sedangkan kebudayaan, akar katanya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddayah yang berarti budhi atau akal. Dengan kata lain kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

(3)

Dari berbagai definisi, diperoleh pengertian tentang kebudayaan yaitu sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

B. Indikator Konflik

Menurut Nasikun, ada beberapa indikator yang bisa digunakan untuk menilai intensitas konflik, khususnya yang terjadi di indonesia, antara lain sebagai berikut:

Demontrasi, yang dimaksud dengan demonstrasi disini adalah sejumlah orang yang tidak menggunakan kekerasan mengorganisir untuk melakukan protes terhadap suatu rezim pemerintahan atau terhadap pimpinan, atau terhadap ideologi, kebijaksanaan, tindakan yang sedang direncanakan rezim.

Kerusuhan, pada dasarnya sama dengan demonstrasi. Perbedaannya adalah kerusuhan menggunakan kekerasan fisik, yang diikuti dengan perusakan barang-barang, perbedaan lainya adalah kerusuhan ditandai oleh spontanitas sebagai suatu akibat dari suatu insiden.

Serangan bersenjata, yaitu suatu tindakan kekerasan yang dimaksudkan untuk melemahkan atau menghancurkan kekuasaan kelompok lain.

Indikator yang berhubungan atau akibiat dari kerusuhan, serangan bersenjata, demonstrasi, indikator tersebut adalah jumlah kematian akibat kekerasaan.

Govermental sanction, adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh penguasa untuk meniadakan suatu ancaman terhadap keamanan pemerintahan, rezim yang berkuasa.

C. Teori-teori Penyebab Konflik

Ada beberapa teori penyebab konflik berikut ini akan dipaparkan beberapa teori tentang penyebab konflik.

(4)

Menganggap bahwa konflik disebabkan polarisasi yang terus terjadi, ketidak percayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat.

2. Teori Negosiasi Prinsip

Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalamai konflik.

3. Teori Kebutuhan Manusia

Berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia fisik, mental dan sosial yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi sering merupakan inti pembicaraan.

4. Teori Identitas

Berasumsi bahwa konflik disebabkan karena identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan.

5. Teori Kesalahpahaman Antarbudaya

Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda.

6. Teori Transformasi Konflik

Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi.

D. Faktor-faktor Penyebab Konflik

1. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan yang lainya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalin hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman tentu perasaan setiap warga berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.

(5)

pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memiicu konflik.

3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang

berbeda-beda. Perbedaan latar belakang kebudayaan terdiri dari banyak sebab, baik secara budaya, latar belakang keluarga, pendidikan dan sebagainya. Perbedaan tersebut akan berpengaruh karna dapat membentuk kepribadian yang berbeda. 4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat. Perubahan

adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi perubahan itu berlangsung cepat dan bahkan mendadak, perubahan tersebut dapatmemicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama di masyarakat tradisisonal yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktuaral yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan wktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas sseperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini terjadi secara cepat dan mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada.

E. Jenis-jenis Konflik

Indonesia adalah salah satu negara yang berpotensi konflik. Dilihat dari berita-berita di media massa, berbagai konflik terjadi di Indonesia. Konflik dalam masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam yaitu:

1. Berdasarkan Sifatnya a. Konflik destruktif

(6)

persaingan, perasaan cemas dan sebagainya. Konflik destruktif dapat terjadi karena perasaan tidak senang atau benci. Contoh konflik destruktif adalah konflik di Sambas.

b. Konflik konstruktif

Adalah suatu konflik yang terjadi karena adanyaperbedaan pendapat dalam menghadapi suatu masalah. Konflik konstruktif mampu membawa ke arah keuntungan dan akibat yang membangun, konflik ini bersifat fungsional. Hasil dari konflik konstruktif diantaranya menghasilkan suatu konsesus atau kesepakatan dari perbedaan tersebut sehingga dapat menghasilkan suatu perbaikan. Contoh konflik konstruktif adalah perbedaan pendapat dalam rapat. Konflik konstruktifdapat menghasilkan keuntungan diantaranya meningkatkan inisiatif dan kreatifitas, dan surutnya ketegangan pribadi.

2. Berdasarkan Posisi Pelaku yang Berkonflik a. Konflik vertikal

Konflik vertikal adalah konflik yag terjadi antara lapisan dan komponen masyarakat yang berbeda atau bertingkat. Misalnya seperti konflik masyarakat dengan negara seperti yang terjadi antara pemerintah dengan rakyat, buruh dengan majikan, konflik aceh dan sebagainya.

b. Konflik horizontal

Merupakan konflik yang terjadi dalam satu lapisan sosial yang sama. Konflik horizontal misalnya konflik yang terjadi antarsuku bangsa, antarras, antaragama, antargolongan seperti yang terjadi di Papua, Poso dan sebagainya. Konflik ini terjadi karena para pelaku yang berkonflik kedudukannya sama, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah.

c. Konflik diagonal

Konflik diagonal merupakan konflik yang terjadi kerena adanya ketidak adilan alokasi sumber daya keseluruhan organisasi sehingga dapat menimbulkan pertentangan yang ekstrim. Misalnya pertentangan atau konflik di Aceh.

3. Berdasarkan Sifat Pelaku yang Berkonflik a. Konflik terbuka

(7)

Merupakan konflik yang hanya diketahui oleh orang-orang atau kelompok yang terlibat dalam konflik.

4. Berdasarkan Konsentrasi Aktivitas Manusia a. Konflik sosial

Yaitu konflik yang sering terjadi akibat adanya perbedaan kepentingan sosial dari pihak yang berkonflik. Konflik sosial dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Konflik vertikal, yaitu konflik yang terjadi antara lapisan sosial yang berbeda. Misalnya konflik yang terjadi antara pemerintah dengan warga masyarakat.

2) Konflik horizontal, yaitu konflik yang terjadi antara kelompok atau individu dalam kelas atau lapisan sosial yang sama. Misalnya konflik antarsuku, antaretnis, antarras dan sebagainya.

b. Konflik politik

Yaitu konflik yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan yang berkaitan dengan kekuasaan. Misalnya konflik kekuasaan yang terjadidi Thailand.

c. Konflik ekonomi

Yaitu konflik ekonomi yang terjadi karena adanya masalah ekonomi, misalnya perebutan sumber daya ekonomi dan sebagainya. Contohnya konflik yang terjadi dalam kepentingan ekonomi antara pengusaha dan buruh.

d. Konflik budaya

Yaitu konflik yang terjadi krena adanya perbedaan kepentingan budaya budaya dari pihak yang berkonflik. Konflik budaya misalnyakonflik yang terjadi antara dua kebudayaan yang berbeda.

e. Konflik ideology

Yaitu konflik yang terjadi akibat adanya perbedaan paham yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang. Konflik ideologi misalnya konflik yang terjadi antara massa akhmadiah dengan massa FPI.

5. Berdasarkan Cara Pengolahannya a. Konflik interindividu

(8)

seorang hakim yang harus memutuskan perkara untuk adiknya yang bersalah. Hakim ini akan mengalami konflik peran antara menunjukkan loyalitas sebagai hakim dan mempertimbangkan adiknya yang jadi tersangka.

b. Konflik antarindividu

Merupakan konflik yang terjadi antara seseorang dengan satu orang lainnya. Konflik ini menyangkut perbedaan pendapat, ide, gagasan, kepentingan, bahkan emosional. Konflik seperti ini hampir pasti pernah di alami oleh setiap individu.

c. Konflik antarkelompok

Merupakan konflik yang terjadi antara kelompok satu dengan kelompok lain. Konflik ini dapat di jumpai dalam masyarakat. Misalnya konflik yang terjadi antarkampung.

F. Dampak Konflik

Konflik yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak yang kurang baik. Konflik akan berakibat positif ketika konflik yang terjadi membawa keuntungan bagi pihak yang berkonflik. Untuk itu, maka konflik perlu dikelola secara baik dan benar sehingga dapat meminimalisir dampak negatif konflik.namun, tidak ada konflik yang tidak membawa akibat bagi masyarakat. Konflik mempunyai dampak dan akibat baik langsung ataupun tidak langsung, baik positif ataupun negatif.

Dampak langsung konflik diantarnya rusaknya harta benda, timbulnya korban jiwa, keretakan hubungan, kemiskinan bertambah, rusaknya sarana dan prasarana dan sebagainya. Contohnya seperti dampak dari konflik Irak dengan Amerika yang membawa dampak langsung yang bersifat negatif bagi penduduk Irak.Dampak tidak langsung dirasakan oleh pihak yang tidak terlibat dalam konflik.

Dampak terjadinya konflik diantaranya: 1. Aspek sosial budaya

a. Dampak negatif:

 Memperjelas jarak social

 Perubahan kepribadian para individu

 Dominasi (apabila kekuatan pihak yang saling bertikai tidak seimbang)  Takluknya salah satu pihak karena dominasi

b. Dampak positif:

 Memperkuat solidaritas internal kelompok

(9)

 Akomodasi (apabila kekuatan pihak yang saling bertentangan seimbang) 2. Aspek hukum

a. Pelanggaran HAM

b. Masalah kepemilikan tanah

3. Aspek ekonomi dan tata ruang kota a. Kehilangan lapangan pekerjaan b. Muncul lapangan kerja baru c. Masalah daerah kumuh 4. Aspek kependudukan

a. Perpindahan penduduk (karena konflik berkepajangan)

b. Muncul masalah sosial lainnya seperti kesehatan, keamanan, ketenagakerjaan, dsb. 5. Aspek pemerintah dan pelayanan public

a. Banyaknya penduduk yang migrasi memunculkan kepadatan dan kemacetan sehingga berimbas pada pelayanan publik.

G. Cara Mengatasi Konflik 1. Koersi (coersion)

Yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilakukan dengan paksaan. Paksaan merupakan suatu cara menyelesaikan pertikaian dengan menggunakan paksaan fisik maupun psikologis. Dalam pelaksanaan akomodasi ini salah satu pihak berada dalam posisi yang lemah.

2. Kompromi (compromise)

Yaitu suatu bentuk akomodasi yang dilakukan dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutan agar tercapai penyelesaian dari perselisihan.

3. Arbitrasi (arbitration)

Yaitu konflik yang dihentikan dengan cara mendatangkan pihak ketiga untuk memutuskan dan kedua belah pihak yang bertikai harus mentaati keputusan tersebut karena bersifat mengikat.

4. Mediasi (mediation)

Yaitu penyelesaian konflik dengan mengundang pihak ketiga yang bersifat netral dan tidak hanya berfungsi sebagai penasihat. Keputusan dari pihak ketiga ini tidak mengikat.

5. Toleransi (tolerantion)

(10)

tolerant-participation. Bentuk ini merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan formal. Kadang-kadang toleransi timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan.

6. Konversi (convertion)

Yaitu penyelesaian konflik apabila salah satu pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain.

7. Konsiliasi (consiliation)

Yaitu suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.

8. Adjudukasi (adjudication)

Yaitu suatu penyelesaian konflik melalui pengadilan. 9. Stalemate

Yaitu suatu keadaan dimana pihak-pihak yang bertentangan memiliki kekuatan seimbang, namun terhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya karena kedua belah pihak sudah tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur.

10. Gencatan senjata

Yaitu penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu guna melakukan suatu pekerjaan tertentu yang tidak boleh diganggu. Misalnya untuk melakukan perawatan bagi yang luka-luka, mengubur korban tewas, berunding, dan sebagainya.

11. Segregasi (segregation)

Yaitu upaya untuk saling memisahkan diri dan saling menghindar diantara pihak-pihak yang bertentangan dalam rangka mengurangi ketegangan.

12. Dispasement

Yaitu usaha untuk mengakhiri konflik dengan mengalihkan perhatian pada objek masing-masing.

(11)

Peristiwa Mei 1998 yang merupakan suatu gerakan reformasi di Indonesia ini dilatarbelakangi oleh berbagai faktor, baik politik, sosial, dan ekonomi. Dari faktor politik, dipicu oleh pengangkatan kembali Soeharto menjadi Presiden RI setelah hasil pemilu 1997 menunjukkan bahwa Golkar sebagai pemenang mutlak. Hal ini berarti dukungan mutlak kepada Soeharto makin besar untuk menjadi presiden lagi di Indonesia dalam sidang MPR 1998. Terpilihnya kembali Soeharto menjadi Presiden RI kemudian Ia membentuk Kabinet Pembangunan VII yang penuh dengan ciri nepotisme dan kolusi.

Dari faktor ekonomi, Indonesia merupakan salah satu Negara yang terkena dampak dari krisis moneter dunia yang berakibat pada merosotnya nilai rupiah secara drastis. Hal ini diperparah dengan utang luar negeri Indonesia yang semakin memburuk. Keadaan semakin kacau karena terjadinya ketidakstabilan harga harga bahan pokok, termasuk minyak. Kenaikan harga minyak sendiri kemudian berpengaruh pada kenaikan tarif angkutan umum.

Dari faktor sosial, banyak terjadinya konflik-konflik sosial diberbagai daerah di Indonesia. Selain itu, krisis ekonomi yang berkepanjangan berdampak pada rakyat yang banyak mengalami kelaparan. Hal ini berakibat pada hilangnya kepercayaan rakyat kepada pemerintah. Ini berarti bahwa krisis ekonomi yang melanda Indonesia mendorong hancurnya kredibilitas pemerintah Orde Baru dimata rakyat.

Secara garis besar, kronologi gerakan reformasi ini diawali dengan adanya sidang Umum MPR (Maret 1998) memilih Suharto dan B.J. Habibie sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI untuk masa jabatan 1998-2003. Presiden Suharto kemudian membentuk dan melantik Kabinet Pembangunan VII. Kabinet yang sarat akan kolusi dan nepotisme ini kemudian membuat mahasiswa bergerak. Ditambah dengan terjadinya krisis moneter, maka pada bulan Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai daerah mulai bergerak menggelar demonstrasi dan aksi keprihatinan yang menuntut penurunan harga barang-barang kebutuhan (sembako), penghapusan KKN, dan mundurnya Suharto dari kursi kepresidenan.

(12)

Hal ini berlanjut pada tanggal 13-14 Mei 1998, di Jakarta dan sekitarnya terjadi kerusuhan massal dan penjarahan sehingga kegiatan masyarakat mengalami kelumpuhan. Dalam peristiwa itu, puluhan toko dibakar dan isinya dijarah, bahkan ratusan orang mati terbakar. Pada tanggal 19 Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta dan sekitarnya berhasil menduduki gedung MPR/DPR.

Melihat aksi-aksi tersebut, akhirnya pada tanggal 19 Mei 1998, Harmoko sebagai pimpinan MPR/DPR mengeluarkan pernyataan berisi ‘anjuran agar Presiden Suharto mengundurkan diri’. Pada tanggal 20 Mei 1998, Presiden Suharto mengundang tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh masyarakat untuk dimintai pertimbangan dalam rangka membentuk Dewan Reformasi yang akan diketuai oleh Presiden Suharto.

Dan puncaknya, pada tanggal 21 Mei 1998, pukul 10.00 di Istana Negara, Presiden Suharto meletakkan jabatannya sebagai Presiden RI di hadapan Ketua dan beberapa anggota Mahkamah Agung. Berdasarkan pasal 8 UUD 1945, kemudian Suharto menyerahkan jabatannya kepada Wakil Presiden B.J. Habibie sebagai Presiden RI. Pada waktu itu juga B.J. Habibie dilantik menjadi Presiden RI oleh Ketua MA.

Dampak yang ditimbulkan dari peristiwa ini tentu saja adalah turunnya Soeharto dari kursi Presiden. Selain berdampak pada turunnya Soeharto dari kursi Kepresidenan, peristiwa Mei 1998 ini juga berdampak pada:

a. Banyak yang hilang pekerjaan akibat tempat-tepat bekerja dirusak ataupun di bakar b. Kerugian materil yang tidak dapat dihitung lagi.

c. Banyak korban yang menderita fisik dan psikis, apalagi korban dari tindak kekerasan seksual.

d. Permasalahan ekonomi yang berkepanjangan sejak Tahun 1997, membuat Indonesia mengalami krisis. Terjadi PHK di mana-mana, banyaknya pengangguran dan harga BBM dinaikkan membuat keadaan semakin memburuk. Aksi-aksi mahasiswa yang telah bergulir sejak awal 1998 semakin marak dan menular ke banyak kampus di seluruh Indonesia. Aksi mahasiswa yang terjadi sepanjang Mei 1998 menemukan momentumnya pada tanggal 12 Mei 1998 di kampus Universitas Trisakti di Jalan Kyai Tapa, Grogol, Jakarta. Peristiwa ini telah merenggut nyawa empat orang mahasiswa Trisakti akibat tembakan peluru tajam oleh aparat kepolisian.

(13)

Kerusuhan Mei 1998 tidak lepas dari aspek politik yang terjadi saat itu. Isu rivalitas antara Wiranto dan Prabowo menjadi pembicaraan kalangan elite khususnya elite tentara sejak awal 1998. Sebagian pegamat menganalisa bahwa “konflik” yang terjadi antara Wiranto dan Prabowo sengaja diciptakan Soeharto agar terjadi keseimbangan sehingga tidak ada yang terlalu dominan.

Kasus yang memukul Prabowo menjelang Mei 1998 adalah penculikan aktivis mahasiswa. Kasus penculikan tidak dapat dipisahkan dari situasi keamanan, khususnya di ibukota, pada akhir 1997 dan Januari 1998. Dengan munculnya kasus penculikan, posisi Wiranto menjadi di atas angin. Ia berhasil menampilkan diri sebagai figure demokrat dan seolah-olah berpegang pada hukum. Prabowo mengakui adanya sembilan orang yang ditangkap anggota Tim Mawar. Semuanya telah dilepaskan dengan selamat dan mereka yang masih hilang bukanlah tanggung jawabnya. Artinya, memang ada pihak-pihak lain di luar Prabowo yang ikut menangkap para aktivis. Rivalitas antara Prabowo dan Wiranto jelas mewarnai politik internal di ABRI menjelang Insiden Trisakti dan huru-hara Mei 1998.

Kepentingan-kepentingan golongan saat kerusuhan Mei 1998 dapat kita lihat dari beberapa petinggi negara yang melakukan suatu tindakan yang menurutnya itu merupakan suatu pengamanan. Penculikan ini merupakan kerja politik yang kuat untuk mempertahankan kekuasaan melalui keunggulan monopoli alat-alat kekerasan, dengan kata lain kasus penculikan merupakan operasi intelejen dari sebuah desain politik untuk mengamankan kepentingan status quo kekuasaan.

Saat terjadinya kerusuhan pun Pangab Wiranto pergi ke Malang pada 14 Mei 1998 dengan membawa banyak jenderal sedangkan saat itu situasi di Jakarta sedang darurat dan tidak ada pengamanan satupun dari Brimob, pasukan Brimob ditarik dan Kostrad yang diturunkan ke lapangan untuk pengamanan. Karena saat itu komando masalah keamanan adalah Mabes ABRI yang membawahi POLRI dan TNI.

(14)

kali menggunakan cara yang bersifat represif. Pelanggaran HAM dapat dilakukan terang-terangan dimanapun oleh alat negara tanpa adanya proses hukum.

Awal 1998 saat pemerintahan Orba berlangsung terjadi krisis. Krisis yang tidak mampu diatasi oleh pemerintah saat itu membuat rakyat melakukan tindakan kejahatan di mana-mana. Aksi masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa mulai terjadi dimana-mana-mana. Aksi dilakukan untuk menuntut mundur Soeharto karena dinilai telah gagal dalam mengatasi masalah krisis Indonesia. Soeharto memerintahkan militer untuk menghalang aksi demonstrasi yang dilakukan oleh masyarakat. Bahkan militer tidak segan-segan melakukan tindakan represif yang berujung pada kematian di kalangan demonstran. Situasi ini membuat Soeharto mengundurkan diri sebagai Presiden saat itu.

b. Proses terjadinya Peristiwa Mei 1998 Kasus-kasus Kerusuhan Mei 1998

a. Demonstrasi Mahasiswa

Pada bulan Januari 1998, aksi-aksi dilakukan oleh berbagai kelompok seperti mahasiswa baik kelompok Cipayung maupun Non Cipayung, koalisi LSM, Ormas dan kelompokpemuda dan buruh. Lokasi aksi umumnya adalah kantor instansi pemerintah dan kampusBulan April, jumlah aksi terus bertambah. Bentrok dengan aparat pun mulai meningkat. Isu politik semakin meningkat. Tuntutan reformasi, anti KKN dan menurunkan Soeharto semakin gencar. Dukungan masyarakat semakin bertambah, begitu juga dari kelompok profesional. Pada bulan Mei, aksi mahasiswa telah semakin meningkat, terlebih setelah pemerintah karena kenaikkan harga BBM dan terjadinya penembakan di Trisakti yang diikuti oleh kerusuhan di berbagai kota.

b. Insiden Trisakti

(15)

menolak tuntutan itu. Sejumlah mahasiswi membagikan bunga mawar pada aparat sebagai tanda damai.

Ketika rombongan mahasiswa sedang bergerak kembali ke dalam kampus, terjadi provokasi oleh seorang yang mengaku alumni Universitas Trisakti yang kemudian diketahui bernama Mashud. Mahasiswa menuduh Mashud sebagai intel yang mau memprovokasi mereka dengan cara mengejek dan memancing kemarahan. Mahasiswa sempat terpancing dan mengejar Mashud yang masuk ke barisan aparat keamanan untuk meminta perlindungan. Kemudian terjadi dorong-mendorong antara massa dan pasukan. Selain dikejar, diburu, ditendang dan diinjak oleh aparat keamanan, korban yang paling banyak berjatuhan adalah korban karena tembakan. Laras senapan aparat keamanan secara sporadis diarahkan kepada mahasiswa, aparat keamanan melakukan penembakan membabi buta. Sebagian aparat yang mengambil posisi di atas jembatan layang mengarahkan tembakan kea rah mahasiswa di dalam kampus. Dari sinilah banyak berjatuhan korban luka dan meninggal dunia.

c. Penjarahan diberbagai Wilayah

Keusuhan hari pertama ini umumnya terjadi di daerah Jakarta Barat, di sekitar Jalan KH Hasyim Asyari, lampu merah Roxy, Jalan KH Mochammad Mansyur, kemudian menyebar menyebar ke Bendungan Hilir Raya, Tanah Abang dan ke arah Bandara Cengkareng.

Penjarahan dan kerusuhan dilakukan disiang hari di daerah Grogol dekat kampus Trisakti. Karena jalan ke arah Grogol banyak diblokir akhirnya massa beralih ke Jalan Daan Mogot, Pesing, Cengkareng hingga perbatasan Jakarta-Tanggerang. Perusuh membawa computer, televisi, kulkas dan umumnya barang-barang elektronik. Perusuh yang lain melampiaskan kemarahan dengan membakar barang-barang yang dikeluarkan ke jalan-jalan bersama sejumlah mobil dan motor yang tengah parkir. Mobil-mobil di jalan ke arah Bandara Soekarno Hatta dihentikan dan penumpangnya diperas perusuh.

Beberapa toko dan ruko di Jalan Hasyim Asyari habis dijarah dan dibakar massa. Beberapa kantor bank dilempari batu. Kalangan etnis Tionghoa dan kalangan orang berada (oran(orang-orang kaya) menjadi sasaran. Di Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, massa telahmenjarah pertokoan, toko-toko juga dilempai batu, batu dan benda apa saja yang tersedia. Gumpalan asap hitam menyelimuti langit kota Jakarta Ketika senja tiba, sebagian massamulai meninggalkan jalan dan kembali ke rumah masing-masing.

(16)

Berbagai tindakan akibat sentiment rasial terjadi dalam berbagai bentuk. Mulai dari bentuk makian, hinaan, hingga dalam bentuk perusakan, penjarahan/perampasan, pembakaran, dan penganiayaan, pelecehan, pemerkosaan, hingga pembunuhan. Berbagai bentuk tindakan-tindakan yang disertai ekspresi kebencian atau anti terhadap etnis tionghoa terjadi pada semua wilayah, khususnya wilayah Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Jakarta Selatan. Sentiment rasial yang terjadi saat itu membuat orang-orang dari etnis tionghoa menjadi incaran massa saat itu, tidak hanya itu pemerkosaan dan pembunuhan yang dilakukan terhadap etnis tionghoa pun membuat para kelompok tersebut merasa terdiskriminasi.

e. Penculikan Aktivis

Menjelang SU-MPR (1-11 Maret 1998), sebelum Mei 1998, terjadi penculikan terhadap sejumlah aktivis mahasisswa, LSM, Ormas dan partai antara Februari hingga Maret 1998. Penculikan diiketahui dilakukan oleh Tim Mawar, tim yang dibentuk oleh Komandan Batalyon 42, Group IV Kopssus, Mayor Bambang Kristiono atas perintah Letjen Prabowo Subianto. Tim Mawar mengembangkan perintah Danjen Kopassus dengan menangkap sembilan orang aktivis. Kasus penculikan tidak dapat dipisahkan dari situasi keamanan, khususnya di ibukota. Pada faktanya, walaupun nama orang-orang yang telah diculik berkaitan dengan nama-nama organisasi (KNDP, PRD, PIJAR, ALDERA, PDI Megawati dan lainnya) yang dianggap bermasalah dan berpeluang membahayakan keamanan masyarakat dan Negara, sebagian besar dari orang-orang tersebut diculik setelah SU-MPR selesai dilaksanakan. Oleh karena itu terdapat kesulitan untuk memastikan bahwa orang-orang yang diculik tersebut hanya berkaitan dengan pengamanan SU-MPR. Kasus penculikkan menjadi pembicaraan hangat setelah muncul berbagai aksi demonstrasi dan unjuk rasa. Berbagai pihak, baik sipil dan militer di dalam negeri memberikan reaksi dan tekanan keras khususnya kepada pimpinan TNI/POLRI.

(17)

mengegakkan hukum dan HAM, sekaligus memberikan keadilan kepada para korban dan mencegah terjadinya kejadian serupa di masa depan dengan cara menghukum para pelaku.

Kerusuhan Mei 1998 nyata-nayata telah mengakibatkan penghancuran, penganiayaan dan melemahkan kelompok masyarakat sipil. Kerusuhan yang terjadi didorong oleh sekelompok orang tertentu dan pada banyak lokasi terlihat dengan ciri-ciri tertentu. Kelompok massa ini dilkenal dengan sebutan provokator. Kelompok ini terlihat terlatih, terorganisirdan membawa peralatan tertentu yang digunakan untuk merusak atau membakar. Fakta menunjukan pada 55 lokasi titik terlihat adanya aparat keamanan di lokasi kerusuhan. Ketidakhadiran aparat di 55 lokasi menunjukkan ketidakpastian aparat keamanan melakukan pengamanan. Hal ini menunjukan bahwa tindakan pengamanan yang dilakukan aparat pada lokasi kerusuhan tidak efektif, karena sebagian besar tindakan yang dilakukan tidak efektif.

Dari banyaknya kerugian yang dialami dan banyaknya korban menunjukkan bahwa aparat keamanan tidak efektif mengatasi situasi saat itu, karena tidak terlihatnya aparat dibeberapa lokasi kerusuhan, bahkan aparat cendecenderung membantu peristiwa tersebut. Karena saat terjadinya kerusuhan tidak lepas kendali dari perintah komando, dan telah ada kebijakan aparat untuk membiarkan kerusuhan terjadi yang menggunakan fasilitas dan sumber-sumber publik, dengan cara :

a. Tidak mengerahkan pasukan secara patut sehingga banyak daerah yang tidak diamankan.

b. Pasukan yang ada dilokasi tidak melakukan tindakan apapun saat kerusuhan terjad c. Pasukan meninggalkan lokasi kerusuhan.

d. Pasukan tidak bergerak ke lokasi kerusuhan yang jaraknya relative dekat.

(18)

Memang ada dugaan sekelompok orang melakukan provokasi agar demonstrasi besar-besaran mahasiswa dan masyarakat umum saat itu berubah menjadi kerusuhan. Diduga kuat provokasi tersebut diorganisir oleh aparat negara, terutama tentara, karena mereka berkepentingan untuk membuat demonstrasi damai itu menjadi rusuh agar terjadi kesan bahwa peristiwa tuntutan masyarakat dan mahasiswa bukanlah bersifat politik tetapi kriminal. Bila kerusuhan terjadi, tentara punya alasan untuk mengambil alih situasi dan memegang kendali kekuaasaan. Dengan demikian tidak saja rejim penguasa dapat dipertahankan tetapi tentara/aparat juga menjadi pemegang kekuasaan politik bila terjadi pergantian kekuasaan saat itu.

Dari banyaknya data yang didapat dilapangan, dan beberapa nama yang diduga sebagai orang yang bertanggung jawab atas terjadinya Peristiwa Kerushan Mei 1998. Komnas HAM membuat laporan dan pemanggilan kepada nama-nama tersebut untuk dilakukan penyidikan oleh kejaksaan, tetapi kejaksaan belum melakukan penyidikan tersebut sampai saat ini. Bahkan Komnas HAM pun sudah membut surat rekomendasi kepada DPR untuk menindak lanjuti kasus Pelanggaran HAM yang berat pada Kerusuhan Mei 1998. Komnas HAM pun sudah membuat surat untuk presiden dan mendesak untuk segera di selesaikan. Tapi, sampai saat ini belum ada langkah serius pemerintah untuk menyelesaikannya.

Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Djayadi Hanan selaku expert opinion, yaitu :

Pemerintah tampak memiliki keengganan karena aparat yang diduga kuat menjadi penanggungjawab kasus tersebut masih memiliki kekuasaan atau berhubungan erat dengan jaringan kekuaasaan di tingkat nasional. Hampir di semua partai politik, sejumlah mantan tentara memegang peran kunci. Mereka ini tentu akan berusaha melindungi teman-teman korps mereka dari proses hukum. Karena itu dari segi politik temuan-temuan dari Komnas HAM kurang mendapat dukungan untuk ditindaklanjuti secara nyata. Di samping itu, sejumlah nama yang diduga kuat terlibat bahkan ikut menjadi dalang peristiwa tersebut juga masih memegang kendali kekuasaan atau memegang jabatan tinggi. Tentu akan sulit untuk memproses secara sungguh-sungguh peristiwa tersebut karena yang ada dalam lingkaran kekuasaaan akan terus menghalangi proses pengungkapan dan penyelesaiannya secara menyeluruh.

(19)

Agenda reformasi telah ditetapkan melalui berbagai ketetapan MPR dan berbagai produk perundang-udangan yang baru, tetapi setelah berlangsung lebih dari 12 tahun lamanya, terasa bahwa reformasi berjalan secara belum terarah.

Bila dinilai kembali kepada kondisi sebelum reformasi maka tampak bahwa kekuasaan yang pada wkatu dulu bersifat otoriter, sekarang harus bersifat demoratis, pemerintahan yang terpusat harus menjadi desentralisasi. Pemerintahan yang bersifat tertutup dan penuh larangan serta pengawasan seharusnya lebih terbuka, transparan, serta kebebasan.

Rasionalitas dan objektivitas telah tersisihkan sehingga muncul egoism, perseorangan maupun kelompok tanpa mengidahan etika, moral, norma, dan hukum yang ada. Politik kekerasanbanyak bermunculan dan berkembang mewarnai kehidupan baru dalam masyarakat sehingga sulit mengatasi maupun kehidupan bermasyarakat bangsa dan bernegara. Oleh karena itu, hal-hal seperti ini harus segera diatasi dan dihapuskan.

b. Dampak Positif

Dampak positif reformasi dapat kita rasakan dan kita saksikan melalui berita-berita media massa, serta surat kabar dan internet maupun pendapat-pendapat pengamat bidangnya. Munculnya suasana baru yang bisa kita saksikan diantaranya terdapatnya kebebasan pers, kebebasan akademis, kebabasan berorganisasi dan lain-lain yang selama ini belum pernah ada, termasuk kebebasan pemikiran dalam memperjuangkan pembebasan tahanan politik maupun narapidana politik, hal ini bisa dinilai sebagai lambang dari suatu kebebasan berpolitik di Indonesia.

Timbulnya kesadaran baru masyarakat bisa bertindak dan berbuat sesuatu serta melakukan perubahan-perubahan diantaranya pendobrakan atas rasa ketakutan berpolitik, terhadap proses pembodohan yang telah berlangsung hampir lebih dari tiga puluh tahun.

(20)

Keuntuhan Hegemoni Orde Baru

Keberhasilan dan kejayaan yang dicapai oleh Soeharto dengan rezim Orde Barunya nampaknya mengalami keruntuhan. Keburukan yang dilakukan oleh rezim Soeharto mulai nampak ke permukaan semenjak rezim ini mengalami kemunduran. Periode 1989-1998 merupakan masa tersulit yang harus dilalui oleh rezim ini. Mulai dari tindakan pelanggaran HAM, pembungkaman pers, korupsi yang sangat besar, utang luar negeri yang tinggi, dan krisis ekonomi. Separatisme juga menjadi masalah tersendiri yang harus dihadapi oleh Soeharto ketika Aceh dengan GAM (Gerakan Aceh Merdeka)-nya ingin memisahkan diri dari Republik Indonesia.

Setelah kematian isterinya pada 1996 kesehatan Soeharto mulai menurun. Dia pernah mendapatkan perawatan di Jerman. Kurs dan harga di lantai bursa juga mengalami dampak akibat kesehatan Soeharto yang memburuk tersebut. Indonesia mengalami krisis ekonomi yang cukup dahsyat. Krisis yang dialami oleh Thailand pada Juli 1997 juga berdampak terhadap negara-negara di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada akhir 1997, krisis ekonomi yang dialami Indonesia berakibat pula terhadap suasana politik Indonesia. Soeharto mengambil langkah dengan menandatangani perjanjian pemberian utang dengan IMF (International Monetary Fund).

Beberapa hari sebelum kejatuhan Soeharto merupakan hari-hari terpanjang yang harus dilaluinya. Tuntutan reformasi dari rakyat terus menggema. Demonstrasi terjadi diberbgai daerah. Terjadi sebuah insiden ketika penembak jitu ABRI menembak empat mahasiswa Universitas Trisakti pada 12 Mei. Lebih dari seribu orang tewas dalam kerusuhan yang terjadi di Jakarta pada 13-15 Mei. Suasana negeri ini semakin tidak kondusif.

Soeharto yang kala itu menghadiri sebuah konferensi di Kairo memutuskan untuk segera kembali ke tanah air pada 15 Mei 1998. Tiga hari berselang, Harmoko, yang kala itu menjabat sebagai ketua MPR, secara terang-terangan meminta kepada Soeharto untuk mengundurkan diri. MPR dan ABRI pun mendukung segera diadakannya sidang istimewa guna memilih presiden yang baru. Nampaknya usaha yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menggulingkan Soeharto dari kursi kepresidenannya kala itu telah mendapatkan dukungan dari pejabat tinggi pemerintahan.

(21)

Indonesia tersebut mengeluarkan pernyataan: “Saya berpandangan bahwa sangat sulit bagi saya untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan saya. Saya memutuskan untuk berhenti sebagai Presiden Republik Indonesia.” B.J. Habibie yang kala itu menjabat sebagai wakil presiden ditunjuk untuk menggantikannya memegang pimpinan tertinggi negara ini.

Indonesia mengalami masa-masa reformasi dibawah presiden baru, B.J. Habibie. Dia mulai menata kembali kehidupan negeri ini. Ada beberapa hal pokok yang harus dilakukannya. Masa depan ekonomi dan kesejahteraan rakyat, ABRI, dan wilayah-wilayah konflik menjadi fokus yang harus segera ia selesaikan. Sementara itu, masalah penyelesaian kasus yang dihadapi oleh Soeharto dengan berbagai hal yang telah dilakukannya berjalan lambat. Hal tersebut memunculkan ketidakpuasan besar dikalangan pendukung reformasi. Periode rezim Orde Baru hingga kejatuhannya memang menjadi periode kelam dalam perjalanan negara ini setelah menyatakan kemerdekaannya. Banyak hal yang telah dilakukan oleh rezim terlama yang pernah ada di negeri ini guna mempertahankan kekuasaannya tanpa menghiraukan adanya pihak lain yang berada diluar rezim tersebut.

BAB III PENUTUP A. Simpulan

(22)

kompromi, arbitrasi, mediasi, toleransi, konversi, konsiliasi, adjudikasi, stalmate, gencatan senjata, segregasi, dan dispasement.

B. Saran

Referensi

Dokumen terkait

Evaluasi Potensi Terjadinya Konflik Sosial Pada Masyarakat Miskin Kota dilakukan untuk mengetahui bentuk-bentuk konflik serta potensi konflik, pelanggaran HAM dan

Intervensi militer yang dilakukan AFP selama konflik di Marawi berlangsung, terjadi perubahan dari salah satu variabel penyebab konflik yaitu nilai yang mengalami

Masyarakat Kalimantan Tengah berhasil dengan cepat memu- lihkan situasi, bahkan merehabilitasi hubungan lebih cepat dari wilayah lainnya, misalnya konflik di Kalimantan Barat

Dengan mengembangkan aspek-aspek keterampilan sosial dan keterampilan resolusi konflik melalui IPS secara benar kita dapat berharap bahwa para siswa dapat menjadi warga

Pandangan ini menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang wajar terjadi di dalam kelompok atau organisasi.Konflik dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat

Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai

Proses  penyelesaian  konflik  di  sektor  kehutanan  tidak  bisa  dengan  cepat  menyelesaikan  konfik  yang  sudah  ada  dan  bahkan  luput  untuk  dapat 

Dalam teater tradisi, fungsi kritik dalam teater merupakan sesuatu yang dianggap wajar, bahkan dapat diterima dengan baik..